analisis hukum pertanggungjawaban para pihak

advertisement
ANALISIS HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN PARA PIHAK
DALAM REPURCHASE AGREEMENT SAHAM
Apul Sanjaya, Arman Nefi
Fakultas Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Tentang Kegiatan
Ekonomi
[email protected]
ABSTRAK
Perkembangan dunia pasar modal berkembang semakin cepat seiring berjalannya waktu.
Banyak orang yang mengetahui bahwa transaksi pasar modal hanya membeli dan menjual
saham saja. Salah satu bentuk transaksi yang terdapat dalam pasar modal adalah repurchase
agreement atau yang lebih dikenal dengan repo. Transaksi ini adalah semacam jual beli saham
pada umumnya tetapi dalam transaksi ini terdapat janji dari pihak penjual saham untuk
membeli kembali saham tersebut pada waktu tertetu dan pada harga tertentu. Dalam skripsi
ini membahas mengenai transaksi repo yang dilakukan oleh suatu perusahaan terbuka PT
ABCD.Tbk di tahun 2012 dengan saham perusahaan terbuka kepada PT DEFG , tetapi PT
ABCD.Tbk menggunakan nominee dalam transaksinya. Pada saat transaksi sebelum jatuh
tempo pembelian kembali PT ABCD.Tbk tersebut ingin membeli kembali saham tersebut
tetapi PT DEFG tidak dapat menunjukkan saham tersebut karena saham tersebut sedang
direpokan kembali kepada pihak ketiga lainnya. Belakangan diketahui oleh PT DEFG
ternyata transaksinya yang dilakukan oleh PT ABCD.Tbk tidak dilaporkan kepada BapepamLK. Hal ini yang membuat kekhawatiran PT ABCD.Tbk sehingga PT ABCD.Tbk tidak mau
menerima korespondensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun karena merasa bahwa
yang melakukan transaksi adalah pihak nominee bukan pihak PT ABCD.Tbk. Maka dari itu
terdapat suatu masalah ketika transaksi itu tidak dilaporkan, pihak yang melakukan adalah
nominee dan obyek saham tersebut ternyata direpokan kembali oleh pihak pembeli.
Kata kunci : Pasar Modal, Nominee, Repurchase Agreement
ABSTRACT
The development of the capital market developing faster at time. Many people knows that
capital market transactions only buy and sell stocks .One kind of transaction contained in
capital market is repurchase agreement or which is recognized with repo facilities.This
transaction was like a buy and sell shares in general but in this transaction there are promise
from the seller of stock to buy back the shares in the one time and at a certain price.In a thesis
this discussing the transaction repo facilities done by a publicly-listed companies PT
ABCD.Tbk in 2012 with company shares open to PT DEFG, but PT ABCD.Tbk use nominee
in this transaction. At the transaction before maturity repurchase PT ABCD.Tbk has wanted
to buy back stock were but PT DEFG could not show the shares because the shares being repo
again to the other third party. Later found to by PT DEFG of this transaction which was
carried out by PT ABCD.Tbk not reported to Bapepam-LK.These things that make concern
PT ABCD.Tbk so that PT ABCD.Tbk unwilling to accept correspondence in the form of
anything from any party because feel that who transacts is a party is the nominee not PT
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
ABCD.Tbk.Therefore there is a problem, when a deal has not reported, a party who do is
nominee and object of the shares it turns repo return by the buyer.
Keywords
:
Capital Market, Nominee, Repurchase Agreement
Pendahuluan
Dalam menjalankan sebuah perusahaan diperlukan modal yang cukup untuk bisa
bertahan. Modal tersebut adalah berbentuk uang. Modal ini digunakan untuk mengembangkan
kegiatan usahanya agar bisa menjadi usaha yang besar dan bersaing di pasar global. Dalam
mengembangkan perusahaannya jika perusahaan tersebut hanya menggunakan dana sendiri,
perkembangannya akan terbatas. Dalam mengembangkan usahanya tersebut untuk mencari
modal bisa digunakan modal yang berasal dari pihak luar atau berbagai sumber. Dana yang
diperoleh tersebut bisa berbentuk modal (equity) dan hutang (loan).
Pencarian dana lainnya untuk mengembangkan usahanya adalah dengan alternatif
merger atau melakukan penggabungan usahanya, selain itu juga bisa menjual perushaan atau
menutup/mengurangi sebagian usaha. Dengan menutup atau mengurangi ini terdapat resiko
yaitu berkurangnya kegiatan usaha atau tidak terlaksananya lagi kegiatan usaha. Dana yang
diperoleh dari hutang harus ada jaminannya dan diperoleh dari bank. Untuk lebih dimudahkan
lagi maka perusahaan bisa menjual bagian kepemilikan perushaaan kepada masyarakat luas
melalui pasar modal.
Dalam pasar modal bisa dihimpun dana yang cukup besar dan tanpa menggunakan
agunan atau jaminan seperti jika mendapatkan dana dari pinjaman kepada pihak bank. Hal ini
bisa dikatakan besar karena jika perusahaan tersebut berjalan dengan baik, investor yang
berasal dari masyarakat luas akan tertarik untuk ikut serta menyertakan modalnya melalui
membeli efek yang dijual oleh perusahaan tersebut. Pasar modal mempertemukan antara
pemilik dana dengan pengguna dana untuk tujuan insvestasi jangka menengah dan panjang.
Kedua pihak melakukan jual beli modal yang berwujud efek. Pemilik dana menyerakan
sejumlah dana dan penerima dana ( perusahaan terbuka ) menyerahkan surat bukti
kepemilikan berupa efek.1 Penjualan kepemilikan perusahaan ini dilakukan dengan menjual
efek atau saham dari perusahaan tersebut kepada msyarakat luas sebagai investor atau
pemodal, hal ini dikenal oleh masyarakat dengan istilah penawaran umum ( Go public ).
1
M.Irsan Nasarudin, et.al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet.7, (Jakarta: Kencana,2011), hlm.
10.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
Dari beragam jenis instrumen dalam pasar modal tersebut terdapat beberapa jenis
transaksi di dalam pasar modal. Banyak orang mengenal hanya menjual dan membeli saham
tetapi sebenarnya ada beberapa bentuk lagi salah satunya adalah Repurchase Agreement
(Repo). Repo adalah suatu transaksi dalam pasar modal yang mana salah satu pihak akan
menjual efeknya kepada pihak lain dan akan membeli lagi efek tersebut pada waktu dan harga
yang telah ditentukan. Repo muncul jika perusahaan membutuhkan dana yang cepat dan
dalam jangka pendek.
