perilaku sumber daya manusia dan pengendalian internal terhadap

advertisement
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
177
PERILAKU SUMBER DAYA MANUSIA DAN
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP NILAI
INFORMASI PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN
DAERAH
( Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Semarang )
Via Agustina1 dan Ika Kristianti2
Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro no. 52-60 salatiga 50711
Email: [email protected] 1
[email protected] 2
Like Soegiono3
Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro no. 52-60 salatiga 50711
Email: [email protected] 3
Aprina Nugrahesthy SH4
Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro no. 52-60 salatiga 50711
Email: [email protected] 3
Abstract
The purpose of this research is to evaluate the behavior of human resources (within the
perspective of relationship between human resources quality and information technology
utilization), and internal control, with value of financial reporting information from district
government’s financial report. This research is quantitative research. The population of this
research is accountancy/ clerical of financial in SKPD kabupaten Semarang that are amounted to
12 SKPD. This research use total sampling method to take the sample. The method of collecting
the data is using questionaire. The methods of analysis are using divide regression with testing t.
The results of this study demonstrate that the quality human resources, use of information
technology, and controlling intern accountancy significantly influence the reliability and the
timeliness. Government agency can improve the financial credibility with utilization of optimum
information technology and controlling intern accountancy.
Keywords : Human resources behavior, internal control, value of financial reporting
information
1. Pendahuluan
Akuntabilitas dan transparansi menjadi salah satu tuntutan masyarakat untuk menjadikan Indonesia
bersih.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai salah satu bentuk kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury,
2003
dalam Mardiasmo, 2006). Laporan keuangan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dengan demikian,
informasi yang dipublikasikan tersebut dapat dimanfaatkan oleh para pemakai. Informasi akan
bermanfaat
apabila informasi tersebut dapat dipahami, dipercaya dan digunakan oleh pemakai informasi tersebut
(Andriani,
2010).
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
178
Dalam menghasilkan laporan keuangan yang digunakan sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi,
sumber daya manusia berperan dalam menyiapkan dan menyajikan laporan keuangan yang dapat diandalkan
dan
tepat waktu. Peran sumber daya manusia dalam berperilaku dapat dilihat dari kapasitas sumber daya
manusia
tersebut dan pemanfaatan teknologi informasi. Selain itu, persiapan dan penyajian laporan keuangan
tidak lepas
dari pengendalian internal yang terkait dengan proses penyusunan laporan keuangan.
Rahadi (2007) menyatakan bahwa Teknologi Informasi (TI) mempunyai manfaat atau kemudahan bagi
seseorang dalam menghemat waktu maupun tenaga. Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang
Sistem
Informasi Keuangan Daerah yang merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun 2001 tentang Informasi
Keuangan Daerah. Hal lain yang mungkin mempengaruhi kualitas informasi akuntansi adalah pengendalian
intern akuntansi. Pengendalian intern pemerintah daerah diatur dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006
tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Kawedar (2009) menyatakan, bahwa untuk meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi terhadap laporan keuangan maka diperlukan audit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Penyelenggara pemerintah selalu berharap dapat menujukkan akuntabilitas dan transparansi dalam
mempertanggungjawabkan segala upaya yang telah dilakukan. Penelitian ini akan dilakukan pada SKPD
SeKabupaten Semarang.
Penelitian ini memfokuskan pada perilaku sumber daya manusia yang dilihat dari kapasitas, kemampuan
memanfaatkan teknologi informasi dan pengendalian diri terhadap nilai informasi pelaporan keuangan
dilihat
dari aspek keterandalan dan ketepatwaktuan.
2. Kajian Pustaka
2.1. Perilaku Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen oragnisasi yang sangat penting, oleh karena itu
harus
dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dilakukan sebaik mungkin agar mampu memberikan
kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Perilaku sumber daya manusia
merupakan
tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam melakukan berbagai hal. Perilaku sumber daya manusia
dalam
rangka menunjukkan upaya yang telah dilakukan dalam hal ini adalah penyajian pelaporan keuangan,
dapat
dilihat dari kapasitas sumber daya manusia tersebut dan pemanfaatan teknologi informasi.
