KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

advertisement
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
___________________________________________________________________________
Nomor
Sifat
Lampiran
Perihal
: B- 107/G/9/1999
: Biasa
: 1 (satu) Eks.
: Upaya penyelesaian tunggakan
pidana tambahan uang pengganti
dalam perkara tindak pidana.
korupsi
----------------------------------------
Jakarta, 21 September 1999
Kepada Yth.
KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
Di Seluruh Indonesia.
Sebagai tindak lanjut pertemuan antara Kejaksaan Agung RI dengan
Badan Pemeriksa Keuangan tanggal 5 Agustus 1999, perihal seperti tersebut
pada pokok surat, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kepja-052/J.A/5/1996 tentang Pola Hubungan Kerja dalam satuan kerja
Jam Datun dengan satuan kerja Jam Bin, Jam Intel, Jam Pidum dan Jam
Pidsus dalam Bab IV butir 4-3. tentang Pola Hubungan Kerja antara
satuan kerja Jam Datun dengan satuan kerja Jam Pidsus jelas mengatur
bahwa :
Apabila pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan atas perkara-perkara
korupsi yang mencantumkan ketentuan tambahan pembayaran uang
pengganti sesuai dengan pasal 34 c Undang-undang Nomor : 3 tahun 1971
mengalami hambatan, maka satuan kerja Jam Pidsus menyerahkan
penyelesaian penagihan pembayaran uang penganti tersebut kepada
satuan Jam Datun
.
2. Pelaksanaan lebih lanjut dari butir 1 tersebut satuan kerja Jam Datun (JPN)
melakukan upaya hukum baik secara non litigasi dan atau litigasi. Dasar
dari tindakan Jaksa Pengacara Negara dalam melakukan upaya hukum
baik secara non litigasi atau litigasi tersebut adalah perbuatan melawan
hukum,yang dilakukan oleh Tergugat (dahuluTerpidana).
3. Apabila dalam menempuh upaya hukum secara non litigasi tidak tercapai
kesepakatan maka Jaksa Pengacara Negara menempuh upaya hukum
litigasi
.
4. Dalam upaya hukum secara litigasi Jaksa Pengacara Negara mengajukan
gugatan tentang perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat
(dahulu Terpidana).
Posita dari gugatan Jaksa Pengacara Negara harus memenuhi unsur
perbuatan melawan hukum (eks. pasal 1365 KUHPerdata) yaitu :
-
Harus ada suatu perbuatan;
Perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum;
-
Harus mempunyai kesalahan;
Perbuatan tersebut menimbulkan kerugian (ada hubungan kausal antara
perbuatan dengan kerugian).
5. Petitum/tuntutan dari gugatan harus sesuai dengan posita gugatan
sehingga tidak terdapat saling pertentangan antara posita dengan petitum.
Oleh karena itu, Petitum/tuntutan gugatan harus berupa antara lain
- Ganti kerugian;
- Menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat (dahulu
Terpidana) merupakan perbuatan melawan hukum.
6. Apabila Jaksa Pengacara Negara tidak mengajukan tuntutan ganti
kerugian maka gugatan Jaksa Pengacara Negara ini mengandung cacat
formil dalam bentuk Obscuur Libel sehingga gugatan Jaksa Pengacara
Negara akan dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk)
7. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
mengajukan gugatan perdata dengan tuntutan mohon keputusan
penghapusan terhadap uang pengganti adalah sulit dilakukan mengingat:
7.1. Gugatan mengenai perbuatan melawan hukum dengan tuntutan
mohon keputusan penghapusan uang pengganti merupakan gugatan
yang mengandung cacat formil, sehingga mengakibatkan gugatan
tersebut akan dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk).
7.2. Akibat gugatan tidak dapat diterima, dapat menimbulkan citra negatif
terhadap Jaksa Pengacara Negara pada khususnya serta Lembaga
Kejaksaan pada umumnya
Demikian untuk maklum.
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
W.H. JACOB R. SALEH. SH
Tembusan Yth.
1. Bpk. Pjs. Jaksa Agung R.I (sebagai laporan)
2, Bpk. Wakil Jaksa Agung R.I
3. Sdr. Para Jaksa Agung.Muda
4. Sdr. Sesjam Datun
5. Sdr. Direktur Perdata
6. Arsip.------------------------------------------------------------
Download