Apakah Bermain - Direktori File UPI

advertisement
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Modul 1
Permainan Anak Dan Aktivitas Ritmik
Pendahuluan
Permainan dan aktivitas ritmik pada dasarnya merupakan dua unsur yang melekat erat
pada kehidupan anak-anak. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengembangkan
diri berdasarkan keterlibatan mereka dalam permainan dan aktivitas ritmik, baik
secara disadari ataupun tidak disadari. Oleh karena itu, peranan dari permainan
(selanjutnya disebut permainan anak) dan aktivitas ritmik teramat penting dalam
membantu anak tumbuh dan berkembang secara optimal, baik dalam aspek fisik,
mental, emosional serta sosial.
Modul ini menjelaskan tentang hakikat, pengertian serta konsep-konsep penting
lainnya yang berkaitan dengan permainan dan aktivitas ritmik, sehingga peranannya
dapat lebih dipahami oleh para guru. Pemahaman tersebut akan mempengaruhi
seberapa besar kesungguhan guru dalam memanfaatkan permainan dan aktivitas
ritmik sebagai alat untuk mendidik, membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan.
Setelah mempelajari modul satu ini, mahasiswa dan para guru diharapkan dapat
memiliki pemahaman yang mendalam tentang:
1. Konsep permainan anak, menyangkut pengertian bermain, ciri-ciri dan
pengelompokkan permainan, tahapan bermain, pentingnya permainan bagi
anak, serta kriteria permainan yang baik untuk digunakan dalam aktivitas
pendidikan jasmani.
2. Konsep aktivitas ritmik, terutama berkaitan dengan pengertian aktivitas ritmik,
hakikat tarian, elemen irama, serta bentuk-bentuk dan materi tarian yang dapat
diajarkan pada anak melalui aktivitas ritmik dalam pelajaran pendidikan
jasmani.
Pengorganisasian modul 1 ini cukup mudah, disesuaikan dengan topik dari judul
utama perkuliahan yaitu Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik. Karenanya modul ini
dibagi ke dalam dua Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar 1 memuat penjelasan
komprehensif tentang permainan anak, yang diuraikan dari mulai hakikat permainan,
jenis permainan, manfaat permaian, hingga kepada syarat-syarat atau kategori
permainan. Kemudian Kegiatan Belajar 2 mencoba menjelaskan tentang hakikat
aktivitas ritmik, dari mulai pengertian irama, perbedaan tari dengan aktivitas ritmik,
ruang lingkup aktivitas ritmik, serta pedoman singkat dalam mengajar aktivitas ritmik.
Agar penguasaan Anda terhadap materi modul ini cukup komprehensif, disarankan
agar Anda dapat mengikuti petunjuk belajar di bawah ini:
1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda memahami
betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
2) Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci atau konsep
yang Anda anggap penting. Tandai kata-kata atau konsep tersebut, dan
pahamilah dengan baik dengan cara membacanya berulang-ulang, sampai
dipahami maknanya.
3) Pelajari setiap kegiatan belajar sebaik-baiknya. Jika perlu baca berulang-ulang
sampai Anda menguasai betul, terutama yang berkaitan dengan konsep tentang
permainan dan aktivitas ritmik.
4) Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, bertukar pikiranlah dengan
sesama teman mahasiswa, guru, atau dengan tutor anda.
5) Coba juga mengerjakan latihan atau tugas, termasuk menjawab tes formatif yang
disediakan. Ketika anda menjawab tes formatif, strateginya, jawab dulu semua
soal sebelum anda mengecek kunci jawaban. Ketika mengetahui jawaban Anda
masih salah pada persoalan tertentu, bacalah lagi seluruh naskah atau konsep yang
berkaitan, sehingga Anda menguasainya dengan baik. Jangan hanya bersandar
pada kunci jawaban saja.
Selamat mencoba, semoga sukses.
2
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Kegiatan Belajar 1
Konsep Bermain dan Pentingnya Permainan Anak
1. Hakikat Bermain
Apakah yang dimaksud Bermain? Bermain merupakan suatu aktivitas yang dapat
dilakukan oleh semua orang, dari anak-anak hingga orang dewasa, tak terkecuali para
penyandang cacat. Pada masa anak-anak, bermain merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan dan cenderung merupakan kebutuhan dasar yang
hakiki. Bahkan para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak-anak identik dengan
bermain, karena hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain.
Huizinga mengatakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara
bebas dan sukarela, kegiatannya dibatasi oleh waktu dan tempat, menggunakan
peraturan yang bebas dan tidak mengikat, memiliki tujuan tersendiri dan mengandung
unsur ketegangan, kesenangan serta kesadaran yang berbeda dari kehidupan biasa.
Melihat beberapa ciri di atas, bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan, dan tak sungguhan dalam batas
waktu, tempat dan ikatan peraturan. Namun bersamaan dengan ciri itu, bermain
menuntut ikhtiar yang sungguh-sungguh dari pemainnya.
Ciri lain yang juga harus dimanfaatkan dari bermain adalah sifat dan kemampuannya
untuk melibatkan banyak peserta, meskipun bukan berarti harus diikuti banyak orang.
Dari ciri itu, bermain dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan kelompok
sosial karena dilakukan bukan hanya sendirian tetapi dalam suasana berkelompok.
Selanjutnya Rusli (1995) menerangkan bahwa gambaran tentang ciri bermain yang
cukup mendalam itu ternyata masih ada kekurangannya. Roger Caillois dalam
diognes menyatakan bahwa ciri-ciri bermain yang diungkapkan Huizinga itu tak
lengkap, terutama ditinjau dari tujuan. Menurutnya, ciri bermain yang dipaparkan
Huizinga mengenyampingkan jenis permainan yang hasilnya bersifat untunguntungan, seperti kasino, lotre dan lain-lainnya.
Berdasarkan hasil analisisnya, Caillois membagi permainan (game) menjadi empat
kategori utama yaitu agon, alea, mimikri dan ilinx. Dari keempat kategori ini, yang
akan banyak dilibatkan dalam jenis permainan dalam buku ini adalah kategori
permainan Agon dan mimikri. Permainan ini selain mengandung unsur pertandingan
dan perlombaan juga mencakup semua bentuk permainan yang mengandung ciri
pokok bermain seperti dikemukakan Huizinga yaitu kebebasan, adanya batasan waktu
dan ruang, dan bukan sungguhan. Tersirat di dalamnya ilusi, imajinasi dan interpretasi.
Selanjutnya penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli tentang konsep bermain.
Slavon berpendapat bahwa permainan adalah khayalan seorang anak dalam mengenal
situasi atau keadaan nyata. Selanjutnya Havigurst menerangkan bahwa permainan
merupakan aktivitas memanjakan diri sendiri dan tidak memperdulikan kepentingan
hidupnya. Sementara itu, Ellis menerangkan bahwa permainan pada umumnya
dianggap sebagai perilaku yang ditunjukkan individu yang tidak dimotivasi oleh hasil
akhir perilaku.
3
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu,
tempat dan ikatan peraturan. Namun bersamaan dengan bermain tetap diperlukan
ikhtiar yang sungguh-sungguh dari pemainnya disertai dengan ketegangan dan
kesukaan untuk mencapai tujuan yang berada dalam kegiatan itu sendiri dan tak
berkaitan dengan perolehan material.
2. Kriteria Bermain
Neuman dalam Werner (1979) mengartikan bermain sebagai semua perilaku yang
melibatkan kriteria tentang pengambilan keputusan, kenyataan internal dan motivasi
intrinsik dari orang yang melakukannya. Setiap kriteria di atas dapat diilustrasikan
dengan menunjuk pada permainan. Kapankah Anda bermain ketika berada dalam
suatu permainan? Apakah ketika seseorang menyuruh Anda untuk melakukan sesuatu
ataukah ketika Anda memiliki kebebasan untuk memilih dari sekian variabel yang
terkait dengan memainkan permainan?
Agar suatu aktivitas disebut bermain atau permainan, pengontrolan, atau proses
pembuatan keputusan, seharusnya berada di tangan anak, bukan di tangan guru. Setiap
situasi di mana guru membuat semua keputusan dengan berbagai pilihan tentang
bermain, seperti kelompok, aturan, penghitungan skor dan variabel lainnya dalam
permainan, situasi tersebut tidak dapat sepenuhnya dikatakan bermain. Anak hanya
terlibat dalam satu lingkungan yang dikendalikan guru. Aktivitas demikian lebih
merupakan suatu kegiatan yang berorientasi latihan atau kerja daripada sungguhsungguh berorientasi bermain. Jadi, dalam melakukan pendekatan permainan kepada
anak-anak, sebuah tinjauan serius harus dilakukan dalam hal metode pengajarannya.
Untuk meletakkan pengendalian dalam perspektif yang benar, kita harus
mempertanyakan, pada tingkat apa anak-anak memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan tentang permainan mereka? Jika tidak diperhitungkan, hal ini pun akan
seperti menyuruh anak membeli permen di toko permen dengan dibekali sejumlah
uang tertentu. Terdapat terlalu banyak pilihan bagi anak sehingga malahan anak akan
menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dibeli.
Oleh karena itu, meskipun pilihan hendaknya di tangan siswa, guru sebaiknya mampu
membatasi pilihan tersebut bagi anak-anak sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan lebih mudah. Demikian juga dalam situasi permainan, guru
hendaknya mampu memulai dengan sedikit pilihan dan secara bertahap mengarah
pada situasi di mana anak dapat sepenuhnya mengendalikan lingkungan permainan.
Pada intinya, bagaimanapun anak harus diberi kesempatan untuk memilih dalam
aktivitas bermain mereka.
Di samping itu, situasi bermain juga harus menghargai konsep realitas internal. Yang
dimaksud di sini adalah bahwa realitas kehidupan dan perhitungan keselamatan hidup
harus dihentikan dan digantikan oleh fantasi, kepercayaan, kepura-puraan, atau
bermain peranan. Jadi, dalam mengarahkan permainan anak-anak, guru harus
mengupayakan agar realitas kehidupan dijauhkan dari realitas permainan. Permainan
yang membolehkan peraturan, prosedur, dan isi bermain yang harus ditentukan
berdasarkan keinginan anak-anak memastikan hadirnya realitas internal.
4
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Gambar 1.1
Ketika bermain, anak harus terlepas dari realitas kehidupan
Sedangkan penentu ketiga dari perilaku bermain adalah bahwa anak harus termotivasi
secara intrinsik untuk memainkan permainan. Hal ini berarti bahwa motivasi untuk
bermain harus datang dari dalam diri anak. Meskipun dorongan motivasional dapat
berasal dari berbagai faktor, akan lebih menguntungkan jika anak berpartisipasi dalam
permainan melalui motivasi dirinya sendiri, daripada lewat dorongan orang tua, guru,
teman lain, atau pihak-pihak lain. Permainan yang dipilih oleh guru bisa jadi dapat
memotivasi beberapa anak. Tetapi anak-anak yang menganggap permainan itu terlalu
mudah atau terlalu sulit sering tidak termotivasi untuk sepenuhnya turut serta. Karena
itu, guru harus mendorong anak untuk mengembangkan permainan yang dirancang
oleh anak sendiri, yaitu permainan yang mampu memotivasi mereka secara intrinsik
sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
Beberapa ahli memberi arti bermain dari isi atau perilaku yang ditunjukkan oleh
orang-orang yang terlibat di dalamnya, tetapi pakar lain mendefinisikan bermain oleh
motifnya. Bermain dikatakan dimotivasi oleh kebutuhan untuk perangsangan yang
bermakna atau pembangkitan optimal. Semakin baru, menantang, kompleks, dan
heboh suatu kegiatan, maka semakin membangkitkan dan memuaskan permainan
tersebut. Perilaku kerja sering lebih mudah diduga hasilnya daripada perilaku bermain,
dan sebagai hasilnya, berhubungan dengan yang lebih diketahui daripada tidak
diketahui. Jika kita mengharapkan anak belajar berhubungan dengan sesuatu yang
tidak diketahui dan tidak diduga, kita harus membantu perilaku pemecahan masalah
dalam permainan mereka.
3. Pentingnya Bermain
Rusli (1997) menyatakan bahwa manusia cenderung menjadikan bermain sebagai satu
kebutuhan dasar hakiki oleh karena itu manusia disebut sebagai mahluk bermain
(homo ludens).
Bermain dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi dan harmonisasi,
sehingga seseorang cenderung bergairah. Dalam tulisannya, Katzenbogner (1996)
mengatakan bahwa kegairahan dapat memudahkan timbulnya inspirasi, sehingga
anak-anak dapat dengan mudah melakukannya, tanpa harus ada paksaan dan
hambatan. Melalui bermain, anak-anak mudah mengikuti irama gerak sesuai dengan
5
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
pola gerakan yang diharapkan. Bahkan, bermain dapat mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan dengan antusias. Seperti dikatakan Carr (1991), bermain dapat
merangsang motivasi anak untuk melakukan kegiatan.
Sebagaimana sifatnya, anak-anak akan mudah terbangkit minatnya untuk bermain.
Permainan yang dapat dilakukan dengan mudah cenderung menimbulkan tantangan
pada anak untuk mengerahkan semua ketangkasannya. Siswa yang terbangkit
semangatnya, akan melanjutkan kegiatannya, dan melupakan segala kelelahan yang
dialaminya.
Dengan sifat yang demikianlah, sebaiknya pelajaran pendidikan jasmani
dilaksanakan, sehingga motivasi anak untuk melanjutkan pembelajaran penjas dapat
terjaga. Lain halnya apabila pembelajaran dilaksanakan tanpa unsur bermain sama
sekali, maka anak akan cepat bosan dan lelah, sehingga tujuan pembalajaran sulit
untuk dicapai.
4. Permainan dalam Pendidikan Jasmani
Bagi umumnya guru di Indonesia, permainan sebagai bagian dari penjas barangkali
sudah sama-sama diketahui. Hal ini terkait dengan sudah lumrahnya istilah permainan
masuk dalam termonilogi penjas yang terwujud dalam istilah permainan sepakbola,
permainan bola voli, permainan bulutangkis, dsb.
Dalam pendidikan jasmani, ketika tujuan dari permainan dikaitkan dengan tujuan
peningkatan kualitas fisik dan motorik, permainan yang dimaksud tentu harus yang
bercirikan aktivitas jasmani, yaitu gerak yang selalu melibatkan penggunaan
kelompok otot besar dan memerlukan penggunaan sejumlah besar energi untuk
pergerakannya. Hal ini penting diangkat untuk membedakannya dari permainan yang
bermakna luas, yang memasukkan ke dalamnya permainan seperti permainan kartu,
catur, atau play station, termasuk juga permainan fantasi semata-mata.
Aku tahu!
Dalam pendidikan jasmani, permainan yang dimaksud harus bercirikan
aktivitas jasmani, yaitu mengandung unsur gerak yang selalu melibatkan
penggunaan kelompok otot besar dan memerlukan penggunaan sejumlah
besar energi untuk pergerakannya
Pengkategorian seperti di atas penting, karena sangatlah tidak mungkin jika
pendidikan jasmani yang mempunyai ciri unik mampu meningkatkan kebugaran
jasmani dan keterampilan motorik (kasar/olahraga), hanya berisi permainanpermainan yang sifatnya statis dan hanya melibatkan kelompok otot-otot halus.
Meskipun permainan jenis ini tetap memiliki sifat yang mempunyai daya tarik
menyenangkan dan menggembirakan, namun tidak semua dipandang memiliki
manfaat yang baik untuk kepentingan pendidikan jasmani.
6
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Gambar 1.2
Permainan yang melibatkan aktivitas jasmani
Permainan seperti yang dikemukakan oleh Katzenbogner dan Medler (1996) tidak
saja berisikan unsur bermain yang mengandung kesenangan, tetapi juga memiliki
unsur keseriusan, disiplin, dan kompetisi. Penerapannya dalam penjas tetap harus
mengandung unsur keseriusan dan disiplin serta kompetisi, tanpa kehilangan unsur
bermainnya. Selanjutnya Katzenbogner mengatakan bahwa terdapat beberapa
pertimbangan dimasukkannya unsur bermain di dalam penjas, di antaranya adalah:
1. Mengembangkan gerakan berirama.
2. Memberi nuasa kompetisi/perlombaan dalam persaingan di antara siswa.
3. Penggunaan alat bantu yang variatif yang dapat digunakan dalam permainan
memberikan kegembiraan dan kepuasan kepada siswa.
