eksperimen fisika i - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

advertisement
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM
EKSPERIMEN FISIKA I
SEMESTER GANJIL T.A. 2015/2016
Disusun Oleh:
NURUN NAYIROH, M.Si
LABORATORIUM TERMODINAMIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah senantiasa memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen
Fisika I ini dapat terselesaikan dengan baik.
Diktat ini disusun sebagai buku panduan atau pegangan Praktikum
Eksperimen Fisika 1 di lingkungan Jurusan Fisika UIN MALIKI Malang dengan
materi yang telah disesuaikan dengan materi kuliah Gelombang, Listrik Magnet,
Fisika Modern, dan Termodiamika. Sebagian materi di dalam diktat ini
merupakan hasil penerjemahan dari buku penuntun eksperimen dari PHYWE
yang berbahasa Inggris ditambah dengan beberapa hal dari buku-buku bahan ajar
kuliah.
Tujuan penyusunan adalah bahwa diktat ini dapat membantu para asisten
dan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan praktikum dengan baik dan benar
sekaligus untuk menambah wawasan terhadap teori yang telah didapatkan dalam
perkuliahan serta membantu menambah ketrampilan mahasiswa dalam melakukan
kerja di laboratorium.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh Laboran dan Kepala
Laboratorium Fisika beserta seluruh pihak yang telah membantu penyusunan
diktat ini. Akhirnya, penyusun menyadari bahwa diktat ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk penyempurnaan diktat berikutnya.
Malang, Agustus 2015
Disetujui oleh:
Kepala Lab. Termodinamika
Diverifikasi oleh:
Dosen Pengampu
Drs. Abdul Basid, M.Si
NIP.19650504 199003 1 003
Ahmad Abtokhi, M.Pd
Nurun Nayiroh, M.Si
NIP. 19761003 200312 1 004
NIP.198503122011012018
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
Disusun oleh:
PLP Ahli Pertama
2
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Setiap praktikan yang melakukan praktikum Eksperimen Fisika I di
Laboratorium Jurusan Fisika, FSAINTEK, UIN MALIKI Malang diwajibkan
mematuhi tata tertib berikut :
1. Praktikan harus sudah siap menjalankan praktikum lima menit sebelum acara
praktikum dimulai.
2. Pada saat melakukan praktikum diharuskan memakai jas praktikum.
3. Setiap praktikan diharuskan membaca dengan teliti petunjuk praktikum yang
akan dilakukan dan membuat ringkasan cara kerja praktikum (password
masuk: Tujuan praktikum, landasan teori dan metodologi eksperimen) yang
akan dilaksanakan pada saat itu.
4. Setiap parktikum diwajibkan membawa kartu kendali praktikum.
5. Sebelum praktikum dimulai pada setiap awal praktikum akan didakan pre-tes.
6. Laporan sementara dibuat pada saat praktikum dan pada saat praktikum akan
usai dimintakan persetujuan Asisten praktikum.
7. Setiap selesai praktikum akan diadakan post-test.
8. Laporan resmi praktikum dikumpulkan pada setiap awal praktikum berikutnya.
9. Setelah usai praktikum setiap kelompok bertanggung jawab terhadap keutuhan
dan kebersihan alat-alat dan fasilitas kemudian mengisi buku log penggunaan
alat-alat praktikum.
10. Bagi praktikan yang berhalangan hadir diharuskan membuat surat ijin dan
apabila sakit harus dilampiri surat keterangan dokter.
11. Ketentuan yang belum tercantum dalam tata tertib ini apabila perlu akan
ditentukan kemudian.
PJ.Praktikum Ekaperimen Fisika I
Nurun Nayiroh, M.Si
NIP. 19850312 201101 2 018
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
3
DAFTAR ISI
Halaman
1. Sampul
1
2. Kata Pengantar
2
3. Tata Tertib
3
4. Daftar Isi
4
5. EF I-1
Frekuensi Resonansi dari Resonator
Helmhotz Menggunakan Cobra3
5
6. EF I-2
Medan Magnet dari Sepasang Kumparan
dalam Susunan Helmhotz
8
7. EF I-3
Timbangan Arus: Gaya yang Bekerja pada
Konduktor Pembawa Arus
12
8. EF I-4
Penentuan Kecepatan Suara
(Prinsip Sonar)
16
9. EF I-5
Viskositas Cairan Newtonian dan NonNewtonian (Rotary Viscometer)
20
10. EF I-6
Kapasitansi pada Bola Logam dan
Kapasitor Berbentuk Bola
25
11. EF I-7
Permukaan Cairan yang Berotasi
30
12. Sistematika
Laporan
33
13. Laporan
Sementara
34
14. Daftar Pustaka
35
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
4
EF I – 1
FREKUENSI RESONANSI DARI RESONATOR HELMHOTZ
MENGGUNAKAN COBRA3
I.
TUJUAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk menentukan frekuensi
resonansi yang berbeda-beda pada resonator yang bergantung pada volume.
II. DASAR TEORI
Resonansi Helmholtz adalah peristiwa resonansi udara dalam satu
rongga. Resonator tersebut terdiri dari suatu badan yang berbentuk bola
dengan satu volume udara dengan sebuah leher. Salah satu contoh peristiwa
resonansi Helmholtz adalah bunyi yang diciptakan ketika satu hembusan
melintasi puncak satu botol kosong. Ketika udara masuk ke dalam suatu
rongga, tekanan di dalam meningkat gaya luar yang menekan udara
menghilang, udara di bagian dalam akan mengalir keluar. Udara yang
mengalir keluar akan mengimbangi udara yang ada di dalam leher. Proses ini
akan berulang dengan besar tekanan yang berubah semakin menurun. Efek ini
sama seperti suatu massa yang dihubungkan dengan sebuah pegas. Udara
yang berada dalam rongga berlaku sebagai sebuah pegas dan udara yang
berada dalam leher.
