analisis pengaruh nilai tukar, sbi, inflasi dan pertumbuhan gdp

advertisement
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0172
pp. 16- 28
13 Pages
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SBI, INFLASI DAN
PERTUMBUHAN GDP TERHADAP PERGERAKAN INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Hismendi1, Abubakar Hamzah2, Said Musnadi2
1)
Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala
2,
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract: This research is intended to analyze the effect of`exchange rates, interest rate of Bank
Indonesia Certificates, inflation and GDP growth on the movement of Composite Stock Price Index
(CSPI) in Indonesia Stock Exchange. This research to applies secondary data quarterly period
March 2002 to September 2012. The analysis based on the Ordinary Least Square (OLS) method
The results showed that the independent variables simultaneously significant effect on IHSG. In
partial exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates and affect GDP growth
significant the IHSG movement, while inflation had no significant effect on CSPI. For that
researchers expect the monetary authority to control the movement of the CSPI priority on stability
of the exchange rate policy, the interest rate of Bank Indonesia Certificates and GDP growth,
which will strengthen the control and stability of the stock market in Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Exchange rate, interest rate of Bank Indonesia Certificates, GDP growth and
Composite Stock Price Index (CSPI).
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia, inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa data triwulan periode Maret 2002 sampai dengan September 2012. Metode analisis yang
digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Secara parsial
nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan terhadap pergerakan
IHSG, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pergerakan IHSG.Untuk
itu peneliti mengharapkan otoritas moneter dalam mengendalikan pergerakan IHSG
memprioritaskan pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP,
sehingga akan memperkuat pengendalian dan stabilitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia
Kata Kunci: Nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi, pertumbuhan GDP dan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Setiap investor di pasar modal sangat
PENDAHULUAN
Pasar
satu
membutuhkan informasi yang relevan dengan
dapat
perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat
menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi
penting untuk dijadikan referensi dan bahan
investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu
pertimbangan dalam pengambilan kepututusan
kegiatan menempatkan dana pada satu atau
investasi dipasar modal.
alternatif
modal
pilihan
merupakan
investasi
salah
yang
lebih dari satu aset selama periode tertentu
Analisa fundamental saham meliputi: (1)
dengan harapan dapat memperoleh penghasilan
analisa aspek finansial, yaitu: nilai buku saham,
dan peningkatan nilai investasi (Husnan, 2000).
pendapatan per saham, nilai buku ekuitas dan
Volume 1, No. 2, Mei 2013
- 16
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ratio pengeluaran; (2) analisa laporan tahunan
tercermin pula dari indikator makro ekonomi
perusahaan termasuk: garis besar filosofi
seperti nilai tukar yang relatif lebih stabil, inflasi
perusahaan, laporan operasional perusahaan,
yang terkendali dan suku bunga yang lebih
informasi finansial, catatan kaki dan pernyataan
rendah serta GDP per kapita yang terus
tertulis
meningkat.
dari
auditor.
Untuk
menganalisa
fundamental secara menyeluruh tidak cukup
hanya melihat dari kedua hal tersebut saja,
tetapi harus melihat hal-hal seperti kemampuan
manajemen, operasional, transparansi, rencana,
Inflation
%
14
BI Rate
12
10
8
6
bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi serta
4
kebijakan atau peraturan-peraturan pemerintah
0
Seiring dengan meningkatnya aktivitas
perdagangan, kebutuhan untuk memberikan
Jan-12
May-12
Sep-11
Jan-11
May-11
Sep-10
Jan-10
May-10
Sep-09
Jan-09
May-09
Sep-08
Jan-08
May-08
Sep-07
Jan-07
(Jogianto, 2000).
2
May-07
persaingan perusahaan, nilai tukar, tingkat suku
Gambar 2. Kondisi inflasi & suku bunga SBI di
Indonesia
Sumber : Bank Indonesia, 2012
informasi mengenai perkembangan bursa juga
semakin meningkat. Salah satu informasi yang
Dampak merosotnya nilai tukar rupiah
diperlukan tersebut adalah indeks harga saham
terhadap dolar memungkinkan berpengaruh
sebagai cerminan dari pergerakan harga saham.
negatif
terhadap
pasar
modal,
mengingat
sebagian besar perusahaan yang go-public di
BEI mempunyai hutang luar negeri dalam
bentuk
valuta
asing.