4. Penggunaan alat yang mudah, menempatkan siswa pada penguasaan penuh,
sehingga mereka tidak segan-segan mengambil resiko untuk memperoleh
kemenangan.
5. Menguji ketangkasan yang tersembunyi.
Selanjutnya Carr menjelaskan pentingnya unsur bermain dalam kegiatan belajar
mengajar ini. Menurutnya bahwa permainan adalah suatu daya kehidupan yang vital.
Keriangan, kelincahan, relaksasi dan harmonisasi, memudahkan timbulnya inspirasi.
Pengalaman-pengalaman permainan membuat seseorang bergembira dan bergairah.
Secara pedagogis, permainan dapat memberikan tantangan pada anak dan sekaligus
menghambat kebosanan sehingga anak akan tetap aktif mengikuti proses
pembelajaran.
Kemudian dijelaskan pula bahwa permainan dibentuk untuk merangsang motivasi
siswa untuk melakukan kegiatan dengan serius tetapi penuh kegembiraan. Pemberian
alat bantu misalnya: ranting, parit, ban bekas yang disimpan secara berurutan atau
acak, serta gawang yang diatur perbedaan ketinggiannya, akan dapat merangsang
7
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
siswa untuk berlari dan melompat; sementara itu alat bantu seperti bola, batu, ban
bekas, gada, tongkat akan mampu menantang siswa untuk melakukan kompetisi
dalam melempar.
Pada dasarnya ketangkasan-ketangkasan yang diperoleh dalam bermain bermula dari
sesuatu yang menarik dan menantang. Kesenangan dan ketegangan yang diperoleh
siswa akan menimbulkan minat dan keinginan untuk terus melanjutkan kegiatan dan
melupakan segala kesulitan yang biasa dihadapi bila pembelajaran itu langsung
dengan menggunakan alat yang semestinya.
4. Fungsi Permainan dan Olahraga
Alangkah penting di sini dipertimbangkan berbagai fungsi olahraga dan permainan
dalam kehidupan manusia. Fungsi-fungsi tersebut meliputi cakupan mengenai fungsi
biologis, fungsi sosial, fungsi pendidikan, serta fungsi ketahanan sosial. Kajian
terhadap fungsi dan peranan olahraga ini sekaligus dimaksudkan untuk menelusuri
jejak perkembangan olahraga tradisional dari waktu ke waktu secara umum.
Dilihat dari fungsi biologis, olahraga dan permainan merupakan sebuah fungsi yang
dikaitkan dengan peranannya terhadap perubahan bio-fisiologis, yang bukan saja
dilihat dari tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani semata-mata, melainkan
lebih jauh lagi dari itu, berkaitan dengan hakikat kebutuhan manusia yang paling
mendasar. Gerak fisik yang terkandung dalam olahraga dan permainan, dipandang
dari berbagai teori, merupakan sebuah kebutuhan manusia, baik sebagai alat dan
bahasa pertama ketika manusia mulai mengenal lingkungannya, maupun sebagai
elemen penting ketika ia tumbuh dan berkembang sebagai sebuah organisme yang
terdiri dari kesatuan fisik, mental, intelektual, dan emosionalnya.
Dilihat dari teori penyaluran energi, H. Spencer (1980) menyatakan bahwa kegiatan
manusia dalam bentuk gerak, permainan dan olahraga pada dasarnya dibutuhkan
sebagai alat penyaluran dari kondisi di mana anak kelebihan energi. Melalui gerak
fisik itulah anak menyalurkan energinya yang berlebihan, sehingga tercapai kembali
keseimbangan (equilibrium) tubuh dan jiwanya. Ini sesuai juga dengan pendapat
Piaget yang menyatakan bahwa pada setiap saat dan waktu tertentu, individu sebagai
mahluk hidup, selalu berada dalam kondisi tidak seimbang (disequilibrium), baik
karena dorongan hasrat maupun karena terjadinya metabolisme tubuh dalam bentuk
pemasukan makanan dan oksigen, sehingga harus terus menerus diseimbangkan
kembali. Bagi Piaget, dorongan untuk selalu mencapai keseimbangan setelah
terjadinya ketidakseimbangan, itulah yang disebut sebagai pendorong terjadinya
pembelajaran.
M. Lazarus melihat hakikat gerak dan olahraga dari teorinya yang sedikit berbeda.
Dalam pandangannya, permainan atau olahraga merupakan usaha untuk mengatasi
kelelahan jasmani maupun rokhani yang mereka alami. Kelelahan akibat apa?
Kelelahan yang terjadi karena manusia harus melakukan kegiatan kerja, yang
dipandang sebagai upaya mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kegiatan yang monoton demikian tentu memerlukan selingan, sehingga permainan
dan olahraga itulah yang dipandang mampu memenuhi tuntutan untuk keluar dari
8
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
rutinitas kerja tersebut. Disitulah, manusia dipandang akan mendapatkan kembali
kesegaran dan kesehatannya.
Hampir sejalan dengan pendapat di atas, R.H. Lowie berpendapat bahwa manusia di
Gambar 1.3.
Permainan dalam fungsi biologis, terkait dengan perkembangan bio-fisiologis
manapun tidak pernah puas dengan kehidupannya yang itu-itu saja. ―Manusia
senantiasa mendambakan selingan sebagai hiburan yang dapat menimbulkan
kegairahan hidup mereka. Manusia tidak segan-segan berkorban demi tercapainya
kebutuhan akan hiburan sebagai pengisi waktu yang membosankan.‖ Di antara
kegiatan yang dapat dipilih untuk hiburan tersebut, tentu saja permainan dan olahraga.
Pendapat-pendapat senada yang menunjang terhadap pandangan bahwa betapa
pentingnya permainan dan olahraga, dikemukakan juga oleh R. Linton dan A.L.
Kroeber. Keduanya menekankan bahwa di samping manusia memandang permainan
dan olahraga sebagai kebutuhan, hal itu juga ternyata didorong oleh sifat manusia itu
sendiri yang selalu mencoba-coba persoalan dan tantangan baru untuk dipecahkan
(Linton), atau berupa dorongan atau rangsangan dari dalam untuk berbuat lain dari
biasanya (Kroeber). Ditambahkan Kroeber bahwa rangsangan dari dalam yang
mendorong manusia untuk bermain sangat penting artinya bagi kemajuan kebudayaan
yang dicapai manusia. Sampai-sampai ia berpendapat bahwa seandainya nenek
moyang manusia tidak mempunyai gairah untuk bermain, barangkali kita hanya akan
mewarisi kebudayaan yang miskin akan keindahan dan kecerdikan.
Banyak unsur kebudayaan yang berkembang dengan baik merupakan hasil keisengan
dalam menyalurkan kebutuhan akan kesenangan yang timbul sebagai akibat kelebihan
energi manusia, daripada sebagai hasil tanggapan akan kebutuhan hidup manusia
secara langsung. Kesempatan dan sarana seringkali disiapkan manusia bukan lantaran
keinginan mereka untuk menciptakan sesuatu yang berguna, melainkan merupakan
hasil kegiatan bersenang-senang berupa permainan yang termanifestasi sebagai usaha
pemenuhan minat untuk melakukan kegiatan jasmani. Sebagai contoh dapat
dikemukakan tentang asal-usul amunisi yang semula merupakan obat pembuat
petasan, aliran listrik yang ditemukan ketika penemunya bermain layang-layang
9
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
sebagai keisengan belaka, kantong tabung udara yang berawal pada kebutuhan akan
ban sepeda (pompa) dan penjinakan binatang yang berpangkal pada minat bermainmain dengan binatang yang dapat dibelai seperti kucing atau anjing. Setelah diketahui
manfaat lainnya, maka semua keisengan tadi diperbaiki dan tujuannya pun diubah
untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Tidak berlebihan kiranya bahwa permainan atau olahraga sebagai ujud kegiatan
jasmani yang semula dikembangkan oleh manusia untuk menyalurkan kelebihan
energi atau untuk membunuh rasa bosan terhadap sesuatu yang monoton itu memiliki
pengaruh yang amat luas terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat manusia yang
bersangkutan. Baik langsung maupun tidak langsung, kegiatan bermain dan
berolahraga telah ikut serta mempercepat proses perkembangan kebudayaan manusia,
karena penyaluran minat untuk menggerakkan jasmani itu menimbulkan berbagai
kebutuhan dan tantangan yang terkait, baik karena rasa tidak suka tinggal diam, rasa
ingin tahu, ataupun dorongan yang sifatnya eksploratif (Kantor Menpora, 1991).
Dilihat dari fungsi sosialnya, olahraga dan permainan berkaitan erat dengan pendapat
Karl Gross yang menyatakan bahwa permainan dan olahraga merupakan bentuk
kegiatan yang mempersiapkan anak-anak manusia menjadi dewasa, yaitu dengan
mengarahkan kegiatan yang dilandasi oleh naluri kepada kegiatan yang lebih banyak
terdorong oleh berbagai kebutuhan di luar nalurinya. Dengan pernyataannya itu,
Groos hendak menegaskan bahwa permainan dan olahraga dapat pula dipandang
sebagai kegiatan sosial yang mempersiapkan generasi muda menjadi orang dewasa
yang sanggup memainkan peranan sebagai anggota masyarakatnya.
Dalam arti demikian, sungguh suatu kenyataan belaka bahwa permainan dan olahraga
merupakan alat proses sosialisasi baik bagi anak maupun bagi orang dewasa. Di
mana-mana orang yang terlibat dalam olahraga paling tidak telah menyebabkan
mereka berinteraksi dengan individu lain, sehingga interaksi tadi dianggap sebagai
interaksi sosial.
Pada umumnya, bentuk dan wujud permainan yang berkembang dalam suatu
masyarakat tidak akan jauh menyimpang dari kehidupan sosial budaya masyarakat
yang bersangkutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembinaan jasmani pada suatu
masyarakat mengarah pada pembinaan keterampilan jasmani dan sikap sosial yang
diperlukan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Dilihat dari fungsi edukatifnya, permainan dan olahraga merupakan alat pendidikan
yang ampuh bagi upaya meneruskan nilai-nilai budaya dan semangat dari suatu
masyarakat kepada generasi berikutnya. Seperti telah disinggung di atas ketika
permainan dan olahraga dilihat dari fungsi sosialnya, pada saat bersamaan,
sebenarnya melekat pula fungsi edukatif dari kegiatan itu, yaitu terkait dengan upaya
mempersiapkan seorang anak untuk mampu berperan dalam kehidupannya, baik di
masa kini maupun di masa dewasanya kelak. Di dalam upaya mempersiapkan tersebut,
terkandung arti bahwa seorang individu dibekali dan dituntut untuk mampu
menguasai keterampilan tertentu yang dibutuhkannya, yang dalam arti luas dapat
diartikan sebagai upaya pendidikan.
L.E. Appleton yang mempelajari berbagai bentuk permainan dan olahraga pada
berbagai suku bangsa yang masih sederhana, sampai pada kesimpulannya bahwa
10
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
variasi bentuk dan wujud permainan dan olahraga dapat dijelaskan sebagai bukti
perlunya pembinaan sikap dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan
jasmani yang bersangkutan. Pendapat senada yang memperkuat diberikan oleh J.M.
Robert dan B. S. Smith, yang mempelajari permainan dan olahraga dan kaitannya
dengan pendidikan anak-anak pada 56 masyarakat yang berbeda. Keduanya
berpandangan bahwa jenis-jenis permainan/olahraga itu sangat besar pengaruhnya
terhadap mutu kegiatan pendidikan anak-anak dalam masyarakat.
Sedangkan dilihat dari fungsi ketahanan sosialnya, permainan dan olahraga dapat
dipandang sebagai alat yang ampuh dalam pengendalian sosial, terutama karena
kegiatan olahraga merupakan kegiatan yang biasanya terorganisasi secara non-formal
di masyarakat. Hadirnya institusi-institusi non-formal demikian, niscaya akan mampu
menjadi tempat yang sesuai bagi anak-anak dan remaja serta berbagai kalangan untuk
mampu menyalurkan potensi dan minatnya ke arah yang sesuai dengan perikehidupan
sosial masyarakatnya. Sebaliknya, hilangnya institusi-institusi demikian di
masyarakat akan mendorong anggota masyarakatnya ke dalam keadaan tanpa kendali,
yang potensial dalam menciptakan ketegangan dan permusuhan, sehingga mudah
meledak menjadi tawuran atau perang antar gang. Barangkali kondisi di mana institusi
non-formal yang hilang tersebut, kini sedang melanda negeri kita Indonesia, terbukti
dengan banyaknya kasus perkelahian, kekacauan, tawuran pelajar, perang antar
masyarakat warga dengan warga lainnya.
Oleh karena itu, membangkitkan kembali gerakan olahraga masyarakat dalam
formatnya yang sesuai dengan tuntutan dan hak masyarakat, contohnya dengan
menyediakan dan mengembalikan hak masyarakat akan ruang publik yang memadai
untuk melakukan kegiatan organisasi kemasyarakatan dan keolahragaan, akan mampu
mengembalikan keharmonisan kehidupan sosial pada masyarakat Indonesia. Disitulah
olahraga dan permainan menemukan kembali fungsinya dalam upaya merekonstruksi
tatanan sosial yang diperlukan.
5. Tahapan dalam Bermain
Dalam memperkenalkan situasi bermain kepada anak, biasanya akan dilalui empat
tahapan yang dapat diidentifikasi secara jelas sebagai alat untuk mengenali permainan
anak-anak. Tahapan pertama adalah preplay, di mana anak harus memecahkan konflik
mekanisme penghindaran dalam setiap situasi baru. Oleh karenanya, guru harus
memperkenalkan permainan baru atau situasi bermain baru pada anak secara bertahap.
Segala sesuatu yang sifatnya terlalu baru dapat mengarah pada reaksi mekanisme
penghindaran, seperti pernyataan anak: ―Aku tidak bisa,‖ ―Aku takut,‖ dsb.
Setelah perkenalan awal, anak akan mencoba permainan baru sebagai kontak pertama
mereka dalam situasi bermain. Tahapan ini dapat disebut eksplorasi khusus, atau
asimilasi, sebab anak mempelajari perilaku-perilaku baru. Eksplorasi khusus
diarahkan terhadap pengenalan dan penetapan ciri-ciri fungsional dari rangsangan
yang diterima. Tahapan ini pada dasarnya berupaya menjawab pertanyaan ―Apakah
maksud permainan ini?‖ atau ―Apa yang harus aku lakukan dalam permainan ini?‖
Selama tahapan ini anak-anak menjadi terlibat dalam pembelajaran berbagai properti
permainan tersebut serta memanipulasi objek atau lingkungan untuk menemukan
11
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
berbagai kemungkinan yang tersedia. Oleh karena itu penting disadari untuk
menyediakan waktu dan kesempatan bagi anak mengenal alat atau objek permainan
dalam cara bereksplorasi dan bersifat pemecahan masalah sebelum memainkan
permainan baru tersebut.
Keingintahuan awal untuk memanipulasi objek atau situasi bermain ini kemudian
berlanjut kepada tahapan ketiga, yang dapat disebut respons yang terkondisi. Pada
tahap ini anak cenderung mengulang pengalaman-pengalaman yang dikukuhkan
(reinforced) secara positif. Sedangkan pengalaman yang memberikan kesan negatif
kepada dirinya akan dihilangkan. Pesan ini cukup gamblang bagi kita. Melalui
pembimbingan yang cermat kita harus memastikan hadirnya pengalaman positif,
memuaskan, dan memberikan perasaan berhasil bagi semua anak. Jangan sampai
terjadi kesan sebaliknya, anak banyak mengalami situasi yang mengarah pada
perasaan yang tidak menyenangkan, menakutkan, serta perasaan gagal.
Pengukuhan yang bersifat positif dalam pengalaman bermain yang berhasil akan
mengarah pada tahapan keempat yaitu reaksi penghambatan. Jika anak terus menerus
bermain di bawah kondisi yang sama, perilaku mereka kehilangan greget karena
kebosanan mulai timbul. Untuk menjaga antusiasme anak, guru harus berusaha terus
menerus mencari kemungkinan baru dari permainan yang sama tersebut atau
menampilkannya dengan tingkat kesulitan berbeda sehingga menantang kemampuan
yang lebih tinggi. Proses ini disebut sebagai eksplorasi diversif, atau akomodasi,
sebab aktivitas bermain diarahkan dengan berbagai variasi atau pada penciptaan
sumber stimulasi yang baru dan berbeda.
