Edisi 31 Volume 8 September 2012 - Direktorat Jenderal Listrik dan

advertisement
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dari Redaksi
Susunan Redaksi
Penanggung Jawab
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono hari Selasa (29/5) lalu menyampaikan
pidato kenegaraan terkait kebijakan penghematan
energi dan air. Kepala negara mengungkapkan
Indonesia saat ini sedang mengalami beberapa
permasalahan di dalam negeri antara lain
permasalahan peningkatan BBM dan listrik, dimana
subsidi BBM dan listrik terus meningkat dari tahun
2010 sebesar 140 trilyun dan di tahun 2011 menjadi
256 trilyun. Besarnya anggaran subsidi BBM dan
listrik ini berpotensi meningkatkan defisit anggaran
negara, karena penerimaan negara lebih kecil dari
belanja negara. Dalam pidatonya Presiden meminta
semua pihak untuk mulai menghemat energi. Selain
membantu negara, penghematan energi sangat
bermanfaat untuk pribadi masing-masing.
Menindaklanjuti pidato presiden tersebut, Menteri
ESDM Jero Wacik membuat peraturan menteri ESDM
terbaru terkait penghematan energi. Peraturan yang
dibuat setelah pidato presiden tersebut diantaranya
adalah Permen ESDM no 12 tahun 2012 tentang
Penghematan BBM, Permen ESDM no 13 tahun
2012 tentang Penghematan Listrik, Permen ESDM
No 14 tahun 2012 tentang Manajemen Energi,
serta Permen ESDM No 15 tahun 2012 tentang
Penghematan Penggunaann Air Tanah. Sehari
kemudian, sosialisasi terhadap pengehematan
energi pun dilakukan. Mengundang perwakilan dari
berbagai instansi pemerintah pusat, Menteri ESDM
sangat serius dalam menaggapi instruksi presiden
tersebut.
Di sub sektor ketenagalistrikan sendiri, penghematan
dilakukan di sektor hulu (pembangkitan) dan hilir
(pemakaian tenaga listrik). Dimulai dari penghentian
penggunaan bahan bakar minyak sebagai energi
pembangkit listrik, penghematan listrik juga
menyentuh bangunan gedung pemerintah serta
rumah dinas pejabat. Berdasarkan Permen ESDM
tentang penghematan listrik tersebut, setiap instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah diminta
melaporkan penghematan yang terjadi di kantor
masing-masing sebagai bahan monitoring.
Berita seputar penghematan energi, khususnya
energi listrik tersebut menjadi sajian utama dalam
Buletin Ketenagalistrikan Edisi 30 Volume VIII
ini. Simak pula berita seputar Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan dalam tiga bulan terakhir, serta
artikel menarik khas Buletin Ketenagalistrikan.
Selamat Membaca.
2 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Suryanto Chandra
Redaktur
Husni Safruddin,
Heru Setiawan,
Totoh Abdul Fatah,
Hinsa Silaen
Hagni Surendro,
Andi Winarno
Sudarti,
Wiwid Mulyadi,
Jackson Frans,
M Fathorrahman,
Hari Dwi Wijayanto,
Milan M Nainggolan,
Pandu Satria Jati,
Ahmad Amirrudin
Andi Winarno,
Ery Nurcahyanto,
David F Silalahi,
Anggita Miftah Hairini,
Dina Andriani,
Ilham Budi,
Elif Doka Marliska.
Penyunting/ Editor
Rimawanti,
Suwarno,
Stefanus Wisnu W,
Novan Akhirianto.
Desain Grafis/Fotografer
Ajat Munajat,
Agus Supriadi,
Achmad Yusuf Hardono
Tri Purwanti,
Sahri Mahmud.
Sekretariat
Adar,
Emi Tursilah,
Asep Hidayat,
Abdul Gofur,
Novi Pravitasari.
Alamat Redaksi
Sekretariat Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-2 Kav.07-08,
Kuningan, Jakarta 12950
Telepon/Fax (021) 5225180
Email : [email protected].
go.id
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Daftar Isi
BERITA
• Pelantikan Eselon III dan IV di Lingkungan Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan ..................................................................................
• Dirjen Ketenagalistriikan BUka 7th Indo Power2012 ............................
• Sosialisasi UU Ketenagalistrikan di Banjarmasin ..................................
• Jual Beli Lintas Negara Dimungkinkan .................................................
• Dirjen Ketenagalistrikan Pimpin Rapat Koordinasi dengan KaDinas
ESDM Provinsi......................................................................................
• Dirjen Ketenagalistrikan Kunjungi P3B Jawa Bali ...............................
• Menteri ESDM Resmikan Program Prolisdes 2011 di Bali .....................
• Presiden Paparkan Kebijakan Penghematan Energi ..............................
• Menteri ESDM Sosialisasikan Penghematan Energi ..............................
• Dirjen Ketenagalistrikan Ajak Semua Pihak Hemat Listrik ..................
• Menteri ESDM Resmikan PLTU PAiton Unit 3 .....................................
• Dirjen Ketenagalistrikan Buka Seminar Clean Coal Technology..............
• Hemat Listrik Dimulai Dari Kita ..........................................................
• Ini Dia Cara Penghematan Listrik di Gedung .........................................
• Tingkat Mutu Pelayanan Tidak Terpenuhi, PLN Wajib Memberikan
Pengurangan Tagihan ............................................................................
• Kunker Dirjen Ketenagalistrikan ke PLTU Lampung, UPB, dan PLN
(Peresro) Lampung ................................................................................
4
6
9
11
13
15
17
18
19
21
23
26
28
30
32
34
Artikel
• Public Private Partnership di Sektor Penyediaan Tenaga Listrik ............
• Perbedaan Tegangan, Frekuensi, Tusuk Kontak dan Kotak Kontak
Untuk Keperluan Rumah Tangga di Seluruh Dunia ..............................
• Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Pada Pembangkit Tenaga Listrik
• Energi Bersih dari Danau Rawa Pening .................................................
• Pro Kontra Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir ......................................
• Inspeksi Gardu Induk TEgangan Ekstra Tinggi (GITET) Gandul Terkait
Gangguan MEledaknya Trafo Arus (CT) Pada Bay 150 kv ......................
36
46
50
52
54
56
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 3
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
PELANTIKAN ESELON III-IV
DI LINGKUNGAN DITJEN
KETENAGALISTRIKAN
4 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Ir.
Jarman, M.Sc. melantik Pejabat Eselon III
dan IV di lingkungan Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan di Aula Samaun Samadikun
hari ini (3/4). Dua pegawai diambil sumpahnya
sebagai pejabat eselon III, dan tiga yang lain
sebagai pejabat eselon IV. Dalam acara ini,
Dirjen juga mengambil sumpah calon pegawai
negeri sipil (CPNS) yang diangkat menjadi
pegawai negeri sipil sebanyak 23 orang,
terhitung mulai tanggal 1 Februari 2012.
Berikut nama-nama pejabat eselon III dan IV
yang dilantik:
Suasana Pelantikan Eselon III dan IV Ditjen Ketenagalistrikan, 3
April 2012. Sumber : SLR
No.
Nama
Jabatan Baru
1.
Ir. Ferry Triansyah
Kepala Sub Direktorat Kelaikan Teknik dan Keselamatan
Ketenagalistrikan, pada Direktorat Teknik dan Lingkungan
Ketenagalistrikan
2.
Ir. Hanat Hamidi, M.Si.
Kepala Sub Direktorat Perlindungan Tenaga Listrik, pada
Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan
3.
Totok Suntoro, ST
Kepala Seksi Keselamatan Ketenagalistrikan, pada Direktorat
Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan
4.
Muhammad Nur Taufik, ST
Kepala Seksi Perlindungan Lingkungan Penyaluran
Tenaga Listrik, pada Direktorat Teknik dan Lingkungan
Ketenagalistrikan
5.
Trinaldy Konnery, ST
Kepala Seksi Pendanaan Tenaga Listrik, pada Direktorat
Pembinaan Program Ketenagalistrikan
Penulis : Anggita Miftah Hairani
PNS baru
Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
setelah diambil
sumpahnya.
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 5
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen
Ketenagalistrikan, Ir
Jarman MSc (Tengah)
Membuka Indo Power
2012 di JI Expo
Kemayoran Jakarta
Dirjen Ketenagalistrikan
Buka 7th Indo Power 2012
Penulis : Pandu Satria Jati B
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Ir
Jarman Msc pada Rabu (4/4) lalu membuka
pameran 7th Indo Power 2012. Pameran
ketenagalistrikan bertaraf internasional yang
digelar di JI Expo Kemayoran ini bertujuan
untuk mempertemukan produsen dengan
para pengguna alat-alat ketenagalistrikan baik
dalam negeri maupun manca negara. Direktur
Jenderal dalam sambutannya menyampaikan
bahwa globalisasi telah memberikan pengaruh
besar dalam pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan di Indonesia. Menurut Dirjen
hal ini tampak dari mulai terlibatnya investor
asing dalam pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan sampai dengan kemungkinan
terjadinya transaksi jual beli tenaga listrik antar
negara.
“Pameran ini diharapkan menjadi wadah
yang tepat untuk membuka peluang usaha
dan kerjasama dari para stakeholder, ” ujar
Dirjen Ketenagalistrikan. Selain itu Dirjen
berharap pameran ini dapat meningkatkan
daya saing nasional untuk mengantisipasi era
6 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
pasar bebas dalam mendukung pembangunan
ketenagalistrikan.
Dalam pembukaan pameran tersebut Dirjen
Ketenagalistrikan juga menyampaikan bahwa
Rasio Elektrifikasi di Indonesia saat ini baru
mencapai sekitar 72,95% dengan pertumbuhan
permintaan tenaga listrik berkisar 7-9%
pertahun. Untuk itu diperlukan tambahan
kapasitas baru setiap tahun, tidak dapat hanya
mengandalkan proyek-proyek yang dibangun
oleh PT. PLN (Persero), namun diharapkan juga
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
dari pembangkit-pembangkit yang dibangun
oleh swasta, BUMD, Koperasi, dan swadaya
masyarakat melalui mekanisme investasi/public
private partnership yang sehat dan transparan.
Dalam kesempatan tersebut Dirjen
Ketenagalistrikan juga menyampaikan
ajakan dan dorongan dari pemrintah sebagai
regulator kepada seluruh stakeholder di
sektor ketenagalistrikan untuk menjadi ujung
tombak peningkatan daya saing nasional.
Para pemangku kepentingan diharapkan
berpartisipasi memberikan kontribusi yang
positif dalam rangka mengembangkan dan
memajukan sektor ketenagalistrikan serta
Foto-foto Dirjen Ketenagalistrikan saat mengunjungi standstand Indo Power 2012. Sumber : SLR
bersinergi satu sama lain. ”Sehingga segala
upaya yang telah ditempuh dan tengah
dilaksanakan oleh Pemerintah saat ini
diharapkan dapat mendukung pemenuhan
kebutuhan tenaga listrik untuk masyarakat luas
yang lebih merata,” tegas Dirjen.
Dalam pembukaan pameran yang
dilaksanakan dengan pemotongan pita oleh
Dirjen Ketenagalistrikan tersebut, hadir juga
memberikan sambutan Ketua Asosiasi-asisoasi
ketenagalistrikan, dan Presiden Direktur CEMS
Global USA selaku penyelenggara pameran.
Dari Rabu (4/4) hingga Jumat (6/4) pengunjung
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 7
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Suasana Stand Ditjen
Ketenagalistrikan
dalam pameran Indo
Power 2012
dapat menyaksikan pameran alat-alat terkini
seputar infrakstruktur ketenagalistrikan. Indo
Power 2012 ini juga dilaksanakan bersamaan
dengan pameran ”Indo-Renewable Energy
2012” dan ”Indo Solar 2012” yang juga bertaraf
Internasional.
Stand Ditjen Ketenagaistrikan yang bergabung
dalam stand Kementerian ESDM juga ikut
memeriahkan pameran tersebut dengan
menyampaikan informasi-informasi terkini
seputar kebijakan-kebijakan ketenagalistrikan.
Para petugas siap memberikan informasi
terkait program-program yang dilaksanakan
pemerintah melalui Kementerian ESDM untuk
kesejahteraan rakyat.
8 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Foto-foto suasana pembukaan Indo Power 2012. Tarian
selamat datang (atas), Dirjen Ketenagalistrikan
menyampaikan sambutan (kiri bawah).
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Sosialisasi Undang-Undang
Ketenagalistrikan di Banjarmasin
Penulis : Anggita Miftah Hairani
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
mengadakan serangkaian sosialisasi
berkenaan dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
serta Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan. Sosialisasi pertama
dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan
Selatan pada Kamis (12/4). Acara dibuka oleh
Sekretaris Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Kalimantan Selatan, Wardhani,
mewakili Kepala Dinas Ali Muzanie yang
berhalangan hadir.
Dalam sambutan Kepala Dinas yang dibacakan
oleh Wardhani, ditegaskan bahwa terbitnya PP
Nomor 14 Tahun 2012 telah membuka peluang
bagi siapa saja untuk menjadi enterpreneur
di bidang energi listrik. “Payung hukum ini
menegaskan bahwa penyediaan listrik bisa
dilaksanakan baik untuk kepentingan umum
maupun kepentingan sendiri,” tambahnya.
Ali Muzanie berharap, dengan keluarnya PP
Nomor 14 Tahun 2012 ini pihak swasta dapat
berperan aktif mendukung terselenggaranya
penyediaan tenaga listrik khususnya di
wilayah Kalimantan Selatan. Namun, aturan
harga diharapkan harus tetap diperketat oleh
pemerintah dan tidak dibiarkan diatur oleh
pasar. “Hal ini perlu dilakukan karena kebutuhan
listrik telah menjadi kebutuhan dasar yang
apabila terjadi kenaikan harga akan berimbas
pada kebutuhan lainnya, dan rakyat golongan
menengah ke bawah yang akan memperoleh
dampak buruknya.”
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum, yang mencakup usaha
pembangkit tenaga listrik, transmisi, distribusi,
dan penjualan tenaga listrik sebagaimana PP
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 9
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Nomor 14 Tahun 2012 pasal 4 menegaskan
bahwa usaha transmisi tenaga listrik wajib
membuka kesempatan pemanfaatan bersama
jaringan transmisi untuk kepentingan umum. Ini
dapat dilakukan melalui sewa jaringan antara
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik
yang melakukan usaha transmisi dengan pihak
yang akan memanfaatkan jaringan transmisi.
Harga atas sewa jaringan transmisi tenaga
listrik wajib mendapat persetujuan menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Sosialisasi ini juga berisi materi mengenai
kebijakan dan kondisi ketenagalistrikan di
Provinsi Kalimantan Selatan, regulasi pembinaan
program ketenagalistrikan, regulasi pembinaan
pengusahaan, serta regulasi bidang keteknikan
dan lingkungan ketenagalistrikan.
General Manager PLN Wilayah Kalimantan
Selatan dan Tengah Yuddy Setyo Wicaksono
dalam paparannya menjelaskan bahwa jumlah
total rasio elektrifikasi Kalimantan Selatan dan
Tengah adalah 62,86%. Pada 2020, diharapkan
rasio elektrifikasi bisa meningkat menjadi 85,1%
sesuai dengan RUPTL Wilayah Selatan dan
10 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Tengah 2011-2020. Selama 2011, gangguan yang
terjadi sebanyak 52,75% berasal dari pohon,
baik pohon tumbang ataupun lokasi pohon
yang berdekatan dengan jaringan listrik. Yuddy
Setyo juga memaparkan rencana PLN dalam
pembangunan pembangkit, jaringan transmisi
dan gardu induk.
Di tahun 2013, PLN Wilayah Selatan dan Tengah
berencana membangun PLTU Kotabaru (2x7
MW), PLTU Pulang Pisau (2x60 MW), PLTU
Buntok (2x7 MW), PLTU Kuala Pambuang (2x3
MW), PLTU Kuala Kurun (2x3 MW), serta PLTG
Bangkanai (2x70). Gardu Induk Pangkalan
Bun (30 MVA) dan jaringan transmisi Sampit –
Pangkalan Bun (344 kms), Tanjung – Buntok (260
kms), Buntok – Muarateweh (220 kms), PLTG
– Muarateweh (80 kms) juga akan dibangun di
sepanjang 2013.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan
menyampaikan
sambutannya dalam
Coffee Morning yang
mengundang pemangku
kepentingan di sub sektor
ketenagalistrikan (20/4)
Jual Beli Lintas Negara
Dimungkinkan
Jual beli tenaga listrik lintas negara antara
Indonesia dengan negara lain dimungkinkan
dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor
42 Tahun 2012, yang merupakan turunan dari
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan. Ini merupakan bahasan pokok
dalam Coffee Morning yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK)
pada hari ini (20/4). Acara yang dibuka oleh
Dirjen Ketenagalistrikan Ir. Jarman, M.Sc. ini
merupakan acara rutin tempat berbagi informasi
antara DJK dengan stakeholders subsektor
ketenagalistrikan.
Terbitnya PP Nomor 42 Tahun 2012 merupakan
salah satu langkah dalam menghadapi
diimplementasikannya Asean Power Grid,
yakni jaringan interkoneksi transmisi negaranegara di Asean. Dalam sambutannya, Dirjen
menyebutkan bahwa di negara-negara maju,
interkoneksi antarnegara sudah merupakan
hal yang wajar. Dicontohkan, Amerika Serikat
membeli listrik dari Kanada, dan Jerman
membeli listrik dari Prancis. Bahkan di Asia
pun jual-beli listrik sudah dilakukan, seperti
Laos yang menjual listrik ke Thailand. Daerah
perbatasan Thailand selatan juga melakukan
jual-beli listrik dengan Malaysia. “Peak load
Thailand di malam hari, sedangkan Malaysia
siang hari karena merupakan daerah industri.
Siang hari, Malaysia membeli listrik dari
Thailand, sementara pada malam hari, Thailand
yang membeli listrik dari Malaysia. Ini adalah
sesuatu yang menguntungkan,”jelas Dirjen.
Dirjen melanjutkan, beberapa kajian sudah
dilakukan terkait jual-beli listrik Indonesia
dengan negara lain, di antaranya adalah
introduksi antara Serawak dan Kalimantan Barat
serta kajian interkoneksi antara Malaka dengan
Sumatera.
“Karena saat ini kebutuhan listrik masih sangat
besar dan sebagian pembangkit masih memakai
BBM, maka kita akan impor dari Serawak 55 MW
untuk mengganti pembangkit yang memakai
bahan bakar bersubsidi. Kalau sudah settle,
Sumatera juga settle, baru kita ekspor ke negara
tetangga.”
Namun Dirjen menegaskan bahwa ekspor akan
dilakukan jika kebutuhan lokal sudah terpenuhi.
Ini sesuai dengan ketentuan penjualan tenaga
listrik lintas negara menurut PP Nomor 42 Tahun
2012, yakni: kebutuhan tenaga listrik setempat
dan wilayah sekitarnya telah terpenuhi, harga
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 11
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
jual tenaga listrik tidak mengandung subsidi,
dan tidak mengganggu mutu dan keandalan
penyediaan tenaga listrik setempat.
