Resume Chapter Fifteen (Instruction as an Intervation)

advertisement
TEKNOLOGI KINERJA “RESUME CHAPTER FIFTEEN”
Raden Ahmad Binar
Muhammad Reza Nursaid
Nurhasana Karunia
Rizky Fajrina O. S.
Tri Sugiarti
“INSTRUCTION AS AN INTERVATION”
TUJUAN PEMBELAJARAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN
Pembelajaran adalah suatu istilah yang mengacu pada upaya untuk merangsang
belajar dengan pengaturan yang disengaja berdasarkan kondisi dan pengalaman yang
diarahkan untuk memfasilitasi belajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan bertahan
yang terjadi dalam kemampuan yang dihasilkan dari pengalaman pembelajar dan interaksi
dengan dunia (Driscoll 2000). Oleh karena itu pembelajaran sebagai tujuan perubahan abadi
dalam kemampuan. Ini adalah titik penting dalam membedakan pembelajaran dengan yang
hanya sekedar memberikan informasi. Tujuan pembelajaran dapat berkisar dari mengingat
informasi, memahami dan menerapkan prinsip-prinsip, mencapai penguasaan keterampilan
fisik, sikap baru, atau jenis lain dari hasil.
Pembelajaran Adalah Salah Satu dari Beberapa Intervensi Kinerja
Tujuan
peningkatan
kinerja
manusia,
yang
terbaik
bisa
dicapai
dengan
menggabungkan intervensi pembelajaran dengan intervensi non-pembelajaran, seperti
insentif ditingkatkan, alat yang lebih baik, alat bantu pekerjaan, struktur organisasi yang
lebih mendukung, dan seterusnya. Salah satu cara untuk menggambarkan pendekatan ini
adalah melalui Strategi Impact Model yang dikembangkan oleh Molenda dan Pershing
(2004). Model ini menunjukkan pembelajaran datang ketika kinerja orang dihambat oleh
kurangnya pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan dan menunjukkan secara
eksplisit bagaimana intervensi pembelajaran dan jenis lain dari intervensi kinerja
berhubungan satu sama lain.
Point yang terpenting bahwa pembelajaran adalah solusi hanya untuk satu jenis
masalah, yaitu masalah kurangnya jenis pengetahuan dan keterampilan yang dapat
dipelajari. Orang tahu bagaimana melakukan sesuatu tetapi tidak memiliki inisiatif untuk
melakukannya, atau mereka memiliki pengetahuan dan inisiatif tetapi tidak memiliki alat
untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Pelatihan tidak akan memberi mereka motivasi
dan alat yang kurang tersebut. Peningkatan kinerja sangatlah penting, ketika menangani
masalah bisnis atau peluang, kemampuan tenaga kerja menjadi komponen yang paling
penting, sehingga pelatihan atau pendidikan seringkali merupakan “Batu kunci” dari proses
perubahan.
Membedakan Pemberian Informasi dari Pembelajaran
Informasi bertujuan untuk memberikan gambaran ide atau materi pelajaran,
membangkitkan minat, memberikan informasi latar belakang, atau untuk memberikan
rincian prosedural. Penyajian konten informasi dapat disajikan dalam bentuk memo, di
dalam kelas, dalam buku teks, atau di Web. Hal tersebut jauh berbeda dari pembelajaran.
Dalam pembelajaran, susunan informasi dan peristiwa digunakan untuk memfasilitasi
belajar. Informasi yang diberikan kemudian adanya pemahaman, penyimpanan dan
penggunaan yang memerlukan kegiatan pembelajaran dengan keterlibatan aktif untuk
mempertanyakannya, mendiskusikannya, menerapkannya materi (informasi) pada praktek
masalah baru serta ada penilaian untuk menentukan apakah peserta telah menguasai
tujuan atau belum.
Membedakan Dukungan Kognitif dari Pembelajaran
Ada dua intervensi yang terkait, dukungan kognitif dan pembelajaran. Keduanya
berurusan dengan operasi mental, dan keduanya mungkin memerlukan beberapa penyajian
informasi. Dukungan kognitif dapat menggantikan dan melengkapi pembelajaran, tetapi
mereka tidak setara. Dukungan kognitif disediakan oleh jenis lain dari alat bantu pekerjaan
dan hampir setiap alat dilengkapi dengan buklet prosedur operasi. Informasi yang diberikan
oleh bantuan pekerjaan tidak dimaksudkan untuk dihafalkan. Hal ini diasumsikan bahwa
pengguna akan mencari informasi pada kesempatan yang dibutuhkan. Di sisi lain,
pembelajaran ini dimaksudkan untuk belajar. Kedepannya, dukungan kognitif dan