Dalam pasar modal. Repo sudah diatur dalam peraturan Bapepam no. VIII.G.13.
dalam peraturan tersebut, pengertian repo adalah Repurchase Agreement (Repo) adalah
transaksi jual Efek dengan janji beli kembali pada waktu dan harga yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya transaksi repo ini didasarkan pada konsep pinjam-meminjam di pasar uang
yang dijamin dengan surat berharga yang bisa berbentuk obligasi atau surat hutang.2 Jika
dilihat kembali maka sebenarnya Repo bisa juga dinilai seakan akan seperti gadai saham atau
obligasi tetapi hal ini berbeda.
Banyak pelanggaran yang terjadi dalam pelaksanaan Repo salah satunya adalah yang
dilakukan oleh salah satu perusahaan terbuka dalam tulisan ini seluruh subyek perusahaan
disamarkan karena atas permintaan dari pihak perusahaan. Terdapat sebuah perusahaan
terbuka ( PT ABCD .Tbk) melakukan transaksi repo melalui nominee yang ditunjuknya.
Adapun nominee tersebut kemudian menjual saham yang dikuasai melalui mekanisme repo
tersebut kepada PT. DEFG. PT.DEFG setelah beberapa waktu menyimpan saham PT
ABCD.Tbk tersebut mengalihkannya kepada pihak ketiga lainnya. Timbul permasalahan pada
saat PT ABCD.Tbk meminta sahamnya kembali sebelum jatuh tempo dengan maksud untuk
membeli kembali saham repo tersebut, tetapi PT ABCD.Tbk tidak mau disebutkan secara
tertulis telah melakukan repo. Menurutnya yang melakukan transaksi repo tersebut adalah si
nominee. Kemudian diketahui oleh PT.DEFG bahwa repo yang dibeli olehnya tidak terdaftar
di Bapepam-LK. Keadaan inilah yang menimbulkan kekhawatiran PT ABCD.Tbk untuk
menerima surat maupun korespodensi tertulis lainnya yang berhubungan dengan transaksi
repo tersebut.
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas terdapat beberapa permasalahan hukum
dalam transaksi repo ini.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas maka penulis akan membahas
beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
2
Sapto Rahardjo, Panduan Investasi Obligasi, cet.1, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2003),
hlm.234.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
1. Bagaimanakah konsekuensi yuridis terhadap transaksi repo saham yang obyeknya
dialihkan ke pihak ketiga oleh pembeli repo?
2. Bagaimanakah konsekuensi yuridis terhadap transaksi repo yang tidak dilaporkan
ke Bapepam-LK?
3. Bagaimanakah konsekuensi yuridis terhadap nominee yang melakukan jual beli
secara repo ke PT.DEFG?
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah :
1. Mengetahui pertanggung jawaban pihak yang mengalihkan saham sebagai obyek
repo kepada pihak ketiga sewaktu masa tenggang waktu transaksi.
2. Mengetahui pertanggung jawaban serta hak dan kewajiban para pihak dalam repo
saham yang harus didapatkannya jikalau pelaksanaan transaksi repo tersebut tidak
dilaporkan kepada Bapepam-LK.
3. Mengetahui pertanggungjawaban nominee atas transaksi repo saham yang
dilakukan oleh nominee dengan studi kasus PT DEFG.TBK.
Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk memberikan pengertian dari beberapa istilah
yang digunakan dalam penulisan ini.
Dalam penelitian ini, pengertian yang akan dibatasi adalah sebagai berikut:
1. Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana
untuk mempertemukan penawaran jual-beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka3
2. Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai
peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan
atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.4
3. Jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
telah dijanjikan.5
3
Indonesia (a), Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, L.N. Tahun 1995 No.64,
T.L.N No. 3608, Ps. 1 angka 4.
4
Ibid, Pasal 1 angka 7.
5
Indonesia (b), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.
Subekti, dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), Pasal 1457.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
4. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.6
5. Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli Efek
untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain.7
6. Perseroan Terbatas (PT) adalah adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.8
7. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan
publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan
kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai
usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap
efek dimaksud dan harga Efek tersebut.9
Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau studi pustaka.
Dalam skripsi ini digunakan metode penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif
hukum dinyatakan sebagai kaedan atau norma dan dianggap sebagai apa yang tertulis di
dalam peraturan perundang-undangan. Maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data Sekunder merupakan data yang didapatkan dari bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.10
Data sekunder dapat didefinisikan sebagai data-data yang diperoleh peneliti dari
penelitian kepustakaan dokumen yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain,
yang tersedia dalam bentuk buku-buku / dokumentasi yang biasa disediakan di perpustakaan
atau milik dari peneliti secara pribadi.11
Data sekunder terdiri dari :
6
Indonesia (a), Op.Cit., Pasal 1 angka 13.
Ibid., Pasal 1 angka 18.
8
Indonesia (c), Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, L.N. Tahun
2007 No.106, T.L.N No. 4756., Ps. 1 angka 1.
9
Indonesia (a), Op.Cit., Pasal 1 angka 25.
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, ( Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia,
2010), hal. 12.
11
Ibid., hlm 52.
7
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
1.
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang berbentuk:
a. Norma dasar yaitu Pembukaan UUD 1945
b. Peraturan dasar yaitu :
-
Batang tubuh Undang-undang dasar 1945
-
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Peraturan perundang-undangan Indonesia yang terdiri dari :
2.
-
Undang-Undang dan peraturan yang setara dengan Undang-Undang
-
Peraturan Pemerintah dan peraturan yang setara
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan dari bahan
hukum primer seperti pendapat para ahli hukum, hasil-hasil penelitian dan
rancangan undang-undang
3.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atas bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus dan ensklipodia.
Alat pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah studi dokumen atau studi
kepustakaan. Sesuai dengan permasalahan hukum yang akan diteliti maka penulis dapat
memilih tipe penelitian yang akan digunakan. Penentuan dari tipe penelitian ini akan
membantu penulis dalam kegiatan pengumpulan dan analisa data yang akan digunakan. Suatu
penelitian dapat menggunakan satu bentuk penelitian ataupun perpaduan antara tipe-tipe
penelitian12. Tipe penelitian sendiri terbagi dalam beberapa macam bentuk, tergantung dari
sudut pandangnya. Maka, penulis dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian :
1.
Dari sudut sifatnya, penelitian ini bersifat penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk memberikan suatu gambaran umum tanpa didahului adanya suatu
hipotea terdahulu.13 Penelitian dengan tipe ini bertujuan untuk menggambarkan secara
pasti sifat suatu individu, keadaan gejala tau kelompok tertentu atau menentukan suatu
frekuensi dari suatu gejala.14
2.