Kapasitas Sumber Daya manusia. Kapasitas sumber daya manusia sebagai salah satu wujud perilaku
sumber daya manusia yang dapat dilhat dari pihak luar. Kapasitasnya harus dilihat sebagai kemampuan
untuk
mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran-keluaran (output) dan hasil-hasil (outcomes). Menurut
Wiley
(2002) dalam Azhar (2007) mendefinisikan bahwa “Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama
sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan organisasi
tersebut”.
Pengelolaan keuangan daerah yang baik, SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas,
yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan,
dan
mempunyai pengalaman di bidang keuangan. Sehingga untuk menerapkan sistem akuntansi, sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik. Kegagalan
sumber daya manusia Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak
pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang
ditetapkan
pemerintah (Warisno, 2008).
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
179
Pemanfaatan Teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi salah satu bentuk tindakan
manusia dalam menggunakan alat bantu untuk melipatgandakan kemampuan yang dimiliki manusia dan
teknologi informasi juga bisa mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin tidak mampu melakukannya.
Pengolahan data menjadi suatu informasi dengan bantuan komputer jelas akan lebih meningkatkan nilai
dari
nilai informasi yang dihasilkan. Peningkatan nilai informasi tersebut seperti berikut: Informasi
yang memiliki
nilai tinggi adalah informasi yang disajikan dalam waktu yang cepat dan tepat. Untuk pemrosesan data
manual
biasanya berlaku bahwa semakin cepat waktu yang diinginkan untuk pemrosesan, maka biaya yang
dibutuhkan
akan semakin besar. Dengan bantuan komputer pengolahan data bisa diatur sedemikian rupa sehingga
informasi
dapat disajikan tepat waktu dan dengan biaya yang masih dibawah manfaat itu sendiri. Dengan kata
lain, kita
bisa mengatur pengolahan data sehingga manfaat ekonomis sebuah informasi dapat diperoleh secara
maksimal
(Wahana Komputer, 2003).
Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database,
jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi
(Wilkinson et al., 2000). Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup adanya : (a) pengolahan
data,
pengolahan informasi, sistem manajemen, dan proses kerja secara elektronik dan (b) pemanfaatan
kemajuan
teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di
seluruh
wilayah negeri ini (Hamzah, 2009).
2.2. Pengendalian Internal
Pengendalian internal didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia
dan
sistem teknologi informasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan tertentu.
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya
suatu
organisasi, serta berperan penting dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan (fraud).
Pengendalian intern
terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam mencapai sasaran dan menjamin atau
menyediakan
informasi keuangan yang andal, serta menjamin ditaatinya hukum dan peraturan yang berlaku.
Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan dengan keandalan laporan keuangan,
umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis, serta
kepatuhan pada
hukum dan regulasi. Dilihat dari tujuan tersebut, maka sistem pengendalian intern dapat dibagi
menjadi dua,
yaitu : (a) pengendalian intern akuntansi, dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang
tujuannya adalah
menjaga kekayaan organisasi dan memeriksa keakuratan dan akuntansi. Sebagai contoh, adanya pemisahan
fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi. (b) Pengendalian administratif, dibuat untuk
mendorong
dilakukannya efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Contohnya adalah adanya
pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja, sehingga menjamin tercapinya
tujuan
organisasi dan mencegah atau mendeteksi terjadinya kesalahan. Adapun prosedur pengendalian tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Personel yang kompeten
b. Pelimpahan tanggung jawab
c. Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait
d. Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpangan aset dan operasioanal
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
180
Menurut Wilkinson et al., (2000) dalam Indriasari (2008), sub komponen dari aktivitas pengendalian
yang
berhubungan dengan pelaporan keuangan dalah (a) perancangan yang memadai dan penggunaan
dokumendokumen
dan catatan-catatan bernomor, (b) pemisahan tugas, (c) otorisasi yang memadai atas
transaksitransaksi,
(d) pemeriksaan independen atas kinerja, dan (e) penilaian yang tepat atas jumlah yang dicatat.
