1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit
jantung, juga merupakan penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju
maupun di negara berkembang (America Heart Assosiation [AHA], 2010). Data di
Amerika Serikat menunjukkan pada tahun 2008 stroke merupakan penyebab
kematian keempat pada orang dewasa dan penyebab kecacatan dalam jangka
waktu panjang (Fang, Shaw & George, 2012). Setiap tahunnya sekitar 795.000
orang Amerika menderita stroke baru atau berulang (America Stroke
Assosation[ASA], 2012). Menurut Riset Kesehatan Dasar (2008), prevalensi
stroke di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 8,3 per 1000 penduduk dan pada
tahun 2011 stroke menjadi peringkat penyebab kematian pertama di Indonesia.
Penderita infark serebral yang menjalani rawat inap di Bali tahun 2010
berdasarkan profil dinas kesehatan provinsi Bali berjumlah 968 orang dan hasil
laporan dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar penderita
stroke yang dirawat inap dalam jangka waktu Januari sampai Juni 2013 rata-rata
dalam sebulan sejumlah 37 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan pada tanggal 1 Juli 2013, jumlah pasien stroke yang dirawat di Instalasi
Rawat Inap D (IRNA D) RSUP Sanglah rata-rata dalam sebulan periode April
sampai Juni 2013 sejumlah 32 orang dengan jumlah rata-rata yang menderita
1
2
stroke iskemik sebanyak 24 orang perbulan, dalam rentang umur 30 sampai 80
tahun dan sisanya menderita stroke hemoragik.
Stroke atau cerebrovaskular accident merupakan gangguan neurologis yang
paling banyak terjadi dan menjadi masalah paling utama penyebab gangguan
gerak dan fungsi tubuh pada orang dewasa (Irfan, 2010:69). Pasien yang dirawat
di rumah sakit karena stroke sekitar 85% mengalami masalah dengan ekstremitas
atas. Gangguan fisik Stroke seperti kelemahan otot, nyeri, dan spastisitas dapat
menyebabkan penurunan kemampuan untuk menggunakan ekstremitas atas yang
terkena stroke dalam aktivitas sehari-hari. Penderita bahkan menghindari
menggunakan lengan dan tangan yang terkena stroke, tidak menggunakan lengan
dan tangan yang terkena stroke dapat menyebabkan kelemahan atau kehilangan
kekuatan otot, penurunan rentang gerak dan keterampilan motorik halus (Eng &
Harris, 2009).
Ektremitas atas perlu dilatih karena mempunyai fungsi yang penting dalam
melakukan aktifitas sehari- hari seperti untuk makan, mandi, kebersihan diri,
berpakaian, toileting, dan lain-lain (Irfan, 2010:203). Rehabilitasi yang dapat
diberikan pada penderita adalah latihan rentang gerak atau Range of Motion
(ROM) dan pemberian latihan diutamakan pada ketrampilan spesifik yang
bermakna bagi pasien stroke (Smeltzer & Bare, 2002:399, Susilawathi, 2013:56).
Menggenggam, memegang, mengangkat objek adalah latihan spesifik yang dapat
meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas dan dapat mengembalikan
fungsional tangan, salah satu bentuk latihannya dengan menggunakan alat spring
grip dengan cara digenggam. (Irfan, 2010:203, Mehrholz, 2012:75).
3
Latihan pada ekstremitas atas dapat menggunakan alat-alat seperti : hand grip
dynamometer, spring grip, Rainbow putty, cylindrical grip, spherical grip, hook
grip, lateral prehension grip, precision handling (Mehrholz, 2012:75, Irfan,
2010:205), dengan menyentuh benda yang memiliki tekstur yang berbeda-beda
menggunakan ektremitas atas yang mengalami kelemahan dapat menstimulasi
daerah yang terkena stroke dalam otak, hal ini dilakukan untuk membangun
koneksi baru dalam otak (Hutton, 2008:119). Pemulihan fungsi setelah lesi otak
sebagian besar diakibatkan oleh proses reorganisasi (perubahan struktur dan
fungsi) sebagai respon dari latihan, pembelajaran dan pengalaman pada otak.
Kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru
pada syaraf disebut plastisitas otak (neuroplasticity) (Irfan, 2010:38, Hutton,
2008:119).
