Impact of Micronutrients Malnutrition on Growth: The Stunting

advertisement
Impact of Micronutrients
Malnutrition on Growth: The
Stunting Syndrome and How
to Prevent it
Damayanti Rusli Sjarif, dr., Ph.D, Sp.A(K)
S
aat ini Indonesia menjadi negara urutan kelima di seluruh dunia yang
penduduknya pendek atau disebut stunting. Stunting adalah suatu
proses yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, mulai dari
tahap konsepsi sampai usia 3 atau 4 tahun, dimana nutrisi ibu dan anak
sangat penting dalam pertumbuhan. Dikatakan stunting jika panjang atau
tinggi badan lebih dari 2 standar deviasi (SD) di bawah rata-rata (atau
dibawah 2,5 persentil). Menurut WHO tahun 2012, jika suatu populasi
memiliki prevalensi penduduk yang mengalami stunting lebih dari 5%
artinya kondisi sosioekonomi negara tersebut buruk dan terjadi pemberian
makanan yang salah, serta meningkatnya risiko infeksi atau penyakit.
Pemberian nutrisi berkaitan dengan pertumbuhan linear melalui growth
hormon dan insulin like growth factor (IGF-1) melalui axis hipofisis. Jika
kebutuhan nutrisi selama perkembangan seorang anak tidak terpenuhi
ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik dan gaya hidup yang salah atau
diet yang tidak terkendali pada akhirnya dapat menyebabkan stunting,
obesitas, dan timbul penyakit degeneratif seperti diabetes dan hipertensi.
Banyak penelitian yang menunjukkan adanya kemungkinan defisiensi
mikronutrien dengan pertumbuhan linear yang terganggu. Saat ini ada dua
kelompok jenis nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tipe 1 dan
tipe 2. Jika seorang anak kekurangan nutrisi tipe 1, gangguan pertumbuhan
akan terjadi pelan-pelan jika defisiensi terjadi dalam jangka panjang,
berbeda dengan defisiensi nutrisi tipe 2, gangguan pertumbuhan langsung
terlihat.
3
Menurut WHO 2000, penyebab terbanyak dari defisiensi mikronutrien
akibat pemberian MPASI yang tidak tepat dan adekuat yang menyebabkan
terjadinya stunting selain menyebabkan peningkatan angka infeksi. 2/3
angka kematian pada anak dapat dicegah dengan pemberian makanan
yang tepat pada usia 1 tahun pertama. Setelah usia 6 bulan keatas, ASI
tidak lagi dapat menjadi satu-satunya makanan karena komposisi ASI
sudah berkurang baik dari energi maupun zat mikronutrien yang terkandung
didalamnya.
Terdapat 23 penelitian yang menunjukkan bahwa hampir di semua negara
berkembang, makanan yang dibuat sendiri oleh ibunya pada usia 6-12 bulan
tidak dapat memenuhi semua kebutuhan mikronutrien anak, oleh karena itu
perlu diberikan makanan pendamping ASI yang telah diberikan suplemen
makanan yang telah difortifikasi sesuai dengan aturan menurut Codex
Alimentarius (WHO/FAO) mulai dari usia 6 bulan sambil terus melanjutkan
pemberian ASI hingga usia lebih dari 2 tahun.
Stunting dapat menyebabkan berbagai masalah seperti: pertumbuhan
terhambat, penekanan sistem imun, gangguan fungsi kognitif, dan
gangguan oksidasi lemak yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas dan
penyakit degeneratif ketika dewasa. Bahkan anak yang tubuhnya pendek
akan mengalami penurunan kemampuan produktivitas dalam kemampuan
manual jika mengalami gizi buruk dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya stunting syndrome.
Strategi untuk mencegahnya adalah dengan memberikan pelatihan agar
semua petugas kesehatan dapat memberikan konseling nutrisi yang baik
kepada masyarakat.
Ref: 1. Impact of micronutrient deficiencies on growth: The stunting syndrome. F.Bianca dan M.Ferrari.
Ann Nutr Metab 2002; 46:8-17
2. Guiding principles for complementary feeding of the breastfed child. WHO 2003.
4
Download