BAB II - fkip.unja

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Hakikat dan Pentingnya Media Pembelajaran Biologi
Media merupakan salah satu bentuk alat bantu yang digunakan untuk
meningkatkan dan memudahkan kinerja. Tuntutan terhadap kemajuan teknologi
mengharuskan adanya pengembangan. Inovasi terhadap suatu media selalu dilakukan
guna mendapatkan kualitas yang lebih baik. Menurut Asyhar (2012:15) kualitas
pembelajaran memerlukan berbagai upaya untuk mewujudkannya. Upaya tersebut
terkait dengan berbagai komponen yang terlibat di dalam pembelajaran, salah satu
diantaranya adalah dengan pemanfaatan media pembelajaran.
Media pembelajaran hendaknya mampu membuat pembelajaran lebih bermakna
dan berkualitas. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat, maka perlu
dipertimbangkan
faktor/kriteria
pemilihan
media.
Kriteria
yang
perlu
dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam memilih media pembelajaran
menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:80-81) yakni:
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau
generalisasi.
3) Praktis, luwes, dan bertahan.
4) Guru terampil menggunakannya.
5) Pengelompokan sasaran.
6) Mutu teknis.
7
8
Kebutuhan akan media pembelajaran merupakan masalah dalam kegiatan
pembelajaran. Hal inilah yang menjadi penyebab perlunya dilakukan suatu
pengembangan dan produksi media pembelajaran. Media pembelajaran yang
dikembangkan diharapkan mampu mengatasi masalah yang ada dalam kegiatan
pembelajaran karena dirancang sesuai kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi
lingkungan, serta dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan inovasi para
pendidik.
2.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Menurut Asyhar (2010:52-53) dari berbagai ragam dan bentuk dari media
pembelajaran, pada dasarnya media dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
a. Audio
Jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya
melibatkan pendengaran peserta didik. Pesan dan informasi yang diterimanya
berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata dan lain-lain. Sedangkan pesan
nonverbal adalah dalam bentuk bunyi-bunyian, musik, bunyi tiruan dan
sebagainya.
b. Visual
Jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata,
sehingga pengalaman belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada
kemampuan penglihatannya.
9
c. Audio-Visual
Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.
d. Multimedia
Media yang melibatkan berbagai indera dalam satu kegiatan pembelajaran.
Contoh dari media ini diantaranya yaitu TV, film, game pembelajaran dan lain-lain.
Menurut Rosch (1966) dalam Munir (2012:2) multimedia adalah suatu kombinasi
data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji
dengan lebih menarik.
Sekolah mungkin merupakan institusi yang paling membutuhkan multimedia.
Multimedia dapat membawa perubahan dalam proses pembelajaran, khususnya saat
siswa menemukan bahwa mereka dapat keluar dari batasan metode pengajaran
tradisional (Vaughan, 2006:7).
2.3 Media Pembelajaran Berbasis Android
2.3.1 Pengertian Android
Menurut Satyaputra dan Aritonang (2014:2) Android adalah istilah dalam
bahasa Inggris yang berarti “robot yang menyerupai manusia”. Logo “Android”
sendiri, dicerminkan seperti sebuah robot berwarna hijau, yang mengacu pada arti
kata Android. Android adalah sebuah sistem operasi untuk Smartphone dan Tablet.
Sistem operasi dapat diilustrasikan sebagai jembatan antara piranti (device) dan
10
penggunanya, sehingga pengguna bisa berinteraksi dengan devicenya dan
menjalankan aplikasi-aplikasi yang tersedia pada device.
Android merupakan sistem operasi terbuka atau open source. Disebut open
source karena source code (kode sumber) dari sistem operasi Android dapat dilihat,
didownload, dan dimodifikasi secara bebas. Paradigma open source ini memudahkan
pengembangan teknologi Android, karena semua pihak yang tertarik dapat
memberikan kontribusi, baik pada pengembangan sistem operasi maupun aplikasi
(Satyaputra dan Aritonang, 2013:4).
2.3.2 Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Android
Media pembelajaran berbasis Android termasuk kedalam kelompok
multimedia pembelajaran. Beberapa keunggulan dari multimedia pembelajaran yaitu
(Ariani dan Haryanto, 2010:12) :
a.
Pengenalan perangkat teknologi informasi dan komunikasi kepada siswa.
b.
Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru itu sendiri
maupun siswa.
c.
Mengejar ketertinggalan pengetahuan tentang Iptek di bidang pendidikan.
d.
Dapat membangkitkan motivasi belajar para pembelajar, karena adanya
multimedia membuat presentasi atau tampilan pembelajaran menjadi lebih
menarik.
e.
Dapat digunakan membantu pembelajar membentuk model mental yang akan
memudahkannya memahami suatu konsep.
f.
Mengikuti perkembangan Iptek.
11
2.4 Eclipse Galileo
Eclipse Galileo (Eclipse 3.5) merupakan alat bantu dalam pengembangan
media
pembelajaran.
Eclipseadalah
sebuah
IDE
(Integrated
Development
Environment) untuk mengembangkan perangkat lunak dan dapat dijalankan di semua
platform (platform-independent).
Konsep Eclipse adalah IDE (Integrated Development Environment)yang
terbuka, mudah diperluas untuk apa saja, dan tidak untuk sesuatu yang spesifik. Jadi,
Eclipse tidak saja untuk mengembangkan program Java, akan tetapi dapat digunakan
untuk berbagai macam keperluan, cukup dengan menginstal plug-in yang dibutuhkan.
