PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN
SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT MAAG DI FAKULTAS
FARMASI USD
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yosephine Charisma Agrilia Sundoro
NIM : 138114143
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN
SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT MAAG DI FAKULTAS
FARMASI USD
SKRIPSI
Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yosephine Charisma Agrilia Sundoro
NIM : 138114143
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku tahu, bahwa Engkau sanggup
melakukan segala sesuatu, dan tidak
ada rencana-Mu yang gagal
Ayub 42:2
Karya ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yang Maha Esa,
Mama, Papa, dan Adikku tercinta
Keluarga dan Sahabat,
serta Almamaterku Sanata Dharma
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan, rahmat, dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Pengembangan Materi dan Metode
Pelatihan Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi KIE Obat Maag di Fakultas Farmasi
USD” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah berbagi ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi, memberikan semangat dan motivasi,
serta kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Ibu Dra. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Ph.D., Apt. dan Ibu Putu Dyana
Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua masukan dan saran,
serta dukungan yang membangun selama proses penyusunan skripsi.
3.
Kedua orang tua ku tercinta Bapak Yulius Agung Sundoro dan Ibu Indah
Murdianingsih, adikku Graciella Girlani Chavara Sundoro dan seluruh keluarga
yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.
4.
Para pemeran pasien simulasi, kakak mahasiswa PSPA, praktisi apoteker, dan
teman-teman mahasiswa S1 yang telah membantu dalam penelitian ini.
5.
Teman-teman seperjuangan skripsi Kinanti Dita, Febry Nawacatur, Yunita,
Francisca Natasha, Francisca Aninda, dan Stephanie Afrillia yang selalu
memberikan semangat dan dukungan.
6.
Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan Afni Meliana Putri dan Ika
Nur Rahma.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
Teman-teman penulis yang selalu berbagi suka dan duka selama masa kuliah
Keke, Nawa, Yunita, Noni, Reny, Rosa, Dini, Elin, Ninda, Tari, Natalia, kelas
FSM D, dan Kelas FKK C.
8.
Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima semua kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak agar hasil karya dapat lebih baik dan
bermanfaat, terutama di bidang kefarmasian. Terimakasih.
Yogyakarta, 7 Februari 2017
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................
i
Halaman Persetujuan Pembimbing ........................................................................
ii
Halaman Pengesahan .............................................................................................
iii
Peryataan Keaslian Karya ......................................................................................
iv
Lembar Persetujuan Publikasi ................................................................................ v
Halaman Persembahan ........................................................................................... vi
Prakata .................................................................................................................... vii
Daftar Isi ................................................................................................................
ix
Daftar Gambar .......................................................................................................
xi
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xii
Abstrak ................................................................................................................... xiii
Abstract ..................................................................................................................
xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................
1
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 3
Rancangan dan Subyek Penelitian .................................................................
3
Tahap Persiapan .............................................................................................
3
Pembuatan Pedoman Pelatihan .............................................................. 3
Pembuatan Skenario Kasus .................................................................... 3
Pembuatan Instrumen Evaluasi .............................................................. 3
Pemilihan Pasien Simulasi ..................................................................... 4
Implementasi Penelitian ................................................................................. 4
Analisis Data .................................................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................
5
Pedoman Pelatihan ......................................................................................... 5
Skenario .................................................................................................
5
Instrumen Evaluasi ................................................................................
6
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Performa Pasien Simulasi ..............................................................................
6
Uji Reliabilitas ...............................................................................................
8
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
10
LAMPIRAN ........................................................................................................... 11
BIOGRAFI PENULIS ...........................................................................................
x
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Rata-rata hasil penilaian performa PS kasus non resep ....................
Gambar 2.
Rata-rata hasil penilaian performa PS kasus resep ........................... 7
xi
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Apoteker ................................................................
11
Lampiran 2. Informed Consent Mahasiswa PSPA ................................................... 12
Lampiran 3. Informed Consent Pasien Simulasi....................................................... 13
Lampiran 4. Informed Consent Mahasiswa Farmasi ...............................................
14
Lampiran 5. Lembar Penilaian Kuantitatif Pasien Simulasi Skenario Non Resep .. 15
Lampiran 6. Lembar Penilaian Kualitatif Pasien Simulasi Skenario Non Resep ....
16
Lampiran 7. Lembar Penilaian Kuantitatif Pasien Simulasi Skenario Resep .......... 17
Lampiran 8. Lembar Penilaian Kualitatif Pasien Simulasi Skenario Resep ............ 18
Lampiran 9. Lembar Penilaian KIE Skenario Non Resep .......................................