Resonator yang berisi udara identik dengan sebuah massa, sebuah
rongga yang yang lebih besar dengan volume udara yang lebih banyak akan
membuat suatu pegas menjadi lebih lemah dan sebaliknya. Udara dalam leher
yang berfungsi sebagai suatu massa, karena sedang bergerak maka pada
massa terjadi suatu momentum. Apabila leher semakin panjang akan
membuat massa lebih besar demikian sebaliknya. Diameter leher sangat
berkaitan dengan massa udara dalam leher dan volume udara dalam rongga.
Diameter yang terlalu kecil akan mempersempit aliran udara sedangkan
diameter yang terlalu besar akan mengurangi momentum udara dalam leher.
Frekuensi resonansi Helmholtz resonator tergantung pada volumenya.
Fungsi dari Helmholtz resonator adalah digunakan untuk mengurangi bunyi
yang tidak diinginkan, dengan membangun resonator yang dirancang sesuai
dengan frekuensi yang ingin dihapus, biasanya digunakan dalam gelombang
dengan frekuensi yang rendah. Adapun persamaan frekuensi resonansi dalam
hal ini adalah:
=
.
(1)
di mana c adalah kecepatan suara, l panjang tabung, r diameter tabung, dan V
volume tubuh berongga yang terpasang pada tabung.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
5
Dengan menggunakan nilai numerik berikut untuk labu 1000 ml:
c = 343 m / s
r = 0,023 m
l = 0,085 m
V = 10,23 · 10-4 m3
frekuensi resonansi dari labu bulat yang bagian bawahnya kosong dihitung
menjadi 199 Hz, dan frekuensi resonansi dari labu yang setengah penuh
dengan air adalah 280 Hz. Perbandingan dua frekuensi resonansi menegaskan
bahwa frekuensi berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari volume tubuh
berongga.
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Cobra3 BASIC-UNIT
2. Power supply, 12 V
3. RS232 data cable
4. Cobra3 Frequency Analysis Software
5. Microphone with amplifier
6. Flat cell battery, 9 V, 6 F 22 DIN 40871
7. Glass tube, l = 300 mm, d = 12 mm
8. Tripod base -PASS9. Support rod, l = 50 cm, round
10. Universal clamp
11. Boss head
12. Measuring tape, l = 2 m
13. Round-bottom flask, 1000 ml, narrow neck
14. Round-bottom flask, 100 ml, narrow neck
15. Connecting cord, l = 50 cm, blue
16. Connecting cord, l = 50 cm, red
17. PC, WindowsR95 or higher
Gambar 1.
12150.00
12151.99
14602.00
14514.61
03543.00
07496.10
45126.01
02002.55
02032.00
37715.00
02043.00
09936.00
36050.00
36046.00
07361.04
07361.01
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
Rangkaian alat untuk mencari karakteristik osilasi pada resonator
berongga
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
6
B. Langkah Percobaan
1. Rangkailah alat percobaan sesuai dengan Gambar 1. Probe suara
diperpanjang melalui tabung kaca dan harus berada di ketiga atas
putaran bagian dari labu bulat.
2. Aktifkan modul program “ Frequency Analysis “. Lalu tekan “ Start a
New Measurement”.
3. Atur parameter pengukuran sesuai dengan Gambar. 2; sesuaikan
amplifikasi mikrofon pada tingkat intermediet.
4. Dalam percobaan ini diinginkan suara bising disekitar. Jika di ruangan
terlalu tenang, tidak ada sinyal yang dapat direkam.
5. Tentukan posisi frekuensi resonansi dari labu, yang hanya diisi
dengan udara (ukur frekuensinya dari gmabar spektrum).
6. Ulangi percobaan setelah bagian bulat dari labu setelah diisi dengan
setengah penuh air.
7. Untuk tujuan perbandingan, lakukan pengukuran lagi seperti langkahlangkah di atas untuk labu bulat 100 ml.
Gambar 2. Sinyal waktu, spektrum dan pengaturan parameter untuk pengukuran
pada labu bulat 1000 ml yang kosong
Keterangan:
Jika tingkat kebisingan ambient selama pengukuran terlalu lemah, maka
dapat menghasilkan suara yang tepat dengan cara yang sederhana ini,
misalnya, cukup untuk menggosok dua lembar kertas pasir bersamasama. Bila menggunakan labu 100 ml, probe suara harus dimasukkan ke
dalam labu tanpa tabung kaca, karena tabung kaca dapat mempengaruhi
panjang resonansi.
Untuk melakukan analisis kuantitatif, jumlah air yang akan dimasukkan
dalam labu harus ditimbang atau ditentukan dengan gelas ukur.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
7
EF I - 2
MEDAN MAGNET DARI SEPASANG KUMPARAN DALAM SUSUNAN
HELMHOTZ
I. TUJUAN
1. Mengukur densitas fluks megnetik di sepanjang sumbu z dari plat
kumparan ketika jarak keduanya a=R (R= jari-jari kumparan) dan ketika
jarak a < R dan a > R.
2. Mengukur distribusi ruang dari densitas fluks megnetik ketika jarak antara
kumparan a=R dengan menggunakan simetri rotasi pada pengaturan:
a. Pengukuran pada komponen aksial Bz.
b. Pengukuran pada komponen radial Br.
3. Menentukan komponen radial Br’ dan Br” dari 2 kumparan individu pada
bidang tengah diantara keduanya dan untuk mendemonstrasikan overlap
dari dua medan pada saat Br=0.
II. DASAR TEORI
Dari persamaan Maxwell:
(1)
dimana K adalah kurva tertutup sekitar daerah F, kita peroleh untuk arus DC
(D=0), hukum fluks magnetik:
(2)
Yang sering ditulis untuk tujuan praktis dalam bentuk hukum Biot-savart
berikut:
(3)
dimana ρ adalah vektor dari elemen konduktor dl untuk pengukuran titik dan
dH tegak lurus terhadap kedua vektor tersebut.
