buku panduan praktikum keperawatan medikal bedah

advertisement
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Disusun Oleh :
Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep, Ns, M.Kes
Jenti Sitorus, SST
Elfrida Nainggolan, SKM
Jastro Situmorang, S.Kep, Ns
Carolina Simanjuntak, S.Kep, Ns
AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE
JL. Gereja No. 17 Balige
Toba Samosir – Sumatera Utara
Telp. (0632) – 21137
IDENTITAS PEMILIK
NAMA :
NIM
:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya kami dapat
menyelesaikan buku pedoman keterampilan Keperawatan Medikal Bedah bagi mahasiswa program
Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan HKBP Balige. Buku Pedoman Keterampilan
keperawatan Medikal Bedah merupakan buku panduan yang diperuntukkan bagi mahasiswa agar dapat
dengan mudah memahami dan mengaplikasikan keterampilan yang sering digunakan oleh mahasiswa
perawat di area keperawatan.
Kami juga ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terciptanya buku
pedoman keterampilan ini. Akhir kata, semoga buku ini dapat berguna bagi mahasiswa dan pembimbing.
Balige,
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................
Identitas Pemilik .................................................................................................................
Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................................
i
ii
iii
iv
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
1
5
8
11
14
19
21
24
28
30
32
35
37
39
44
46
48
52
56
59
62
68
Prosedur Pemeriksaan Fisik sistem saraf I ..................................................................
Prosedur Pemeriksaan Fisik Sistem saraf II ................................................................
Pengantar Fisioterapi Dada ..........................................................................................
Postural Drainage ........................................................................................................
Prosedur Fisioterapi dada .............................................................................................
Prosedur pemeriksaan ketajan pendengaran ................................................................
Prosedur Pengkajian sistem perkemihan ....................................................................
Prosedur Pemeriksaan fisik Muskuloskeletal .............................................................
Pengantar Kadar Gula Darah .......................................................................................
Prosedur Monitoring Kadar Gula Darah .....................................................................
Prosedur Pemeriksaan Fisik Abdomen .......................................................................
Prosedur Pemeriksaan Fisik Ketajaman Penglihatan ..................................................
Prosedur Perawatan Luka ...........................................................................................
Pengantar EKG ............................................................................................................
Prosedur Perawatan kolostomi ....................................................................................
Prosedur pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan ..........................................................
Prosedur Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler ...................................................
Pengantar Mobilisasi ....................................................................................................
Prosedur ROM .............................................................................................................
Pengantar Chest Drainage ...........................................................................................
Prosedur Perawatan WSD ............................................................................................
Prosedur Perawatan Trakeostomi ................................................................................
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SARAF I:
12 PASANG SARAF KRANIAL
No
I
KOMPONEN
PENILAIAN
1
2 3 4
PERSIAPAN
ALAT DAN BAHAN
1. Garputala
2. Kapas
3. Lidi
4. Pen Light
5. Optalmoskop
6. Stetoskop
7. Jarum Steril
8. Tongue Spatel
9. Dua buah tabung (dari bahan gelas) berisi air panas, dan air dingin
10. Objek kecil yang dapat disentuh (seperti paper clip, uang logam)
11. Balsem
12. Bahan beraroma tajam seperti kopi, vanila, parfum
13. Bahan perasa : asin, asam, manis, pahit
14. Sarung Tangan
KLIEN
1. Minta Klien mengenakan baju periksa
2. Komunikasikan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan
LINGKUNGAN
1. Kursi pemeriksaan
2. Meja Pemeriksaan/tempat tidur
3. Ruangan tenang
4. Cahaya yang cukup terang
II
TUJUAN
Menemukan data subjektif dan objektif yang patologi/tidak normal
berhubungan dengan sistem saraf : 12 pasang saraf kranial
III
PENGKAJIAN
1. Observasi kebersihan klien, cara berpakaian, postur tubuh, bahasa tubuh,
ekspresi wajah, kemampuan berbicara, kemampuan untuk mengikuti
petunjuk
2. Kaji kemampuan bicara dan kemampuan mengucapkan kata-kata, keras
lembutnya suara dan kejelasan vokal yang diucapkan klien
3. Kaji sensorium klien : tingkat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale
(GCS), tanyakan waktu, tanggal, tempat, dan alasan berkunjung ke rumah
sakit
4. Kaji memori klien : tanyakan nama klien, nama anggota keluarga, tanggal
lahir, riwayat pekerjaan
IV
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Sensori
2. Gangguan Motorik
3. Resiko Injuri
4. Kurang pengetahuan : penyebab, akibat, penanganan, pencegahan
1
penyakit.