Eksplorasi diversif berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan ―Apa yang dapat
aku lakukan pada permainan ini?‖ atau ―Cara baru apa yang dapat dilakukan pada
permainan ini?‖ Perluasan variasi dapat dilakukan dengan mengubah peraturan,
dengan membatasi bidang atau sasaran yang dapat dikenai, menambah atau mengubah
kecepatan, arah, tingkat, atau cara memperlakukan objek yang dipakai, dsb. Guru
karenanya dituntut untuk menggabungkan satu keterampilan dengan keterampilan lain
ketika permainan yang lebih kompleks semakin berkembang. Dalam sebuah
permainan, terdapat usaha yang terus menerus untuk mengubah peraturan, strategi,
dan/atau cara penyekoran untuk meningkatkan tingkat kemampuan para pemainnya.
6. Tahapan Bermain Menurut Usia Anak
Berdasarkan usia anak, maka bermain dapat dibagi ke dalam beberpa tahapan sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Usia
Tahapan
Tingkatan
Proses
Bermain
Metode Mengajar
1–5
Egosentrik
4–8
Kooperatif
Bermain sendiri
Bermain sejajar
Berpasangan
Kelompok kecil
Eksplorasi
Imitasi
Imitasi
Prediksi
Eksplorasi
Pemecahan masalah
Pemecahan masalah
Penemuan terbimbing
12
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
7 – 12
Kompetitif
Kelompok kecil
Beregu
Analisi
Sintesis
Pengetesan
Bersaing
Analisis
Sintesis
Penilaian
Pemecahan masalah
Penemuan terbimbing
Komando
a. Tahapan Egosentrik
Paa usia awal—antara usia 1 hingga 5 tahun—anak-anak bersifat egosentrik dalam hal
perkembangan emosi dan sosialnya. Pada saat yang sama, mereka juga
mengembangkan pola-pola gerak lokomotor, manipulatif dan nonlokomotor tahap
awal. Ketika terlibat dalam bermain, anak-anak biasanya bermain sendiri-sendiri atau
sering disebut berpusat pada diri sendiri (self-centered). Mereka tidak tahu bagaimana
cara dan pentingnya bergiliran atau berbagi peran dalam memakai peralatan. Karena
alasan ini pula, anak-anak harus memiliki lingkungan yang diperkaya, yaitu
lingkungan yang memberikan berbagai perangsangan yang melibatkan sentuhan,
penciuman, penglihatan, dan pendengaran.
Dalam pendidikan jasmani, lingkungan pembelajaran dapat diperkaya dengan
berbagai jenis bola, simpai, tali, tongkat atau pemukul atau peralatan serupa yang
memungkinkan anak melempar, menangkap, menendang, menggelindingkan,
menghentikan, memukul, dan lain sebagainya.
Di samping memperbanyak aktivitas yang bersifat eksploratif, anak-anak pada tahap
ini harus dilibatkan juga dalam kegiatan imitatif dan pengetesan dalam upaya
mengembangkan dan memperluas keterampilan mereka. Bahkan bukan berlebihan
bahwa teknik pemecahan masalah dan penemuan terbimbing pun dapat digunakan
ketika respons mereka mulai berkembang.
Meskipun pada tahapan ini anak terlibat dalam bermain dengan dirinya sendiri (selfplay), pada saat yang sama, anak lain pun dapat terlibat dalam wilayah dan alat yang
sama. Jenis aktivitas demikian sering disebut ―bermain sejajar‖ (parallel play), yaitu
keterlibatan dua atau lebih anak dalam aktivitas dan alat yang sama dalam satu
wilayah, tetapi masing-masing merasa tidak saling terlibat dengan yang lain, karena
mereka memiliki tujuan dan minat yang berbeda. Maksudnya, sementara anak yang
satu bermain pasir untuk bermain membangun istana, anak lain menggunakan pasir
tersebut untuk membangun jalan untuk mobil-mobilan.
Sebab egosentrisme mereka, jika satu anak membutuhkan ruang atau alat yang sedang
digunakan anak lain, maka anak itu akan mengambilnya langsung tanpa permisi atau
meminta ijin terlebih dahulu. Percekcokan, marah, atau saling rebut akan timbul
sebagai hasilnya. Untuk alasan itu, alangkah penting menyediakan peralatan dan
ruang yang mencukupi agar anak dapat terlibat dalam bermain sejajar tanpa
menimbulkan konflik yang merusak suasana bermain dan belajar.
b. Tahapan Kooperatif
13
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Setelah memasuki kematangan tertentu berkat pengalaman pembelajaran, anak-anak
secara bertahap beranjak pada kemampuan untuk bekerjasama dengan anak lain. Pada
awalnya, mereka memulainya dengan cara bermain secara berpasangan. Kemudian
berikutnya, anak-anak dapat belajar bekerjasama dalam kelompok kecil antara 3
hingga 6 orang anak.
Bermain selama tahapan kooperatif ditandai oleh anak yang bekerja bersama untuk
tujuan yang sama. Keterhubungan antara pasangan atau para anggota kelompok masih
bersifat longgar dalam sifat yang kurang terstruktur, dengan peraturan dan strategi
yang terbatas untuk mengikat kekompakan pemain ketika bersaing melawan
kelompok lainnya. Jangan dilupakan bahwa pada tahap ini anak-anak masih
menempatkan minatnya pada perkembangan keterampilannya sendiri.
Bermain kooperatif dengan pasangan dapat dilihat pada aktivitas lempar-tangkap,
menendang dan menyetop bola, atau memukul suatu objek bergantian. Setiap pemain
bekerjasama dengan pemain lain. Tujuan utamanya adalah saling membantu
mengembangkan keterampilan manipulatif tertentu. Di dalamnya tidak ada upaya
untuk saling mengalahkan yang lain. Aturan sederhananya adalah untuk mengontrol
bola.
Bermain kelompok kecil pada tahapan kooperatif juga mengikat anak-anak bersama
dalam tujuan yang sama. Contohnya adalah bermain rumah-rumahan—dengan adanya
peranan ayah, ibu, dan saudara; bermain peranan dalam pekerjaan tertentu—dokter,
perawat, pasen; bermain lempar tangkap; atau bermain sepak bola. Dalam aktivitas
bermain itu, anak bisa berganti peranan. Beberapa aturan sederhana atau cara
menghitung skor dalam permainan dapat digunakan ketika anak belajar peraturan
dasar tertentu pada olahraga atau permainan.
Selama tahapan kooperatif baik bermain berpasangan maupun kelompok kecil, anakanak belajar tentang perkembangan keterampilan, pearturan, dan strategi melalui
imitasi, prediksi, analisis, dan sintesis. Bekerjasama antara 2 atau lebih anak melalui
latihan membantu membangun perkembangan keterampilan. Interaksi sosial dengan
anak lain dan dengan guru serta orang dewasa melalui pemecahan masalah dan
penemuan terbimbing membantu anak menguasai pengetahuan dasar tentang
peraturan dan strategi permainan. Berbagai peran dan belajar bergiliran adalah juga
kemampuan yang dapat dikembangkan dalam bermain kooperatif.
c. Tahapan Kompetitif
Dengan perkembangan keterampilan yang bertambah dan kemampuan untuk berbagai
andil dan berkejasama dalam situasi kelompok, anak-anak bergerak maju kepada
tahapan bermain kompetitif. Bermain kompetitif selama tahapan awal, yaitu dalam
usia antara 7 hingga 9 tahun, ditandai oleh 1 sampai 3 anak bermain melawan
kelompok kecil lain. Secara perlahan, anak menjadi lebih mampu untuk bermain
dalam regu yang lebih besar manakala perkembangan keterampilan dan
pemahamannya pada peraturan serta strategi permainan menjadi lebih halus ketika
mereka memasuki kelas 4 SD ke atas.
14
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Ketika anak mulai bermain permainan beregu, harus diperhatikan beberapa hal.
Kelompok yang dianggap memadai untuk permainan beregu berkisar antara 3 sampai
6 orang anak dalam satu regu. Hal ini akan memungkinkan keterlibatan dan partisipasi
maksimum dalam kelompoknya. Jangan sampai anggota kelompok terlalu banyak
karena akan mengurangi jumlah partisipasi atau keterlibatan anggotanya dalam
permainan. Kemudian, permainan yang berlangsung dengan mengeluarkan anggota
kelompok dari permainan juga harus dipertimbangkan dengan matang. Lebih sering,
anak yang seharusnya membutuhkan waktu dan frekuensi latihan agar pengalaman
bermainnya meningkat malahan dikeluarkan dari permainan.
Pada tahapan kompetitif ini, anak biasanya menghendaki menguji keterampilannya
melawan anak atau kelompok lain. Mereka ingin mempelajari permainan berdasarkan
peraturan. Mereka ingin melakukannya dengan cara yang benar. Karenanya, adalah
peranan guru untuk memberikan lingkungan yang layak bagi anak untuk belajar
berkompetisi dan menyesuaikan berbagai peraturan serta strategi memainkan
permainan. Dengan menghormati kompetisi, motivasi untuk bertanding harus berawal
dari anak, bukan karena dorongan orang dewasa. Yang tidak boleh dilupakan oleh
guru adalah bahwa anak harus dapat bertanding melawan anak lain yang tingkat
keterampilan dan kemampuannya setingkat. Jika tidak, maka hal itu dapat berakibat
pada timbulnya konsep diri yang negatif akibat kalah terus menerus.
Dalam hal mempelajari peraturan dan strategi permainan, anak-anak perlu mendapat
kesempatan untuk menjadi pengambil keputusan. Dengan memberi mereka
kesempatan untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi situasi bermain dalam
situasi pemecahan masalah dan penemuan terbimbing, anak memiliki kesempatan
untuk berinteraksi dengan kelompoknya dan membuat keputusan yang berkaitan
dengan peraturan dan strategi permainan mereka.
Sebaliknya, jika situasi permainan diwarnai oleh pengambilan keputusan yang terlalu
banyak didominasi guru, dengan memperbanyak gaya komando, misalnya, anak
hanya memiliki sedikit sekali kesempatan memahami sifat-sifat permainan, selain
hanya melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah dibuat guru. Anak yang diberi
kesempatan untuk membuat keputusan sendiri, akan memiliki pengertian yang lebih
baik tentang berbagai aspek dari permainan, sehingga membantu mendorong mereka
menjadi pengambil keputusan yang baik dalam aspek-aspek lain.
7. Perkembangan Anak
Proses bermain ditentukan oleh tahapan perkembangan anak. Anak usia 6 tahun tidak
dapat diharapkan bermain permainan yang sama dengan permainan untuk anak 12
tahun, sebab terdapatnya perbedaan dalam perkembangan faktor-faktor fisikal,
kognitif, emosional, dan sosial. Adalah penting meninjau tahapan perkembangan anak
dalam kaitannya dengan kesiapan anak dalam bermain.
a. Faktor Perkembangan Fisikal
Selama usia sekolah dasar ketika anak dalam proses perkembangan dan penghalusan
keterampilan manipulatifnya, faktor-faktor perkembangan fisikal memainkan peranan
penting dalam kaitannya dengan kesiapan dan penampilan mereka. Faktor kebugaran
15
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
jasmani, misalnya, menentukan kemampuan siswa untuk menampilkan aktivitas
tertentu. Kekuatan memainkan peranan penting dalam keterampilan memainkan
permainan. Hanya jika anak sudah cukup kuatlah mereka dapat memainkan atau
menggunakan alat yang sebenarnya, sehingga bagi anak yang belum siap diperlukan
peralatan yang dimodifikasi.
Ketika kekuatan sudah diperoleh, terutama bagi anak laki-laki selama di sekolah dasar
di kelas-kelas yang lebih tinggi, anak-anak dapat berlari lebih cepat, melompat lebih
jauh, melempar lebih keras, dan memukul dengan lebih bertenaga. Itulah sebabnya,
anak-anak yang memiliki kekuatan yang sama harus bermain bersama. Ketika mereka
masih di kelas rendah (kelas 1 dan 2), anak laki dan anak perempuan dapat bermain
bersama; sedangkan memasuki kelas-kelas yang lebih tinggi (kelas 4 ke atas), ada
kalanya guru harus memisahkan mereka berdasarkan jenis kelamin ketika terlibat
dalam aktivitas bermain. Demikian juga dengan faktor daya tahan. Karena daya tahan
anak-anak masih sangat rendah, aktivitas bermain hendaknya diselingi dengan waktu
untuk istirahat. Perkembangan keseimbangan, kecepatan, kelincahan serta kelentukan
juga merupakan faktor kebugaran yang perlu dipertimbangkan dalam berbagai
aktivitas permainan.
Faktor fisikal lain yang jelas-jelas berpengaruh kepada perkembangan keterampilan
manipulatif adalah ukuran dan berat badan anak-anak. Dalam hal ukuran badan ini,
jika memungkinkan guru mampu membuat pengelompokan dengan pertimbangan
jangan sampai anak yang ukuran badannya kecil dihadapkan secara tidak seimbang
denganyang badannya besar atau tinggi. Namun demikian, jangan juga anak yang
ukurannya ekstrim besar atau ekstrim tinggi bahkan ekstrim kecil menjadi bahan
olok-olok dari anak lain serta tidak mendapat kesempatan bermain sama sekali.
Perkembangan perseptual (kemampuan menangkap rangsang dengan baik) dari mata
memiliki pengaruh yang besar pada penampilan keterampilan manipulatif anak
selama usia sekolah dasar. Kemampuan untuk dapat menaksir posisi, kecepatan, dan
percepatan dari sebuah benda yang bergerak menentukan efisiensi gerak dari respons
yang diberikan anak pada benda itu dan dalam situasi permainan secara keseluruhan.
Pada masa-masa awal kelas rendah, ketika persepsi visual belum sepenuhnya
berkembang, modifikasi terhadap keterampilan manipulatif atau perlengkapannya
akan memungkinkan timbulnya pengalaman sukses pada anak. Bola yang
digelindingkan, bola yang dipantulkan, atau balon yang melambung ringan akan
membantu anak memfokuskan pandangannya pada benda yang datang ke arahnya.
Bola yang lembut dapat digunakan untuk membantu mereka mengatasi permasalahan
takut menangkap bola. Bola-bola yang berwarna terang dapat membantu anak-anak
mempelajari persepsi jelas antara benda dan tanah.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa penilaian akurat tentang layangan benda yang
sedang bergerak tidak dapat dibuat anak hingga mereka berusia antara 11 sampai
dengan 12 tahun. Sebagai konsekuensinya, mereka harus mulai belajar secara
bertahap dari melempar, menangkap, dan memukul benda yang dalam posisi diam
hingga ke melakukannya dengan benda yang bergerak pelan, lebih cepat dan lebih
cepat lagi. Ketika anak bertambah kematangan dan pengalamannya dalam
keterampilan manipulatif, sistem syarafnya beradaptasi dalam upaya untuk membantu
16
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
setiap anak bereaksi secara cepat, menaksir suatu situasi bermain secara benar, dan
merespons secara efisien terhadap situasi bermain yang terjadi.
b. Perkembangan Kognitif
Pada usia sekolah dasar, anak-anak belajar tentang konsep-konsep kognitif yang
melibatkan pengetahuan tentang fakta-fakta, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan penilaian (Bloom). Anak-anak dapat mempelajari peraturan permainan dengan
mengingat aturan yang dirancang guru selama permainan atau peraturan dari
permainan yang diciptakan oleh mereka sendiri.
Ketika mereka membuat aturan dan strategi untuk permainan mereka sendiri, mereka
harus memahami situasi permainan, menerapkan peraturan dan strategi itu untuk
mencoba memenangkan permainan, dan menggunakan kemampuan mereka untuk
mengambil keputusan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi permainan
mereka berdasarkan tingkat kemampuan mereka. Dalam permainan juga mereka
memiliki kesempatan yang kaya untuk mengitegrasikan konsep-konsep seperti prinsip
mekanika dari gerak manusia (sains), penghitungan nilai atau skor permainan dan
rancangan lapangan (matematika), serta berbicara, menulis, mendengarkan, dan
membaca (bahasa dan seni) dalam pengembangan permainan.
c. Perkembangan Emosional
Di antara faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan emosional dalam
domain afektif, yang paling penting adalah konsep diri, rentang perhatian, stress,
penggunaan waktu luang, sikap, dan nilai. Pada masa-masa usia sekolah dasar, anakanak mengembangkan konsep dirinya secara langsung dan tidak langsung melalui
pengalaman gerak yang kaya dalam pendidikan jasmani dan dalam pengalaman hidup
lainnya. Mereka yang banyak memiliki pengalaman sukses dalam permainan
cenderung akan mengembangkan citra-diri yang positif. Tetapi bagi mereka yang
lebih banyak mengalami pengalaman gagal dan rasa malu dalam permainan dan
aktivitas lain, akan cenderung mengembangkan citra diri yang negatif. Sebagai
akibatnya, aktivitas dan permainan dalam pendidikan jasmani harus dirancang untuk
memberikan pengalaman sukses kepada anak. Karena itu penting memungkinkan
anak untuk bermain dengan anak-anak yang memiliki tingkat kemampuan yang sama
sehingga memiliki kemungkinan untuk merasa berhasil. Aktivitas dalam pendidikan
jasmani harus mendorong keberhasilan sehingga setiap orang dapat merasa nyaman
dengan gerakannya. Setiap orang memerlukan konsep diri yang positif.