2.3. Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Ada perbedaan antara pengertian pelaporan keuangan (financial reporting) dan laporan keuangan (financial
reports). Pelaporan keuangan yang meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan
penyampaian
informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat, peraturan yang berlaku
termasuk
PABU, dan mekanisme penyampaian informasi. Sedangkan laporan keuangan merupakan medium dalam
penyampaian informasi.
Berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005, laporan keuangan terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca;
c. Laporan Arus Kas;
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Karakteristik kualitatif sebuah laporan keuangan adalah uuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini
merupakan
prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan daerah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki
(PP No 24 Tahun 2005), yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
Berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005, keterandalan pelaporan keuangan merupakan informasi dalam laporan
keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik sebagai berikut penyajian jujur, dapat diverifikasi, dan netral.
Dalam penyusunan informasi yang perlu diperhatikan adalah informasi tersebut dapat mendukung suatu
keputusan, sehingga informasi yang disajikan benar-benar dapat diandalkan dan bebas dari kesalahan.
Akurasinya informasi keuangan dapat diidentifikasikan dari rendahnya tingkat kesalahan yang akan
digunakan
oleh manajemen untuk pengambilan keputusan. Dalam kamus akuntansi menurut Syahrul dan Alfali (2000
: 6)
menyatakan pengertian akurasi (accuracy) adalah sebagai berikut :
“Akurasi (accuracy) merupakan keakuratan suatu pos akuntansi (Misalnya saldo perkiraan, faktur,
laporan
keuangan) disebut juga accurate resentation. Konsep ini menunjukkan pada suatu tujuan akuntansi dimana
pos
tersebut benar-benar merefleksikan dan menilai sekumpulan fakta yang ada didalamnya, termasuk seluruh
implikasi ekonomi dari transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa penting”. Menurut Widjayanto
(1992 : 206)
“Akurasi informasi adalah kecermatan, informasi yang bebas dari kesalahan adalah informasi yang
tinggi
akurasinya”.
Pengertian diatas menjelaskan bahwa akurasi informasi akuntansi adalah meminiman tingkat kesalahan
informasi tersebut, sehingga setiap input akuntansi diperlukan bukti-bukti yang benar dan tepat
serta dapat
dipertanggungjawabkan oleh semua lini manajemen.
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
181
2.4. Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Informasi yang bermanfaat bagi para pemakai adalah informasi yang mempunyai nilai. Agar informasi
tersebut dapat mendukung dalam pengambilan keputusan dan dapat dipahami oleh para pemakai, maka
informasi akuntansi harus meempunyai beberapa karakteristik kualitatif yang disyaratkan.
Karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi
akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi
keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (Misalnya penyusunan standar, badan
pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang
berlaku
termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum). Laporan keuangan hanyalah salah satu medium dalam
penyampaian informasi.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah asersi dari pihak manajemen pemerintah yang menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilititas entitas
peaporan
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan digunakan untuk membandingkan
realisasi
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menetukan
ketaatannya
terhadap peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan untuk
kepentingan akuntabilitas, transparansi, manajemen, dan kesaimbangan antar generasi.
Adapun laporan keuangan pokok yang harus disusun oleh pemerintah sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah meliputi : (1) Laporan
Realisasi Anggaran, (2) Neraca, (3) Laporan Arus Kas, dan (4) Catatan Atas Laporan Kuangan.