Dari sudut tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian Fact Finding. Penelitian ini
memiliki suatu pandangan untuk mencari suatu fakta atas gejala yang akan diteliti.
3.
Dari sudut penerapannya, penelitian ini merupakan penenilitian yang berfokus akan suatu
masalah. Masalah yang akan diteliti akan dilihat pada teori dan kaitannya antara teori dan
praktek.
12
Ibid.
Ibid.
14
Ibid.
13
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
4.
Dari sudut ilmu yang dipergunakan, penelitian ini merupakan penelitian mono disipliner,
hal ini dinyatakan karena penelitian ini didasarkan pada satu disiplin ilmu.
Pembahasan
Pasar Modal sebagaimana pasar konvensional pada umumnya, adalah tempat bertemu
penjual dan pembeli 15 . Pasar (market) berupakan sarana yang mempertemukan aktifitas
pembeli dan penjual untuk suatu komoditas atau jasa16. Modal (capital dapat dibedakan
menjadi 2 bentuk yaitu 17:
1. Barang modal (capital goods) seperti tanah, bangunan, gedung atau mesin
2. Modal uang (fund) yang berupa financial assets.
Pasar modal mempertemukan pemilik dana dengan pengguna dana untuk tujuan investasi
jangka panjang dan menengah. Transaksi yang dilakukan adalah pembeli menyerahkan
sejumlah dana dan penerima dana memberikan surat bukti kepemilikan efek18
Dalam pasar modal yang sebenarnya pengertiannya sama dengan pengertian pasar
pada umumnya. Tetapi, dalam pasar modal yang dijual adalah instrumen efek. Perusahaan
biasanya membutuhkan dana untuk melakukan pengembangan usahanya. Dana yang
diperoleh dari perusahaan bisa berbentuk pinjaman ataupun berbentuk saham yang dijual
kepada masyarakat. Jika dana yang didapatkan dari pinjaman pasti ada bunga dan jaminan
atas pinjaman tersebut. Perusahaan jika ingin terhindar dari bunga dan jaminan memilih untuk
menjual sebagian kepemilikan dari perusahaan tersebut yang berbentuk saham. Dengan ini
perusahaan bisa memperoleh dana yang cepat dan terhindar dari bunga dan jaminan yang
mana bunga bisa mengurangi pendapatan dari perusahaan. Pasar Modal merupakan tempat
mempertemukan penjual modal/dana dengan pembeli modal/dana.19
Pasar modal selain menjadi tempat bertemunya pedagang efek dan penjual efek dapat
juga menjadi sarana investasi bagi masyarakat. Dimana pasar modal merupakan sarana
penghubung bagi investor dengan perusahaan pengguna dana dari masyarakat. Pengertian dari
investasi adalah kegiatan menanamkan modal, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari
15
Nasarudin, Op.Cit., hlm. 10
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988 ), hlm. 9
16
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
hasil penanaman modal tersebut20 . Dengan pengertian tersebut jika dilihat kembali atas
keuntungan pemodal dalam pasar modal yaitu salah satunya adalah memperoleh keuntungan
dari perusahaan melalui deviden hal tersebut merupakan mendapat keuntungan dari
menanamkan modalnya disuatu perusahaan. Maka dapat dikatakan pasar modal merupakan
salah satu bentuk investasi baik jangka panjang maupun jangka menengah.
Dari pengertian diatas didapatkan pengertian dari pasar modal merupakan tempat
bertemunya penjual efek dengan pembeli efek dimana tempat yang disediakan adalah bursa
efek. Dengan penjualan efek tersebut bisa menjadi suatu sarana bagi investor untuk
berinvestasi menanamkan modal yang dimilikinya ke suatu perusahaan untuk digunakan
sebagai perkembangan suatu perusahaan dan mendapat keuntungan dari penanaman
modalnya tersebut.
Menurut UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) diatur macam-macam
efek sebagai berikut21 :
1. Surat Pengakuan Utang
2. Surat Berharga Komersial
3. Saham
4. Obligasi
5. Tanda Bukti Utang
6. Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif
7. Kontrak Berjangka atas Efek
8. Setiap derivatif dari efek, seperti Rights, warrants, options dan lain-lain.
Repo merupakan suatu istilah yang berasal dari Sale and Repurchase Agreement.
Repo merupakan salah satu transaksi pasar modal yang sering diminati oleh para pelaku
dalam pasar modal karena transaksi ini cukup menarik karena berdasarkan kesepakatan oleh
para pihaknya. Transaksi repo, merupakan suatu transaksi dimana Penjual menjual surat
berharga dengan tujuan untuk mendapatkan pinjaman, dalam transaksi tersebut disepakati
bahwa Penjual nantinya akan membeli kembali surat berharga tersebut dengan suatu harga
tertentu22. Menurut Stuart R. Veale yang dimaksud dengan repo atau repurchase agreement
adalah:
20
Ibid., hlm.15.
Indonesia (a), Op.Cit., Pasal 1 angka 5.
22
Bank for International Settlement (BIS), Implications of Repo Markets For Central Banks, (Basel
Switzerland: Reports of Working Group, Comitee on The Global Financial System, 1999), hlm.1.
21
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
"repo is the sale of a security from seller to a buyer with the simultaneous agreement
from the seller to repurchase the security at a fixed price (or pricing rate) on a
specified future date".23
International Monetary Fund (IMF) mendeskripsikan repo sebagai an arrangement involving
the sale of securities at a fixed price on a specified date 24 . Dalam hal ini IMF
mendeskripsikan Repo sebagai suatu perjanjian penjualan efek pada harga tertentu dan
diwaktu tertentu dengan adanya janji untuk membeli kembali efek tersebut.
Transaksi repo merupakan salah satu jenis transaksi dalam pasar modal dimana salah
satu pihak yang memerlukan dana bisa menjual efeknya kepada investor dengan adanya
sebuah janji untuk membeli kembali efek tersebut dalam waktu tertentu dan harga tertentu
yang telah disepakati oleh para pihak. Motif dalam transaksi repo cukup beragam salah satu
contohnya adalah melihat repo adalah sebuah pinjaman dana yang mana terdapat asset
sebagai jaminannya dalam perjanjian dan aset yang dimaksud adalah efek. Sudut pandang
lainnya memandang repo sebagai kombinasi dari transaksi pada saat ini dan transaksi yang
berikutnya25. Dengan melihat berbagai pengertian dari repo tersebut. Repo bisa menjadi
alternatif yang cukup menarik bagi perusahaan yang mencari dana untuk mencari dana yang
mudah dengan melaksanakan transaksi repo. Repo juga diminati karena perusahaan bisa
menentukan kapan waktu untuk melunasi dana yang diperoleh tersebut pada waktu tertentu
dan menentukan jumlah dana yang akan digunakan untuk membeli kembali efek yang
dijadikan obyek dalam transaksi repo.