Kuat medan sepanjang sumbu konduktor lingkaran dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3) dan berdasarkan Gambar (1).
Vektor dl tegak lurus, dan ρ dan dH miring terhadap bidang sketsa, sehingga
(4)
dH dapat diselesaikan ke dalam komponen radial dHr dan aksial dHz.
Komponen dHz mempunyai arah yang sama untuk semua elemen
konduktor dl dan kuantitas ditambahkan, komponen dHr saling menghilangkan
antara yang satu dengan yang lainnya dalam berpasangan.
Oleh karena itu,
Hr=0
(5)
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
8
dan
(6)
Sepanjang sumbu loop kawat, sedangkan densitas fluks magnetik:
(7)
Medan magnet dari kumparan flat diperoleh dengan cara mengalikan pers. (6)
dengan jumlah lilitan (N).
Oleh karena itu densitas fluks magnetik sepanjang sumbu dari dua kumparan
identik pada jarak pisah a adalah
(8)
Dimana
Dimana z=0, densitas fluks mempunyai nilai maksimum ketika a<R dan nilai
minimum ketika a>R.
Gambar 1. Sketsa untuk membantu perhitungan kuat medan
sepanjang sumbu sebuah loop kawat.
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan bahan
1. Pair of Helmholtz coils
06960.00
2. Power supply, universal
13500.93
3. Digital multimeter
07134.00
4. Teslameter, digital
13610.93
5. Hall probe, axial
13610.01
6. Meter scale, demo, l = 1000 mm
03001.00
7. Barrel base -PASS02006.55
8. Support rod -PASS-, square, l = 250 mm 02025.55
9. Right angle clamp -PASS02040.55
10. G-clamp
02014.00
11. Connecting cord, l = 750 mm, blue
07362.04
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
1
1
1
1
1
2
1
1
1
3
1
9
12. Connecting cord, l = 750 mm, red
07362.01
3
Gambar 2. Diagram kawat untuk kumparan Helmhotz.
Gambar 3. Rangkaian alat untuk mengukur medan magnet.
B. Langkah percobaan
1. Rangkailah alat percobaan seperti pada Gambar 3.
2. Hubungkan dua koil secara seri dengan multimeter digital dan power
supply, arus yang digunakan tidak boleh melebihi 3,5A (operasikan
power supply sebagai sumber arus yang konstan).
3. Letakkan penggaris pada meja percobaan.
4. Ukurlah densitas fluks dengan menggunakan Hall probe aksial.
Densitas fluks magnetik tidak bergantung pada sudut φ, jadi hanya
komponen Bz (z, r) dan Br (z, r) yang diukur.
5. Aturlah posisi kumparan, Hall probe dan penggaris seperti pada
Gambar 3 kemudian ukurlah hubungan B(z, r=0) ketika jarak antara
kumparan a=R, a=R/2 dan a=2R.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
10
Gambar 3. Mengukur B(z, r=0) pada jarak a yang berbeda-beda di antara kumparan.
6.
-
-
Ketika jarak kumparan a=R dapat dihubungkan bersama-sama dengan
spacer (pengatur jarak)
Ukurlah Bz(z,r) sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4. Atur
koordinat r dengan menggerakkan probe dan koordinat z dengan
menggerakkan kumparan. Periksalah: densitas fluks harus memiliki
nilai maksimum pada titik (z=0, r=0).
Putar sepasang kumparan sebesar 90° (Gambar 5). Periksalah probe:
pada bidang z=0, Bz harus sama dengan nol.
Gambar 4. Mengukur Bz(z,r).
Gambar 5. Mengukur Br(z,r).
7. Ukurlah komponen radial dari medan individu pada z=0 dengan rangkaian
pendek yang pertama satu kumparan, kemudian dilanjutkan kumparan yang
lainnya.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
11
EF I - 3
TIMBANGAN ARUS:GAYA YANG BEKERJA PADA KONDUKTOR
PEMBAWA ARUS
I.
Tujuan
Tujuan dilakukan percobaan ini, adalah:
1. Untuk menentukan arah gaya sebagai fungsi arus dan arah medan
magnet.
2. Untuk mengukur gaya F, sebagai fungsi dari arus loop konduktor IL,
dengan induksi magnet B yang konstan dan untuk loop konduktor dengan
ukuran yang bervariasi sehingga induksi magnetik dapat dihitung.
3. Untuk mengukur gaya F, sebagai fungsi arus pada kumparan IM untuk
sebuah loop konduktor. Pada batas yang telah ditentukan, induksi
magnetik B, dengan akurasi yang memadai akan sebanding dengan arus
kumparan IM.
II. Dasar Teori
Pada sebuah medan magnet dengan induksi magnet B, sebuah gaya F
(Gaya Lorentz) bekerja pada pembawa muatan bergerak dengan muatan q dan
kecepatan v:
(1)
Vektor gaya F tegak lurus terhadap bidang yang ditempati oleh v dan B. Pada
percobaan ini v dan B juga berada pada sudut kanan satu sama lain, sehingga
hubungan yang menunjukan nilai vektornya adalah:
F=q.v.B
Kecepatan dari pembawa muatan (elektron) diukur melalui arus listrik IL di
dalam konduktor. Muatan total elektron pada penampang konduktor dengan
panjang ℓ dapat dirumuskan untuk q adalah:
q . v = IL . ℓ
(2)
Oleh karena itu diperoleh gaya Lorentz:
(3)
F = IL . ℓ . B
1. Pengamatan menunjukan bahwa arah dari vektor gaya bergantung pada
arah gerak elektron dan arah medan magnet.