Di samping adanya aktivitas yang memunculkan pengalaman sukses, pengalaman
dalam pendidikan jasmani pun harus dirancang untuk menterjadikan situasi bermain
fantasi, yang mengandung resiko, keberanian, serta tantangan. Pada saat bermain
fantasi, anak-anak dapat menggunakan imaginasi mereka untuk ber,main peranan
sebagai pemenang, sebagai yang kalah, dan pahlawan olahraga, atau sejenisnya.
Dengan begitu, mereka sedang ‗mencoba dan menjalankan‘ kehidupan. Mereka dapat
mengetahui siapakah mereka dan mengembangkan empati untuk yang lain. Situasi
yang melibatkan suatu resiko atau tantangan juga meruapakan faktor penting untuk
17
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
membantu anak mengatahui apa yang dapat mereka lakukan. Disituasikan bahwa
tantang-tantangan tersebut berada dalam jangkauan kemampuan untuk ditundukkan,
pengalaman berhasil menguasai aktivitas yang mengandung resiko yang memerlukan
keberanian dapat meningkatkan konsep diri anak.
Setelah bergaul dan berpengalaman mengajar siswa sekolah dasar, seseorang akan
mengetahui bahwa anak-anak SD ternyata memiliki rentang waktu perhatian yang
pendek. Hal ini harus diingat ketika merencanakan aktivitas dan permainan. Kita tidak
dapat membiarkan mereka merasa bosan dan bersusah payah mengembalikan
perhatian mereka kepada permainan jika mereka tidak berminat. Karenanya kita harus
segera merubah aktivitas yang berlangsung dan berusaha memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih permainan yang mengundang minat mereka. Kadangkadang bahkan dianjurkan agar kita menghentikan suatu aktivitas bermain pada
puncaknya sehingga anak-anak akan memintanya kembali di lain waktu.
Dalam hal stress, pada dasarnya stress bisa ditimbulkan juga oleh suasana persaingan
dan kompetisi yang terlalu dini. Padahal anak-anak biasanya belum mempunyai
kemampuan mengelola stress. Oleh karena itu, anak-anak harus dimungkinkan untuk
merancang kompetisinya sendiri. Stress yang ditimbulkan dan diciptakan oleh guru,
orang tua, atau oleh faktor lain dapat menimbulkan dampak yang tidak ringan pada
emosi anak. Khususnya pada anak-anak yang masih berada dalam tahapan egosentris
dan kooperatif, yang belum dapat menempuh kompetisi dengan baik. Hanya setelah
pola-pola gerak dasar dan keterampilan sosial berkembanglah kelak anak-anak dapat
dapat menguasai dorongan kompetisi dalam cara-cara yang lebih konstruktif.
Proyeksi ke depan mengindikasikan bahwa individu akan mempunyai waktu luang
yang lebih banyak. Untuk mengatasi hal itu secara emosional, mereka harus belajar
menggunakan waktu luangnya secara bijaksana. Membantu anak mempelajari
olahraga yang dapat ditekuninya untuk hidupnya di masa depan, harus membantu
anak mengembangkan dasar emosi yang positif untuk menghargai olahraga dalam
seluruh masa hidupnya. Pengembangan sikap dan nilai positif terhadap partisipasi
aktivitas olahraga berasal dari pengalaman yang memberikan makna dalam setiap
faktor yang berhubungan dengan perkembangan emosi anak-anak.
d. Perkembangan Sosial
Ciri-ciri sosial dari anak-anak sekolah dasar berkembang dan berubah terus dari kelaskelas awal hingga kelas lima dan enam. Sebelum memasuki bangku sekolah dasar
anak-anak sangat egosentris atau berpusat pada dirinya sendiri. Mereka tidak mampu
berbagi atau bekerja sama dengan orang lain secara mudah. Di rumah, mereka adalah
pusat perhatian seisi rumah dan biasanya terus menerus berebut perhatian dengan
saudaranya.
Pengalaman dengan orang lain di lingkungan luar rumah masih didasarkan pada
bermain sejajar. Oleh karenanya pengalaman di sekolah yang melibatkan permainan
harus menjembatani kesenjangan antara orientasi-diri dan kerjasama dengan dan
kesetiaan sebagai anggota kelompok sebaya. Bergiliran dan berbagi penggunaan
peralatan dengan pasangan membantu mendekatkan kesenjangan tersebut. Kelompok
18
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
besar atau barisan panjang yang menyebabkan mereka menunggu akan mematikan
tujuan menutup kesenjangan tadi.
Bermain dengan anak lain atau dalam kelompok kecil terdiri dari 2 -3 pemain untuk
tujuan yang sama akan membantu amak belajar berkomunikasi dengan anak lain dan
menambah keberterimaan kelompok. Menjadi bagian kelompok dan memberikan
sumbangan peranan secara fisikal maupun secara verbal pada kelompok membantu
anak mempelajari identitas selingkung, yang juga amat penting selama tahun-tahun
sekolah dasar berikutnya.
Belajar menjadi pimpinan atau menjadi pengikut adalah aspek penting lainnya dari
pengalaman berkelompok. Dalam setting bermain tradisional ketika guru membentuk
kelompok, meminta kapten memilih anggotanya, serta guru yang membuat semua
keputusan tentang permainan, anak-anak tidak memperoleh kesempatan yang nyata
untuk interaksi kelompok dan yang menghasilkan identitas sosial. Kenyataannya,
akan terdapat sejumlah kecil anak yang selalu dipilih terakhir kali sehingga merasa
disisihkan dan akhirnya membekaskan pengalaman sosial negatif pada dirinya.
Sebagai guru, kita tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.
Manakala anak-anak mengembangkan keterampilan sosial melalui upaya-upaya
kooperatif, mereka secara bertahap menjadi lebih berminat dalam pengalaman
berkompetisi. Namun dalam hal ini guru hendaknya cukup berhati-hati dalam
melibatkan anak-anak sehingga secara sosial beberapa anak tidak terlalu dominan
kepada yang lainnya.
Jika anak dimungkinkan bertanding dengan anak lain yang setara kemampuannya
dalam permainan yang diusulkan mereka, setiap anak mempunyai kesempatan untuk
penerimaan sosial. Sedangkan jika pertandingan itu melibatkan kelompok besar dan
tidak seimbang di bawah kondisi yang menekan yang menimbulkan stress, beberapa
anak akan memperoleh pengalaman sosial negatif. Untuk seorang anak, jika ia
diberitahu bahwa ia tidak bermain bagus dan tidak diinginkan oleh kelompok, atau
ditertawakan serta diejek oleh teman lain, akan memberikan pengalaman sosial yang
sungguh membekas. Justru anak-anak harus dibangkitkan self-esteem-nya melalui
pemberian perasaan berhasil dan diterima oleh kelompoknya. Sebaliknya, anak-anak
pun harus diajari sifat-sifat sportivitas ketika bermain, serta harus belajar memuji dan
menghargai kejujuran dan upaya keras.
Hasil perkembangan berikutnya dari pengalaman sosial tentang kerjasama dan
kompetisi ini adalah perkembangan kode etik dan kode moral. Dalam situasi bermain
yang ditentukan, hal-hal seperti kecurangan, ketidakjujuran, peraturan, keadilan,
undang-undang, dan pengertian tentang hukum akan meningkat. Melalui
pembelajaran demikian anak akan memahami bahwa terdapat sebuah saling
keterkaitan antara kebebasan dan tanggung jawab. Daripada sebuah sikap
memenangkan pertandingan dengan segala cara, adalah lebih bermanfaat untuk
membantu anak mengembangkan respek pada peraturan dan keinginan untuk bermain
dalam batas aturan tersebut.
Dengan membangun lingkungan bermain melalui pemecahan masalah, anak dapat
memahami, menginterpretasi, menegosiasi, membuat argumentasi, mendebat, dan
merubah serta membuat penyesuaian pada peraturan. Dengan demikian, anak dapat
19
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
belajar bahwa peraturan membuat semua menjadi teratur dan bahwa peraturan
memperhatikan hak, kewajiban, tugas, dan hak istimewa. Pada gilirannya, anak juga
harus belajar bahwa respek pada kewenangan, kesungguhan maksud, peraturan,
kompetisi, kerjasama, dan pengertian-pengertian lainnya merupakan dasar dari setiap
satuan sosial yang dipertahankan (misalnya persahabatan, perkawinan, pekerjaan,
dsb.).
8. Etologi Bermain
Para ahli mencoba menghubungkan kecenderungan dan kegemaran manusia dalam
bermain dengan kecenderungan perilaku binatang yang juga senang bermain. Ilmu
yang mempelajari perilaku binatang tersebut disebut etologi (ethology). Werner (1979)
mencoba menganalisis beberapa prinsip yang mendasari perilaku bermain anak-anak
dengan bersandar pada etologi tersebut. Berdasarkan analisis tersebut, perilaku
bermain anak dapat dikategorikan ke dalam beberapa prinsip.
Prinsip pertama adalah prinsip perbatasan (territory). Semua perilaku bermain,
termasuk permainan formal, memberlakukan prinsip perbatasan. Maksudnya, prinsip
ini menunjukkan bahwa setiap binatang dan manusia secara alamiah memiliki
keinginan untuk menguasai sebuah ruang yang jelas batas-batasnya. Prinsip inilah
yang melahirkan perilaku bermain yang memberlakukan batas-batas ruang tertentu
yang seolah menjadi batas bagi kepemilikan tersebut. Permainan anak-anak, baik
yang termasuk tradisional maupun yang sudah jadi cabang olahraga, penuh dengan
contoh-contoh upaya penguasaan perbatasan wilayah.
Dengan sedikit penyelidikan yang cermat, kita dapat membagi permainan anak ke
dalam kategori berdasarkan formasi yang digunakan. Di dalamnya ada formasi
lingkaran, formasi garis lurus, atau formasi tak beraturan. Cobalah Anda identifikasi
permainan yang Anda kenal yang masuk ke dalam kategori di atas. Tuliskan dalam
secarik kertas, dan buatlah tabel untuk masing-masing jenis formasi. Berapa
permainankah yang berhasil Anda temukan?
Batas-batas permainan atau wilayah permainan yang sebenarnya dapat digunakan
untuk menentukan wilayah. Beberapa permainan dimainkan dalam satu wilayah yang
dipakai bersamaan oleh setiap anggota regu yang berlawanan. Permainan ini disebut
permainan lapangan, seperti sepak bola, basket, atau bola tangan. Dalam permainan
lain, ada juga permaian yang pemainnya dipisahkan dalam bidang lapangan yang
berbeda dan tetap berlawanan sepanjang permainan. Contoh permainan ini adalah
permainan seperti voli, tenis, atau badminton, atau lajim disebut permainan net.
Tersirat dalam prinsip wilayah kekuasaan ini adalah konsep bahwa binatang berjuang
keras mempertahankan wilayah kekuasaan mereka ketika musuhnya mendekati
daerah kekuasaannya.
Prinsip kedua yang berlaku dalam perilaku bermain anak adalah urutan hirarki, yang
juga merupakan pengaruh dari pola kehidupan binatang yang tercermin dalam
permainan dan olahraga. Baik binatang maupun manusia, seperti terlihat secara jelas
dalam sekelompok binatang seperti rusa, singa, gajah, atau semut sekalipun, memiliki
sistem rangking yang berkaitan dengan urutan kepentingan dan tanggung jawab.
20
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Beberapa permainan menetapkan urutan pemainnya berdasarkan kepentingan peran
dalam permainannya. Ada permainan yang menirukan sekelompok binatang yang di
dalamnya tercermin peranan yang berbeda antara pemimpin dan anggotanya.
Misalnya permainan induk ayam yang melindungi anaknya.
Permainan lain mengharuskan posisi pemain dibedakan berdasarkan kepentingan
permainan itu sendiri. Misalnya dalam permainan kasti atau softball, yang
menempatkan orang yang paling terampil lebih dekat ke posisi lawannya daripada
yang kurang terampil. Lebih jauh posisi pemain dari pusat permainan, merupakan
cermin dari anggapan bahwa pemain itu akan menerima peran yang lebih sedikit.
Begitu juga adanya pemain pengganti atau pemain cadangan, yang penetapannya
lebih didasarkan pada peranan yang bisa dimainkan olehnya dibanding dengan
pemain inti lainnya.
Permainan lain melibatkan penyisihan pemain pada setiap tahapnya. Misalnya
permainan bola batas (dodging ball), yang mengharuskan pemain yang kena tembak
oleh bola yang dilempar oleh lawan, segera keluar lapangan dan hanya berperan dari
sisi lapangan. Inipun menunjukkan bahwa hanya pemain yang terampil dan mampu
menghindar dengan baiklah yang akan tinggal lebih lama di dalam lapangan
permainan. Akibatnya, yang terampil makin terampil, yang tidak terampil makin
ketinggalan. Ini secara jelas menunjukkan sikap atau perilaku ―survival of the fittest‖
(perjuangan bagi yang paling baik) yang banyak mendasari kehidupan binatang di
alam bebas.
Dalam rangka pembelajaran permainan dalam pendidikan jasmani di sekolah, guru
hendaknya berhati-hati menerapkan permainan yang didasarkan prinsip urutan
hirarkis ini. Lebih sering, prinsip ini mengemuka atau dipahami oleh siswa dari sisi
negatifnya saja, jika guru kurang mengelolanya secara hati-hati.
Misalnya dalam cara memilih regu, ketika guru menunjuk dua orang kapten untuk
memilih masing-masing anggotanya, prinsip ini sudah segera bekerja dan
berpengaruh langsung pada anak. Anak yang kurang terampil biasanya akan terpilih
pada urutan yang terakhir dalam permainan apapun. Ketika pengalaman ini terus
menerus terjadi, anak tersebut akan mengembangkan sikap yang dibentuk oleh
kebiasaan tersebut. Dia menganggap dirinya tidak bisa apa-apa, dan kurang merasa
diterima di lingkungannya.
Bukan berarti bahwa guru harus menghilangkan sama sekali kondisi bermain yang
berlandaskan prinsip urutan hirarkis ini. Tetapi guru harus memberikan kesempatan
pada anak untuk berpartisipasi aktif pada setiap pembelajaran, sehingga seiring waktu
mereka dapat meningkatkan keterampilannya dan tidak semakin jauh tertinggal.
Ketika keterampilan mereka meningkat, kemampuan berkompetisinya pun makin
meningkat. Pada tahap demikianlah, prinsip permainan urutan hirarkis dapat mulai
diterapkan, dengan pengaturan yang juga tetap hati-hati.
Prinsip persenjataan (weaponry) adalah prinsip etologi ketiga yang jelas-jelas
mempengaruhi perilaku bermain pada manusia dan binatang. Banyak nomor-nomor
pertandingan olahraga dewasa ini menggunakan alat-alat penting selama masa perang
di masa lalu. Lembing, panah dan busur, cakram, anggar, senapan menjadi contoh
nyata prinsip ini. Olahraga lain, meskipun tidak persis menggunakan senjata, tetap
21
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
dipandang mewakili pentingnya manusia pada senjata; seperti pemukul softball, stik
hockey atau golf, raket tenis atau badminton, dsb. Bahkan bolanya sendiri, atau benda
lain, dapat dipandang sebagai senjata juga.
Dalam baseball pitcher menggunakan bola untuk melempar ke arah wilayah lawan,
menggambarkan upaya atau simbol penghancuran lawan melalui granat atau bom.