Dalam transaksi repo secara umum pihaknya adalah penjual dan pembeli atas efek
tersebut. Tetapi dalam praktek para pihak yang terdapat dalam transaksi repo terdiri dari
berbagai macam pihak yaitu:
1. Pembeli repo (repo buyer),dalam transaksi repo ini pembeli adalah pihak yang
menyediakan dana kepada penjual. Pembeli membeli efek yang dijual oleh penjual
dan menjual kembali efek yang dijual tersebut kepada penjual pada waktu dan
harga yang sudah disepakati.
2. Penjual repo (repo seller), dalam transaksi repo ini penjual repo menjual efek yang
dimilikinya kepada pembeli repo sehingga mendapatkan dana dari hasil
23
Stuart R. Veale, Stocks Bonds Options Futures, Investments and Their Market, (New York: New
York Institute of Finance, 1987), hlm. 105.
24
International Monetary Fund (IMF), Repurchase Agreements, Securities Lending, Gold Swaps and
Gold Loans: An Update, disampaikan dalam Meeting of The Advisory Expert Group on National Accounts.
25
R.E. Bailey, The Economis of Financial Markets, ( New York: Cambrigde University Press, 2005),
hlm.356
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
pembayaran penjualan tersebut. Pada waktu jatuh tempo, penjual akan membeli
kembali efek yang telah dijualnya sesuai harga yang sudah disepakati pada
perjanjian.
3. Pihak Perantara, dalam transaksi repo, efek yang diperjualbelikan tidak dipegang
atau di bawah kekuasaan salah satu pihak, biasanya dalam rangka keamanan dan
perlindungan masing-masing pihak, para pihak menunjuk suatu bank kustodian
untuk menyimpan efek tersebut agar tidak disalahgunakan oleh salah satu pihak.
Transaksi repo seperti diatas melibatkan tiga pihak yang biasa disebut dengan tri-party
repo. Selain itu, terdapat pula variasi dengan melibatkan dua bank kustodian dmana hal ini
dikenal dengan four-party repo. Pada tri-party repo, jaminan yaitu efek yang diperjualbelikan
akan disimpan dalam account pihak ketiga yang independen. Biasanya, tri-party agent tidak
saja berfungsi dalam penyimpanan efek akan tetapi juga mengatur perpindahan efek dan uang
dalam transaksi tersebut.26
Dalam membahas mengenai obyek repo yang direpokan kembali oleh pembeli saham
sebelum jatuh tempo transaksi pembelian kembali oleh penjual, perlu memperhatikan
mengenai jenis repo yang digunakan dalam transaksi repo tersebut.
Jenis-jenis repo yang bisa digunakan dalam transaksi repo yang biasa digunakan dalam pasar
modal terdiri yaitu27:
a . Classic Repo
Dalam transaksi ini, kepemilikan terhadap surat berharga tidak berubah. Sehingga
penjual tetap menjadi pemilik dari surat berharga yang bersangkutan, sedangkan
pembeli tidak dapat menggunakan surat berharga yang dimaksud selain daripada
menyimpannya sebagai jaminan oleh karena ia bukanlah pemilik daripada surat
berharga tersebut. Pada hakikatnya, transaksi repo dengan metode classic repo
adalah pinjaman dengan jaminan (secured loan) di mana repo rate merefleksikan
tingkat bunga yang dikenai kepada penjual repo. Saat terjadi perpindahan saham
atau efek lainnya dengan uang tunai dinamakan dengan value date, opening date,
first leg atau starting date. Sementara waktu pengakhiran perjanjian dikenal dengan
closing leg atau second leg. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah
meskipun berdasarkan hukum saham pertama-tama “dijual” kepada pembeli repo,
akan tetapi segala biaya dan keuntungan (manfaat ekonomi) yang dihasilkan dari
26
Moorad Choudry, Graham ‘Harry’ Cross dan James Harison, The Gilt-Edged Market, ( Burlington
MA: Butterworth Heinemann, 2003) hlm. 18.
27
Rahardjo, Op.Cit., hlm 182.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
saham tersebut ditahan atau dipegang oleh penjual repo. Oleh karena itu, apabila
harga saham tersebut anjlok atau turun, kerugian tetap berada ditangan penjual
repo28.
b . Buy and Sell Back Repo
Transaksi repo ini dilakukan dengan dasar perpindahan kepemilikan surat berharga.
Dengan demikian dalam hal penjual telah menjual surat berharga kepada pembeli
untuk kemudian dibeli kembali olehnya pada suatu waktu tertentu, maka
kepemilikan surat berharga telah beralih kepada pembeli pada saat transaksi efek.
Apabila selama transaksi repo berlangsung terdapat pembayaran atas efek maka
hak atas penerimaan dana tersebut diberikan kepada si pembeli selaku pemilik dari
surat berharga. Dalam hal transaksi ini jika ada penurunan harga efek tersebut
kerugian ditanggung oleh pihak pembeli dari efek tersebut tetapi biasanya hal ini
sudah diatur dalam perjanjian untuk mengenai kerugian apakah ditanggung oleh
pihak penjual atau pihak pembeli atau secara bersama-sama. Dalam transaksi ini
terjadi 2 pemindahbukuan yaitu pada saat starting leg dan pada saat closing leg.
c . Total Return Swap
Dalam transaksi ini kepemilikan terhadap surat berharga telah beralih, dimana si
pembeli secara otomatis pada saat transaksi penjualan telah menjadi pemilik secara
sah daripada efek yang di jadikan jaminan, akan tetapi dalam hal terdapat
pembayaran selama berlangsungnya transaksi repo, maka hak atas penerimaan
pendapatan efek yang dimaksud diberikan kepada penjual.