Selain itu, pengembangan secara visual bukan hal yang tidak mungkin oleh Eclipse,
plug-inUML2 tersedia untuk membuat diagram UML. Menurut Satyaputra dan
Aritonang (2014:12-13) ada beberapa alasan Eclipse dipilih sebagai salah satu
software pengembang aplikasi berbasis Android yaitu:
1. Eclipse tersedia secara bebas untuk merancang dan mengembangkan Android.
2. Eclipse merupakan IDE terpopuler, ini dapat terlihat pada banyaknya developers
yang menggunakan Eclipse sebagai IDE dalam pengembangan aplikasinya.
3. Eclipse memiliki plugin Android.
4. Eclipse mendapatkan dukungan sebagai IDE pengembang Android dari Google.
Eclipse Galileo merupakan produk yang diluncurkan pada proyek
Galileoproject pada tanggal 24 juni 2009. Kelebihan Eclipse Galileo ini dengan
Eclipse
versi
sebelumnya
adalah
kemudahan
pada
navigasinya.
Awalnya
12
Eclipsedikembangkan
dikembangkan
oleh
IBM
(International
International
Business
Machines)untuk
Machines
menggantikan perangkat lunak IBM Visual Age for Java 4.0.. Produk ini diluncurkan
oleh IBM pada tanggal 5 November 2001, yang menginvestasikan sebanyak US$ 40
juta untuk pengembangannya. Semenjak itu konsursium Eclipse Foundation
mengambil alih untuk pengembangan Eclipse lebih lanjut dan pengaturan
organisasinya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
(2014
Gambar 2.1 Tampilan kerja Eclipse Galileo
2.5Materi Pembelajaran
2.5.1. Pengenalan Plantae
Menurut Prawirohartono dan Hidayati (2013:135) dunia tumbuhan atau
kingdom Plantae, meliputi organisme multiseluler dengan sel
sel-sel
sel berdinding tebal
13
dari bahan selulosa. Seluruh anggota dunia tumbuhan memiliki klorofil, sehingga
mampu melakukan fotosintesis.
Berdasarkan ada atau tidak adanya pembuluh angkut, tumbuhan dibedakan
atas dua macam, yaitu sebagai berikut (Irnaningtyas, 2013:251):
a.
Tumbuhan tidak berpembuluh (non-tracheophyta) yang meliputi tumbuhan
lumut (Bryophyta).
b.
Tumbuhan berpembuluh (tracheophyta)
yang meliputi tumbuhan
paku
(Pteridophyta) dan tumbuhan berbiji (Spermatophyta).
2.5.2 Lumut
Menurut Irnaningtyas (2013:251-258), Bryophyta (Yunani, bryon = lumut,
phyton = tumbuhan) merupakan anggota kingdom Plantae (tumbuhan) yang paling
sederhana dan bisa dikatakan sebagai bentuk peralihan antara Thallophyta atau
tumbuhan bertalus (belum memiliki akar, batang, daun sejati) dengan Cormophyta
atau tumbuhan berkormus (sudah memiliki akar, batang, daun sejati). Lumut juga
dikenal sebagai moss.
A. Cara hidup dan habitat lumut
Lumut memiliki klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Lumut mudah
ditemukan, terutama di tempat yang lembab (higrofit), di tanah, tembok, bebatuan
lapuk, dan menempel (epifit) di kulit pohon. Namun, ada pula lumut yang hidup di air
(hidrofit), misalnya Ricciocarpus natans. Di tempat yang lembab dan teduh,lumut
tumbuh subur dan tampak sebagai hamparan hijau. Contohnya lumut gambut
(Sphagnum) yang tumbuh di bioma tundra di daerah kutub utara.
14
Sumber: Glime (2013)
Sumber: Glime (2013)
(a)
(b)
Sumber: Lepp, Heino (2012)
(c)
Gambar 2.2 Habitat lumut: (a) lumut daun (di pohon lapuk),
lumut tanduk Anthoceros (di tanah), (c) lumut
hati Ricciocarpus natans (di air).
A. Ciri-ciri tubuh lumut
1. Bentuk dan ukuran tubuh lumut
Tubuh lumut ada yang berbentuk lembaran, misalnya lumut hati
(Hepaticopsida), ada juga yang berbentuk tumbuhan kecil dan tegak, misalnya lumut
daun (Bryopsida). Lumut yang berukuran kecil umumnya memiliki tinggi sekitar 1-2
cm, sedangkan lumut yang berukuran besar tingginya sekitar 20 cm. Lumut memiliki
bagian-bagian tubuh yang mirip akar, batang dan daun. Akar sederhana pada lumut
15
disebut rizoid. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang mengakibatkan lumut
tumbuh memanjang. Lumut hanya mengalami pertumbuhan memanjang dan tidak
mengalami pertumbuhan membesar.
Tumbuhan lumut tidak memiliki pembuluh angkut. Jaringan pengangkut
berupa jaringan empulur. Sel-sel tubuh lumut memiliki plastid yang mengandung
klorofil a dan b, serta memiliki dinding sel tetapi tidak diperkuat oleh lignin.
Sumber: Irnaningtyas, 2013
Gambar 2.3 Struktur tubuh lumut daun Polytrichum sp. dengan Sporangium
1.
