Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO - acch-kpk

advertisement
Monitoring Implementasi
Renaksi GN-SDA
oleh CSO
Korsup Monev GN-SDA
Jabar – Jateng – DIY – Jatim
Semarang, 20 Mei 2015
#1. Sektor Pertambangan
• Puluhan ribu hektar kawasan hutan lindung dan konservasi di Jabar,
Jateng, DIY, Jatim telah terbebani izin pertambangan.
• Hampir 50% IUP di Jabar, Jateng, DIY, Jatim masih berstatus nonCnC.
• 63% IUP yang non-CnC di Jabar, Jateng, DIY dan Jatim
bermasalah secara administratif.
• Hampir 95% pemegang IUP di Jabar, Jateng, DIY, Jatim belum
memenuhi kewajiban Jaminan Reklamasi dan Pasca-Tambang.
• Potensi kerugian penerimaan negara dari land rent mencapai 8,4
miliar rupiah.
• Minimnya transparansi dan keterlibatan masyarakat sipil di sektor
pertambangan.
Rekomendasi
1. Hentikan pertambangan di kawasan konservasi dan lindung,
selidiki kemungkinan adanya kasus korupsi dalam pemberian izin
di kawasan konservasi dan lindung.
2. Perluas kriteria CnC dalam kegiatan usaha pertambangan dengan
memperhatikan aspek Hak Asasi Manusia, hak-hak sosial ekonomi
masyarakat dan perlindungan lingkungan hidup.
3. Cabut izin-izin pertambangan yang bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, termasuk yang non-CnC (belum
menempatkan jaminan reklamasi dan pasca tambang) dengan tetap
memproses penegakan hukum atas pelanggaran yang dilakukan
(pajak, kerusakan lingkungan, dll), selidiki kemungkinan adanya
kasus korupsi pada pemberian IUP yang bermasalah tersebut.
Rekomendasi
4. Moratorium dan review seluruh izin-izin pertambangan yang telah
diterbitkan agar sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Publikasikan izin yang telah dicabut melalui media yang murah dan
mudah dijangkau oleh masyarakat agar bisa dilakukan pengawasan
pasca-pencabutan.
6. Lakukan fungsi pengawasan dan penegakan hukum secara
maksimal untuk memastikan tak ada alih fungsi lahan hutan untuk
pertambangan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku
7. Penanganan dan penyelesaian kasus yang terkait dengan kejahatan
dan pelanggaran HAM di sektor pertambangan.
Rekomendasi
8. Kembangkan skema blacklist (daftar hitam) bagi perusahaan dan
pemiliknya yang melakukan pelanggaran terhadap penggunaan izin
dan merugikan negara serta informasikan ke publik dan perbankan.
9. Utamakan aspek keselamatan warga dan lingkungan hidup dalam
penertiban, penataan izin, dan penegakan hukum.
10. Perbaiki mekanisme pengelolaan PNBP yang berpotensi terhadap
kehilangan penerimaan negara dari iuran land rent dan royalti
termasuk perlu adanya penertiban, sebagai bagian dari optimalisasi
penerimaan negara. Kembangkan penyidikan atas temuan dari
potensi kerugian negara tersebut.
11. Perjelas status wilayah pertambangan pasca-pencabutan IUP, harus
dipastikan mekanismenya dilakukan secara transparan serta terlebih
dahulu dilakukan rehabilitasinya.
#2. Sektor Kehutanan Perkebunan
• Pada kawasan hutan negara di Jabar, Jateng, Jatim yang dikelola oleh
Perum Perhutani: deforestasi terus terjadi, masih banyak terjadi
kasus konflik lahan serta kekerasan dan kriminalisasi terhadap
masyarakat. PHBM tidak mampu menyelesaikan konflik-konflik
yang terjadi.
• Konflik dengan masyarakat juga banyak terjadi pada kawasan hutan
konservasi yang dikelola oleh Balai Taman Nasional.
• Pada kawasan hutan negara di DIY yang dikelola oleh KPH
Yogyakarta: areal yang dicadangkan untuk HKm/HTR/HD masih
belum semuanya direalisasikan dalam bentuk penerbitan ijin kepada
masyarakat.