Jika pelemparan tersebut berhasil, maka regunya akan mendapat rasa aman, atau
sekaligus memberikan kemenangan. Sebaliknya, pemukul yang menggunakan
senjatanya untuk menolak granat (bola) yang dilempar lawan ke daerah pelempar,
dapat melambangkan upaya mempertahankan diri dari serangan dan sekaligus
membuat serangan balasan.
Peranan bola sebagai senjata sama penting dalam cabang olahraga seperti sepakbola,
basket, voli, tenis tau badminton. Bola itu menjadi alat kunci untuk menyusup dan
menghancurkan lawan di daerahnya sendiri. Bola adalah senjata kunci untuk
menyerang ketika bola itu dipass, dibawa, digiring, ditendang, atau ditembakkan.
Dapatkah Anda membayangkan contoh-contoh lain yang menggambarkan bola
sebagai senjata dalam cabang olahraga lain?
Satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penerapan prinsip persenjataan ini dalam
permainan anak-anak adalah ukuran dan jenis alat yang digunakan. Bayangkan,
apakah orang-orang jaman dulu akan mengajarkan berperang pada anak-anaknya
dengan menggunakan senjata untuk ukuran orang dewasa? Kemungkinan besar tidak.
Mereka akan memodifikasi senjata itu dengan ukuran serta jenis senjata yang tepat
dan tidak membahayakan anak-anaknya. Baru ketika anak-anak mereka semakin siap
dan semakin terampil, maka akan dibuatkan senjata yang lebih berat dan lebih besar,
sebelum diberi senjata yang sebenarnya. Demikian jugalah dalam permainan anakanak yang memerlukan alat. Guru harus mampu memilih atau memodifikasi alat
permainan agar sesuai bagi pembelajaran anak.
Latihan
Setelah mempelajari berbagai uraian tentang bermain dan permainan, cobalah Anda
kerjakan latihan-latihan di bawah ini. Anda harus memastikan bahwa Anda sudah
menguasai konsep bermain secara mendalam.
1. Dapatkah Anda mendefinisikan pengertian bermain?
2. Kriteria bermain apakah yang harus diperhatikan ketika kita mengajar anak
bermain?
3. Apakah bedanya bermain dalam pengertian umum dengan bermain dan
permainan dalam konteks pendidikan jasmani?
4. Apakah yang dimaksud dengan teori kelebihan energi dalam permainan, dan
siapakah tokoh yang mengusung teori tersebut?
5. Apakah yang dimaksud dengan bermain sejajar atau parallel play? Pada usia
berapakah biasanya anak berada dalam tahap parallel play?
22
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Kunci Jawaban Latihan
1. bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar,
suka rela tanpa paksaan, dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan
ikatan peraturan. Namun bersamaan dengan ciri itu, bermain menuntut ikhtiar
yang sungguh-sungguh dari pemainnya disertai dengan ketegangan dan
kesukaan untuk mencapai tujuan yang berada dalam kegiatan itu sendiri dan
tak berkaitan dengan perolehan material.
2. Ketika anak bermain, anak harus diberi kesempatan untuk membuat keputusan
sendiri atau dibantu untuk belajar membuat keputusan sendiri, tentang
permainan apa, tentang tindakan apa yang harus dilakukan dalam kondisi
tertentu, serta dengan siapa mereka mau bermain. Di samping itu, anak harus
menyadari atau dibantu untuk menyadari bahwa ketika mereka bermain,
mereka sesungguhnya lepas dari kenyataan kehidupan mereka sehari-hari,
sehingga mereka siap berekspresi sebebas mungkin, riang dan gembira,
melupakan segala kenyataan hidup yang sungguh berbeda dari realitas
bermain. Oleh karena itu, anak harus pula memotivasi diri sendiri untuk dapat
berhasil atau mengalami perasaan berhasil dalam situasi bermain.
3. Bermain dalam pengertian umum adalah segala aktivitas yang berada di luar
batas tugas sehari-hari, sehingga ke dalamnya termasuk kegiatan bermain
statis dan hanya memanfaatkan otot-otot halus, seperti main kartu, main play
station, atau permainan yang berisi nyanyian dan kata-kata (verbal) semata.
Sedangkan permainan dalam pendidikan jasmani seharusnya permainan yang
sekaligus menantang kesanggupan fisik, karena di dalamnya mengandung
aktivitas jasmani yang melibatkan kelompok otot-otot besar serta memerlukan
penggunaan energi tubuh. Adanya penggunaan otot-otot besar dan adanya
penggunaan energi tubuh, akan secara langsung berdampak positif pada
meningkatnya kemampuan jasmani anak, sesuai dengan ciri gerak dari
permainan yang dimainkan. Misalnya, jika suatu permainan mengandung
unsur gerak yang harus dilakukan dengan cepat, maka permainan tersebut
sekaligus meningkatkan kemampuan kecepatan anak.
4. Teori kelebihan energi menyatakan bahwa permainan dan olahraga pada
dasarnya dibutuhkan sebagai alat penyaluran dari kondisi di mana anak
kelebihan energi. Anak atau manusia secara umum, menumpuk energi setiap
hari yang dihasilkan dari makanan, minuman, istirahat, serta kegiatan lainnya.
Kelebihan energi ini akan menimbulkan ketidakseimbangan (disequilibrium).
Melalui gerak fisik itulah anak menyalurkan energinya yang berlebihan,
sehingga tercapai kembali keseimbangan (equilibrium) tubuh dan jiwanya.
Pendapat ini dilontarkan oleh H. Spencer.
5. Yang disebut ―bermain sejajar‖ (parallel play), yaitu keterlibatan dua atau
lebih anak dalam aktivitas dan alat yang sama dalam satu wilayah, tetapi
masing-masing merasa tidak saling terlibat dengan yang lain, karena mereka
memiliki tujuan dan minat yang berbeda. Maksudnya, sementara anak yang
satu bermain pasir untuk bermain membangun istana, anak lain menggunakan
pasir tersebut untuk membangun jalan untuk mobil-mobilan. Kecenderungan
23
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
bermain sejajar dapat ditemui pada usia anak sekitar usia 1 hingga 5 tahun, di
mana mereka masih berada dalam tahap egosentrik.
Rangkuman
Bermain dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi dan
harmonisasi, sehingga seseorang cenderung bergairah. Kegairahan dapat
memudahkan timbulnya inspirasi, sehingga anak-anak dapat dengan mudah
melakukannya, tanpa harus ada paksaan dan hambatan.
Sebagaimana sifatnya, anak-anak akan mudah terbangkit minatnya untuk
bermain. Permainan yang dapat dilakukan dengan mudah cenderung
menimbulkan tantangan pada anak untuk mengerahkan semua
ketangkasannya. Siswa yang terbangkit semangatnya, akan melanjutkan
kegiatannya, dan melupakan segala kelelahan yang dialaminya.
Bermain diartikan para ahli sebagai semua perilaku yang melibatkan
kriteria tentang pengambilan keputusan, kenyataan internal dan motivasi
intrinsik dari orang yang melakukannya. Dalam hal ini, keputusan harus
diambil oleh orang atau anak yang terlibat dalam permainan, kemudian para
pemain harus menyadari kenyataan internal permainan yang berbeda dari
kenyataan kehidupan sehari-hari, dan motivasi yang timbul hendaknya
muncul dari dalam diri (intriksik) orang atau anak yang terlibat di dalamnya.
Fungsi-fungsi permainan meliputi cakupan mengenai fungsi biologis,
fungsi sosial, fungsi pendidikan, serta fungsi ketahanan sosial.
Dilihat dari tahapan bermainnya, anak akan menunjukkan tahapan yang
berbeda, dimulai dari tahapan pre-play, lalu eksplorasi khusus, tahapan ketiga,
dapat disebut respons yang terkondisi, dan tahap terakhir yaitu reaksi
penghambatan, yaitu ketika anak terus menerus bermain di bawah kondisi
yang sama, perilaku mereka kehilangan greget karena kebosanan mulai timbul,
sehingga guru perlu mengatasinya dengan eksplorasi diversif.
Tes Formatif 1
Pilihlah jawaban yang Anda anggap paling benar dengan memberi tanda silang
pada pilihan yang ada.
1. Bagi Huizinga, bermain adalah kegiatan yang memenuhi kriteria berikut, kecuali:
a. yang dilakukan secara bebas dan sukarela,
b. kegiatannya dibatasi oleh waktu dan tempat,
c. menggunakan peraturan yang tidak bebas dan mengikat
d. memiliki tujuan tersendiri dan mengandung unsur ketegangan
2. Neuman dan Werner mengartikan bermain sebagai semua perilaku yang
melibatkan kriteri berikut, kecuali:
a. keputusan ditentukan oleh guru,
24
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
b. pengambilan keputusan ditentukan sendiri,
c. kenyataan permainan berbeda dari kenyataan hidup sehari-hari,
d. motivasi untuk bermain harus bersifat intrinsik
3. Unsur bermain dalam pendidikan jasmani menyebabkan:
a. anak terbangkit semangatnya sehingga melupakan kelelahan,
b. anak tidak mengetahui bahwa waktu sudah berlalu,
c. anak mencintai permainan
d. anak melupakan tujuan pembelajaran yang sebenarnya.
4. Permainan dalam pendidikan jasmani menghendaki permainan yang:
a. bebas dan tidak mengikat kesenangan anak,
b. mengandung aktivitas jasmani yang tinggi,
c. melibatkan aktivitas kelompok otot halus,
d. berorientasi pada kesenangan siswa
5. Katzenbogner mengemukakan pertimbangan masuknya permainan dalam penjas
adalah sebagai berikut, kecuali:
a. mengembangkan gerakan berirama,
b. memberikan nilai keharmonisan dan kesesuaian
c. memberikan nuansa kompetisi dan suasana bersaing di antara siswa,
d. penggunaan alat bantu yang mudah didapatkan dan menggembirakan.
6. Permainan memiliki fungsi untuk menyalurkan energi yang berlebihan. Pendapat
tersebut dikemukakan oleh:
a. Huizinga,
b. M. Lazarus,
c. Piaget
d. H. Spencer.
7. Karl Gross menyatakan bahwa permainan dan olahraga merupakan bentuk
kegiatan yang:
a. mengantarkan anak pada kreativitas,
b. menyebabkan pulihnya kepenatan dan mencipta kembali,
c. mempersiapkan anak menjadi mahluk dewasa,
d. merupakan dorongan dari dalam diri anak untuk bereksplorasi.
8. Pada tahap egosintrik, anak biasanya bermain sendiri-sendiri atau disebut selfcentered. Ciri utama dari tahap ini adalah:
a. anak sudah mulai melihat pentingnya ada teman,
b. anak tidak bisa melihat anak lain,
c. anak sudah mulai belajar bergiliran,
d. anak tidak tahu cara dan pentingnya bergiliran.
9. Pada usia antara 7 sampai 9 tahun anak memasuki apa yang disebut tahap
kompetitif. Artinya anak sudah mulai:
a. masuk ke dalam kemampuan bersaing dengan yang lain,
25
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
b. memiliki kemampuan untuk bersaing dalam kelompok kecil
c. bersaing dalam kelompok yang lebih besar,
d. mengalami apa yang disebut parallel play.
10. Penilaian akurat tentang layangan suatu benda yang sedang bergerak tidak akan
dapat dibuat anak sampai mereka berusia:
a. 11 – 12 tahun
b. 9 – 10 tahun
c. 7 – 9 tahun
d. 3 – 6 tahun
Setelah anda menjawab semua pertanyaan di atas, cocokkan hasil jawaban anda
dengan kunci jawaban tes yang ada di belakang modul ini dan hitunglah jawaban anda
dengan benar. Kemudian gunakan formula matematis di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda dalam materi kegiatan pembelajaran di atas.
Jumlah jawaban yang benar
Rumus : Tingkat Penguasaan =
x 100 %
10
Kriteria tingkat penguasaan yang dicapai:
90 % - 100 %
80 % - 89 %
70 % - 79 %
60 % - 69 %
60 ke bawah
=
=
=
=
=
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar berikutnya. Bagus ! Tetapi bila tingkat anda
masih di bawah 80 %, anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2 tersebut terutama
bagian yang belum anda kuasai.
26
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Kegiatan Belajar 2
Aktivitas Ritmik
1. Pengertian Aktivitas Ritmik
Aktivitas ritmik adalah rangkaian gerak manusia yang dilakukan dalam ikatan pola
irama, disesuaikan dengan perubahan tempo, atau semata-mata gerak ekspresi tubuh
mengikuti iringan musik atau ketukan di luar musik. Dengan pengertian tersebut,
aktivitas ritmik tentu saja bermakna lebih luas dari senam irama yang selama ini
dikenal, bahkan dapat juga dikatakan bersifat merangkum tarian atau dansa.
Aktivitas ritmik merupakan istilah baru dalam khasanah peristilahan pendidikan
jasmani di Indonesia, karena sebelumnya kehadirannya diwakili oleh senam irama.
Nama aktivitas ritmik secara tegas diangkat oleh Kurikulum 2004 (Kurikulum
Berbasis Kompetensi/KBK), sebagai salah satu aktivitas yang masuk ke dalam ruang
lingkup pembelajaran Penjas.
Mengingat aktivitas ritmik sama-sama memiliki karakteristik sebagai gerak kreatif
yang lebih dekat ke wilayah seni, maka pembahasan aktivitas ritmik dalam modul ini
disandarkan pada pembahasan teori tari atau dansa.
Dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik,
kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya
tertentu, yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh
kesenangan, di samping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di
samping sebagai kegiatan yang menyehatkan.
Di Amerika, dansa menjadi bagian dari program pendidikan jasmani, karena
dipandang sebagai alat untuk membina perbendaharaan dan pengalaman gerak anak,
di samping untuk meningkatkan kebugaran jasmani serta pewarisan nilai-nilai.
Meskipun menjadi bagian penjas, dansa sendiri masih dianggap sebagai cabang dari
seni. Kemungkinan bahwa dansa digunakan dalam penjas terutama karena hasilnya
yang mampu mengembangkan orientasi gerak tubuh.
Bahkan ditengarai bahwa aspek seni dari dansa dipandang mampu mengurangi
kecenderungan penjas agar tidak terlalu berorientasi kompetitif dengan memasukkan
unsur aestetikanya. Jadi sifatnya untuk melengkapi fungsi dan peranan penjas dalam
membentuk manusia yang utuh seperti dapat dilihat dari arti pendidikan jasmani itu
sendiri.
2. Hakikat Tarian
Pengalaman dalam satu bidang seni tidak secara otomatis menutupi kekurangan
pengalaman dalam bentuk seni lainnya. Dalam kurikulum sekolah, kecenderungan
yang nampak selama ini adalah kurang bermaknanya pelajaran seni dalam pemberian
pengalaman artistik kepada anak. Benar bahwa anak sudah mengikuti pelajaran seni,
misalnya musik, drama, atau dansa, tetapi tidak dalam pengertian bahwa anak
sekaligus mengalami pengalaman estetisnya sekaligus. Banyak guru sekedar mengajar
27
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
dan menganggap bahwa anak-anak sudah terlibat dalam pelajaran tersebut. Itu sudah
dianggap cukup.
Padahal, hanya ketika pelajaran seni diberi bobot ―mengalami pengalaman artistik‖
lah, maka tujuan-tujuan kemanusiaan dalam pendidikan yang berhubungan dengan
nilai dan perasaan, pertumbuhan dan kepuasan pribadi dari anak dapat dikembangkan.
Dansa yang dimuati oleh upaya transformasi dari pengalaman sehari-hari menjadi
pengalaman artistik demikian memiliki sumbangan unik dan bermakna dalam
menterjadikan pendidikan total dari manusia.
Anthoney (1979) dalam Wall and Murray (1994) mengidentifikasi tiga tahapan
transformasi demikian, yaitu:
Tahap 1. Gerakan untuk kepentingan gerak itu sendiri, mengembangkan kesadaran
kesenangan dalam bergerak. Anak kecil dan pemula dalam pelajaran dansa secara
khusus memerlukan fokus demikian dalam pelajaran aktivitas ritmik.
Tahap 2. Pusat perhatiannya adalah memiliki satu pengalaman estetika. Gerakangerakan kita sehari-hari ditransformasi ke dalam satu bentuk yang bermakna baru.
Pelajaran aktivitas ritmik perlu diarahkan pada tahap ini.
Tahap 3. Tahap ini menuntaskan transisi dari keseharian ke dalam gerakan artistik.
