pengembangan media pembelajaran video berbasis

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO BERBASIS INKUIRI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
KESEIMBANGAN EKOSISTEM
Megawati
Sekolah Dasar Negeri 101868 Batang Kuis
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keseimbangan ekosistem melalui
pengembangan media pembelajaran berbasis video di kelas VI SDN 101868 Batang Kuis. Sebagaimana peran media
pembelajaran itu penting. Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D). Penelitian ini
mengembangakan media pembelajaran video dan model pembelajaran inkuiri dengan model Borg and Gall. Sebagai syarat
uji coba pada tahap pengembangan media menggunakan desain eksperimen before after yang melalui uji persyaratan dan
uji hipotesis. Berdasarkan uji persyaratan, kedua data berdistribusi normal dan berasal dari varians yang homogen.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan media
pembelajaran video yaitu sebesar 79,59 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pembelajaran yang tidak
menggunakan video (konvensional) yakni sebesar 73,32. Uji hipotesis produk menggunakan uji independent sample t test.
Hasil penelitian menunjukkan uji coba yang dilakukan dengan menggunakan independent sample t test, maka nilai
signifikannya sebesar 0,25<0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jika dilihat dari nilai t hitung dengan df = 21 nilai t
tabelnya adalah 2,080 sedangkan nilai t hitunnya adalah 2,327> t tabel. Dengan demikian dapat disipulkan bahwa
pengembangan media pembelajaran video berbasis inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
keseimbangan ekosistem.
Kata kunci : pengembangan media video berbasis inkuiri
PENDAHULUAN
Sekolah sebagai wadah untuk memanusiakan manusia merupakan sarana yang efektif untuk mengambangakn ilmu
pengetahuan yang dimiliki setiap peserta didik. Sebagaimana pengetahuan manusia tidak akan berkembang denga
sendirinya tanpa melalui belajar. Sebagaimana aliran progresivisme memandang kehidupan manusia berkembang terus
menerus dalam arah yang positif. Apa yang dipandang sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang.
Pembelajaran di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam pendekatan, model, strategi, metode,
teknik pembelajaran. Berbagai macam pendekatan, model, strategi, metode, teknik pembelajaran yang dilakukan di sekolah
tidak terlepas dari fungsi media dan bahan ajar sebagai referensi pendukung terjadinya proses belajar dalam diri siswa.
Pembelajaran yang terjadi di sekolah, khususnya sekolah dasar haruslah dilakukan dengan cara menyenangkan dan
bermakna. Hal ini sesuai dengan karakteristik kemampuan berpikir sebagaimana yang telah dikemukan oleh Bloom bahwa
tahap perkembangan yang cocok untuk anak sekolah dasar adalah operasional kongkret. Pada tahapan ini anak sudah
mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
Agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai, maka diperlukan pembelajaran yang ivonatif. Untuk menciptakan
pembelajaran yang inovatif dapat dilakukan dengan pengembangan media pembelajaran. Dalam hal ini, di sekolah SDN
101868 Batang Kuis mempunyai beberapa kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran khususnya pada pelajaran
IPA dikelas VI. media pembelajaran video. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam membelajarkan pelajaran IPA
pada materi keseimbangan ekosistem. Guru harus menggunakan media pembelajaran berupa gambar-gambar. Akan tetapi,
media pembelajaran gambar berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru kelas VI menyatakan bahwa “untuk
membelajarkan materi keseimbangan ekosistem, biasanya dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, akan
tetapi media gambar tersebut memiliki kekurangan. Siswa tidak semuanya mau mendengarkan penjelasan guru. Selain itu,
siswa masih merasa kesulitan dalam memahami materi, karna gambar-gambar yang disajikan sifatnya terbatas”.