Struktur dan fungsi tubuh lumut bentuk gametofif
Gametofit adalah bentuk tumbuhan lumut yang tampak berwarna hijau,
berbentuk lembaran, dan membentuk alat kelamin (gametangium) yang menghasilkan
gamet (sel kelamin). Sel kelamin jantan (spermatozoid) dihasilkan oleh alat kelamin
jantan yang disebut anteridium, sedangkan sel kelamin betina (ovum) dihasilkan oleh
alat kelamin betina yang disebut arkegonium. Lumut yang memiliki anteridium
sekaligus arkegonium disebut monoesis (berumah satu) atau homotalus.
16
Sumber: Becker, Michael (2002)
(a)
(b)
Sumber: Carboni, Giorgio (2007)
Gambar 2.4 (a) Bentuk gametofit lumut Polytrichum sp.dan (b) Lunularia cruciata
Lumut yang hanya memiliki salah satu jenis alat kelamin (anteridium atau
arkegonium saja) disebut diesis (berumah dua) atau heterotalus. Gametofit yang
memiliki anteridium disebut gametofit jantan, sedangkan gametofit yang memiliki
arkegonium disebut gametofit betina. Pada gametofit betina akan tumbuh sporofit.
1. Struktur dan fungsi tubuh lumut bentuk sporofil
Sumber: Lepp, Heino (2012)
(a)
Sumber: Silverside (2010)
(b)
Gambar 2.5 Bentuk Sporofit lumut: (a) Sphagnum flexuosum dan (b) Tortula muralis
Sporofit adalah bentuk tumbuhan lumut yang menghasilkan spora. Sporofit
menumpang di atas gametofit, bertangkai, dan berbentuk seperti terompet atau
17
kapsul. Sporofit mendapatkan air, garam mineral, dan zat makanan dari gametofit.
Sporofit membentuk sporogonium yang memiliki bagian-bagian vaginula (selaput
pangkal tangkai), seta (tangkai), dan sporangium (kotak spora). Sporangium
berbentuk kapsul yang dilindungi oleh kaliptra, misalnya terdapat pada lumut daun.
Sporangium tersusun dari bagian-bagian apofisis, teka, operculum (penutup). Spora
memiliki bentuk dan ukuran yang sama sehingga disebut homospora atau isospora.
A. Reproduksi Lumut
Pada lumut terjadi reproduksi secara aseksual (vegetatif) dan seksual
(generatif). Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora melalui
pembelahan sel meiosis sel induk spora di dalam sporangium (kotak spora). Spora
tersebut kemudian tumbuh menjadi gametofit. Pada lumut hati, reproduksi secara
seksual juga (vegetatif) juga dapat dilakukan dengan pembentukan gemmae cup(piala
tunas) dan fragmentasi (pemutusan bagian tubuhnya). Sementara reproduksi seksual
terjadi melalui fertilisasi ovum oleh spermatozoid yang menghasilkan zigot. Zigot
tersebut akan tumbuh menjadi sporofit. Sporofit berumur pendek, sekitar 3-6 bulan.
Dalam siklus hidupnya, lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis)
antara generasi gametofit yang berkromosom haploid (n) dan generasi sporofit (2n).
Metagenesis pada siklus hidup lumut daun dapat digambarkan sebagai berikut :
1)
Spora berkromosom haploid (n) yang jatuh di habitat yang cocok akan
berkecambah, sel-selnya membelah secara mitosis, dan tumbuh
menjadi protonema yang haploid (n).
2)
Protonema akan tumbuh menjadi gametofit (tumbuhan lumut) jantan
18
dan betina yang haploid (n).
3)
Tumbuhan lumut yang sudah dewasa akan membentuk alat kelamin
jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium).
4)
Anteredium menghasilkan spermatozoid berflagel yang berkromosom haploid
(n). Arkegonium menghasilkan ovum yang berkromosom haploid (n). Ovum
memproduksi zat gula dan protein yang merangsang pergerakan spermatozoid
menuju ovum. Pergerakan spermatozoid disebut kemotaksis.
5)
Fertilisasi ovum oleh spermatozoid menghasilkan zigot yang berkromosom
diploid (2n).
6)
Zigot mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi embrio (2n).
7)
Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).
8)
Sporofit akan membentuk sporogonium (2n) yang memiliki kotak spora
(sporangium).
9)
Di dalam kotak spora terdapat sel induk spora diploid (2n) yang akan
membelah secara meiosis dan menghasilkan spora-spora yang haploid (n).
19
Sumber: Irnaningtyas, 2013
Gambar 2.6 Siklus hidup lumut daun (Polytrichum commune)
B.
Klasifikasi Lumut
1.
Hepaticopsida (lumut hati)
Lumut hati tumbuh mendatar dan melekat pada subtrat dengan menggunakan
rizoidnya. Lumut hati banyak ditemukan di tanah yang lembap, terutama di hutan
hujan tropis. Ada juga yang tumbuh dipermukaan air. Pada umumnya lumut hati
berumah dua, misalnya Marchantia sp. Namun, ada pula yang berumah satu. Pada
lumut hati yang berumah dua, gametofit betina membentuk arkegoniofor yang di
bagian ujung tangkainya terdapat struktur berbentuk cakram. Sementara itu, gametofit
jantan membentuk anteridiofor yang di bagian ujung tangkainya terdapat struktur
20
berbentuk cawan dengan tepi berlekuk tidak dalam. Dibagian atas cawan terdapat
anteridium yang menghasilkan spermatozoid berflagel dua. Bila spermatozoid
membuahi ovum maka terbentuk zigot yang akan tumbuh menjadi sporofit. Sporofit
(2n) akan membentuk sporogonium yang akan menghasilkan spora (n).