Selain berbicara mengenai jual beli listrik lintas
negara, Dirjen juga menjelaskan Peraturan
Direktur Jenderal yang baru mengenai
pembangkit mulut tambang. Pembangkit mulut
tambang tengah didorong untuk dikembangkan
di Indonesia. Dengan pembangkit jenis ini,
problem kepadatan lalu lintas kapal batu bara
dan truk-truk yang merusak jalan bisa diatasi
karena semua ditransmisikan melalui kabel
atau saluran udara tegangan tinggi. Dirjen
menambahkan, peraturan tentang jual beli
12 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
lintas negara dan mulut tambang perlu dibuat
seakomodatif mungkin sehingga memudahakan
pengusaha.
Penulis : Anggita Miftah Hairani
Foto-foto suasana Coffee Morning Ditjen Ketenagalistrikan
(20/4). Sumber : SLR
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan Pimpin
Rapat Konsultasi dengan KaDinas
ESDM Provinsi
Penulis : Pandu Satria Jati B
Dirjen Ketenagalistrikan memimpin rapat koordinasi dengan Kepala Dinas ESDM Provinsi Se Indonesia
Jumat (20/4) lalu Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan, Ir Jarman MSc memimpin
rapat konsultasi dengan Kepala Dinas
ESDM Provinsi seluruh Indonesia. Rapat ini
dilaksanakan selepas acara coffe morning
yang dihadiri Kepala Dinas ESDM Provinsi dan
stakeholder sub sektor ketenagalistrikan.
Topik yang diangkat dalam rapat konsultasi
pertama ini ada tiga hal, yakni perizinan
ketenagalistrikan, regulasi keteknikan
ketenagalistrikan, dan PPNS Ketenagalistrikan.
“Dengan sistem ketenagalistrikan yang makin
kompleks, masalah-masalah yang berkaitan
dengan hal itu tidak boleh diabaikan” ujar Dirjen
saat membuka rapat. Dirjen juga menyampaikan
bahwa dalam waktu dekat akan keluar
instruksi presiden mengenai penghematan
energi dan akan berlaku 1 Mei 2012. “Sebagai
instansi pemerintah kita diharapkan menjadi
teladan dengan menerapkan dan membatu
mensosialisaikan kepada masyarakat,” ungkap
Dirjen. “Tiga hal yang menjadi perhatian
pemerintah adalah penghematan BBM di
lingkungan mobil dinas, penghematan listrik,
dan penghematan air,” imbuhnya.
Dalam kaitan penghematan listrik, Instruksi
Presiden mengenai penghematan listrik fokus
pada Standar Nasional Indonesia (SNI) tata
udara dan tata cahaya. Untuk tata udara,
temperatur AC antara 24-26 derajat celcius.
Ketentuan ini diharapkan dapat diterapkan di
kantor-kantor pemerintah. “Target akhir dari
penghematan ini adalah penurunan listrik 20%
dari pemakaian sebelumnya,” ujar Dirjen.
Presentasi pertama dalam rapat konsultasi ini
bertema Perizinan Usaha Ketenagalistrikan
yang disampaikan oleh Direktur Pembinaan
Pengusahaan Ketenagalistrikan, Satya
Zulfanitra. Izin usaha penyediaan tenaga
listrik (IUPL) – dulu disebut IUKU merupakan
izin usaha yang meliputi penyediaan baik
pembangkitan, penyaluran, dan penjualan
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 13
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
tenaga listrik. Menurut Satya, PLN maupun
IPP wajib memperoleh IUPL. Kewenangan
IUPL lintas propinsi berada di Menteri ESDM,
sedangkan bila lintas kabupaten/kota berada di
tingkat Gubernur. Satya mengingatkan bahwa
kewenangan izin ini melekat dengan persetujuan
tarif.
Materi kedua yang disampaikan dalam
presentasi ini adalah regulasi keteknikan
di bidang ketenagalistrikan. Penyampai
materi ini adalah Direktur Teknik dan
Lingkungan Ketenagalistrikan, Agoes
Triboesono. Sesuai dengan UU No 30 Tahun
2009 tentang Ketenagalistrikan, setiap
usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketentuan keselamatan ketenagalistrikan
untuk mewujudkan kondisi yang handal dan
aman dari instalasi, serta ramah lingkungan.
Menurut Agoes dalam waktu dekat akan
diluncurkan Peraturan Pemerintah mengenai
jasa penunjang ketenagalistrikan yang saat ini
masih dikonsultasikan dengan kementeriankementerian terkait.
Materi terakhir yang dipresentasikan
14 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
dalam rapat konsultasi ini adalah Penyidik
Pegawai Negeri (PPNS) Ketenagalistrikan
yang dibawakan kembali oleh Satya
Zulfanitera dibantu oleh seorang PPNS Ditjen
Ketenagalistrikan, Agus Sufiyanto. Satya
menjelaskan bahwa PPNS adalah penyidik
khusus yang ahli dalam ketenagalistrikan.
Bila ada tindak pencurian listrik atau hal-hal
lain yang berkaitan dengan penyidikan maka
yang melakukan penyidikan bukan Polri atau
Kejaksaan, namun PPNS Ketenagalistrikan.
Dirjen Ketenagalistrikan berharap kegiatan
rapat konsultasi ini diharapkan akan berjalan
rutin bersamaan dengan kegiatan coffe morning
Ditjen Ketenagalistrikan. Hal ini mendapat
masukan positif dari peserta yang berasal dari
Kepala Dinas ESDM Provinsi se Indonesia. Dalam
rapat ini para Kepal Dinas ESDM menyampaikan
banyak masukan dan pertanyaan kepada
Dirjen Ketenagalistrikan seputar materi yang
disampaikan, atau masalah lain yang terjadi di
daerah mereka. Acara ditutup dengan makan
siang dan Sholat Jumat bersama.
Foto-foto suasana rapat koordinasi Dirjen Ketenagalistrikan
dengan Ka Dinas ESDM Provinsi Se-Indonesia, (20/4). Sumber
:SLR
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen
Ketenagalistrikan
memimpin rapat saat
mengunjungi P3B Jawa
Bali di Gandul, Depok,
Jawa Barat
Dirjen Ketenagalistrikan Kunjungi
P3B Jawa Bali
Dirjen Ketenagalistrikan, Ir Jarman MSc pada
Kamis (4/5) lalu mengunjungi Kantor Penyaluran
dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali, PT
PLN (Persero) yang terletak di Gandul, Depok,
Jawa Barat. Dalam kunjungan tersebut, Dirjen
Ketenagalistrikan ingin mendapatkan masukan
pola operasi dan outlook kelistrikan sampai akhir
tahun 2012.
Bauran energi dalam pembangkit listrik PT PLN
(Persero) saat ini sangat menjadi perhatian
Pemerintah. Oleh karena itu Dirjen ingin
mendapatkan laporan penggunaan BBM dalam
pembangkitan listrik hingga akhir tahun 2012
nanti. “Kami ingin mendapatkan masukan dari
teman-teman P3B seputar penggunaan energy
mix pembangkit hingga akhir tahun,” ungkap
Dirjen Ketenagalistrikan. Selain itu Dirjen juga
ingin mendapatkan masukan mengenai Interbus
Transformer (IBT) yang sudah lama dan perlu
peremajaan.
Kunjungan Dirjen sendiri disambut Direktur
Operasi Jawa Bali PT PLN, Ngurah Adnyana.
Dalam presentasinya, P3B Jawa Bali
menyampaikan berbagai macam hal seperti
perubahan organisasi dalam P3B, penggunaan
energy mix pembangkit, hingga berbagai
tantangan yang dihadapi P3B dalam melistriki
Jawa dan Bali.
Struktur organisasi P3B Jawa Bali mengalami
sedikit perubahan organisasi, dengan tugas
utama tetap pada operasi sistem. Tambahan
struktur tersebut adalah satuan OPI (Operational
Performance Improvement) dan Manajemen
Aset untuk mengganti aset-aset yang telah
usang. P3B juga betekad untuk melakukan
debirokratisasi dalam organisasi, sehingga lebih
Dirjen Ketenagalistrikan (dua dari kanan) tengahy berbincang
dengan Direktur Operasi Jawa Bali PT PLN, Ngurah Adnyana.
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 15
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
cepat dalam menjalankan program-program
yang telah direncanakan. Yana menyampaikan
bahwa tiga hal yang menjadi perhatian P3B
dalam menjalankan operasi sistem adalah
Security, Quality, dan Economi. Namun Yana
memastikan bahwa dari ketiga hal tersebut yang
paling penting adalah sequrity atau keamanan.
Beberapa data yang disampaikan oleh P3B Jawa
Bali diantaranya adalah kapasitas terpasang
jawa bali hingga akhir 2011 adalah 28.070 MW
dan hingga akhir 2012 diprediksi mencapai
29.570 dengan tambahan kapasitas PLTA
1500 MW di tahun ini. Dalam hal penggunaan
bahan bakar sebagai pembangkit listrik, P3B
optimis hingga akhir 2012 nanti bisa menekan
penggunaan BBM sebagai pembangkit listrik
hingga 5,6%. Prosentase ini mengalami
penurunan dari tahun 2011 yang sebesar 14,7%.
P3B juga menyampaikan beberapa kemajuan
dalam penambahan pelanggan pasang baru,
16 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
penambahan travo dan gardu induk. Setelah
melakukan diskusi, Dirjen ketenagalistrikan
bersama jajaran P3B Jawa Bali melakukan
silaturahmi dengan makan bersama sebelum
kembali ke Jakarta.
Penulis : Pandu Satria Jati B
Foto-foto suasana kunjungan Dirjen Ketenagalistrikan ke P3B
jawa Bali, di Gandul, Depok, Jawa Barat.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Menteri ESDM Resmikan Prolisdes
2011 di Bali
Penulis : Pandu Satria Jati B
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM), Jero Wacik pada Sabtu (12/5) lalu
meresmikan Program Listrik Perdesaan
(Prolisdes) seluruh Indonesia Tahun Anggaran
2011 di Museum Gunung Api Batur, Bangli, Bali.
Peresmian ini bersamaan dengan peresmian
Pemanfaatan Air Tanah dari Sumur Bor di
Provinsi Bali. Hadir pula dalam peresmian itu
Diektur Jenderal Ketenagalistrikan, Ir Jarman
MSc.
Dalam sambutannya, Menteri ESDM mengajak
Pemerintah Daerah, perguruan tinggi,
koperasi dan lembaga sosial kemasyarakatan
untuk berpartisipasi aktif mengembangkan
pembangkit listrik yang bersumber dari energi
baru terbarukan untuk listrik perdesaan
terutama di daerah-daerah terpencil. “Saya juga
berpesan agar infrastruktur listrik perdesaan
ini dijaga dengan baik untuk kepentingan
bersama,” tegasnya.
Selain menghimbau agar menjaga infrakstruktur
Menteri ESDM menekankan pentingnya gerakan
penghematan (BBM, listrik dan air) oleh semua
lapisan masyarakat. “Saya menghimbau semua
pihak untuk melakukan penghematan besarbesaran dalam setiap aspek kehidupannya. Hal
ini menjadi penting mengingat terbatasnya
anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah untuk
subsidi energi,” ungkap Menteri.
Sementara itu, Sekjen ESDM Waryono
Karno melaporkan, pembangunan Listrik
Perdesaan tahun Anggaran 2011 ini mencakup
pembangunan Jaringan Tegangan Menengah,
Jaringan Tegangan Rendah dan Gardu Distribusi
yang menjangkau sampai ke daerah perdesaan.
Secara keseluruhan, pencapaian program Listrik
Perdesaan seluruh Indonesia yang didanai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Kementerian ESDM Tahun Anggaran 2011
mencapai 93,39% dan mencapai output Jaringan
Tegangan Menengah sebesar 9.059 kms,
Jaringan Tegangan Rendah sebesar 8.810 kms
dan Gardu Distribusi sebesar 372 mva.
“Pembangunan Listrik Perdesaan ini
telah menyumbangkan kontribusi untuk
meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia
dari sebesar 67,2% pada 2010 menjadi 72,95%
pada tahun 2011,” ungkap Waryono Karno.
Untuk Propinsi Bali sendiri, pada tahun 2011
telah dibangun gardu distribusi sebanyak 155
unit, JTM 87 Kms dan JTR sepanjang 178 Kms,
sehingga saat ini rasio elektrifikasi di Provinsi
Bali sudah mencapai 69%.
(PSJ/KO)
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 17
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Presiden Paparkan Kebijakan
Penghematan Energi
Penulis : Pandu Satria Jati B
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono menyampaikan pidatonya di Istana
Negara, Jakarta, Selasa (29/05/2012) terkait
kebijakan penghematan BBM dan listrik. Kepala
negara mengungkapkan Indonesia saat ini
sedang mengalami beberapa permasalahan
di dalam negeri antara lain permasalahan
peningkatan BBM dan Listrik, dimana subsidi
BBM dan Listrik terus meningkat dari tahun 2010
sebesar 140 Trilyun dan di tahun 2011 menjadi
256 Trilyun. Besarnya anggaran subsidi BBM
dan listrik ini berpotensi meningkatkan defisit
anggaran negara, karena penerimaan negara
lebih kecil dari belanja negara. ” Kita tidak
ingin utang kita terus meningkat, dan akhirnya
membebani anak-cucu kita” ungkapnya.
Untuk mencegah defisit negara yang terus
berlangsung Presiden mengungkapkan
dua agenda penting yang harus dilakukan.
Agenda pertama adalah mencegah naiknya
defisit anggaran dengan cara meningkatkan
pendapatan negara, dan melakukan
optimalisasi, termasuk penghematan anggaran
belanja Negara, sedangkan agenda kedua
adalah mengurangi subsidi BBM dan listrik,
melalui gerakan penghematan secara nasional.
Mengenai gerakan penghematan listrik sendiri
Presiden menekankan pentingnya penghematan
penggunaan listrik dan air di kantor-kantor
pemerintah, pemerintah daerah, BUMN
dan BUMD, serta penghematan penerangan
jalan-jalan. Penghematan tersebut akan mulai
diberlakukan pada bulan Juni 2012. “Pimpinan
instansi dan lembaga terkait harus bertanggung
jawab untuk suksesnya pelaksanaan program ini.
Pada tahun 2008 dan 2009 yang lalu, ketika kita
menghadapi kondisi yang relatif sama dengan
apa yang terjadi saat ini, gerakan penghematan
listrik dan air ini berjalan dengan sangat sukses.
Saat itu kita berhasil menurunkan penggunaan
BBM dan listrik yang signifikan” ungkap
Presiden.
18 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Dalam sela-sela pidatonya, Presiden
mengatakan bahwa saat ini harus memulai
menggunakan energi baru dan terbarukan, baik
untuk transportasi, industri maupun pembangkit
listrik. Di masa depan, kita harus membangun
sistem transportasi dan kendaraan yang tidak
tergantung pada BBM. Untuk jangka pendek,
kita mendorong penggunaan kendaraan hybrid,
yaitu kendaraan yang dapat digerakkan baik
menggunakan BBM maupun tenaga listrik,
yang jenis kendaraan ini mulai dipasarkan di
Indonesia. “Kendaraan jenis ini akan sangat
menghemat penggunaan BBM” papar Presiden.
Presiden menginstruksikan kepada Kementerian
terkait dan kalangan perguruan tinggi untuk
mulai mengembangkan kendaraan listrik
buatan putra bangsa sendiri. Pemerintah akan
menerapkan kebijakan yang tepat, seperti
pemberian kemudahan dan juga insentif fiskal
untuk mendorong percepatan investasi bagi
terwujudnya kendaraan Hybrid dan kendaraan
listrik,. Dengan kebijakan ini diharapkan harga
kendaraan hemat bahan bakar dapat dijangkau
oleh masyarakat, dan, diharapkan pula harganya
dapat bersaing dengan harga kendaraan yang
hanya menggunakan BBM.
Selanjutnya presiden meminta kepada jajaran
PLN untuk menghentikan pembangunan
pembangkit listrik yang menggunakan
BBM. Sebaliknya, perluas dan tingkatkan
pembangunan pembangkit listrik dengan energi
baru dan terbarukan, seperti listrik tenaga surya,
panas bumi, tenaga air, dan biomasa. (DA/PSJ)
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Menteri ESDM Sosialisaikan
Penghematan Energi
Foto-foto Sosialisasi Penghematan BBM, Listrik, Manajemen Energi
dan Air Tanah di Gedung Setjen KESDM 30/5. Menteri ESDM Jero Wacik
memberikan pengarahan (tengah)
Penulis : Pandu Satria Jati B
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 19
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero
Wacik membuka acara Sosialisasi Penghematan
BBM, Listrik, Manajemen Energi, dan Air Tanah
di kantor Kementerian ESDM, Rabu (30/5).
Sosialisasi ini dihadiri para Pejabat di lingkungan
Kementerian ESDM, Sekretaris Jenderal dan
Sekretaris Menteri Kementerian dan Lembaga
Negara serta Kepala Pemerintahan non
Kementerian, serta Sekretaris perusahaan
BUMN dan BUMD. Hadir dalam sosialisasi
tersebut, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Ir
Jarman, Msc memberikan sosialisasi mengenai
penghematan listrik.
Dalam sambutannya, Menteri ESDM
menyampaikan bahwa latar belakang gerakan
ini adalah rencana kenaikan BBM pada 1 April
lalu yang tidak tercapai, sementara postur
APBN sudah dibuat dengan asumsi harga
BBM mengalami kenaikan. Selain melalui
penghematan, Menteri menjelaskan bahwa
Pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan
penerimaan melalui peningkatan pendapatan
pajak, dan PNBN sektor Pertambahangan dan
Migas.
Menteri ESDM juga menjelaskan bahwa ia
telah menandatangai empat Peraturan Menteri
(PerMen) yang terkait dengan penghematan
energi. PerMen yang pertama adalah PerMen
ESDM No 12 tahun 2012 tentang Pengendalian
Penggunaan Bahan bakar Minyak. Dalam
peraturan ini diatur pelarangan penggunaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di
kalangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
20 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Sekjen ESDM Waryono Karno memberikan sambutan saat
sosialisasi penghematan energi (atas). Menteri ESDM mengikuti
jalannya diskusi penghematan energi (bawah).
BUMN, dan BUMD. Pada sosialisasi tersebut,
menteri juga memberikan stiker pelarangan
penggunaan BBM bersubsidi ke perwakilan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
PerMen selanjutnya adalah PerMen ESDM No 13
tahun 2012 tentang Penghematan Pemakaian
Listrik, PerMen ESDM No 14 tahun 2012 tentang
Manajemen Energi, serta PerMen ESDM No 15
Tahun 2012 tentang Penghematan Penggunaan
Air Tanah.
Dalam hal penghematan
listrik, Menteri
menyampaikan bahwa
PerMen ini memperkuat
peraturan yang telah
dikeluarkan di tahun 2008.
Selain mulai mengatur
penghematan energi
di gedung-gedung
pemerintah, PerMen
terbaru ini juga mengatur
penghematan di rumahrumah dinas pemerintah.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan Ajak
Semua Pihak Hemat Listrik
Dirjen Ketenagalistrikan, Ir Jarman MSc menyampaikan sosialisasi penghematan listrik (30/5)
Penghematan pemakaian listrik akan
dilaksanakan melalui pengendalian konsumsi
listrik pada Bangunan Gedung Negara, Gedung
BUMN, BUMD, dan BHMN, rumah tinggal
Pejabat, penerangan jalan umum, lampu hias
serta papan reklame. Hal tersebut diungkapkan
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Ir Jarman
MSc dalam Sosialisasi Penghematan BBM,
Listrik, Manajemen Energi, dan Air Tanah di
kantor Kementerian ESDM, Rabu (30/5) lalu.