19
Lampiran 10. Lembar Penilaian KIE Skenario Resep ............................................. 20
Lampiran 11. Contoh
perhitungan t-test tidak berpasangan
menggunakan
SPSS ........................................................................................................................
21
Lampiran 12. Contoh perhitungan Cohen’s kappa menggunakan SPSS ................. 22
Lampiran 13. Tabel Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi ...............................
xii
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Apoteker berperan penting dalam memberikan KIE kepada pasien dan selama ini
apoteker lebih banyak berperan di belakang layar. Hal ini kurang sesuai dengan
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan materi dan metode pelatihan yang sesuai dengan pasien simulasi
terkait pelayanan obat maag.
Penelitian ini termasuk kuasi eksperimetal. Subyek pada penelitian ini ialah
pasien simulasi yang telah melewati masa pelatihan. Pengambilan data dilakukan saat
penilaian pasien simulasi dan saat pemberian KIE yang dilakukan oleh mahasiswa S1.
Analisis data kuantitatif dari hasil checklist penilaian KIE mahasiswa dihitung dengan
t-test tidak berpasangan, kemudian dilakukan perhitungan Cohen’s kappa.
Hasil t-test tidak berpasangan kasus non resep adalah p=0,806 dan pada kasus
resep adalah p=0,095, sedangkan uji Cohen’s kappa pada kasus non resep 0,885 dan
pada kasus resep 0,782. Metode yang sesuai untuk melatih pasien simulasi yaitu
pasien simulasi dilatih satu per satu dan dilakukan perekaman video untuk
mengevaluasi performa pasien simulasi, seleksi pasien simulasi dilakukan untuk
memperoleh pasien simulasi dengan performa terbaik, performa pasien simulasi
dilihat dari checklist penilaian KIE. Skenario dibuat berdasarkan literatur dan
disesuaikan dengan syarat KIE. Checklist penilaian performa pasien telah disesuaikan
dengan skenario dan checklist rubrik penilaian KIE telah disesuaikan dengan
poin-poin KIE berdasarkan literatur.
Kata kunci : KIE, pasien simulasi, maag
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Pharmacists play an important role in providing the Communication, Information
and Education to patients and so far the pharmacist has a greater role behind the
scenes. However, this practice has not been appropriate for the Indonesian Pharmacist
Competence Standard. This research aimed to develop training materials and methods
according to the relevant simulated patients in ulcer drug services.
This study included quasi-experimental. Subjects in this study were simulated
patients who have passed the training period. Data was taken during the assessment of
a simulated patient and during the Communication, Information, and Education
conducted by undergraduate students. Quantitative data analysis of the results of
assessment’s checklist of Communication, Information and Education students was
calculated by independent t-test, then calculate Cohen's kappa.
Independent t-test result showed that the non-prescription case was p=0,806, while
the prescription case was p=0.095, with Cohen's kappa value of 0,885 on the
non-prescription case and 0,782 in prescription case. A suitable method for training
simulated patients was by doing the training of simulated patients one by one. Video
recording was also done in order to evaluate the performance of simulated patients.
Patient simulations selection were carried out to obtain simulated patients with the
best performance, while the performance of simulated patients was seen from
assessment’s checklist of Communication, Information, and Education. The scenario
was based on the literature and adapted to the requirements of Communication,
Information, and Education. In addition to that, patient performance assessment
checklist has been adapted to the scenario and checklist assessment, while the rubric of
Communication, Information, and Education has been adapted to the points of
Communication, Information, and Education based on the literature.
Keywords : Communication, Information and Education, simulated patient, ulcer
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan obat menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan
farmasi klinik yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pekerjaan kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Peran apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi
tersebut antara lain adalah pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang
membutuhkan (Depkes RI, 2014).
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat,
masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial. Untuk menghindari hal tersebut, apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang
rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, apoteker dituntut untuk melakukan monitoring
penggunaan obat, evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitasnya (Depkes RI, 2014).
Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan obat menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan
farmasi klinik yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pekerjaan kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Peran apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi
tersebut antara lain adalah pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang
membutuhkan (Depkes RI, 2014).
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat,
masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial. Untuk menghindari hal tersebut, apoteker harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan. Dalam melakukan praktik tersebut, apoteker
dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan obat, evaluasi serta mendokumentasikan
segala aktivitasnya (Depkes RI, 2014).