2.5.Kerangka Pemikiran
2.5.1. Hubungan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Nilai Infomasi Laporan Keuangan.
Apabila sumber daya manusia yang melaksanakan sistem akuntansi tidak memiliki kapasitas dan kualitas
yang disyaratkan, maka akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi, dan akhirnya
informasi akuntansi sebagai produk dari sistem akuntansi, kualitasnya menjadi buruk. Pegawai yang
memiliki
pemahaman yang rendah terhadap tugas dan fungsinya, serta hambatan yang ditemukan dalam pengolahan
data
akan berdampak pada penyajian laporan keuangan. Informasi yang dihasilkan menjadi informasi yang
kurang
atau tidak memiliki nilai, diantaranya adalah keterandalan dan ketepatwaktuan.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga terdapat hubungan positif antara kapasitas sumber daya manusia
terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah sehingga hubungan tersebut
dihipotesiskan
H1: Kapasitas sumber daya manusia memiliki hubungan positif terhadap nilai informasi pelaporan
keuangan
pemerintah daerah
2.5.2. Hubungan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Niai Infomasi Laporan Keuangan.
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan
Informasi Keuangan Daerah kepada pelayanan publik. Dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat
serta
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
182
potensi pemanfaatannya secara luas, maka dapat membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses,
mengelola, dan mendayagunakan informasi keuangan daerah secara cepat dan akurat. Penelitian yang
berhubungan dengan pemanfaatan sistem informasi dan teknologi informasi pada organisasi sektor publik
menunjukkan bahwa pengolahan data dengan memanfaatkan teknologi informasi (komputer dan jaringan)
akan
memberikan banyak keunggulan baik dari sisi keakuratan/ketepatan hasil operasi maupun predikatnya
sebagai
mesin multiguna, multi-processing (Indriasari, 2008). Pemanfaatan teknologi informasi juga akan
mengurangi
kesalahan yang terjadi.
Berdasarkan uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara pemanfaatan teknologi informasi
dengan keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, sehingga hubungan tersebut dihipotesiskan
:
H2:Pemanfaatan teknologi informasi memiliki hubungan positif terhadap niai informasi pelaporan
keuangan
pemerintah daerah.
2.5.3. Hubungan Pengendalian Internal dan Nilai Infomasi Laporan Keuangan.
Masih ditemukannya penyimpangan dan kebocoran di dalam laporan keuangan oleh BPK, menunjukan
bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah belum memenuhi karakteristik/ nilai informasi yang
disyaratkan,
yaitu keterandalan. Hasil evaluasi pemeriksaan oleh BPK menunjukkan bahwa masih terdapat LKPD yang
memperoleh opini Tidak Wajar dan memerlukan perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan
informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga terdapat hubungan positif antara pengendalian intern akuntansi
dengan
nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah, sehingga hubungan tersebut dihipotesiskan :
H3: Pengendalian internal memiliki hubungan positif terhadap nilai informasi pelaporan keuangan
pemerintah
daerah.
2.5.4. Hubungan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Pengendalian Internal dan Nilai Informasi Laporan Keuangan.
Apabila sumber daya manusia yang melaksanakan sistem akuntansi tidak memiliki kapasitas dan kualitas
yang disyaratkan, tidak memanfaatkan teknologi informasi yang ada, dan masih ditemukannya
penyimpangan
dan kebocoran di dalam laporan keuangan. Sehingga memerlukan sumber daya manusia yang menguasai
bidang
akuntansi, memanfaatkan teknologi informasi dengan prosedur yang benar dan memerlukan perbaikan
pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, diduga memiliki hubungan positif antara kapasitas sumber daya manusia,
pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian internal dengan nilai informasi pelaporan keuangan
pemerintah daerah, sehingga hubungan tersebut dihipotesiskan :
H4:Kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian internal memiliki
hubungan positif terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
183
Kapasitas
Sumber Daya
Manusia
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi
Pengendalian
Internal
Nilai
H2 Informasi
H1
H3
H4
Gambar 1: Model Penelitian
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Populasi
dalam
penelitian ini adalah pegawai bagian akuntansi / penatausahaan keuangan SKPD Se-Kabupaten Semarang.
Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling method. Purposive sampling method digunakan karena
informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan
peneliti. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah :
a. Para pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi / penatausahaan keuangan pada SKPD Se-Kabupaten
Semarang.
b. Responden dalam penelitian ini adalah kepala dan staff subbagian akuntansi / penatausahaan
keuangan
SKPD Se-Kabupaten Semarang
c. Responden ditetapkan pada kepala bagian, staff pencatatan keuangan / akuntansi dan staff pemegang
kas
pada SKPD Se-Kabupaten Semarang.
Penentuan kriteria sampel didasarkan pada alasan bahwa kepala bagian dan staff bagian keuangan /
akuntansi merupakan pihak yang terlibat langsung secara teknis dalam pencatatan transaksi keuangan
pada
SKPD Se-Kabupaten Semarang, dan penyusunan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Untuk pengujian kualitas data dilakukan uji validitas dan uji realibilitas. Selanjutnya untuk uji
asumsi klasik
meliputi uji normalitas, multikolonieritas, hesteroskedastisitas, serta Uji F.
4. Analisis dan Pembahasan
4.1. Hasil Pengujian
Hasil uji kualitas data menunjukkan seluruh data valid (r-hitung > r-tabel (0,3338)) dan reliabel
(Cronbach
‘s Alpha > 0,6). Selain itu, dalam uji asumsi klasik menunjukkan bahwa
data terdistribusi
normal (uji
Kolmogorof-Smirnov menghasilkan probabilitas > 0,05), dan tidak terdapat gejala multikolinieritas
(nilai
tolerance angka > 0,10 dan nilai VIF menunjukkan < 10). Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat
dilihat
tingkat signifikansi > α 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam
penelitian
ini terbebas dari heteroskedastisitas. Akan tetapi pada variabel pengendalian intern α 0,05 >
0,001, sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terbebas dari
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
184
heteroskedastisitas. Berdasarkan nilai sig 0,002 dalam uji F, menunjukkan bahwa variabel independen
secara
bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen, berarti model fix digunakan untuk uji t statistik
yang
menguji variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Hubungan kapasitas sumber daya manusia dan nilai informasi ditunjukkan dari tabel berikut:
Tabel 1. Uji t: Hubungan Kapasitas Sumber Daya manusia dengan Nilai Informasi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 51,084 10,920 4,678 ,000
SDM ,531 ,281 ,337 1,892 ,069
a. Dependent Variable: NilaiInformasi
Untuk variabel Kapasitas Sumber Daya Manusia nilai thitung adalah 1,892 dan nilai sig adalah 0,069.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel yaitu 1,892 > 1,672 atau nilai signifikansi
0,069 < α
0,05. Nilai koefisien β dari variabel kapasitas sumber daya manusia bernilai positif yaitu 0,531.
Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini membuktikan bahwa kualitas sumber daya manusia berhubungan
signifikan
dan positif terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah, sehingga hipotesis pertama
dari
penelitian ini diterima.
Tabel 2. Uji t: Hubungan Pemanfaatan Teknologi Informasi dengan Nilai Informasi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 53,984 12,317 4,383 ,000
TI ,521 ,362 ,263 1,440 ,161
a. Dependent Variable: NilaiInformasi
Untuk variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi nilai thitung adalah 1,440 dan nilai sig adalah 0,161.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ttabel > thitung yaitu 1,672 > 1,440 atau nilai signifikansi
0,161< α
0,05. Nilai koefisien β dari variabel pemanfaatan teknologi informasi bernilai positif yaitu 0,521.
Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah, sehingga
hipotesis kedua
dari penelitian ini tidak diterima.
Tabel 3. Uji t: Hubungan Pengendalian Internal dengan Nilai Informasi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 23,533 10,726 2,194 ,037
PENGENDALIINTERN ,943 ,210 ,648 4,501 ,000
a. Dependent Variable: NilaiInformasi
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
185
Untuk variabel Pengendalian Intern Akuntansi nilai thitung adalah 4,501 dan nilai sig adalah 0,000.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel yaitu 4,501 > 1,672 atau nilai signifikansi α 0,05
<0,000. Nilai
koefisien β dari variabel pengendalian intern akuntansi bernilai positif yaitu 0,943. Hal ini
menunjukkan bahwa
penelitian ini membuktikan bahwa pengendalian intern akuntansi tidak berpengaruh signifikan dan
positif
terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah, sehingga hipotesis ketiga dari
penelitian ini
tidak diterima.