Dalam presentasinya, Dirjen menyampaikan
bahwa penghematan listrik yang sesuai dengan
Peraturan Menteri ESDM No 13 tahun 12 tentang
Penghematan Pemakaian Listrik ini ditargetkan
dapat menghemat 20%. Penghitungan
tersebut dihitung dari pemakaian rata-rata 6
bulan sebelum dikeluarkannya Permen dan
wajib dicapai paling lama 6 (enam) bulan sejak
berlakunya Permen ini.
Menurut Dirjen, pelaksanaan penghematan
pemakaian tenaga listrik akan dilakukan
pada bangunan Gedung Negara, Gedung
BUMN, BUMD, dan BHMN melalui sistem
tata udara, sistem tata cahaya, dan peralatan
pendukung. Penghematan juga dilakukan
pada rumah tinggal Pejabat. “Penghematan
di rumah pejabat dilakukan antara lain
dengan menggunakan lampu hemat energi,
pengaturan daya pencahayaan maksimum,
dan memanfaatkan cahaya alam,” jelas Dirjen.
Pelaksanaan penghematan listrik lainnya adalah
penghematan di penerangan jalan umum,
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 21
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
lampu hias dan papan reklame yang dilakukan
melalui pengaturan waktu menyala dari lampu
jalan, lampu tiang tinggi, lampu hias, dan papan
reklame.
Dalam melakukan penghematan suhu udara,
Dirjen menyampaikan bahwa penghematan
dapat dilakukan dengan mengatur suhu dan
kelembaban relatif sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI). Ruang kerja sebaiknya diatur
dengan suhu berkisar antara 240C - 270C dengan
kelembaban relatif antara 55% - 65%, sedangkan
untuk ruang transit (lobby, koridor) suhu berkisar
antara 270C - 300C dengan kelembaban relatif
antara 50% - 70%. Untuk pengaturan operasi
AC central, 30 menit sebelum jam kerja unit fan
AC dinyalakan, 1 jam kemudian kompresor AC
dinyalakan. “Tiga puluh menit sebelum jam kerja
berakhir unit kompresor AC dimatikan, pada
saat jam kerja berakhir unit fan AC dimatikan,”
ujar Dirjen.
Dirjen Ketenagalistrikan mengajak semua
pihak, tidak hanya instansi pemerintah untuk
melakukan penghematan listrik. Di rumah
masing-masing, penghematan dapat dilakukan
dengan mematikan lampu ruangan jika tidak
dipergunakan, mengurangi pengggunaan lampu
hias, menggunakan lampu hemat energi sesuai
dengan peruntukannya.
Penulis : Pandu Satria Jati B
Foto-foto presentasi
penghematan listrik oleh Dirjen
Ketenagalistrikan, Rabu (30/5).
Sumber : SLR
22 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Menteri ESDM Resmikan PLTU
Paiton Unit 3
Penulis : Pandu Satria Jati B
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 23
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Jero Wacik, Selasa (5/6) lalu
meresmikan beroperasinya Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Paiton 3 yang berkapasitas 1
x 815 MW. Hadir pula dalam peresmian tersebut
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jarman dan
para pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan. PLTU yang terletak di
Kabupaten Probolinggo tersebut disponsori oleh
konsorsium International Power Plc, Mitsui & Co.
Ltd, The Tokyo Electric Power Company, Inc, dan
PT Batu Hitam Perkasa.
Pembangkit yang terletak di Probolinggo
JawaTimur ini beroperasi lebih cepat satu bulan
dari jadwal semula. Pembangkit tenaga listrik
ini awalnya direncanakan beroperasi pada 22
April 2012, namun pada 18 Maret lalu PLTU
ini sudah beroperasi komersial. Dengan telah
beroperasinya PLTU Paiton 3 ini, maka PT Paiton
Energy Company menjadi pengelola pembangkit
tenaga listrik terbesar di komplek pembangkitan
Paiton dengan total kapasitas sebesar 2.035 MW
atau sekitar 7% dari total kapasitas pembangkit
di Jawa-Bali. Dengan beroperasinya Paiton Unit
3 maka kapasitas sistem kelistrikan Jawa-Bali
meningkat menjadi sekitar 29.231 MW.
Proyek PLTU Paiton Unit 3 merupakan
pembangkit ekspansi yang menggunakan
teknologi super critical. Teknologi ini lebih
efisien dari PLTU konvensional. Kapasitas unit
terbesar pertama saat ini dikembangkan oleh
Independent Power Producer (IPP) atau listrik
swasta, yaitu PT Paiton Energy Company
24 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Menteri ESDM beserta rombongan diterima pimpinan Paiton
Energy
dengan nilai investasi sebesar US$ 1,5 Milyar.
Dalam peresmian tersebut Menteri ESDM
menekankan bahwa proyek PLTU Unit 3 ini
penting bagi ketersediaan pasokan listrik di
Jawa Bali. Menteri mengingatkan kepada PT
Paiton Energy dan perusahaan-perusahaan yang
terkait langsung dengan proses pembangunan
PLTU ini untuk terus menyejahterakan
masyarakat di Probolinggo dan Situbondo,
kabupaten terdekat dengan pembangkit listrik
ini. Selain dengan kegiatan-kegiatan Corporate
Social Responsibility, Menteri meminta agar
masyarakat di Probolinggo dan Situbondo
terlistriki.
“Jadi tugas Bupati Probolinggo dan Situbondo
untuk mencek rakyatnya, apa semua
rakyatnya di Probolinggo dan Situbondo
sudah mendapatkan listrik. Buat daftar mana
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
desa-desa atau dusun dusun yang belum
mendapatkan listrik. Selanjutnya menjadi
prioritas,” ujar Menteri ESDM. Masyarakat yang
mendapat listrik merupakan salah satu bentuk
mewujudkan misi, ‘Energi dan Sumber Daya
Mineral Untuk Kesejahteraan Rakyat’ yang
menjadi misi Jero Wacik dalam mewujudkan
kesejahteraan rakyat bersama Kementerian
ESDM. “Kesejahteraan rakyat harus dilakukan
dari energi dan sumber daya mineral dan saya
penanggung jawabnya, jadi kalau tidak terjadi
maka saya yang salah”, imbuh Menteri.
Kegiatan peresmian ditandai dengan
pembukaan layar oleh menteri ESDM,
penandatangan prasasti dan penyerahan maket
PLTU Paiton Unit 3 oleh Presiden Direktur PT
Paiton Enrrgy, Low Kian Min kepada Menteri
ESDM. Setelah melaksanakan peresmian,
Menteri didampingi Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan mengikuti site visit untuk
mendapatkan keterangan seputar Paiton Unit 3
sebelum bertolak kembali ke Surabaya.
Foto-foto suasana peresmian
PLTU PAiton Unit 3, Selasa
(5/6).
Tari ngremo sebagai tarian
pembuka (kiri atas), sambutan
Dirjen Ketenagalistrikan saat
gala dinner (kanan atas)
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 25
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen Ketenagalistrikan Buka
Seminar Clean Coal Technology
Pemerintah Indonesia c.q. Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral bekerjasama dengan
Pemerintah Jepang c.q. JICA mengadakan
sosialisasi tentang penggunaan teknologi
batubara bersih pada pembangkit tenaga listrik.
Seminar yang mengambil tema 2nd seminar on
cct introduction to the power sector : toward
sustainable, stable and low – carbon supply of
electricity and 3rd stakeholders meeting for the
project for promotion of cct introduction ini
dibuka oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan,
Jarman pada Selasa, 12 Juni 2012.
Dalam sambutannya Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan menyampaikan bahwa
penelitian tentang penggunaan teknologi
batubara bersih untuk pembangkit sangatlah
penting dan selalu menjadi issue menarik
semenjak global warming banyak di bicarakan,
yaitu bagaimana kita berpartisipasi untuk
26 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
mengurangi green house gas emissions terutama
dari pembangkit tenaga listrik. Dengan
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar
6.5% pada tahun 2011, sebagai kompensasinya
sektor ketenagalistrikan seharusnya meningkat.
Ketersediaan pasokan listrik yang memadai
merupakan persyaratan mendasar untuk
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
semua sektor ekonomi dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik.
Acara yang dipandu oleh Hasril, selaku Direktur
Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Ditjen
Ketenagalistrikan selain menghadirkan Team
Study JICA, juga menghadirkan narasumber
dari Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi, Direktorat
Jenderal Mineral dan batubara, Dewan Energi
Nasional, Bappenas, Kementerian Koordinasi
Perekonomian, dan PT PLN (Persero). Pada
paparannya para narasumber menyampaikan
mulai dari roadmap clean coal technology di
Indonesia sampai dengan penggunaan dan
pemanfaatanya yang telah dilakukan, terutama
pada pembangkit-pembangkit listrik PLN.
Mengakhiri sambutannya, Jarman
mengharapkan agar melalui seminar ini terjadi
pertukaran informasi dan pengalaman ataupun
inovasi serta berkolaborasi dalam mengatasi
dampak lingkungan secara bersama-sama.
Penulis : Jackson Frans
Foto-foto Seminar CLean Coal
Technology yang dibuka Dirjen
Ketenagalistrikan (12/6).
Sumber : SLR
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 27
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Hemat Listrik Dimulai dari Kita
Wakil Menteri
ESDM, Rudi
Rubiandini
membuka monev
penghematan energi
di gedung Setjen
KESDM
Jumat (15/6) lalu bertempat di Kantor
Kementerian ESDM, Wakil Menteri ESDM Rudi
Rubiandini membuka acara Monitoring dan
Evaluasi Penghematan Energi dan Air. Acara
ini mengundang perwakilan dari Kementerian
dan Lembaga Negara. Menurut Wamen ESDM
pendapatan per kapita Indonesia terus naik,
hal ini membutuhkan air dan energi yang terus
bertambah. Kecepatan pertumbuhan penduduk
juga tinggi hal tersebut membuat kebutuhan
energi semakin hari semakin naik. “Kebutuhan
energi tak bisa ditahan, pasti naik. Kita ingin
menekuk grafik tersebut, sehingga tidak lurus,”
ujar Wakil Menteri.
Menurut Wamen, tugas penghematan energi
merupakan tugas kita semua. Penghematan
energi adalah masalah behaviour atau
perilaku kita, harus dimulai dari diri kita dan
menjadi kebiasaan. Wamen mengajak semua
orang mematikan lampu jika keluar kamar.
Suasana Monitoring dan Evaluasi Penghematan Energi
Dirjen Ketenagalistrikan, Jarman (kanan), Dirjen Migas, Evita
Legowo (Kiri)
28 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
“Tangan kita harus dilatih,” ujarnya. Satgas
penghematan energi yang telah terbentuk di
beberapa Kementerian, menurut Wamen juga
harus segera ditiru oleh instansi lain. “Segera
sampaikan kepada kami, sehingga bisa kami
sampaikan ke Presiden,” ujarnya.
Senada dengan Wamen, Dirjen
Ketenagalistrikan Jarman mengungkapkan
bahwa penghematan energi adalah masalah
perubahan mindset atau perilaku. “Hal ini
(perubahan sikap) hanya bisa dilaksanakan
jika diingatkan terus menerus,” ujarnya. Dirjen
mengharap kerjasama dari semua instansi
pemerintah untuk membantu memonitor
penghematan listrik di kantor. Beberapa
cara yang bisa dilakukan untuk mengubah
perilaku menghemat listrik adalah mematikan
lampu apabila tidak digunakan, membiasakan
mematikan AC setengah jam sebelum
meninggalkan ruangan, serta menempelkan
stiker-stiker kampanye penghematan listrik di
tempat-tempat yang mudah dibaca di kantor.
“Kita bisa menghemat listrik tanpa mengurangi
produktivitas dan kenyamanan,” ujar Dirjen.
Dalam presentasi monitoring penghematan
energi di sektor listrik, Dirjen Ketenagalistrikan
menjelaskan mengenai format laporan
pelaksanaan penghematan pemakaian tenaga
listrik. Dirjen telah mengirim surat kepada
instansi pemerintah pusat maupun daerah untuk
Peserta Monitoring dan Evaluasi Penghematan Energi yang
dihadiri Sekjen Kementerian/Lembaga Tinggi Negara
melaporkan pemakaian listrik di gedung-gedung
pemerintah sesuai dengan format yang tertuang
dalam lampiran Permen ESDM No 13 tahun 2012
tentang Penghematan Pamakian Listrik. Dalam
format tersebut dapat dihitung penghematan
tenaga listrik (kwh) serta penghematan
biayanya. Dalam format laporan tersebut
juga dapat dilihat intensitas energi (kWh/m2/
bulan) yang dapat dihitung oleh masing-masing
instansi. “Target penghematan akhir tahun ini
adalah 20%,” ujar Dirjen Ketenagalistrikan.
Penulis : Pandu Satria Jati B
Dirjen
Ketenagalistrikan
(dua dari kanan)
menjadi pembicara
dalam monitoring
dan evaluasi
penghematan
energi.
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 29
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Dirjen EBTKE, Kardaya Warnika membuka sosialisasi
penghematan energi di Hotel Merlyn Park, Jakarta
Suasana peserta sosialisasi penghematan energi di Hotel
Merlyn Park, Jakarta
Ini Dia Cara Penghematan Listrik
di Gedung
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM NO 13
Tahun 2012 tentang Penghematan Pemakaian
Tenaga Listrik, semua gedung Negara, gedung
BUMN, BUMD, dan BHMN diwajibkan untuk
melakukan penghematan listrik. Dalam
Sosialisasi Penghematan BBM, Listrik dan
Air Tanah yang diselenggarakan oleh Ditjen
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
di Hotel Merlyyn Park Jakarta Rabu (20/6) lalu,
Kepala Bagian Rencana dan Laporan Ditjen
Ketenagalistrikan Husni Safruddin memaparkan
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
menghemat listrik di gedung. Tidak hanya
gedung pemerintah, gedung swasta pun dapat
juga menerapkan sistem penghematan ini.
Menurut Husni, langkah penghematan pertama
adalah dengan melakukan penghematan pada
sistem tata udara. Beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam penghematan sistem tata
udara adalah mematikan AC bila ruangan tidak
digunakan, mengatur suhu dan kelembaban
relatif sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI),
serta pengaturan operasi AC central. Ruang
kerja diatur dengan suhu berkisar antara 240C
- 270C dengan kelembaban relatif antara 55% 65%. Sementara ruang transit (lobby, koridor)
dengan suhu berkisar antara 270C - 300C dengan
kelembaban relatif antara 50% - 70%. ”Suhu
Kepala Bagian
Rencana dan
Laporan Ditjen
Ketenagalistrikan,
Husni Safruddin
(dua dari kiri)
menjadi pembicara
dalam sosialisasi
penghematan energi
30 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Salah satu peserta sosialisasi penghematan energi memberikan
tanggapan atas presentasi penghematan listrik.
di sini adalah suhu ruangan, bukan suhu di
remote,” ujar Husni.
Dalam penghematan melalui pengaturan AC
central, 30 menit sebelum jam kerja unit fan
AC dapat dinyalakan, 1 jam kemudian baru
kompresor AC dinyalakan. Begitu pula sebelum
pulang kerja. “Tiga puluh menit sebelum jam
kerja berakhir unit kompresor AC dimatikan,
pada saat jam kerja berakhir unit fan AC
dimatikan,” terang Husni.
Dalam melakukan penghematan melalui
sistem tata cahaya, gedung pemerintah dapat
mematikan lampu ruangan di bangunan
gedung jika tidak dipergunakan. Selain
itu, instansi pemerintah dapat mengurangi
pengggunaan lampu hias terutama di malam
hari. Menggunakan lampu hemat energi sesuai
dengan peruntukannya, serta mengatur daya
dan pencahayaan pada setiap ruangan sesuai
SNI.
Penghematan listrik untuk peralatan pendukung
dapat dilakukan dengan cara mengoperasikan
lift dengan pemberhentian setiap 2 (dua)
lantai, menggunakan alat pengatur kecepatan
dan sensor gerak pada escalator, mematikan
komputer jika akan meninggalkan ruang kerja
lebih dari 30 menit, mematikan printer jika
tidak digunakan dan hanya menyalakan sesaat
sebelum akan mencetak. Penghematan ini tidak
hanya menguntungkan negara, namun juga
menguntungkan instansi yang menjalankannya.
Penulis : Pandu Satria Jati B
Salah satu peserta
memberikan
pertanyaan
atas presentasi
penghematan listrik.
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 31
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Tingkat Mutu Pelayanan Tidak
Terpenuhi, PLN Wajib Memberikan
Pengurangan Tagihan
Kualitas kehidupan manusia yang terus
meningkat membutuhkan pasokan daya listrik
yang berkualitas dan bermutu tinggi untuk
mengimbanginya. Namun masalah kualitas daya
terus menjadi perhatian sejak ketenagalistrikan
berkembang. Hasil penelitian di banyak negara
bahkan menunjukkan bahwa gangguan kualitas
daya telah menyebabkan kerugian yang
jumlahnya sangat besar.
Pentingnya kajian mengenai kualitas daya
listrik ini membuat Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan (DJK) bekerja sama dengan
Badan Kejuruan Elektro – Persatuan Insinyur
Indonesian (BKE-PII) dan Asia Power Quality
Initiative, Chapter Indonesia (APQI INA)
mengadakan seminar bertajuk ‘Peningkatan
Kualitas Daya menuju Kelistrikan yang Efisien’
pada Senin (25/6), bertempat di Auditorium
Samaun Samadikun DJK.
32 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Dirjen Ketenagalistrikan Jarman dalam
sambutannya mengemukakan bahwa
permintaan tenaga listrik diprediksikan
tumbuh sebesar kurang lebih 9,5% pertahun
dan akan terus meningkat dimasa yang akan
datang. Semakin mudahnya akses informasi
menyebabkan konsumen semakin sadar akan
haknya untuk mendapatkan kualitas daya yang
baik.
“Ini adalah suatu tantangan bagi sektor
ketenagalistrikan untuk terus mengembangkan
infrastruktur penyediaan tenaga listrik serta
meningkatkan kualitas daya menuju kelistrikan
yang efisien,” ujar Dirjen.
Dengan asumsi pertumbuhan permintaan
tenaga listrik sekitar 9,5% pertahun maka untuk
memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut,
diperlukan tambahan kapasitas pembangkit
tenaga listrik baru sebesar kurang lebih 4.000
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Foto-foto
suasana Seminar
Peningkatan Kualitas
Daya Menuju
Kelistrikan yang
Sehat dan Efisien,
kerjasama DJK
dan BKE PII.Dirjen
Ketenagalistrikan,
Ir Jarman MSc
membuka seminar
(kanan bawah).
s.d. 7.800 MW pertahun untuk 20 tahun
kedepan. Tambahan kapasitas pembangkit baru
sebesar itu, tidak dapat hanya mengandalkan
proyek-proyek yang dibangun oleh PLN, namun
diharapkan juga dari pembangkit-pembangkit
yang dibangun oleh BUMD, swasta, koperasi,
dan swadaya masyarakat baik selaku IPP,
maupun selaku perusahaan listrik terintegrasi di
daerah yang belum terjangkau PLN.