Pada prakteknya menurut Bertawati (2013) di Tegal 48,5% konsumen menyatakan kurang
puas terhadap apotek dan 73,7% konsumen apotek menyatakan kurang puas terhadap pelayaan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apoteker di apotek, konsumen cenderung kurang puas terhadap pelayanan kefarmasian yang
diberikan oleh apoteker. Proses investigasi pelayanan swamedikasi di Jakarta menunjukan
bahwa pelayanan swamedikasi masih banyak dilakukan oleh asisten apoteker (Purwanti,
Harianto, dan Supardi, 2004).
Penyelenggaraan pendidikan farmasi di Indonesia saat ini mengacu pada kurikulum
nasional yang ditetapkan oleh APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia) yaitu
Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Farmasi dan Kurikulum Program Pendidikan
Apoteker tahun 2008. Analisis situasi saat ini menunjukkan bahwa implementasi standar
kurikulum tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana farmasi maupun pendidikan
profesi apoteker masih sangat bervariasi dan terlihat dari adanya disparitas kualifikasi lulusan
antar Perguruan Tinggi Farmasi. Di sisi lain, orientasi kurikulum pendidikan farmasi belum
mampu menjawab tuntutan perubahan di tingkat lokal, nasional, maupun global, kurikulum
belum dirancang berbasis kompetensi, dan kurikulum pendidikan sarjana farmasi dan
pendidikan profesi apoteker belum terintegrasi menyeluruh (APTFI, 2013).
Berdasarkan silabus Farmakoterapi yang diperoleh dari beberapa Universitas, didapatkan
bahwa evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk menilai keberhasilan silabus berupa
diskusi, penyusunan makalah, tes essay, dan multiple choice questoion. Pada penelitian ini,
peneliti menawarkan cara evaluasi lain yang dapat digunakan dalam mengevaluasi
pembelajaran yang telah dilakukan selama perkuliahan, yaitu dengan menyiapkan alat evaluasi
berupa pasien simulasi. Cara evaluasi dengan pasien simulasi masih jarang dilakukan pada
mahasiswa farmasi. Keuntungan menggunakan alat evaluasi pasien simulasi adalah mahasiswa
dapat mempunyai gambaran mengenai apa yang akan mereka hadapi saat bekerja, serta melatih
mahasiswa dalam berkomunikasi dan melatih mahasiswa dalam menyelesaikan masalah dengan
waktu yang cepat. Pada penelitian ini, peneliti mengangkat materi mengenai obat
maag/dispepsia yang akan dilatihkan dalam pasien simulasi. Dispepsia/maag merupakan
penyakit tidak menular yang sering ditemukan dalam praktik sehari-hari.
Menurut WHO 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta
disebabkan oleh penyakit tidak menular. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan
menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,
29% disebabkan oleh penyakit tidak menular, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan
13% kematian. (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Sekitar 25% populasi di seluruh dunia
memiliki gejala dispepsia enam kali setiap tahunnya (Omega dan Mansyur, 2013). Berdasarkan
laporan SIRS tahun 2012 diketahui bahwa kunjungan pasien dispepsia pada unit rawat jalan di
Rumah Sakit di DIY menduduki peringkat ke 5 (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta,
2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan materi dan metode pelatihan
pasien simulasi untuk penyakit maag. Penelitian ini diharapkan menghasilkan materi dan cara
pelatihan pasien simulasi.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE PENELITIAN
Rancangan dan Subyek Penelitian
Penelitian mengenai Pengembangan Materi dan Metode Pelatihan Pasien Simulasi sebagai
Alat Evaluasi KIE Obat Maag di Fakultas Farmasi USD termasuk jenis penelitian kuasi
eksperimental.
Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu pemeran pasien simulasi sebanyak 5 orang
untuk pelatihan dan kemudian dipilih dua orang yang memenuhi kriteria untuk berperan dalam
KIE dengan mahasiswa farmasi. Kriteria inklusi pemeran pasien simulasi pada penelitian ini
adalah individu diluar bidang pendidikan kesehatan, berusia minimal 18 tahun, menandatangani
informed consent, bersedia mengikuti pelatihan sebelum akhirnya dinyatakan siap menjadi
pasien simulasi, bersedia berpartisipasi minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalakan, tepat
waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan, dan mampu bekerja sama dalam tim. Kemampuan
yang dapat mendukung pemeran pasien simulasi ialah mampu berimprovisasi (kalimat yang
diucapkan tidak menghafal dari skenario tetapi dapat memahami inti dari skenario dan dapat
mengembangkan selama melakukan KIE sehingga percakapan dapat berjalan dengan baik) serta
memiliki daya ingat yang baik.
Tahap Persiapan
Pembutan Pedoman Pelatihan
Pedoman pelatihan diperoleh dari studi literature Gastritis (National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, 2014) mengenai tanda, gejala, dan pengobatan
penyakit maag.