Pada sebuah medan yang lintasannya sejajar terhadap arah rambatnya,
gaya akan bekerja pada loop konduktor. Pada induksi magnet dimana B=0,
timbangan sedikit berubah posisinya ketika arus I pada konduktor
dialirkan. Pada IL = 5A perubahan pada gaya dapat diukur. Penjelasan
tentang efek ini adalah bahwa dua konduktor pembawa arus saling tarikmenarik satu sama lain. Ketika arus mengalir, keping logam yg fleksibel
sedikit berubah posisinya dan dapat mempengaruhi posisi timbangan.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
12
2. Pada dua penampang loop konduktor yang vertikal, elektron bergerak pada
arah yang berlawanan, dan dua gaya bekerja padanya. Sedangkan pada
penampang loop konduktor yang horizontal, dimana panjangnya ℓ yang
diindikasikan pada tiap-tiap kejadian pada loop, sehingga dapat
mempengaruhi pengukuran gaya Lorentz. Salah satu dari loop konduktor
mempunyai dua lilitan (n=2), masing-masing panjangnya 50mm. Gaya
Lorentz pada loop konduktor ini secara eksak ekuivalen dengan loop
tunggal yang mempunyai panjang dua kali (ℓ =100mm, n =1).
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, antara lain:
1. Current Balance
11081.88
2. Balance LGN 310, on rod
11081.01
3. Pole pieces, rectangular, 1 pair
11081.02
4. Wire loop, 1 =12.5mm, n =1
11081.05
5. Wire loop, 1 =25mm, n =1
11081.06
6. Wire loop, 1 =50mm, n =2
11081.07
7. Wire loop, 1 =50mm, n =1
11081.08
8. Iron core, U-shaped, laminated
06501.00
9. Base for iron cores
06508.00
10. Coil, 900 turns
06512.01
11. Metal strip, with plugs
06410.00
12. Distributor
06024.00
13. Bridge rectifier, 30 V AC/1 A DC
06031.10
14. On/off switch
06034.01
15. Power supply, universal
13500.93
16. Ammeter 1/5 A DC
07038.00
17. Tripod base –PASS02002.55
18. Stand tube
02060.00
19. Support rod –PASS-, Square, 1 =1000mm
02028.55
20. Right angle clamp –PASS02040.55
21. Connecting cord, 1 =100mm, red
07359.01
22. Connecting cord, 1 =250mm, black
07360.05
23. Connecting cord, 1 =250mm, blue
07360.04
24. Connecting cord, 1 =500mm, red
07361.01
25. Connecting cord, 1 =500mm, blue
07361.04
26. Connecting cord, 1 =1000mm, red
07363.01
27. Connecting cord, 1 =1000mm, blue
07363.04
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
13
Gambar 1. Rangkaian percobaan: Timbangan arus: gaya yang bekerja pada
konduktor membawa arus.
B. Langkah Percobaan
1. Rangkailah alat percobaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Kumparan elektromagnet dihubungkan secara seri dan dihubungkan
ke tegangan keluaran pada power supply melalui ammeter, saklar dan
bridge rectifier. Pada dua bagian yang pertama dari percobaan ini,
tegangan diatur tetap 12 VAC dan dihubungkan dengan arus IM pada
kumparan yang diukur.
Loop Konduktor dihubungkan melalui dua strip logam yang fleksibel,
pertama semuanya menuju ke distributor dan kemudian melalui
ammeter menuju tegangan keluaran dari unit power supply. Jarak
antara strip logam sebaiknya selebar mungkin dan melentur lurus,
sehingga tidak ada gaya dari medan magnet yang bekerja.
2. Pertama, pole besi ditempatkan pada elektromagnet sedemikian rupa
untuk menghasilkan celah udara sekitar 4 cm. Loop konduktor dengan
l = 25 mm ditangguhkan dari timbangan dengan bagian horisontal
tegak lurus dengan garis-garis Medan magnet.
Timbangan dihentikan dengan tidak ada arus yang mengalir melalui
konduktor, dan arus konduktor diatur sebesar IL = 5 A. Besarnya arah
dan gaya ditentukan sebagai fungsi dari arah arus dan diamati dengan
magnet diputar pada sumbu horisontal. Tanpa medan magnet, posisi
timbangan diamati baik dengan dan tanpa arus yang mengalir melalui
loop konduktor.
3. Pole besi ditempatkan pada elektromagnet dengan rangkaian parallel
dan dengan sebuah gap udara 1 cm. Loop konduktor yang mempunyai
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
14
4.
panjang I =12.5mm digantung pada timbangan. Bagian horizontal dari
konduktor tegak lurus terhadap garis medan dan dengan mengabaikan
timbangan berada diantara medan yang seragam. Arus konduktor naik
0,5 A. Massa awal dari loop konduktor ditentukan dengan mematikan
medan magnet. Ketika medan magnet dinyalakan, massa diukur dan
gaya Lorentz dihitung dari perbedaan antara dua pembacaan.
Pengukuran dibuat hampir sama pada tiga loop konduktor lainnya.
Langkah – langkahnya sebagaimana pada langkah 3 diatas. Bedanya
dengan menggunakan loop konduktor 50 mm, n=2. Arus pada
konduktor 5A dan arus pada kumparan divariasikan dengan
menambah tegangan. Gaya Lorentz F dari masing-masing keadaan
ditentukan dari pembacaan.
Catatan:
Jika instrumen pengukuran medan magnet tersedia, induksi magnet dapat
diukur sebagai fungsi dari arus kumparan.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
15
EF I - 4
PENENTUAN KECEPATAN SUARA
( PRINSIP SONAR)
I.
TUJUAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah:
1. Untuk menentukan waktu transmisi pada jarak yang berbeda-beda antara
pemancar dan penerima.
2. Untuk membuat plot grafik bagian panjang pulsa suaru terhadap waktu
transmisi.