Produk-produk
yang
dihasilkan oleh perusahaan publik tersebut
banyak menggunakan bahan yang memiliki
kandungan impor tinggi. Pemerintah mempunyai
peran penting untuk meredam melemahnya nilai
tukar rupiah, misalnya dengan menaikkan suku
bunga SBI.
Gambar 1. Grafik Pergerakan IHSG di BEI
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012
Rasio kapitalisasi pasar saham terhadap
PDB tahun 2011 mencapai 48,9%. Total nilai
Perkembangan ekonomi yang meningkat
transaksi saham tahunan dengan peningkatan
setelah periode krisis, disertai kondisi politik dan
sebanyak 4 persen dari Rp 1.176 triliun pada
keamanan yang semakin membaik merupakan
2010 menjadi lebih dari Rp 1.223 triliun pada
kondisi yang kondusif bagi perkembangan
2011. Pencapaian positif indikator-indikator
industri. Membaiknya kondisi ekonomi tersebut
utama bursa didukung oleh kondisi fundamental
17 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
emiten-emiten yang tercatat di BEI. (BI, 2012).
S0
GDP per Capita
USD
4,000
3,511
3,500
2,981
3,000
2,500
2,211
P
E
1
2,298
1
1,900
2,000
1,625
1,500
1,000
Harga Saham (P)
807
771
2000
2001
925
1,095
1,181
P
1,294
E
0
D
0
1
500
D
0
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
0
2011
Q
Gambar 3. GDP Riil per Kapita Indonesia
0
Sumber : Bank Indonesia,2012
Kuantitas
Saham (Q)
Semakin meningkatnya GDP per kapita
Gambar 4. Kurva Permintaan dan Penawaran Saham
Sumber:
Bodie, Kane dan Marcus dalam Satingingsih
dkk, 2005
masyarakat Indonesia telah menopang konsumsi
Pada suatu periode tertentu, penawaran
domestik
sehingga
mampu
memberikan
saham adalah tetap sehingga kurvanya vertikal
pertumbuhan ekonomi nasional yang relatif
seperti ditunjukkan oleh kurva S0. Permintaan
tinggi.
pasar merupakan permintaan agregat dari
Secara umum faktor domestik berupa
sejumlah investor, sehingga kurvanya relatif
faktor-faktor fundamental suatu negara seperti
horizontal seperti ditunjukkan oleh kurva D0.
inflasi, pendapatan nasional, jumlah uang yang
Keseimbangan
beredar,
dan
penawaran dan permintaan agregat berpotongan
pertumbuhan GDP berpengaruh pada ekspektasi
yang terjadi pada titik E0. Karena kurva
investor sehingga berpengaruh pada pergerakan
penawaran bersifat tetap maka pergerakan harga
Indeks (Husnan, 2000).
saham
suku
bunga,
nilai
tukar
harga
diakibatkan
terjadi
oleh
saat
kurva
pergerakan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
(pergeseran) kurva permintaan. Ketika kurva
pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi,
permintaan naik dari D0 menjadi D1, maka
dan
keseimbangan baru terjadi pada harga yang
pertumbuhan GDP terhadap pergerakan
IHSG di Bursa Efek Indonesia.
lebih tinggi (harga naik) yaitu P1. Jadi perilaku
harga
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pergerakan Harga Saham (Volatilitas)
suatu
saham
merupakan
cermin
permintaan agregat dari para investor.
Dengan
demikian
pergerakan
harga
Pergerakan harga saham ditentukan oleh
saham disebabkan oleh pergerakan kurva
dinamika penawaran (supply) dan permintaan
demand, maka faktor-faktor penggeser demand
(demand).
seperti harga saham-saham lainnya, pendapatan
investor dan jumlah investor menjadi faktorVolume 1, No. 2, Mei 2013
- 18
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
faktor yang mempengaruhi perubahan indek
Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan
harga saham.
waktu dasar (base period) dan waktu yang
sedang
Investasi di Pasar Modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa datang.
Umumnya invetasi dikategorikan dua jenis
yaitu, real assets dan financial assets. Aset riil
bersifat berwujud seperti gedung, kendaraan
tanah.
Sedangkan
(given/parent
period),
(Jogiyanto, 2000).