pembelajaran akan lebih kabur oleh kecenderungan terhadap pekerjaan, pembelajaran yang
terjadi di tempat kerja. Karena pengusaha semakin enggan untuk memberikan pelatihan
pada pekerjanya.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Ada dua tipe untuk mempersiapkan pembelajaran menarik yang efektif. Desain
Pembelajaran atau Model-Model Pengembangan dan Kerangka Pelajaran atau Template.
Desain Pembelajaran/Model Pengembangan ialah panduan prosedural yang fokus pada
langkah-langkah yang harus diikuti oleh perencana ketika mereka melanjutkan dari
konseptualisasi masalah untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi. Model tersebut
mencoba untuk menentukan apa keputusan yang harus dibuat dan dalam rangka apa.
Model yang mengikuti pendekatan sistem umumnya merekomendasikan urutan
menganalisa, merancang, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi.
Berdasarkan urutan ini, ADDIE singkatan yang sering digunakan untuk merujuk kepada
model ini. Sedangkan Kerangka Pelajaran/Template ialah untuk struktur unit pembelajaran,
yang mungkin disebut sebagai pelajaran, unit, modul, program, atau istilah lainnya.
Kerangka Pelajaran ini menentukan sifat dan urutan kegiatan belajar yang harus dimasukkan
ke dalam setiap pelajaran yang efektif.
Desain Pembelajaran/Model Pengembangan
Desain pembelajaran ialah perencanaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar
yang dilakukan oleh guru dalam dunia pendidikan formal dan oleh para manajer, supervisor,
desainer dalam organisasi-organisasi nonformal. Untuk mencapai tujuan dan mendapatkan
nilai tambah yang lebih tinggi pada efesiens dan efektivitas kinerja dibuatlah prosedur
perencanaan pembelajaran dan pengembangan prosesnya mengikuti pendekatan sistem.
Model Pendekatan Sistem. Inti dari pendekatan sistem adalah untuk memecahkan proses
perencanaan pembelajaran menjadi langkah-langkah kecil dalam urutan yang logis, maka
menggunakan output dari setiap langkah sebagai input untuk selanjutnya. Pendekatan
sistem juga sebagai komitmen untuk melakukan evaluasi dan revisi pada setiap langkah dari
proses desain / pengembangan pembelajaran. Contoh model pendekatan sistem seperti
Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) sedikit keliru
karena evaluasi tidak hanya dilakukan pada akhir pelatihan, tetapi pada akhir setiap fase
pengembangan seperti pada Model Pendekatan Sistem The Dick ana Carey model ini
merupakan dasar untuk model lainnya, sering digunakan di Perguruan Tinggi atau
Universitas dan mencakup keseluruhan proses perencanaan untuk intervensi pembelajaran
dalam bisnis, industri, pemerintah, dan pelatihan militer. Fokus utama model ini adalah
pada tahap perencanaan, membuat atau memilih metode dan bahan yang terdiri dari
pengalaman pembelajar, langkah-langkah menentukan tujuan, memilih metode dan media,
dan memutuskan kerangka pelajaran.
Menentukan Tujuan dan Sasaran
Klasifikasi tujuan pembelajaran menurut Bloom (1956) ada tiga kategori : kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kognitif mengacu pada keterampilan intelektual, dari pengetahuan
sederhana tentang fakta-fakta kompleks untuk pemecahan masalah. Afektif mengacu pada
perubahan sikap dan emosional, dari pembentukan preferensi sistem-sistem nilai yang
kompleks. Psikomotor mengacu pada keterampilan fisik, termasuk manual ketangkasan,
keterampilan atletik, dan sejenisnya. Romiszowski (1981) mengusulkan kategori keempat
yaiut : interpersonal, untuk menutupi tujuan yang berkaitan dengan hubungan manusia,
seperti mereka yang terlibat dalam kerja sama tim, penjualan, pembinaan, dan pengawasan.
Jadi tujuan pembelajaran diklasifikasikan menurut kategori dimana keterampilan sedang
ditekankan pada waktu itu. Pendekatan sistematis yang jelas dari tujuan pada tahap awal
sangat penting dalam proses perencanaan, seperti pemilihan metode pembelajaran
bergantung pada apa tujuan pembelajaran yang sedang diikuti.
Metode dan Media Pembelajaran
Dalam tahap perencanaan harus memutuskan apa metode dan saluran media apa
yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran. Metode berarti suatu cara untuk
