PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

advertisement
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
IPA MENGGUNAKAN MODEL KONTEKSTUAL
DI KELAS V
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh
SUDARIAT
NIM F 34211208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
IPA MENGGUNAKAN MODEL KONTEKSTUAL
DI KELAS V
Sudariat, Budiman Tampubolon, Suryani
PGSD, FKIP Universitas Tanjung Pura, Pontianak
Email: [email protected]
Abstrak: Masalah umum dalam penelitian ini adalah“Apakah Dengan
menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran
gaya grafitasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri 17 Sungai Merah Kecamatan Noyan. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran gaya grafitasi
dengan menggunakan model Contekstual Teaching and Learning (CTL) dikelas V
Sekolah Dasar Negeri No.17 Sungai Merah kecamatan Noyan. Metode
penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah
Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitan yang diperoleh adalah ).Kemampuan
guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran gaya gravitasi pada
siklus I rata-rata skor 3.12 dan siklus II 3.83. Jadi terdapat peningkatan sebesar
0.71. 2).Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran gaya gravitasi
siklus I dengan rata-rata skor 3.16 d an siklus II 3.80. Jadi terdapat peningkatan
sebesar 0.64. 3). Nilai hasil belajar siswa siklus I dengan rata-rata sebesar 62.86
dengan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang dan siswa yang tuntas sebanyak
4 orang. Sedangkan nilai hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 78.57 dengan
nilai siswa semuanya tuntas.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Kontekstual, Ilmu Pengetahuan Alam.
Abstract : A common problem in this study is " What models Applying
Contextual Teaching and Learning ( CTL ) at study gravitational forces can
improve student learning outcomes Elementary School fifth grade 17 Red River
District of Noyan . This study aims to describe the increase in student learning
outcomes in the learning style model of gravity by using Contekstual Teaching
and Learning ( CTL ) in class V Elementary School 17 Red River districts Noyan
. The method used is descriptive in the form of research is Classroom Action
Research . Research results are obtained ) . Ability of teachers in preparing lesson
plan the force of gravity in the first cycle an average score of 3:12 and 3.83
second cycle . So there is an increase of 0.71 . 2 ) . Ability of teachers to
implement instructional gravity first cycle with an average score of 3:16 d an 3.80
second cycle . So there is an increase of 0.64 . 3 ) . Value of student learning
outcomes first cycle with an average of 62.86 with a student who did not complete
as many as three people and as many students who complete 4 . While the value
of student learning outcomes in second cycle of 78.57 with all of the students
completed.
Keywords : Learning Outcomes , Contextual Model , Natural Sciences
M
enurut Indrawati 1999 (dalam Trianto 2011:165) menyatakan, bahwa suatu
pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan
melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemprosesan
informasi.
Belajar dikatakan berhasil apabila siswa dapat memahami materi dan
menerapkanya dilingkungan sekitar dan untuk memperoleh itu guru harus kreatif
dalam memilih model,media dan menyusun perencanaan pembelajaran dengan
benar. Pembelajaran dan pengembangan potensi diri pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam siswa akan memperoleh bekal ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri
terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya seperti
materi tentang gaya, penggunaan model,strategi dan media yang tepat akan
memberikan hasil yang memuaskan dan siswapun akan lebih kreatif dan
mendapatkan hasil yang diinginkannya.
Tetapi kenyataannya guru tidak pernah melakukannya dan berikut
Beberapa kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam materi gaya adalah Guru jarang menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dalam melaksanakan pembelajaran gaya,Guru selaku peneliti
selalu menggunakan metode ceramah dalam melaksanakan pembelajaran, Guru
selaku peneliti kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran gaya gravitasi,
Guru selaku peneliti hanya menggunakan satu buku penunjang dalam
menyampaikan materi.
Akibat dari kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA
khusnya materi tentang gaya berdampak kepada siswa dan hal ini tergambar dari
sikap siswa.Tidak semangat saat proses pembelajaran berlangsung, Keliatan serius
mendengarkan penjelasan guru tetapi mereka tidak mengerti dan paham begitu
diberi latihan soal-soal, Siswa sering keliatan mengantuk, Sering mengaku
ketingalan buku pelajaran, Sering izin ke WC saat pelajaran IPA sedang
berlangsung, Keadaan mereka dikelas seolah-olah keterpaksaan saja.