Investasi merupakan penanaman modal
serta
berjalan
aset
keuangan
merupakan dokumen klaim tidak langsung
pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang
menerbitkan sekuritas tersebut.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
menggambarkan suatu rangkaian informasi
historis mengenai pergerakan harga saham
gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal
tertentu. Pergerakan harga saham tersebut
disajikan
setiap
hari,
berdasarkan
harga
penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks
tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks
harga saham gabungan berubah setiap hari
karena, (1) perubahan harga pasar yang terjadi
setiap hari, (2) adanya saham tambahan
Pasar modal mempunyai peranan penting
dalam suatu negara karena pasar modal
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi
keuangan dan fungsi ekonomi. Dalam fungsi
(masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa
Efek, atau terjadinya tindakan corporate action
berupa stock split, right, waran, deviden saham,
saham bonus, dan saham konversi).
ekonomi pasar modal menyediakan fasilitas
memindahkan dana dari pihak yang kelebihan
dana ke pihak yang memerlukan dana. (Husnan,
2000).
Ada beberapa pendekatan atau metode
perhitungan yang digunakan untuk menghitung
indeks,
yaitu:
(1)
menghitung
rata-rata
(arithmetic mean) harga saham yang masuk
dalam
Indeks Harga Saham Gabungan
anggota
indeks,
(2)
menghitung
(geometric mean) dari indeks individual saham
Untuk mengukur kinerja saham yang
diperdagangkan di bursa digunakan suatu
indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). IHSG merupakan angka indeks harga
saham yang sudah disusun dan dihitung
sehingga menghasilkan trend, dimana angka
yang masuk anggota indeks, (3) menghitung
rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya
semua
indeks
harga
saham
gabungan
(composite) menggunakan metode rata-rata
tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia
(BEI, 2012).
indeks adalah angka yang diolah sedemikian
rupa
sehingga
dapat
digunakan
membandingkan kejadian yang dapat berupa
perubahan harga saham dari waktu ke waktu.
19 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Faktor-faktor Ekonomi yang diperkirakan
mempengaruhi Indeks Harga Saham
Nilai Tukar
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Kurs
terpenting
merupakan
dalam
salah
satu
perekonomian
harga
terbuka
digunakan
jangka
bagi
keuangan
berjalan
maupun
variabel-
Bank
Indonesia
untuk
mengendalikan likuiditas perekonomian. Untuk
mengingat pengaruhnya yang demikian besar
transaksi
oleh
pendek,
sebagai
SBI
dijadikan
tolak
ukur
instrumen
bank-bank
variabel makro yang lainnya. Oleh karena itulah,
pemerintah, swasta nasional dan swasta asing
kurs juga merupakan sebuah harga aktiva atau
dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan,
harga asset (asset price), sehingga prinsip-
deposito dan pinjaman.
prinsip pengaturan harga asset-asset lainnya
Dalam kondisi normal fungsi utama SBI
juga berlaku dalam pengaturan kurs, (Salvatore,
adalah menjaga uang yang beredar berada dalam
2007).
jumlah yang optimal dan juga mencegah
Nilai tukar terbagi atas nilai tukar riil (real
meningkatnya permintaan dana oleh masyarakat
exchange rate) dan nilai tukar nominal (nominal
dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk
exchange rate). Nilai riil
keperluan transaksi (Bank Indonesia, 2012).
adalah nilai yang
digunakan untuk menukar barang dan jasa dari
Hasil penelitian Haryanto dan Riyatno
suatu negara dengan barang dan jasa dari negara
(2007) membuktikan bahwa besarnya suku
lain. Sedangkan nilai tukar nominal adalah nilai
bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik
yang digunakan untuk menukar mata uang suatu
perusahaan. Semakin kecil suku bunga Bank
negara dengan mata uang negara lain, (Mankiw,
Indonesia maka semakin besar risiko sistematik
2003).
saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan
Para
balance”
pendukung
meyakini
model
bahwa
“portfolio-
harga
saham
patokan dalam menentukan besarnya bunga
kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang
mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif.
tinggi
tidak
menggairahkan
perkembangan
Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan
usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga
(wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai
bank yang lain juga tinggi.
tukar uang melalui permintaan uang. Sebagai
contoh semakin tinggi harga saham akan
semakin tinggi permintaan uang, sehingga hal ini
akan menarik minat investor asing untuk
menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi
apresiasi terhadap mata uang domestik. (Saini
Inflasi
Inflasi adalah kencenderungan dari hargaharga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya
dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
dkk., 2002)
atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari
harga barang-barang lain (Boediono, 2000).
