PEMBELAJARAN AKTIF BAHASA INGGRIS BAGI PESERTA DIDIK

advertisement
PEMBELAJARAN AKTIF BAHASA INGGRIS
BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH
DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH MELALUI
PERMAINAN (GAME)
Syofnidah Ifrianti
Dosen Pendidikan Bahasa Ingris IAIN Lampung
Abstract
Active learning has some characterictics, such as: (1)
The emphasis of teaching-learning process is on analytical
and critical skills towards the materials; (2) Students do
activities related to the material being studied; (3) Emphasis
on the exploration of values and attitudes related to the subject
matter; (4) Students are requiredto think critically, analyze,
and evaluate; (5) Occur faster feedback in learning process.
Key words: Pembelajaran Aktif, Permainan, Games, Bahasa
Inggris SD/MI
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Inggris adalah bahasa yang universal karena
digunakan oleh sebagian besar negara di dunia sebagai bahasa
utama. Selain itu, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa
internasional yang penting untuk dikuasai atau dipelajari.
Beberapa negara, terutama negara-negara bekas koloni Inggris,
menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua yang wajib
dikuasai setelah bahasa asli negara mereka.
Meskipun di Indonesia bahasa Inggris adalah bahasa
asing, namun menempati posisi yang penting dalam keseharian
masyarakat kita. Hai ini terlihat jelas dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran yang
diajarkan kepada peserta didik mulai dari tingkat dasar sampai
dengan perguruan tinggi. Pemerintah Indonesia mulai
memperkenalkan bahasa Inggris sedini mungkin bagi peserta
didik di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI)
melalui Kurikulum Pendidikan Dasar 1994. Sejak
diberlakukannya kurikulum tersebut, mata pelajaran bahasa
191
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Inggris merupakan pelajaran muatan lokal yang diajarkan
mulai kelas IV (empat) SD/MI. Walaupun dalam kurikulum
2013 yang sudah diimplementasikan di SD/MI di Indoneia,
mengenyampingkan pelajaran bahas Inggris, namun tidak
berarti bahwa pelajaran bahasa Inggris dilarang diajarkan di
sekolah. Sekolah tetap diperbolehkan memberikan pelajaran
bahasa Inggris melalui program ekstrakurikuler.
Terlepas dari pengimplementasian kurikulum 2013
tersebut, bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi
secara lisan dan tulisan. Kemampuan berkomunikasi dalam
pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni
kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan
dan/atau tulisan yang direalisasikan dalam empat keterampilan
berbahasa, yaitu mendengarkan (listening), berbicara
(speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar
lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa
Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Belajar bahasa akan memperoleh kesempurnaan kalau
mulai pada usia sebelum pubertas karena pada usia ini secara
biologis otak memiliki tingkat elastisitas yang tinggi yang
memungkinkan seseorang belajar bahasa lebih cepat (Khrasen
dalam Sutarsyah, 2004). Made Sujana dalam tulisannya yang
bertajuk
‘Bahasa
Inggris
untuk
Sekolah
Dasar’,
mengemukakan beberapa alasan yang disampaikan Lenneberg
dalam mendukung hipotesanya antara lain (i) lateralisasi
bahasa terjadi pada usia pubertas dan otak sebelah kiri tidak
lagi bisa menguasai bahasa setelah pubertas; dan (ii) orang
yang mengalami gangguan otak pada usia sebelum pubertas
masih bisa menguasai bahasa pertama secara sempurna
sedangkan orang mengalami gangguan otak pada usia dewasa
sulit menguasai bahasa pertama seperti penutur asli (native
speaker).
Selanjutnya ia juga mengemukakan bahwa dari sudut
teori psikolinguistik dan psikologi, terdapat beberapa
keunggulan belajar bahasa sejak usia anak-anak antara lain
adalah:
192
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
1. Menurut Chomsky (dalam Sutarsyah, 2004), setiap anak
memiliki piranti belajar bahasa yang disebut “Language
Acquisition Device” (LAD). Piranti ini memungkinkan
setiap anak (sejak lahir sampai kira-kira usia 11 tahun)
menguasai bahasa apa saja. LAD ini memberikan anak
sarana untuk mengolah ungkapan yang didengar dalam
lingkungannya sehingga mereka dapat mengkonstruksi
sistem yang mendasari ungkapan tersebut. Menurut teori ini
tidak ada perbedaan antara belajar bahasa pertama dan
kedua;
2. Dalam critical (sensitive) period hypothesis, secara biologis
otak sebelum masa pubertas memiliki tingkat elastisitas
yang memungkinkan seseorang untuk belajar bahasa lebih
cepat dan lebih mudah. Elastisitas ini akan menyusut
sejalan dengan perkembangan usia (Lenneberg dalam
Sujana, 2001; Krashen dalam Sutarsyah, 2004);
3. Secara psikologis, pembelajar usia anak-anak memiliki
beberapa keunggulan dalam belajar bahasa. Pembelajar
anak secara natural memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
memiliki partisipasi aktif, spontanitas dan fleksibel, tidak
malu dan tidak takut membuat kesalahan (George dalam
Sutarsyah, 2004).