Tujuannya adalah ―memberi bentuk, menciptakan struktur tarian, menunjukkan
tarian.‖ Tahap ini seharusnya ada dalam pelajaran seni, yang kadang tidak cukup
waktu untuk dicapai dalam pelajaran pendidikan jasmani.
Gambar 1.4
Tarian berbeda dengan aktivitas jasmani lainnya
Tarian berbeda dalam hakikatnya, dan kata atau istilah tersebut memiliki pengertian
yang berbeda bagi kita semua. Jika Anda menanyakan hal ini pada orang-orang secara
acak tentang apa yang mereka pahami tentang tarian, jawabannya pasti berbeda antara
satu dan lainnya. Ada yang menjawab tentang tarian daerah, ada yang membayangkan
tentang disko, lalu balet, ada juga yang menjawab tentang breakdance, yang sekarang
sering nampak disajikan di televisi swasta.
28
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Dari pemahaman di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa tarian pada dasarnya adalah
sebuah gerak ekspresif, yang dimaksudkan untuk menyatakan perasaan kita. Tarian
mencakup seluruh gerakan yang berhubungan dengan perasaan, ekspresi, komunikasi,
kepribadian, serta unsur-unsur subjektif dari keberadaan kita. Kita semua sering
menggunakan gerakan ekspresif tadi dalam hidup sehari-hari, meskipun tidak
menyadarinya. Kita menggunakan gerakan isyarat atau gerak tubuh untuk
menunjukkan apa yang kita yakini atau untuk memperkuat apa yang kita katakan.
Hakikat tarian memang demikian sehingga kita dapat mengembangkan kesadaran
tentang pola-pola gerak yang tidak disadari. Hal ini memungkinkan kita untuk
membawa gerakan kita dalam pengendalian kita serta mengembangkan pola-pola
gerak ekspresif sehingga memiliki model berkomunikasi kinetik yang tertata baik.
Dalam pelajaran tari, kita sedang mengembangkan penggunaan tubuh secara terampil
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebuah muatan penuh gagasan dan abstraksi.
3. Elemen Irama
Tarian dan aktivitas ritmik lainnya mengandalkan keharmonisan antara gerak tubuh
atau anggota tubuh dengan irama. Apakah sebenarnya yang dimaksud irama?
Struktur irama dalam tarian memiliki empat aspek, yaitu:
a. Ketukan (Pulse beat). Ketukan adalah nada atau bunyi yang mendasari struktur
irama. Ketukan ini dapat diajarkan sebagai bunyi dari langkah, lari, berdetiknya
jarum jam, metronom, ceklikan jari tangan, tepukan tangan, atau berdebamnya
kaki ke lantai. Ketukan dapat terjadi dalam tempo cepat, sedang, atau lambat serta
dalam tingkat kecepatan yang tetap atau berubah-ubah.
Gambar 1.5
Detak jantung pada dasarnya adalah ketukan yang berirama
29
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
b. Aksen. Aksen adalah tekanan, yaitu suatu suara keras ekstra atau gerakan keras
ekstra. Bisa juga dalam bentuk kumpulan suku kata yang diberi tekanan, atau
satuan ketukan yang diberi tekanan (diaksentuasi).
c. Pola irama. Pola irama adalah suatu rangkaian suara atau gerakan yang pendek
yang diletakkan di atas ketukan yang mendasari. Pola irama ini bisa bersifat rata
dan tidak rata. Gambaran dari pola irama yang rata adalah gerak jalan, lari, hop,
lompat, leap, step-hop, schottische, dan walz. Sedangkan gambaran dari pola
irama yang tidak rata adalah berderap, berderap menyamping, skip (satu step satu
hop), two-step, bleking dan polka. Polka adalah hop, langkah-tutup-langkah; dan
bleking adalah tumit, tumit (lambat), diikuti oleh tumit-tumit-tumit-tumit (cepat).
Dalam pola irama, durasi waktu di antara ketukan berbeda-beda.
d. Birama musik (Phrase). Birama adalah pengelompokkan alami dari satuan ukuran
untuk memberikan rasa tergenapi sementara. Birama harus sedikitnya terdiri dari
dua ukuran panjang dan merupakan ekspresi dari gagasan atau konsep utuh dalam
musik. Birama dapat membantu menentukan bentuk dari komposisi tari modern
atau tari kreatif dan anak-anak harus dibimbing untuk mengenali birama yang
identik dalam satu jenis musik. Satu rangkaian gerak diciptakan untuk setiap
birama musik; bira yang identik dapat mengarah pada rangkaian gerak yang
identik pula.
4. Bentuk Tarian
Program aktivitas ritmik disekolah pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan
kepekaan irama serta memberikan pengalaman gerak tari sebagai alat ekspresi. Dilihat
dari kepentingan tersebut, maka minimal ada tiga buah bentuk tarian yang dapat
digunakan oleh para guru untuk diberikan kepada anak-anak, yaitu yang disebut tarian
nyanyian (singing dance), tarian rakyat (folk dance), dan tarian kreatif (creative
dance). Setiap jenis atau bentuk tarian tersebut tentu memiliki perbedaan tantangan
bagi anak, yang sifatnya kontinum seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.2
Kontinum Tujuan Pengalaman Gerak Ritmik
Pengalaman Tari yang kurang ekspresif
Singing Dance
Folk Dance
Pengalaman Tari yang lebih ekspresif
Creative Dance
Tarian Nyanyian
Tarian nyanyian atau Singing dance merupakan bagian dari kekayaan warisan oral
anak-anak yang terkait erat dengan musik dan puisi atau lirik bernuansa pengasuhan.
30
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Banyak tarian nyanyian ini merupakan latihan koordinasi yang sederhana, sementara
yang lain merupakan pengalaman yang sangat kompleks. Anak-anak sering
mempelajari permainan tarian nyanyian ini dalam pergaulannya di lingkungan rumah
sebelum mereka memasuki usia sekolah. Karenanya, jika permainan nyanyian ini
diberikan pada anak-anak kelas satu dan dua SD, akan menjadi semacam penghubung
yang baik antara pengalaman pra-sekolah dan aktivitas di sekolah.
Tarian nyanyian bersifat sangat ritmis dan berulang-ulang. Hubungan antara anak
yang turut serta masih sederhana, seperti juga unsur geraknya sendiri. Dalam tarian
nyanyian ini, kesempatan untuk membuat variasi individual sangat sedikit, dan
biasanya guru akan berkonsentrasi pada partisipasi penuh dari anak, menjaga gerakan
supaya sesuai dengan nyanyian, menghapal kata-kata, serta meningkatkan
keterampilan geraknya. Tarian nyanyian yang memerlukan pasangan dan formasi,
biasanya mengarah pada folk dance pemula.
Tarian Rakyat/Folk Dance
Bentuk tarian ini benar-benar dipinjam dari tarian rakyat yang berkembang di
lingkungan budaya tertentu, dan bukan hanya dilakukan oleh anak-anak, tetapi
termasuk juga oleh orang dewasa. Jauh sebelum era radio dan televisi berkembang
seperti sekarang, tarian rakyat asalnya merupakan tarian sosial atau sering juga
disebut tari pergaulan.
Negara kita, Indonesia, sangat kaya dengan tarian rakyat ini. Hampir setiap suku
memiliki masing-masing tarian rakyatnya sendiri, dan hal itu merupakan kekayaan
budaya yang dapat dimanfaatkan oleh guru di sekolah. Digabungkan dengan tari
sosial yang dikembangkan budaya barat, seperti walsa, cha cha, rumba, atau quick
step dan sebagainya, guru di Indonesia tidak akan kehabisan sumber untuk mengajar
tarian rakyat ini.
Sayangnya, banyak guru penjas di Indonesia saat ini tidak lagi mengenal dan
menguasai berbagai tarian rakyat ini. Perubahan paradigma termasuk perubahan nama
dari pendidikan jasmani menjadi pendidikan olahraga yang terjadi beberapa dekade
lalu, telah membuat pelajaran tari hilang dari kurikulum pendidikan jasmani,
digantikan oleh berbagai cabang olahraga formal. Sekarang, ketika aktivitas ritmik
dikembalikan dalam kurikulum penjas kita, para guru sudah terlanjur tidak lagi akrab
dengan berbagai tarian tersebut.
Dalam kaitannya dengan nilai-nilai pendidikan, tarian rakyat mungkin merupakan
salah satu contoh terbaik dari pemaduan pelajaran yang dapat ditemukan dalam
kurikulum sekolah. Dalam tarian rakyat ini, para siswa dapat mempelajari sejarah dan
kehidupan penduduk dari suku yang berbeda, kebudayaannya, musiknya, cara
berpakaian dan perayaannya. Di samping itu, anak-anak dapat memiliki pengalaman
membahagiakan ketika melakukan gerak tarian yang diiringi oleh musik yang riang
dan merangsang keinginan untuk bergerak.
Tarian Kreatif/Creative Dance
31
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Tarian kreatif, yang menawarkan pengalaman tari yang kaya dan bermacam-macam,
memerlukan disiplin pikiran dan tubuh. Anak dapat menari sendirian, dengan
pasangan atau kelompok kecil, atau dengan seluruh kelas. Dalam pelajaran tari,
gagasan dieksplorasi melalui diskusi, analisis, pengayaan, sintesis, dan merubah
gagasan menjadi pola gerak atau motif yang kongkrit. Motif-motif ini merupakan
perwakilan simbolis dari gagasan. Itulah kesempatan bagi anak untuk
mengekspresikan dirinya dan menjadi dirinya.
Tidak berarti bahwa dalam tari kreatif tidak diperlukan pengarahan dari guru sama
sekali atau tidak adanya struktur atau pembatasan. Lingkungan yang terstruktur harus
dirancang oleh guru untuk membimbing anak mengeksplorasi, bereksperimen, serta
merumuskan motif dan pola geraknya. Anak dibantu untuk menilai hasil karya dirinya
serta teman-temannya dari sudut pandang efektivitas gerak, sehingga apresiasi dan
penilaian estetis didorong untuk mengemuka.
Secara ringkas, beberapa karakteristik dari ketiga bentuk tari tersebut dapat
disimpulkan melalui tabel di bawah ini.
Tabel 1.3
Unsur Tarian
Keterhubungan
Irama
Rangsangan
Pengiring
Aktivitas
Respons
Singing Dance
Berkembang dari
individu ke
kelompok; satu
atau dua lingkaran,
sederhana
Folk Dance
Pasangan,
kelompok, segi
empt, lingkaran,
bergerak dari
sederhana ke
kompleks
Berdasarkan lirik,
diatur, sederhana
Berdasarkan lirik,
diatur, sederhana
ke kompleks
Lagu, musik
Musik
Musik, suara
Musik
Tepukan, lari,
berderap, gerak
menyamping,
melompat, dll
Imitatif, ditentukan
sebelumnya
Kombinasi dari
pola-pola langkah
Imitatif, ditentukan
sebelumnya
Creative Dance
Bergerak dari
individu ke
kelompok,
formasi yang
berbeda, dari
sederhana ke
kompleks
Berdasarkan lirik,
diatur atau
diciptakan,
sederhana ke
kompleks
Kemungkinan tak
berkesudahan
Tanpa suara,
musik, suara
perkusi
Kombinasi dari
enam aktivitas
dasar (lihat uraian
berikutnya)
Terutama kreatif
32
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
5. Materi Tarian
Semua bentuk tarian menekankan gerakan ekspresif, yaitu elemen kualitatif dari
gerakan. Itulah sebuah dinamika yang terus berubah yang menambah warna dan
makna terhadap aktibvitas kita. Ketika diletakkan dalam konteks ruang dan
keterhubungan, aktivitas tersebut menjadi suatu alat komunikasi dan berbagi
pemikiran, gagasan, serta perasaan. Kadang kita mengekspresikan diri kita sendiri;
pada saat lain, kita mengekspresikan pikiran dan gagasan orang lain. Dalam situasi
pertama, kita adalah pencipta sekaligus penampil; dalam situasi kedua, kita
mempelajari tarian yang diciptakan orang lain.
Semua gerak manusia dapat dikategorikan ke dalam empat konsep umum: tubuh,
usaha, ruang, dan keterhubungan. Ketika kita mengembangkan pemahaman yang
lebih baik tentang bagaimana keempat konsep ini terkait khusus dengan tarian dan
ketika kita menjadi lebih terampil dalam menghasilkan gerakan yang direncanakan
atas kehendak sendiri, maka perbendaharaan gerak kita meningkat, dan kita menjadi
lebih mampu menggunakan tubuh kita sebagai alat untuk berekspresi. Marilah kita
telusuri setiap konsep di atas secara terpisah dalam kaitannya dengan penerapannya
pada tarian.
a. Konsep tubuh
Konsep tubuh berkaitan dengan pemahaman dan pengembangan kendali atas jasmani
kita sendiri. Dalam konteks tari, tubuh itu sering disebut alat atau instrumen ekspresi,
dengan gerakan sebagai mediumnya untuk berkomunikasi.
Tarian adalah seni kinetis untuk penari dan karenanya berorientasi aktivitas. Anakanak mempelajari dansa atau tarian melalui aktivitas, seperti skipping, berputar,
melompat, mengangkat lengan untuk membuat isyarat, atau menjadi patung. Setiap
contoh aktivitas tersebut merupakan bagian dari salah satu dari enam kategori umum
aktivitas tubuh, yang dapat dijadikan perbendaharaan dasar tarian, yaitu: Locomotion,
Stepping, Gesturing, Jumping, Stillness, dan Turning.
1.1 Locomotion
Lokomotion atau perjalanan, berfokus pada seluruh cara yang berbeda bagaimana
tubuh dapat berpindah dari satu tempat ke tempat baru. Tujuan penari adalah pergi
ke mana saja; karenanya fokusnya adalah keluar, bukan pada dirinya sendiri. Untuk
berpindah tempat, kita bisa menggunakan langkah jalan, lari, berguling, menggeser,
merayap, dsb. Perbendaharaan gerak lokomotor sudah sangat banyak digali pleh
para ahli, dan semua tarian dapat diciptakan dengan mendasarkan diri pada gerak
lokomotor ini. Pola yang kompleks, ketika langkah dan lompatan digabungkan,
membentuk langkah mazurka, langkah polka, atau skipping. Kebanyakan dari folk
dances biasanya merupakan gabungan dari pola gerak lokomotor sederhana dan
kompleks.
2.1 Stepping
33
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Stepping menunjuk pada perubahan bagian tubuh yang mendukung berat badan.
Fokusnya bukan pada ―pergi ke satu tempat baru‖ melainkan menggeser berat badan
dari satu bagian tubuh ke bagian lain; yang tentunya memerlukan kekuatan dan
kendali yang besar. Anak sering bisa mengerti ide tentang stepping ini jika kata-kata
berdiri digunakan dalam tugas. Misalnya, ―berdiri pada dua kaki, kemudian
temukan cara berdiri dengan menggunakan bagian tubuh yang lain.‖ Sehingga ada
anak yang berdiri dengan lutut, berdiri dengan satu kaki dan satu tangan, atau bisa
juga berdiri dengan kedua tangan (handstand).
Keseimbangan dan kekuatan merupakan dua faktor penting dalam stepping. Tentu
saja koordinasi pun terlibat. Beberapa folk dance dan banyak dari tari kreatif sering
memanfaatkan stepping ini.
3.1 Gesturing
Gerakan dari bagian tubuh yang bebas (yang tidak mendukung berat badan) disebut
gesturing atau pengekspresian. Dalam kehidupan sehari-hari, tangan dan lengan kita
terlibat dalam gesturing lebih sering dari bagian tubuh yang lain. Dalam tari, gesture
dari kaki dan gerakan kepala dan badan, semuanya memainkan peranan penting
dalam menjelaskan, menunjukkan, dan menambah nilai estetik dari gerak yang
dilakukan.
4.1 Jumping
Jumping atau lompatan adalah nama yang diberikan kepada setiap aksi atau gerak
yang membuat tubuh meninggalkan lantai atau tanah. Lompatan memungkinkan
adanya saat melayang di udara. Pusat perhatiannya dengan demikian terjadi dua saat,
yaitu ketika lepas bebas dari bumi atau pada saat kembali ke bumi.
Sedikitnya terdapat lima bentuk dasar lompatan. Setiap lompatan dalam bahasa
Perancis dinamai berbeda mengacu pada perbendaharaan istilah balet klasik. Dalam
bahasa Inggrisnya sendiri hanya dua nama yang dapat ditetapkan pada jenis
lompatan tersebut. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, rasanya kita harus mampu
mencarikan nama yang tepat karena selama ini belum dikenal rujukannya.