Suku Bunga SBI
Sertifikat
Bank
Indonesia
(SBI)
merupakan salah satu instrumen pasar uang yang
Secara keseluruhan, inflasi yang sedang
berlangsung tergantung pada
Volume 1, No. 2, Mei 2013
(i)
- 20
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang
dari output perekonomian disebut GDP nominal,
inflasi atau senjang resesi, (ii) kenaikan biaya
sedangkan GDP riil mengukur output yang
yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar
dinilai pada harga konstan. Deflator GDP
yang datang terutama sisi penawaran (Nopirin,
mengukur harga output relatif terhadap harganya
2000).
pada tahun dasar (Mankiw, 2003).
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya
dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu
panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi
mengalami
melebihi
permintaan
kapasitas
atas
produk yang
penawaran
produknya,
sehingga harga-harga cenderung mengalami
kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi akan
menyebabkan
penurunan
daya
beli
uang
(purchasing power of money) serta dapat
mengurangi
tingkat
pendapatan
riil
yang
diperoleh investor dari investasinya. Jadi inflasi
yang
tinggi
menyebabkan
menurunnya
keuntungan perusahan, sehingga efek ekuitas
menjadi kurang kompetitif (Tandelilin, 2001).
Penelitian Sebelumnya
Hardiningsih, dkk (2002) menyatakan
bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
berpengaruh negatif terhadap return saham.
Kewal
(2012)
menyatakan
kurs
rupiah
berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan
tingkat
inflasi,
suku
bunga
SBI
dan
pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap IHSG. Setyorini dan
Supriyadi (2000), dalam penelitian hubungan
dinamis antara nilai tukar rupiah dan harga
saham di Bursa Efek Jakarta Pasca penerapan
sistem
devisa
bebas
mengambang
mengemukakan hasil penelitian bahwa terjadi
pengaruh negatif dan signifikan nilai tukar
Pertumbuhan GDP
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP) adalah nilai pasar
rupiah terhadap harga saham.
Hooker
(2004)
dalam
penelitiannya
semua barang dan jasa akhir yang diproduksi
menemukan tingkat bunga berpengaruh negatif
dalam perekonomian selama kurun waktu
terhadap return pasar. Gjerde dan Saettem
tertentu (Mankiw, 2003).
(1999) yang mengkaji hubungan sebab akibat
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
antara
return
saham
dengan
variabel
Domestic Product (GDP) dapat diukur dengan
makroekonomi memperoleh hasil perubahan
dua cara: (1) sebagai arus
produk jadi; (2)
suku bunga riil berpengaruh secara negatif
sebagai total biaya atau penghasilan dari input
dengan harga saham, perubahan suku bunga riil
yang
juga mempengaruhi tingkat inflasi. Hasil
menghasilkan
output.
Karena
laba
merupakan hasil sisa, kedua pendekatan akan
penelitian
menghasilkan total GDP yang sama persis
mempengaruhi secara negatif return semua
(Samuelson dan Nordhaus, 2004).
portofolio yang diteliti.
Untuk mengukur nilai uang yang berlaku
21 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Utami
Kandir
dan
(2008),
Rahayu
tingkat
(2003)
bunga
hasilnya
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
membuktikan bahwa profitabilitas, suku bunga,
yang berpengaruh positif terhadap harga saham
inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama
sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh.
mempengaruhi harga saham di pasar modal
Mansur
(2004)
penelitian
mengenai
secara signifikan. Sedangkan Suciwati dan
pengaruh indeks bursa global terhadap IHSG di
Desak Putu (2002), nilai tukar berpengaruh
BEI
positif terhadap return saham sebelum terjadi
menyatakan hasil penelitiannya bahwa indeks-
depresiasi dan berpengaruh negatif setelah
indeks bursa global secara bersama-sama
terjadinya depresiasi.
memberi pengaruh yang signifikan terhadap
Untuk
penelitian
yang
dilakukan
selama
periode
tahun
2000-
2002,
IHSG di BEI.