Berdasarkan paparan di atas, tidaklah berlebihan jika di
SD/MI tetap mengajarkan pelajaran bahasa Inggris kepada
para peserta didik walaupun hanya pada kegiatan
ekstrakurikulr. Namun demikian, mengajar bahasa Inggris di
SD bukanlah perkara mudah. Selain bahasa Inggris bukan
merupakan bahasa yang umum digunakan untuk
berkomunikasi di Indonesia, teknik pembelajaran yang
monoton atau tidak tepat akan berakibat tidak tertariknya para
peserta didik mempelajari bahasa Inggris.
Teknik pembelajaran yang bervariasi tentunya dapat
menarik minat belajar peserta didik. Hal ini merupakan
tantangan bagi para guru bahasa Inggris di SD/MI. Perlu
inovasi yang terus berkembang dari para guru agar peserta
didik dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru juga seharusnya mampu menciptakan komunikasi yang
interaktif antara guru – peserta didik dan antar peserta didik.
193
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Beberapa teknik pembelajaran aktif dapat digunakan oleh guru
untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara optimal.
Salah satu teknik pembelajaran bahasa Inggris yang
dapat diimplementasikan oleh guru adalah permainan (game).
Harmer mengatakan permainan adalah perlengkapan penting
guru, tidak hanya untuk praktek bahasa tetapi juga untuk efek
terapi yang mereka miliki. Sedangkan Joan Freeman dan
Utami Munandar (dalam Andang Ismail, 2009: 27)
mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang
membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik
fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan
menguraikan macam-macam teknik permainan untuk peserta
didik Sekolah Dasar dan bagaimana mengimplementasikannya
dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.
B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris di SD/MI
Tujuan
pembelajaran merupakan
acuan
untuk menentukan jenis
materi
pembelajaran, merancang strategi, metode, atau teknik
pembelajaran, dan memilih media pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa definisi
tujuan pembelajaran menurut para ahli, antara lain:
1. Magner mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai
tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi.
2. Dejnozka
dan
Kavel
mendefinisikan tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik
yang
dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam
bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan.
3. Slavin menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah
pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang
diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir
priode pembelajaran.
1T
1T
1T
1T
1T
1T
1T
1T
194
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Dilihat dari beberapa definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku dan
keterampilan yang dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir
pembelajaran yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan.
Pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk
lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language
accompanying action) dalam konteks sekolah
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa
Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam
masyarakat global
C. Ruang Lingkup Materi Pelajaran Bahasa Inggris
SD/MI
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI
mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas
dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagai
berikut. (1) Mendengarkan (listening), (2) Berbicara
(speaking), (3) Membaca (reading), (4) Menulis (writing).
Ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk
menunjang pembelajaran komunikasi lisan.
Secara umum, standar kompetensi dan kompetensi dasar
dari masing-masing aspek adalah esbagai berikut:
Mendengarkan
Standar Kompetensi: Memahami instruksi sangat sederhana
dengan tindakan dalam konteks kelas
Kompetensi Dasar:
1) Merespon dengan melakukan tindakan sesuaiinstruksi
secara berterima dalam konteks kelas
2) Merespon instruksi sangat sederhana secaraverbal dalam
konteks kelas
Berbicara
Standar Kompetensi: Mengungkapkan instruksi dan informasi
sangat sederhana dalam konteks kelas
Kompetensi Dasar:
195
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
1) Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara
berterima yang melibatkan tindak tutur: mengenalkan diri,
memberi salam/sapaan, memberi salam perpisahan, dan
memberi abaaba
2) Bercakap-cakap untuk meminta/memberi jasa/barang
secara berterima yang melibatkan tindak tutur: meminta
bantuan, meminta barang, dan memberi barang
3) Bercakap-cakap untuk meminta/memberi informasi secara
berterima yang melibatkan tindak tutur: berterima kasih,
meminta maaf, memberi maaf, melarang, memuji, dan
mengajak
4) Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang
melibatkan ungkapan: thank you, sorry, please, dan
excuse me
Membaca
Standar Kompetensi: Memahami tulisan bahasa Inggris sangat
sederhana dalam konteks kelas
Kompetensi Dasar:
1) Membaca nyaring dengan melafalkan alfabet dan ucapan
yang tepat yang melibatkan kata, frasa, dan kalimat sangat
sederhana
2) Memahami kalimat dan pesan tertulis sangat sederhana
Menulis
Standar Kompetensi: Mengeja dan menyalin tulisan bahasa
Inggris sangat sederhana dalam konteks kelas
Kompetensi Dasar:
1) Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana secara
tepat dan berterima dengan tanda baca yang benar yang
melibatkan kata, frasa, dan kalimat sangat sederhana
2) Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana secara
tepat dan berterima seperti: ucapan selamat dan pesan
tertulis
D. Pembahasan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar yang meliputi guru dan peserta didik yang saling
bertukar informasi (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20).