V
PERHATIAN KHUSUS
1. Prosedur dilakukan berurutan “cephalo caudal”
2. Distal ke proksimal
3. Membandingkan bagian-bagian tubuh yang berhubungan (seperti : antara
kiri dan kanan)
4. Beberapa tahap pemeriksaan klien dianjurkan harus menutup mata
5. Beberapa label bahan pemeriksaan tidak boleh diketahui oleh klien
VI
PERAWATAN DI RUMAH
1. Berikan pendidikan kesehatan dengan materi sesuaikan berdasarkan hasil
pengkajian
2. Libatkan klien dan keluarga dalam proses pemeriksaan
VII
IMPLEMENTASI (oleh perawat)
Nervus Olfactorius (N- 1)
1. Pastikan rongga hidung cukup bersih dan tidak tersumbat oleh mukus atau
benda lain
2. Minta klien untuk menutup kedua mata dan satu lubang hidung
menggunakan jari tangan
3. Dekaktkan sumber bau ke lobang hidung yang tidak ditutup dan minta
klien mengidentifikasi dan menyebut nam sumber bau
4. Lakukan langkah yang sam pada lubang hidung yang lain
Nervus Opticus (N-2)
1. Catat kelainan yang mungkin ada pada mata klien seperti katarak dan
infeksi, sebelum melakukan pemeriksaan
2. Periksa ketajaman penglihatan : (1) minta klien membaca buku atau
majalah, observasi jarak baca, (2) periksa penglihatan jauh dengan
menggunakan snellen chart
3. Periksa lapang pandang : (1) minta klien menutup mata sebelah dan mata
yang terbuka memandang lurus ke depan, (2) gerakkan objek dari arah
luar ke arah tengah mata dan minta klien mengatakan “ya” pada saat
pertama kali melihat objek yang digerakkan, (3) ulangi prosedur untuk
mata yang sebelahnya, (4) catat berapa derajat lapangan pandang klien,
(5) gunakan optalmoskop untuk melihat fundus dan optik disk (warna dan
bentuk)
Nervus Occulomotorius, Trochlear dan Abdusen (N-3, 4, 6)
1. MATA : Observasi apakah terdapat edema kelopak mata, hiperemi
konjungtiva dan kelopak mata jatuh (ptosis)
2. PUPIL : periksa reaksi pupil terhadap cahaya, ukuran pupil dan adanya
perdarahan pada pupil
3. Gerakan BOLA MATA: minta klien untuk mengikuti petunjuk
pemeriksa; periksa gerakan bola mata ke enam arah utama (Cardinal point
of Gaze) yaitu : lateral atas, lateral bawah, lateral, medial atas, medial
bawah, medial
Nervus Trigeminus (N-5)
Fungsi Sensoris
1. RASA RABA: (1) sentuhkan kapas ke kulit wajah pada area maxilla &
mandibula kiri dan kanan, dan frontal. (2) minta klien untuk mengatakan
“ya” bila dapat merasakan sentuhan
2
2. RASA NYERI: (1) minta klien mengatakan “tajam” atau “tumpul”
(ulangi prosedur no.1 dengan menggunakan jarum steril dan benda
tumpul)
3. RASA SUHU: (1) minta klien mengatakan “panas” atau “dingin”
gunakan tabung dari bahan kaca berisi air panas dan air dingin. (2)
lakukan seperti prosedur no.1
4. RASA SIKAP: (1) minta klien menyebutkan area wajah yang disentuhkan
dengan kapas
5. RASA GETAR: (1) getarkan garputala, (2) sentuhkan ke wajahdan
tanyakan klien apakah dapat merasakan getaran
6. REFLEKS KORNEAL: (1) minta klien memandang lurus ke depan, (2)
sentuh kornea dari arah samping/lateral dengan ujung gulungan kapas, (3)
perhatikan reflek menutup mata/berkedip klien
Fungsi Motorik
1. (1) minta klien mengatupkan bibir dan merapatkan gigi, (2) periksa otototot maseter dan temporalis kiri dan kanan, dan kekuatan otot.