3. Untuk menentukan kecepatan suara dari grafik.
II. DASAR TEORI
Istilah SONAR merupakan singkatan dari Sound Navigation And Ranging
(pengukuran jarak dan navigasi suara). Sonar adalah suatu metode yang
memanfaatkan perambatan suara didalam air untuk mengetahui keberadaan
obyek yang berada dibawah permukaan kawasan perairan. Secara garis besar
sitem kerja sebuah peralatan sonar adalah mengeluarkan sumber bunyi yang
akan menyebar didalam air. Bunyi ini akan dipantulkan oleh obyek didalam
air dan diterima kembali oleh sistem sonar tersebut. Berdasarkan
penghitungan kecepatan perambatan suara didalam air maka letak obyek
didalam air tersebut dapat diketahui jaraknya dari sumber suara. Pada
peralatan sonar yang lebih canggih, bentuk fisik ataupun bahan pembentuk
obyek itu dapat diketahui juga.
Gambar 1. Diagram untuk penentuan panjang pulsa ultrasonik.
Pada percobaan ini pulsa suara dipancarkan oleh pemancar/transmitter
yang telah melintas di sepanjang jalan l setelah pemantulan dan sampai
terekam oleh penerima/ receiver (Gambar 1). Jika waktu yang diambil adalah
t, maka kecepatan suara c akan diberikan oleh:
==
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
(1)
16
Untuk jarak x ≤ 30 cm, jarak transmitter dari receiver (d) harus
dipertimbangkan dengan seksama dalam menentukan waktu transmisi. Ketika
barrel base pada transmitter dan receiver tetap saling bersentuhan, maka
jarak d = 6,5 cm. Pengukuran dilakukan pada mode “fast measurement”, dan
pengaturan yang sesuai untuk percobaan ini ditunjukkan pada Gambar 2.
Sebagai contoh pengukuran ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 2. Pengaturan parameter-parameter software.
Gambar 3. Contoh pengukuran untuk menentukan waktu t
yang diambil oleh pulsa echo
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan bahan percobaan
Adapun alata dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:
1. Ultrasonic unit
13900.00
1
2. Power supply untuk ultrasonic unit, 5 VDC 13900.99
1
3. Ultrasonic transmitter pada batang
13901.00
1
4. Ultrasonic receiver pada batang
13902.00
1
5. Cobra 3 Basic Unit
12150.00
1
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
17
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Power supply, 12 V
Kabel data RS 232
Barrel base PASS
Stand tube
Screen metal, 30x30 cm
Measuring tape, l = 2 m
Meter scale, l = 1000 mm
Screened cable, BNC, l = 75 cm
Adapter, BNC-socket/4 mm plug pair
Measure Software Universal writer
PC, Windows® 95 or higher
12151.99
14602.00
02006.55
02060.00
08062.00
09936.00
03001.00
07542.11
07542.27
14504.61
1
1
3
3
1
1
1
2
2
1
1
Gambar 4. Pengaturan alat percobaan.
B. Langkah percobaan
1. Susunlah alat percobaan seperti yang ditunjukkan Gambar 4.
2. Gunakan stand tube pada barrel bases untuk posisi reflektor,
transmitter dan receiver di atas meja, yang bertujuan untuk
menghentikan terjadinya gangguan pantulan.
3. Hubungkan transmitter ke socket TR1 pada ultrasonic unit, dan
operasikan dalam mode “Brust”.
4. Hubungkan receiver ke soket BNC kiri ( prioritaskan ke amplifer).
5. Pastikan amplifier dari ultrasonic unit tersebut tidak menyala
(tidak bekerja) dalam daerah saturasi. Mungkin, dalam satu kasus,
dioda “OVL” menyala, mengurangi amplifikasi masukan.
6. Gunakan sinyal sinkronisasi (soket BNC “sync”) dalam Cobra Basic
Unit masukan “Analog In 1/S1”.
7. Gunakan tegangan diperkuat bolak balik dari receiver dalam
masukan “Analog In 2/S2.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
18
8.
Perhatikan untuk memeriksa polaritas ketika menggunakan adaptor
BNC yang cocok.
9. Hubungkan Cobra 3 Basic unit pada PC degnan kabel data RS 232.
10. Transmitter dan receiver harus berada pada ketinggian yang sama,
ditunjukkan secara tegak lurus ke arah layar reflektor dan keduanya
pada jarak yang sama dari layar reflektor tersebut.
11. Jagalah Transmitter dan receiver tetap pada posisi awal selama
percobaan.
12. Ubahlah panjang jalan l pulsa suara dengan menggeser reflektor dan
setiap kali melakukannya, pastikan agar selalu tegak lurus pada garis
sambungan antara Transmitter dan receiver.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
19
EF I - 5
VISKOSITAS CAIRAN NEWTONIAN DAN NON NEWTONIAN
(ROTARY VISCOMETER)
I.
TUJUAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan gradient dari kecepatan rotasi sebagai fungsi dari tegangan
geser rotasi untuk dua cairan Newtonian ( gliserin, cairan parafin).
2. Mengamati ketergantungan suhu dari viskositas minyak dan gliserin
3. Menentukan kurva aliran untuk cairan non Newtonian(coklat)
II. DASAR TEORI
Jika cairan berada di antara dua lempengan dan gaya F bekerja di
sepanjang lempengan ke arah sumbu x, maka lempengan akan bergerak
dengan kecepatan v. Untuk cairan Newtonian yang sesuai dengan komponen
tegangan geser τ:
τ = F/A
(1)
jika dikaitkan dengan gradien kecepatan maka diperoleh sebagai berikut:
= (2)
(η adalah viskositas cairan dan A daerah kontak antara lempengan dan
cairan.)
Sejumlah zat (suspensi, emulsi) menunjukkan korelasi yang kompleks
antara T dan integral gradien kecepatan D (cairan non-Newtonian). Histeresis
juga mungkin terjadi.
Rotary Viskometer
Sebuah rotary viskometer terdiri dari silinder dalam dan silindir luar.