Jika dilihat kembali maka jika jenis transaksi yang digunakan adalah classic repo
maka dari itu si pembeli tidak dapat merepokan kembali efek yang menjadi obyek repo
tersebut. Pembeli tidak dapat merepokan kembali efek tersebut dikarenakan efek yang
menjadi obyek repo tersebut tetap dimiliki oleh pihak penjual karena tidak terjadi perpindahan
kepemilikan atas repo tersebut. Pihak pembeli harus menyimpan efek yang menjadi obyek
repo tersebut sampai dengan harus dibeli kembali oleh pihak penjual atau pada saat jatuh
temponya repo tersebut. Segala hak dan kewajiban dalam jenis repo classic repo tetap berada
di tangan si penjual efek tersebut. Mengenai jenis repo selain classic repo seperti buy and sell
back repo dan total return swap kepemilikan atas efek tersebut beralih kepada pihak pembeli
efek tersebut. Untuk jenis buy and sell back repo kepemilikan atas efek dimiliki secara penuh
oleh pihak pembeli sehingga segala hak dan kewajiban yang timbul atas efek tersebut menjadi
28
Choudry, Op.Cit., hlm. 137.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
tanggungan pihak pembeli. Jika jenisnya total return swap kepemilikan atas efek telah
beralih namun hak atas penerimaan yang timbul atas efek tersebut diberikan kepada pihak
penjual efek tersebut. Dalam jenis ini efek tersebut kepemilikannya sudah berada di tangan
pembeli tetapi hak dan kewajibannya tetap di penjual. Dalam jenis sell and buy back repo dan
total return swap efek bisa saja dialihkan oleh pihak pembeli karena memang kepemilikannya
berada di tangan pembeli tetapi hal tersebut tetap saja harus memerlukan persetujuan dari
pihak penjual karena masih ada beberapa hak yang dimiliki oleh pihak penjual serta jika
penjual ingin menggunakan haknya untuk membayar sebelum jatuh tempo hal ini akan
membuat transaksi tersebut akan rumit karena pihak pembeli harus pula membeli efek
tersebut yang direpokannya kembali kepada pihak ketiga lainnya.
Dalam transaksi repo menurut peraturan X.M.3 terdapat kewajiban untuk melaporkan
transaksi efek. Dalam hal konsekuensi yang terjadi jika repo tersebut tidak dilaporkan kepada
Bapepam-LK yang sekarang dialihakan kewenangannya kepada OJK maka dalam angka 20
peraturan Bapepam nomor. X.M.3 terdapat sanksi administratif denda dengan diakumulasikan
keterlambatan pengajuan laporan. Mengenai besaran sanksi terdapat dalam angka 21
Peraturan Bapepam X.M.3 dimana perjam keterlambatan sebesar Rp 10.000 (Sepuluh Ribu
Rupiah) perjam, Rp. 100.000 (seratus ribu Rupiah) perhari dan maksimal adalah Rp
100.000.000 (seratus juta Rupiah) per laporan.
Dalam penunjukkan nominee dibutuhkan perjanjian antara kedua pihak yaitu pihak
yang menunjuk nominee dan pihak nominee. Perjanjian nominee ini berbeda dengan
perjanjian pemberian kuasa yang terdapat dalam KUH Perdata. Perjanjian nominee tidak
diatur secara khusus dalam KUH Perdata sehingga disebutkan sebagai perjanjian innominat.
Secara implisit suatu perjanjian nominee memiliki unsur-unsur sebagai berikut29:
1. Adanya perjanjian pemberian kuasa antara dua pihak, yaitu beneficial owner sebagai
pemberi kuasa dan Nominee sebagai penerima kuasa yang didasarkan pada adanya
kepercayaan dari beneficiary kepada nominee.
2. Kuasa yang diberikan bersifat khusus dengan jenis tindakan hukum yang terbatas
3. Nominee bertindak seakan-akan sebagai perwakilan dari beneficial owner di depan
hukum.
Secara sekilas dapat dilihat perjnajian nominee dengan perjanjian pemberian kuasa
sama karena memerlukan pihak pemberi kuasa dan penerima kuasa. Tetapi jika dikaji kembali
29
Natalia Christine Purba, “Keabsahan Perjanjian Innominat Dalam Bentuk Nominee Agreement (
Analisis Kepemilikan Tanah oleh Warga Negara Asing)”, (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2006), hlm 45-46.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
perjanjian ini berbeda karena dari sifatnya perjanjian nominee sama dengan perjanjian timbalbalik karena para pihak memiliki kewajiban untuk memenuhi prestasi masing-masing pihak
yang tercantum di dalam perjanjian. Hal ini disebabkan kuasa yang terdapat dalam perjanjian
nominee lebih bersifat lastgeving dimana kuasa yang diberikan lebih menekankan kepada
pemberian beban perintah kepada penerima kuasa untuk melaksanakan prestasi yang
diperjanjian. Jika perjanjian pemberian kuasa pada umumnya merupakan perjanjian sepihak
karena pemberi kuasa memberi kuasa kepada peneriman kuasa dan dapat sewaktu-waktu
membatalkan perjanjiannya sebagaimana diatur dalam pasal 1813-1819 KUH Perdata.