Dalam seminar ini, Direktur Pembinaan
Pengusahaan Ketenagalistrikan Satya Zulfanitra
menyampaikan materi mengenai kebijakan
pengusahaan tenaga listrik. Sesuai dengan
Undang-Undang nomor 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan, Pemegang Izin
Usaha Ketenagalistrikan wajib menyediakan
tenaga lisrik yang memenuhi standar mutu
dan keandalan yang berlaku dan memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
konsumen dan masyarakat. Konsumen pun
mempunyai hak untuk mendapat pelayanan
yang baik serta mendapat tenaga listrik secara
terus-menerus dengan mutu dan keandalan
yang baik.
Satya Zulfanitra menekankan bahwa sesuai
dengan Perpres Nomor 08 Tahun 2011, Direksi
PLN wajib meningkatkan dan mengumumkan
tingkat mutu pelayanan untuk masing-masing
unit pelayanan pada setiap awal triwulan. Jika
tingkat mutu pelayanan tidak dapat dipenuhi,
maka PLN wajib memberikan pengurangan
tagihan kepada konsumen meliputi lima
indikator, yakni lama gangguan, jumlah
gangguan, kecepatan pelayanan perubahan
daya tegangan rendah, kesalahan pembacaan
meter, dan/atau waktu koreksi kesalahan
rekening.
Sebagai upaya untuk menjamin keamanan,
keandalan, serta pengoperasian dan
pengembangan sistem yang efisien dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan listrik,
telah ditetapkan aturan jaringan dan distribusi,
yaitu Aturan Jaringan Jawa Bali (berdasarkan
Peraturan Menteri ESDM No. 3 Tahun 2007),
Aturan Jaringan Sumatera (berdasarkan
Peraturan Menteri ESDM No. 37 Tahun 2008),
dan Aturan Distribusi (berdasarkan Peraturan
Menteri ESDM No. 04 Tahun 2009).
Penulis : Anggita Miftah Hairani
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 33
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Kunker Dirjen Ketenagalistrikan
Ke PLTU Lampung, UPB dan PLN
(persero) Lampung
Dalam rangka memonitor pelaksanaan
pembangunan pembangkit Program 10.000
MW Tahap I dan rapat koordinasi pembahasan
kondisi kelistrikan di lokasi eks. Tambak Udang
Dipasena serta status Koperasi Listrik Pedesaan
Sinar Siwo Mego (KLP SSM), pada tanggal 5
April 2012 Dirjen Ketenagalistrikan Ir. Jarman,
M.Sc beserta Staf Ahli Menteri ESDM Bidang
Komunikasi dan Sosial Kemasyarakatan dan
Jajaran Ditjen. Ketenagalistrikan KESDM
melakukan kunjungan kerja ke PLTU Tarahan
Baru 2x100 MW dan UPB Wilayah Lampung
serta PT PLN (Persero) Wilayah Lampung,
kunjungan kerja tersebut merupakan agenda
rutin dalam melihat kemajuan dan kesiapan
pembangkit yang direncanakan dapat
beroperasi di tahun 2012 serta melihat komposisi
penggunaan BBM pada sistem kelistrikan di
Wilayah Lampung, dimana dengan naikknya
anggaran subdisi listrik pada APBN-P Tahun
2012, KESDM cq. Ditjen. Ketenagalistrikan
akan terus meninjau serta melakukan langkahlangkah dalam pengendalian penggunaan BBM
untuk pembangkit tenaga listrik. Hal tersebut
dapat tercapai apabila PLTU Program 10.000
34 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
MW Tahap I dan Program 10.000 MW Tahap
II serta Program Reguler PLN maupun IPP
dapat beroperasi sesuai jadual, penggunaan
pembangkit non BBM dapat dioptimalkan
serta pemanfaatan Gas dari FSRU dapat segera
terealisasi.
Dalam kunjungan ke PLTU Tarahan Baru 2x100
MW, Dirjen Ketenagalistrikan melihat kondisi
kemajuan pembangkit serta mendengarkan
paparan GM Pembangkitan Sumatera II Bapak
Syah Darwin Siregar dan Manager Proyek PLTU
Tarahan Baru Bapak Daryanto, dimana saat
ini progress overall pembangkit 96,13% serta
pembangkit dalam tahap steam blow menuju
sinkron. Di dalam tatap muka dengan Jajaran
PT PLN (Persero) serta kontraktor Proyek
PLTU Tarahan Baru, Dirjen Ketenagalistrikan
memberikan arahan “memastikan peralatanperalatan dari China memenuhi spesifikasi
standar teknis (al. tegangan keluaran) dan
keandalan pembangkit harus diperhatikan
sehingga dapat beroperasi dengan baik”.
Agenda selajutnya adalah melakukan kunjungan
ke UPB Wilayah Lampung, dimana dengan
kondisi sistem kelistrikan di Wilayah Lampung
yang saat ini masih dipasok oleh PLTD sekitar
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
150 MW, Dirjen Ketenagalistrikan memberikan
arahan kepada PLN agar mengurangi
penggunaan BBM pembangkit listrik di
Wilayah Lampung dengan mengoptimalkan
transfer daya listrik dari Sistem Sumbagsel dan
memperkuat jaringan transmisi tenaga listrik
untuk mendapatkan keandalan sistem yang
lebih baik. Setelah kunjungan dari UPB Wilayah
Lampung, Dirjen Ketenagalistrikan melakukan
rapat koordinasi dengan PT PLN (Persero)
Wilayah Lampung terkait kondisi kelistrikan
Wilayah Lampung khususnya di lokasi eks.
Tambak Udang Dipasena dan status KLP SSM
serta Program Lisdes 2012, atas paparan yang
disampaikan oleh General Manager PT PLN
(Persero) Wilayah Lampung Bapak Dyananto,
Dirjen Ketenagalistrikan memberikan apresiasi
kepada PLN atas capaian yang telah didapat
dalam pengembangan jaringan distribusi
tenaga listrik eks. KLP SSM dan migrasi ke
Listrik Pra Bayar sekitar 60.000 eks. pelanggan
KLP SSM serta program jangka pendek untuk
suplai tenaga listrik sebesar 2 MW kepada
masyarakat di lokasi eks. Tambak Udang
Dipasena (sekitar 2.000 pelanggan). Sesuai UU
Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
Pasal 11 Ayat (3) bahwa untuk wilayah yang
belum mendapatkan pelayanan tenaga listrik,
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya memberi kesempatan kepada
badan usaha milik daerah, badan usaha swasta,
atau koperasi sebagai penyelenggara usaha
penyediaan tenaga listrik terintegrasi”, atas hal
tersebut Dirjen Ketenagalistrikan memberikan
arahan kepada PLN dalam penyelesaian
pengelolaan sistem kelistrikan di Dipasena agar
Pemerintah Daerah dalam hal ini Gubernur
Lampung atas rekomendasi Bupati setempat
dapat mengusulkan wilayah usaha penyediaan
tenaga listrik kepada Pemerintah cq. Ditjen
Ketenagalistrikan KESDM untuk disahkan oleh
Menteri ESDM.
Penulis : Al/Lucky/Ilham
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 35
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP
DI SEKTOR PENYEDIAAN TENAGA
LISTRIK
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu dari sedikit
negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi
positif dalam situasi krisis ekonomi dan politik
dunia beberapa tahun terakhir. Kondisi ekonomi
dan politik yang relatif stabil, potensi pasar
domestik yang sangat besar, serta sumber daya
alam yang berlimpah merupakan faktor daya
tarik investasi bagi investor baik dalam maupun
luar negeri. Momentum ini perlu dimanfaatkan
sebaik-baiknya melalui upaya meningkatkan
iklim investasi yang kondusif.
Usaha ini cukup membuahkan hasil sebagaimana
terlihat dari meningkatnya Foreign Direct
Investment dari 6 miliar dolar pada tahun
2006 menjadi 10.8 miliar dolar pada tahun
2009 (Sumber: BKPM). Sektor pertambangan,
transportasi, pergudangan, dan komunikasi
merupakan sektor-sektor utama yang menarik
bagi investasi swasta tersebut. Pembangunan
infrastruktur memainkan peranan yang sangat
strategis, baik untuk mendorong investasi di
sektor-sektor tersebut maupun untuk memacu
pertumbuhan ekonomi secara umum.
Kebutuhan pembiayaan infrastruktur tahun
2010-2014 adalah sebesar 1.923,7 triliun rupiah.
Pembiayaan tersebut dibutuhkan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang telah
ditargetkan di atas 6% per tahun. Bahkan pada
tahun 2014 pertumbuhan ekonomi ditargetkan
mencapai 7,7%. Selain itu, pembiayaan tersebut
juga dibutuhkan untuk mencapai targettarget pembangunan infrastruktur yang telah
ditetapkan di dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,
seperti, 94% kondisi jalan mantap, pencapaian
rasio elektrifikasi sebesar 80%, jangkauan
pelayanan TVRI sebesar 88%, dan 70% rumah
tangga memiliki akses terhadap air minum.
Investasi swasta diharapkan dapat membiayai
sekitar 34.7% dari total kebutuhan tersebut.
36 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
diperlukan inisiatif terobosan yang konkret dan
bukan businessas usual, yang akan diintegrasikan
ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN). Indonesia ditargetkan menjadi
negara maju dengan kekuatan ekonomi sepuluh
besar dunia pada tahun 2025 dan enam besar
dunia pada tahun 2050. Untuk itu, pembangunan
infrastruktur di masa datang harus dapat
mengintegrasikan peran pemerintah dan swasta.
Dalam pembangunan infrastruktur tersebut,
pemerintah akan berfungsi sebagai fasilitator
dan katalisator dengan membangun infrastruktur
dasar yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sementara itu, pihak swasta akan diarahkan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan
infrastruktur yang memiliki kelayakan finansial
melalui skema KPS. Pada tahun 2025, pembiayaan
publik ditargetkan hanya sekitar 8% sedangkan
kontribusi pembiayaan swasta diharapkan dapat
mencapai 92%. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
pemerintah pusat dan daerah memberikan
perhatian khusus bagi pengembangan skema
Kerja Sama Pemerintah dan Swasta (KPS) bagi
pembangunan infrastruktur.
STRUKTUR KELEMBAGAAN KPS
Proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta
merupakan proyek yang melibatkan lintas sektor,
karena infrastruktur ditangani oleh beberapa
kementerian dan BUMN sesuai dengan sektor
infrastruktur yang dilaksanakan. Berikut adalah
bagan struktur kelembangaan KPS.
Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan
Infrastruktur (KKPPI) dibentuk berdasarkan
Perpres 42/2005 beranggotan para Menteri
dibawah Koordinasi Menteri Perekonomian.
KKPPI bertugas antara lain sebagai berikut:
a.
merumuskan strategi dalam rangka
koordinasi pelaksanaan percepatan penyediaan
infrastruktur;
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
b.
mengkoordinasikan dan memantau
pelaksanaan kebijakan percepatan penyediaan
infrastruktur oleh Menteri Terkait dan Pemerintah
Daerah;
c.
merumuskan kebijakan pelaksanaan
kewajiban pelayanan umum (Public Service
Obligation) dalam percepatan penyediaan
infrastruktur;
d.
menetapkan upaya pemecahan berbagai
permasalahan yang terkait dengan percepatan
penyediaan infrastruktur.
Simpul KPS sampai saat ini belum terbentuk,
Simpul KPS diharapkan ada pada setiap
kementerian sektor dan Pemerintah Daerah,
dimana disimpul KPS akan terdapat tim KPS.
Simpul KPS mengusulkan proyek baru yang akan
di KPS-kan kepada Pusat KPS/PPP Center Unit
(saat ini ditangani oleh Bappenas).
Pusat KPS memberikan fasilitas penyiapan
proyek/ PDF (Project Development Facility),
sedangkan Pusat Pengelolaan Resiko Fiskal
memberikan fasilitas melalui PT.Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (PT.PII) untuk menilai dan
mengelola dukungan Pemerintah . Sementara
Kementerian Keuangan melalui PT. Sarana Multi
Infrastruktur (SMI) memberikan fasilitas dalam
pembebasan lahan, pendanaan, dan lain-lain
yang dianggap perlu.
Fasilitas-fasilitas proyek tersebut diharapkan
dapat memberikan dukungan bagi Badan Pemberi
Kontrak (Kementerian, Pemerintah Daerah,
BUMN) dalam melaksanakan kegiatannya.
Pusat Pengelolaan Resiko Fiskal (PPRF)
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.
518/KMK.01/2005 memiliki tugas:
a.
Melakukan
pengkajian
terhadap
kelayakan permintaan dukungan Pemerintah
atas pelaksanaan kerjasama penyediaan
infrastruktur;
b.
Menetapkan
kriteria
pemenuhan
perjanjian kerjasama dalam penyediaan
infrastruktur;
c.
Memonitor secara aktif pelaksanaan
kerjasama penyediaan infrastruktur yang
membutuhkan dukungan Pemerintah;
d.
Mengevaluasi secara berkesinambungan
biaya dan pengeluaran operasi yang wajar, dan
tingkat keuntungan yang wajar terhadap suatu
proyek penyediaan infrastruktur dalam kurun
waktu tertentu;
e.
Melakukan koordinasi dengan instansiinstansi terkait baik di dalam maupun di luar
lingkungan Departemen Keuangan sehubungan
dengan kegiatan penyediaan infrastruktur,
termasuk apabila terjadi kegagalan pemenuhan
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 37
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
perjanjian kerjasama;
f.
Memberikan rekomendasi kebijakan
pengelolaan risiko atas penyediaan infrastruktur
kepada Menteri Keuangan;
g.
Mempersiapkan
pembentukan
unit
kerja di bawah Menteri Keuangan yang akan
melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan
risiko atas penyediaan infrastruktur;
h.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang
berkaitan dengan pengelolaan risiko atas
penyediaan infrastruktur;
pembangunan dalam melakukan perencanaan
dan penyiapan bantuan teknis proyek KPS.
7.
Melakukan finalisasi terhadap daftar
proyek infrastruktur yang siap ditawarkan dengan
berkoordinasi bersama BKPM, Kementerian
Keuangan, dan instansi terkait lainnya.
8.
Menyampaikan daftar dan dokumen
pendukung untuk diproses lebih lanjut oleh
BKPM.
Gambar 2. ALUR PENYIAPAN PROYEK KPS
yang dianggap perlu sesuai dengan kebutuhan
masing-masing proyek.
Adapun rincian tanggung jawab Kementerian
Keuangan adalah sebagai berikut:
1.
Memfasilitasi pelaksanaan proyek KPS
terkait dukungan dan jaminan pemerintah
melalui kegiatan:
a.
Penyediaan dana talangan untuk
dukungan Pemerintah dalam proyek KPS melalui
Pusat Investasi Pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur rnengenai kerjasama pemerintah dan
swasta;
b.
Penjaminan risiko infrastruktur melalui
Badan Usaha Penjarninan Infrastruktur (PT.
Penjaminan Infrastruktur Indonesia);
c.
Penyiapan proyek KPS rnulai tahap
pelaksanaan (executing) melalui Lembaga
Bappenas sebagai Pusat KPS membuat kebijakankebijakan dalam mendukung perencanaan proyek
KPS, serta menetapkan nama-nama proyek KPS
dalam suatu Buku PPP (PPP Book).
Adapun rincian tanggung jawab Bappenas adalah
sebagai berikut:
1.
Melakukan Forum Regional.
2.
Menyusun dan menetapkan PPP Book.
3.
Menyusun kebijakan-kebijakan terkait
perencanaan KPS.
4.
Melakukan sosialisasi dan penguatan
kapasitas kelembagaan (capacity building).
5.
Mengintegrasikan perencanaan proyek
KPS dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah dan Rencana Kerja Pemerintah.
6.
Melakukan koordinasi dengan mitra
38 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Kementerian Keuangan memberikan fasilitasfasilitas dalam pelaksanaan proyek. Pusat
Investasi Pemerintah (PIP) dapat memberikan
dana talangan proyek yang sifatnya hutang
dengan bunga rendah. PT. PT.Penjaminan
Infrastruktur Indonesia menilai dan mengelola
dukungan Pemerintah dalam hal penjaminan
resiko infrastruktur, sedangkan PT. Sarana Multi
Infrastruktur (SMI) memberikan fasilitas dalam
pembebasan lahan, pendanaan, dan lain-lain
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pembiayaan Infrastruktur (PT Sarana Multi
Infrastruktur).
2.
Mengkoordinasi keseluruhan instrumen
penjaminan dan pembiayaan infrastruktur
dengan skema KPS yang dilaksanakan oleh
Badan Kebijakan Fiskal.
3.
Berkoordinasi dengan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional dalam
mencari sumber pendanaan, mengalokasikan
anggaran yang dibutuhkan dalam pemberian
dukungan Pemerintah.
4.
Berkoordinasi dengan Badan Koordinasi
Penanaman Modal dalam mempromosikan
instrumen penjaminan dan pembiayaan
infrastruktur serta proyek KPS.
BKPM sebagai front Office melakukan promosi
dan mengadakan investor relationship, ataupun
sebagai clearing house agent dalam menawarkan
proyek-proyek KPS yang terdapat dalam PPP
Book kepada investor. Adapun rincian tanggung
jawab BKPM adalah
sebagai berikut:
1.
B K P M
Mengemas informasi
tentang
proyek
infrastruktur
yang
siap
ditawarkan
sehingga menarik bagi
investor,
termasuk
menetapkan:
a.
Proyek
KPS
yang akan dijadikan
proyek pionir (“proyek
showcase”)
dan
target penyelesaian
masing-masing proyek
showcase
sampai
dengan didapatkannya
pendanaan (financial
close);
b.
Rencana aksi dan peran dari tiap pemangku
kepentingan terkait proyek showcase.
2.
Mencari dan mengidentifikasi investor
yang potensial dan menawarkan proyek
infrastruktur kepada investor tersebut.
3.
Memfasilitasi
pemasaran
proyek
infrastruktur yang siap ditawarkan tersebut
melalui kegiatan antara lain:
a.
market sounding;
b.
road show; dan
c.
business forum.
4.
Memfasilitasi kerjasarna dengan para
calon investor dan dukungan Pemerintah.
5.
Menyampaikan daftar para calon investor
dan dokumen penunjang kepada penanggung
jawab proyek kerjasama di Kementerian/
Lembaga atau Pemerintah Daerah (contracting
agency) untuk diproses lebih lanjut.
6.
Memfasilitasi penerbitan perizinan dan
nonperizinan yang diperlukan dalam pelaksanaan
proyek KFS termasuk pembentukan Badan Usaha
pelaksana proyek KFS melalui Felayanan Terpadu
Satu Pintu (MP) di bidang Penanaman Modal.
7.
Melakukan monitoring atas pelaksanaan
rencana aksi dan pemcnuhan target dari
tiap pemangku kepentingan terkait proyek
showcase.
8.
Melakukan koordinasi penyelesaian
permasalahan yang ditemui terkait proyek
showcase (clearing house agent).
Gambar 3. Mekanisme Proyek KPS
Proyek KPS diusulkan oleh Kementerian/
Lembaga/Pemda yang mana proyek tersebut
harus mengacu kepada rencana pembangunan
yang ada (RPJM,RTRW Nasional, RPJP). Untuk
dapat masuk kategori rencana proyek KPS
potensial, kriteria yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut:
a.
Kesesuaian dengan RPJM/D dan renstra
K/L atau Pemda
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 39
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
b.
Kesesuaian lokasi proyek dengan RTRW
c.