Cairan yang diamati diletakkan diantara keduanya. Pada saat kecepatan rotasi
rendah, momen rotasi yang diberikan pada lapisan silinder dari cairan dengan
jari-jari ketinggian h sesuai dengan hubungan berikut sebagai hasil dari rotasi
silinder luar atau dalam.
T ( r) = τ ・ 2π r h ・ r
(3)
Gambar 1. Gradien kecepatan dan tegangan geser.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
20
Gambar 2. Kekentalan dan aliran plastis dari zat yang berbeda:
1. Cairan Newtonian (kental murni)
2. Cairan Dilatani
3. Cairan Psedoplastik
4. Cairan Bingham (plastik murni)
5. Cairan Quasiplastik
Tegangan geser dapat dinyatakan dengan momen rotasi terukur sebagai
berikut:
() =
(4)
Dalam kasus ini, gradien kecepatan D adalah sebagai berikut:
D (r) = r dω/dr
(5)
ω adalah kecepatan sudut
Untuk cairan Newtonian persamaan (2) dan persamaan (3) dapat
disubstitusikan ke dalam persamaan (1). Integral dengan kondisi limit sebagai
berikut:
ω = 0 untuk r = R1
ω = f untuk r = R2
(R1 dan R2 adalah jari-jari dari dua silinder) memberikan hubungan antara
momen rotasi terukur dan kecepatan sudut:
=
! = "
(6)
Dimana C adalah perangkat konstan.
Pernyataan di atas harus dikoreksi terlebih dahulu karena efek tepi
sehingga C menjadi sebuah konstanta yang empiris.
Hal ini biasanya menggunakan tegangan geser rata-rata yang bekerja pada
permukaan dua silinder (2), yang mana diperoleh dari rata-rata geometris atau
aritmatika dari tegangan geser berikut:
! #$ = Atau
#$ = (7)
(8)
Dengan menggunakan persamaan (4) akan diperoleh D sebagai berikut:
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
21
%#$ =
Atau
%#& =
!
.
! (9)
.
(10)
Untuk cairan non-Newtonian, T tidak lagi berbanding lurus dengan f
atau τ juga tidak sebanding dengan D. Ada pendekatan rumus yang
menggambarkan hubungan antara T dan τ dan antara D dan f.
Untuk beberapa cairan, viskositas berubah secara eksponensial
dengan temperatur Tabs:
(Andrage)
(11)
η = A eb/Tabs
Atau
'() = *+, *+, (Vogel)
(12)
Pada suhu 303 K viskositas glyserin dihitung menjadi:
η = 680 cP
Data percobaan viskositas Glyserin menunjukkan:
η 293 = 1499 cP
η 303 = 624 cP
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Rotary viscometer
2. Support base –PASS3. Support rod, sta inless steel,1 =500mm
4. Right angle clamp
5. Magnetic heating stirrer
6. Electronic temperature controller
7. Magnetic stirrer bar, 1 =30mm
8. Separator for magnetic bars
9. Glass beaker, 600ml, short
10. Glass beaker, 250ml, tall
11. Glass rod, 1 =200mm, d =5mm
12. Glycerol, 250ml
13. Liquid paraffin, 250ml
14. Castor oil, 250ml
15. Acetone, chem, pure, 250ml
18221.93
02005.55
02032.00
37697.00
35720.93
35721.00
46299.02
35680.03
36015.00
36004.00
40485.03
30084.25
30180.25
31799.27
30004.25
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
1
1
1
1
1
1
1
1
3
2
2
2
1
2
3
22
Gambar 3. Rangkaian alat percobaan Viskositas Newtonian
dan non Newtonian
B. Langkah Percobaan
Adapun langkah kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Aturlah alat percobaan seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.
2. Rotary viscometer harus disesuaikan sampai persis posisinya vertikal,
gunakan sekrup putar yang berada pada dasar support stand untuk
melakukan hal ini. Ada kotak level di viskometer yang digunakan
untuk memeriksa ketepatan penyesuaian pengaturan itu.
3. Turunkan viskometer sampai ke permukaan cairan tepat mencapai
tanda kalibrasi bodi rotary.
4. Aduk cairan viskositas dengan kecepatan rendah sekaligus panaskan
dengan suhu pengukuran yang diinginkan dengan bantuan pengaduk
magnet dan aduk batang magnet agar cepat mencapai distribusi panas
yang seragam. Suhu sebaiknya selalu diukur di sekitar silinder
immersion. Setelah suhu percobaan telah tercapai matikan pemanas.
Suhu harus tetap konstan selama beberapa menit sebelum pengukuran
dimulai, karena sillinder immersion harus dalam kesetimbangan
termal dengan cairan. Ketika kesetimbangan termal telah tercapai,
matikan pengaduk magnetik dan tentukan viskositas cairan.
5. Setelah melakukan pengukuran, bersihkan selalu bar viskometer dan
sillinder putar dengan hati-hati dengan air atau aseton.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
23
6.
7.
Untuk Glyserin dan parafin cair, tentukan ketergantungan momen
rotasi terhadap frekuensi dalam rentang antara 0,1 Hz dan 1,0 Hz.
Untuk gliserin dan oli, tentukan ketergantungan viskositas terhadap
frekuensi dalam kisaran suhu antara 290 K dan 350 K. Untuk cairan
cokelat, tentukan ketergantungan momen rotasi terhadapa frekuensi
dalam rentang antara 0,1 Hz dan 1,0 Hz pada suhu sekitar 303 K,
Bahan lainnya yang sesuai untuk percobaan adalah bahan newtonian:
minyak, etilen glikol, dll dan cairan non-Newtonian: cat, sirup,
pelumas, cokelat cair,dll
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
24
EF I – 6
KAPASITANSI PADA BOLA LOGAM DAN
KAPASITOR BERBENTUK BOLA
I.
TUJUAN
1. Menentukan kapasitansi dari tiga bola logam dengan diameter yang
berbeda-beda.