2. (1) minta klien untuk membuka dan menutup mulut atau melakukan
gerakan mengunyah beberapa kali, (2) observasi kesimetrisan gerakan
mandibula
Nervus Fasialis (N-7)
Fungsi Sensoris
1. Celupkan lidi kapas ke dalam garam
2. Sentuhkan ke ujung depan lidah, minta klien mengidentifikasi rasa
3. Ulangi pemeriksaan untuk mengidentikasi rasa asam, manis dan pahit
Fungsi Motorik
1. Periksa kekuatan otot wajah bagian atas dan bawah
2. Minta klien menutup mata kuat-kuat dan pemeriksa mencoba membuka
3. Minta klien menggembungkan pipi dan pemeriksa menekan pipi klien
dengan dua jari, amati kemampuan klien menahan tekanan jari pemeriksa.
Nervus Vestibulochoclearis
Cabang Vestibulo
1. Romberg test
2. Minta klien berdiri tegak dengan kaki dan tangan adduksi
3. Observasi apakah ada ayunan tubuh klien
4. Minta klien menutup mata dan observasi gerakan dan usaha klien untuk
mempertahankan posisi tegak
Cabang Cochlear
Lakukan pemeriksaan dengan Test Weber dan Rhinne
Nervus Glossopharingeus dan Vagus ( N-9, 10)
1. Minta klien membuka mulut lebar dan mengatakan “aa”, observasi
gerakan palatum dan uvula (normalnya palatum lunak sedikit terangkat
dan letak uvula relatif di tengah)
2. Periksa “gag” refleks (tersedak) dengan menyentuh dinding belakang
pharing dengan tongue spatel
3. Periksa aktivitas motorik pharing dengan meminta klien menelan sedikit
air, observasi gerakan menelan dan kemudahan saat menelan
4. Periksa pita suara dengan menyuruh klien berbicara dan dengarkan
kejelasan vokal suara klien
3
Nervus Assesorius (N-11)
1. Fungsi otot trapezius: minta klien menaikkan kedua bahu bersamaan dan
observasi kesimetrisan gerakan
2. Fungsi otot sternocleidomastoideus: minta klien menoleh kiri dan kanan,
mendekatkan telinga ke bahu kiri dan kanan tanpa mengangkat bahu,
observasi rentang gerak sendi servikal.
3. Kekuatan otot trapezius: tahan kedua sisi bahu klien dengan telapak
tangan, minta klien mendorong tangan pemeriksa sekuat-kuatnya,
perhatikan kekuatan daya dorong
4. Kekuatan otot sternocleidomastoideus: minta klien menoleh ke kiri dan
melawan tahanan dan lakukan untuk sisi kanan
VIII
Nervus Hipoglossus (N-12)
1. Periksa gerakan lidah: minta klien menjulurkan lidah, menggerakkan
lidah ke kiri dan kanan, observasi kesimetrisan gerakan lidah
2. Periksa kekuatan otot lidah: minta klien mendorong salah satu sisi pipi
dengan ujung lidah, dorong bagian luar pipi klien dengan dua jari,
observasi kekuatan tahanan lidah klien, ulangi dengan sisi sebelumnya.
EVALUASI : sesuaikan dengan tujuan
IX
DOKUMENTASI
1. Tuliskan hasil pengkajian dengan lengkap
2. Tuliskan hasil pemeriksaan fisik saraf kranial 1 – 12 berurutan
X
CONTOH DOKUMENTASI
Tgl.