Selain wawancara dengan guru kelas VI SDN 101868 Batang Kuis, penelitian ini juga menunjukkan hasil observasi
yang dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi tersebut, masih terdapat siswa yang
mengobrol ketika belajar. Ketika guru bertanya kepada siswa tentang penyebab terjadinya longsor, siswa menjawab secara
seretak bahwa terjadinya longsor akibat pengundulan hutan. Akan tetapi siswa tidak mampu memberikan alasan secara
jelas mengapa pengundulan hutan itu sangat merugikan manusia. Jika guru hanya meggunakan media gambar tentang
kegiatan manusia yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem, maka pembelajaran hanya berpusat pada siswa yang
aktif saja. Sebaliknya, siswa yang pasif kurang memahami kompetensi yang diharapkan.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
127
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan media pembelajaran yang dapat menunjang proses mengajar,
sehingga guru tidak lagi kesulitan dalam menjelaskan materi pelajaran. Dan seluruh siswa dapat antusias dalam melakukan
proses pembelajaran. Dalam hal ini, penggunaan media pembelajaran video sangat cocok digunakan. SDN 101868 Batang
Kuis sudah memiliki media pembelajaran berbasis video. Akan tetapi perlu dilakukan pengemabangan karena media
tersebut hanya berisi materi saja tanpa ada hal yang dapat meningkatkan motivasi siswa. Sehingga perlu dilakukan
modifikasi atau pengembangan media pembelajaran berbasis video.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) belajarkan menggunakan model pembelajaran yang bersifat
penyelidikan. Siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri. Dalam hal ini model pembelajaran inkuiri adalah
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya senga penuh
percaya diri (Trianto, 2008: 135). Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) menyatkaan bahwa
“Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep antara kelompok siswa yang belajar dengan
strategi pembelajaran inkuiri dibandingkan kelompok siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran langsung”. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Dinar Rahmadana (2016) menyatakan bahwa “ada pengaruh penerapan model pembelajaran
inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa tunarungu kelas 6 SDLB-B Karya Mulis I Surabaya”.
Menurut Warpala (2006), usaha-usaha inovatif dan kreatif untuk efektifitas pembelajaran IPA meliputi (1)
penyediaan sumber belajar yang multisitus, dikenal baik dan ada di sekitar siswa, (2) menuntut aktifitas belajar yang
berlangsung di dalam dan/atau di luar kelas, termasuk penggunaan sumber daya masyarakat, (3) mendesain aktivitas
inquiri untuk belajar kelompok, (4) mendesain tugas-tugas yang melibatkan aktifitas mental dan fisik (minds-on dan handson activity) dari masalah sederhana sampai yang memerlukan investigasi. Penerapan usaha-usaha tersebut kedalam
pembelajaran IPA berimplikasi pada terjadinya pergeseran peran dan tanggung jawab guru.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research & Development). Sebagaimana Sugiyono
(2013:407) menyataka bahwa penelitian pengambagan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu. Produk yang akan dihasilkan berupa media pembelajaran video.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 101868 Batang Kuis. Borg and Gall, (1983: 775) menjelaskan 4 ciri
utama R&D, yaitu: a) Studying research findings pertinent to the product to be developed. (melakukan studi atau
penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelaitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan); b) Developing
the product base on this findings. (mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut); c) Field testing it in
the setting where it will be used eventually. (dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk
tersebut nantinya digunakan); dan d) Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage. (melakukan
revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan).
PEMBAHASAN
Media Pembelajaran
National Education Associaton dalam Azhar Arsyad (2006 : 5) memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian media dapat dimanupulasi, dilihat,
didengar atau dibaca. Peranan media dalam proses pembelajaran yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
(2005 : 6–7) antara lain adalah: a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran.
Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran; b) Alat untuk
mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh peserta didik dalam proses
belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar; dan c) Sumber
belajar bagi peserta didik, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari peserta didik baik individu
maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
Menurut Arsyad Azhar, (2013: 3) menyatakan bahwa : “media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan
pesan-pesan pembelajaran”. Sedangkan menurut Kustandi dan Sutjipto, (2011: 7) menyatakan bahwa : “pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap,
memroses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah guru
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
Adapun manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut : a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra; c) Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara
langsung anatara peserta didik dan sumber belajar; d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya; e) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama; f) Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
Ada banyak jenis media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk membantu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran dapat dikategorikan menurut Leshein dan kawan-kawan (dalam Arsyad Azhar, 2013:
79) yaitu media pembelajaran berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain),
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
128
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
media berbasis cetakan (buku, penemuan, buku kerja/latihan, dan lembaran lepas), media berbasis visual ( buku, chart,
grafik, peta,figure/gambar, transparansi, film bingkai atau slide), media berbasis audio-visual (video, film, slide bersama
tape, televise), dan media berbasis computer (pengajaran dengan bantuan computer dan video interaktif).