Akibat yang ditimbulkan dari situasi yang dialami siswa karena beberapa
faktor diatas adalah siswa kurang memahami konsep gaya,siswa kurang
memahami contoh gaya grafitasi. Berikut adalah contoh kesalahan siswa pada
evalusi terakhir sebagai berikut:
Contoh soal Benda manakah yang lebih cepat sampai ke lantai jika samasama dijatuhkan dan dari ketinggian yang sama? Kertas, Ember kosong, Kursi
belajar, Kelereng Hasil jawaban dari siswa adalah kursi belajar seharusnya
jawabannya adalah kelereng karena siswa beranggapan kursi berukuran besar dan
berat lebih maka akan lebih cepat jatuh.
Akibat dari kesalahan siswa menjawab soal, maka nilai siswa menjadi
rendah. Adapun rata-rata nilai siswa pada materi gaya pada tahun ajaran 20122013’ adalah 52.85 dari 7 orang siswa hanya 2 orang yang tuntas dan 5 siswa
tidak tuntas. sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SDN V SDN 17
Sungai Merah kecamatan Noyan 60 untuk mata pelajaran IPA.
Melihat keadaan seperti ini peneliti sangat prihatin sehingga peneliti
berinisiatif untuk menerapankan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam pembelajaran gaya sehingga siswa lebih aktif dan mudah
memahami materi yang diberikan dikarenakan model pembelajaran ini
mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata,kritis,
menyenangkan dan tidak membosankan. Model pembelajaran ini diterapkan
supaya aktivitas, kreatifitas, kemampuan bertanya, kerjasama dan keberanian
siswa meningkat sehingga hasil belajar siswa pada pembelajaran gaya di kelas V
SDN 17 Sungai Merah kecamatan Noyan dapat meningkat.
Adapun Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil
belajar siswa pada pembelajaran gaya grafitasi dengan menggunakan model
Contekstual Teaching and Learning (CTL) dikelas V Sekolah Dasar Negeri No.17
Sungai Merah kecamatan Noyan Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
(1)Untuk mendeskripsikan kemampuan guru merencanakan pembelajaran gaya
dengan menggunakan model Contekstual Teaching and Learning (CTL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri No.17 Sungai
Merah kecamatan Noyan. (2). Untuk mendeskripsikan kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran gaya dengan menggunakan model Contekstual
Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri No.17 Sungai Merah kecamatan Noyan. (3).Untuk
mendeskripsikan peningkatan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran gaya
dengan menggunakan model Contekstual Teaching and Learning (CTL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri No.17 Sungai
Merah kecamatan Noyan.
Secara umum istilah sains memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan.
Menurut BSNP (2007:35) sains di definisikan sebagai “kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematis, sehingga secara umum istilah sains mencakup
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Secara khusus istilah sains
dimaknai sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)”. Ilmu Pengetahuan Alam dalam
hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang
dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan
menjelaskan fenomena- fenomena yang terjadi di alam.
Ilmu Pengetahuan Alam (science) diambil dari kata latin scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan. Carin and Sund (dalam BSNP: 2007:35)
merumuskan bahwa “IPA adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta
melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan”. Pendapat diatas dapat
peneliti jelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses merupakan
langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan
dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut
adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak
bahwa karakteristik yang mendasar dari Ilmu Pengetahuan Alam ialah kuantifikasi
artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (dalam Nyimas Aisyah 2008: 1-3) “
kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara, menjadi
orang atau makhluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata kerja yang berarti
berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Menurut Rivai (dalam Http
sarjanaku. com. 14 Maret 2013) “Pengertian pembelajaran adalah perpadun dari
dua aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut
peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan
komunikasi harmonis antara pengajar itu sediri dengan si belajar”. Sumiati dan
Asra (2009: 3) menambahkan “pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu
proses yang kompleks (rumit), namun dengan maksud yang sama, yaitu memberi
pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan”.
Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada
kegiatan guru mengajar.
Pembelajaran merupakan sakah satu tindakan edukatif yang dilakukan
guru kelas. Tindakan dapat dikatakan bersifat edukatif bila berorientasi pada
pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:220) untuk pembelajaran
IPA yang menjadi focus dalam pembelajaran adalah adanya interaksi antara siswa
dengan objek atau alam secara langsung. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator
perlu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati
dan memahami objek IPA.
Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah agar peserta didik
mampu memahami dan menguasai konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam serta
keterkaitan dengan kehidupan nyata. Peserta didik juga mampu menggunakan
metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih
menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.
Menurut joyce (dalam . http://gremura.blogspot.com.(online 25 februari
2014) Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai oediman
dalam perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya bukubuku, film, komputer, kurikulum dll. Model dapat diartikan cara, contoh maupun
pola yang mempunyai tujuan menyajikan pesan kepada yang harus diketahui,
dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh
dengan bahan-bahan yang dipilih oleh pendidik/guru sesuai dengan materi yang
diberikan dan kondisi didalam kelas.
Sedangkan menurut komarudin (http//gramuda blogspot (online 25
februari 2014) ) model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami
sebagai: 1). Suatu deskriptif atau analogi yang dipergunakan untuk membantu
proses visualisasi sesuatu yang yidak dapat dengan langsung diamati 2). Suatu
aumsi-asumsi, data- data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk
menggambarkan cara matematis suatu objek peristiwa.3).Suatu desain yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja,suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan 4). Suatu deskriptif dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner
5).Penyajian yang doperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat
bentuk aslinya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka model dalam pembelajaran dapat
dipahami sebagai model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang telah
diprogramkan melalui media peraga dalam membantu untuk memvisualisasikan
pesan yang terkandung didalamnya untuk mencapai tujuan belajar sebagai
pegangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Menurut Kardi dan Nur ( dalam http://gremura.blogspot.com.(online 25
februari 2014) ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan dalam
mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif;
pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
Sedangkan Menurut E. Mulyasa (dalam http//panduanguru.com)
mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan
Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar
Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction).
Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching Learning) pada pembelajaran gaya pada SDN
17 Sungai Merah kecamatan Noyan.
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 14) mengatakan bahwa upaya guru
untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang
dipelajarinya itu adalah dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya dikelas.
Selanjutnya Tukiran Taniredja (2012: 49) ”Model pembelajaran kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu
guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari”. Selain itu, Johnson (dalam Tukiran Taniredja, 2012: 49) mengatakan
bahwa “sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi
akademik yang mereka peajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan
pribadi, sosial dan budaya mereka”.
Tujuan pembelajaran kontekstual Contextual Teacing and Learning (CTL)
Menurut Tukiran taniredja dkk (2012:50) Pembelajaran konteks tual Contextual
Teacing and Learning (CTL) memiliki tujuan untuk membekali siswa berupa
pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti pembelajaran
ini adalah untuk mendekatkan ha-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam
pelaksanaan metode inidiusahakan teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi
riil. Langkah-langkah Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Sumiati
dan Asra (2009: 14) langkah-langkah pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif, yaitu:
1). Konstruktivisme (Construktivism)
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 14) Konstruktivisme yaitu
mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya. Siswa belajar pada dasarnya mencari alat untuk membantu
memahami pengalaman. Pengetahuan yang mereka peroleh itu adalah hasil
interpretasi pengalaman tersebut yang disusun dalam pikiran/otaknya. Jadi siswa
bukan berasal dari apa yang diberikan oleh guru, melainkan merupakan hasil
usahanya sendiri berdasarkan hubungan denagn dunia luar.
2). Bertanya (Questioning)
Sumiati dan Asra (2009: 15) mengatakan bahwa, bertanya yaitu
”mengembangkan sifat ingin tahu siswa, siswa akan mampu menjadi pemikir
yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu mengembangkan
ide/gagasan dan pengujian baru yang inovatif, mengembangkan metode dan
teknik untuk bertanya bertukar pendapat dan berinteraksi”.
3).Menemukan (inquiry)
Sumiati dan Asra (2009: 16), menemukan yaitu "melaksanakan sejauh
mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. Siswa diberi pembelajaran untuk
menangani masalah yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia
nyata”.Guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para siswa
bekerja menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan,
menggunakan prosedur penelitian dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis,
dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada dunia nyata.
4).Masyarakat Belajar (Learning Community)
Sumiati dan Asra (2009: 14), masyarakat belajar yaitu menciptakan
masyarakat belajar (belajar dalam kelompok). Siswa hidup dalam masyarakat
tempat tinggalnya atau disekotar sekolahnya. Dengan demikian, masyarakat dapat
dijadikan sumber daya untuk mengembangkan pemahaman pembelajaran
kontekstual.