196
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Menurut Gagne dan Briggs, pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta
didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang
bersifat internal.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks.
Suatu proses pembelajaran melibatkan beberapa komponen
yang saling ketergantungan dan saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Ada 4 (empat) komponen
utama yang saling terkait dalam proses pembelajaran, yaitu: 1)
tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dicapai; 2)
materi atau bahan ajar yang harus dikuasai oleh peserta didik;
3) metode pembelajaran yang harus diterapkan terhadap
peserta didik untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai; dan 4)
evaluasi sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Keempat komponen tersebut
saling mempengaruhi satu dengan lainnya sehingga
pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem.
Beberapa istilah yang terkait dengan pelaksanakan
pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu model, pendekatan,
strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran. Keenam
istilah tersebut memiliki perbedaan pengertian seperti yang
diuraikan Kemp tentang strategi pembelajaran.
Menurut Kemp (1995) strategi pembelajaran dalam
konsepadalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efktif dan efisien. Sedangkan menurut
Dick and Carey (1985) Strategi pembelajaran adalah suatu set
materi dan prosedur pembelajran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta
didik. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran,
yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi,
menguatkan,
dan
melatari
metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
197
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, serta teknik dan taktik dalam pembelajaran.
Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi,
metode, tehnik, dan taktik pembelajaran dapat dilihat dari tabel
di bawah ini :
Model
Bentuk pembelajaran yang tergambar
Pembelajaran
dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, strategi, metode, dan tehnik
pembelajaran.
Pendekatan
Titik tolak atau sudut pandang kita
Pembelajaran
terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu.
Metode
Cara
yang
digunakan
untuk
Pembelajaran
mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;
(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;
(5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat,
198
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
(9) simposium, dan sebagainya.
Tehnik
Pembelajaran
Cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan
jumlah peserta didik yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah
pada kelas yang jumlah peserta didiknya
terbatas.
Taktik
Pembelajaran
Gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu
yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat
dua
orang
sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam
taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung
banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor
yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi
lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman
dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan.
Dalam
taktik
ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu
sekalkigus juga seni (kiat)
199
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Selain istilah-istilah yang terkait dalam proses
pembelajaran, prinsip-prinsip pembelejaran pun merupakan
unsur yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip pembelajaran yang
dikemukakan oleh Sugandi, dkk (2000:27) antara lain,
1. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan
kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan
psikologis ini biasanya sudah terjadi pada diri peserta didik
sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat
terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat
mengurangi akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai
upaya pada saat membelajarkan peserta didik.
2. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu
obyek. Belajar sebagai suatu aktifitas yang kompleks
membutuhkan perhatian dari peserta didik yang belajar.
Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk
menarik perhatian peserta didik pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung.
3. Motivasi
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorong orang tersebut melakukan kegiatan
tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah motif yang
sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas.
Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak
aktif, maka peserta didik tidak bersemangat belajar. Dalam
hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi peserta didik
agar peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dengan
baik.
4. Keaktifan Peserta didik
Kegiatan belajar dilakukan oleh peserta didik sehingga
peserta didik harus aktif. Dengan bantuan guru, peserta
didik harus mampu mencari, menemukan dan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya .
5. Mengalami Sendiri
Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan
erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Peserta didik yang
200
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
6.
7.
8.
9.
belajar dengan melakukan sendiri, akan memberikan hasil
belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih
mendalam.
Pengulangan
Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight,
peserta didik perlu membaca, berfikir, mengingat, dan
latihan. Dengan latihan berarti peserta didik mengulangulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut
mudah diingat. Guru dapat mendorong peserta didik
melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan
pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan
ulangan harian.
Materi Pelajaran yang Menantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin
tahu. Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan
meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru memberikan
pelajaran yang bersifat menantang atau problematis.
Dengan pemberian materi yang problematis, akan membuat
anak aktif belajar.
Balikan dan Penguatan
Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi peserta
didik maupun bagi guru. Dengan balikan, peserta didik
dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya dalam suatu
hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga
berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan
selanjutnya dalam pembelajaran.
Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang
menyenangkan dari guru kepada peserta didik yang telah
berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. Dengan
penguatan diharapkan peserta didik mengulangi perbuatan
baiknya tersebut.
Perbedaan Individual
Masing-masing peserta didik mempunyai karakteristik baik
dari segi fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan
ini, tentu minat serta kemampuan belajar mereka tidak
sama. Guru harus memperhatikan peserta didik-peserta
didik tertentu secara individual dan memikirkan model
201
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat
dengan yang kurang berbakat.
E. Pembelajaran Aktif
Belajar menurut Aaron Quinn Sartain (dalam Sugandi:
2000) adalah suatu perubahan prilaku sebagai hasil
pengalaman. Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam caracara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan
latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto: 2003).
Sejalan dengan teori di atas, pendapat lain mengatakan
bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh
peserta didik dengan jelas mengkonstruksi sendiri gagasan
baru atau konsep-konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan,
dan kemampuan yang telah dimiliki. Jadi belajar adalah proses
membangun makna atau pemahaman oleh si pembelajar
terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan
persepsi, pikiran, (pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan
(Bahrissalim & Abdul Haris: 2011).
Guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran
yang memberikan rangsangan kepada peserta didik sehingga ia
mau belajar karena memang peserta didiklah subjek utama
dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang
efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan
keberhasilan belajar peserta didik, yaitu: (1) Melibatkan
Peserta didik Secara Aktif, (2) Menarik Minat dan Perhatian
Peserta didik, (3) Membangkitkan Motivasi Peserta didik, (4)
Memperhatikan Perbedaan Individualitas, (5) Menggunakan
Alat Peraga dalam Pengajaran
Belajar Aktif merupakan sebuah kesatuan sumber
kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar
aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif
sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja
kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir
202
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
tentang materi pelajaran. Pembelajaran aktif berlaku bagi siapa
saja, baik yang berpengalaman maupun pemula, yang
mengajarkan informasi, konsep, dan keterampilan teknis
maupun non teknis.
Melalui belajar aktif, peserta didik dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosial dan fenomena alam di sekitarnya
dengan lebih bermakna (meaningfull). Hal ini memungkinkan
mereka untuk merefleksikan, merekayasa ulang dalam upaya
mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
diperoleh sebelumnya untuk menghasilkan hal yang baru.
Lebih lanjut Bahrissalim & Abdul Haris (2011: 52-55)
menguraikan secara detail hal-hal yang terkait dengan
pembelajaran aktif, yaitu:
1. Prinsip Pembelajaran Aktif
Prinsip
Pembelajara
n Aktif
Interaktif
•
•
•
Inspiratif
•
•
•
Menyenangk
an
Menantang
•
•
•
•
•
•
Ciri-ciri Pokok
Dialog antarpeserta didik
Dialog antar peserta didik dengan
pendidik
Penggunaan aneka media dan sumber
belajar
Memancing rasa ingin tahu peserta
didik
Menimbulkan banyak pertanyaan
peserta didik
Memancing munculnya ide peserta
didik yang baru
Suasana hangat dalam kelas
Betah belajar
Suasana yang lebih informal
Mendorong kompetensi antar peserta
didik
Mengundang peserta didik untuk
terlibat penuh
Membangkitkan gairah belajar peserta
203
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Prinsip
Pembelajara
n Aktif
Ciri-ciri Pokok
Memotivasi
•
peserta didik
untuk
•
berpartisipasi
aktif
•
Memberikan
ruang yang
cukup bagi
prakarsa
Memberikan
ruang yang
cukup bagi
kreativitas
•
•
•
•
•
•
Memberikan •
ruang yang
cukup bagi •
kemandirian
sesuai dengan •
bakat
Memberikan •
ruang yang
cukup bagi •
kemandirian
sesuai dengan •
minat
Memberikan
•
didik
Mendorong setiap peserta didik untuk
ikut aktif memberi pendapat
Mendorong setiap peserta didik untuk
ikut aktif berbuat
Mendorong setiap peserta didik untuk
ikut aktif mencari sumber
Terbuka peluang mencari sendiri
Terbuka peluang melakukan sendiri
Terbuka
peluang
membangun
kerjasama dengan peserta didik lain
Terbuka peluang mencari model baru
yang dibuat sendiri
Terbuka peluang melakukan kegiatan
dengan cara sendiri
Terbuka
peluang
membangun
kerjasama baru dengan peserta didik
lain
Terbuka peluang mencari sesuai bakat
sendiri
Terbuka peluang melakukan sesuai
bakat sendiri
Terbuka
peluang
membangun
kerjasama dengan peserta didik lain
yang memiliki kesamaan bakat
Terbuka peluang mencari sesuai
dengan minat sendiri
Terbuka peluang melakukan kegiatan
sesuai dengan minat sendiri
Terbuka
peluang
membangun
kerjasama dengan peserta didik lain
yang memiliki kesamaan minat
Terbuka peluang untuk mandiri sesuai
204
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Prinsip
Pembelajara
n Aktif
ruang yang
cukup bagi
kemandirian
sesuai dengan
perkembanga
n fisik
Mem
berikan ruang
yang cukup
bagi
kemandirian
sesuai dengan
perkembanga
n psikologis
Pendidik
yang
memberikan
keteladanan
Ciri-ciri Pokok
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
dengan kemampuan fisik sendiri
Terbuka peluang melakukan kegiatan
dengan kemampuan fisik sendiri
Terbuka
peluang
membangun
kerjasama dengan peserta didik lain
yang memiliki kesamaan fisik
Terbuka peluang untuk mandiri sesuai
dengan cara berpikir sendiri