Tabel 1.4
Lompatan Dasar
Lompatan Dasar
Perancis
Inggris
Menolak dan mendarat dengan kaki yang sama
Temps levé
Hop
Menolak satu kaki; mendarat pada kaki yang lain
Jeté
Leap
Menolak satu kaki; mendarat dua kaki
Menolak dua kaki; mendarat satu kaki
Menolak dua kaki; mendarat dua kaki
Assemblé
Sissone
Saut
Jump
Jump
Jump
34
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Variasi dan kombinasi dari jenis lompatan di atas teramat banyak, dan sangat
membutuhkan kesiapan stamina, kekuatan, serta keseimbangan.
5.1 Stillness
Stillness atau kediaman adalah keadaan yang dicapai ketika gerakan dihentikan atau
ditahan. Dalam kegiatan tari, kegiatan untuk menghentikan dan kemampuan
mempertahankan kediaman itulah yang banyak dikembangkan. Kediaman dapat saja
terjadi hanya untuk saat yang sangat singkat, seperti dalam sebuah pause, tetapi
dapat juga penghentian gerakan tersebut dapat dilakukan sama kuatnya dengan
gerakan itu sendiri. Phrase dan pola irama dibentuk ketika penari menggabungkan
gerakan dan penghentian. Kediaman dalam tari identik dengan kesunyian sejenak
dalam musik dan tanda baca koma atau titik dalam tulisan.
6.1 Turning
Turning atau putaran adalah kegiatan yang melibatkan memutar tubuh dalam atau di
sekitar porosnya, sehingga penari menghadap ke arah yang baru. Putaran boleh jadi
hanya sedikit, mungkin hanya beberapa derajat saja; putaran penuh (360 derajat),
sehingga penarimenghadap kembali ke arah yang sama; atau putaran jamak, yang
dapat menghasilkan rasa pusing. Rasa pusing biasanya dapat dihilangkan dengan
sebuah gerak mengejut atau cepat dari kepala dalam arah yang berlawanan dangan
putaran awal, atau dengan bergerak atas bawah. Pusing inipun dapat dicegah dengan
konsep teknis pandangan terpusat (spotting); yaitu penari daiajarkan untuk
memfokuskan matanya pada satu titik di tembok dan memandangnya selama
mungkin selama putaran, menggerakkan kepala pada saat terakhir dan kembali
dengan cepat memandang pada titik yang sama. Hal ini akan mengurangi gerakan
mata yang menyebabkan vertigo. Teknik spotting ini tentu belum bisa diberikan
kepada anak-anak pemula, tetapi dapat diperkenalkan ketika mereka sudah semakin
terampil.
b. Konsep Usaha
Anda mungkin sudah cukup familiar dengan kata-kata dinamis dalam konteks gerak
atau tari. Kata usaha sebenarnya mempunyai makna yang sama. Kedua kata tersebut
menunjuk pada dimensi kualitatif dari gerakan, merupakan hasil dari penggabungan
berbagai aspek dalam faktor gerak (motion factors): waktu (time), berat (weight),
ruang (space), dan aliran (flow).
Faktor-faktor tersebut dapat disamakan dengan jenis warna utama dalam lukisan yang
ketika digabungkan dalam proporsi tertentu satu sama lain akan menghasilkan seluruh
jenis warna yang kita bisa lihat melalui mata. Oleh karena itu, adalah kemampuan
memilih, menghasilkan dan menggabungkan faktor-faktor inilah, yaitu menghasilkan
berbagai hasil usaha, yang memberikan dimensi kualitatif dari aktivitas gerak dan
menyediakan kekayaan perbendaharaan gerak. Lompatan, misalnya, dapat dilakukan
dengan kuat dan eksplosif, atau lembut dan nampak tidak berbobot bagi yang melihat.
35
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Gambar 1 mencoba memberi gambaran pengembangan faktor-faktor gerak dasar
untuk menunjukkan keluasan dari setiap faktornya. Dalam masa-masa pembelajaran
awal, tugas dapat dirancang berfokus pada mengkontraskan beberapa aspek yang ada
dalam satu faktor dalam satu waktu. Misalnya, minta anak melakukan sebuah phrase
gerak yang diulang tiga kali, yaitu gabungan dari lari cepat dan lari lambat.
Ketika anak-anak menjadi semakin terampil, kombinasi dari faktor-faktor gerak tadi
dieksplorasi serta sekaligus merangkainya dalam bentuk tarian, sehingga anak terbiasa
dalam menggunakan perbendaharaan geraknya yang semakin meluas dalam cara-cara
yang artistik. Tabel berikut memperlihatkan penggabungan yang memungkinkan dari
beberapa faktor.
Gabungan dua faktor
Tabel 1.5
Konsep Berbagai Faktor Gerak
Hasil geraknya
Berat
+
Waktu
Berat
+
Ruang
Berat
+
Aliran
Waktu
+
Ruang
Waktu
+
Aliran
Ruang
+
Aliran
Gabungan tiga faktor gerak
Berat + Waktu + Ruang
Berat + Waktu + Aliran
Waktu + Ruang + Aliran
Ruang + Aliran + Berat
Tegas + Mengejut
Tegas + Tertahan
Halus + Mengejut
Halus + Tertahan
Tegas + Langsung
Tegas + Lentuk
Halus + Langsung
Halus + Lentuk
Tegas + Terikat
Tegas + Bebas
Halus + Terikat
Halus + Bebas
Mengejut + Langsung
Mengejut + Lentuk
Tertahan + Langsung
Tertahan + Lentuk
Mengejut + Terikat
Mengejut + Bebas
Tertahan + Terikat
Tertahan + Bebas
Langsung + Terikat
Langsung + Bebas
Lentuk + Terikat
Lentuk + Bebas
Hasil Geraknya
Tegas + Mengejut + Langsung
Halus + Tertahan + Bebas
Mengejut + Lentuk + Terikat
Langsung + Bebas + Tegas
c. Konsep Ruang
Ruang merupakan elemen penting dalam tarian; yaitu yang menyangkut konsep ruang
umum dan pribadi. Ketika kita berdansa dalam dan melalui ruang di sekitar kita,
36
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
gesture kita membuat bentuk tiga dimensional di udara dan kaki kita membuat jalur
dua dimensi pada lantai. Suatu kesadaran tentang bentuk dan pola yang sedang kita
buat akan membantu kita merancang dan menempatkan tarian kita dalam ruang, sama
seperti seorang pelukis menempatkan gambar dalam kanvas.
Umumnya folk dances menuntut kepekaan pada ruang umum di mana tarian itu
dilakukan. Mengingat pola yang menjadi ciri dari tarian tersebut merupakan sebuah
tantangan besar, dan biasanya memerlukan waktu bagi anak untuk dapat
melakukannya dalam formasi tanpa melakukan kesalahan. Menghadapi kesulitan
tersebut, beberapa anak mungkin akan mengalami frustrasi ketika mereka merasa
―hilang‖ dalam ruang. Jika hal demikian terlihat pada cukup banyak anak, maka dapat
diindikasikan bahwa tarian tersebut terlalu kompleks buat mereka. Jika itu terjadi,
ubahlah polanya atau tariannya.
Dalam beberapa tarian, biasanya justru pola yang dibuat kelompok ketika mereka
bergerak dari satu tempat ke tempat lain lah yang menjadi penting. Dengan demikian,
bentuk kelompok dapat diubah dari bentuk garis ke bentuk lingkaran untuk memutar
pergantian pasangan. Pola yang diciptakan kadang perlu dilihat dari sudut atau
ketinggian tertentu agar dapat dinikmati.
Kesadaran ruang dalam dansa kreatif berhubungan erat dengan ekspresi. Komunikasi
yang dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan pada level tinggi berubah ketika
aktivitas yang sama dilakukan pada level rendah.
Dalam ruang pribadi, skipping dan dan bergerak ke depan sangat lah berbeda dengan
skipping dan bergerak ke belakang. Yang pertama biasanya terkait dengan perasaan
bebas dan terbuka, sedangkan yang kedua terasa tertutup dan terkesan timbul sensasi
terbatas. Tabel di bawah ini menggambarkan dimensi dari ruang pribadi.
Tabel 1.6
Dimensi Ruang Pribadi
Arah
Perluasan
Ke depan – Di depan
Ke belakang – Di belakang
Menyamping – Kiri
Menyamping – Kanan
Menuju – Dekat ke tubuh
Menjauh – Jauh dari tubuh
Kecil – Lebih kecil
Besar – Lebih Besar
Level
Pola Udara
Tinggi – Ke atas/ di atas
Rendah – Ke bawah/ Di bawah
Lurus – Linier
Memutar – Memilin
Melingkar – Zigzag
Melengkung – Memutari
Alasan dari munculnya tarian kreatif dapat dianalogikan pada munculnya seni abstract,
baik dalam lukisan maupun dalam patung; yaitu kegemaran dan penghargaan terhadap
bentuk, ukuran, garis, dan ruang. Pelajaran tari ini karenanya dapat dikembangkan
dalam kondisi di mana anak mengalihkan satu bentuk seni ke bentuk seni lainnya.
Tarian dapat dirangsang oleh sekeping bentuk seni patung, atau sebaliknya. Pada
37
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
intinya, penggunaan ruang yang terampil akan memeperkaya tarian dan menambah
dimensi lain terhadap perbendaharaan gerak anak.
d. Konsep Keterhubungan
Keterhubungan memainkan peranan kunci dalam pelajaran tari karena banyak waktu
biasanya dihabiskan untuk menari bersama, berbagi ide, menyaksikan satu sama lain,
dan berdiskusi tentang apa yang sudah dilihat. Tidak satupun dari kemungkinan di
atas dapat terjadi dan berkembang tanpa adanya kesadaran dan penghargaan terhadap
keterhubungan. Sikap kita terhadap orang lain yang bekerja sama dengan kita
biasanya adalah sikap kooperatif. Dalam hal ini, perhatian penari beralih dari aktivitas
ke orang. Tabel berikut menunjukkan pengembangan konsep keterhubungan.
Tabel 1.7
Pengembangan Keterhubungan Individu dan Kelompok
Orang dapat:
Terpaut – terpisah
Bertemu – berpisah
Memimpin – mengikuti
Bergabung – berpencar
Sesuai – bertentangan
Mengimitasi
Membayangi
Secara ruang, orang dapat bergerak:
Ke arah, menjauh dari, di sekitar, di atas, di bawah, di antara, melalui
Orang dapat menjadi
Dekat bersama, jauh terpisah, di depan, di belakang, di samping, di bawah, di atas
Sementara, dapat bergerak:
Bersamaan dalam satu waktu dan bentuk, saling menyusul, bersamaan, berturut-turut.
Keriangan dan kenikmatan berdansa justru diperoleh dari kebersamaan dengan orang
lain atau dengan teman. Baik tarian nyanyian maupun tarian rakyat memberikan
kesempatan pada anak untuk bersamaan dengan pasangan yang dipilihnya, berganti
pasangan, dan menari dalam kelompok besar.
Ada waktunya ketika beberapa anak akan menginginkan menciptakan atau menari
sendirian. Maka tarian kreatif akan memungkinkan anak untuk itu. Dalam situasi
demikian, anak, seperti juga pelukis, merasa ingin mandiri dalam pengalaman seninya.
Aspek lain dalam konsep keterhubungan adalah (1) unsur penyerta (accompaniment)
yang dipilih untuk menari, dan (2) pakaian dan/atau alat yang dapat digunakan dalam
tari.
Penyerta/Pengiring
38
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Musik barangkali merupakan bentuk penyerta yang paling nyata untuk tarian, baik
untuk tarian nyanyian maupun tarian rakyat. Perkusi (alat musik pukul), termasuk
bunyi yang dibuat dengan memukul-mukul bagian tubuh, kata-kata, gumaman, dan
kesunyian juga merupakan penyerta yang dapat digunakan dalam tari kreatif.
Apapun bentuk bunyi yang dipilih, anak harus belajar dahulu untuk mendengar pada
berbagai bunyi penyerta. Ini penting, karena anak harus sensitif terhadap bunyi-bunyi
tersebut, mengingat lebih sering anak sudah terlatih untuk tidak peka terhadap bunyi,
seperti ketika mereka di rumah, di supermarket, di sekolah, tetapi mereka tidak
memperhatikan sama sekali.
Oleh karena itu amatlah penting bagi guru memperdengarkan berbagai jenis iringan,
baik yang berupa iringan musik yang menonjol irama, ketukan, serta aksennya,
maupun nyanyian yang disuarakan langsung oleh anak secara bersamaan sambil
melatih iramanya dengan bertepuk tangan. Meminta semua anak bernyanyi sambil
bertepuk tangan sambil juga menggerakkan kaki secara teratur, adalah salah satu cara
memperkenalkan iringan tari kepada anak-anak.
Iringan tari yang berupa musik harus dibedakan berdasarkan iramanya. Mengingat
jenis irama musik sangat bervariasi, maka kita sebenarnya memiliki sumber yang
sangat banyak untuk dapat digunakan untuk mengiringi pembelajaran tarian bagi
anak-anak. Setiap irama memiliki kekhasan masing-masing, dan lebih sering dari
jenis irama musik inilah lahir tarian yang sesuai dengan iramanya sendiri. Sebagai
contoh, irama cha-cha-cha melahirkan tarian cha-cha, irama walsa melahirkan tarian
walsa, demikian juga dengan rumba dan disko.
Kita yang hidup di Indonesia, banyak juga mengenal berbagai jenis musik daerah,
yang sering memiliki irama yang juga berbeda-beda. Ada yang berirama riang, ada
yang berirama mars, atau ada juga yang berirama melankolis. Semua itu merupakan
kekayaan musik yang tidak terhinga.
Pakaian dan alat
Anak-anak umumnya menyukai dan menikmati berdandan, dan unsur pakaian ini
karenanya tidak perlu dielaborasi lebih dalam. Lebih sering, selembar kertas yang
ditempel pada baju mereka bisa mewakili karakter tertentu atau mendukung tampilnya
kualitas tertentu dalam tarian. Topeng sederhana dapat dibuat dari kertas berwarna
yang sering dipakai dalam pelajaran seni melipat. Yang penting adalah, anak
mempunyai waktu untuk berhubungan dengan pakaian, dan bahwa menggunakan
materi tertentu bisa menjadi bagian penting dalam menari. Demikian juga dengan
alat-alat yang dapat dipakai, anak harus disadarkan bahwa semua benda yang ada di
sekitar sekolah sebenarnya dapat dipakai, dan dimanfaatkan untuk mengembangkan
imajinasi dan daya kreatif mereka, termasuk menyadarkan mereka terhadap kesadaran
konsep keterhubungan.
Mengajarkan Tarian
39
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
Tari adalah sebuah bentuk seni yang timbul dari penggunaan gerak secara ekspresif.
Karenanya, mengajar tari berbeda dari mengajar aktivitas jasmani lain apalagi
olahraga, terutama dalam hal bahwa guru terlibat dalam upaya-upaya artistik dan
estetik. Perilaku mengajar kita harus dikembangkan dan direncanakan secara baik
sehingga membantu anak-anak membuat ‗transisi dari gerak umum ke dalam gerakan
sebagai satu pengalaman estetis.
Dari pihak guru, ada beberapa hal yang harus dimiliki, agar pembelajaran tarian dapat
berlangsung dengan berhasil. Aspek-aspek tersebut meliputi:
Motivasi dan kepribadian
Guru harus memiliki kekuatan untuk menarik perhatian siswa, harus terus menerus
membangkitkan minat siswa, serta harus mengetahui bagaimana menggabungkan
keduanya.
Guru harus mempunyai kemampuan untuk memotivasi dan memberi inspirasi. Siswa
harus diarahkan untuk merasa bahwa tarian yang diajarkan merupakan hal penting
dalam kaitannya dengan berkembangnya pengetahuan tentang diri dan lingkungan dan
dunianya. Kata-kata dan ucapan guru adalah faktor yang menghubungkannya.
Melalui kata-kata, guru memadukan khayalan dengan falsafah dan dengan begitu
menghubungkan aspek fisik dengan mental serta spiritual. Kata, bunyi, deskripsi, citra,
cerita, demonstrasi, dan imitasi membantu siswa memahami gerakan yang
dilakukannya. Kemudian kesemua itu membantu siswa untuk memahami proses gerak
tarian dan proses penciptaannya.