2. Menentukan kapasitansi dari kapasitor berbentuk bola.
3. Menentukan diameter tiap benda uji dan perhitungan nilai
kapasitansinya.
II. DASAR TEORI
Bagian 1:
Kapasitansi C dari sebuah bola dengan jari-jari R diberikan oleh:
C = 4πε0 R
(1)
-12
(konstanta induksi elektrostatis ε0 = 8.86 ・ 10 As/Vm)
Dengan menggunakan persamaan (1), kapasitansi bola konduksi dapat
dihitung sebagai berikut:
Bola (2R1 = 0.121 m) : C = 6.7 ・ 10-12 As/V = 6.70 pF
Bola (2R2 = 0.041 m) : C = 2.28 ・ 10-12 As/V = 2.28 pF
Bola (2R3 = 0.021 m) : C = 1.22 ・ 10-12 As/V = 1.22 pF
Dengan menggunakan (2), nilai tegangan U1, di mana ditentukan dengan
rata-rata pengukuran amplifier, memenuhi untuk menentukan harga muatan Q
yang sesuai:
Q = (Cco + Cca) U1 = (Cco + Cca)U/V ;
dengan Cco << Cca; Q = CcaU1 = U/V
(2)
dimana
Cco = kapasitansi konduktor;
Cca = kapasitansi kapasitor paralel,
U = tegangan display, V= faktor penguatan,
U1 = tegangan terukur)
Di sisi lain, muatan konduktor Q adalah:
Q = Cco U2
(3)
Akhirnya, muatan-muatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(2) dan (3).
U1 / U2 = Cco / Cca
Bagian 2:
Kapasitansi kapasitor berbentuk bola diberikan oleh:
" = 4/01 ! (4)
(r1 = jari-jari bola dalam; r2 = jari-jari bola luar)
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
25
Dengan r1 = 0.019 m dan r2 = 0.062 m untuk kapasitor berbentuk bola
perhitungan kapasitansi medan C = 3.0 pF.
Nilai kapasitansi yang ditentukan secara eksperimental selalu lebih besar dari
pada nilai terhitung. Ketidaksesuaian ini karena tak dapat dihindarkan adanya
kapasitansi yang dispersif.
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Conductor ball, d = 20 mm
2. Conductor ball, d = 40 mm
3. Conductor ball, d = 120 mm
4. Hemispheres, Cavendish type
5. Hollow plastics ball, w. eyelet
6. Capillary tube, straight, l = 250 mm
7. Copper wire, d = 0.5 mm, l = 50 m
8. Insulating stem
9. High-value resistor, 10 MOhm
10. High voltage supply unit, 0-10 kV
11. Capacitor/ case 1/ 10 nF
12. Universal measuring amplifier
13. Multi-range meter A
14. Digital multimeter
15. Connecting cord, 30 kV, l = 1000 mm
16. Screened cable, BNC, l = 750 mm
17. Adapter, BNC socket - 4 mm plug
18. Connector, T type, BNC
19. Adapter, BNC-plug/socket 4 mm
20. Vernier caliper, plastic
21. Barrel base -PASS22. Support base -PASS23. Right angle clamp -PASS24. Support rod -PASS-, square, l = 630 mm
25. Support rod -PASS-, square, l = 400 mm
26. Universal clamp with joint
27. Croco. clip, insul., strong, 10 pcs
28. Connecting cord, l = 100 mm, green-yellow
29. Connecting cord, l = 750 mm, green-yellow
30. Connecting cord, l = 500 mm, blue
31. Connecting cord, l = 500 mm, red
06236.00
06237.00
06238.00
06273.00
06245.00
36709.00
06106.03
06021.00
07160.00
13670.93
39105.14
13626.93
07028.01
07134.00
07367.00
07542.11
07542.20
07542.21
07542.26
03014.00
02006.55
02005.55
02040.55
02027.55
02026.55
37716.00
29426.03
07359.15
07362.15
07361.04
07361.01
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
4
1
1
1
1
1
2
2
2
26
Gambar 1. Pengaturan alat percobaan untuk menentukan
kapasitansi bola konduktor
B. Langkah Percobaan
Bagian 1:
1. Aturlah alat percobaan untuk menentukan kapasitansi dari bola
konduktor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 2 hanya
menunjukkan bagian dari pengaturan percobaan yang harus
dimodifikasi untuk menentukan kapasitansi dari kapasitor berbentuk
bola.
2. Konduktor bola (d = 2 cm) ditempatkan pada barrel base dan
dihubungkan dengan kabel tegangan tinggi dengan resistor pelindung
10 MΩ ke kutub positif keluaran 10 kV pada power supply tegangan
tinggi.
3. Kutub positif di-ground-kan. Bulatan silinder dimasukkan ke dalam
kontak bola uji untuk menge-charge-nya.
4. Tegangan tinggi harus selalu di reset ke nol setelah selesai mengecharge. Setiap selesei pengukuran, tengangan penge-charge
ditingkatkan sebesar 1 kV.
5. Sebelum di-charge kembali, bola uji harus dikosongkan muatannya
melalui kontak dengan kabel penghubung dibumikan/digroundkan.
6. Muatan pada bola uji ditentukan dengan amplifier pengukuran.
Gunakan masukan hambatan tinggi pada elektrometer untuk kasus ini.
Sebuah tambahan kapasitor 10 nF dihubungkan secara paralel dengan
kabel uji BNC yang dilengkapi dengan adaptor yang diperlukan untuk
mengambil alih muatan.
7. Kapasitansi dari bola konduktor ditentukan dari tegangan dan nilai
muatan; ini dilakukan dengan menggunakan rata-rata yang dihitung
selama beberapa nilai pengukuran muatan.
Catatan: jangan gunakan tegangan tinggi untuk masukan amplifier!!!