5).Pemodelan (Modeling)
Sumiati dan Asra (2009: 14), ”pemodelan yaitu menghadirkan model
sebagai contoh pembelajaran”. Siswa akan lebih mudah memahami dan
menerapkan proses dan hasil belajar jika dalam pembelajaran guru menyajikan
dalam bentuk satu model, bukan hanya berbentuk lisan. Siswa akan mampu
mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru. Oleh karena itu guru
hendaknya mempertunjukkan hal-hal yang penting dan mudah diterima oleh
siswa.
6). Refleksi (Feflection)
Sumiati dan Asra (2009: 14), ”Refleksi yaitu melakukan refleksi akhir
pertemuan pembelajaran, refleksi ini merupakan ringkasan dari pembelajaran
yang telah disampaikan guru. Siswa mengungkapkan, lisan atau tulisan, apa yang
telah mereka pelajari”. Refleksi ini bisa berbentuk diskusi kelompok dengan
meminta siswa untuk melakukan presentasi dan menjelaskan apa yang telah
mereka pelajari. Siswa pun dapat melakukan kegiatan penulisan mandiri tentang
sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Menurut Choiril Azmiyawati dkk (2008:83) Gaya grafitasi bumi sering
disebut juga gaya tarik bumi. Kecepatan benda-benda yang jatuh kebumi tidak
selalu sama. Lakukan kegiatan berikut untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan jatuh sebuah benda ke bumi.
Membandingkan kecepatan jatuh dua benda yang berbeda
Sediakan dua lembar kertas HVS dan pena beserta tutupnya
Berdiri diatas meja atau kursi
Remaslah selembar kertas hingga membentuk bulatan! Jatuhkan bulatan
kertas dan lembar kertas bersama-sama dari ketinggian yang sama! Benda mana
yang lebih dahulu mencapai tanah? Catatlah hasil pengamatanmu.
Jatuhkan tutup pena secara bersama-sama dari ketinggian yang sama!
Mintalah seorang temanmu untuk mengamati kecepatan kedua benda tersebut
sampai ditanah!
Benda mana yang lebih berat?
Benda apa yang lebih dahulu mencapai tanah?
Catatlah hasil pengamatanmu!
Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di bumi tidak
terlempar ke angkasa luar. Setelah ini, gaya gravitasi membuat kita dapat berjalan
di atas tanah. Gaya gravitasi juga menyebabkan semua yang ada di bumi
mempunyai berat sehingga tidak melayang ke udara.
Kekuatan gaya gravitasi bumi terhadap benda tergantung pada jarak benda
dari pusat bumi. Semakin jauh letak suatu benda dari pusat bumi, gaya
grafitasinya semakin kecil. Lalu bagaimana dengan astronot yang berada diluar
angkasa? Lakukan kegiatan berikut untuk mengetahuinya!
Sebagaimana langkah-langkah pembelajaran Kontekstual ada 6 langkah
dan mengacu pada beberapa cara adapun penerapan mondel Kontekstual pada
pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
Kontruktivisme 1). Guru menyampaikan materi tentang gaya gravitasi 2).
Guru mengembangkan pemikiran anak bahwa belajar akan lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
Bertanya 1). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang gaya gravitasi.
Masyarakat Belajar 1). Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 2 orang 2). Siswa melakukan diskusi dalam kelompok
tentang gaya gravitasi
Menemukan 1). Siswa melakukan percobaan/penemuan dan mencatat hasil
pengamatan tentang gaya grafitasi.
Pemodelan 1). Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempraktekkan gaya
grafitasi di depan kelas.
Refleksi 1). Siswa memaparkan hasil diskusinya di depan kelas
perkelompok 2). Siswa yang lain memperhatikan dengan seksama 3). Guru
mengefaluasi kegiatan siswa 4). Guru memberikan penghargaan kepada siswa
Menurut Darwyan syah (2006:43) hasil belajar adalah tahap pencapaian
aktual yang ditampilkan dalam bentuk prilaku yang meliputi aspek kognitif,
efektif maupun psikomotorik dan dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap,
penghargaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hamalik
(dalam http://www.sarjanaku.com) “bahwa hasil belajar menunjukkan kepada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya
derajat perubahan tingkah laku siswa”. Selanjutnya Nasution (dalam
http://www.sarjanaku.com) menambahkan bahwa “hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai
tesyang diberikan guru”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 36)
“hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada suatu pokok bahsan pelajaran.