Keterkaitan antar sektor infrastruktur dan
antar wilayah
d.
Perkiraan potensi cost recovery
e.
Telah melakukan studi pendahuluan
Dokumen kelengkapan yang diperlukan berupa
studi pendahuluan dan lembar ringkasan proyek.
Jangka waktu pencantuman proyek potensial
dalam PPP Book maksimal 2 tahun, dan apabila
dalam jangka waktu dua tahun belum dapat
ditingkatkan statusnya, maka proyek tersebut
akan dihapus dari rencana proyek kerjasama
potensial.
Tahap setelah proyek potensial adalah proyek
prioritas, dimana untuk masuk proyek prioritas
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.
Tercantum dalam rencana proyek
kerjasama potensial atau diusulkan oleh PJPK
untuk unsolicited project.
b.
Layak secara teknis,
hukum, dan financial
c.
Telah
dilakukan
identifikasi risiko dan
alokasinya
d.
Telah diidentifikasi
modalitas/bentuk
kerjasama yang akan
digunakan
e.
Telah diidentifikasi
kebutuhan
dukungan
Pemerintah
jika
diperlukan.
Dokumen
kelengkapan
yang diperlukan berupa
dokumen
pra-studi
kelayakan, kajian resiko, kajian dukungan
Pemerintah (apabila dibutuhkan), kajian
modalitas/bentuk kerjasama, lembar ringkasan
proyek. Jangka waktu pencantuman proyek
prioritas dalam PPP Book maksimal 3 tahun, dan
apabila dalam jangka waktu tiga tahun belum
dapat ditingkatkan, maka proyek tersebut akan
dihapus dari rencana proyek kerjasama prioritas.
Tugas PJPK dalam fase ini adalah melakukan
penyiapan proyek.
Tahap akhir pencantuman nama proyek dalam
PPP Book adalah tahap proyek siap ditawarkan,
dimana untuk masuk proyek siap ditawarkan
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.
Adanya potensi minat badan usaha untuk
40 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
berpartisipasi dalam proyek kerjasama
b.
Layak secara teknis, hukum, dan finansial
c.
Telah dilakukan identifikasi risiko dan
alokasinya
d.
Telah diidentifikasi modalitas/ bentuk
kerjasama yang akan digunakan
e.
Telah diidentifikasi kebutuhan dukungan
Pemerintah dalam hal diperlukan
Tugas PJPK dalam fase ini adalah melakukan
persiapan lelang. Dokumen kelengkapan yang
diperlukan berupa dokumen persiapan lelang dan
lembar ringkasan proyek. Dokumen persiapan
lelang meliputi laporan pelaksanaan penjajakan
minat investasi, jadual pelelangan, dokumen
lelang, dan persetujuan prinsip pemberian
dukungan Pemerintah dari Menteri Keuangan
jika diperlukan.
Gambar 4. Siklus Proyek KPS
Secara umum, siklus proyek KPS terbagi dalam
4 tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Tahap Perencanaan Proyek Kerjasama
Dalam tahap ini, PJPK melakukan identifikasi
proyek kerjasama, kemudian pemilihan proyek
kerjasama, penetapan prioritas proyek kerjasama
dengan output laporan penilaian proyek
kerjasama.
2.
Tahap Penyiapan Prastudi Kelayakan
Proyek Kerjasama
Terdapat 3 hal yang perlu dilakukan pada tahap
penyiapan prastudi ini, yaitu penyiapan kajian
awal prastudi kelayakan proyek kerjasama yang
berisi aplikasi kebutuhan dukungan Pemerintah
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
(DP) dan Jaminan Pemerintah (JP) dengan output
pernyataan minat jaminan Pemerintah oleh Badan
Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI). Penyiapan
kajian kesiapan proyek kerjasama berisi evaluasi
Dukungan Pemerintah (DP) dengan output
Pemberian Dukungan Pemerintah. Penyelesaian
kajian akhir prastudi kelayakan proyek kerjasama
berisi Jaminan Pemerintah (JP) dengan output
pernyataan kesediaan Jaminan Pemerintah.
Kesemuanya tersebut tercantum dalam laporan
prastudi kelayakan proyek kerjasama.
Dalam tahap ini instansi/lembaga yang berperan
adalah PJPK (konsultan penyiapan proyek),
KKPPI, Bappenas, Kementerian Keuangan (Pusat
Pengelolaan Resiko Fiskal (PPRF)/BUPI).
3.
Tahap Transaksi Proyek Kerjasama
Pada tahap ini, dilakukan rencana pengadaan
badan usaha, peaksanaan pengadaan badan
usaha, dan penyiapan penandatanganan
perjanjian kerjasama, dengan outpu akhir berupa
penandatanganan perjanjian kerjasama. Pada
tahap ini diharapkan sudah ada konfirmasi dengan
PPRF/BUPI dengan output Penetapan Jaminan
Pemerintah dan Penandatanganan Perjanjian
Penjaminan.
Dalam tahap ini instansi/lembaga yang berperan
adalah PJPK (konsultan transaksi), KKPPI,
Kemenetrian Keuangan (PPRF/BUPI), Bappenas,
dan BKPM.
Pada tahap 1 sampai dengan tahap 3, proses
pengadaan lahan dilakukan.
4.
Tahap Pengawasan dan Pengendalian
Perjanjian Kerjasama
Pada tahap ini, dilakukan perencanaan
pengawasan dan pengendalian proyek kerjasama,
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
proyek kerjasama, dengan output laporan
pengawasan dan pengendalian, serta Berita
Acara Pengalihan Aset.
Dalam tahap ini instansi/lembaga yang berperan
adalah PJPK, Kementerian Keuangan (PPRF/
BUPI), Bappenas, dan BKPM.

Indikasi Kebutuhan Biaya Pada Siklus KPS,
yang mana prakiraan komponen pendanaan ini
dapat dimasukkan sebagai perencanaan program
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), adalah
sebagai berikut:
a.
Perencanaan Proyek KPS
Biaya konsultasi publik
Konsultasi publik adalah cara, mekanisme,
dan proses melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan perumusan
kebijakan baik oleh eksekutif maupun legislatif.
Bentuk konsultasi kepada masyarakat itu bisa
berupa: berdialog, berunding, musyawarah,
meminta nasehat atau saran, atau melaporkan
kebijakan apa yang sudah atau akan dilakukannya
kepada publik (masyarakat). Bagi pemerintah
dan parlemen, konsultasi publik merupakan
kewajiban.
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 41
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pemerintahan daerah, baik eksekutif maupun
legislatif, telah mendapat mandat dari publik
untuk mengambil keputusan dan merumuskan
kebijakan. Tetapi mandat yang demikian besar
itu tidak serta merta membolehkan untuk bisa
menetapkan kebijakan apa saja tanpa persetujuan
publik sebagai pemberi mandat. Publik berhak
dimintai pendapat, memperoleh penjelasan,
mengajukan usulan, dan mengoreksi secara
terus-menerus setiap keputusan dan kebijakan
yang diambil penerima mandat.
Biaya pelaksanaan dan penyusunan
studi pendahuluan (analisis kebutuhan, value for
money, analisis multi kriteria, dsb)
b.
Penyiapan Prastudi Kelayakan
Biaya penyusunan pra-studi kelayakan
(kajian hukum, kajian teknis, kajian ekonomi dan
keuangan, kajian lingkungan dan sosial, kajian
bentuk kerjasama, kajian kebutuhan dukungan
dan jaminan pemerintah, rancangan (term sheet)
perjanjian kerjasama)
Biaya penyusunan kajian kesiapan
Biaya penyediaan dukungan pemerintah
(jika ada), tujuannya adalah untuk meningkatkan
kelayakan financial proyek KPS
Biaya pengadaan tanah
c.
Transaksi Proyek KPS
Biaya market sounding
Market sounding adalah kegiatan pemasaran
proyek KPS dengan menggunakan berbagai
media pemasaran.
Biaya pengadaan badan usaha
Biaya finalisasi dan penandatanganan
perjanjian kerjasama Manajemen Pelaksanaan
Proyek KPS
d.
M a n a j e m e n
Pelaksanaan Proyek KPS
42 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Biaya
pemenuhan
persyaratan
pendahuluan
Biaya pemantauan pelaksanaan proyek
(pra-konstruksi, konstruksi, operasi komersial,
dan berakhirnya proyek KPS)
Biaya penilaian dan pengalihan aset

Regulasi dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Infrastruktur KPS
a.
Dukungan Pemerintah
Dukungan Pemerintah dapat diberikan apabila
karakteristik Proyek KPS layak secara ekonomi
namun memiliki kelayakan finansial yang
marjinal. Dukungan tersebut diberikan sematamata untuk meningkatkan kelayakan finansial
proyek. Adapun bentuk dukungan tersebut
berupa perizinan, pengadaan tanah, dukungan
sebagian konstruksi, insentif perpajakan dan
dalam bentuk lain sesuai aturan
b.
Jaminan Pemerintah
Jaminan Pemerintah dapat diberikan untuk
menanggulangi
kemungkinan
adanya
Political risks dalam proyek yang tidak bisa
dikendalikan oleh pihak swasta. Hal ini didasari
oleh kekhawatiran swasta dalam bertransaksi
dengan kementerian/ lembaga sebagai pemilik/
penanggung jawab proyek (sovereign risk).
Jaminan Pemerintah tersebut berupa kompensasi
finansial diberikan Pemerintah melalui Menteri
Keuangan dan diatur dalam Peraturan Presiden
tersendiri (Untuk proyek KPS terdapat dalam
Perpres 78 dan PMK 260).
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Keterangan:
1.
Penjaminan Infrastruktur dilaksanakan
oleh Menteri Keuangan melalui Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur (dhi. PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia) dengan Single Window
Policy
2.
PJPK dan Project Company akan
bersepakat untuk melakukan kerjasama dalam
penyediaan infrastruktur yang dituangkan dalam
Perjanjian Kerjasama yang antara lain memuat
hak, dan kewajiban dari masing-masing pihak
3.
PT PII akan menjamin kewajibankewajiban PJPK kepada project company yang
dituangkan dalam perjanjian penjaminan
4.
Atas penjaminan yang diberikan kepada
PJPK, PT PII memiliki hak regres apabila timbul
klaim dari project company
5.
Dalam rangka meningkatkan kredibilitas
penjaminannya, PT PII melakukan kerjasama
dengan Multilateral Development Agency (MDA)
ataupun pihak lainnya
6.
Dalam hal diperlukan, Menteri Keuangan
akan memberikan counter guarantee guna
mendukung kerjasama PT PII

Rencana Kedepan
a.
Viability Gap Fund
Bertujuan untuk memberikan akses yang
luas dalam penyediaan infrastruktur melalui
skema KPS dengan memberikan subsidi terhadap
capital cost (biaya investasi)
khususnya bagi proyek KPS yang
secara ekonomi layak namun tidak
layak secara financial
Dukungan melalui skema VGF
diberikan dalam bentuk capital grant
kepada PPP Projects dan umumnya
diberikan dalam masa konstruksi.
Capital grant dimaksud dapat
diberikan satu kali penuh pada awal
masa operasi atau secara bertahap
(annuity).
Besaran capital grant yang diminta
oleh private sector digunakan
sebagai bid paramater untuk
menetapkan pemenang lelang dari
suatu PPP proyek.
Pengalokasiannya
melalui
mekanisme penganggaran Negara.
Saat ini sedang disiapkan policy
framework untuk pemberian VGF
untuk Proyek KPS
b.
Project Development Services
Bertujuan untuk membantu Contracting
Agency dalam menyiapkan proyek KPS agar
mampu menarik minat investor
Penyiapan untuk project showcase KPS:
Dilaksanakan dengan mengoptimalkan
peran lembaga pembiayaan infrastruktur (PT SMI
(Persero))
Kisaran kebutuhan dana tahun 2011-2012
sebesar Rp. 330 M – Rp. 530M

Infrastruktur ketenagalistrikan
Khusus untuk infrastruktur ketenagalistrikan,
proyek-proyek kerjasama antara Pemerintah
dan Swasta meliputi pembangkit, termasuk
pengembangan tenaga listrik yang berasal dari
panas bumi, transmisi, atau distribusi tenaga
listrik;
Sehubungan Penyediaan Infrastruktur Tenaga
Listrik oleh Pemerintah diselenggarakan atau
dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara/
Badan Usaha Milik Daerah, maka Badan Usaha
Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah tersebut
bertindak selaku penanggung jawab Proyek
Kerjasama.

Proyek KPS Sektor Ketenagalistrikan
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 43
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Proyek Ketenagalistrikan untuk PPP (Public
Private Partnership) Book 2011, yaitu
Proyek Prioritas
a.
Jambi Coal Fired Steam Power Plant (2 x
400 MW)
Latar belakang dari proyek ini didasari bahwa
Sumatera Selatan
merupakan
lumbung
energi nasional, namun karena batubara
didaerah tersebut sifatnya low rank coal,
maka pembangunan pembangkit listrik mulut
tambang merupakan solusi yang terbaik untuk
memanfaatkan batubara tersebut. Hal lain yang
mendasari pembangunan pembangkit tersebut
adalah bahwa kebutuhan listrik di sistem
Sumatera pada tahun 2010 sebesar 3.743 MW
dengan pertumbuhan beban sekitar 10,8 % tiap
tahun, sehingga sistem Sumatera memerlukan
tambahan kapasitas daya listrik sebesar 1.000
MW tiap tahun.
b.
Karama Hydro Power Plant, West
Sulawesi
Proyek ini merupakan proyek usulan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Barat , dan masuk kategori
unsolicited project . Latar belakang proyek
ini didasari bahwa morfologi Sulawesi Barat
menjadikan provinsi tersebut memiliki banyak
sungai dengan kapasitas debit air yang sangat
besar. Sungai Karama merupakan salah satu
suangai yang memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan menjadi sumber energi bagi
pembangkit listrik.
Proyek Potensial
a.
South Sumatera 9 – Mine Mouth Coal
Fired Steam Power Plant 2 x 600 MW
Latar belakang dari proyek ini didasari bahwa
Sumatera Selatan
merupakan
lumbung
energi nasional, namun karena batubara
didaerah tersebut sifatnya low rank coal,
maka pembangunan pembangkit listrik mulut
tambang merupakan solusi yang terbaik untuk
memanfaatkan batubara tersebut. Hal lain yang
mendasari pembangunan pembangkit tersebut
adalah bahwa kebutuhan listrik di sistem JawaBali akan tumbuh sebesar 9 % tiap tahun, sehingga
memerlukan tambahan daya listrik sebesar 3.500
MW tiap tahun. Energi listrik ini nantinya akan
disalurkan ke sistem Jawa dan Bali melalui 500 kV
HVDC transmission lines.
44 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
b.
South Sumatera 10 – Mine Mouth Coal
Fired Steam Power Plant 600 MW
Latar belakang dari proyek ini didasari bahwa
Sumatera Selatan
merupakan
lumbung
energi nasional, namun karena batubara
didaerah tersebut sifatnya low rank coal,
maka pembangunan pembangkit listrik mulut
tambang merupakan solusi yang terbaik untuk
memanfaatkan batubara tersebut. Hal lain yang
mendasari pembangunan pembangkit tersebut
adalah bahwa kebutuhan listrik di sistem JawaBali akan tumbuh sebesar 9 % tiap tahun, sehingga
memerlukan tambahan daya listrik sebesar 3.500
MW tiap tahun. Energi listrik ini nantinya akan
disalurkan ke sistem Jawa dan Bali melalui 500 kV
HVDC transmission lines.
c.
East Kalimantan Coal Fired Steam Power
Plant 2 x 100 MW
Latar belakang dari proyek ini didasari bahwa
kebutuhan listrik di Kalimantan Timur pada tahun
2010 sebesar 254 MW dengan pertumbuhan
beban rata-rata 13 % tiap tahun atau setara
dengan penambahan kapasitas pembangkit 100
MW tiap tahun. Saat ini, kebutuhan energi listrik
masih dipenuhi dari PLTD yang memerlukan biaya
produksi listrik yang tinggi. Pengembangan PLTU
Batubara diharapkan dapat mengurangi biaya
produksi energi listrik.
d.
North Sulawesi Coal Fired Steam Power
Plant 2 x 55 MW
Latar belakang dari proyek ini didasari bahwa
kebutuhan listrik di Sulawesi Utara pada tahun
2010 sebesar 188 MW dengan pertumbuhan
beban rata-rata 12,9 % tiap tahun atau setara
dengan penambahan kapasitas pembangkit 70
MW tiap tahun. Saat ini, kebutuhan energi listrik
masih dipenuhi dari PLTD yang memerlukan biaya
produksi listrik yang tinggi. Pengembangan PLTU
Batubara diharapkan dapat mengurangi biaya
produksi energi listrik.
PROYEK PPP PLTU JAWA TENGAH 2 X 1000 MW
PLTU Jawa Tengah yang terletak di daerah
Pemalang, Jawa Tengah, merupakan pilot project
kerjasama pemerintah dan swasta dibidang
ketenagalistrikan. IFC (International Finance
Corporation) menangani PLTU Jateng dalam
hal studi kelayakan proyek sampai penentuan
pemenang lelang. Pemenang lelang diharuskan
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
mencari pendanaan sendiri dengan system Bisnis
to Bisnis. Perbedaan PLTU Jateng dengan IPP
yang lain adalah adanya government guarantee.
Proyek PLTU Jawa Tengah dengan kapasitas 2 x
1000 MW (“PLTU Jateng”) dicanangkan pertama
kali sebagai proyek Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (KPS) pada Infrastructure Summit tahun
2006.
Keterbatasan kemampuan keuangan PLN dalam
berinvestasi di sektor kelistrikan membuat
partisipasi swasta di sektor kelistrikan sangat
dibutuhkan. Oleh karena itu, PLTU Jawa Tengah
akan dikembangkan oleh pengembang listrik
swasta atau Independent Power Producer
(IPP) yang akan bertanggung jawab terhadap
pembiayaan pembangunan proyek ini.
Pemilihan lokasi pembangkit diJawa Tengah
didasarkan pada pertimbangan balance energy
di pulau Jawa, dimana kajian dan simulasi
keandalan, transien, stabilitas, analisa beban dan
kapasitas saluran transmisi untuk base generation
2 x 1000 MW di system Jawa - Bali menunjukkan
opsi lokasi terbaik adalah di pantai Utara Jawa
Tengah disekitar Pemalang.
Data teknis PLTU Jateng adalah sebagai berikut :

Lokasi : Pemalang- Batang Jawa Tengah

Kapasitas : 2 x 1000 MW

Jenis : PLTU Batubara

Tekonologi :Pulverized Coal. Supercritical/
Ultra supercritical

Rencana Operasi : Unit-l, tahun 2016

Masa Kontrak : BOT - 25 tahun

Nilai Proyek : USD$ 3 Milliar
PLTU Jawa Tengah tersebut telah dimasukkan
dalam PPP Book Tahun 2009 sebagai proyek yang
siap ditawarkan. Dimana pada pelelangan yang
dilaksanakan pada semester 1 tahun 2011, J-Power
Consortium ditetapkan sebagai pemenang.
Pada perkembangannya, J-Power Consortium
berubah nama menjadi PT. Bhimasena Power
Indonesia dengan beranggotakan PT Adaro
Power (Indonesia), J Power-Itochu Corp (Jepang),
dan PT Adaro Energy (Jepang).