Jam
CATATAN
16/1/12
11.00
Paraf
Balige,...............................................
Pembimbing,
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
4
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SARAF II
(FUNGSI SENSORIK, MOTORIK, DAN REFLEK)
No
I
KOMPONEN
PENILAIAN
1
2 3 4
PERSIAPAN
ALAT DAN BAHAN
1. Kapas
2. Jarum Steril/nald (ujungnya ditumpulkan)
3. Refleks Hammer
4. Dua buah tabung (dari bahan gelas) berisi air panas, dan air dingin
5. Garpu tala
6. Objek kecil yang dapat disentuh (seperti paper clip, uang logam)
7. Tutup ballpoint atau pensil tumpul
KLIEN
1. Minta Klien mengenakan baju periksa
2. Komunikasikan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan
LINGKUNGAN
1. Kursi pemeriksaan
2. Meja Pemeriksaan/tempat tidur
3. Ruangan tenang
4. Cahaya yang cukup terang
II
TUJUAN
Mengevaluasi respon klien terhadap stimulus dan menemukan kondisi
patologis/abnormal dari data objektif klien terhadap refleks yang diberikan
III
PENGKAJIAN
1. Kaji kemampuan klien dalam menerima stimulus yang diberikan
2. Kaji refleks normal/abnormal yang ditemukan pada klien
IV
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Sensori
2. Gangguan Motorik
3. Resiko Injuri
4. Kurang pengetahuan : penyebab, akibat, penanganan, pencegahan
penyakit.
V
IMPLEMENTASI (oleh perawat)
Fungsi Sensoris
1. Test raba
a. Sentuhkan beberapa bagian tubuh (kaki, tungkai, lengan, abdomen dan
wajah) dengan menggunakan kapas gulung
b. Minta klien untuk mengatakan “Ya” jika dapat merasakan sentuhan
c. Sentuhkan di beberap tempat secara acak
2. Test tajam – Tumpul
a. Sentuh kulit klien di beberapa tempat (sama seperti di atas) dengan
menggunakan ujung tajamdan tumpul secara bergantian
b. Minta klien mengidentifikasi dan mengatakan “tajam” dan “tumpul”
3. Test Suhu (Panas – Dingin)
5
4.
5.
6.
7.
8.
Test ini dilakukan hanya bila klien merasakan stimulsi nyeri dengan baik
pada test sebelumnya
a. Sentuh kulit klien di beberapa tempat (sama seperti di atas)
dengantabung reaksi yang berisi air panas dan air es
b. Minta klien mengidentifikasi dan mengatakan “panas” dan “dingin”
Test Getaran
a. Getarkan garpu tala dan letakkan di beberapa bagian penonjolna tulang
(ibu jari, lutut, tumit, krista iliaka, prosesus spinalis, jari-jari, sternum,
pergelangan tangan dan sikut)
b. Mulailah bagian distal, jika klien merasakan getaran pada bagian
distal, hentikan pemeriksaan
Streognosis Test
Kemampuan mengidentifikasi objek tanpa melihat objek tersebut
a. Minta klien menutup mata
b. Letakkan sebuah objek (peniti atau uang logam) pada salah satu
telapak tangan klien
c. Minta klien untuk mengidentifikasi objek tersebut, ulangi prosedur
untuk tangan yang lain
Graphesthesia Test
Kemampuan merasakan tulisan di kulit
a. Minta klien menutup mata
b. Buatlah sebuah angka dengan ujung tumpul ballpoint pada salah satu
telapak tangan klien
c. Minta klien untuk mengidentifikasi objek tersebut, ulangi prosedur
untuk untuk tangan yang lain
Test membedakan dua titik
a. Sentuhlah kulit klien di beberapa bagian dengan menggunakan 2 buah
pensil tumpul dengan jarak :
 Ujung jari
: 0.3 – 0.6 cm
 Tangan dan kaki : 1.5 – 2 cm
 Tungkai
: 4 cm
b. Minta klien untuk mengatakan “Ya” jika merasakan dua titik stimulasi
pada saat pertama kali diberikan
Topognosis Test
Kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi sentuhan
a. Minta klien menutup mata
b. Sentuh bagian tubuh klien (misalnya jari-jari kaki)
c. Tanyakan bagian tubuh yang disentuh
Refleks
Skala 0 – 4
0 : tidak ada respon
1 : berkurang
2 : normal
VI
3 : lebih dari normal
4 : hiperaktif
Langkah-langkah
1. Refleks Bisep
a. Minta klien duduk dengan rileks dan meletakkan kedua lengan di atas
paha
b. Dukung lengan bagian bawah dengan tangan non dominan
c. Letakkan ibu jari tangan non-dominan di atas tendon bisep
d. Pukulkan refleks ke ibu jari
e. Observasi kontraksi otot bisep (fleksi)
2. Refleks Trisep
6
3.