melakukan sesuatu (doing something). Metode pembelajaran adalah cara mengajar atau
cara melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Teaching methods :
Learning methods:
 Presentation
- Reading
 Demonstration
- Reflection
 Tutorial
- Discussion
- Expression
- Construction
- Drill and practice
- Discovery inquiry
Media dapat dibedakan dari metode. Media adalah saluran yang membawa informasi
antara sumber dan penerima (Smaldino dan Rusell, 2005). Media dan metode sangat
berkaitan. Misalnya, istilah e-learning atau video berbasis pembelajaran. E-learning hanya
mengacu pada penggunaan kata-kata, gambar, dan suara yang disaring melalui beberapa
sistem komputer dan ditampilkan pada layar tampilan. Peserta didik dapat berinteraksi
dengan tampilan dengan mengklik atau scrolling dengan mouse, menyentuh layar sentuh
yang sensitif, atau mengetik pada keyboard. Pada jenis yang paling umum e-learning,
peserta didik hanya membaca informasi verbal pada layar, dengan interaksi terbatas untuk
mengklik link atau mungkin pada pilihan ganda, yang mengarah ke lebih banyak halaman
teks. Dalam hal ini kasus kegiatan belajar-mengajar atau metode hanya membaca, salah
satu metode yang paling umum digunakan.
Hubungan Metode, Media dan Pembelajaran
Metode lebih besar mempengaruhi pembelajaran dari pada media. Diyakinkan oleh
Clark (2001) dalam penelitiannya dua metode yang berbeda di konten dan media yang
sama. Ketika media digunakan pada metode yang efektif itu jauh lebih baik proses
pembelajarannya dibandingkan media tersebut digunakan pada metode yang tidak efektif.
Media dapat digunakan dengan baik atau buruk, dan dapat menggabungkan metode yang
efektif atau tidak efektif. Rahasia pengajaran yang efektif adalah pemilihan metode yang
sesuai dengan konten tertentu dan tujuan. Rahasia instruksi efisien adalah pemilihan media
yang dapat membawa metode yang diperlukan untuk jumlah terbesar peserta didik pada
biaya terendah.
Model Vs Kerangka Pelajaran
Banyak cara lain untuk menggambarkan perencanaan pembelajaran selain dengan
pendekatan
sistem. Puluhan
pendekatan alternatif
dijelaskan
dalam
Paradigma
Pengembangan Pembelajaran (Dills & Romiszowski, 1997). Namun, sebagian besar
pendekatan sebenarnya lebih dekat dengan kerangka pelajaran, selain road map untuk
proses perencanaan keseluruhan pembelajaran. Pendekatan yang mencoba untuk
menggambarkan seluruh proses cenderung menyerupai model sistem, meskipun
menggunakan sinonim untuk elemen-elemen dari proses tersebut. Walaupun masih banyak
perencanaan pembelajaran/pengembangan model kurang memberikan arahan yang cukup
spesifik tentang bagaimana untuk benar-benar melaksanakan setiap langkah-langkah
penting khususnya desain memutuskan bagaimana pengembangan pelajaran (McCombs ,
1986; Gordon & Zemke, 2000), tetapi kerangka pelajaran telah diuji para desainer dapat
menyempurnakan rencana untuk unit individu atau pelajaran tersebut.
KERANGKA PELAJARAN
Para perancang pembelajaran harus membuat keputusan untuk memilih suatu
kerangka menyeluruh untuk pelajaran atau unit pembelajaran lain. Banyak kerangka kerja
biasanya terinspirasi oleh teori pembelajaran tertentu.
Kerangka Behavioris
Teori Dasar. Teori ini menyatakan bahwa perilaku yang diikuti oleh peristiwa memperkuat
lebih mungkin untuk dipelajari dan dipamerkan di masa depan.
Penerapan Teori tersebut. Untuk menerapkan teori ini dalam kemampuan kognitif, Skinner
mengusulkan menggunakan kerangka kerja yang disebut instruksi terprogram. Spesifikasi
instruksi terprogram kemudian diperluas dan disederhanakan oleh Popham (1971) untuk
empat prinsip: "1. Menyediakan praktek yang relevan untuk pelajar. 2. Memberikan
pengetahuan hasil. 3. Hindari masuknya yang tidak relevan. 4. Buatlah materi yang menarik"
(hal. 171).
Pola instruksional. Pendekatan behavioris saat ini ditandai oleh dirumuskannya tujuan
kinerja secara tepat dan rincian dari tugas belajar menjadi langkah-langkah kecil, masingmasing yang dapat dipraktekkan dan dikoreksi sampai penguasaan tercapai.
Metode. Metode yang dapat digunakan:

Membaca, termasuk penggunaan teks terprogram, modul audiovisual terprogram,
dan linier instruksi dengan bantuan komputer (CAI)

Tutorial

Latihan-dan-praktek

Demonstrasi

Penemuan / penyelidikan
Penggunaan. Pendekatan behavioris cocok untuk pengembangan keterampilan yang
menempatkan ke dalam domain pelatihan, rutinitas tugas yang harus diselesaikan dengan
akurat dan efisiensi. Diskriminasi, belajar konsep, asosiasi telah diajarkan dengan sukses
dengan pendekatan behavioris (Ertmer & Newby, 1993, hal 56
Kerangka Kognitif
Teori Dasar. Dalam pandangan ini input sensorik yang dipilih, dikodekan, dan disimpan
dalam jangka pendek dan mungkin memori jangka panjang. Kemudian, informasi yang
disimpan dengan baik dapat diambil dan digunakan.
Penerapan teori. Teori ini melibatkan kegiatan instruksional dimana para peserta didik
membaca atau melihat materi dan menganalisa mengenai materi tersebut, kemudian
mereka berlatih menerapkannya dalam beberapa bentuk yang realistis.
Pola instruksional. Pelatihan dan pendidikan yang berbasis pada kerangka kognitif
cenderung mengambil bentuk kuliah atau presentasi direkam yang diilustrasikan dengan
suplemen audiovisual agar efisien.
Metode. Metode yang digunakan:

Presentasi

Membaca

Demonstrasi

Latihan-dan-praktek

Diskusi, termasuk debat, seminar, dan kelompok buzz.
Penggunaan. Pendekatan kognitif cocok untuk membantu peserta didik untuk mengingat
informasi baru, memahami bagaimana sesuatu bekerja, dan untuk mengingat dan
menggunakan prosedur baru (Davis & Davis, 1998).
Kerangka Konstruktivis
Teori Dasar. Dalam teori ini disebutkan bahwa pengetahuan dibangun dari dan dibentuk
oleh pengalaman siswa sendiri. Guru memberikan materi kemudian siswa tersebut yang
mengembangkannya sendiri.
Penerapan Teori tersebut. Teori Merrill mengusulkan empat fase dalam proses
instruksional: (1) aktivasi dari pengalaman sebelumnya, (2) demonstrasi keterampilan, (3)
penerapan keterampilan, dan (4) integrasi keterampilan kedalam kegiatan dunia nyata.
Figure 4. Visual model of the major elements of Merrill’s “First Principles”
Pola instruksional. Merrill juga mengusulkan kerangka sederhana untuk menerapkan prinsip
utama untuk situasi pelatihan, yang disebut Pebble-in-the-pond model (Merrill, 2002b). Inti
dari kerangka kerja adalah untuk memulai dengan membayangkan seluruh hal sederhana
dari tugas dimana pembelajar harus mampu melakukannya.
Metode. Metode yang dapat digunakan:
•Penemuan
•Tutorial
•Membaca
•Ekspresi
•Refleksi
Penggunaan. Pendekatan konstruktivisme sangat cocok pada pembelajaran dengan
kemampuan yang lebih tinggi dalam berfikir yang kompleks.
Kerangka Eklektik
Versi paling terkenal dari kerangka kerja yang telah menjadi garis kuat dan
berpengaruh untuk desain pelajaran:

memperoleh perhatian

Menginformasikan peserta didik dari tujuan

Merangsang ingat sebelum belajar

Menyajikan konten

Menyediakan 'bimbingan belajar'