Terbuka peluang melakukan kegiatan
dengan kemampuan berpikir sendiri
Terbuka
peluang
membangun
kerjasama dengan peserta didik lain
yang memiliki kesamaan cara berpikir
Datang tepat waktu
Berpenampilan rapi
Berbicara dengan bahasa yang baik
dan santun
Demokatis
Peduli orang lain
Peduli kualitas
2. Komponen Pembelajaran Aktif
Sekurang-kurangnya ada empat prinsip atau komponen
pembelajaran Aktif, yaitu:
a. Mengalami: dalam hal ini peserta didik mengalami secara
langsung dengan memanfaatkan banyak indera. Bentuk
konkretnya adalah peserta didik melakukan: pengamatan,
percobaan, penyelidikan, wawancara. Jadi, peserta didik
belajar banyak melalui berbuat.
b. Interaksi: dalam hal ini interaksi antara peserta didik itu
sendiri maupun dengan guru baik melalui diskusi/tanya
jawab maupun melalui metode lain (misalnya, bermain
205
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
peran) harus selalu ada dan terjaga karena dengan interaksi
inilah pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik.
c. Komunikasi: dalam hal ini komunikasi perlu diupayakan.
Komunikasi adalah cara kita menyampaikan apa yang kita
ketahui. Interaksi tidak cukup jika tidak terjadi komunikasi.
Bahkan interaksi menjadi lebih bermakna jika interaksi itu
komunikatif.
d. Refleksi: merupakan hal penting lainnya agar pembelajaran
itu bermakna. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya refleksi dari
si peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu.
Refleksi di sini maksudnya adalah memikirkan kembali apa
yang diperbuat/dipikirkan atau yang sudah dipelajarinya.
Dengan refleksi kita bisa menilai efektif atau tidaknya
pembelajaran. Jangan-jangan setelah direfleksi ternyata
pembelajaran kita yang menyenangkan, namun tingkat
penguasaan substansi atau materi masih rendah atau belum
tercapai sesuai yang kita harapkan.
3. Karakteristik Pembelajaran Aktif
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian
informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan
ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik
atau permasalahan yang dibahas,
b. Peserta didik tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif
tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi
kuliah,
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap
berkenaan dengan materi kuliah,
d. Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisa dan melakukan evaluasi,
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses
pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum
suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya
beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses
206
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence
dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat
diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam
belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan
penilaian untuk setiap mahapeserta didik sehingga terdapat
individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini
agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat
kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.
F. Permainan (Game)
Bicara tentang permainan (game), maka yang terlintas
dalam pikiran kita adalah sesuatu yang menyenangkan,
menarik, dan kompetitif. Permainan dapat digunakan sebagai
metode dalam pembelajaran bahasa membangun motivasi
belajar peserta didik.
Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009:
26) definisi permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan
olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan
pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam
melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih
baik.
Pengertian permainan (game) dalam pembelajaran,
populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (icebreaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker
adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar
adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta.
Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana
belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.
Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan).
Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari
pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh
menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan
belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana
gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.
Seringkali permainan yang dilakukan dalam proses
pembelajaran hanya sekedar untuk mengisi waktu kosong.
207
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Sehingga permainan tersebut tidak berfungsi untuk menunjang
proses pembelajaran tetapi tidak lebih dari sebuah permainan
saja. Ada baiknya guru merancang secara matang jenis
permainan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran
sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Belajar bahasa Inggris melalui permainan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah
secara individu maupun dalam kelompok. Agoestyowati
(2008) mengatakan bahwa belajar bahasa baru harus gembira,
interaktif dan menyenangkan. Penggunaan permainan dalam
lingkungan belajar tidak hanya akan mengubah dinamika
kelas, tetapi juga akan meremajakan peserta didik dan
membantu otak untuk belajar lebih efektif. Sementara
Thornburry
(2002)
mengatakan
bahwa
permainan
memungkinkan peserta didik untuk bekerja kooperatif,
bersaing dalam strategi, membandingkan dan berbagi
pengetahuan, belajar dari orang lain, belajar dari kesalahan,
bekerja di lingkungan tidak membuat stres dan lebih produktif,
dan memungkinkan orang untuk bersenang-senang.