Sedikitnya ada 10 ciri kepribadian yang harus dimiliki guru penjas, terutama ketika
mengajarkan tarian:
1. Antusiasme. Guru harus ceria dan gembira ketika mengajar. Antusiasme guru
biasanya bersifat menular, menyebabkan anak-anak juga sama antusiasnya
dengan guru. Sebaliknya juga terjadi, Jika guru tidak menunjukkan antusiasme,
siswa pun biasanya akan kehilangan antusiasme ketika belajar.
2. Bersahabat. Guru menunjukkan sikap bersahabat kepada semua siswa, dan
siap membantu. Ucapan dan reaksi guru sebaiknya dijaga dalam nada yang
bersahabat, tetapi tetap mampu membangkitkan semangat. Ucapan yang keras
bernada bentakan, jelas tidak bersahabat. Tetapi hal itu dapat dibedakan dari
teriakan nyaring untuk memberi semangat. Sentuhan dapat juga menunjukkan
betapa guru siap membantu dan berperhatian pada perkembangan anak.
Yakinkan anak bahwa kelas tarian penuh suasana persahabatan, termasuk
antara anak dengan anak lainnya.
3. Berperhatian dan berminat. Guru harus menaruh perhatian yang besar kepada
setiap anak. Berikan pertanyaan tentang apa yang sedang mereka lakukan,
dalam hal apa mereka mendapat kesulitan, dsb. Perhatian guru dapat juga
ditunjukkan dengan fokus guru pada gerakan yang dilakukan. Berikan
perhatian apa anak sudah meletakkan lengan atau kaki pada tempat yang benar,
apakah gerakan yang dilakukan sudah merupakan gerak yang benar, dsb.
4. Persepsi. Guru harus siap dan siaga melihat pada kesalahan siswa dan segera
memberikan koreksi. Guru yang baik tidak akan membiarkan anak yang
40
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
melakukan kesalahan tanpa koreksi. Oleh karena itu, guru harus terlatih dalam
melihat gerakan, dengan persepsi yang cukup baik tentang gerak yang benar.
5. Kemampuan untuk memecah gerakan. Guru harus memahami bagaimana
sebuah gerak atau langkah dapat dibagi dengan lebih mudah. Anak pemula
biasanya akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan yang diberikan
secara utuh. Dalam hal itu guru dapat membantu mereka dengan cara
memecah gerakan ke dalam beberapa bagian, dan diberikan satu persatu.
Menggabungkan gerakan secara bertahap, dapat menggunakan metode bagian
atau metode progresif.
6. Variasi. Guru sebaiknya mempersiapkan variasi yang kaya pada apa yang
sedang dipelajari. Jangan sampai terjadi guru proses pengajaran berlangsung
berulang-ulang secara sama. Menambah gerakan diakhir, atau
mengkombinasikan antara bagian satu dengan bagian lain, akan menjadi
variasi yang baik bagi anak.
7. Humor. Guru dapat memanfaatkan kesempatan untuk membuat anak tertawa,
tanpa menimbulkan rasa salah atau malu pada anak lain. Tarian dapat
menimbulkan bangkitnya perasaan tertentu pada anak, sehingga amat mudah
bagi guru untuk memanfaatkan emosi siswa yang sudah bangkit untuk
menerima humor dari guru. Suasana kelas yang sesekali diwarnai humor akan
membangkitkan suasana yang nyaman untuk belajar.
8. Pemilihan gerak. Guru harus bisa memilih gerakan yang baik untuk
ditampilkan. Gerakan bagus bukan berarti harus yang sempurna, karena belum
tentu akan baik bagi anak. Gerakan yang baik minimal dalam arti mengandung
manfaat baik bagi peningkatan kepekaan irama anak maupun bagi peningkatan
koordinasi gerak anak.
9. Pemilihan musik. Guru harus memiliki koleksi musik yang baik, sehingga
mudah baginya untuk memilih musik yang bisa mendatangkan keriangan pada
anak. Musik yang baik minimal mengandung ketukan dan irama dasar yang
berpola.
10. Memuji. Guru harus cukup terampil dan merasa bebas untuk memberikan
pujian. Oleh karena itu belajarlah mengenali kemajuan dari anak, walaupun
sangat kecil, lalu ikuti dengan memberikan pujian dengan menyatakan secara
jelas apa yang Anda lihat. Pernyataan yang bersifat netral dan berorientasi
pada performa akan mudah dikenali anak sebagai sebuah pengukuhan.
Misalnya, ―keseimbanganmu sangat jelas ketika berputar,‖ akan lebih
menjelaskan daripada hanya menyatakan, ―putaranmu bagus.‖
Latihan
Setelah mempelajari berbagai uraian tentang aktivitas ritmik dan tarian, cobalah Anda
kerjakan latihan-latihan di bawah ini. Anda harus memastikan bahwa Anda sudah
menguasai konsep aktivitas ritmik secara mendalam.
1. Jelaskan tentang pengertian aktivitas ritmik dan tarian.
41
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
2. Mengapa aktivitas ritmik penting dalam pelajaran pendidikan jasmani
meskipun sudah ada pelajaran seni tari?
3. Dapatkah Anda membedakan tujuan pelajaran aktivitas ritmik dalam penjas
dan pelajaran seni tari dalam pelajaran seni?
4. Bentuk tarian apakah yang dapat diberikan dalam pelajaran aktivitas ritmik
dalam pendidikan jasmani?
5. Konsep tubuh apa sajakah yang dapat dijadikan materi pelajaran aktivitas
ritmik dalam pendidikan jasmani?
Jawaban Latihan
1. Aktivitas ritmik adalah rangkaian gerak manusia yang dilakukan dalam ikatan
pola irama, disesuaikan dengan perubahan tempo, atau semata-mata gerak
ekspresi tubuh mengikuti iringan musik atau ketukan berirama di luar musik.
Sedangkan tarian atau dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya
dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat
ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu, yang pada
perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, di
samping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping
sebagai kegiatan yang menyehatkan.
2. Dansa menjadi bagian dari program pendidikan jasmani, karena dipandang
sebagai alat untuk membina perbendaharaan dan pengalaman gerak anak, di
samping untuk meningkatkan kebugaran jasmani serta pewarisan nilai-nilai.
Kemungkinan bahwa dansa digunakan dalam penjas terutama karena hasilnya
yang mampu mengembangkan orientasi gerak tubuh. Bahkan ditengarai bahwa
aspek seni dari dansa dipandang mampu mengurangi kecenderungan penjas
agar tidak terlalu berorientasi kompetitif dengan memasukkan unsur
aestetikanya. Jadi sifatnya untuk melengkapi fungsi dan peranan penjas dalam
membentuk manusia yang utuh seperti dapat dilihat dari arti pendidikan
jasmani itu sendiri.
3. Aktivitas ritmik dalam penjas mengajarkan gerakan untuk kepentingan gerak
itu sendiri, yaitu untuk mengembangkan kepekaan dan kesadaran akan irama
di samping kesadaran kesenangan dalam bergerak. Pusat perhatiannya adalah
memiliki satu pengalaman estetika. Gerakan-gerakan kita sehari-hari
ditransformasi ke dalam satu bentuk yang bermakna baru. Sedangkan dalam
pelajaran seni tari tujuannya adalah transisi dari keseharian ke dalam gerakan
artistik. Tujuan akhirnya adalah ―memberi bentuk, menciptakan struktur tarian,
menunjukkan tarian.‖
4. Minimal ada tiga buah bentuk tarian yang dapat digunakan oleh para guru
untuk diberikan kepada anak-anak, yaitu yang disebut tarian nyanyian (singing
dance), tarian rakyat (folk dance), dan tarian kreatif (creative dance).
5. Konsep tubuh berkaitan dengan pemahaman dan pengembangan kendali atas
jasmani kita sendiri. Dalam konteks tari, tubuh itu sering disebut alat atau
instrumen ekspresi, dengan gerakan sebagai mediumnya untuk berkomunikasi.
Anak-anak mempelajari dansa atau tarian melalui aktivitas, seperti skipping,
berputar, melompat, mengangkat lengan untuk membuat isyarat, atau menjadi
patung. Sedikitnya ada 6 kategori umum aktivitas fisik sebagai dasar
42
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
perbendaharaan tarian, yaitu: Locomotion, Stepping, Gesturing, Jumping,
Stillness, dan Turning.
Rangkuman
Aktivitas ritmik adalah rangkaian gerak manusia yang dilakukan dalam
ikatan pola irama, disesuaikan dengan perubahan tempo, atau semata-mata
gerak ekspresi tubuh mengikuti iringan musik. Dengan pengertian tersebut,
aktivitas ritmik tentu saja bermakna lebih luas dari senam irama yang
selama ini dikenal, bahkan dapat juga dikatakan bersifat merangkum tarian
atau dansa.
Pelajaran Aktivitas Ritmik dapat dibedakan dengan pelajaran tari sebagai
seni dilihat dari tahapan berikut:
Tahap 1. Gerakan untuk kepentingan gerak itu sendiri,
mengembangkan kesadaran kesenangan dalam bergerak. Anak kecil
dan pemula dalam pelajaran dansa secara khusus memerlukan fokus
demikian dalam pelajaran aktivitas ritmik.
Tahap 2. Pusat perhatiannya adalah memiliki satu pengalaman estetika.
Gerakan-gerakan kita sehari-hari ditransformasi ke dalam satu bentuk
yang bermakna baru. Pelajaran aktivitas ritmik perlu diarahkan pada
tahap ini.
Tahap 3. Tahap ini menuntaskan transisi dari keseharian ke dalam
gerakan artistik. Tujuannya adalah ―memberi bentuk, menciptakan
struktur tarian, menunjukkan tarian.‖ Tahap ini seharusnya ada dalam
pelajaran seni, yang kadang tidak cukup waktu untuk dicapai dalam
pelajaran pendidikan jasmani.
Bentuk tarian yang dapat diberikan di sekolah pada dasarnya ada tiga
bentuk, yaitu tarian nyanyian (singing dance), tarian rakyat (folk dance),
dan tarian kreatif (creative dance).
Meskipun bentuk tarian yang digunakan hanya melibatkan tiga bentuk
tarian, tetapi materi dari setiap tarian pada dasarnya merupakan perluasan
dari konsep gerak yang meliputi konsep tubuh, konsep usaha, konsep
ruang, serta konsep keterhubungan.
Tes Formatif 2
Pilihlah jawaban yang Anda anggap pali benar dengan memberi tanda silang
pada pilihan yang ada.
1. Aktivitas gerak ritmik yang biasanya dilakukan dengan iringan musik, pada
dasarnya merupakan:
43
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
a. merupakan alat ungkap atau ekspresi lingkup budaya tertentu,
b. sekedar hiburan untuk kesenangan belaka,
c. menjalin pergaulan antar bangsa,
d. tidak menyehatkan karena sering dipake di diskotik-diskotik.
2. Alasan bahwa dansa menjadi bagian dari program pendidikan jasmani di Amerika
salah satunya adalah:
a. agar penjas banyak memiliki bidang garapan yang lebih luas,
b. agar penjas tidak terlalu berorientasi kompetitif, tetapi juga mengandung unsur
estetika.
c. mengarahkan anak supaya memiliki pengalaman artistik,
d. agar guru pendidikan jasmani tidak terlalu kasar dalam bersikap.
3. Pelajaran dansa atau tarian dipandang kurang efektif disebabkan oleh:
a. guru kurang menguasai aspek seni dari tarian,
b. guru kurang apresiatif terhadap unsur seni yang terdapat dalam tarian,
c. guru tidak menekankan tumbuhnya pengalaman estetis kepada anak,
d. guru sekedar mengajar,
4. Tiga bentuk tarian yang dapat diajarkan pada pelajaran aktivitas ritmik adalah
sebagai berikut, kecuali:
a. modern dance,
b. singing dance,
c. folk dance
d. creative dance
5. Pemahaman dan pengembangan kendali atau kontrol atas tubuh atau jasmani kita
sendiri merupakan pengertian dari:
a. Seni kinestetis
b. konsep tubuh,
c. konsep ruang,
d. konsep keterhubungan.
6. Lokomotion dalam konsep tubuh mengandung arti:
a. berpindahnya tubuh dari satu tempat ke tempat lain,
b. berpindahnya berat badan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain,
c. istilah untuk menunjuk pada gerak di tempat,
d. sama artinya dengan manipulasi.
7. Berpindahnya berat badan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain
disebut dalm istilah dansa sebagai:
a. Lokomotor,
b. Stepping,
c. Jumping,
d. Turning
44
Modul 1
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
8. Konsep usaha dalam tarian sebenarnya merujuk pada dimensi kualitatif dari
gerakan, yang kalau diungkap dalam kata lain sama dengan istilah:
a. elegan,
b. mengalir,
c. dinamis,
d. bervariasi
9. Ketika anak ingin merasakan keriangan dalam kebersamaan ketika berdansa,
maka bentuk tarian yang memberikan pengalaman demikian adalah:
a. singing dance,
b. folk dance
c. creative dance,
d. senam aerobik
10. Konsep keterhubungan merupakan faktor penting dalam pelajaran aktivitas ritmik,
karena konsep inilah yang memberikan pengalaman untuk:
a. yang menumbuhkan sikap kooperatif pada anak,
b. mengarahkan anak untuk menaruh perhatian bukan hanya pada tarian tetapi
pada orang lain,
c. menghargai adanya iringan penyerta seperti adanya musik dan irama.
d. semuanya benar.
Setelah anda menjawab semua pertanyaan di atas, cocokkan hasil jawaban anda
dengan kunci jawaban tes yang ada di belakang modul ini dan hitunglah jawaban anda
dengan benar. Kemudian gunakan formula matematis di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda dalam materi kegiatan pembelajaran di atas.
Jumlah jawaban yang benar
Rumus : Tingkat Penguasaan =
x 100 %
10
Kriteria tingkat penguasaan yang dicapai:
90 % - 100 %
80 % - 89 %
70 % - 79 %
60 % - 69 %
60 ke bawah
=
=
=
=
=
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Bila anda telah mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar berikutnya. Bagus ! Tetapi bila tingkat anda
masih di bawah 80 %, anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2 tersebut terutama
bagian yang belum anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
45
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
- Tes Formatif 1
1. C : Menggunakan peraturan yang tidak bebas dan mengikat
2. A : Keputusan ditentukan oleh guru
3. A : Anak terbangkit semangatnya hingga melupakan kelelahan
4. B : Mengandung aktivitas jasmani yang tinggi
5. B : Memberikan nilai keharmonisan dan kesesuaian
6. D : H. Spencer
7. C : Mempersiapkan anak menjadi mahluk dewasa
8. D : Anak tidak tahu cara dan pentingnya bergiliran
9. B : Memiliki kemampuan untuk bersaing dalam kelompok kecil
10. A : 11 – 12 tahun
- Tes Formatif 2
1. A : merupakan alat ungkap atau ekspresi lingkup budaya tertentu,
2. B : agar penjas tidak terlalu berorientasi kompetitif, tetapi juga mengandung unsur
estetika
3. C : guru tidak menekankan tumbuhnya pengalaman estetis kepada anak
4. A : Modern dance
5. B : Konsep tubuh
6. A : berpindahnya tubuh dari satu tempat ke tempat lain
7. B : Stepping
8. C : Dinamis
9. B : Folk Dance
10. D : Semuanya benar
Referensi
Azis, Syamsir. Pembelajaran Permainan Kecil; Modul Pembekalan Guru Kelas.
Jakarta: Dikgutentis, Dirjen Dikdasmen.2001.
Ellis, Michael J. (1973). Why People Play. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.
Huizinga, Johan. (1970). Homo Ludes: A Study of the Play Element in Culture.
London: Maurice Temple Smith Ltd.
Joyce, Mary. (1984). Dance Technique for Children, Palo Alto CA., Mayfield
Publishing Company.
Kantor Menpora. (1991). Sejarah Olahraga Indonesia. Jakarta.
Lutan, Rusli. (1997). Manusia dan Olahraga, Bandung: Penerbit ITB.
Mahendra, Agus dkk. (2003). Model Pengembangan Olahraga Tradisional. Bandung,
Setda Prov. Jawa Barat.
Sherrill, Claudine. (1993). Adapted Physical Activity, Recreation and Sport:
Crossdisciplinary and Lifespan. (4th Ed.). Dubuque, IA., WMC. Brown.
Werner, Peter H. ( 1979). A Movement Approach To Games for Children. St. Louis,
Mosby Company.
46
Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik
Modul 1
47
Download