dibeberapa negara, diantaranya penelitian yang
Haryanto
dan
Riyatno (2007)
yang
dilakukan Ma dan Kao (1990) menemukan
meneliti tentang pengaruh suku bunga SBI dan
bahwa dengan menggunakan data untuk enam
kurs
negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik
perusahaan di BEI menyatakan suku bunga SBI
berpengaruh negatif pada pergerakan harga
dan kurs mempengaruhi resiko sistematik
saham domestik. Namun dalam penelitian yang
saham namun hasilnya tidak signifikan pada
dilakukan Frank dan Young (dalam Saini dkk,
dua karakteristik yang berbeda. Handayani
2002) yang meneliti US MNCs (United State
(2007), penelitiannya membuktikan bahwa
Multi
tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap
National
bahwa
tidak
Corporations)
ada
pola
menemukan
yang
pasti
(no
recognizable pattern) dari hubungan harga
terhadap
resiko
sistematik
saham
IHSG, sedangkan kurs dollar AS dan tingkat
inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG.
saham dengan nilai tukar uang.
Mok (1993) dalam penelitian Causality of
Interest Rate, Exchange Rate, and Stock price
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka
teori
dan
at Stock Market Open and Close in Hongkong
permasalahan, hipotesisnya adalah nilai tukar
dengan model analisis Arima tidak menemukan
rupiah, suku bunga SBI dan inflasi mempunyai
hubungan yang signifikan antara kedua variabel
pengaruh negatif, sedangkan pertumbuhan GDP
suku bunga terhadap harga saham.
mempunyai
Almilia
(2004)
menyatakan
bahwa
semakin tinggi inflasi semakin menurunnya
profitabilitas
mengakibatkan
perusahaan
turunnya
dan
dapat
harga
saham
pengaruh
positif
terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
perusahaan tersebut. Sangkyun (1997) yang
Untuk melihat seberapa besar pengaruh
meneliti kaitan antara variabel makro, IHK,
nilai tukar rupiah, inflasi, suku bunga SBI dan
GDP, tingkat inflasi, dan suku bunga terhadap
pertumbuhan GDP terhadap pergerakan IHSG
harga saham menemukan bahwa hanya GDP
di BEI selama kurun waktu 43 kuartal mulai
Volume 1, No. 2, Mei 2013
- 22
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
bulan Maret 2003 sampai dengan September
Uji Multikolineritas
2012, dianalisa dengan metode Ordinary Least
Berdasarkan
Square (OLS) dengan fungsi persamaan:
data
yang
diolah
menunjukkan bahwa nilai tukar, suku bunga
SBI, inflasi, dan pertumbuhan GDP mempunyai
IHSG = . f
(KURS,
Inflasi,
SBI,
Pertumbuhan GDP) ……....(1)
Metode analisis yang digunakan adalah
persamaan regresi linear berganda (Gujarati,
2006) dengan model:
nilai tolerance kurang dari 10% yang berarti
tidak
terdapat
korelasi
antar
variabel
independen yang nilainya lebih dari 90 persen.
Hasil VIF juga terlihat tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
Y = α + β1 X 1 + β 2 X 2 + β3 X 3
multikolinearitas.
+ β4 X4 + e ……………………. (2)
Uji Heterokedastisitas
Persamaan (1) dan (2) dimodifikasi ke
Berdasarkan hasil olahan data dengan
dalam model penelitian ini dengan rumus
menggunakan metode grafik, maka didapatkan
persamaan regresi:
hasil uji heterokedastisitas.
IHSG = α + β1 KURS + β2 SBI + β3 INF +
β4GDP+e ……………….. (3)
dimana:
IHSG
: Indeks Harga Saham Gabungan
α
: konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi
KURS
: Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
US (Rp : $)
SBI
: Suku bunga SBI (persen)
Gambar 5. Hasil Uji Heterokedastisitas
INF
: Inflasi (persen)
Sumber: Data sekunder yang diolah.
GDP
: Pertumbuhan GDP (Rp)
e
: error
Berdasarkan uji heterokedastisitas, dapat
diperhatikan bahwa sebaran data ada di sekitar
HASIL PEMBAHASAN
titik nol dan tidak tampak adanya suatu pola
Uji Asumsi Klasik
tertentu pada sebaran data tersebut. Oleh karena
Untuk mendapat estimasi yang terbaik,
itu dapat disimpulkan bahwa untuk penelitian
data sekunder tersebut dilakukan pengujian
ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
asumsi regresi klasik.
gletsjer menunjukkan bahwa semua variabel
bebas tidak signifikan terhadap nilai absolute
23 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
residual regresi. Hal ini menandakan bahwa
pada model regresi yang terbentuk bebas dari
gejala heterokesdastisitas.
Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas
terhadap Variasi Variabel Terikat
Hubungan
antara
variabel-variabel
independen penelitian yaitu nilai tukar, SBI,
Inflasi, dan pertumbuhan GDP secara bersama-
Uji Normalitas
Berdasarkan
hasil
uji
Kolmogorov
Smirnov diketahui Kurs = 1.208 ; SBI = 1.135 ;
INF = 1.190 ; GDP = 0.801 ; IHSG = 0.834.
Hasil ini menunjukkan nilai signifikansi uji
lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan data
yang digunakan dalam regresi berdistribusi
sama dengan IHSG sebagai variabel dependen
terlihat pada Koefisien R = 0,971 menunjukkan
hubungan yang kuat atara variabel independen
dengan variabel dependen. Nilai R square
sebesar 0,943 yang berarti bahwa 94,3%
perubahan IHSG dapat dijelaskan oleh keempat
variabel bebas yaitu: nilai tukar, SBI, inflasi,
normal.
dan pertumbuhan GDP. Sedangkan sisanya
Uji Autokorelasi
5,7% dipengaruhi oleh sebab‐sebab lain di luar
Pada uji regresi menghasilkan nilai
Durbin‐Watson
sebesar
1.731.
model.
Dengan
Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F
demikian, nilai Durbin Watson tersebut berada
sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari
pada interval 1,55 sampai dengan 2,46 sehingga
derajat kesalahan yaitu sebesar 5 persen. Dari
model regresi linier berganda tersebut tidak
hasil uji F ini berarti nilai tukar, SBI, inflasi dan
terjadi gejala autokorelasi.
pertumbuhan GDP (variabel bebas) secara
simultan
Perumusan Model Persamaan Regresi
Berdasarkan output regresi linear, model
berpengaruh
signifikan
terhadap
pergerakan IHSG (variabel terikat).
Hasil
uji
signifikan
secara
parsial
pengaruh nilai tukar, suku bunga SBI, inflasi,
regresi berganda dirumuskan:
dan pertumbuhan GDP terhadap IHSG diuji
IHSG = 3344,443- 0,363Kurs + 33,163Inf +
0,002GDP
dengan uji t dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Persamaan regresi menunjukkan bahwa
konstanta sebesar 3344,443. Koefisien regresi
untuk nilai tukar (kurs) sebesar -0,363, suku
bunga SBI sebesar
-70,354 dan
pertumbuhan GDP sebesar 0,002.
Volume 1, No. 2, Mei 2013
- 24
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tabel 1. Hasil Uji Satatistik T
Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
B
Error
1 (Constant)
3344.443
803.935
KURS
-.363
.082
SBI
-70.354
33.750
INF
33.163
21.924
GDP
.002
.000
a. Dependent Variable: IHSG
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
T
Sig.
Beta
-.183
-.157
.099
.919
Collinearity
Statistics
Tolerance
4.160
-4.429
-2.085
1.513
17.379
.000
.000
.044
.139
.000
.886
.264
.348
.538
VIF
1.129
3.781
2.872
1.858
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Kemampuan
nilai
tukar
(Kurs)
mempengaruhi IHSG
Berdasarkan Tabel diketahui nilai tukar
menghasilkan nilai t hitung sebesar
Kemampuan SBI mempengaruhi IHSG
-4,429.
Berdasarkan Tabel diketahui bahwa suku
Variabel ini mempunyai tingkat signifikansi
bunga SBI menghasilkan nilai t hitung sebesar -
sebesar 0,000. Dibandingkan dengan derajat
2,085 dan mempunyai tingkat signifikansi
kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini
sebesar 0,044. Dibandingkan dengan derajat
termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel
kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini
nilai tukar lebih kecil dari derajat kesalahan
termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel
artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil
SBI lebih kecil dari derajat kesalahan yang
uji t disimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh
artinya bahwa H0 ditolak dan Ha dapat diterima.
negatif dan signifikan terhadap pergerakan
Dari hasil uji t disimpulkan bahwa suku bunga
IHSG. Hasil penelitian ini sesuai dengan
SBI
penelitian
terhadap pergerakan IHSG. Hasil penelitian ini
dilakukan
Hardiningsih,
dkk
oleh
(2002),
Kewal
(2012),
Setyorini
dan
Supriyadi (2000).