memunculkan kinerja

memberikan umpan balik

menilai kinerja

Meningkatkan retensi dan transfer
(Gagne & Medsker, 1996, hal 140)
Sebuah penyederhanaan Kerangka Tujuan dikembangkan oleh Russell, ditunjukkan
pada Gambar 5.
Gambar 5. Model Visual Kerangka Tujuan Alignment James D. Russell 's
Unsur-unsur penting dari sesi belajar dapat dirumuskan dalam tiga komponen: tujuan,
kegiatan, dan penilaian. Tujuan menjelaskan apa yang Anda inginkan dari apa yang akan
dilakukan peserta didik setelah pembelajaran. Kegiatan adalah apa yang pelajar lakukan
selama pembelajaran untuk membantu mereka belajar pengetahuan, sikap, atau
keterampilan yang diajarkan. Penilaian adalah bagaimana menentukan apakah peserta didik
telah menguasai isi, sikap, dan/atau keterampilan yang diajarkan.
LINGKUNGAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran dapat dilakukan di berbagai lingkungan yang berbeda, dari kelas formal
sampai ke kelas informal atau kombinasi keduanya. Berikut adalah tiga kategori dari
lingkungan pembelajaran:
Pembelajaran Kelas Tatap Muka
Lingkungan pembelajara ini yang paling populer digunakan. Karena kehadiran guru
dan siswa memiliki dimensi sosial yang sulit digantikan. Lingkungan ini cocok untuk
mengajar keterampilan interpersonal, melihat demonstrasi keterampilan, dan berlatih
keterampilan-keterampilan dengan umpan balik langsung dan bimbingan korektif.
Pembelajaran Jarak Jauh melalui Media Telekomunikasi Synchronous
Dalam pembelajaran synchronous ini, biasanya pembelajaran berlangsung melalui
teleconference yang ditransmisikan melalui siaran, satelit, atau jaringan komputer atau
melalui televisi kabel jaringan yang dimiliki atau disewa oleh organisasi. Hal ini menjamin
setiap orang yang mendapat pesan yang sama pada waktu yang sama dan memungkinkan
real-time dua arah pertukaran.
Pembelajaran jarak jauh melalui Asynchronous Berbasis Media Komputer
Asynchronous termasuk pembelajaran tidak langsung. Biasanya pelajaran berbasis
komputerini dilakukan dengan transmisi melalui jaringan area lokal (LAN) atau, lebih baru,
melalui CD-ROM atau DVD.
Games dan Simulasi
Games dan simulasi sering dipandang sebagai metode pedagogis yang ideal untuk
belajar. Biasanya dilakukan dalam ruang kelas atau lingkungan komputer.
Belajar Mandiri
Belajar mandiri adalah pendekatan yang paling praktis karena kendala waktu dan
biaya. Peserta didik dapat memilih kapan dan dimana dia akan belajar.
Blended Learning
Menggabungkan pembelajaran konvensional dan online telah diakui sebagai alternatif
ketiga, disebut sebagai blended learning.
Memilih Sistem Pengiriman
Dalam literatur teknologi instruksional ada tradisi panjang menciptakan schemata
untuk pencocokan sistem pengiriman dengan tujuan belajar yang berbeda. Mereka
kemudian menilai kesesuaian masing-masing untuk berbagai tujuan belajar yang berbeda.
Hasilnya adalah sebuah model yang akan cocok untuk memilih sistem pengiriman yang
tepat dan lingkungan untuk belajar, membantu untuk menentukan unsur-unsur pelajaran
atau kursus dapat disampaikan secara elektronik dan yang akan bekerja lebih baik di
lingkungan kelas tatap muka.
MENGEVALUASI PEMBELAJARAN DAN MENILAI HASIL PESERTA DIDIK
Evaluasi/penilaian dapat ditujukan kepada proses pembelajaran itu sendiri maupun
untuk peserta didiknya. Terdapat tiga fase evaluasi yang digunakan: formatif, sumatif, dan
yang tegas dan ada enam kategori yang berbeda dari evaluasi/penilaian menurut
Hellebrandt & Russell (1993).
Evaluasi Formatif Pembelajaran
Evaluasi ini dilakukan dalam pengembangan bahan ajar yang masih berbentuk draft
untuk memperbaiki setiap prosesnya. Evaluasi ini disebut uji coba dan revisi belajar.
Evaluasi Sumatif Pembelajaran
Evaluasi ini dirancang untuk menentukan keefektifan bahan ajar. Evaluasi ini disebut
validasi atau verifikasi. Dilakukan setelah bahan-bahan telah dikembangkan dan telah
digunakan oleh peserta pelatihan. Evaluasi ini mengutamakan apa yang harus diukur untuk
menentukan keberhasilan. Menurut Kirkpatrick (1998) terdapat empat model kerangka
kerja yang diterima, yang menyatakan bahwa seseorang dapat mengevaluasi keberhasilan
program: (1) reaksi atau kepuasan peserta didik, (2) pencapaian tujuan pembelajaran, (3)
perubahan perilaku yang mengikuti pembelajaran, atau (4) hasil organisasi, dampak
keseluruhan dari program pembelajaran yang menggaris bawahi tujuan organisasi.
Evaluasi Konfirmasi Pembelajaran
Evaluasi ini dilakukan beberapa waktu setelah pelaksanaan awal pembelajaran,
mungkin bulan atau setahun kemudian. Tujuannya untuk menentukan apakah pelajaran
atau program masih memungkinkan peserta untuk memenuhi tujuan awal atau tidak.
Proses evaluasi ini dapat menentukan apakah konten berubah dari yang awal atau bahwa
karakteristik peserta didik yang berubah berubah. Diperlukannya revisi.
Penilaian Formatif Peserta Didik
Penilaian ini dilakukan untuk mendiagnosa masalah belajar peserta didik dengan
pengayaan atau perbaikan. Ini terjadi selama pembelajaran dengan penilaian diri, tes-tes,
kuis-kuis atau observasi pengajar.
Penilaian Sumatif Peserta Didik
Bentuk penilaian ini dilakukan pada akhir pembelajaran untuk memberikan
keterangan kemampuan berupa ujian akhir yang diberikan untuk mengukur prestasi peserta
didik yang terdapat standar kompetensi pelajarannya terlebih dahulu.
Penilaian Konfirmasi Peserta Didik
Setelah menyelesaikan pembelajaran, biasanya bulan atau tahun kemudian, peserta
didik kembali diuji untuk mengkonfirmasi apakah mereka telah mempertahankan
kompetensi yang mereka dapatkan selama penilaian sumatif setiap standar kompetensi.
Download