Beberapa bentuk atas repo ini memberikan beberapa bentuk jenis kepemilikan kepada
para pihak. Jika dilihat mengenai bentuk yang pertama yaitu classic repo kepemilikan berada
di tangan si penjual jadi segala bentuk kewajiban dan hak atas saham tersebut tetap berada di
penjual repo. Hal ini menyerupai dengan pinjaman dengan jaminan saham tetapi hal ini tetap
berbeda karena pada dasarnya repo merupakan perjanjian jual beli dengan janji membeli
kembali. Dengan kepemilikan tetap di tangan penjual, jika obyek repo yang dalam penelitian
ini merupakan saham dialihkan kepada pihak ketiga lainnya maka pembeli tidak mempunyai
hak untuk menjualnya kepada pihak ketiga. Pihak pembeli harus menyimpan saham tersebut
tetap berada di tangannya sampai dengan jatuh tempo untuk pembelian kembali. Jika pihak
pembeli merepokan kembali kepada pihak ketiga pada saat masa transaksi seperti pada kasus
PT ABCD.Tbk jika melihat kepada jenis repo classic repo maka pihak PT DEFG melakukan
wanprestasi karena seharusnya PT DEFG tidak boleh merepokan kembali saham yang
dikuasainya melalui repo dari PT ABCD.Tbk. Hal ini kembali harus dilihat dalam perjanjian
repo yang dibuat oleh para pihak dalam transaksi repo ini. Bagaimana status saham yang
direpokan dinyatakan dalam perjanjian. Jika dalam perjanjian status saham kepemilikannya
berada di tangan PT DEFG maka PT DEFG berhak untuk merepokan kembali saham tersebut
tetapi tetap pada saat jatuh tempo PT DEFG harus dapat menunjukkan kembali saham yang
direpokan tersebut. Dalam jenis Buy and Sell Back Repo dan Total Return Swap kepemilikan
saham terdapat pada pihak pembeli saham tersebut. Perbedaan keduanya terdapat pada hak
dan kewajiban atas saham tersebut. Untuk jenis buy and sell back repo hak atas pembayaran
deviden dan kewajiban atas pembayaran terletak pada pihak pembeli dan untuk jenis total
return swap hak atas pembayaran dan kewajiban atas saham tersebut terletak pada pihak
penjual. Dalam hal repo sendiri walaupun hak dan kewajiban atas saham beralih kepada pihak
pembeli tetap saja saham tersebut harus disimpan oleh pihak pembeli karena pada saat jatuh
tempo saham tersebut harus ditunjukkan oleh pihak pembeli saham tersebut. Repo merupakan
perjanjian jual dengan janji membeli kembali dimana pihak penjual mempunyai kewajiban
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
untuk membeli kembali pada saat waktu tertentu. Hal ini yang belum diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai penegasan mengenai jenis repo yang bisa diberlakukan di
Indonesia. Hal ini bisa menyebabkan ketidakjelasan ketika hal ini tidak sengaja belum diatur
didalam perjanjian dasar repo tersebut. Dengan dibuatnya peraturan mengenai master
repurchase agreement hal ini akan lebih membuat kepastian hukum mengenai bentuk
perjanjian atas repo tersebut dan memudahkan pengawasan atas transaksi tersebut. Hal ini
berpengaruh kepada perlindungan investor lainnya di dalam sebuah perusahaan tersebut. Jika
kita lihat kembali pengaturan atas MRA sudah terdapat di Indonesia tetapi hanya sebatas efek
yang berbentuk Surat Utang Negara saja. Hal ini perlu diatur pula mengenai jenis efek lainnya
karena perkembangan jenis transaksi yang bisa terjadi di Indonesia.
Pada pengaturan di dalam KUH Perdata repo diatur di dalam pasal 1519-1532 KUH
Perdata yang mengatur tentang jual-beli dengan hak membeli kembali. Jika dilihat kembali
dengan perjanjian utang-piutang repo lebih khusus lagi diatur dalam perjanjian jual-beli
dengan janji membeli kembali. Dalam pasal 1519 KUH Perdata dinyatakan
“Kekuasaan untuk membeli kembali barang yang telah dijual diterbitkan suatu janji,
dimana si penjual diberikan hak untuk mengambil kembali barang yang dijualnya, dengan
mengembalikan harga pembelian asal dengan disertai penggantian yang disebutkan dalam
pasal 153230”.
Melihat kepada rumusan pasal 1519 KUH Perdata dinyatakan bahwa perjanjian jualbeli dapat diberikan suatu kekuasaan untuk janji membeli kembali barang yang menjadi
obyek jual beli tersebut. Repo pada dasarnya merupakan sebuah perjanjian jual dengan janji
membeli kembali efek. Si penjual diberikan kewajiban melalui janji yang dituangkan dalam
perjanjian untuk membeli kembali barang yang sudah dijualnya kepada pembeli. Perjanjian
repo merupakan perjanjian yang diakui oleh KUH Perdata.
Dalam pengaturan di KUH Perdata pihak pembeli tidak disebutkan dapat mengalihkan
kepada pihak ketiga mengenai obyek yang menjadi obyek repo tersebut. Kembali dilihat jenis
repo yang digunakan dalam perjanjian tersebut karena hal tersebut yang menjadikan dasar
bagaimana status kepemilikan atas barang tersebut guna mengetahui dampak akan saham
tersebut kepada pihak pembeli. Dalam pasal 1532 KUH Perdata dinyatakan bahwa pihak
penjual harus menanggung biaya-biaya selain biaya yang harus dibayarkannya untuk
pembelian kembali melainkan harus menanggung biaya lain yang mana salah satunya adalah
biaya pembetulan akan barang tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat seakan-akan penjual tetap
30
Indonesia (b), Op.Cit., pasal 1519
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
menjadi pemilik atas barang tersebut karena biaya yang harus dikeluarkan akan barang
tersebut tetap dibebankan kepada pihak penjual. Maka hal ini seperti pada jenis repo total
return swap yakni kepemilikan beralih namun hak dan kewajiban atas efek tetap berada di
tangan penjual. Selain itu dalam pasal 1532 KUH Perdata dinyatakan bahwa pada saat dibeli
kembali maka penjual terbebas dari hipotek yang dibebankan terhadap barang tersebut oleh
pembeli jadi pembeli memiliki hak untuk membebankan hak tanggungan akan barang
tersebut. Tidak diaturnya mengenai pengalihan kepada pihak ketiga oleh pembeli membuat
kerancuan mengenai status kepemilikan atas saham tersebut. Hal ini menyebabkan
perlindungan hukum atas para pihak menjadi tidak jelas karena tidak diaturnya hal tersebut
tetapi pembeli dapat membebankan hak tanggungan akan barang tersebut. Hal ini wajib diatur
dalam perjanjian repo tersebut. Karena hal ini guna menjelaskan mengenai perlindungan
hukum akan para pihak mengenai status kepemilikan atas barang tersebut. Pentingnya diatur
mengenai MRA atas repo selain SUN ini karena demi kepastian hukum jika terjadi masalah
hal tersebut karena mengenai jenis repo hanya sebatas teori yang pernah dikeluarkan oleh
para pihak. Kepastian hukum hanya dilindungi didalam perjanjian yang dibuat saja. Sebab
perjanjian adalah undang-undang bagi pihak yang membuatnya.
Transaksi repo merupakan salah satu transaksi yang harus dilaporkan kepada
Bapepam-LK. Pada tahun 2012 PT ABCD.Tbk melakukan repo dengan menggunakan saham
sebagai obyeknya melalui nominee kepada PT DEFG. Transaksi ini menggunakan sebanyak
47.619.500 lembar saham. Transaksi ini tidak dilaporkan kepada Bapepam-LK sehingga PT
ABCD.Tbk tidak menginginkan korespondensi dari pihak manapun. Jika dilihat kembali
dampak yang harus diterima oleh PT ABCD.Tbk dengan tidak melaporkan transaksi repo
saham kepada Bapepam-LK adalah partisipan yang melakukan transaksi repo PT ABCD.Tbk
ini menerima sanksi yang harus diterimanya yaitu sanksi denda sebagimana yang diatur
didalam peraturan Bapepam-LK No. X.M.3. Partisipan yang dimaksud didalam peraturan
Bapepam-LK No.X.M.3 terdapat dalam angka 1 yaitu adalah Perantara Pedagang Efek, Bank,
atau Pihak lain yang disetujui Bapepam dan LK, yang menggunakan sistem dan/atau sarana
pelaporan Transaksi Efek dan terdaftar pada Penerima Laporan Transaksi Efek. Jika dilihat
kembali mengenai peraturan ini maka pihak yang menjadi partisipan dalam transaksi repo ini
harus mendapatkan sanksi denda yaitu seperti yang terdapat dalam angka 21 peraturan
Bapepam-LK No X.M.3 yaitu sebesar Rp 10.000 per jam keterlambatan atau Rp 100.000 per
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
hari keterlambatan dengan denda maksimal adalah Rp 100.000.000 perlaporan31. Denda ini
wajib dibayarkan oleh pihak partisipan dalam transaksi repo PT ABCD.Tbk.