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kandir (2008), Hooker (2004) dan Gjerde
Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap
dan Saettem (1999).
IHSG menunjukkan hasil yang negatif dan
Kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat
signifikan. Mengindikasikan apabila nilai tukar
meningkatkan beban perusahaan (emiten) untuk
rupiah meningkat (rupiah terdepresiasi), maka
memenuhi
akan menurunkan indeks harga saham, dan
sehingga menurunkan laba perusahaan dan
sebaliknya. Hasil penelitian juga konsisten
akhirnya harga sahampun turun. Kenaikan suku
kepada
bank
“portfolio-
bunga SBI juga potensial mendorong investor
balance” meyakini harga saham mempengaruhi
mengalihkan dananya ke pasar uang (tabungan)
nilai tukar uang secara negatif (Saini dkk., 2002).
maupun deposito.
dengan
25 -
teori,
dimana
model
kewajiban/utang
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Keuntungan yang tinggi menjadi daya tarik
Kemampuan Inflasi mempengaruhi IHSG
bagi para investor untuk membeli saham
Berdasarkan
Tabel
diketahui
bahwa
Inflasi menghasilkan nilai t hitung sebesar
1,513 dan mempunyai tingkat signifikansi
perusahaan
tersebut,
sehingga
akan
meningkatkan indek harga saham di pasar
modal (Tandelin, 2001).
sebesar 0,139. Apabila dibandingkan dengan
derajat kesalahan sebesar 5 persen, tingkat
signifikansi
Inflasi
lebih
besar.
Hal
ini
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
menunjukkan H0 diterima dan Ha ditolak. Dari
hasil uji t disimpulkan bahwa Inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
dalam
terhadap
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Kewal
(2012), Sangkyun (1997) dan Mok (1993).
Kemampuan
Pertumbuhan
mempengaruhi IHSG.
GDP
signifikansi
dan
mempunyai
tingkat
0,000.
Apabila
sebesar
dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar
5 persen, tingkat signifikansi GDP lebih kecil,
yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
Dari
hasil
uji
t
disimpulkan
bahwa
pertumbuhan GDP berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sangkyun (1997).
Pertumbuhan
pertumbuhan
ekonomi
GDP
ekonomi,
membaik
masyarakatpun
akan
maka
pertumbuhan
daya
beli
meningkat
dan
memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk
meningkatkan
penjualan,
berarti bahwa 94,3% pergerakan IHSG
dapat dijelaskan keempat variabel bebas
nilai
tukar,
SBI,
inflasi,
dan
pertumbuhan GDP. Sisanya 5,7 persen
2. Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F,
menunjukkan nilai tukar, SBI, inflasi dan
pertumbuhan
GDP
secara
simultan
berpengaruh signifikan terhadap pergerakan
IHSG.
3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar,
suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP
berpengaruh signifikan, sedangkan inflasi
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
terhadap pergerakan IHSG.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti
mengindikasikan
jika
1. Nilai R square diketahui sebesar 0,943 yang
dipengaruhi sebab lain di luar model.
pertumbuhan GDP menghasilkan nilai t hitung
17,379
pembahasan, maka kesimpulannya yaitu :
yaitu:
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa
sebesar
Berdasarkan hasil analisis data dan
sehingga
menyarankan sebagai berikut:
1. Sebaiknya
otoritas
mengendalikan
moneter
IHSG
dalam
memprioritaskan
pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku
bunga
SBI
dan
pertumbuhan
GDP,
sehingga memperkuat pengendalian dan
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Volume 1, No. 2, Mei 2013
- 26
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
stabilitas pasar saham di BEI.
2. Untuk penelitian selanjutnya, dianggap
perlu mengkaji kembali faktor-faktor lain
yang
dapat
IHSG,
mempengaruhi
misalnya
faktor
pergerakan
fundamental
perusahaan seperti laba, rugi, dan faktor
internal
perusahaan
(emiten),
serta
peraturan pemerintah dan undang-undang
yang mengatur tentang pasar modal.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Almilia, L.S., 2004. Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu
Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ. Simposium
Nasional Akuntansi. Ke.VL. HaI. 546-564.
Robbert, A., 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta:
Mediasoft.