Terdapat sekitar 6.500 spesies lumut hati, antara lain Marchantia sp.,
Ricciocarpus natans¸ Reboulia hemisphaerica, Pellia calycina, dan Riccardia indica.
Sumber: Glime (2013)
(a)
Sumber: Weaver (2014)
(b)
Gambar 2.7 Spesies lumut hati (a) Marchantia sp. dan (b) Reboulia hemisphaerica
2.
Anthocerotopsida (Lumut Tanduk)
Anthocerotopsida berbentuk seperti lumut hati, tetapi sporofitnya berbentuk
kapsul memanjang seperti tanduk dan mengandung kutikula. Sporofit tumbuh dari
jaringan cawan arkegonium. Sporogonium memiliki benang-benang elaster yang
mengatur pengeluaran spora, dan pada kapsulnya terdapat stomata.
Lumut tanduk tumbuh di batuan atau tanah yang lembab. Terdapat sekitar 100
spesies lumut tanduk, antara lain Anthoceros punctatus, Phaeoceros laevis,
Folioceros,dan Leiosporoceros.
21
Sumber: Glime (2013)
Sumber: Glime (2013)
(a)
(b)
Gambar 2.8 Spesies lumut tanduk: (a) Anthoceros bulbicosus, (b) Phaeoceros laevis
3.
Bryopsida (Lumut Daun)
Bropsida merupakan lumut sejati. Lumut daun mudah ditemukan di
permukaan tanah, tembok, batu-batuan, atau menempel di kulit pohon. Pada
umumnya tinggi lumut ini kurang dari 10 cm, namun ada pula yang mencapai 40 cm,
misalnya Polytrichum commune. Lumut daun mengalami pergiliran keturunan antara
gametofit dengan sporofit. Gametofit dewasa akan membentuk alat kelamin jantan
(anteridium) yang akan menghasilkan ovum. Fertilisasi ovum oleh spermatozoid akan
menghasilkan zigot yang kemudian tumbuh menjadi sporofit. Sporofit membentuk
sporogonium yang bentuknya bervariasi. Sporogonium memiliki sporangium yang di
dalamnya terdapat banyak spora. Spora dapat tumbuh menjadi lumut daun yang baru
bila jatuh pada habitat yang cocok. Selain dengan spora, lumut daun Sphagnum dapat
pula bereproduksi dengan fragmentasi.
Terdapat sekitar 10.000 spesies lumut daun, antara lain Polytrichum
commune, Polytrichum hyperboreum, Sphagnum palustre, Dichodontium, dan
Campylopusi.
22
Sumber: Glime (2013)
Sumber: Dave (2014)
(a)
(b)
Gambar 2.9 Contoh spesies lumut daun: (a) Sphagnum Palustre dan (b) Dichodontium
C. Peranan lumut bagi manusia
Meskipun ukuran tubuhnya kecil namun lumut mampu tumbuh dan menutupi
areal yang luas sehingga berfungsi untuk menahan erosi, menyerap air, dan
menyediakan sumber air pada saat musim kemarau. Lumut dapat hidup di habitat di
mana tumbuhan lain tidak dapat tumbuh, maka lumut termasuk vegetasi perintis
setelah lichen (lumut kerak). Beberapa jenis tumbuhan lumut bermanfaat bagi
manusia, antara lain :
1) Marchantia polymorpha sebagai obat hepatitis.
2) Sphagnum untuk bahan pembalut dan bahan bakar.
2.5.3 Tumbuhan paku
23
Menurut Prawirohartono dan Hidayati (2013:161-166), tumbuhan paku
dikelompokkan dalam satu divisi Pteridophyta, diperkirakan saat ini di permukaan
bumi sekitar 10.000 spesies tumbuhan paku.
A. Cara hidup dan habitat tumbuhan paku
Tumbuhan paku umumnya hidup di darat yang basah atau lembab. Hanya
beberapa jenis saja yang hidup di air. Tumbuhan paku telah memilliki klorofil,
sehingga bersifat autotrof. Tumbuhan paku banyak dijumpai di daerah tropis hingga
daerah beriklim sedang.
A.
Ciri-ciri tumbuhan paku
Sumber: Prawirohartono dan
Hidayati (2013)
Gambar 2.10 Bagian tubuh tumbuhan Paku
Tumbuhan paku telah memiliki organ tubuh seperti akar, batang, dan daun
yang sesungguhnya. Akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Ujungnya dilindungi
oleh kaliptra yang tersusun atas sel-sel yang bentuknya berbeda dengan sel akar.
24
Batang tumbuhan paku pada umumnya berupa akar tongkat atau rhizome, kecuali
beberapa spesies yang memang telah memiliki batang sesungguhnya, seperti paku
tiang. Daun tumbuhan paku berwarna hijau. Karena sel-selnya mengandung banyak
klorofil. Ukuran, bentuk, dan anatomi daun paku sangat bervariasi. Berdasarkan
ukurannya, daun paku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu daun kecil (mikrofil) dan
daun besar (makrofil).