Ada banyak macam permainan yang dapat diterapkn
dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pada penjelasan
selanjutnya akan diuraikan beberapa permainan yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran bahasa Inggris di SD/MI.
G. Macam-Macam
Permainan
(Game)
dalam
Pembelajaran
Bahasa
Inggris
dan
LangkahLangkahnya
Berikut ini beberapa permainan dan langkahlangkahnya yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa
Inggris di SD/MI. Sebaiknya guru sudah mempersiapkan
dengan baik permainan yang sesuai dengan materi
pembelajaran yang disampaikan. Guru juga harus membatasi
waktu pelaksanaan untuk tiap-tiap permainan sehingga proses
pembelajaran dapat dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan
alokasi waktu yang telah ditentukan.
Beberapa macam permainan tersebut, antara lain:
1. Whispering
208
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
 Bagi kelas menjadi dua kelompok atau lebih
 Suruh tiap-tiap kelompok membuat barisan
 Bisikkan kalima yang tidak terlalu rumit kepada peserta
didik yang paling depan
 Suruh ia membisikkan kalimat tersebut kepada teman di
belakangnya
 Peserta didik pada baris kedua membisikkan kalimat
tersebut kepada teman di belakangnya. Begitu
seterusnya sampai peserta didik yang terakhir.
 Peserta didik paling belakang mengucapkan kalimat
yang didengarnya di depan kelas
 Guru mengoreksi jika ada kesalahan dan menjelaskan
makna dari kalimat tersebut.
2. A, E, I, O, U
 Perintahkan peserta didik mengeja ‘A, E, I, O, U’
 Kemudian tunjuk salah satu peserta didik sebagai
pembuka
 Ketika guru berkata ‘Start’, maka peserta didik yang
telah ditunjuk tadi harus mengucapkan huruf ‘A’
 Peserta didik di sebelahnya mengucapkan ‘E’, yang di
sebelahnya lagi mengucapkan ‘I’, selanjutnya ‘O’,
selanjutnya ‘U’.
 Peserta didik berikutnya mengulang dari ‘A’ lagi. Begitu
seterusnya. Mereka tidak boleh berhenti mengeja.
 Ketika salah seorang salah mengucapkan ejaan atau
urutan dari kelima huruf tersebut, maka ia segera
dieliminasi.
 Lanjutkan ejaan sampai didapat tiga orang yang
tereliminasi
 Ketiga orang tersebut kemudian diberi hukuman
 Hukuman yang diberikan misalnya suruh mereka secara
bergantian mengeja sebuah kata atau nama.
Contoh: SOEKARNO, SOEHARTO, RADEN INTAN,
AHMAD YANI, CLASSROOM, WHITEBOARD, atau
mengeja namanya sendiri, nama temannya, dan lain-lain.
3. Boom
209
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
 Permainan ini mirip dengan ‘A, E, I, O, U’
 Minta mereka menghitung 1 sampai 20, tapi setiap
kelipatan 5 diganti dengan kata ‘boom’
 Secara berurutan mereka harus menghitung seperti ini:
One – two – three – four – boom
Six – seven – eight – nine – boom
Eleven – twelve – thirteen – fourteen – boom
Sixteen – seventeen – eighteen – ninteen – boom
 Yang salah diberi hukuman dari guru
 Bentuk hukuman dapat bervariasi tergantung kreativitas
guru
4. Alphabet Game
 Ajak peserta didik berlatih membuat kata dalam bahasa
Inggris
 Guru memulai dengan kata yang pertama, misalnya
‘PEN’
 Suruh seorang peserta didik menyebutkan kata yang
dimulai dengan huruf terakhir dari kata tersebut, yaitu
‘N’
 Misalkan peserta didik tersebut mengucapkan kata
‘NEW’
 Suruh yang berikutnya membuat kata yang dimulai
dengan huruf ‘W’
 Misalkan kata berikutnya adalah ‘WATER’, maka
selanjutnya buat kata yang dimulai dengan ‘R’
 Lanjutkan dengan kata-kata berikutnya sampai mereka
tidak dapat menemukan kata baru dan dirasa cukup
berlatih.
 Selanjutnya suruh semua peserta didik menyiapkan
selembar kertas dan alat tulis.
 Guru menuliskan satu kata di papan tulis, misalnya
‘LOVE’
 Suruh peserta didik menuliskan kata yang diawali
dengan ‘E’ kemudian kata yang diawali denga huruf
terakhir dari tiap kata yang terpikirkan oleh mereka.