Pembuatan Skenario Kasus
Pembuatan skenario kasus obat maag berdasarkan studi literatur dan/atau
pengamatan/pengalaman pribadi. Skenario yang dibuat sejumlah dua skenario yang terdiri dari
skenario resep dan non resep. Skenario yang dibuat kemudian dilanjutkan dengan expert
judgement dan uji bahasa, kemudian direvisi. Skenario kasus tersebut digunakan untuk
pelatihan pasien simulasi dalam bentuk role play.
Pembuatan Instrumen Evaluasi
Checklist penilaian dibagi menjadi dua, yaitu checklist penilaian pasien simulasi dan
checklist penilaian untuk KIE obat maag. Checklist rubrik penilaian KIE obat maag diperoleh
dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan dengan Permenkes No.35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Isi checklist penilaian untuk KIE yaitu kemampuan
berkomunikasi dengan tenang dan jelas.
Data kuantitatif performa pasien simulasi diperoleh dari nilai observer dan peneliti, hasil
dari checklist penilaian performa pasien simulasi dibandingkan setiap dilakukan penilaian. Data
kualitatif pasien simulasi merupakan data pendukung dari data kuantitatif, diperoleh dari
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengamatan observer dan peneliti selama pasien berperan dengan apoteker. Checklist rubrik
penilaian KIE merupakan data kuantitatif. Hasil dari checklist penilaian pasien simulasi
dihitung dengan t-test tidak berpasangan dan dilakukan perhitungan koefisien Cohen’s Kappa.
Pemilihan Pasien Simulasi
Pasien simulasi diminta dapat menyerupai pasien yang sebenarnya, baik dari sikap, mimik
muka, dan cara berbicara. Pasien simulasi berjumlah lima orang dilatih mengenai penyakit
maag dan kemudian dipilih dua orang yang sesuai kriteria untuk berperan dalam KIE dengan
mahasiswa farmasi. Kriteria inklusi pemilihan pasien simulasi yaitu bersedia mengikuti
pelatihan sebelum akhirnya dinyatakan siap menjadi pasien simulasi, bersedia berpartisipasi
minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan, tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi
pelatihan, dan mampu bekerja sama dalam tim. Kemampuan yang dapat mendukung pemeran
pasien simulasi ialah mampu berimprovisasi serta memiliki daya ingat yang baik. Pemilihan
pasien berdasarkan performa pasien berdasarkan peningkatan hasil dan konsisten pada checklist
penilaian.
Implementasi Penelitian
Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai dengan
literatur mengenai penyakit maag, termasuk penjelasan penyakit, gejala yang dirasakan,
pencegahan, pengobatan yang diberikan dan terapi non farmakologi. Setelah itu dilanjutkan
dengan diskusi bersama. Peneliti menjelaskan tugas kepada mahasiswa Program Studi Profesi
Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker.
Pemeran pasien simulasi dilatih satu per satu sesuai dengan kasus pada skenario oleh
mahasiswa PSPA yang ditunjuk sebagai pelatih pasien simulasi, setelah pasien simulasi
memahami skenario dan perannya maka pasien simulasi dipertemukan oleh mahasiswa PSPA
yang berperan sebagai apoteker yang akan melakukan role play dengan pasien simulasi. Pasien
simulasi akan dibiasakan sedemikian rupa sesuai dengan situasi dalam skenario agar dapat
berperan menyerupai keadaan nyata dalam kehidupan. Selama melakukan role play dengan
pemeran apoteker, performa pasien simulasi akan direkam dan dinilai oleh mahasiswa PSPA
yang berperan sebagai observer dan peneliti. Hasil rekaman video diputar pada akhir sesi
pelatihan untuk dilakukan evaluasi bersama dan untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak
dapat melakukan penilaian berupa checklist penilaian, terutama terhadap performa pemeran
pasien simulasi.
Setelah pasien simulasi menjalani pelatihan, pasien simulasi akan dinilai oleh mahasiswa
PSPA dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi untuk melihat
perkembangan pasien dan kelayakan pasien untuk menjalankan tugasnya dalam praktik KIE.
Proses pelatihan, role play, perekaman, penilaian hingga evaluasi ini dilakukan sebanyak tiga
kali pertemuan.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah dua pasien simulasi terpilih untuk melakukan KIE dengan mahasiswa farmasi,
maka dilakukan penilaian terhadap proses yang dilakukan selama KIE. Penilaian tersebut
berupa checklist penilaian KIE yang diperoleh dari Wijoyo (2016) yang telah disesuaikan
dengan Permenkes sebagai validitas.