4.
5.
6.
7.
a. Dukung siku klien dengan tangan non dominan
b. Pukulkan refleks di atas tendon (kira-kira 2 – 3 inchi dari pergelangan
tangan)
Refleks Brachioradialis
a. Klien duduk dengan tangan di atas paha posisi pronasi
b. Pukulkan refleks di atas tendon (kira-kira 2 – 3 inchi dari pergelangan
tangan)
c. Observasi fleksi dan supinasi telapak tangan
Refleks Patelar
a. Klien duduk dengan fleksi (kaki menggantung)
b. Palpasi lokasi patela (inferior dari patela)
c. Pukulkan dengan refleks, Observasi ekstensi tungkai bawah dan
kontraksi otot quadrisep
Refleks Tendon Achiles
a. Pegang telapak kaki dengan tangan non dominan
b. Pukulkan tendon achiles dengan bagian yang lebar dari refleks
c. Observasi plantar-fleksi telapak kaki
Refleks Plantar
a. Minta klien tidur terlentang dengan kedua tungkai sedikit eksternal
rotasi
b. Stimulasi telapak kaki dengan ujung tajam refleks mulai dari tumit ke
arah atas pada bagian sisi luar telapak kaki
c. Observasi gerakan telapak kaki (normal gerakan plantar-fleksidan jari
kaki fleksi)
Refleks Abdomen
a. Sentuhkan ujung aplikator ke kulit abdomen mulai dari arah lateral ke
umbilicus pada posisi klien tidur terlentang
b. Observasi kontraksi otot abdomen
c. Lakukan prosedur pada keempat area abdomen
VII
EVALUASI : sesuaikan dengan tujuan
IX
DOKUMENTASI
1. Tuliskan hasil pengkajian dengan lengkap
2. Tuliskan hasil pemeriksaan fisik saraf kranial 1 – 12 berurutan
X
CONTOH DOKUMENTASI
Tgl.
Jam
CATATAN
16/1/12
11.00
Paraf
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
7
PENGANTAR FISIOTERAPI DADA (CHEST PHYSICAL THERAPY)
Defenisi
Fisioterapi dada/Chest Physical Therapy (CPT) merupakan istilah untuk kumpulan
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pernafasan dan ekspansi paru,
memperkuat otot-otot pernafasan, dan mengeluarkan sekret dari sistem pernafasan.
Tujuan
Tujuan fisioterapi dada adalah untuk membantu membersihkan jalan nafas sehingga tubuh
mendapatkan oksigen yang cukup.
CPT meliputi postural drainase, perkusi dada, vibrasi dada, memiringkan pasien (turning),
latihan pernafasan, batuk, dan incentive spirometry. CPT biasanya dilakukan bersamaan
dengan tindaka-tindakan lain untuk membersihkan sekret dari jalan nafas. Tindakan
tersebut meliputi suctioning, pemasangan nebulizer, dan pemberian obat ekspektoran.