Pemulihan kekuatan otot ekstremitas atas dan pengembalian kelenturan sendi
memerlukan rehabilitasi secepat mungkin setelah kondisi pasien dianggap stabil
(Waluyo, 2009:106). Rehabilitasi yang diberikan dapat berupa latihan ROM aktif
asistif spring grip pada ekstremitas atas, latihan ini dilakukan oleh pasien dengan
bantuan terapis atau perawat (Mehrholz, 2012:75, Smeltzer & Bare, 2002:399).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Sanglah,
rehabilitasi pasif ROM sudah dilakukan oleh terapis sehari sekali pada pagi hari
namun belum optimal karena keterbatasan petugas terapis, perawat yang bertugas
di ruang stroke mempunyai andil besar melatih pasien karena 24 jam dekat
dengan pasien. Peneliti juga telah melakukan wawancara dengan dokter
penanggung jawab ruangan serta dokter spesialis rehabilitasi medis, mereka
4
menyatakan bahwa latihan ROM aktif asistif spring grip dapat dimulai pada hari
ke dua atau ke tiga
setelah serangan stroke apabila kondisi pasien stabil.
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUP Sanglah, oleh karena
itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh latihan aktif asistif spring grip
terhadap kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke iskemik di RSUP
Sanglah.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang
tersebut adalah : “Apakah ada pengaruh latihan ROM aktif asistif spring grip
terhadap kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke iskemik?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan ROM aktif asistif
spring grip terhadap kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien iskemik.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden pada pasien stroke iskemik (umur,
jenis kelamin dan riwayat serangan stroke).
b. Mengidentifikasi kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke iskemik
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi.
c. Mengidentifikasi kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke iskemik
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan intervensi.
5
d. Menganalisis perubahan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke
iskemik sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok perlakuan
dan kontrol.
e. Menganalisis pengaruh latihan ROM aktif asistif spring grip terhadap
kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke iskemik.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1
Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan
medikal bedah khususnya dalam perawatan penyakit stroke iskemik dalam
meningkatkan kekuatan otot ektremitas atas.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan latihan ROM aktif asistif spring
grip terhadap kekuatan ekstremitas atas pada pasien iskemik.
1.4.2
Manfaat Praktis
a. Bagi rumah sakit
Penelitian ini dapat digunakan bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan untuk mengembangkan program latihan ROM aktif asistif bagi
pasien stroke iskemik serta dapat digunakan untuk menyusun SOP tentang
pelaksanaan latihan ROM pada pasien stroke iskemik
6
b. Bagi praktisi keperawatan
Membantu meningkatkan pelayanan keperawatan pada pasien stroke iskemik
dengan kelemahan otot ekstremitas atas.
1.5 Keaslian Penelitian
Peneliti belum menemukan penelitian yang sama, penelitian yang sejenis dengan
penelitian ini adalah :
1. Nurbaeni, dkk (2010) di RSUD Soedono Madiun yang mengambil judul
tentang Latihan ROM Lengan Meningkatkan Kekuatan Otot pada Pasien
Pasca Stroke. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra
eksperimental (one group pre-post test design). Hasil uji statistik dengan
menggunakan wilcoxon sign rank test dan didapatkan hasil p = 0,04 (< 0,05)
yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan pemberian ROM
lengan terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke.
2. Sukmaningrum, dkk (2011) di RSUD Tugurejo Semarang yang mengambil
judul Efektivitas Range Of Motion (ROM) aktif asistif spherical grip Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross sectional selama 7 hari . Hasil uji
statistik Wilcoxon Match Pairs dan diperoleh nilai p rata rata pada hari ke-2
sore sebesar 0,014 (<0,05). Selanjutnya hari ke-3 sore sebesar 0,046 (<0,05),
hari ke-4 pagi sebesar 0,046 (<0,05), dan hari ke-6 pagi sebesar 0,046 (<0,05).
Sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan kekuatan otot antara
7
sebelum dan sesudah latihan ROM aktif asistif spherical grip di RSUD
Tugurejo semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeni dan Sukmaningrum memiliki persamaan
dengan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu pada variabel terikat yang digunakan
berupa kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke iskemik. Perbedaannya
terletak pada variabel bebas dan tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti.
Download