Analisis Data
Hasil checklist penilaian pemeran pasien yang sudah bisa mencapai nilai sempurna dari
nilai total checklist dan/atau memiliki nilai yang stabil serta konsisten berdasarkan yang
diberikan oleh observer dan peneliti, maka pasien simulai dinyatakan siap dan layak. Checklist
penilaian pasien simulasi antara kasus non resep dan resep berbeda, hal ini dikarenakan
checklist penilaian disesuaikan dengan skenario kasus. Nilai maksimal pada kasus non resep
adalah 10 poin, sedangkan pada kasus resep adalah 12 poin.
Hasil checklist penilaian KIE, berupa data kuantitatif dihitung dengan dua cara. Hasil uji
t-test tidak berpasangan menunjukkan p>0,05 maka hasil penilaian telah konsisten. Hasil
koefisien Cohen’s kappa >0,7 maka cara penilaian kedua observer adalah baik; apabila >0,8
maka sangat baik. Apabila hasil penilaian Cohen’s kappa <0,7 maka kedua observer perlu
pemahaman lebih lanjut sehingga diperlukan lagi pelatihan pasien simulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pada penelitian ini adalah pedoman pelatihan pasien simulasi, penilaian performa
pasien simulasi dan uji reliabilitas yang penjelasannya akan dijabarkan dibawah ini.
Pedoman Pelatihan
Pedoman pelatihan pasien simulasi berisi tujuan, waktu, jumlah personil pelatihan, skenario
dan instrumen pelatihan. Pedoman pelatihan ini akan diberikan kepada pemeran pasien
simulasi. Pedoman pelatihan pasien simulasi dibuat karena merupakan landasan dan petunjuk
yang digunakan untuk melatih pasien simulasi, supaya dalam pelatihan pasien simulasi tidak
keluar dari ranah penelitian ini.
Pada penelitian ini pasien simulasi dilatih satu per satu oleh mahasiswa PSPA. Selama
melakukan peran dengan mahasiswa PSPA, dilakukan perekaman video untuk melihat performa
pasien simulasi. Rekaman video diputar pada akhir sesi untuk evaluasi bersama. Selain itu
perekaman video dilakukan untuk mengantisipasi jika ada penilaian yang terlewatkan. Menurut
Perera, et. al (2009) evaluasi dengan melibatkan individu yang dilatih dapat meningkatkan
efektifitas dalam pembelajaran.
Skenario
Skenario kasus dibuat pada awal karena digunakan sebagai gambaran mengenai hal
yaang harus dilakukan selama role play, selain itu skenario juga memudahkan mahasiswa
PSPA dalam melatih pasien simulasi.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skenario yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur Gastritis
(National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, 2014), dimana dari
literatur diperoleh gejala-gejala maag dan pengobatan yang harus diberikan pada pasien.
Selain diperoleh dari literatur, skenario juga berasal dari hasil wawancara dengan praktisi
apoteker untuk memperoleh skenario yang semirip mungkin dengan keadaan yang
sebenarnya dan kondisi yang terjadi di apotek sehingga mahasiswa dapat belajar bagaimana
keadaan yang sesungguhnya jika berhadapan dengan pasien.
Hal yang khas dalam skenario ini adalah skenario disesuaikan dengan literatur
Gastritis (National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, 2014) dan
telah disesuaikan dengan syarat KIE yang ditetapkan oleh Permenkes No.35 Tahun 2014.
Dimana dalam melakukan KIE harus mencakup three prime question dan verifikasi terkait
pengobatan yang dijalani.
Instrumen Evaluasi
Terdapat dua instrumen evaluasi, yaitu checklist PS dan checklist rubrik penilaian KIE
sebagai data kuantitatif. Checklist PS dibuat berdasarkan Permenkes No.35 tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang telah disesuaikan dengan skenario
yang telah dibuat sehingga antara checklist kasus resep dan non resep berbeda, sedangkan
checklist KIE diperoleh dari Wijoyo (2016). Checklist rubrik KIE mencakup kemampuan
berkomunikasi dengan tenang dan jelas, pemilihan kata yang mudah dimengerti, menggali
informasi terkait penyakit, dan memverifikasi pemahaman pasien terkait obat yang akan
digunakan. Sedangkan checklist PS mencakup gejala penyakit, riwayat penyakit,
pengobatan, terapi non-farmakologi. Data kualitatif diperoleh dari pengamatan terhadap
performa pasien simulasi yaitu mimik muka, cara berbicara, dan sikap pasien simulasi saat
berperan.