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan
sebuah ukuran atas proses belajar pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil belajar yang ditunjukkan siswa setelah diberikan evaluasi dari pembelajaran
yang dilakukan. Untuk dapat menentukan tercapainya tindakan tujuan
pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian. Menurut Pupuh
Faturrohman dan Sobry Sutikno (2010: 75) “Evaluasi adalah kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen
dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”.
Selanjutnya Nana Sudjana (dalam Pupuh.F dan Sobry.S, 2010: 75) menjelaskan
bahwa “evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah
laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya”.
Jika seorang pendidik merasa bertanggung jawab atas penyempurnaan
pendidikannya, ia harus mengevaluasi pendidikannya itu agar mengetahui
perubahan apa yang seharusnya dilakukan. Tahap evaluasi ini dilakukan untuk
menilai pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diberikan. Jika
setelah diberikan evaluasi barulah akan diketahui hasil belajar siswa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yang
dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya
seperti yang dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana 2004: 39) menyatakan
bahwa “hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa
yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran”.
Hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu
siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau
diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah menyediakan lingkungan
belajar yang kreatif dan kondusif. Tugasnya guru mempunyai peranan penting
dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif. Dalam Depdikbud (2006: 256)
kondusif adalah: “memberi peluang pada hasil yang diinginkan yang bersifat
mendukung”.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih
baik lagi. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah
menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Selanjutnya Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain (2006 : 51) menambahkan “suatu evaluasi yang
diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan
bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru
berikan ketika proses belajar mengajar berlangsung”
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi
hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai
macam kesulitan belajar yang mereka alami.
METODE
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengungkapkan fakta-fakta yang
ada pada saat penelitian dilakukan. Jadi peneliti menggunakan metode deskriptif.
Menurut Nana Syaodih.S (2010:54) “Metode deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”. Penelitian ini tidak mengadakan
manipulasi atau pengubahan pada variable-variabel bebas, tetapi menggambarkan
suatu kondisi apadanya.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Mc.Niff
(dalamMoh.Asrori,2009:4) mengatakan bahwa “penelitian tindakan kelas
merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan dan perbaikan
pelajaran”. Selanjutnya Suharsimi (dalam Moh. Asrori, 2009:5) “berkesimpulan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama-sama”. Berdasarkan dua pendapat diatas dengan
penelitian tindakan kelas guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik
pembelajaran yang dilakukannya dikelas.
Penelitian ini bersifat kolaboratif karena guru mitra dan peneliti
menganalisis dan menidiskusikan hasil pengamatan. Menurut Moh. Asrori (2009:
29) “kolaboratif mengandung arti sebagai suatu pemikiran positif atau sudut
pandang positif dari guru bahwa setiap orang yang berkaitan dengan proses
penelitian tindakan kelas yang dia lakukan akan member andil terhadap
pemahaman, pencermatan, pengayaan data yang diperlukan, dan pemaknaan
terhadap hasil tindakannya”. Jadi dalam penelitian tindakan kelas, guru
penelitinya terlibat secara lansung kedalam proses pembelajaran yang diteliti.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri No. 17 sungai merah
2013/2014 Peneliti bertindak sebagai perencana, pengajar, penganalisa data dan
sekaligus melaporkan hasil penelitian.Bertindak sebagai pengamat adalah guru
kolaborasi di Sekolah Dasar No. 17 sungai merah.
Faktor siswa: Melihat hasil belajar siswa di kelas V Sekolah Dasar No. 17
Sungai
Prosedur Penelitian
Alur PTK Siklus I dan Siklus II
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelakasanaan
Pengamatan
Perbaikan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelakasanaan
Pengamatan
Berhasil
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat taraf:
Perencanaan Tindakan ( Planing ), Pelaksanaan Tindakan ( Acting ), Pengamatan
( Observasi ), Refleksi ( Reflactiing )
Berdasarkan sub masalah maaka data penelitian yang dikumpulakan
adalah 1). Skor kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model Kontekstual dikelas
V Sekolah Dasar Negeri 17 Sungai Merah Kecamatan Noyan. 2). Skor
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Pembelajaran IPA materi
gaya dengan menggunakan model Kontekstual dikelas V Sekolah Dasar Negeri 17
Sungai Merah Kecamatan Noyan. 3). Data nilai hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model Kontekstual pada
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Sungai Merah Kecamatan Noyan.
Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian, maka
diperlukan teknik dan alat pengumpul data yang tepat. Menurut Hadari Nawawi
(2012: 100-101) mengatakan bahwa ada beberapa teknik dan alat pengumpul data,
yaitu:
Teknik observasi Langsung.
Observasi adalah cara pengumpulan data dimana peneliti melakukan
pengamatan terhadap objek penelitian yang datanya akan diukur dengan
menggunakan lembar pengamatan seperti mencatat gejala-gejala yang tampak
pada objek penelitian yang pelaksanaannya dilakukan di dalam kelas pada saat
proses tindakan dilakukan. Teknik Observasi langsung.
Teknik Pengukuran
Teknik lain yang biasa digunakan dalam penelitian adalah teknik
pengukuran. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, (2010:222) “Teknik ini
berbeda dengan teknik pengumpulan data (teknik observasi). Teknik pengukuran
bersifat mengukur karena menggunakan instrument standar atau telah di
standarisasikan dan menghasilkan data hasil pengukuran berbentuk angka-angka”.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah : 1). Lembar Observasi
Lembar Observasi dipergunakan dalam teknik observasi langsung, yakni untuk
melihat atau mengamati apa yang diperoleh siswa di dalam kelas. Observer
menggunakan pedoman observasi sebagai alat pengumpul data. Tugas observer
adalah memberikan tanda check (silang atau lingkaran atau sebagainya), apabila
pada saat melakukan pengamatan ternyata gejala didalam daftar itu muncul.
2). Soal Tes Alat pengumpulan data pada teknik pengukuran adalah
instrumen tes. Tes yang digunakan berupa tes awal dan tes akhir. Tes awal
bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik sebelum diberikan
pengajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) berdasarkan
tingkat kemampuan siswa, dengan maksud untuk mempermudah peneliti dalam
melihat kemampuan siswa secara individu. Sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui masing-masing kemampuan dari siswa setelah diberi pengajaran
dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL).
Teknik Analisis data
Untuk menjawab sub masalah nomor 1 berupa data skor kemampuan guru
merencanakan pelajaran data dianalisis dengan perhitungan rata rata dengan
rumus rata-rata skor dihitung dengan
Jumlah Skor yang diperoleh
X = Jumlah aspek pengamatan
Untuk menjawab sub masalah nomor 2 berupa skor kemampuan guru
melaksanakan pelajaran data dianalisis dengan perhitungan rata-rata dengan
rumus rata-rata skor dihitung dengan.
Jumlah Skor yang diperoleh
X = Jumlah aspek pengamatan
Untuk menjawab sub masalah nomor 3 berupa data skor hasil belajar
siswa. Data dianalisis dengan perhitungan rata-rata dan persentase. Rata-rata nilai
dihitung dengan rumus :
 fx
f
X =
Keterangan: Untuk perhitungan persentase
X = Nilai rata-rata

= Jumlah nilai
Fx = jumlah siswa
jumlah siswa yang memperoleh nilai tertentu
jumlah semua siswa
%x=
n
%x= N
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk
rancangan penggunaan metodenya, materi ajar dan alat evauasi:
1).Mengembangkan indikator dari kompetensi dasar tentang materi gaya
2.Mengkaji materi gaya 3.Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan
materi gaya 4.Menyusun RPP 5.Menyiapkan lembar kerja kelompok
6.Menyiapkan lembar observasi penilaian RPP 7.Menyiapkan lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran. 8.Peneliti bersama kolabolator mendiskusikan hasil
belajar siswa ke siklus berikutnya.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11
Februari 2014 di kelas kelas V Sekolah Dasar Negeri No.17 Sungai Merah
Kecamatan noyan.
Observasi / penilaian pelaksanaan peleitian tindakan siklus I meliputi:
Penilaian kemampuan guru merencanakan pelajaran dengan perolehan hasil
sebesar 15.58 dengan rata-rata 3.12.
Penilaian terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pelajaran
dengan perolehan hasil sebesar 12.66 dengan rata-rata 3.16.
Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik pada siklus I dengan
perolehan hasil sebesar 440 dengan rata-rata 62.86.
Berdasarkan hasil observasi atau penilaian RPP, pelaksanaan pembelajaran
serta nilai hasil peneliti bersama kolabolator melakukan refleksi. Adapun hasil
refleksi dari pelaksanaan penelitian siklus I dapat diperinci sebagai berikut :
Refleksi terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP. 1).Ditemukan
kekurangan-kekurangan terhadap aspek pemilihan dan pengorganisasian materi
ajar serta perumusan tujuan pembelajaran yang hanya memperoleh 3.00 untuk itu
aspek-aspek diatas harus ditingkatkan.
Refleksi terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pelajaran 1).
Ditemukan kekurangan-kekurangan terhadap aspek penguasaan materi
pelajaran,pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa,
kemampuan khusus pembelajaran di SD IPA hanya memperoleh nilai 3.00 untuk
itu perlu diperbaiki.
Refleksi terhadap nilai hasil belajar siswa 1). Setelah dilakukan tes akhir
pada siklus I masih ditemukan kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal dan masih terdapat 3 orang siswa yang tidak tuntas atau 42.85%
Berdasarkan kekurangan dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang belum optimal dan masih ada 3
orang anak belum mencapai KKM makan peneliti dan kolabulator bersepakat
melanjutkan ke siklus II guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk
rancangan penggunaan metodenya, materi ajar dan alat evauasi:
1).Mengembangkan indikator dari kompetensi dasar tentang materi gaya
2.Mengkaji materi gaya 3.Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan
materi gaya 4.Menyusun RPP 5.Menyiapkan lembar kerja kelompok
6.Menyiapkan lembar observasi penilaian RPP 7.Menyiapkan lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran. 8.Peneliti bersama kolabolator mendiskusikan hasil
belajar siswa ke siklus berikutnya.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada hari Selasa Tanggal 24
februari 2014 dikelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Sungai Merah kecamatan
noyan.
Observasi / penilaian pelaksanaan peleitian tindakan siklus I meliputi:
Penilaian kemampuan guru merencanakan pelajaran dengan perolehan hasil
sebesar 19.16 atau dengan rata-rata 3.83 .
Penilaian terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pelajaran
dengan perolehan hasil sebesar 15.20 dengan rata-rata 3.80.
Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik pada siklus II dengan
perolehan hasil sebesar 550 dengan rata-rata 78.57.
Berdasarkan hasil observasi atau penilaian Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran serta nilai hasil peneliti bersama
kolabolator melakukan refleksi. Adapun refleksi dari pelaksanaan penelitian siklus
II sebagai berikut:
Refleksi terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP. 1).Walaupun
masih ada aspek yang belum sempurna tetapi secara keseluruhan sudah dikatakan
baik yang mana jumlah skor 19.16 atau rata-rata 3.83 atau meningkat dari siklus
sebelumnya.
Refleksi terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan pelajaran
1).Jumlah skor 15.20 atau rata-rata 3.80 atau secara keseluruhan seluruh aspek
sudah sangat baik atau sudah meningkat dari siklus sebelumnya terutama pada
aspek yang harus ditingkatkan pada siklus I
Refleksi terhadap nilai hasil belajar siswa 1). Setelah dilakukan tes akhir
pada siklus II sudah tidak ditemukan lagi kesulitan-kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal seihingga siswa tuntas semuanya atau 100%
Berdasarkan peningkatan yang siknifikan dari semua aspek dan pada
siklus II siswa sudah mencapai ketuntasan 7 orang atau 100% maka pembelajaran
sudah dikatakan berhasil. Dikarenakan ketuntasan siswa sudah mencapai 100%
peneliti dan kolabulator bersepakat menghentikan penelitian ini pada siklus II.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas siklus I dan siklus II yang telah
dilaksanakan, maka diperoleh pembahasan sebagai berikut:
Kinerja guru berupa skor kemampuan guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran Rata-rata skor pada siklus I sebesar 3.12 dan siklus II
sebesar 3.83 terjadi Peningkatan sebesar 0.71 dari siklus I ke siklus II
Rata-rata skor kemampuan guru melaksanakan pembelajaran pada siklus I
sebesar 3.16 dan siklus II sebesar 3.80 terjadi peningkatan sebesar 0.64 dari siklus
I ke siklus II
Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II terlihat pada tabel gabungan
berikut:
Tabel 1
Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Frekuensi (f)
f.x
Persentase (%)
Nilai (x)
Siklus
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
Siklus II
I
45
2
90
28.58%
50
1
50
14.28%
60
1
3
60
180
14.28% 42.86%
70
1
70
14.28%
85
2
2
170
170
28.58% 28.57%
100
2
200
28.57%

Rata-Rata
7
7
440
62.86
550
100%
100%
78.57
57.14%
100%
Berdasarkan rekapitulasi penelitan tentang hasil belajar siswa terlihat ratarata skor pada siklus I adalah 62.46 dan rata-rata skor pada siklus II adalah 78.57
terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 16.12 dari yang sebelumnya pada
siklus I siswa yang tuntas hanya 4 orang menjadi 7 orang pada siklus II atau
100% tuntas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan, hasil serta pembahasan penelitian tindakan kelas
yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:1).Kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran gaya
gravitasi pada siklus I rata-rata skor 3.12 dan siklus II 3.83. Jadi terdapat
peningkatan sebesar 0.71. 2).Kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran gaya gravitasi siklus I dengan rata-rata skor 3.16 d an siklus II 3.80.
