BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resital adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resital adalah pertunjukan musik yang direncanakan, disiapkan, dan
ditampilkan secara mandiri atau dengan bantuan orang lain. Resital gitar klasik
merupakan ujian akhir yang wajib dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil
konsentrasi Penyajian Musik. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan repertoar yang akan dibawakan, yaitu: 1) tingkat kesulitan; 2)
periode musik; dan 3) genre. Repertoar yang dibawakan dipilih dari periode
Barok, Klasik, Romantik, dan Modern.
Judul resital yang dipilih penyaji adalah “The Energetic Pieces of
Classical Guitar”, dapat diartikan sebagai kumpulan karya yang bersemangat
dan berenergi. Pemilihan judul ini merupakan sebuah tantangan bagi penyaji
karena membutuhkan ketrampilan, stamina, dan konsentrasi yang akan
menguras energi serta dibutuhkan mental yang baik guna memberikan kualitas
konser gitar tunggal yang maksimal kepada pendengar. Selain menjadi
tantangan, judul ini juga menjadi motivasi dalam memacu semangat untuk
lebih giat dalam berlatih, dan diharapkan dapat memberi kesan yang
mendalam bagi penonton,
secara khusus bagi musisi lainnya dengan
konsentrasi penyajian musik.
Berikut ini akan dipaparkan pemilihan repertoar yang akan dibawakan
pada saat konser, yaitu: “Prelude, Fugue dan Allegro” karya Johann Sebastian
Bach, “Etude No.11” karya Heitor Villa Lobos, “Grand Solo Op. 14” karya
Fernando Sor, “Saudade No.3” karya Roland Dyens, “Cadiz” dan “Sevilla”
karya Issac Albeniz.
“Prelude, Fuge, Allegro BWV 998” karya Johann Sebastian Bach ditulis
sekitar tahun 1735-1747. Dipercaya karena karya ini adalah untuk instrumen
Lute, dan di sekitar tahun inilah Bach melakukan kontak dengan komponis
yang juga seorang pemain lute asal Jerman, Silvius Leopold Weiss. Karya ini
1
memiliki tiga bagian yaitu Prelude, Fugue dan Allegro. Prelude merupakan
bagian pertama dari karya ini yang juga menjadi bagian pembuka. Karya ini
mempunyai banyak kesamaan dengan Well-Tempered Clavier (buku kedua
yang berasal pada waktu yang sama dengan komposisi ini), dengan banyak
teknik penjarian arpeggio, dan diselingi jeda pada gerakan melodi ketika
menjelang coda dan juga pemakaian suspensi. Fugue adalah salah satu dari
tiga yang ditulis Bach dalam bentuk Ternary, dengan pengulangan yang sama
dari bagian pembukaan kontrapung dan memfokuskan tekstur yang kontras
pada bagian tengah. Allegro terdiri dari dua bagian dengan not
seperenambelas. Bagian ketiga yang merupakan bagian akhir dari karya ini
memiliki tempo yang cepat dan bersemangat. Prelude, Fugue dan Allegro
ditranskripsi ke gitar dengan tangga nada D mayor sebagai nada dasar, dan
pada senar keenam diturunkan menjadi nada D (scordatura).1
Etude No. 11 karya Heitor Villa Lobos merupakan salah satu bagian dari
duabelas etude Villa Lobos yang disebut Os Doze Estudos. Nuansa komposisi
pada ke duabelas etude-nya ini dipengaruhi langsung dari impresionisme
Perancis dan diimbangi dengan teknik yang biasa digunakan dalam musik
Choro2.Style serta struktur pada etude No. 11 Villa Lobos pada umumnya
sama dengan Etude No. 4, 7 dan 12, yang mengandung suara-suara ambigu
serta kontrasnya daerah tonal yang datar dan sangat tajam. Karya ini adalah
hasil sintesis dari kedua pengaruh budaya yang berbeda dan menjadi sebuah
gaya yang unik serta tidak hanya membawa Villa-Lobos sebagai seorang
komponis yang matang, tetapi juga mengangkat instrumen gitar sebagai
instrumen solo yang mampu menampilkan karya seni yang tinggi.
Tahun 1886 merupakan sebuah batu loncatan bagi Isaac Albeniz untuk
konser utamanya di Madrid, dan menyelesaikan tiga potongan “Suite
Espanola” antara lain “Granada”, “Cataluna” dan “Sevilla”. Suite Espanola
1
Scordatura yaitu perubahan nada dari tuning standar.