Performa Pasien Simulasi
Pemeran PS yang dilatih sebanyak 5 orang, digunakan 5 orang PS karena adanya
keterbatasan waktu dalam penelitian. Lima orang pasien simulasi terdiri dari 4 orang perempuan
dan 1 orang laki-laki. Pemeran PS yang terlibat adalah yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan kesehatan supaya hasil penilaian tidak bias dan menghindari adanya pendapat
pribadi saat adanya arahan dan penjelasan terkait penyakit pada penelitian ini. Dari 5 orang
pemeran pasien simulasi dipilih 2 orang yang bertemu dengan mahasiswa S1 farmasi, dimana 1
dari pemeran pasien simulasi tersebut akan memerankan skenario non resep dan 1 orang lagi
memerankan kasus resep.
Dua pasien simulasi yang dipilih adalah yang memiliki peningkatan, stabil, dan nilai penuh
pada checklist penilaian, serta memiliki data kualitatif yang baik dan mendekati keadaan nyata
menjadi pasien. Dari data kualitatif dilihat performa pasien dalam cara berbicara dan mimik
muka. Data kualitatif dijadikan pendukung dari data kuantitiatif dalam menentukan pasien
simulasi yang akan dipilih.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1. Rata-rata hasil penilaian performa PS kasus non resep
Nilai maksimal untuk penilaian kasus non resep adalah 10. Nilai maksimal pasien simulasi
10 jika pasien simulasi menanyakan atau melakukan semua hal yang terdapat dalam checklist
penilaian pasien simulasi. Rata-rata hasil penilaian performa pasien simulasi dapat dilihat pada
Gambar 1. Pasien simulasi 4 menunjukan hasil yang stabil dan dapat mencapai nilai maksimal
sejak penilaian hari pertama. Pasien simulasi 1, 2, dan 5 menunjukan peningkatan nilai dari
penilaian pertama dan dapat mencapai nilai maksimal dan stabil pada penilaian hari ke-2 dan
hari ke-3. Sedangkan pasien simulasi 3 menunjukan nilai yang konstan pada penilaian hari
petama dan kedua dan baru mencapai nilai maksimal pada penilaian hari ke-3. Pasien simulasi 4
cenderung memberikan penampilan yang mendekati real setting baik dari segi mimik muka,
artikulasi, dan volume suara. Sehingga untuk memerankan kasus non resep dipilih pasien
simulasi 4.
Gambar 2. Rata-rata hasil penilaian performa PS kasus resep
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nilai maksimal untuk penilaian kasus resep adalah 12. Nilai rata-rata hasil penilaian
performa pasien simulasi kasus resep dapat dilihat pada Gambar 2. Pasien simulasi 2 dan 4
menunjukan hasil yang stabil dan dapat mencapai nilai maskimal sejak penilaian pertama.
Pasien 1 dan 3 menunjukan hasil yang peningkatan hasil dari penilaian pertama ke penilaian
kedua, pasien simulasi 3 dapat mencapai nilai maksimal dan stabil pada pertemuan kedua,
sedangkan pasien simulasi 1 baru mendapat nilai maksimal pada pertemuan ketiga. Pasien
simulasi 5 menunjukan hasil yang stabil pada penilaian 1 dan 2, tetapi pasien simulasi baru
mendapatkan nilai maksimal pada penilaian ke 3. Pasien simulasi 2 dan 4 menunjukan hasil
yang sama sehingga dapat dilihat hasil pengamatan terhadap mimik wajah, artikulasi, dan
volume suara. Hasil pengamatan cenderung menunjukan bahwa pasien simuasli 2 lebih baik
dari pasien simulasi 4. Pada penilaian mimik wajah, pasien simulasi 4 terkadang tidak
menunjukan ekspresi sakit, pasien simulasi 4 menunjukan ekspresi bahagia dan tersenyum
sendiri. Sehingga untuk memerankan kasus resep dipilih pasien simulasi 2.
Uji Reliabilitas
Kedua pasien simulasi yang terpilih kemudian dihadapkan dengan mahasiswa farmasi. Hal
ini dilakukan untuk melihat seberapa baik pasien simulasi dapat membantu performa mahasiswa
farmasi dalam melakukan KIE.
Mahasiswa farmasi yang dipilih untuk melakukan KIE kepada pasien simulasi adalah yang
menempuh pembelajaran ± 2 tahun dan sedang/telah memperoleh pendidikan mengenai KIE.