Jadi terdapat peningkatan sebesar 0.64. 3). Nilai hasil belajar siswa siklus I
dengan rata-rata sebesar 62.86 dengan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 orang
dan siswa yang tuntas sebanyak 4 orang. Sedangkan nilai hasil belajar siswa pada
siklus II sebesar 78.57 dengan nilai siswa semuanya tuntas. Jadi terdapat
peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 15.72.
Saran
1). Siswa hanya 7 orang dan sulit bagi peneliti untuk melakukan langkah
kontekstual terutama pada masyarakat belajar untuk itu disarankan kepada peneliti
lain untuk lebih memperhatikan jumlah siswa.
2). Peneliti dalam melakukan pembelajaran Kontekstual tidak memperhatikan
waktu sehingga memakan waktu pelajaran yang lain sehingga tidak optimal
disarankan kepada peneliti yang menggunakan model Kontekstual agar
memperhatikan waktu.
3). Penelitian hanya dilakukan didalam kelas sehingga siswa merasa bosan
disarankan kepada peneliti selanjutnya agar membuat suasana berbeda atau
membawa siswa kealam sehingga mereka mendapat pengalaman baru.
DAFTAR RUJUKAN
BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Mendiknas
Choiril Azmiyawati. (2008). IPA Salingtemas 5. jakarta: PT.Intan Pariwara
Darwyan Syah, dkk, 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media
Depdikbud. (2006) . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyanti dan Mudjiono. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Prees.
Hamalik. (2014). Pengertian Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran.
[Online]. http://www.sarjanaku.com. (14 januari 2014)
Joice
(2014).
Pengertian
Model
Pembelajaran.
(online).
http//gremura.blogspot.com. (25 februari 2014)
Kardi
dan
Nur.
Pengertian
Model
Pembelajaran.
(online).
http//gremura.blogspot.com. (25 februari 2014)
Komarudin.
Pengertian
Model
Pembelajaran.
(online).
http//gremura.blogspot.com. (25 februari 2014)
Marc
Belt.
Pengertian
Model
Pembelajaran.
(online).
http//gremura.blogspot.com. (25 februari 2014)
Moh. Asrori. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Pupuh Faturrohman dan Moh. Sorby Sutikno. (2010). Strategi Belajar
Mengajar–Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami. Bandung: PT
Rineka Cipta.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Nyimas Aisyah, dkk. (2008). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Rivai. (2014). Pengertian Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran. [Online].
http://www.sarjanaku.com. (14 januari 2014)
Rahman Boyanese (2014). Pengertian Definisi Hasil Belajar.
[Online].
http://www.sarjanaku.com. (30 januari 2014)
Saminanto. (2010). Ayo Praktik PTK. Semarang: Sagha Grafika.
Sumiati dan Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suyadi. (2012). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Pres.
Soekanto.
(2014).
Cirri-ciri
Model
Pembelajaran).
(online).
http//panduanguru.com. (25 februari 2014)
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain. (2012). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tukiran Taniredja dkk, (2012). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung:
Alfabeta
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Kencana
Download