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
27
Gambar 2. Bagian pengaturan percobaan yang digunakan untuk
menentukan kapasitansi dari kapasitor bola
Gambar 3. Sketsa yang menunjukkan pengaturan dan alat tambahan bola
konduksi. (1=kawat tembaga, 2=pipa kapiler, 3=alumunium foil)
Bagian 2:
1. Untuk menentukan kapasitansi dari kapasitor bola, ubahlah
pengaturan percobaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
2. Satukan belahan Cavendish sehingga membentuk bola lengkap
dengan lubang lingkaran kecil di bagian atas. Bola plastik dengan
permukaan konduksi ditutup dari kawat tembaga di pusat bola. Kawat
tembag yang dililitkan melalui pipa kapiler kaca yang dibungkus
aluminium foil dibumikan untuk menetralisir kapasitansi liar (Gambar
3). Aluminium foil itu dimungkinkan untuk tidak menyentuh belahan.
Lingkup interior harus terhubung ke pusat soket power supply
tegangan tinggi. Hal ini dilakukan dengan cara menggunkan jepit
buaya diatas kabel tegangan tinggi, sebelum resistor pelindung 10 MΩ
terhubung. Soket yang lebih rendah dibumikan lagi.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
28
3.
4.
5.
Tingkatkan tegangan pada step 100 V dan jangan ditingkatan di atas
1000 V untuk keselamatan multimeter digital.
Berdasarkan nilai rata-rata muatan yang terbaca, dapat ditentukan
untuk hemisphere yang sama sebagaimana yang didiskripsikan dalam
bagiannya.
Setiap selesai pengukuran, hemisphere harus di-discharge dengan
kabel ground dibumikan. Saat melakukan ini, harus dipastikan bahwa
tidak ada tegangan tinggi yang menginduksi.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
29
EF I – 7
PERMUKAAN CAIRAN YANG BEROTASI
I.
TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan:
1. Bentuk cairan yang berotasi.
2. Letak titik terendah yang dinyatakan sebagai fungsi kecepatan sudut
3. Kurva fungsi
II. DASAR TEORI
Permukaan dari sebuah cairan menghasilkan sejumlah gaya eksternal yang
bekerja tegak lurus terhadap permukaannya.
Dua buah gaya eksternal bekerja pada sebuah partikel bermassa m, pada
titik r, maka gaya gravitasi f1 nya:
f1 = m.g
(1)
g=percepatan karena gravitasi.
dan gaya sentrifugal f2 nya:
f2 = mω x (r x ω)
(2)
di mana ω melambangkan kecepatan anguler (sudut).
(Gambar 1 merupakan acuan yang digunakan pada sistem rotasi)
Dari Gambar 1, dapat diperoleh:
tan α = dy/dx = ω2x/g
Dan dari rumus tersebut didapatkan:
3 2=
(4)
&
+
(3)
(parabola)
Jika sumbu x pada Gambar 1 terletak pada permukaan sebuah cairan pada
ω =0 dan sumbu y terletak pada sumbu rotasi, kemdian karena adanya
konservasi massa dan diasumsikan bahwa terjadi pemampatan pada cairan,
maka diperoleh:
$
(5)
51 267 = 0
Jika 2α merupakan panjang dari sel, dan dari letak tersebut merupakan titik
terendah dari putaran cairan, maka:
3 $
= −:
&
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
(6)
30
Gambar 1. Keseimbangan gaya dalam sebuah partikel
pada permukaan cairan yang berotasi.
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini, antara
lain :
1. Rotating liquid cell
02536.01
1
2. Bearing unit
02845.00
1
3. Driving belt
03981.00
1
4. Motor, with gearing, 12 VDC
11610.00
1
5. Power supply 0-12V DC/6V, 12V AC
13505.93
1
6. Light barrier with counter
11207.30
1
7. Power supply 5 V DC/2.4 A
11076.99
1
8. Bench clamp, -PASS02010.00
2
9. Barrel base –PASS02006.55
1
10. Methylene blue sol., alkal. 250 ml
31568.25
1
Gambar 2. Pengaturan percobaan untuk menentukan parameter-parameter
permukaan cairan yang berotasi.
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
31
B. Langkah Percobaan
1. Susunlah alat dan bahan seperti yang ditunjukkan Gambar 2.
2. Letakkan air yang telah ditambah sedikit methylen blue ke dalam sel.
3. Tentukan ketinggian permukaan cairan agar dapat terhubung dengan
gais horizontal pada plat Plexiglas yang memilikit 3 macam kurva
fungsi parabola didalamnya.
4. Tentukan titik terendah kurva permukaan cairan, dengan cara
menekan kertas perak bersamaan dengan plat Plexiglas ke dalam sel.
5. Pastikan agar kecepatannya konstan, dengan cara memasang sabuk
penggerak antara mesin dan bantalan poros serta memasangkannya
dengan erat ke sel.
6. Ketika sel telah tertutup bagian atasnya, kecuali saat pengisian
sedikit celah, dapat digunakan kecepatan yang lebih tinggi.
7. Tempelkan layar (yang terbuat dari papan kartu kuat dengan
ketebalan 1 cm) pada dasar atau tepi dari sel untuk mengukur
kecepatan sudut Ω.
8. Pada saat berputar, layar melewati sensor cahaya pada light barrier
yang dioperasikan pada mode
.
9. Perhitungan akan dimulai dan hentikan hanya jika sel menyelesaikan
satu putaran penuh dan layar berputar sekali lagi melewati sensor
cahaya.
10. Hitung kecepatan sudut Ω dari periode rotasi T.
Ω = 2π T
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
32
Sistematika Laporan Praktikum
JUDUL PRAKTIKUM
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Gambar Percobaan
3.3 Langkah Percobaan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
4.2 Perhitungan
4.3 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
33
Format lampiran laporan sementara
LAPORAN SEMENTARA
PRKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I
Judul percobaan:………………………
Berisi Tabel data hasil percobaan dan kesimpulan data sementara
Asisten Praktikum
(
Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika I T.A 2015/2016
)
34
Download