Pada penelitian ini, mahasiswa farmasi yang dipilih adalah mahasiswa farmasi semester 7 dan
telah menerima mata kuliah komunikasi farmasi (dimana terdapat materi mengenai poin-poin
KIE) pada semester sebelumnya. Tetapi karena materi mengenai KIE telah diperoleh di
semester sebelumnya maka hal ini menjadi kendala karena ada beberapa mahasiswa yang
kurang mengingat poin-poin penting yang harus disampaikan dalam memberikan KIE.
Rubrik penilaian KIE yang digunakan diperoleh dari Wijoyo (2016). Poin-poin penilaian
KIE antara lain cara berkomunikasi dan sikap mahasiswa farmasi terhadap pasien, edukasi
masalah obat yang digunakan, serta perubahan gaya hidup pasien/terapi non-farmakologi.
Komunikasi mahasiswa farmasi dalam memberikan KIE harus baik dari setiap poin yaitu dari
awal perkenalan, informasi obat, dan pada akhir sesi konseling.
Hasil nilai KIE mahasiswa dari kedua penilai kemudian dibandingkan dan dilakukan uji t
tidak berpasangan. Menggunakan uji t tidak berpasangan karena penilaian dilakukan oleh dua
individu yang berbeda. Uji t diperoleh dari jumlah nilai KIE masing-masing mahasiswa. Hasil
uji t pada kasus resep adalah p = 0,806, yang menunjukan bahwa jumlah nilai dari kedua penilai
berbeda tidak bermakna. Sedangkan hasil uji t pada kasus resep adalah p = 0,095, yang berarti
jumlah nilai dari kedua penilai berbeda tidak bermakna.
Hasil dari uji t menunjukan bahwa penilaian dari kedua penilai tidak berbeda bermakna,
untuk melihat apakah penilaian setiap mahasiswa dinilai dengan sama maka perlu dilihat
kesepakatan antara kedua penilai. Uji Cohen’s kappa digunakan untuk melihat kesepakatan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nilai dari tiap poin penilaian antara kedua penilai. Menurut Viera dan Garrett (2005) apabila
koefisien Cohen’s kappa 0,61-0,80 menandakan kesepakatan substansial, jika koefisien
Cohen’s kappa 0,81-0,99 menandakan kesepakatan hampir sempurna. Zenk, et. al. (2007)
mengatakan bahwa gold standar koefisien Kappa adalah 0,60-1,00. Pada kasus non resep
diperoleh rata-rata Cohen’s kappa 0,885 yang menunjukan kesepakatan hampir sempurna,
sedangkan pada kasus resep diperoleh rata-rata Cohen’s kappa 0,782 yang menunjukan
kesepakatan substansial. Dari hasil penilaian KIE mahasiswa farmasi dapat dilihat bahwa pasien
simulasi dapat membantu performa mahasiswa farmasi dalam melakukan KIE.
Keunggulan menggunakan Cohen’s kappa menurut Silcocks (1983) adalah tidak
terpengaruh oleh jumlah nilai 0 yang dimasukkan. Cohen’s kppa digunakan untuk menilai
kesepakatan antara 2 peneliti dan adanya proporsi untuk koreksi kesepakatan (Cohen, 1960).
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pasien simulasi dilatih satu per satu dan dilakukan
perekaman video untuk evaluasi performa pasien simulasi, pasien simulasi diseleksi untuk
mendapatkan pasien simulasi terbaik melalui checklist penilaian pasien simulasi. Checklist
penilaian pasien simulasi disesuaikan dengan skenario, sedangkan checklist penilaian KIE
mahasiswa farmasi telah disesuaikan dengan poin-poin KIE berdasarkan literatur. Skenario
yang dibuat berdasarkan literatur dan hasil wawancara praktisi apoteker, serta disesuaikan
dengan syarat KIE.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah mahasiswa S1 farmasi yang memberikan KIE
sebaiknya adalah mahasiswa farmasi yang sedang mendapat materi komunikasi farmasi. Pada
saat perekaman video sebaiknya menggunakan mikrofon supaya hasil audio lebih baik dan jelas.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
APTFI, 2013, Naskah Akademik Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Kurikulum
Pendidikan Farmasi, APTFI, 1-2, 8.
Bertawati, 2013, Profil Pelayanan Kefarmasian Dan Kepuasan Konsumen Apotek Di
Kecamatan Adiwerna Kota Tegal, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
1–11.
Cohen, J., 1960, Coefficient of agreement for nominal scales. Educational and Psychological
Measurement, 20:37-46.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta, Dinas Kesehatan, Yogyakarta, 34.
Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014,
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2012, Penyakit Tidak Menular, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta,
1.