CPT dapat dilakukan pada bayi baru lahir, bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Pasien yang
dilakukan CPT adalah pasien dengan cystic fibrosis, penyakit neuromuskuler (seperti
Suillain-Barre Syndrome), kelemahan otot progresif (seperti pada Myasthenia Gravis),
atau tetanus. Pasien dengan penyakit paru seperti pneumonia, brochitis, COPD (chronic
Bronchitis) juga dapat dilakukan CPT. CPT tidak dilakukan dalam perawatan pada pasien
dengan asma.
Kontra Indikasi
Ketika dokter telah menentukan jenis terapi yang dilakukan, tenaga kesehatan profesional
mengetahui bahwa tidak semua pasien dapat dilakukan CPT. Postural drainase dan perkusi
tidak dianjurkan pada pasien dengan :
1.
Baru selesai makan atau muntah
2.
Asma akut atau tuberkulosis
3.
Fraktur iga
4.
Perdarahan dari paru atau batuk
8.
Kolaps paru atau cedera dinding
dada
9.
Pernah
mengalami
serangan
jantung beberapa waktu lalu
berdarah
10. Embolisme atau abses paru
5.
Nyeri meningkat
11. Perdarahan aktif
6.
Peningkatan Tekanan Intrakranial
12. Cedera spinal
7.
Cedera kepala/leher
13. Luka terbuka atau luka bakar
14. Baru saja menjalani pembedahan
8
Deskripsi
CPT dapat dilakukan pada berbagai setting diantaranya unit perawatan kritis,
rumah sakit, nursinghome, klinik rawat jalan, dan di rumah pasien. CPT dapat dilakukan
pleh beberapa orang mulai dari terapis perawatan paru saampai anggota keluarga pasien
yang telah dilatih. Pasien juga dapat diajarkan untuk melakukan beberapa tindakan. Lama
terapi dan biayanya bervariasi. Beberapa terapi mungkin menjadi bagian dari tindakan
yanng berkelanjutan pada kondisi kronis.
CPT mencakup berbagai prosedur tergantung pada kebutuhan pasien. Pasien yang
dihospitalisasi dievaluasi rutin untuk menentukan prosedur apa yang paling efektif
dilakukan dan paling ditoleransi pasien. Pasien mendapatkan CPT dalam jangka waktu
lama dievaluasi setiap 3 bulan.
Memiringkan Tubuh Pasien (Turning)
Memiringkan tubuh pasien ke kiri dan kanan dapat meningkatkan ekspansi paru. Pasien
yang tidak dapat miring dengan sendirinya dibantu oleh perawat atau keluarga. Kepala
tempat tidur juga dielevasikan jika pasien tidak dapat mentoleransi posisi miring. Pasien
dengan penyakit kritis dan bergantung dengan respirasi mekanis dimiringkan setiap satu
sampai dua jam.
Batuk
Batuk membantu mengeluarkan sekret di paru sehingga dapat dikeluarkan. Tetapi,
pada pasien dengan kondisi seperti COPD, batuk normal menjadi nyeri. Bagian penting
dari CPT adalah mengajarkan pasien untuk membersihkan jalan nafas dengan metode lebih
lembut. Seperti batuk yang terkontrol atau dengan teknik “huffing”.
Sebelumnya psien dianjurkan untuk duduk dan minum segelas air. Untuk batuk
yang terkontrol, pasien merapatkan bibir dan menarik nafas dalam. Pasien menahan nafas
untuk beberapa detik dan membuat dua kali batuk perlahan secara cepat. Ini juga
dilakukan dengan teknik “huffing”. Setelah menahan nafas beberapa detik, pasien
mengeluarkan nafas dengan menggunakan otot-otot perut. Batuk dan “huffing” dilakukan
beberapa kali sehari sesuai dengan kebutuhan.
9
Latihan Nafas Dalam
Nafas dalam membantu meningkatkan ekspansi paru dan mendorong distribusi udara lebih
baik ke seluruh area paru. Pasien awalnya mungkin perlu berbaring untuk melakukan
latihan ini, tetapi pada akhirnya ini dilakukan pada saat pasien duduk, kemudian berjalan.