Berdasarkan fungsinya, daun paku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sporofil dan tropofil. Sporofil adalah daun yang berfungsi untuk menghasilkan spora,
sedangkan tropofil adalah daun yang berfungsi sebagai penyelenggara asimilasi. Pada
sporofit dewasa ditemukan sporofil yang mempunyai bintil-bintil berbentuk bulatan
berwarna kuning, cokelat, atau kehitam-hitaman. Bintil-bintil tersebut adalah sorus,
yaitu badan tempat berkumpulnya kotak spora atau sporangium. Setiap sporangium
dikelilingi oleh sel-sel yang berbentuk cincin yang disebut annulus.
Ditinjau dari jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi
tiga yaitu :
1) Paku homospor atau isospor adalah jenis tumbuhan paku yang menghasilkan satu
jenis spora yang sama besarnya. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium).
2) Paku Heterospor adalah paku yang menghasilkan dua jenis spora yang berbeda
ukurannya. Spora yang besar disebut makrospora berkelamin betina, sedangkan
spora yag kecil mikrospora jantan. Contohnya adalah paku rane (Selaginella) dan
semanggi (Marsilea).
25
3) Paku Peralihan. Paku ini merupakan paku peralihan antara paku homospor dan
paku heterospor. Pada paku ini spora yang dihasilkan mempunyai bentuk dan
ukuran yang sama, tetapi sebagian berkelamin jantan dan sebagian berkelamin
betina. Contohnya adalah paku ekor kuda (Equisetum).
Spora
Protalium
Mikrospora
Megaspora
Mikroprotalium
Megaprotalium
Anteridium
Arkegonium
Anteridium
Arkegonium
Spermatozoid
Ovum
Spermatozoid
Ovum
Zigot
Zigot
Tumbuhan Paku
Tumbuhan Paku
Sporangium
Sporangium
Spora
Spora
(a)
(b)
Gambar 2.11 Bagan daur hidup tumbuhan paku: (a) Pergiliran keturunan paku homospor dan
(b) Pergiliran keturunan paku heterospor (Prawirohartono dan Hidayati (2013:163)).
A.
Reproduksi Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku berkembang biak secara vegetatif dan secara generatif.
Perkembangbiakan secara vegetatif dapat terjadi antara lain sebagai berikut :
1) Fragmentasi
26
Fragmentasi adalah pemisahan rhizome dari koloni induk. Biasanya pangkal rhizome
tua mati dan cabang-cabangnya akan tumbuh menjadi individu baru. Contohnya
pada tumbuhan paku yang tumbuh menjalar, misalnya Pteridium aquilinum dan
Dryopteris rigido.
2) Membentuk kuncup tunas
Dibentuk pada sisi bawah helaian daun, misalnya pada Asplenium buldiferum, atau
sisi helaian daun, misalnya pada Asplenium viviparum, atau di pangkal daun,
misalnya pada Cystopteris bulbifera. Tunas yang dihasilkan akan tetapi tumbuh
pada daun dan tumbuh di tempat yang sesuai.
3) Membentuk Ujung Daun
Dibentuk oleh tunas ujung daun yang bersifat embrional. Bila ujung daun menyentuh
tanah yang lembap, akan segera membentuk tunas dengan akar-akar yang
tumbuh ke dalam tanah. Selanjutnya, tunas tumbuh menjadi individu baru.
Contohnya adalah Asplenium pentifidum.
4) Membentuk Umbi Batang
Dijumpai pada semanggi (Marsilea crenata). Umbi yang dihasilkan dapat bertahan
pada tanah yang kering.
5) Membentuk tunas akar
Dijumpai pada Platycerium, Asplenium, dan Ophioglosum.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan. Gametofitnya merupakan
generasi haploid, yaitu protalium. Sedangkan sporofitnya adalah generasi diploid,
yaitu tumbuhan paku. Bila spora paku jatuh di tempat yang sesuai maka akan tumbuh
27
protalium. Setelah masak, protalium akan menghasilkan alat kelamin jantan
(anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium). Masing-masing alat kelmain akan
menghasilkan spermatozoid dan ovum. Bila terjadi pembuahan ovum oleh
spermatozoid, akan dihasilkan zigot. Selanjutnya, zigot tumbuh menjadi embrio dan
akhirnya menjadi tumbuhan paku. Setelah dewasa, sporofil dari sporofit akan
menghasilkan spora yang terdapat di dalam kotak spora. Kotak spora ini akan
berkumpul di dalam sorus.
Sumber : Morales, Elizabeth (2009)
Gambar 2.12 Siklus hidup tumbuhan paku
B.
Klasifikasi tumbuhan paku
1)
Psilopsida
Psilophyta merupakan tumbuhan paku sederhana dan sebagian jenis dari
subdivisi ini telah punah. Sporofit tumbuhan paku ini mempunyai batang rhizome dan
28
tidak mempunyai akar dan daun. Sebagai pengganti akar, tumbuhan ini mempunyai
rhizome yang diselubungi rizoid. Contohnya adalah Psilotum nudum.
2)
Lycopsida
Lycopsida yang masih hidup saat ini merupakan peninggalan dari suatu
bentuk masa lalu yang jauh lebih banyak jumlahnya. Dewasa ini hanya dua genus,
yaitu genus Lycopodium sp. dan Selaginella sp. yang masih hidup. Tumbuhan paku
ini mempunya rhizome horizontal yang menjadi akar dan cabang vertikal, dan
memiliki daun sejati yang mengandung untaian-untaian jaringan pembuluh.
Sporangia tumbuhan ini terletak pada daun khusus yang disebut sporofil.
