keanekaragaman lumut (bryophyta) di kawasan hutan lindung aek

advertisement
 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan
Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya
(mega biodiversity). Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity)
adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai
bentuk serta variabilitas hewan, tanaman serta jasad renik di dunia. Diperkirakan
30% tanaman dan 90% hewan di Indonesia belum didata dengan lengkap dan
didokumentasikan secara ilmiah (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Kawasan hutan Indonesia umumnya merupakan hutan hujan tropis. Hutan
hujan tropis terkenal dengan keanekaragaman flora termasuk di dalamnya jenis
bryophyta (lumut). Menurut Touw (1978), Bryophyta terdiri dari 1500-2000 jenis
mosses (lumut sejati) dan 1500-2000 jenis liverwort (lumut hati) yang mewakili 20%
- 30% seluruh jenis Bryophyta.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada
substrat berupa pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan
kondisi lingkungan lembab, dan penyinaran yang cukup. Di dalam kehidupannya,
faktor lingkungan sangat berpengaruh, seperti iklim mikro yang lebih berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan lumut dari pada faktor makro. Selain itu,
dilaporkan satu pohon merupakan habitat komplek bagi lumut. Perlekatan dan
ketahanan hidupnya pada pohon akan dipengaruhi oleh karakter perubahan kulit kayu
Universitas Sumatera Utara
dari ranting yang termuda hingga cabang yang tua. Demikian juga dengan intensitas
cahaya yang sampai pada permukaan pohon tersebut (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari
keanekaragaman hayati yang belum banyak diteliti karena sepintas nampak tidak
menarik perhatian dan bahkan sering dianggap sebagai penyebab lingkungan terlihat
kotor. Namun, bila diperhatikan secara seksama beberapa jenis tumbuhan lumut ini
cukup menarik, baik dari warna maupun kehidupannya yang berkelompok
membentuk bantalan seperti karpet, seperti yang terdapat di Hutan Lindung Aek
Nauli Simalungun.
Penelitian keanekaragaman lumut di beberapa daerah di Indonesia telah
dilakukan antara lain di Sulawesi tercatat 106 jenis (Dixon, 1916), dan di Borneo
dilaporkan 607 jenis (Touw, 1978). Di samping itu beberapa pulau yang termasuk
dalam kawasan kepulauan Sunda Kelapa pernah juga dilaporkan jumlah lumut
daunnya, yaitu di Bali tercatat 169 jenis, Lombok 152 jenis, Sumbawa 44 jenis,
Flores 278 jenis, dan Timor 46 jenis (Touw, 1978), sedangkan keragaman lumut daun
(Musci) di Bogor dan sekitarnya pernah dilaporkan oleh Fleischer 1900-1908
berjumlah 452 jenis. Dalam rangka pembuatan taman lumut di Kebun Raya Cibodas
telah dilakukan eksplorasi di beberapa tempat di Jawa Barat seperti Gunung Gede
Pangrango, Gunung Salak, Gunung Geulis Cianjur, dan beberapa tempat lain seperti
Gunung Slamet di Jawa Tengah, Jambi dan Kalimantan. Jumlah yang telah dikoleksi
dan tersedia untuk ditanam di kebun koleksi lumut sebanyak 235 jenis (Hasan dan
Ariyanti, 2004)
Universitas Sumatera Utara
Hutan Lindung Aek Nauli Kabupaten Simalungun merupakan salah satu
kawasan hutan yang potensial untuk habitat dari keanekaragaman tumbuhan lumut.
Hutan tersebut adalah hutan dataran tinggi di daerah Sumatera Utara yang memiliki
ketinggian ±1200-1750 mdpl. Kawasan hutan tersebut memiliki bulan basah (Curah
Hujan 7200 mm/bulan) selama sembilan bulan berturut-turut, kisaran suhu antara
150C - 230C, serta kelembaban yang tinggi ± 95% (BKSDA 1 SUMUT, 2003).
Bryophyta merupakan salah satu bagian kecil dari flora yang belum banyak
tergali juga merupakan salah satu bagian penyokong keanekaragaman flora.
Keanekaragaman tumbuhan Bryophyta di wilayah Sumatera belum banyak terungkap
khususnya di Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun. Hal ini didasarkan hasil
pengecekan spesimen koleksi herbarium di Herbarium Bogoriense tidak pernah
ditemukan spesimennya maupun laporannya tentang lumut Sumatera. Berdasarkan
hal tersebut perlu dilakukan penelitian di Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun.
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana keanekaragaman tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek
Nauli Simalungun?
2.
Bagaimana habitat spesies tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek
Nauli Simalungun?
3.
Bagaimana frekuensi jenis tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek
Nauli Simalungun?
Universitas Sumatera Utara
4.
Bagaimana dominansi tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Aek Nauli
Simalungun?
5.
Bagaimana asosiasi tumbuhan lumut dengan inangnya?
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.
Mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan lumut di Kawasan Hutan
Lindung Aek Nauli Simalungun.
2.
Mengetahui habitat spesies tumbuhan lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek
Nauli Simalungun.
3.
Mengetahui frekuensi jenis-jenis lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli
Simalungun.
4.
Mengetahui dominansi jenis-jenis lumut di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli
Simalungun.
5.
Mengetahui Asosiasi tumbuhan lumut dengan inangnya.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Sebagai bahan informasi dan data tentang
berbagai jenis tumbuhan lumut
(Bryophyta) di Kawasan Hutan Lindung Aek Nauli Simalungun, sebagai sumber
plasma nutfah yang belum banyak digali manfaatnya.
2. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti agar termotivasi menggali potensi
yang terdapat pada lumut sebagai bahan obat-obatan ataupun untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
jenis struktur kandungan tanah misalnya Polytricum commune yang menunjukkan
adanya kapur pada habitatnya.
3. Sebagai sumber informasi bagi Dinas Kehutanan dan masyarakat dalam
pengelolaan konservasi keanekaragaman hayati.
Universitas Sumatera Utara
Download