2
Choro adalah Genre musik populer Brasil pada abad ke-19 di Rio de Janeiro. Musik ini
memiliki ritme cepat dan bahagia. Hal ini ditandai dengan keahlian improvisasi dan modulasi, dan
penuh sinkopasi serta counterpoint. Choro dianggap genre khas Brasil.
2
No.1, Op. 47 ini merupakan suite untuk piano yang ditulis pada tahun 1886-87
dan didedikasikan kepada Ratu Inggirs. Karya asli dari Suite Espanola
memiliki empat potongan lagu dan kemudian dipublikasikan kembali pada
1912
setelah
Albeniz
meninggal
dengan
ditambahkannya
“Cadiz”,
“Asturias”, “Aragon” dan “Castilla” .Karya ini menggambarkan wilayah
geografis kota-kota di Spanyol yang beberapa diantaranya merupakan musik
tarian. Pada kesempatan ini penulis akan membawakan dua karya dari Suite
Espanola, Op. 47 karya Issac Albenis yaitu, Sevilla dan Cadiz.
“Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola” karya Isaac Albeniz.
Albeniz adalah seorang komponis jaman Romantik serta pianis kelahiran
Spanyol. Karya ini gabungan dari Suite Espanola yang dalam suite tersebut
terdapat 8 movement. Penampilan perdana “Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite
Espanola” Albeniz ini menggunakan alat musik piano pada tahun 1885. Karya
ini diaransemen untuk instrumen piano dan telah di transkrip ke gitar oleh
Fransisco Tarrega. Lagu ini merupakan lagu tarian rakyat “Sevillanas”, yang
juga merupakan salah satu iringan perlombaan adu banteng di Spanyol (Paul J.
Hirsley). Lagu ini menggunakan tempo tiga per empat, bermodulasi dari
tangga nada G Mayor ke Es Mayor kemudian ke D Mayor. Ekspresi yang
digunakan pada lagu ini adalah “Vivo Energico” yang berarti penuh semangat
serta menggunakan tuning yang berbeda pada senar 6 in D dan senar 5 in G.
Cadiz mencirikan musik “Cancion” yang merupakan sebuah lagu
bergenre pop dari Amerika Latin di Kuba. Musik ini ditulis oleh penduduk
Kreol yang menentang hirarki pemerintah. Cadiz awalnya ditulis untuk
instrumen piano dan telah ditranskrip ke instrumen gitar oleh Miguel Llobet.
Karya ini merupakan salah satu karya yang penting antara repertoar gitar
lainnya, dan lebih sering dimainkan pada instrumen gitar. Style musik Cadiz
mencirikan patriotisme, serta mempertahankan gaya musik Eropa dari
penggunaan melodi dan lirik yang rumit. Pada bagian pembuka yang
bertonalitaskan A Mayor, nuansa lagu ini sangat cerah dan terdengar tenang
serta damai. Pada bagian transisi, terjadi modulasi pendek dan dilanjutkan
dengan perpindahan tonalitas menjadi A Minor. Pada bagian ini, ritmis serta
3
melodi menggambarkan suasana yang sedih dan perlahan tempo berubah
menjadi “tiba-tiba cepat” dan diikuti dengan dinamika. Lagu ini diakhiri
dengan
pengulangan
movement
pertama
dengan
tonika
awal
dan
disempurnakan dengan coda.
Sonata pertama Fernando Sor, The Single-Movement Sonata Prima ( yang
kita ketahui sebagai “Grand Solo, Op. 14” dan dengan sebutan lainnya di
Spanyol pada tahun 1806 sebagai “Grand Sinfonia”), dimunculkan
pada
Castro’s Journal de Musique Entragere la Gutare ou Lyre di paris sekitar
tahun 1802 dan 1814. Style musik pada Sonata Prima atau Grand Solo, Op. 14
ini sangat banyak menampilkan style dari “Grande overture” ( kombinasi dari
gaya overture dan konserto), dengan banyak teknik pengulangan, Sonourus
(suara yang nyaring), D- scordatura tuning (teknik mengubah tuning normal
alat musik berdawai untuk menghasilkan efek tertentu dalam musik
instrumental atau pelarasan tali alternatif), antusiasme teater dan humor. Pada
pembukaan lagu ini terdiri dari Head-motive singkat dengan tempo yang
lambat dan diikuti dengan gerakan irama yang mulai bergerak cepat dan
bersemangat. Pada bagian transisi sangat berirama dan biasanya dibangun oleh
satu atau beberapa motif. Pada tema kedua sangatlah ramai, lincah, dan
bersemangat (sebuah Cimarosa overture sering mengandung dua tema, pada
bagian kedua lebih berirama daripada melodi). Pada tahap pengembangan
dimulai dengan sebuah modulasi yang menonjol dan berfungsi sebagai
kontrasnya area tonalitas dari sebelumnya. Pada bagian coda terdiri dari
serangkaian nada yang diperluas dari beberapa codetta yang sudah akrab pada
masa itu.