Total investasi yang diperlukan untuk
pembangunan pembangkit tersebut sebesar
4.047 juta USD dengan rincian sumber pendanaan
sebagai berikut:
a.
Equity & Net Operating Cash flow : 121
juta USD
b.
Equity Bridge Loan(EBL) : 775
juta USD
c.
Senior Loan :
3.151 juta USD
dengan lender dari JBIC, DBS, SMBC, BTMU,
OCBC dan beberapa bank komersial lainnya.
OCBC and others
commercial banks
Proyek tersebut menggunakan skema BOOT
(Build Operate Own Transfer) selama 25 tahun
dengan waktu yang diperlukan untuk masa
konstruksi dan pendanaan selama 5,5 tahun.
Proyek terdiri dari 2 unit pembangkit dengan
kapasitas masing-masing 1.000 MW, dimana
PLTU unit 1 diperkirakan akan beroperasi pada
triwulan 3 tahun 2016, dan unit 2 akan beroperasi
pada triwulan 1 tahun 2017.
PENUTUP
Proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta
merupakan proyek yang melibatkan lintas
sektor, dan dalam rangka menyeragamkan
dan meyelaraskan berbagai regulasi yang ada
dimasing-masing sektor untuk menuju satu visi
dalam program KPS, tentunya memerlukan
banyak pemikiran-pemikiran baru. Oleh karena
itu, program KPS ini terus bertransformasi untuk
menuju kekesatuan visi. Dari pengamatan penulis,
Peraturan Presiden yang mendasari program KPS
telah mengalami 3 kali perubahan, dimulai dari
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang
Kerjasama Pemerintah dan Swasta, dan direvisi
menjadi Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun
2012, dan disempurnakan oleh Peraturan Presiden
Nomor 56 Tahun 2011. Yang pasti, dengan adanya
program KPS ini, target Pemerintah pada tahun
2025, dimana pembiayaan publik sekitar 8% dan
pembiayaan swasta sebesar 92% diharapkan
dapat dicapai.
Penulis : Andi Winarno
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 45
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Perbedaan Tegangan, Frekuensi, Tusuk Kontak
dan Kotak Kontak Untuk Keperluan Rumah
Tangga di Seluruh Dunia
Pernahkah anda mengalami atau mendengar
cerita, seseorang membeli barang elektronik
di Amerika Serikat, ketika dibawa ke Indonesia
ternyata tak berfungsi karena perbedaan
tegangan kerja barang tersebut, atau mungkin
kita pernah ke luar negeri ketika akan mengisi
baterai laptop atau HP malah ketemu kotak
kontak yang tak sesuai dengan tusuk kontak
laptop kita. Ternyata tegangan, frekuensi, tusuk
kontak dan kotak kontak bisa berbeda disetiap
negara.
Tegangan dan Frekuensi
Standar tegangan dapat berbeda disetiap
negara, perbedaan paling umum adalah standar
tegangan rendah dimana sebagian besar negara
menggunakan 220 V sementara di Amerika Utara
dan Jepang menggunakan standar tegangan 110
V.
Perbedaan lain yang muncul juga adalah
frekuensi, Indonesia dan sebagian besar negara
Eropa menggunakan frekuensi 50 HZ, sementara
di Amerika Serikat menggunakan frekuensi 60
Hz.
Selain itu bentuk dan lubang kotak kontak dan
bentuk tusuk kontak dapat berbeda disetiap
negara. Sebuah peralatan yang dibeli di Luar
Negeri belum tentu dapat digunakan langsung
didalam negeri karena belum tentu sesuai dengan
standar tegangan dan frekuensi dinegara kita.
Indonesia, Eropa dan kebanyakan negara lain
didunia menggunakan tegangan yang dua kali
lipat dari tegangan standar di Amerika. Negara
kita menggunakan tegangan antara 220 sampai
dengan 240 Volt, sedangkan di Jepang dan di
sebagian besar Amerika tegangan antara 100
sampai dengan 127 Volt.
Tidak ada keseragaman tegangan listrik standar
di seluruh dunia begitu pula frekuensi. Selain itu,
bentuk tusuk kontak, kotak kontak, ukuran tusuk
kontak dan kotak kontak juga berbeda di banyak
negara. Perbedaan-perbedaan yang tampaknya
tidak penting begitu penting tersebut kadangkadang menimbulkan masalah juga ketika kita
travelling.
46 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Awal Mula
Pada awalnya distribusi listrik diawali di Amerika
Serikat oleh Thomas Alfa Edison dengan
mendirikan Pearl Street Station pada tahun
1882. Penemu yang tanggal lahirnya diperingati
sebagai hari penemu (inventor day) di AS
ini mendistribusikan listrik Arus Searah (DV)
dengan tegangan 110 Volt. Sebagai pelopor,
Edison memonopoli suplai listrik dan standar
distribusi listrik di Amerika. Permintaan listrik
yang meningkat karena berkembangnya industri
menyebabkan meningkatnya permintaan untuk
tegangan selain 110 Volt, masalah lain timbul
ketika kebutuhan untuk tranmisi jarak jauh, arus
searah dengan tegangan rendah 110 Volt akan
sangat besar rugi daya yang ditimbulkannya.
Pada tahun 1886, pesaing baru itu datang. George
Westinghouse seorang kaya raya, penemu dan
orang yang disegani, akan tetapi dia adalah
pemain baru di industri tenaga listrik dengan
mendirikan Westinghouse Electric. Westinghouse
bekerjasama dengan jenius lainnya, seorang
keturunan Serbia bernama Nikola Tesla. Nikola
Tesla adalah penemu sistem arus bolak balik
3 fase. Nikola Tesla percaya bahwa daya yang
hilang dalam transmisi dapat dikurangi dengan
mentransmisikan daya dalam tegangan tinggi.
Tidak seperti DC, Tegangan AC dapat dengan
mudah dinaikkan dan diturunkan kembali dengan
menggunakan transformator sehingga tegangan
AC dapat ditransmisikan dalam jarak yang jauh.
Pearl Street Station punya Edison sangat besar
akan tetapi hanya dapat menerangi 1 mil persergi
New York City. Sistem yang dikembangkan oleh
perusahaan Westinghouse memungkinkan
untuk membangkitkan daya diluar kota dan
mentransmisikannya kepada pelanggan dibanyak
tempat. George Westinghouse pada awalnya
menggunakan frekuensi 133 1/3 Hz, akan tetapi
setelah melalui serangkaian percobaan, Nikola
Tesla menyarankan agar menggunakan frekuensi
60 hz karena nilai tersebut yang dianggap optimal
untuk beban yang beragam. Pertempuran antara
Edison dan Westinghouse berlangsung dalam
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
waktu yang cukup lama namun pada
akhirnya Westinghouse dengan sistem
AC-nya yang menjadi dominan, adapun
tegangan yang digunakan adalah
110V karena peralatan yang ada telah
menggunakan standar tegangan milik
Edison.
Ketika perusahaan Jerman AEG
membangun
fasilitas
pembangkit
pertama Eropa, para Insinyurnya
memutuskan
untuk
memperbaiki
frekuensi
dengan
menggunakan
frekuensi 50 Hz, karena jumlah 60
tidak sesuai dengan urutan satuan
metrik standar (1,2,5). Hanya saja jika
dibandingkan dengan frekuensi 60 Hz, frekuensi
50 Hz memiliki banyak kekurangan karena 20%
kurang efektif dalam pembangkitan, 10-15%
lebih rendah efisiensinya dalam transmisi, serta
membutuhkan gulungan 30% lebih besar untuk
magentisasi inti mesin listrik dan transformator.
Efisiensi motor listrik pada frekuensi 50 Hz juga
lebih rendah, dan juga harus dibuat lebih kuat
untuk menangani kerugian listrik dan panas
tambahan yang dihasilkan.
Dalam hal tegangan, awalnya Eropa juga
menggunakan 110V juga, sama seperti Jepang dan
Amerika Serikat hari ini. Akan tetapi, kemudian
para ahli disana memandang perlu untuk
meningkatkan tegangan untuk mendapatkan
lebih banyak daya dengan dengan mengurangi
drop tegangan untuk diameter kawat yang
sama. Pada saat itu AS juga ingin berubah, tapi
karena biaya yang dibutuhkan untuk mengganti
semua peralatan listrik sangat besar, mereka
memutuskan untuk tidak merubahnya. Pada saat
itu, tahun 1950-60an, rata-rata rumah tangga di
Amerika Serikat sudah memiliki kulkas, sebuah
mesin cuci, dll, tapi tidak di Eropa.
Sebenarnya saat ini semua bangunan baru
Amerika mendapatkan sebenarnya 230 volt yang
terbagi dua antara 115 kawat netral dan fasa.
Peralatan utama, seperti oven, kini terhubung ke
230 volt. Orang Amerika yang memiliki peralatan
dari Eropa, dapat menghubungkannya Kotak
Kontak tersebut.
Peta dibawah ini menggambarkan perbedaan
tegangan dan frekuensi di seluruh dunia
Terdapat pengecualian untuk Brazil dan Jepang
yang belum menggunakan standar yang sama
untuk seluruh negaranya. Di Brazil sebagian
besar negara bagian menggunana 110-127 V (Rio
Grande do Sul, Paraná, São Paulo, Minas Gerais,
Bahia, Rio de Janeiro, Pará, Amazonas). Akan
tetapi 220-240 V masih digunakan didaerah Timur
Laut Brazil.
Untuk Jepang lain lagi kasusnya, meskipun
tegangannya sama untuk semua daerah, namun
frekuensi dapat berbeda. Jepang bagian timur
menggunakan 50Hz, sementara daerah bagian
barat lebih memilih 60Hz.
Kotak Kontak dan Tusuk kontak
Ketika pertama kali listrik diperkenalkan untuk
keperluan domestik, penggunaannya hanya
untuk penerangan. Saat itu soket untuk peralatan
lainpun menggunakan tusuk kontak soket untuk
lampu. Gambar dibawah menunjukkan pemanas
listrik tahun 1909 yang menggunakan soket tusuk
kontak dari lampu.
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 47
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Namun perkembangan penggunaan listrik untuk
keperluan lainnya menjadikan penyambungan
pemanfaat listrik melalui tusuk kontak dan kotak
kontak yang lebih fleksibel semakin dibutuhkan.
Pada medio 1920an, tusuk kontak dua batang
mulai diperkenalkan.
Seiring dengan semakin dibutuhkannya instalasi
yang lebih aman, kotak kontak tiga pin mulai
dikembangkan. Pin ketiga pada kotak kontak
tersebut adalah untuk pentanahan, yang memiliki
potensial yang sama dengan suplai netral. Idenya
adalah dalam keadaan hubung singkat ketanah,
fuse akan bekerja dan memutuskan suplai.
Saat ini ada 13 jenis tusuk kontak dan kotak
kontak, penyebabnya adalah banyak negara
mengembangkan tusuk kontaknya masingmasing, dibanding dengan mengadopsi standar
Amerika yang sudah ada. Perbedaan ini kadang
cukup merepotkan karena harus menyediakan
adaptor untuk menyambung ke pemanfaat listrik
ketika kita membeli alat elektronik di Luar Negeri
atau sebaliknya ketika kita bepergian ke Luar
Negeri.
Tipe B. Digunakan antara lain di Amerika Utara,
Amerika Tengah dan Jepang :
Tipe C. Digunakan disemua negara Eropa kecuali
Inggris, Irlandia, Siprus dan Malta :
Tipe D. Hanya digunakan di India, Sri Lanka,
Nepal dan Namibia :
Peta dibawah ini menggambarkan penyebaran
penggunaan soket dan tusuk kontak diberbagai
negara untuk keperluan Rumah Tangga.
Tipe E. Umumnya digunakan di Perancis, Belgia,
Polandia, Slovakia, Republik Ceko, Tunisia dan
Maroko :
Berikut type-type Tusuk Kontak dan Kotak Kontak
yang beredar diseluruh dunia
Tipe A. Digunakan antara lain di Amerika Utara,
Amerika Tengah dan Jepang :
48 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Tipe F . Digunakan antara lain di Indonesia, Jerman,
Austria, Belanda, Swedia, Norwegia,Finlandia,
Portugal, Spanyol, Eropa Utara :
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Tipe G . Pada umumnya digunakan di Inggris
Raya, irlandia, Siprus, Malta dan Malaysia :
Tipe H .Hanya digunakan di Israel :
Tipe I .Umumnya digunakan dio Australisa, New
Zealand, Papua Nugini dan Argentina:
Tipe J .Hampir hanya digunakan di Swiss dan
Liechtenstein:
Tipe K. Hampir hanya digunakan di Denmark dan
Greenland:
Tipe M. Hanya digunakan di Afrika Selatan,
Swaziland dan Lesotho
Untuk Indonesia sendiri, kotak kontak yang
digunakan adalah type F, jenis ini sesuai dengan
Pedoman Umum Instlasi Listrik 2000 bahwa kotak
kontak harus terhubung dengan penghantar
proteksi (PE). Dibeberapa daerah seperti Batam,
menggunakan kotak kontak type G.
Dengan mengetahui perbedaan tegangan,
frekuensi, tusuk kontak dan kotak kontak
diberbagai negara, kita bisa mempersiapkan
diri ketika akan berangkat ke suatu negara
misalnya dengan membawa adaptor tusuk
kontak sehingga tidak kesulitan ketika berada di
luar negeri ketika akan menggunakan peralatan
elektonik yang dibawa dari dalam negeri, juga
bisa lebih berhati-hati ketika membeli barang
elektronik di luar negeri dengan memperhatikan
kesesuaian tegangan dan frekuensi yang berlaku
di Indonesia.
Sumber:
“Electricity around the World.” : Everything
about Plugs, Sockets, Voltages, Converters, Etc.
Web. 30 May 2012. <http://users.telenet.be/
worldstandards/electricity.htm>.
“AC Power Plugs and Sockets.” Wikipedia.
Wikimedia Foundation, 29 May 2012. Web. 30
May 2012. <http://en.wikipedia.org/wiki/AC_
power_plugs_and_sockets>.
“Travel and Landscape Photography   .”
Electricity around the World. Web. 30 May 2012.
<http://worldwanders.com/elec.htm>.
Panitia PUIL 2000, “Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000 (PUIL 2000)” Yayasan PUIL. Jakarta,
2004
Tipe L Digunakan di Italia:
Penulis : Ahmad Amiruddin
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 49
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Pada
Pembangkit Tenaga Listrik
Subsektor ketenagalistrikan dewasa ini menjadi
salah satu pilar dalam peningkatan pertumbuhan
perekonomian Republik ini. Daerah yang telah
memiliki listrik dengan pelayanan yang aman,
andal dan akrab lingkungan menjadi daerah yang
dilirik oleh para investor baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Ruang lingkup subsektor
ketenagalistrikan secara garis besar terdiri atas
2(dua) sisi yaitu (i) Penyediaan Tenaga Listrik
dan (ii) Pemanfaatan Tenaga Listrik. Pada sisi
Penyediaan sendiri secara garis besar terbagi
atas 3 (tiga) bagian yaitu (i) Pembangkitan, (ii)
Transmisi, (iii) Distibusi. Bagian Pembangkitan
merupakan salah satu bagian dari penyediaan
tenaga listrik yang memiliki dampak lingkungan
dan permasalahan lingkungan yang lebih
bervariasi jika dibandingkan dengan bagian
lain. Keberlangsungan operasi dari pembangkit
harus senantiasa dijaga tetapi disisi lain harus
senantiasa memperhatikan standar baku mutu
lingkungan yang berlaku agar tidak mencemari
lingkungan sekitar.
Pengelolaan Pembangkit
Pembangkit tenaga listrik dapat kita klasifikasikan
berdasarkan jenis energi yang dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik yaitu (i) pembangkit thermal,
(ii) pembangkit tenaga air, (iii) pembangkit
energi terbarukan. Dari ketiga klasifikasi tersebut
yang memiliki dampak lingkungan yang paling
besar dibandingkan dengan yang lainnya adalah
pembangkit thermal. Pembangkit thermal sendiri
dapat berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD),
Pembangkit Listrik Tenaga Gas/ Gas Uap (PLTG/
GU), dll. Dalam pengelolaan pembangkit thermal,
harus memenuhi berbagai standard mutu
lingkungan yang diregulasikan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup antara lain Permen LH No. 8
tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
PLTT, Permen LH No. 21 Tahun 2008 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
PLTT, dll.
Banyak sekali yang harus dipenuhi dalam
pengoperasian pembangkit listrik terutama
pembangkit thermal termasuk juga pembuatan
50 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
dokumen pengelolaan lingkungan sesuai dengan
dokumen lingkungan yang dibuat sebelumnya.
Meskipun demikian pengoperasian pembangkit
tetap harus berjalan dengan aman, andal dan
akrab lingkungan sesuai dengan amanat UU No.
30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
(PROPER)
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
(PROPER) merupakan salah satu upaya
Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk
mendorong penaatan perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen
informasi. Dilakukan melalui berbagai kegiatan
yang diarahkan untuk: (i) mendorong perusahaan
untuk menaati peraturan perundang-undangan
melalui insentif dan disinsentif reputasi, dan (ii)
mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja
lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih
(cleaner production). Program ini dilaksanakan
setiap tahun oleh Kementerian Lingkungan Hidup
pada berbagai sektor termasuk sektor energi.
Ketenagalistrikan yang merupakan salah satu
subsektor dari sektor energi juga menjadi sasaran
dalam pelaksanaan PROPER. Tingkat penilaian
PROPER dari yang paling tinggi berturut-turut
adalah (i) Emas, (ii) Hijau, (iii) Biru, (iv) Merah, dan
(v) Hitam. Pembangkit-pembangkit baik milik PT.
PLN (Persero) maupun miliki IPP setiap tahunnya
dikunjungi oleh tim PROPER yang memberikan
penilaian atas pengelolaan lingkungan di
pembangkit. Pada tahun 2010 sejumlah 44
pembangkit dinilai oleh tim PROPER dan pada
tahun 2011 sejumlah 59 pembangkit dinilai
oleh tim PROPER. Hasil penilaian tim PROPER
disampaikan secara resmi kepada publik dan juga
instansi pemerintahan terkait.
PROPER inilah yang akan menjadi cambukan
sekaligus indikator dari pembinaan dan
pengawasan bagi masing-masing sektor
termasuk subsektor ketenagalistrikan. Ditjen
Ketenagalistrikan selaku Pembina dan pengawas
pada subsektor ketenagalistrikan memiliki tugas
untuk membina serta mengawasi pelaksanaan
operasional pembangkit agar sesuai dengan
ketentuan khususnya dalam hal ini adalah standar
baku mutu lingkungan.
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pembinaan dan Pengawasan
Kegiatan pembinaan dan pengawasan subsektor
ketenagalistrikan merupakan tupoksi yang
melekat di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan,
sehingga pada tahun 2010-2011 yang lalu dengan
gencar Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
melaksanakan pembinaan dan pengawasan
bidang lingkungan untuk meningkatkan
peringkat PROPER pembangkit tenaga listrik.