 Suruh mereka menulis sebanyak-banyaknya dalam 5
menit
210
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
 Kemungkinan jawaban mereka sebagai berikut:
RAZA:
KEVIN:
ZAHRA:
Love
Love
Love
Eat
Eagle
Egg
Tea
Examination
God
Apple
National
Dog
Ear
Loud
Game
Room
Door
East
Monkey
Rubber
Time
Yard
Rare
Elephant
Dst.
Dst.
Dst.
 Setelah waktu 5 menit habis, mereka harus berhenti
menulis dan saling bertukar lembar kerja. Masingmasing menghitung berapa kata yang dapat dibuat oleh
temannya dalam waktu 5 menit
 Beri penghargaan kepada peserta didik yang dapat
membuta kata paling banyak dengan benar
5. Arranging Words
 Bagi kelas dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 56 orang
 Siapkan beberapa kalimat yang terdiri dari 10 kata.
(Jumlah kalimat tergantung berapa jumlah peserta didik
dalam satu kelas)
 Contohnya:
and mother always up in father morning get the early
 Tulis setiap kata dalam satu kalimat pada sepotong
karton berbentuk segiempat atau segienam. (Agar lebih
menarik, gunakan kartun warna-warni. Gunakan satu
warna untuk satu kalimat)
 Bagikan potongan-potongan karton tersebut kepada
masing-masing kelompok
 Suruh mereka menyusun potongan-potongan karton
tersebut menjadi kalimat yang benar dalam waktu 3
menit
211
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
 Setelah waktu 3 menit habis, suruh mereka berhenti
bekerja
 Guru memeriksa pekerjaan tiap-tiap kelompok dan
memperbaiki jika ada yang salah
 Untuk kelas pemula sebaiknya kalimat yang digunakan
diambil dari contoh-contoh yang ada di dalam buku
pelajaran bahasa Inggris
6. Song Lyrics
 Ketik lirik lagu berbahasa Inggris pada sehelai kertas
 Kosongkan beberapa kata dari lirik lagu tersebut
 Fotokopikan lirik lagu tersebut sebanyak jumlah peserta
didik dalam satu kelas
 Beri selembar fotokopian pada setiap peserta didik
 Mainkan lagu tersebut pada tape recorder atau alat
pemutar musik lainnya
 Suruh peserta didik mendengarkan lagu tersebut baikbaik
 Sambil mendengarkan lagu, suruh mereka mengisi
bagian yang kosong dari lirik lagu tersebut
Contoh:
Twinkle-twinkle _____________ star
How I _____________ what you are
Up above the world so __________
Like a _____________ in the sky
__________ - twinkle little star
How I wonder ___________ you are
 Pilihan lagu disesuaikan dengan tingkatan peserta didik
7. Jumbled Words
 Cari beberapa kata dalam bahasa Inggris
 Tuliskan di papan tulis dengan susunan huruf yang
diacak
 Pilih kata-kata yang ada hubungannya dengan tema
yang diajarkan pada saat itu
 Contoh: (misalkan materi pada saat itu tentang buahbuahan)
PPLEA
ANANAB
MATOTO
212
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
(APPLE)
(BANANA)
(TOMATO)
 Pemilihan kata disesuaikan dengan tingkatan peserta
didik
 Suruh peserta didik menyusun huruf-huruf tersebut ke
dalam kata yang benar
 Tentukan waktu yang diberikan untuk menyusun huruf
menjadi kata yang benar
8. “I am...”
 Suruh peserta didik membuat beberapa kalimat tentang
dirinya pada selembar kertas. Kalimat-kalimat yang
dibuat harus dimulai dengan “I am....”
 Beri waktu 10 menit untuk menulis kalimat sebanyak
yang mereka bis
 Contoh:
I am a student
I am rich
I am beautiful
I am happy to be yout friend
I am a kind person
Dan lain-lain
 Setelah 10 menit, mereka harus berhenti menulis
 Suruh mereka menempelkan/menyematkan kertas
tersebut di bagian depan kemeja
 Suruh mereka berjalan perlahan keliling kelas sambil
membaca tulisan pada kertas teman mereka
 Setelah 10 menit, suruh masing-masing peserta memilih
seorang teman yang disukai atau yang menurut mereka
menarik berdasarkan apa yang mereka baca pada kertas
tadi
 Untuk tingkatan yang lebih tinggi, guru dapat menyuruh
peserta didik untuk membuat dialog dengan teman yang
sudh dipilihnya
9. Lucky Number
 Minta seluruh peserta didik untuk berdiri
213
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
 Suruh mereka menghitung secara berurutan dari 1
sampai sebanyak jumlah peserta didik yang ada di dalam
kelas
 Minta mereka mengingat nomor mereka masing-masing
dan perintahkan untuk duduk kembali
 Guru membuat satu kalimat yang di dalamnya ada
angka. Misalnya: I have four children
 Peserta didik yang memiliki nomor urut 5 harus
membuat kalimat lain. Misalnya: My brother is 16 years
old
 Peserta didik nomor 16 harus membuat kalimat lain lagi.