Omega, A., dan Mansyur, M., 2013, Prevalensi Dispepsia Fungsional pada Pasien Dewasa di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada Tahun 2010 dan Faktor-faktor yang
Berhubungan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Perera et. al, 2009, Training Simulated Patients: Evaluation of A Training Approach Using
Self-Assessment and Peer/Tutor Feedback to Improve Performance, BMC Medical
Education, 9(37), 1-6. doi:10.1186/1472-6920-9-37.
Purwanti, A., Harianto, dan Supardi, S., 2004, Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan
Farmasi Di Apotek Dki Jakarta Tahun 2003, Majalah Ilmu Kefarmasian, I(2), 102–115.
Silcocks, 1983, Measuring repeatability and validity of histological diagnosis- a brief review
with some practical examples, J Clin Pathol, 36, 1269-1275.
Viera, A. J., dan Garrett, J. M.,2005, Understanding Interobserver Agreement: The Kappa
Statistic, Family Medicine, 37(5), 360-3.
Zenk, S. N., dkk, 2007, Inter-rater and test–retest reliability: Methods and results for the
neighborhood observational checklist, Health & Place, 13, 452–465.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Informed Consent Apoteker
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Informed Consent Mahasiswa PSPA
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3. Informed Consent Pasien Simulasi
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Informed Consent Mahasiswa Farmasi
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5. Lembar Penilaian Kuantitatif Pasien Simulasi Skenario Non Resep
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6. Lembar Penilaian Kualitatif Pasien Simulasi Skenario Non Resep
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7. Lembar Penilaian Kuantitatif Pasien Simulasi Skenario Resep
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8. Lembar Penilaian Kualitatif Pasien Simulasi Skenario Resep
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Lembar Penilaian KIE Skenario Non Resep
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Lembar Penilaian KIE Skenario Resep
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Contoh hasil perhitungan t-test tidak berpasangan menggunakan SPSS
Group Statistics
Penilai
Nilai
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Apoteker
20
18.05
1.638
.366
Peneliti
20
18.20
1.508
.337
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 12. Contoh hasil perhitungan Cohen’s kappa menggunakan SPSS
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Penilai_1 * Penilai_2
Missing
Percent
21
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent
21
100.0%
Penilai_1 * Penilai_2 Crosstabulation
Penilai_2
Tidak
Penilai_1
Tidak
Count
% of Total
Ya
Count
% of Total
Total
Count
% of Total
Ya
Total
1
0
1
4.8%
.0%
4.8%
0
20
20
.0%
95.2%
95.2%
1
20
21
4.8%
95.2%
100.0%
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a
Error
Value
Measure of Agreement
Kappa
N of Valid Cases
1.000
21
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
22
.000
Approx. T
b
4.583
Approx. Sig.
.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Tabel Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi
Kasus Maag Non Resep
Kasus Maag Resep
Penilai I Penilai II
(Apoteker) (Peneliti) Koefisien
Penilai I Penilai II
(Apoteker) (Peneliti) Koefisien
Mahasiswa
Mahasiswa
Kappa
Kappa
Ya Tidak Ya Tidak
Ya Tidak Ya Tidak
1
17
0
17
0
1
1
20
0
20
0
1
2
14
3
16
1
0,769
2
20
0
20
0
1
3
16
1
16
1
1
3
18
2
18
2
0.611
4
17
0
16
1
0,859
4
19
1
19
1
1
5
15
0
17
0
0,741
5
20
0
20
0
1
6
17
0
16
1
0,859
6
20
0
19
1
0.644
7
15
2
16
1
0,877
7
20
0
19
1
0.644
8
16
1
16
1
1
8
20
0
18
2
0.462
9
17
0
17
0
1
9
20
0
18
2
0.462
10
17
0
15
2
0,741
10
19
1
19
1
1
X̅ nilai Kappa
0,8846
X̅ nilai Kappa
0,7823
Nilai p
> 0,806
Nilai p
> 0,095
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pengembangan Materi dan Metode Pelatihan
Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi KIE Obat Maag di Fakultas Farmasi
USD” memiliki nama lengkap Yosephine Charisma Agrilia Sundoro, lahir
di Sleman, 3 September 1994, merupakan anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Yulius Agung Sundoro dan Indah Murdianingsih.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Tunas Simpang
Purwodadi (1999-2001), pendidikan Sekolah Dasar di SD N Purwodadi 12
(2001-2005) dan melanjutkan di SD N Gentan (2005-2007), pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP N 4 Pakem (2007-2010), pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMK
“Indonesia” Yogyakarta (2010-2013). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013.
24
Download