3)
Sphenopsida
Salah satu dari subdivisi ini adalah Equisetum (paku ekor kuda). Paku ekor
kuda memiliki rhizome di bawah tanah tempat batang vertikal akan muncul. Batang
lurus berlubang memiliki ruas-ruas, dan lilitan daun atau batang kecil akan muncul di
ruas tersebut.
4) Pteropsida
Pteropsida (pakis) merupakan tumbuhan vaskuler tak berbiji yang paling
banyak jumlahnya. Daun pakis tumbuh seiring membukanya gulungan ujung yang
melingkar seperti kepala biola. Sporangia pada banyak pakis tersusun dalam
kelompok yang disebut sori dan dilengkapi dengan peranti yang menyerupai pegas
yang melemparkan spora beberapa meter jauhnya.
29
Sumber: Lang, Peter(2014)
(a)
Sumber: Rothfels, Carl (2008)
(b)
Sumber : Barnes, thomas(2003)Sumber : Young,Curtis (2012)
(c)
(d)
Gambar 2.13 Aneka tumbuhan paku: (a) Psilotum nudum (b) Selaginella sp. (c) Equisetum (d) Pakis
C. Peranan Tumbuhan Paku
Dibanding tumbuhan biji, manfaat tumbuhan paku bagi kehidupan manusia
lebih sedikit diantaranya sebagai berikut :
1) Tanaman hias, misalnya paku rane (Selaginella), paku sarang burung
(Asplenium), simbar menjangan (Platycerium), dan suplir (Adiantum).
2) Bahan makanan atau sayuran, misalnya semanggi (Marsilea crenata) dan paku
tiang (Alsophia clavatum).
3) Bahan obat-obatan, misalnya paku kawat (Lycopodium clavatum).
4) Bahan karangan bunga, misalnya paku kawat (Lycopodium cermuum).
5) Pupuk hijau, misalnya paku air (Azola pinnata).
2.5.4 Tumbuhan biji (Spermatophyta)
30
Menurut Irnaningtyas (2013:270-272), tumbuhan berbiji atau spermatophyte
(Yunani, sperma = biji, phyton = tumbuhan) meliputi semua tumbuhan berpembuluh
yang bereproduksi secara generatif dengan membentuk biji. Di dalam biji (seed)
terdapat calon individu baru (embrio sporofit atau lembaga) beserta cadangan
makanan (endosperma) yang terbungkus oleh lapisan pelindung.
2.4.4.1 Cara hidup dan habitat Spermatophyta
Pada umumnya Spermatophyta bersifat fotoautotrof karena memiliki klorofil
untuk berfotosintesis. Contonya Eucalyptus sp. dan Aster sp. Namun, ada pula yang
tidak memiliki klorofil sehingga hidup parasit pada tumbuhan lainnya untuk
mendapatkan zat organik, contohnya Cuscuta sp. (tali putri). Spermatophyta
merupakan kelompok tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan
darat, meskipun ada pula yang tumbuh di lingkungan air.
A. Ciri-ciri tubuh Spermatophyta
1) Bentuk dan ukuran tubuh Spermatophyta
Bentuk tubuh Spermatophyta dapat dibedakan atas :
a.
Semak (berbatang pendek, merayap, berumpun), contohnya rumput teki
(Cyperus rotundus) dan serai (Andropogon nardus).
b.
Perdu (berbentuk seperti pohon tetapi batangnya kecil dan pendek),
contohnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) dan cabai (Capsicum
annuum).
c.
Pohon (berbatang besar dan tinggi), contohnya jambu air (Eugenia aquea)
dan jati (Tectona grandis).
31
d.
Liana (berbentuk seperti tali tambang dan tumbuh melilit pada pohon lain),
contohnya rotan (Calamus rotang) dan sirih (Piper betle).
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
(a)
(b)
Sumber: Saputra (2013)Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
(c)
(d)
Gambar 2.14 Bentuk tubuh Spermatophyta: (a) semak: rumput teki (Cyperus
rotundus) (b) perdu: Cabai (Capsicum annuum) (c) pohon: jati
(Tectona grandis) (d) liana: sirih (Piper betle).
2.4.4.2 Struktur dan fungsi tubuh Spermatophyta
Bentuk sporofit tumbuhan berbiji memiliki akar, batang dan daun. Akar dapat
berbentuk serabut atau tunggang. Batang ada yang berkambium, ada pula yang tidak
berkambium. Daun memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi. Tulang daun
32
berbentuk lurus, menyirip atau menjari. Tumbuhan berbiji memiliki pembuluh
angkut, baik xylem maupun floem, pada akar, batang maupun daunnya.
Spermatophyta memiliki alat perkembangbiakan generatif berupa strobilus
atau bunga. Stobilus dimiliki oleh Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka),
sedangkan bunga dimiliki oleh Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup).
Berdasarkan letak bijinya, tumbuhan Spermatophyta dikelompokkan menjadi
dua divisi yaitu (Prawirohartono dan Hidayati, 2013:161-166):
A. Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae)
Menurut sejarah geologi, diduga Gymnospermae sudah menghuni bumi sejak
3000 juta tahun lalu. Gymnospermae berkembang biak secara generatif, yaitu dengan
pembuahan antara spermatozoid dan ovum, yang masing-masing dihasilkan oleh
strobilus jantan dan strobilus betina. Hasil pembuahannya adalah zigot, terus
berkembang menjadi embrio atau lembaga. Lembaga ini tersimpan di dalam bakal
biji yang tidak terlindung oleh daun buah, sehingga disebut tumbuhan berbiji terbuka.