Misalnya: Randy buys 10 books
 Peserta didik nomor 10 harus membuat kalimatnya
sendiri. Begitu seterusnya
 Minta peserta didik membuat kalimat yang berhubungan
dengan materi yang sedang dipelajari
(pada contoh di atas materi yang dipelajari adalah ‘Simple
Present Tens’)
10.
Quick Search
 Pastika bahwa semua peserta didik membawa kamus
 Guru menuliskan 10 kata-kata sulit di papan tulis
 Suruh peserta didik mencari arti dari kata-kata tersebut
di dalam kamus dan menuliskannya di selembar kertas
 Beri waktu selama 5 – 10 menit
 Setelah waktu yang ditentukan habis, suruh mereka
mengumpulkan lembar jawaban mereka
 Umumkan siapa yang terbaik, yaitu yang dapat
menyeleaikan tugas dengan benar dan tepat waktu
H. Kelebihan dan Kekurangan Permainan (Game)
Beberapa kelebihan penggunaan game sebagai teknik
pembelajaran, di antaranya adalah:
1. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran
2. Dapat mencairkan suasana pembelajaran yang kaku
3. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif
dan menyenangkan
214
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
4. Dapat menciptakan minat dan motivasi belajar peserta
didik
5. Dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas guru
6. Memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran
Penggunaan permainan juga memiliki kelemahan,
antara lain:
1. jika tidak dipersiapkan secara matang dan terencana dengan
baik, guru bisa mengalami kesulitan dalam mengontrol
suasana kelas.
2. Pada saat memainkan game, seringkali suasana kelas
menjadi riuh rendah, hal ini dapat mengganggu proses
pembelajaran di kelas yang ada di sebelahnya.
I. Kesimpulan
Menciptakan pembelajaran bahasa Inggris yang
menyenangkan dan melibatkan peserta didik secara aktif
merupakan tantangan tersendiri bagi guru bahasa Inggris di
SD/MI. Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran bahasa
Inggris di SD/MI adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan
untuk
mengembangkan
kompetensi
berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas dan
menyadari pentingnya bahasa Inggris dalam kehidupan secara
global.
Agar peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran, guru harus mampu menarik minat dan
memberi motivasi kepada mereka. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan teknik
pembelajaran yang menyenangkan. Teknik pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh guru di antaranya adalah permainan
(game).
Banyak macam permainan yang dapat digunakan oleh
guru. Karena tidak semua permainan dapat diterapkan untuk
mengembangkan berbagai keterampilan berbahasa, maka guru
sebaiknya bijaksana dalam memilih permainan yang tepat agar
sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai pada akhir
pembelajaran. Beberapa permainan yang dapat diterapkan oleh
guru bahasa Inggris di SD/MI antara lain: whispering, A-E-I215
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
O-U, boom, alphabet games, arranging words, song lyrics,
jumbled words, I am..., lucky number, quick search.
Daftar Pustaka
Achmad Sugandi, Belajar dan Pembelajaran, IKIP PRESS,
Semarang, 2000.
Achmad Sugandi, dkk., Teori Pembelajaran, UPT MKK
UNNES, Semarang, 2004.
Bahrissalim dan Abdul Haris, Strategi dan Model-Model
PAIKEM, Direktorat Pendidikan Agama Islam
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama Republik Indonesia, 2011.
Buday Aerios, Materi Pembelajaran, http://materibelajarmateripembelajaran. blogspot.com, 6 Januari 2012.
Great
News
Network,
Pengertian
Pembelajaran,
http://blog.persimpangan.com, 26 Agustus 2007.
Haryanto, S.Pd., Pengertian dan Tujuan Pembelajaran,
http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuanpembelajaran/, 1 April 2012.
Heri
Purdiawan,
Penjelasan
Tentag
Game,
http://hrpengetahuan.blogspot.com/
2014/03/penjelasan- tentang-game.html, 15 Maret
2014.
Made Sujana, BAHASA INGGRIS UNTUK SEKOLAH
DASAR:
Mau
Ke Mana?.
http://madesujana.wordpress.com, 26 Februari 2011.
Redjeki Agoestyowati, 102 English Game (From A to Z), PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Scott Thorburry, How to Teach Vocabulary, Longman,
England, 2002.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
216
Terampil, Vol 2, Nomor 2, Januari 2014
Download