13 Tumbuhan beracun Indonesia tercatat

advertisement
13
Tumbuhan beracun
Indonesia tercatat mempunyai lebih dari 50 famili tumbuhan penghasil
racun, sedang sekitar 250 famili lainnya belum diketahui kandungan bahan
racunnya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian tumbuhan tersebut, interaksi
antara tumbuhan dan serangga yang terjadi telah menyebabkan sejumlah senyawa
kimia metabolit sekunder tumbuhan mempengaruhi perilaku, perkembangan dan
fisiologis serangga. Dengan strategi penggunaan yang tepat, metabolit sekunder
ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengendali hama tertentu.
Peranan tumbuhan dalam perkembangan pengobatan tradisi telah diakui selain
daripada peranannya seperti sumber makanan, perhiasan, obat dan sebagainya
(Hamid dan Nuryani, 1992) .
Menurut Foray (1954) beliau mentafsirkan tumbuhan beracun sebagai
tumbuhan yang menyebabkan kesehatan normal terganggu apabila bahagianbahagian tertentu darinya digunakan oleh manusia atau hewan yang dapat
menerima dampaknya. Kingsburg (1967) pernah meneliti lebih kurang 700
spesies tumbuhan yang beracun dan masih banyak lagi yang belum diketahui.
Tumbuhan yang digolongkan ke dalam tumbuhan beracun terdiri daripada
kumpulan rumpair, kulat, paku-pakis dan tumbuhan tinggi (Syahputra, 2001).
Tumbuhan-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari
berbagai jenis tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh
manusia. Namun ada beberapa yang jarang bahkan tidak dimanfaatkan oleh
manusia karena berbahaya terutama bagi kesehatan manusia. Mungkin saja
tanaman yang dibeli ataupun didapat dari teman-teman merupakan tanaman yang
4
beracun. Keracunan yang ditimbulkan oleh tanaman-tanaman ini, umumnya
14
belum ada penawar. Jadi sebaiknya diusahakan jangan sampai terpapar racun
tumbuhan-tumbuhan tersebut (Seran, 2011).
Beberapa ciri tumbuhan beracun sebagai berikut (Ardianto, 2013).
1. Memiliki duri tajam hampir di semua bagian.
2. Memiliki rambut atau bulu yang sangat lebat di bagian daun atau
batang.
3. Memiliki getah yang pahit.
4.
Memiliki bunga atau buah berwarna kuat atau gelap.
5.
Beraroma tidak enak atau menyengat dan berasa pahit
6. Daun terlihat utuh, tidak ada bekas-bekas serangan serangga.
Racun atau anti nutrisi umumnya diperoleh dari hasil metabolisme
sekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua berdasarkan berat
molekulnya yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh pigmen pinol,
antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asamasam hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolisme
sekunder lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi yaitu selulosa, pektin, gum,
resin, karet, tannin dan lignin. Tanaman yang mengandung metabolit sekunder
umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan (daun dan kulit),
penguapan dari daun (contoh kamfer), ekskresi aksudat pada akar (contoh alangalang) dan dekomposisi pada bagian tanaman itu sendiri (Widodo, 2005).
Kadar racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi
antara lain oleh perbedaan keadaan lingkungan tempat tanaman tumbuh
(kelembaban, suhu atau kadar mineral) serta penyakit yang potensial. Varietas
15
yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun
dan nutrient yang dikandungnya (Samsudin,2008).
Racun merupakan salah satu senjata pembunuh makhluk hidup yang sudah
sangat tua, setua kehidupan manusia. Racun yang menjadi favorit untuk
melenyapkan nyawa seseorang karena mempunyai beberapa kelebihan seperti
hampir tidak meninggalkan jejak pembunuhan, mudah diperoleh, mudah
digunakan, dan sangat efektif. Disamping berfungsi sebagai agen maut, racun
apabila diberikan pada dosis yang tepat dapat berfungsi sebagai obat ataupun
kegiatan yang menunjang lainnya. Disamping pengobatan, sebagian racun dapat
digunakan sebagai kegiatan penunjang hidup manusia (Widodo,2005).
Tanaman mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis.
Zat-zat pada tanaman dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang
menimpa ternak maupun manusia (contohnya adalah digitoksin, kolcisin dan
atropin). Widodo (2005) menyatakan bahwa zat kimia tertentu yang ada dalam
tanaman dipercaya untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator
tanaman seperti serangga dan ruminan.
Tanaman pangan, yaitu sayuran dan buah-buahan, memiliki kandungan
nutrien, vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta
merupakan komponen penting untuk diet sehat. Namun, beberapa jenis sayuran
dan buah-buahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi membahayakan
kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada
tumbuhan dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan
tersebut untuk melawan serangan jamur dan serangga (Asikin, 2002).
16
Konsumen I (herbivora) adalah obyek lain selain manusia yang lebih
berpotensi terserang racun alami. Obyek lain ini akan menjadi perhatian dalam
kehidupan bermasyarakat kalau mereka adalah ternak atau peliharaan milik
manusia karena pasti akan diupayakan agar ternak itu tidak terkena racun.
Tumbuhan beracun pun secara umum jadi dihindari, dikhawatirkan dan dinilai
memiliki sifat tidak menyenangkan oleh masyarakat (Rejesus, 1986).
Grainge
mengandung
dan
Ahmed
metabolit
(1988)
sekunder
menyatakan
umumnya
bahwa
mengeluarkan
tanaman
yang
zat-zat
hasil
metabolisme sekunder dengan cara pencucian air hujan (contohnya pada daun dan
kulit tanaman), penguapan dari daun (contohnya kamfer), ekskresi eksudat pada
akar (contohnya alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu sendiri (jatuh
ke tanah dan membusuk).
Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan
Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun dan kemungkinan dapat
disebabkan oleh hasil metabolisme sekunder yang terkandung di dalam tumbuhan
beracun tersebut. Setiap jenis tumbuhan beracun pada umumnya mengandung zatzat atau senyawa kimia yang berbeda-beda. Senyawa racun yang bersifat alami
dalam tumbuhan beracun belum sepenuhnya diketahui dan belum semuanya
dimanfaatkan secara aplikatif. Beberapa jenis tumbuhan beracun mengandung dua
atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya.
Hanenson (1980) menyatakan bahwa komponen-komponen kimia yang dihasilkan
tumbuhan beracun melalui metabolisme sekunder terbagi atas beberapa macam
seperti alkaloid, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin, tanin, saponin,
polipeptida dan asam amino serta mineral lainnya.
17
1. Alkaloid
Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang
ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan berbedabeda sesuai kondisi lingkungannya dan alkaloid umunya tersebar di seluruh
bagian tumbuhan. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi
alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung
berdenyut kencang, penglihatan menjadi gelap dan menyebabkan susah buang air.
2. Glikosida
Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses
hidrolisis yang biasa dikenal dengan sebutan aglikon. Glikosida merupakan
senyawa yang paling banyak terdapat dalam tumbuhan bahkan lebih banyak jika
dibandingkan dengan jumlah alkaloid yang terkandung. Gejala yang ditimbulkan
bagi manusia apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut
serta diare.
3. Asam oksalat
Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan
iklim. Kadar asam oksalat paling tinggi ada pada saat akhir musim panas dan
musim gugur. Hal ini disebabkan oleh asam oksalat yang dihasilkan tumbuhan
terakumulasi selama masa tumbuhan produktif pada musim-musim itu. Gejala
yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi asam oksalat adalah mulut
beserta kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan
kehilangan suara sekitar selama dua hari dan bahkan dapat menyebabkan
kematian jika terkontaminasi terlalu banyak.
18
4. Resin
Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic, fenol,
alkohol dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis tertentu.
Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi resin adalah iritasi
langsung terhadap tubuh atau otot tubuh, gejala muntah-muntah, bengkak dan
kulit melepuh.
5. Phytotixin
Phytotixin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh bagian
kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Gejala yang
ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi phytotoxin adalah iritasi hingga
menyebabkan
luka
berdarah
dan
pembengkakan
organ
tubuh
setelah
terkontaminasi.
6. Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental.
Senyawa ini telah dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan
terhadap serangan eksternal dari predator yang memiliki rasa sangat pahit atau
kelat. Jika terkonsumsi lebih dari 100 mg bisa menghasilkan masalah pada saluran
pencernaan seperti diare, sakit perut, urin bercampur darah, sakit kepala, kurang
nafsu makan dan lain-lain.
7. Saponin
Saponin adalah glikosida tanaman yang ditandai dengan munculnya busa
di permukaan air bila dicampur atau diaduk, yang telah dikenal serta diakui
sebagai sabun alami dan telah menyebabkan beberapa tanaman seperti soapwort
(Saponaria officinalis) umum digunakan sebagai sabun untuk waktu yang lama.
19
Saponin ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang
diizinkan, senyawa ini menjadi tergolong beracun. Gejala yang ditimbulkan bagi
manusia apabila saponin dikonsumsi secara berlebihan adalah dapat menyebabkan
kerusakan pada mukosa pencernaan sehingga menderita muntah-muntah, sakit
perut, perdarahan, pusing, maag dan begitu terkontaminasi ke sistem peredaran
darah, senyawa ini dapat merusak ginjal dan hati serta mempengaruhi sistem saraf
bahkan dapat menghasilkan serangan jantung.
8. Polipeptida dan asam amino
Polipeptida dan asam amino hanya sebagian kecil yang bersifat racun.
Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi polipeptida
(hypoglycin) adalah akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.
Cagar Alam
Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
secara alami. Sebagai bagian dari kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam),
maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat komersial, tidak boleh
dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya,
untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan
Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) setempat.
Cagar Alam Martelu Purba merupakan Kawasan Cagar Alam yang
termuda di Propinsi Sumatera Utara. Status kawasan ini sebelumnya adalah
Kawasan Hutan Lindung Martelu Purba, yang pertama kali diatur dalam ZB
20
tanggal 8 Juli 1916 dan kemudian dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 9232/Kpts/Um/1982 tanggal 27 Desember 1982. Akhirnya
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 471/Kpts-II/1993 tanggal 2
September 1993, statusnya dialihfungsikan menjadi kawasan Cagar Alam Martelu
Purba dengan Luas sekitar 195 Ha. Kawasan ini secara administratif pemerintahan
terletak di Desa Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Lokasi
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi. Waktu tempuh sekitar 4 jam dengan route perjalanan dari Medan menuju
Pematang Siantar dan berakhir di Desa Tiga Runggu sejauh lebih kurang 140 Km.
Karakteristik penentuan suatu kawasan sebagai kawasan cagar alam antara
lain sebagai berikut.
1. Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan serta ekosistem.
2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit – unit penyusunnya.
3. Memiliki kondisi alam yang masih alami dan belum terganggu oleh
manusia.
4. Memiliki ciri khas potensi sehingga dapat menjadi contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
5. Memiliki komunitas tumbuhan beserta ekosistem yang langka atau yang
keberadaannya hampir punah.
6. Memiliki luas yang cukup dan bentuk tertentu untuk mendukung
pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis
secara alami
Download