Pembuahannya disebut pembuahan tunggal.
1. Ciri-ciri morfologi
Tumbuhan berbiji terbuka mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
a.
Umumnya merupakan tumbuhan berkayu, berupa pepohonan atau perdu.
b.
Sistem perakarannya adalah tunggal.
c.
Batangnya berkayu tumbuh tegak, banyak cabang atau tidak bercabang sama
sekali. Bekas tempat melekatnya daun tampak sebagai noda-noda. Daunnya
kecil, tebal, atau berbentuk jarum.
33
d.
Alat perkembangbiakan gymnospermae disebut strobilus. Strobilus jantan dan
betina umumnya terpisah.
2. Klasifikasi Gymnospermae
a.
Cycadinae
Tumbuhan ini disebut juga “palem sagu” karena bentuk tubuh fisiknya yang mirip
dengan palem, tetapi bukan golongan palem sejati. Cycadinae memiliki batang
pendek dan tidak bercabang dan dengan pertumbuhan yang sangat lambat. Daun-daun
tersusun spiral rapat diseliling batangnya. Pada batang dekat akar, tumbuh tunas yang
merupakan cara perkembangbiakan vegetatif.
Cycadinae termasuk tumbuhan berumah dua (diesis) karena mikrospora dan
megaspora dihasilkan oleh tumbuhan yang berbeda. Cycadinae tumbuh di daerah
tropis dan subtropis. Contoh Cycadinae antara lain Cycas rumphii (pakis haji), Cycas
revolute, Dioon edule, dan Zamia floridana.
b.
Coniferae
Coniferae merupakan tumbuhan dominan penyusun hutan konifer di belahan bumi
utara dan sebagian tumbuh di pegunungan tropis. Daun Coniferae berbentuk kecil,
tebal seperti jarum atau sisik, dan tampak selalu berwarna hijau (evergen).
Coniferae pada umumnya berumah satu karena memiliki dua jenis konus jantan dan
betina. Namun biasanya konus jantan dan konus betina terletak pada cabang yang
berbeda. Contoh Coniferae antara lain Pinus merkusii (ordo Pinales), Taxus babccata
(ordo Taxales), dan Agathis dammara (damar) (ordo Aracariales).
c.
Gnetianae
34
Gnetianae merupakan tumbuhan berbentuk pohon atau liana dengan batang
bercabang atau tidak bercabang. Gnetianae memiliki daun tunggal berbentuk
lembaran dengan susunan daun berhadapan dan tulang daun menyirip. Gnetianae
merupakan rumah berumah dua atau berkelamin tunggal. Contohnya antara lain
Gnetum gnemon (melinjo) (Ordo Gnetales) dan Ephedra sinica (Ordo Ephedrales).
d.
Ginkgoinae
Ginkgoinae merupakan tumbuhan berbentuk pohon dengan tinggi mencapai 30 m –
50 m. Batang bercabang-cabang dengan tunas yang pendek. Daun Ginkgoinae
berbentuk kipas dengan tangkai yang panjang. Tulang daun bercabang (menggarpu),
dan daun mudah gugur. Contoh Ginkgoinae antara lain Ginkgo biloba (Ordo
Ginkgo), Ginkgoadiantoides dan Ginkgo gardneri.
Sumber: Harduki (2008)
(a)
Sumber: Cook, Will (2006)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
(c)
(b)
Sumber:Nix ( 2014)
(d)
35
Gambar 2.15 Contoh Gymnospermae: (a) pakis haji (Cycas rumphii), (b)
Pinus merkusii, (c) melinjo (Gnetum gnemon), (d) Ginkgo biloba.
3. Manfaat Gymnospermae
Tumbuhan Gymnospermae memiliki beberapa manfaat yang penting dalam
kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:
a.
Bahan industri kertas, contohnya Podocarpus, Pinus, dan Agathis.
b.
Obat-obatan, contohnya Ginkgo biloba (getahnya untuk obat luka).
c.
Kosmetika, contohnya Ginkgo biloba, sebagai agen anti penuaan.
B. Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)
Menurut Irnaningtyas (2013:277-285) Angiospermae (Yunani, angeion =
wadah, sperma = biji) disebut juga Anthophyta (Yunani, anthos = bunga, phyton =
tumbuhan), yang memiliki bunga sebagai alat perkembangbiakan secara generatif.
Berdasarkan kajian fosil yang pernah ditemukan, diduga Angiospermae ada di bumi
sekitar 130 juta tahun silam.
1. Ciri-ciri tubuh Angiospermae
Angiospermae memiliki ciri utama, yaitu bakal bijinya berada di dalam
megasporofil yang termodifikasi menjadi daun bual (karpel) sehingga serbuk sari
harus menembus jaringan daun buah untuk mencapai bakal biji dan membuahi ovum.
Pada umumnya daun buah berdaging tebal.
36
Tubuh Angiospermae memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi. Ada yang
berupa tumbuhan berbunga terkecil. Tubuhnya terdiri atas bagian akar, batang, daun
dan bunga.
2. Siklus hidup Angiospermae
Angiospermae bersifat heterospora. Bunga sporofit akan menghasilkan
megaspora dan mikrospora. Siklus hidup Angiospermae adalah sebagai berikut.
a.
Bunga pada sporofit (2n) memiliki kepala sari yang di dalamnya terdapat sel
induk mikrospora (2n).
b.