Menurut Kuatandi dan Sutjipto (2011; 29) media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu,
(1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil audio visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan computer, (4)
media hasil gabungan teknplogi cetak dan computer. Berdasarkan kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
media pembelajaran terbagi menjadi lima kelompok yaitu media pembelajarn berbasis manusia/cetak/visual/audiovisual/computer. Menurut Daryanto (2012: 87) media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat
dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Media video merupakan gambar-gambar dalam frame yang
dikombinasikan dan diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
Sebagaimana Wanda Ari Rebowo (2014) menyatkan bahwa “penggunaan pengembangan video berbasis masalah lebih
baik hasil belajarnya dibanding kan dengan tidak menggunakan media video”.
Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan
pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam
model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran. sedangkan guru
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar (Kardi, 2003: 3). Strategi pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan
dibandingkan dengan strategi pembelajaran langsung. Menurut Kunandar (2007), keunggulan penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan
sehingga mereka menemukan jawaban dan siswa belajar menemukan masalah secara mandiri dengan memiliki
keterampilan berpikir kritis. Manfaat yang diperoleh bagi siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah siswa akan memahami
konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi
proses belajar yang baru dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Secara umum inkuiri merupakan
proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,
mengevaluasi buku dan sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa
yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data,
menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya, Ibrahim (2007: 2).
Lebih lanjut Sagala (2006: 197) menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan model inkuiri
yaitu: (1) perumusan masalah yang dipecahkan siswa, (2) menetapkan jawaban sementara (hipotesis), (3) siswa mencari
informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, (4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi,
dan (5) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru. Menurut Sanjaya (2006 : 201) mengemukakan
secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut : a) Orientasi, langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif
sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir memecahkan masalah; b) Merumuskan masalah, merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki; c) Hipotesis adalah
jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji
kebenarannya; d) Mengumpulkan data, mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan; e) Mengumpulkan data meliputi percodaan atau eksperimen; f) Menguji
hipotesis, menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data; dan f) Merumuskan kesimpulan, merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Tahap-tahap pembelajaran model inkuiri terbimbing yang akan diterapkan pada penelitian ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (Trianto, 2007:36), meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data,
serta membuat kesimpulan.
Artikel ini merupakan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Video Berbasis
Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keseimbangan Ekosistem Di Kelas VI SDN 101868 Batang
Kuis. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis produk yang akan dikembangkan, mengembangkan
produk awal, validasi ahli melalui expert judgmen dan revisi produk, uji coba lapangan skala kecil. Setelah dilakukan validasi
dan revisi produk, maka dilakukan uji coba lapangan. Hasilnya adalah jika dilihat dari statistik deskriptif, maka nilai rata-rata
hasil belajar yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran video berbasis inkuiri adalah sebesar79,59 lebih
tinggi dari pada nilai rata-rata hasil belajar konvensional yakni sebesar 73,32. Dari hasil uji coba yang dilakukan dengan
menggunakan independent sample t test, maka nilai signifikannya sebesar 0,25<0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika dilihat dari nilai t hitung dengan df = 21 nilai t tabelnya adalah 2,080 sedangkan nilai t hitunnya adalah 2,327> t tabel..
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan model pembelajaran video
berbasis inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keseimbangan ekosistem. Hal ini sesuai dengan
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
129
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
temuan Wanda Ari Rebowo (2014) menyatkan bahwa “penggunaan pengembangan video berbasis masalah lebih baik hasil
belajarnya dibanding kan dengan tidak menggunakan media video”
REFERENSI
Anggareni, Ristiati, dan Widiyanti. 2013. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
dan Pemahaman Konsep IPA.
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Borg, W.R. dan Gall. 1983. Education Research An Introduction. New York: Longman.
Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung. CV Yrama Widya.
Dinar, Rahmadana. 2016. Mode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tunarunggu Kelas 6 Di
SLB.
Ibrahim.2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi
Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Gratindo Persada.
Kustandi, Sutjipto. 2013. Media Pembelajaran. Bogor : Galia Indonesia
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sagala, S. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Trianto. 2008. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.
Warpala, I W. S. 2006. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Stategi Belajar
Kooperatif yang
Berbeda
terhadap Pemahaman dan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA SD. Disertasi (Tidak
Diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang.
Wanda Ari Rebowo. 2014. Pengembangan Media video Pembelajaran Berbasis Masalah Materi Pecahan Pada Siswa Kelas
IV Sekolah Dasar
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
130
Download