Pihak yang menunjuk nominee dikenal dengan pihak beneficiary. Nominee mewakili
kepentingan-kepentingan dari beneficiary dan karenanya nominee dalam melakukan tindakantindakan khusus harus sesuai denan apa yang diperjanjikan dan perintah dari beneficiary.
Kasus PT ABCD.Tbk yang menunjuk nominee untuk melakukan transaksi repo
tersebut pihak PT ABCD.Tbk merupakan beneficiary didalam perjanjian nominee tersebut.
Pihak dari PT ABCD.Tbk yang memiliki saham tersebut menjadikan pihak nominee sebagai
pemilik secara hukum saja dimana hanya meminjam nama tersebut untuk menjadi pemilik
agar bisa menjadi pihak penjual di dalam repo tersebut. Pihak nominee merupakan legal
owner dan pihak dari PT ABCD.Tbk merupakan beneficiary owner dimana pada nyatanya
pihak pemilik aslinya adalah pihak dari PT ABCD .Tbk. Pada kasus ini pihak PT ABCD.Tbk
sebagai pihak penjual merasa yang melakukan transaksi itu adalah pihak nominee tersebut
sehingga pihak penjual merasa bahwa ia tidak ada sangkut pautnya dengan transaksi tersebut.
Pada awalnya transaksi ini merupakan transaksi yang melanggar peraturan Bapepam-LK
karena transaksi ini tidak dilaporkan kepada Bapepam-LK sehingga ketika terjadi suatu
masalah dimana PT DEFG mengetahui bahwa transaksi ini tidak dilaporkan kepada
Bapepam-LK hal ini yang membuat PT ABCD.Tbk tidak mau menerima korespondensi dari
manapun. Pihak PT ABCD.Tbk sebagai pihak beneficiary yang merupakan pemilik asli dari
saham tersebut seharusnya ikut bertanggung jawab akan transaksi ini karena pihaknya
merupakan pemilik yang sah terhadap saham tersebut. Jika terjadi masalah harusnya pihak
penjual juga ikut bertanggung jawab akan hal tersebut namun pihak penjual merasa bahwa
yang melakukan transaksi tersbeut adalah pihak nominee yang ditunjuknya bukan dia.
Kesimpulan
1.
Konsekuensi yuridis saham yang dialihkan kepada pihak ketiga dengan cara direpokan
kembali oleh pihak pembeli pada masa transaksi sebelum jatuh tempo tidak dapat
dilakukan oleh pihak pembeli dalam repo kasus PT ABCD.Tbk. Karena hal tersebut
memerlukan persetujuan dari pihak penjual saham tersebut. Kepemilikan atas saham
yang menjadi obyek repo tetap berada di tangan penjual repo karena dalam classic repo
saham yang digunakan sebagai obyek tetap dimiliki oleh pihak penjual. Pihak pembeli
31
Indonesia (d), Bapepam-LK, Peraturan Nomor X.M.3 tentang Pelaporan Transaksi Efek, Kep123/BL/2009, angka 21
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
harus menahan saham tersebut hingga ditebus kembali oleh pihak penjual pada saat jatuh
tempo maka jika dialihkan oleh pihak pembeli maka pihak pembeli telah melanggar janji
untuk dapat menunjukkan saham pada saat akan dibeli kembali oleh penjual pada saat
akan dibeli kembali oleh pihak penjual saham.
2.
Konsekuensi yuridis transaksi repo yang tidak diaporkan kepada Bapepam-LK selaku
pengawas pasar modal menurut peraturan Bapepam-LK nomor X.M.3 tentang Pelaporan
Transaksi Efek pihak partisipan harus melaporkan kepada Bapepam-LK melalui pihak
yang menerima laporan transaksi efek sesaat transaksi itu dimulai oleh para pihak yang
terdapat dalam transaksi tersebut. Ketika transaksi yang dilakukan oleh PT ABCD.Tbk
pihak yang mempunyai kewajiban untuk melaporkan transaksi tersebut seharusnya
melapornya kepada penerima laporan transaksi efek sebagaimana akan dilaporkan kepada
Bapepam-LK maka pihak tersebut harus dikenai sanksi sebagaiimana telah diatur dalam
peraturan Bapepam-LK nomor X.M.3 karena tidak melaporkan transaksi tersebut kepada
penerima laporan transaksi efek sehingga transaksi tersebut tidak tercatat di penerima
laporan dan tidak tercatat di Bapepam-LK. Kewajiban memberikan laporan tersebut
berada di pihak perantara yaitu perusahaan efek yang terdapat dalam transaksi repo
saham ini. Perantara tersebut terlihat melakukan kesalahan yang sangat fatal dimana
perusahaan tersebut wajib melakukan pelaporan tetapi tidak dilakukan pelaporan kepada
Bapepam-LK sehingga menyebabkan Bapepam-LK tidak mengetahui bahwa saham
tersebut sedang direpokan dan saham tersebut tidak dibekukan dibursa akibatnya bisa
terjadi kasus PT ABCD.Tbk yang saham sebagai obyek repo tersebut dialihkan dengan
direpokan kembali kepada pihak ketiga lainnya dan pihak pembeli tidak dapat
menunjukkan saham tersebut sewaktu dibeli kembali oleh pihak penjual. Perjanjian
tersebut tetap berlaku walaupun tidak dilaporkan dikarenakan kewajiban pelaporan ini
hanya sebagai kelanjutan dari pelaksanaan perjanjian repo tersebut.
3.