Sel induk mikrospora (2n) mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan
mikrospora yang haploid (n).
c.
Mikrospora (n) mengalami pembelahan mitosis menghasilkan gametofit jantan
berupa butir serbuk sari yang haploid (n).
d.
Pada bakal biji terdapat sel induk megaspora (2n). Sel induk megaspore
membelah secara meiosis menghasilkan empat sel megaspore (n). Namun, hanya
satu sel megaspora yang hidup, sedangkan tiga lainnya mengalami degenerasi
(mati).
e.
Megaspora yang hidup akan membentuk gametofit betina (sel kandung lembaga
atau sel kantong embrio). Inti kandung lembaga membelah secara mitosis tiga
kali berturut-turut.
f.
Bila terjadi penyerbukan, serbuk sari (n) akan berkecambah membentuk buluh
(tabung) serbuk sari yag intinya akan mengalami kariokinesis dan menghasilkan
dua inti.
37
g.
Setelah buluh serbuk sari sampai di mikropil, inti vegetatif mengalami degenari.
Inti sperma I (n) membuahi ovum (n) dan menghasilkan zigot (2n). Inti sperma II
(n) membuahi inti kandung lembaga sekunder (2n) dan menghasilkan
endosperma (3n). Pembuahan pada Angiospermae disebut pembuahan ganda.
h.
Zigot (2n) akan tumbuh menjadi embrio (2n). Endosperma (3n) berfungsi sebagai
cadangan makanan. Ketika bakal biji tumbuh menjadi biji, ovarium akan
berkembang menjadi buah yang melindungi biji dan membantu pemencarannya.
3. Klasifikasi Angiospermae
3.1 Dicotyledoneae (Magnoliopsida)
Dicotyledoneae memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Keping berbelah dua.
b. Berkas vaskuler (pembuluh angkut) pada batang bertipe kolateral terbuka.
c. Batang dan akar memiliki kambium sehingga terjadi pertumbuhan sekunder
dan dapat tumbuh membesar.
d. Batang bercabang-cabang dengan ruas batang yang tidak jelas.
e. Berakar tunggang.
f. Bagian bunga berjumlah 4, 5 atau kelipatannya.
Dicotyledoneae memiliki beberapa ordo yaitu: ordo Casuarinales, Capparales,
Malvales,
Myrtales,
Fabales,
Gentianales,
Pipereales,
Rosales,
Magnoliales, Caryophyllales, dan Sapindales.
3. 2. Monocotyledoneae
Monocotyledoneae memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
Solanales,
38
a. Keping biji tunggal atau satu.
b. Berkas vaskuler bertipe kolateral tertutup. Letak xylem dan floem tersebar.
c. Pada umumnya batang dan akar tidak memiliki kambium.
d. Berdaun tunggal, kecuali pada kelompok palem.
e. Bagian bunga berjumlah tiga atau kelipatan tiga.
Monocotyledoneae memiliki beberapa ordo yaitu ordo Liliales, Asparagales,
Arecales, Poales, Zingiberales, Caryophyllales, dan Pandanales.
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
(a)
Sumber:Dokumentasi Pribadi (2015)
(b)
Gambar 2.16 Contoh Angiospermae: (a) Monocotyledoneae: bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa
sinensis)(b) Dicotyledoneae: kacang tanah (Arachis hypogea).
4. Peranan Angiospermae
Tumbuhan Angiospermae dapat dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan
manusia. Antara lain sebagai bahan makanan pokok (padi, jagung, ubi jalar), bahan
sayuran (bayam, katuk, labu siam), dan bahan obat-obatan (kina, jahe, kunyit).
2.6 Hasil Penelitian yang Relevan
39
Menurut Marsa dan Sardianto (2013:156) dengan penelitiannya yang berjudul
“Pengenalan Bahasa Inggris untuk Anak Melalui Aplikasi Edukasi Berbasis
Android”, konten edukasi ternyata paling disukai oleh pengguna Android. Pada
kuartal ke-3 tahun 2012 Android menduduki pasar paling besar dengan angka
fantastis sebesar 75 %. Hal ini baik, karena pengembangan yang dilakukan
merupakan pengembangan media pembelajaran berbasis Android, selain konten
edukasi sangat disukai oleh pengguna Android, media pembelajaran yang
dikembangkan ini juga dapat menjadi pembelajaran mandiri yang menarik, yang
dapat membantu siswa dalam memahami materi.
Media pembelajaran yang akan dikembangkan merupakan paket lengkap,
dimana didalamnya terdapat kompetensi, materi Plantae, evaluasi dan pengetahuan
umum mengenai tumbuhan, yang disajikan dalam bentuk teks, gambar, video serta
audio. Media ini juga akan mudah digunakan dengan tombol navigasi yang dikemas
menarik,
tetapi
mengoperasikan.
sederhana,
sehingga
tidak
menyulitkan
pengguna
dalam
Afifuddin (2013:93) menyatakan dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengembangan aplikasi mobile learning pada smartpone berbasis Android”
pada mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, setelah aplikasi diujicobakan kepada responden
didapat hasil bahwa aplikasi berbasis Android yang memiliki tampilan yang mudah
digunakan akan menarik perhatian. Hasil persentase pengujian yaitu sangat setuju
40%, setuju 43,4 %, netral 16, 6%, tidak setuju 0 % dan sangat tidak setuju 0%.
40
Download