Pasien mungkin merasakan perlu untuk memonitor pernafasannya dengan meletakkan satu
tangan pada abdomennya untuk mendapatkan sensasi seperti pola pernafasan biasa. Pasien
kemudian mulai menarik nafas dlam melalui hidung, kemudian merapatkan bibir seperti
bersiul. Pasien kemudian mengeluarkan udara perlahan melalui bibir yang dirapatkan.
Pengeluaran nafas harus dilakukan dua kali lebih lama dibandingkan inspirasi. Pasien
mungkin memulai dengan menarik nafas selama dua detik dan kemudian mengeluarkan
nafas selama empat detik. Setelah menarik beberapa nafas dalam, pasien bernafas dengan
irama normal dan memulai siklus nafas dalam berikutnya. Pada umumnya, pasien COPD
melakukan latihan nafas dalam selama 20 menit setiap hari.
Incentive Spirometry
Incentive spirometry membantu pasien meningkatkan fungsi paru. Terapi yang dilakukan
oleh pasien sendiri ini dengan cara menarik nafas ke dalam selang yang dihubungkan ke
sebuah alat. Teknik khusus dan hasil yang diharapkan bergantung pada tipe spirometer.
Pasien mendapatkan pengarahan dari dokter, perawat, atau terapis pernafasan.
Pasien menarik nafas melalui selang untuk mengangkat sebuah bola di dalam ruang plastik
spirometer. Dorongan tekanan ini menyebabkan bola terangkat, dan tujuannnya adalah
untuk mempertahankan bola di udara selama mungkin.
Dengan alat orientasi volume, pasien menentukan sebuah titik pada ruang spirometer pada
level volume nafas yang diinginkan. Pasien menarik nafas ke dalam selang dan berusaha
untuk menaikkan piston dalam ruang tersebut sehingga tanda volume mencapai level
tersebut.
Hybrid volume accumulators mengombinasikan laju nafas dengan alat orientasi volume.
Sebuah piston di dalam sebuah silinder berespon dengan tekanan negatif dari inspirasi
pasien.
Beberapa alat memiliki komponen yang dirancang untuk ekspirasi. Jika tidak, pasien
mengeluarkan nafas secara alami.
Pada akhir tindakan ini, psien menarik nafas dalam dan kemudian batuk. Lama terapi dan
jumlah latihan ditentukan oleh terapis pernafasan atau tenaga kesehatan profesional.
10
11
12
13
PROSEDUR FISIOTERAPI DADA
(POSTURAL DRAINASE, PERKUSI DAN VIBRASI DADA)
14
15
16
17
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
18
PROSEDUR PEMERIKSAAN KETAJAMAN PENDENGARAN
19
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
20
PROSEDUR PENGKAJIAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN
21
22
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
23
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSKULOSKLETAL
24
25
26
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
27
PENGANTAR KADAR GULA DARAH
28
29
PROSEDUR MONITORING KADAR GULA DARAH
30
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
31
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
32
33
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
34
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK KETAJAMAN PENGLIHATAN
35
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
36
PROSEDUR PERAWATAN LUKA
37
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
38
PENGANTAR PEMERIKSAAN ELEKTRO KARDIOGRAM (EKG)
39
40
41
42
PROSEDUR OBTAINING 12 LEAD EKG
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
43
PROSEDUR PERAWATAN KOLOSTOMI
44
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
45
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAFASAN
46
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
47
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER
48
49
50
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
51
PENGANTAR MOBILISASI
52
53
54
55
PROSEDUR ROM (RANGE OF MOTION) EXERCISE
56
57
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
58
MATERI TAMBAHAN
PENGANTAR CHEST DRAINAGE
59
60
61
PROSEDUR PERAWTAN WSD (WATER SEAL DRAINAGE)
62
63
64
65
66
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
67
PROSEDUR PERAWATAN TRACHEOSTOMI
68
Pembimbing,
Balige,......................................
Praktikan,
(..................................................)
(.....................................................)
69
70
Download