Badan Pusat Statistik, 2012. Tabel input-output
Indonesia. Jakarta: BPS.
Bank Indonesia, 2012. Indonesia Financial Statistic.
Jakarta: BI.
Bursa Efek Indonesia, 2012. Buku Panduan Indeks
Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek
Indonesia.
Gujarati, D.N., 2006. Dasar-dasar Ekonometrika.
Jilid 1. Alih Bahasa Julius Mulyadi. Jakarta:
Salemba Empat.
Handayani, 2007. Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai
Kurs Dollar AS dan Tingkat Inflasi Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi
di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Keuangan dan
Bisnis. Vol. 5, No.l Maret 2007, Hal 55-67.
Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo, 2000.
Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di
Pasar Modal Indonesia. Jakarta: BEJ.
Haryanto, M., dan Dedi Riyatno, 2007. Pengaruh
Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs Terhadap
Resiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ.
Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5, No.l Maret
2007, Hal 24-40.
Husnan, S., 2000. Dasar-dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas di Pasar Modal. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Hooker, M.A., 2004. Macroeconomic Factors and
Emerging Market Equity Returns: A Bayesian
Model Selection Approach. Journal Emerging
Markets Review. 5:379‐387.
Jogiyanto, H., 2000. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Kandir, S. Y., 2008. Macroeconomic Variables, Firm
27 -
Volume 1, No. 2, Mei 2013
Characteristics and Stock Returns: Evidence
from Turkey. International Research Journal of
Finance and Economics. ISSN 1450‐2887
Issue 16
Kewal, S.S., 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,
Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap IHSG.
Jurnal Economia. Volume 8. No. 1, April 2012,
Hal 53-64.
Ma, C.K., and Kao, G.W., 1990. On Exchange Rate
Changes and Stock Prices Reaction. Journal of
Business Finance and Accounting. Hal. 441-49.
Mankiw, N. G., 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi
kelima. Alih Bahasa Imam Nurmawan. Jakarta:
Erlangga.
Mansur, M., 2004. Pengaruh Indeks Bursa Global
Terhadap IHSG pada Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Periode
2000-2002.
Fakultas
Ekonomi
Universitas Padjajaran Bandung.
Mok, H. M., 1993. Causality of Interest Rate,
Exchange Rate, and Stock price at Stock Market
Open and Close in Hongkong. Asia Pacific
Journal of Management. VoI.X. hal 123-129
Nopirin., 2000. Ekonomi Moneter. Buku 2, Edisi ke 1.
Cetakan kesepuluh. Yogyakarta: BPFE UGM.
Saini, A., Muzawar dan M.Azali., 2002. Stock Price
and Exchange Rate Interaction in Indonesia: An
Empirical Inquiry. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Indonesia. Volume L No.3. Hal 311324.
Salvatore., 2007. Ekonomi Internasional. Jilid 2. Alih
Bahasa Haris Munandar. Jakarta: Erlangga.
Samuelson dan Nordhaus., 2004. Ilmu Makro
Ekonomi. Edisi Tujuh Belas. PT. Media Jakarta:
Global Edukasi.
Sangkyun, P., 1997. Rationality of negative Stock
Price Responses to Strong Economics Activity.
Journal Financial Analyst. Sept/Oct 1997. Hal.
35-43.
Satiningsih, 2005. Pergerakan Harga Saham dan
Pengukuran Pengembalian Resiko Saham
BUMN. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Setyorini, dan Supriyadi., 2000. Hubungan Dinamis
antara Nilai Tukar Rupiah dan Harga Saham di
Bursa Efek Jakarta Pasca Penerapan Sistem
Devisa Bebas Mengambang. Simposium
Akuntansi Nasional. Ke III. Hal 771-793.
Suciwati, D.P., 2002. Pengaruh Resiko Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Return Saham: Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Vo1.17 No.4: 347-360.
Tandelilin, E., 2001. Analisis Investasi dan
Manajemen Fortofolio. Yogyakarta: BPFE.
Taylor, J.B., 2000. Low Inflation, Pass through and
Pricing Power of Firm. Journal of Economic
Perspective.
Utami, M., dan Rahayu, Mudjilah., 2003.
Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar
Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi.
Jurnal Ekonomi Manajemen. Vol. S, No.2.
Hal 58-67.
Volume 1, No. 2, Mei 2013
- 28
Download