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan
dengan cara peninjauan langsung ke lapangan
kemudian ditindaklanjuti dengan rekomendasi
kepada pengelolaan pembangkit. Hasil PROPER
tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah
ini,
Gambar 2. Hasil Proper 2011
Gambar 3. Perubahan Peringkat Proper
Gambar 1. Gambar Proper 2010
Pada tahun 2010 dari 44 Pembangkit terdapat 3
pembangkit yang mendapatkan nilai HITAM yang
berarti “tidak patuh peraturan lingkungan” dan 7
pembangkit mendapat nilai MERAH yang berarti
“patuh sebagian”, sehingga Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan melaksanakan pembinaan
terhadap pembangkit-pembangkit tersebut.
Hasil PROPER tahun 2011 dapat dilihat pada
Gambar 2 dibawah.
Pada tahun 2011 sejumlah 59 pembangkit masuk
dalam daftar penilaian PROPER, yang berarti
bertambah sejumlah 15 pembangkit dari tahun
2010. Berdasarkan hasil PROPER tahun 2011
diketahui bahwa pembangkit-pembangkit yang
dibina secara intensif pada tahun 2010 mengalami
kenaikan peringkat. Jumlah peningkatan PROPER
dari tahun 2010 ke tahun 2011 dapat dilihat pada
Gambar 3 di bawah ini,
Dari Gambar 3 tampak bahwa 10 pembangkit
mengalami kenaikan penilaian sebagaian besar
adalah dari penilaian MERAH menjadi BIRU atau
HITAM menjadi MERAH. Sejumlah 3 pembangkit
memang mengalami penurunan tetapi masih
berada pada kawasan nilai BIRU yang berarti
“patuh pada peraturan”.
Berdasarkan
evaluasi
terhadap
hasil
PROPER tahun 2010 dan tahun 2011
menunjukkan keberhasilan Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
dalam
melaksanakan
pembinaan dan pengawasan bidang lingkungan
di subsektor Ketenagalistrikan. Hal tersebut
tentu saja tidak terlepas dari partisipasi dan
kerjasama dari pengusaha ketenagalistrikan
untuk melakukan perbaikan.
Untuk mencapai penyediaan tenaga listrik yang
aman, andal dan akrab lingkungan memang
membutuhkan proses yang panjang, akan tetapi
dengan kesiapan Pemerintah dan dukungan
para pelaku usaha hal tersebut akan lebih cepat
terwujud.
Penulis :
Elif Doka Marliska, ST
Inspektur Ketenagalistrikan
Pertama
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 51
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Energi Bersih dari Danau Rawa Pening
Indonesia adalah Negara kepulauan yang kaya,
bagaimana tidak Republik Indonesia merupakan
Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.504 pulau, termasuk 9.634 pulau yang
belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak
berpenghuni. Dari banyaknya pulau di Indonesia
tentu saja menyimpan banyak potensi alam di
dalamnya yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi bersih penghasil energi listrik. Salah
satu sumber energi bersih penghasil energi listrik
yang sudah ada dari jaman Belanda pada tahun
1938 adalah PLTA Jelok yang terletak di Desa Jelok,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
PLTA Jelok
PLTA Jelok terletak di Kabupaten Semarang kurang
lebih 45 km dari Kota Semarang, atau 15 km ke arah
timur laut Kota Salatiga. Sejarah PLTA Jelok diawali
dengan berdirinya PLTA Sentral Susukan pada 1912
yang dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda dan
dikelola oleh ANIEM (Algence Nederlandsch Indisce
Electricmet Maatnc happy) Sentral Susukan ini
berlokasi di desa Susukan dan hanya menghasilkan
daya 2,8 MVA dari unit pembangunan ( generator
). Dengan semakin meningkatnya akan kebutuhan
tenaga listrik, pada tahun 1935 dibangunlah sentral
Jelok yang berlokasi sekitar 100m dari Sentral
Susukan Operasi awal pembangkit ini pada tahun
1938 menggunakan unit pembangkit (generator)
dengan kapasitas daya output masing- masing
6400 KVA. Daya tersebut bersumber dari tenaga
air yang disalurkan melalui terowongan sepanjang
2900m dan pipa pesat ( penstock) sepanjang 610 m.
Pemerintah Indonesia mengambil alih pengelolahan
PLTA Jelok dan ANIEM pada tahun 1955. Dan
pada tahun 1957 mulai dibangun PLTA Timo yang
memanfaatkan buangan air dari PLTA Jelok serta
penambahan sebagai pipa pesat (penstock) untuk
PLTA Jelok. PLTA Timo sendiri mulai beroperasi pada
tahun 1962 dan pada tahun yang sama PLTA jelok
menambah 1 Unit pembangkit (generator) lagi yang
memiliki kapasitas daya output yang sama dengan
ketiga unit sebelumnya. Beberapa tahun kemudian
52 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
PLTA Jelok dikelola oleh PLN wilayah XIII dengan
pusat di Semarang. Pada tahun 1973 dibangun GI.
Pada tahun 1991 PLTA Jelok bergabung dengan
PT PLN KJB Sektor Mrica yang kemudian berubah
menjadi PT PLN PJB1 Unit Pembangkit Mrica pada
tahun 1995 yang sebelumnya masuk ke dalam
wilayah sektor Tuntang. Pada tahun 1993 PLTA
Jelok direnovasi. Proyek renovasi tersebut selesai
pada tahun 1994 dan dilakukan commissioning test
pada bulan Juli-Agustus 1994.
( h t t p : / / p h w i b o w o . b l o g s p o t . c o m / 20 0 9 / 0 7 /
bangunan-tenaga-air.html)
PLTA Jelok saat ini dikelola oleh PT Indonesia Power,
salah satu anak Perusahaan PT. PLN (Persero)
yang bergerak di bidang Pembangkitan tenaga
listrik, diantara 16 PLTA di Jawa Tengah di bawah
tanggung jawab Unit Bisnis Pembangkitan Mrica.
Tiga Unit mesin dibangun tahun 1938 dan tahun
1962 ditambah 1 unit lagi. Dengan tinggi terjun air
144 meter dan daya terpasang 4 X 5,12 MW PLTA
Jelok dapat menghasilkan energi listrik sebesar
93 GWh/tahun. Air penggerak turbin diambil
dari Rawapening yang disadap melalui sungai
Tuntang yang kemudian dibendung dengan sebuah
dam yang dilengkapi dengan 6 buah pintu air.
Walaupun usianya sudah lebih dari 70 tahun, Mesin
Pembangkit PLTA Jelok masih tetap dioperasikan
karena kondisinya masih baik dengan biaya operasi
relatif murah. Sedangkan untuk menjaga dan
memelihara keandalan, pada tahun 1994 mesin
pembangkit ini direnovasi dengan mengganti
governor dan main inlet valve, retrofit 9 sistem
kontrol dan rewinding stator generator. Dahulu kala
sebelum terhubungnya sistem interkoneksi listrik
di pulau Jawa, PLTA Jelok merupakan salah satu
pusat pembangkit tenaga listrik yang sangat vital
untuk memenuhi kebutuhan listrik di Jawa Tengah.
Berdasarkan Daya Terpasang, saat ini kontribusi
PLTA Jelok terhadap produksi UBP Mrica berkisar
sebesar 6,37 %(http://www.indonesiapower.co.id).
Skema sumber energi penggerak turbin yang ada di
PLTA Jelok dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah,
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Gambar 2. Generator PLTA Jelok(https://maps.google.
co.id)
Gambar 1. Skema Sumber Energi Penggerak PLTA Jelok
(https://maps.google.co.id)
PLTA Jelok menggunakan 4 buah turbin buatan
Werk Spoor Escher Wyss Holland dengan type
Francis poros datar memutarkan Generator buatan
AG Brown Hemaf Oerlikon dalam putaran 600
rpm dengan masing-masing generator memiliki
kapasitas sebesar 6,4 MVA dengan tegangan
keluaran 5,7-6,6 kV dan faktor daya 0,8. Besar daya
yang dihasilkan oleh PLTA Jelok diatur melalui
besarnya debit air yang dialirkan ke turbin PLTA
Jelok yang mana pengaturan debit air tersebut
diatur oleh Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Tengah.
Sistem penyaluran energi PLTA Jelok dari Generator
6 kV masuk ke Trafo step up 6/30 kV kemudian
Trafo 30 kV masuk serandang gabung dengan Timo
diteruskan ke Gardu Induk Jelok. Dari Gardu Induk
Jelok ke Gardu Induk Bringin melalui Trafo step up
30/150kV dan masuk sistem 150 kV interkoneksi.
Rawa Pening dan PLTA Jelok saat ini
Sedimentasi parah yang terjadi di Rawa Pening
diperkirakan mengancam eksistensi danau di
wilayah Kabupaten Semarang ini menjadi daratan
pada tahun 2021. Untuk itulah Kementerian Negara
Lingkungan Hidup (KLH) memprioritaskan Rawa
Pening sebagai percontohan penyelamatan dari
total 15 danau kritis yang ada di Indonesia. Danau
alam seluas 2.500 hektare ini menjadi muara dari
sembilan sungai sehingga membuat pendangkalan
semakin parah termasuk pertumbuhan eceng
gondok yang liar tak terkendali. Penyelamatan
mutlak harus dilakukan karena menurut perhitungan
ahli, danau ini akan menjadi daratan baru. Gubernur
Bibit Waluyo menegaskan, perlu dibuat sejumlah
cekdam untuk menahan laju lumpur yang masuk
ke rawa dan diprioritaskan dibangun di sungai yang
potensial membawa lumpur paling banyak. Saat
ini semakin banyak areal yang jadi daratan bahkan
nampak rumah-rumah semi permanen dibangun di
atas daratan baru ini. (Suara Merdeka, 13 Oktober
2011)
Kelangsungan dari Danau Rawa Pening terkait
langsung dengan kelangsungan PLTA Jelok sehingga
apabila air yang berada di Danau Rawa Pening
menipis maka daya yang dihasilkan oleh PLTA
jelok akan menurun. Secara teknis PLTA Jelok tidak
mengkonsumsi air dari Danau Rawa Pening, PLTA
Jelok hanya menggunakan energi potensial dari
Danau Rawa Pening. Air yang telah dilewatkan ke
turbin PLTA Jelok pada akhirnya akan digabungkan
kembali ke sungai untuk digunakan sebagai irigasi
dan keperluan yang lainnya. PLTA Jelok tidak
mengganggu keberlangsungan dari Danau Rawa
Pening tetapi justru dengan keberadaan PLTA
Jelok akan membantu dalam mempertahankan
keberlangsungan Danau Rawa Pening yang saat ini
masuk menjadi salah satu danau dalam program
Nasional “Penyelamatan 15 Danau Prioritas
Nasional”.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
c.q Ditjen Ketenagalistrikan saat ini bersama
dengan jajaran Kementerian terkait yang lainnya
melakukan
penyusunan
dan
pemantauan
pelaksanaan dari Program Nasional “Penyelamatan
15 Danau Prioritas” yang mana bagi subsektor
ketenagalistrikan sendiri program tersebut
merupakan salah satu cara untuk tetap menjaga
operasional dari Pembangkit Listrik Tenaga Air
yang ramah lingkungan.
Penulis
Elif Doka Marliska, ST
Inspektur Ketenagalistrikan Pertama
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 53
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Pro Kontra Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Seperti api, jika terkontrol menjadi teman jika
tak terkontrol menjadi musuh, begitu pula
Energi Nuklir. Nuklir sejak ditemukan ratusan
tahun lalu hingga ditemukan hari ini menjadi
salah satu teknologi yang banyak dimanfaatkan
juga mungkin disalahgunakan.
Sejarah Singkat Nuklir
Sejarah nuklir dimulai ketika ilmu pengetahuan
berkembang pesat di Yunani Kuno pada abad
ke-5 SM. Seorang cendekiawan bernama
Democritus berpikir bahwa segala sesuatu tentu
dibuat dari bahan dasar seperti atom. Pada Tahun
1985, seorang ahli jerman, Rontgen didalam
sebuah percobaannya menemukan suatu
sinar yang disebut sinar-X. Setahun kemudian
seorang Sarjana Perancis, Henry Becquerel
memperlihatkan bahwa sinar yang serupa
dapat dipancarkan secara alamiah dari uranium.
Pembuktian pertama bahwa pembelahan atom
ada kegunaannya terjadi pada tahun 1939, ketika
para sarjana Jerman menemukan bahwa atom
uranium bisa dibelah dengan cara menembaknya
dengan neutron-neutron. Pada tahun 1942 telah
berdiri reaktor nuklir pertama di Amerika Serikat
PLTN telah menjadi pilihan banyak negara sebagai
sumber energi. Tak kurang dari 31 negara di dunia
menggunakan PLTN. Beberapa negara bahkan
mengandalkan sumber energinya dari Nuklir
seperti Perancis menggunakan 77%, Slovakia
54%, Belgia 54%, Ukraina 47,2%, Hungaria 43,3%,
Swiss 40%, Korea Selatan 34,6%, Taiwan 20,7%,
Amerika Serikat 19,3%, Jerman 17,8%, Rusia
17,76%, dan China 1,9%.
Hingga Februari 2012 terdapat 439 PLTN
yang beroperasi di seluruh dunia, dimana
PLTN digunakan untuk memikul beban dasar.
Secara keseluruhan energi nuklir menyumbang
persentase sebesar 14% dari seluruh energi
didunia. Beberapa negaraASEAN sepertiThailand,
Vietnam dan Malaysia sedang mempersiapkan
pembangunan PLTN, akan tetapi negara seperti
Swiss dan Jerman berencana akan mematikan
seluruh PLTNnya.
54 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Salah satu dari 7 PLTN yang di Shutdown di Jerman setelah Kecelakaan
Fukushima (suite101.com)
Pro Kontra Energi Nuklir
Di Indonesia sendiri pandangan pro dan kontra
juga bermunculan seiring dengan rencana
Pemerintah membangun PLTN. Sikap kontra
semakin muncul ketika reaktor nuklir Fukusima
meledak akibat terjangan tsunami yang melanda
jepang. Reaktor Fukusima sebenarnya dirancang
untuk tahan gempa, sayangnya reaktor
pendinginnya ikut rusak ketika terjadi tsunami.
Salah seorang yang gencar mempromosikan
PLTN adalah Said Didu, Ketua Persatuan Insinyur
Indonesia yang juga mantan Sekretaris Menteri
BUMN. Menurut Said Didu pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) saat
ini sudah sangat mendesak bagi pertumbuhan
ekonomi nasional berhubung kebutuhan listrik
bertambah 3.000 MW setiap tahun. Kita tidak
bisa lagi mengandalkan energi fosil, namun
untuk mengembangkan energi alternatif seperti
energi matahari, angin atau air juga tidak
memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan
listrik yang sangat besar itu. Lebih lanjut Said
menyatakan meski Indonesia kaya akan sumber
bioenergi, namun untuk mengandalkan bioenergi
juga sangat berbahaya karena sumber pangan
akan dialihkan menjadi sumber energi dan
membuat harga pangan akan semakin melonjak.
Energi nuklir menjadi pilihan PII dengan alasan,
menjaga ketahanan pangan, meningkatkan nilai
tambah sumber energi karbon (minyak bumi,
batubara dan gas), menyediakan energi yang
berdaya saing, menjaga stabilitas ekonomi dari
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
gejolak harga bahan bakar dan harga pangan
serta mempercepat pemenuhan kebutuhan
energi listrik.
Tentu banyak yang kontra juga dengan ide
PLTN ini, diantaranya adalah aktifis Greenpeace
Indonesia. Sebagaimana dikutip Antara country
representative
Greenpeace Asia TenggaraIndonesia Nur Hidayati, mempertanyakan
motif para promotor PLTN itu sampai gemar
mempromosikan pembangunan PLTN sementara
Filipina dan Swiss menolak membangun PLTN.
Menurut Hidayati, PLTN yang ada di dunia
kebanyakan dibangun pada era sebelum tahun
80-an dengan faktor gempa tak melebihi skala 7.
Sementara sekarang kondisinya sudah berubah
bahkan gempa Aceh saja sampai 9.1 SR dan
Jepang 9.0 SR Dia mengemukakan PLTN bukan
masalah reaktor dan teknologi saja tapi ada
persoalan politik, ekonomi, dan sosial.
Pandangan pesimis juga disampaikan oleh Dewan
Energi Nasional yang menyatakan bahwa Secara
teknis, nuklir atau PLTN untuk Indonesia itu
hampir tidak mungkin, tapi bisa menjadi pilihan
terakhir bila ada perkembangan teknologi nuklir
ke arah lebih aman. Menurut anggota DEN Prof Ir
Rinaldy Dalimi, PhD ada empat hingga lima alasan
yang menyebabkan PLTN hampir tidak mungkin
di Indonesia, yakni PLTN akan mengharuskan
Indonesia mengimpor uranium, karena uranium
Indonesia tidak ekonomis, alasan lain adalah
dunia tidak akan mengizinkan Indonesia
melakukan pengayaan uranium, karena Iran saja
dilarang, meski pemerintahnya melawan, alasan
yang cukup berat adalah Indonesia merupakan
“kawasan gempa” sehingga risikonya tinggi.
“Kalau pun dibangun dengan tahan gempa, tentu
biayanya akan mahal, sehingga harganya nuklir
juga tidak akan murah, bahkan perlu subsidi
alasan yang juga penting adalah Jepang sudah
mematikan 54 unit PLTN pada dua minggu lalu,
lalu Jerman juga akan mematikan seluruh PLTNnya pada tahun 2025 DEN merekomendasikan
PLTN sebagai pilihan terakhir. Artinya, nuklir
nggak akan dipilih selama energi alternatif (energi
baru terbarukan/EBT) masih ada, apalagi energi
alternatif di Indonesia paling beragam di dunia.
Namun pernyataan Dewan Energi Nasional
dibantah oleh salah seorang Dosen ITB DR. Sidik
Permana dosen ITB dengan spesialisasi riset
nuclear engineering. Sebagaimana dimuat dalam
blog medianuklir.wordpress.com, Dosen lulusan
Tokyo University tersebut menyatakan bahwa
mayoritas industri nuklir (PLTN) menggunakan
bahan bakar uranium impor, kecuali negara nuklir
yang mempunyai sumber daya uranium alam yang
banyak dan memiliki teknologi pengayaannya
seperti Amerika, Rusia dan Kanada. Jadi sumber
daya alam uranium di negara-negara yg tidak
pakai PLTN jauh lebih banyak seperti Australia,
Kazakstan, dan Nigeria. Terkait faktor ekonomis,
bukan karena faktor uraniumnya, meskipun
beberapa tipe kandungan uranium memberikan
variasi harga, tetapi karena nilai ekonomis kalau
kita melakukan enrichment sendiri, kecuali
kedepan mau punya industri pengayaan sendiri
dan daur ulang, kalau untuk operasional reaktor
yg terbatas cukup dengan impor masih lebih
murah. Lebih lanjut Sidik menyatakan Teknologi
pengayaan dan daur ulang tidak dilarang dan
merupakan hak semua negara, tetapi hanyak
untuk tujuan damai dan sipil salah satunya PLTN.