• Konflik dengan masyarakat juga banyak terjadi pada areal
perkebunan yang dikelola oleh PTPN.
Rekomendasi sektor Kehutanan
• Dibentuk satu lembaga negara yang berwenang mengatur
penguasaan dan pemanfaatan tanah negara, baik kawasan hutan
maupun diluar kawasan hutan, agar tidak tumpang tindih
kewenangan (ego sektoral).
• Dibentuk satu lembaga negara yang memiliki wewenang dalam
mengontrol, mengawasi, mengevaluasi, dan menindak; dalam
pemanfaatan dan pengelolaan tanah negara yang sudah diberi ijin
oleh lembaga diatas.
• Mempertegas pemisahan kewenangan antara Pemerintah sebagai
regulator, dan Perum Perhutani sebagai operator (badan usaha).
• Audit terhadap hutan dan pengelolaan dan peruntukan hutan Jawa
dan Madura oleh Perum Perhutani.
Rekomendasi sektor Kehutanan
• Revisi atau peninjauan kembali PP No 72 tahun 2010 sebagai
rasionalisasi penguasaan Perhutani terhadap 2,566,889 ha hutan
Jawa dan Madura. Dengan mempertimbangkan aspek penguasaaan,
pengelolaan, dan pengusahaannya; karena banyak jenis usaha yang
bertentangan dengan upaya pemeliharaan fungsi kawasan hutan
serta kemandirian desa.
• Kawasan hutan yang memiliki nilai strategis ekologis ataupun
memiliki tingkat kerawanan bencana ekologis yang tinggi dikelola
oleh negara, jangan diserahkan ke Perhutani ataupun perusahaan
lainnya.
Rekomendasi sektor Kehutanan
• Peraturan Bersama 4 Menteri ditinjaklanjuti dengan pembentukan
Panitia Daerah, Mekanisme Kerja dan Batasan Waktu. Kepanitian
IP4T harus melibatkan Organisasi Petani yang bersengketa agar
dapat menghindarkan penyelahgunaan Tim. Perlu ada koordinasi
lintas kementerian untuk mempercepat pembentukan panitia IP4T,
ketersediaan anggaran, staf, dan kesiapan lokasi.
• Hentikan pendekatan kekerasan dan kriminalisasi dalam sengketa
antara masyarakat dengan Perhutani, sesuai dengan Surat Edaran
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 1 Tahun 2015.
• Dibukanya dokumen pengukuhan kawasan hutan sesuai dengan
Pasal 22 Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004; dan dokumen
areal kerja Perum Perhutani kepada publik, sesuai dengan hasil
sidang Komisi Informasi Pusat 2015.
Rekomendasi sektor Perkebunan
• Evaluasi dan ubah sistem usaha perusahaan perkebunan dari
menguasai tanah negara yang luas, menjadi usaha di bidang tata
niaga dan industri hasil perkebunan.
• Moratorium perpanjangan ijin HGU diatas tanah negara yang
sedang berkonflik.
• Pertegas tentang tafsir pemberian hak prioritas atas ijin HGU.
Kepentingan rakyat harus lebih diprioritaskan dalam pemanfaatan
tanah negara eks perkebunan.
• Berikan ijin pengelolaan dan pemanfatan tanah negara eks
perkebunan kepada masyarakat yang sudah menggarap menjadi
garapan tetap, atau menghuni menjadi hunian tetap; sebagaimana
diatur dalam PP 224 Tahun 1961.
Rekomendasi sektor Perkebunan
• Batasi luasan penguasaan tanah perkebunan oleh perusahaan negara,
swasta, ataupun asing.
• Hentikan pengelolaan dan pemanfaatan tanah perkebunan yang
tidak sesuai peruntukan.
• Hentikan / larang penjualan tanah negara eks perkebunan kepada
pengembang perumahan / real estate ataupun kawasan industri.
• Hentikan kriminalisasi terhadap masyarakat pada areal-areal
perkebunan yang bersengketa.
• Pemerintah wajib memberikan bantuan dan perlindungan usaha
perkebunan rakyat, terutama dalam bentuk koperasi.
Download