Konsekuensi yuridis transaksi repo saham PT ABCD.Tbk dilakukan oleh nominee,
menurut penulis pihak yang menjadi nominee itu harus bertanggungjawab atas transaksi
ini. Karena pihak yang menjadi penjual dalam transaksi ini adalah nominee sehingga
pihak nominee mempunyai tanggung jawab penuh atas perjanjian ini. Jika ada
permasalahan atas transaksi repo ini pihak nominee yang bertanggungjawab baik yang
menuntut atau pihak yang dituntut. Pihak PT ABCD.Tbk tidak dapat dituntut dalam
transaksi ini sehingga membuat PT ABCD Tbk terlepas dari segala sanksi yang ada
karena PT ABCD.Tbk bukan sebagai pihak yang terdapat dalam transaksi ini. Jika
ditemukan dibelakangnya PT ABCD.Tbk melakukan tindakan yang melanggar hukum
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
dengan menggunakan nominee ini PT ABCD.Tbk dapat dituntut sejauh mana dia
melanggarnya bukan berdasarkan perjanjian atas transaksi repo ini. Pihak PT ABCD.Tbk
yang menggunakan nominee terlihat melakukan penyelewengan hukum karena
menggunakan nominee tersebut, dikarenakan PT ABCD.Tbk sebenarnya bisa melakukan
transaksi ini walaupun tanpa menggunakan nominee maka bisa dilihat bahwa pihak PT
ABCD.Tbk bisa jadi melakukan penyelewengan hukum yang ada di dalam transaksi repo
ini ditegaskan juga dengan tidak dilaporkannya transaksi ini kepada Bapepam-LK,
sehingga dapat dikatakan bahwa para pihak dalam transaksi ini melakukan
penyelewengan hukum yang ada atas transaksi ini.
Saran
1.
Pihak penjual dan pembeli dalam transaksi repo ini harus lebih memperjelas kembali
mengenai jenis repo yang digunakan guna mengetahui status saham yang digunakan
sebagai obyek repo. Pihak pembeli dalam hal ini jika yang digunakan adalah jenis classic
repo harus bisa menunjukkan saham itu jika diminta suatu saat untuk dibeli kembali oleh
pihak pembeli karena memang saham tersebut harus disimpan oleh pihak pembeli. Selain
itu dengan mempertegas mengenai status saham dan jenis repo di perjanjian akan lebih
baik lagi karena bisa memperjelas kepastian perlindungan hukum bagi para pihak.
Peraturan mengenai MRA atas repo saham harus juga diatur demi melindungi
kepentingan para pihak agar jelas perlindungan hukumnya. Para pihak yang terlibat
dalam setiap transaksi efek di Indonesia harus bisa berjalan lurus tanpa melanggar hukum
agar tidak terulangnya kasus serupa yang seperti transaksi repo PT ABCD.TBK. Pihak
perantara yaitu perusahaan efek yang terdapat dalam transaksi ini harus lebih hati-hati
dalam melaksanakan tugasnya terlebih jika terdapat kewajiban pelaporan maka harus
dilaporkan agar transaksi ini terbuka dan jelas sehingga tidak terjadinya kembali saham
yang direpokan dialihkan kembali kepada pihak lainnya oleh pembeli karena dengan
dilaporkannya saham tersebut OJK mengetahui bahwa saham tersebut merupakan saham
yang sedang direpokan maka pihak OJK bisa melakukan pencegahan atas pengalihan
saham ke pihak ketiga lainnya.
2.
Pengawasan OJK yang mana sekarang menjadi pengawas dalam pasar modal dengan
beralihnya kewenangan pengawasan dari Bapepam-LK harus lebih ketat lagi untuk bisa
mengontrol terjadinya transaksi efek terlebih bisa mengetahui transaksi mana yang belum
atau tidak dilaporkan kepada penerima laporan yang akan diteruskan kepada OJK.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
Dengan adanya pelaporan bisa melindungi pihak lain yang berhubungan akan saham
tersebut. Pihak perantara dalam transaksi ini dan perusahaan efek lainnya diluar transaksi
ini harus bisa berjalan lurus demi melindungi pihak lain yang bisa jadi memiliki
kepentingan lainnya atas perusahaan yang terlibat dalam setiap transaksi efek.
3.
Penggunaan nominee bisa jadi menjadi penyelewengan hukum yang ada. Pihak penjual
harus lebih memeriksa kembali mengenai kewenangan para pihak untuk menjual atau
membeli saham tersebut. Selain itu dengan adanya kewajiban pelaporan hal ini dapat juga
melihat pergerakan saham yang ada. Penggunaan saham tanpa persetujuan pemilik
aslinya seharusnya pemilik menuntut hal tersebut. Tetapi dalam hal ini pemilik saham
yang sebenarnya tidak menuntut dan bisa jadi ada hal tertentu dibalik penggunaan
nominee ini sehingga pengawasan OJK harus lebih dikuatkan demi mencegah
penyelewengan hukum dalam pasar modal.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
Kepustakaan
BUKU
Bailey, R.E. The Economis of Financial Markets. New York: Cambrige University Press,
2005.
Bank for International Settlement (BIS). Implications of Repo Markets For Central Banks.
Basel Switzerland: Reports of Working Group, Comitee on The Global Financial
System, 1999.
Choudry, Moorad, Graham ‘Harry’ Cross dan James Harison. The Gilt-Edged Market.
Burlington MA: Butterworth Heinemann, 2003.
International Monetary Fund (IMF). Repurchase Agreements, Securities Lending, Gold Swaps
and Gold Loans: An Update. Disampaikan dalam Meeting of The Advisory Expert
Group on National Accounts.
Nasarudin, M.Irsan, et.al.. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. cet.7. Jakarta:
Kencana,2011.
Purba, Natalia Christine. Keabsahan Perjanjian Innominat Dalam Bentuk Nominee
Agreement ( Analisis Kepemilikan Tanah oleh Warga Negara Asing). Depok:
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006.
Rahardjo, Sapto. Panduan Investasi Obligasi. cet.1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2003.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. cet. 3. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia, 2010.
Sumantoro. Pengantar Tentang Pasar Modal. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Veale, Stuart R. Stocks Bonds Options Futures, Investments and Their Market. New York:
New York Institute of Finance, 1987.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek).
________. Undang-Undang tentang Pasar Modal. UU No. 8 Tahun 1995. L.N. Tahun 1995
No.64. T.L.N No. 3608.
________. Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. L.N.
Tahun 2007 No.106. T.L.N No. 4756.
________. Bapepam-LK. Peraturan Nomor X.M.3 tentang Pelaporan Transaksi Efek. Kep123/BL/2009.
Analisis Hukum..., Apul Sanjaya, FH UI, 2014
Download