Kata “Saudade”yang digunakan oleh Roland Dyens berasal dari Brazil.
Oleh karena itu, karya “Trois Saudade” Roland Dyens dipengaruhi oleh
musik populer Brazil. Kata Saudade digunakan sebagai sebuah ekspresi sedih
atau menyesal yang biasanya ekspresi ini ditujukan bagi warga Brazil yang
merindukan kampung halamannya. Saudade No. 3 karya Roland Dyens
merupakan bagian ketiga dari “Trois Saudade” yang didedikasikan untuk
Francis Kleyjans (komponis gitar Perancis lainnya) dengan sebutan “Saudade
4
No. 3, dediee a Francis Kleynjans”. Gaya musik pada karya ini mengandung
modus Mixolydian dan tonika pada nada D dan difasilitasi oleh Scordatura
(pada senar keenam diturunkan menjadi nada D). Bagianpertama pada karya
ini adalah “Rituel” yang banyak mengandung ketidaktentuan ritmis dan lebih
menonjolkan kecepatan teknik “Accelerando” dengan teknik berimprovisasi.
Pada bagian kedua, “Danse” adalah sebuah ritmis tradisional Brazil yang
dikontraskan pada senar bas serta melodi lebih bergerak bebas dan stabil. Pada
bagian ketiga, “Fate and Final” dimulai dengan pergantian sukat menjadi 4/4,
menjadi lebih lambat dari sebelumnya.3
B. Tujuan
Tujuan resital adalah untuk menampilkan repertoar-repertoar dari ke
empat zaman yang berbeda dengan ciri dan warna musik dari masing-masing
karya tersebut.
C. Manfaat
1. Menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan, melatih
kemampuan dan mental penyaji, serta menambah referensi repertoar
musik gitar bagi para pendengar.
2. Menghasilkan sebuah resital yang memenuhi standar penyajian seni musik
pada tingkat sarjana.
3. Memberikan kontribusi bagi pendidikan seni musik di Fakultas Seni
Pertunjukan UKSW, resital dan karya tulis ini juga bermanfaat sebagai
acuan baik untuk melakukan penelitian lebih lanjut maupun resital tugas
akhir bagi mahasiswa yang akan menempuh minat penyajian musik.
D. Daftar Repertoar
Daftar dan urutan repertoar yang akan dibawakan pada saat ujian resital
di bawah ini tidak berdasarkan urutan zaman dalam musik klasik. Alasan
3
Electronic Theses, Treatises and Dissertation, Beavers, Sean “Homage in the Solo Guitar
Music of Roland Dyens” Tallahassee, Florida, Florida State University, 2006
5
penulis dalam menyusun dan memainkan repertoar yang akan ditampilkan
bertujuan untuk mengatur stamina.
1. “Etude No.11” karya H.Villa Lobos.
2. “Prelude, Fugue dan Allegro BWV 998” karya Johann Sebastian Bach.
3. “Grand Solo Op. 14” karya Fernando Sor.
4. “Sevilla” karya Isaac Albeniz.
5. “Cadiz” karya Isaac Albeniz.
6. “Saudade No.3”karya Roland Dyens.
E. Pelaksanaan Resital
1. Waktu
Rabu, 27 Juli 2016
Pukul 18.00 WIB
2. Tempat
Resital Hall, FSP UKSW
3. Metode pelaksanaan
18.10-18.15 : Pembukaan oleh MC
18.15-18.20 : Doa Pembukaan
18.25-19.35 : Sesi I
19.00-19.10 : Jeda
19-10-19.35 : Sesi II
19.35-19.40 : Penutupan oleh MC
19.40-19.45 : Doa Penutup
4. Pengorganisasian
Ketua
: Deni Praharyo
Seksi Acara
: Frisen Monim
Seksi Perlengkapan
: Adya Nadira Arzak
Mario Putra Permana
Ainsten Peiter Tahalea
Randy Lesilolo
Bryan Mustamu
Juniart Siwabessy
6
Francklyn Christian Kakisina
Hezron Yuniaz
Stage Manager
: Benidiktus Candra
Seksi Pubdok
: Ulrich Setya Ambara
Stenly Leo Richardo Kakisina
Randy Laurenz Ruhulessin
Seksi Konsumsi
: Senda Lana Matulessy
Yahmi
7
Download