Jadi aneh apabila pengayaan uranium untuk PLTN
dianggap akan dilarang. LEU atau less enriched
uranium kurang dari 20% adalah legal digunakan
untuk PLTN selain adanya kontrol material dan
monitoring dan inspeksi dari regulasi masing2
negara dan juga IAEA. Terkait dengan pernyataan
bahwa Indonesia susah dibangun PLTN karena
Indonesia rawan Gempa, Sidik menyatakan bahwa
Dari zaman generasi kedua khsusnya 1960an,
bangunan reaktor sudah diperhitungkan dampak
gempa, bahkan juga dinding untuk tsunami dan
begitu pula sekarang dengan standar yg lebih
tinggi. Khusus kasus Fukushima daiichi unit 1
yg paling tua dibangun 1965, beroperasi 1971,
sudah memperhitungkan gempa dan direvisi
kemudian dengan perkembangan gempa Chili
tahun 1995. Lebih lanjut Sidik menyatakan kalau
rencana penutupan PLTN Jerman jelas terlalu
banyak alasan politis dan sekarang mulai terasa
bagaimana sulitnya mengkonversi seperempat
listriknya dari nuklir dengan yang lain. Selain
itu Jerman adalah salah satu negara pengimpor
gas, minyak dan batubara terbesar dunia. Sidik
memprediksi kalau situasi politik berubah,
kondisi ekonomi berubah maka kebijakan akan
berubah juga. Lebih lanjut Sidik menyatakan
untuk Jepang, kebijakan energi jangka panjang
sedang dibuatkan, dan dari 17 reaktor yang sudah
mengajukan uji stress test sudah 2 PLTN yang
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 55
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
sudah oke dan mendapat approval dari dewan
kota, lambat laun akan PLTN yang sudah ada
akan diaktifkan, karena sudah melewati regulasi
safety dan pengecekan dan izin dari daerah
yang kemungkinan besar akan diikuti oleh yang
lainnya.
Sebagaimana ditulis oleh Dr.Ir. Suyitno, MSc
dalam bukunya Nuklir Dari Bom Ke Listrik, sejarah
rencana Pembangunan PLTN di Indonesia dimulai
ketika Presiden Soeharto meresmikan pemakaian
beberapa instalasi nuklir yang terletak di kawasan
Puspitek Serpong pada tanggal 12 Desember
1990. Saat itu Presiden Suharto meminta agar
dilakukan usaha persiapan sebaik-baiknya untuk
membangun suatu pusat listrik tenaga nuklir di
Indonesia. Instruksi Presiden tersebut memberi
dorongan dan pegangan kuat bagi BATAN untuk
menyiapkan segala sesuatunya. Calon lokasi PLTN
saat itu adalah Semenanjung Muria Jawa Tengah,
namun dalam perkembangannya pembangunan
tapak nuklir di Muria Jawa Tengah dibatalkan
karena reaksi dari masyarakat.
Meski sikap pro kontra masih bermunculan
namun Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
sedang merencanakan untuk membangun PLTN
di Pulau Bangka Provinsi Bangka Belitung.Batan
melakukan kajian tapak di dua lokasi di Pulau
Bangka yakni di Tanjung Ular Muntok Kabupaten
Bangka Barat dan Sebagin Kabupaten Bangka
Selatan.
Bagi penulis, kesimpulan akan pro dan kontra
masih menunggu perkembangan berikutnya dari
pembangunan PLTN. Debat ilmiah dan berbasis
data akan mempermudah kita dalam mengambil
kesimpulan apakah akan melanjutkan program
PLTN atau mencari alternatif lain.
Sumber :
“Apa Kata Mereka Yang Kontra PLTN.” AntaraNews.com. N.p., n.d. Web. 27 May 2012.
<http://www.antaranews.com/berita/250201/
apa-kata-mereka-yang-kontra-pltn>.
“Batan Jamin Transparan Kajian PLTN - BANGKA
POS :: Berita Terkini Bangka Belitung.”Batan
Jamin Transparan Kajian PLTN - BANGKA POS
:: Berita Terkini Bangka Belitung. N.p., n.d.
Web. 27 June 2012. <http://bangka.tribunnews.
com/2012/05/29/batan-jamin-transparan-kajianpltn>.
“DEN: PLTN Di Indonesia Hampir Tidak Mungkin.”
56 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
- AntaraNews.com. N.p., n.d. Web. 27 May 2012.
<http://www.antaranews.com/berita/310770/
den-pltn-di-indonesia-hampir-tidak-mungkin>
“Media Nuklir Indonesia.” Media Nuklir Indonesia.
N.p., n.d. Web. 27 June 2012. <http://medianuklir.
wordpress.com/2012/05/17/energi-nuklir-untukindonesia-mungkinkah/>.
“Nuclear in the Energy Mix.” Nuclear in the Energy
Mix. N.p., n.d. Web. 27 June 2012. <http://www.
euronuclear.org/1-information/energy-mixes.
htm>.
“Nuclear Power byCountry.”Wikipedia.Wikimedia
Foundation, 26 June 2012. Web. 27 June 2012.
<http://en.wikipedia.org/wiki/Nuclear_power_
by_country>.
“Nuclear Share Figures, 2001-2011.” Nuclear
Shares of Electricity Generation. N.p., n.d. Web.
27 June 2012. <http://www.world-nuclear.org/
info/nshare.html>.
“PII: Pembangunan PLTN Sangat Mendesak.”
- AntaraNews.com. N.p., n.d. Web. 27
May
2012.
<http://www.antaranews.com/
berita/1311148675/pii-pembangunan-pltnsangat-mendesak>.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Penulis:
Ahmad Amiruddin
Staf Subdit Perlindungan Konsumen Listrik
Inspektur Ketenagalistrikan Pertama
Web : www.taroada.com
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
INSPEKSI GARDU INDUK TEGANGAN EKSTRA TINGGI
(GITET) GANDUL
TERKAIT GANGGUAN MELEDAKNYA TRAFO ARUS (CT) PADA BAY
150 KV
Telah terjadi pemadaman tenaga listrik pada
tanggal 25 April 2012, sehingga sistem tenaga
listrik untuk beberapa area di Jakarta padam,
untuk memeriksa kejadian tersebut, maka
dilakukan inspeksi lapangan oleh Inspektur
Ketenagalistrikan pada tanggal 26 April 2012
pada instalasi Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi
(GITET) Gandul 500/150 kV melalui surat tugas
Nomor 3295/20/640.2/2012 tanggal 26 April 2012
untuk melakukan inspeksi ketenagalistrikan di
wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali
Area Pelaksana Pemeliharaan Cawang GITET
Gandul terkait meledaknya Trafo Arus pada bay
150 kV.
Gambar.1 Single Line Diagram GITET Gandul
Gambaran Umum
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET)
Gandul menyuplai daya listrik di beberapa daerah
antara lain Petukangan, Pondok Indah, Kemang
dan daerah Gandul sendiri. GITET Gandul terdiri
dari tiga level tegangan yaitu 500 kV, 150 kV dan
20 kV. Sisi 500 kV terdiri dari 5 Bay, yang terdiri
dari 2 Over High Line (OHL) dan 3 IBT dengan
konfigurasi sistem 1,5 Breaker. Tiga IBT 500/150
kV tersebut masing-masing memiliki kapasitas
±500 MVA. Sisi 150 kV terdiri dari beberapa feeder
dengan konfigurasi sistem double busbar.
Pada tanggal 25 April 2012 pukul 13.00 WIB
GITET Gandul IBT 1 dan IBT 2 sisi 500/150kV
menampung beban ±562 MW yang merupakan
lebih dari sepertiga dari beban subsistem yaitu
±1600MW. Pada pukul 13.12 terjadi gangguan
pada subsistem yang menyebabkan 18 Gardu
Induk Padam. Gangguan tersebut bersumber dari
meledak dan terbakarnya Trafo Arus pada IBT 1
500/150 kV sisi 150kV phasa R
Kronologis Gangguan
1.
Pada pukul 13.12 WIB tanggal 25 April
2012 terjadi breakdown voltage pada isolasi yang
terdapat dalam CT IBT 1500/150 kV sisi 150 kV.
Breakdown voltage tersebut menyebabkan CT
tersebut meledak dan kemudian terbakar.
Gambar. 2 CT IBT 1 500/150kV Sisi 150 KV Phasa R Terbakar
2.
Relay proteksi pada IBT 1 bekerja dan
mentripkan CB sehingga mengisolasi daerah
gangguan, akan tetapi lidah api dan asap yang
timbul akibat terbakarnya CT IBT 1 menyebabkan
gangguan pada Busbar 1 150kV yang menimbulkan
gangguan hubung singkat (shorcircuit) antara
phasa R dan S di Busbar 1 150 kV. Gangguan ini
mentriger relay proteksi busbar protection pada
bekerja dan memutuskan seluruh beban di IBT 1
dan IBT 2 yang terhubung pada Busbar 1 150 kV.
3.
Hilangnya beban pada IBT 1 dan IBT 2
menyebabkan subsistem kehilangan sepertiga
beban sekitar 562 MW, hal ini menyebabkan
pembangkit
yang
menyuplai
subsistem
tersebut yaitu PLTU Lontar dan PLTG/GU Muara
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 57
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
Tawar menjadi kekurangan beban, sehingga
menyebabkan sistem proteksi pembangkit
tersebut bekerja yang menjadikan kedua
pembangkit tersebut lepas dari subsistem. Hal
inilah yang menyebabkan 18 Gardu Induk yang
berada dalam subsistem tidak mendapat suplai
daya listrik dan mengakibatkan pemadaman.
4.
Untuk menghidupkan subsistem kembali,
PT. PLN (Persero) melaksanakan beberapa
langkah sebagai berikut :
1)
Memadamkan api yang masih menyala
di CT IBT 1 500/150 kV sisi 150 kV phase R GITET
Gandul dan memperbaiki gangguan yang terjadi
di Busbar 1 150 kV GITET Gandul.
2)
Pukul 13.31 tanggal 25 April 2012, daya dari
subsistem lain dialirkan kearah PLTG/GU Muara
Tawar dan PLTU Lontar untuk menghidupkan
kembali kedua pembangkit tersebut.
3)
Pukul 14.05 tanggal 25 April 2012, PLTU
Lontar dan PLTG/GU Muara Tawar kembali
beroperasi kemudian IBT 2 dan IBT 3 GITET
Gandul dipararel untuk mengurangi daerah yang
mengalami pemadaman.
4)
Kemudian sebagian besar subsistem pulih
kembali, kecuali GI Petukangan karena IBT 1
500/150 kV sisi 150 kV GITET Gandul masih dalam
proses perbaikan. Pada Pukul 08.15 tanggal 26
April 2012 perbaikan pada IBT 1 selesai dan sistem
kembali normal.
Hasil Inspeksi dan Analisa
Inspeksi dilakukan dengan metode pemeriksaan
visual dan diskusi teknis dengan pegawai PLN
GITET Gandul baik operator maupun pihak
manajemen untuk mendapatkan gambaran yang
lengkap terhadap peristiwa yang terjadi.
Penyebab terjadinya gangguan di GITET Gandul
pada tanggal 25 April 2012 disebabkan meledak
dan terbakarnya CT Interbus Transformer (IBT) I
500/150 kV di sisi 150kV phasa R. Hipotesis awal
dari PT. PLN (Persero) terkait dengan meledaknya
CT ini adalah karena penuaan (aging) pada CT
tersebut.
Terkait dengan hal tersebut diatas maka Inspeksi
difokuskan pada pemeriksa data teknis CT dan
data lain yang terkait dengan pengoperasian
CT tersebut serta melakukan diskusi dengan
operator dan manajemen PLN di GITET Gandul.
Trafo Arus ini mulai dipasang di GITET Gandul
tahun 1984 dan digunakan sebagai input arus
untuk beberapa peralatan metering dan relay
58 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
proteksi IBT 1 GITET Gandul. Beberapa relay
proteksi yang mendapat input arus sekunder dari
CT ini adalah:
1.
Proteksi Transformer Differential Relay
(87T)
2.
Restricted Earth Fault (REF)
3.
Busbar Protection (87BB)
Dari informasi pihak PLN, pemeliharaan
terakhir dari CT ini dilakukan pada tahun 2011
dengan mengikuti prosedur Petunjuk Operasi
& Pemeliharaan Trafo Arus yang dimiliki oleh
PT. PLN (Persero). Hasil pengkuruan tangen
delta pada CT IBT 1 500/150kV sisi 150 kV Phasa
R, menunjukan bahwa CT masih dalam kondisi
Acceptable karena nilai tangen delta -nya masih
dibawah 2,5 % tetapi diatas 1 % (1% < n <2,5%).
CT baru rata-rata mempunyai nilai tangen delta
<1%.
Standar dari hasil pengukuran tangen delta
untuk Trafo Arus (CT) untuk temperature 20oC.
berdasarkan reverensi ABB dapat dilihat pada
Tabel 1.
No.
Hasil
Keterangan
Pengujian
CT 150 kV
< 2,5%
Acceptable
> 2,5%
Unacceptable
CT 500 kV
< 0,5%
Acceptable
> 0,5%
Unacceptable
Dari hasil pemantauan diketahui bahwa penyebab
dari terbakarnya CT adalah karena gangguan
internal pada CT tersebut yang berupa tembus
isolasi dari konduktor bertegangan ke ground.
Konduktor pada CT (Nomor 7) terlindungi dari
metal Kepala CT (Nomor 4) oleh isolasi minyak.
Sementara kotak CT terlindungi dari ground
oleh isolator bushing (nomor 8) dan minyak di
dalamnya.
Tembus isolasi terjadi dari konduktor 150 kV
ke ground pada bagian kepala dan keramik CT.
Namun berdasarkan uraian dari personil GITET
Gandul, isolator keramik CT terlebih dahulu retak
dan diikuti oleh pecahnya kepala CT, sehingga
disimpulkan kegagalan isolasi terjadi pada
isolasi keramik, minyak, serta kertas isolasi di
dalamnya.
Kombinasi isolasi keramik, minyak dan kertas
isolasi tentunya telah melalui rangkaian
pengujian tegangan tinggi yang menjamin
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
atau kegagalan isolasi total.
Fenomena treeing dijelaskan oleh ilustrasi
gambar berikut:
bahwa isolasi dapat menahan tegangan kerja 150
kV (phase-phase). Namun kekuatan isolasi dapat
terdegradasi akibat gangguan-gangguan pada
sistem, fenomena treeing, umur atau kondisi
lingkungan yang ekstrim.
Mengingat CT sudah berumur 28 tahun
(diproduksi tahun 1983 dan dipasang tahun 1984),
maka diduga disebabkan oleh kegagalan isolasi
yang dipengaruhi fenomena treeing yang sudah
terjadi sejak lama pada CT tersebut.
Pada semua jenis isolasi, baik isolasi keramik,
minyak dan kertas, tidak ada yang murni terdiri
dari bahan isolasi 100%. Selalu terdapat partikelpartikel non isolatif kecil yang dapat berupa void
udara, kandungan air, atau benda padat intrusif.
Partikel-partikel ini memiliki kekuatan isolasi
yang tidak sama dengan bahan isolasi utamanya.
Akibatnya pada saat dibebani tegangan kerja 150
kV, partikel pengotor ini sudah lebih mengalami
tembus tegangan sementara isolasi utamanya
masih mampu menahan tegangan tersebut.
Fenomena inilah yang disebut partial discharge
atau tembus sebagian atau peluahan sebagian.
Partial Discharge pada awalnya terjadi pada
satu atau beberapa void/partikel, namun seiring
dengan berjalannya waktu, void-void tersebut
akan saling terhubung dan membentuk jalur
tembus isolasi. Jalur tembus isolasi ini akan
semakin memanjang dan melebar seperti akar
pohon dan akan memicu tembus tegangan pada
void yang lain. Fenomena inilah yang disebut
dengan treeing. Lama-kelamaan, treeing akan
menghubungkan konduktor bertegangan dengan
ground dan pada saat itulah terjadi breakdown
Untuk kasus CT pada bay 150 kV ini, dimisalkan
segitiga bagian atas adalah konduktor 150 kV,
garis tebal hitam di bagian bawah adalah sisi
ground, dan bagian berwarna putih adalah
isolasi utama yang dapat berupa minyak, kertas,
atau keramik. Awalnya terjadi tembus sebagian
pada void-void disekitar konduktor, kemudian
void-void yang mengalami tembus sebagian
semakin banyak, sementara kekuatan medan
listrik akibat tegangan 150 kV adalah tetap.
Void-void tersebut akan membentuk jalur yang
semakin lama semakin membesar dan akhirnya
menghubungkan konduktor dengan ground
sehingga terjadi breakdown.
Fenomena treeing yang diduga terjadi pada CT
tersebut telah lama terjadi dan tidak terdeteksi
saat pengujian tangen delta. Percepatan
terjadinya kegagalan isolasi pada CT tersebut
dapat diakibatkan oleh cuaca lingkungan yang
ekstrim yaitu hujan deras yang berganti-ganti
dengan panas terik matahari. Cuaca yang
berubah-ubah tersebut menyebabkan rembesan
air dapat masuk ke dalam keramik melalui packing
choke dan kemudian mengotori isolasi minyak.
Fenomena treeing seharusnya dapat dideteksi
dengan pengujian Partial Discharge pada CT
tersebut. Namun, pengujian Partial Discharge
sendiri adalah pengujian yang sangat sensitif dan
sulit dilakukan di lapangan karena peralatan lain
di sekitar gardu listrik akan mempengaruhi hasil
pengukuran. Pada umumnya pengujian Partial
Discharge hanya dilakukan di pabrik pembuat
peralatan.
Upaya pemantauan kekuatan isolasi yang umum
dilakukan adalah dengan pengujian Tangen Delta
(Tan ∂ Measurement). Dimana kekuatan isolasi
Juni 2011| Edisi 30 Volume VIII | 59
BULETIN KETENAGALISTRIKAN
dianalisa dengan mengukur besar rugi-rugi/
losses yang terjadi pada isolasi tersebut. Semakin
besar persentase losses yang terjadi pada isolasi
peralatan, berarti sudah semakin banyak bagian
isolasi tersebut yang sudah mengalami partial
discharge dan treeing.
Idealnya Tangen Delta diukur pada frekuensi yang
berbeda-beda, namun pada saat ini umumnya
alat ukur baru mampu mengukur Tangen Delta
pada satu frekuensi saja.
Hal inilah yang menyebabkan, bahwa kadangkadang terdapat peralatan yang hasil pengukuran
tangen delta-nya masih baik, namun ternyata
kondisi isolasi di dalamnya sudah buruk.
Tindak Lanjut
Direktorat
Jenderal
Ketenagalistrikan
memberikan rekomendasi kepada PT. PLN
(Persero) berdasarkan hasil inspeksi yang
dilakukan oleh inspektur ketenagalistrikan yaitu,
1.
PT. PLN (Persero) Perlu melakukan
pengecekan kondisi kekuatan isolasi CT lainnya
yang sudah berumur lebih dari 25 tahun.
2.
Metoda pengukuran dan ambang batas
pengujian tangen delta pada peralatan GITET
perlu dikaji ulang dan dengan memperhatikan
kasus-kasus yang terjadi di lapangan, tidak hanya
mengacu pada standar pabrikan tertentu.
3.
Untuk menghindari dan memetakan
kemungkinan terjadinya hal yang sama,
disarankan kepada PT PLN (Persero) untuk
memetakan dan mengklasifikasi unit-unit CT yang
terpasang di seluruh instalasi berdasarkan tingkat
resiko kemungkinan terjadinya kerusakan.
Penulis
Elif Doka Marliska (Inspektur Ketenagalistrikan
Pertama)
Ario Panggi Pramono Jati, ST (Inspektur
Ketenagalistrikan Pertama)
Hery Wahyudi Wibowo, ST (Inspektur
Ketenagalistrikan Pertama)
60 | Edisi 30 Volume VIII | Juni 2012
Download