Tabel 4. Uji t: Hubungan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan
Pengendalian Internal dengan Nilai Informasi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 21,192 13,049 1,624 ,116
SDM ,138 ,279 ,088 ,495 ,625
TI -,016 ,345 -,008 -,048 ,962
PENGENDALIINTERN ,895 ,243 ,615 3,681 ,001
a. Dependent Variable: NilaiInformasi
Pengujian hipotesis 4 dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis diterima jika
thitung > ttabel atau nilai sig < α 0,05. Nilai ttabel pada α 0,05 adalah 1,672. Untuk variabel
Pengendalian
Intern Akuntansi nilai thitung adalah 1,624 dan nilai sig adalah 0,116. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa
ttabel > thitung yaitu 1,672 > 1,624 atau nilai signifikansi α 0,05 < 0,116. Nilai koefisien β
dari variabel
pengendalian intern akuntansi bernilai positif yaitu 21,192. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
ini
membuktikan bahwa kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian
internal memiliki hubungan signifikan dan positif terhadap nilai informasi pelaporan keuangan
pemerintah
daerah, sehingga hipotesis keempat dari penelitian ini diterima.
4.2.Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan bahwa kapasitas sumber daya manusia dan nilai informasi pelaporan
keuangan
pemerintah daerah mempunyai hubungan positif, semakin baik kapasitas sumber daya manusia, semakin
baik
pula nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Sedangkan pemanfaatan teknologi informasi
mempunyai hubungan yang tidak signifikan dan positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah
daerah, serta pengendalian internal mempunyai hubungan yang tidak signifikan dan positif terhadap
nilai
informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Hubungan kualitas sumber daya manusia terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah,
sama dengan teori yang dinyatakan oleh Wiley (2002) dalam Azhar (2007) mendefinisikan bahwa sumber
daya
manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan
visi
dan misi serta tujuan organisasi tersebut. Dalam menghasilkan nilai informasi pelaporan keuangan
yang bernilai
keterandalan dan ketepatwaktuan adalah dengan adanya sumber daya manusia yang terampil dan mempunyai
keahlian di bidang akuntansi. Keahlian ini dapat dicapai dengan adanya kemauan untuk terus belajar
dan
mengasah kemampuan dibidang akuntansi.
Hubungan pemanfaatan teknologi informasi dengan nilai informasi dalam penelitian ini tidak konsisten
dengan Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah yang merupakan
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
186
pengganti Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah dan menyalurkan informasi keuangan daerah
kepada pelayanan publik salah satunya adalah dengan menghasilkan laporan keuangan yang berbasis
teknologi
informasi. Dari hasil penelitian ini SKPD yang ada di Kabupaten Semarang masih menggunakan cara
manual
untuk mengolah data akuntansi dan belum memaksimalkan manfaat teknologi informasi.
Demikian juga untuk hubungan pengendalian internal dengan nilai informasi dalam penelitian ini tidak
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wilkinson et al. ,(2000) dalam indriasari (2008), sub komponen
dari
aktivitas pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan adalah (a) perancangan yang memadai
dan penggunaan dokumen-dokumen dan catatan-catatan bernomor, (b) pemisahan tugas, (c) otorisasi yang
memadai atas transaksi-transaksi, (d) pemeriksaan independen atas kinerja, dan (e) penilaian yang
tepat atas
jumlah yang dicatat. Komponen kontrol atau pengendalian akan menjaga sistem informasi dari
kesalahankesalahan
yang disengaja atau tidak disengaja. Dengan adanya komponen kontrol dapat menunjang informasi
dan menghasilkan informasi yang bernilai. Sehingga dapat di simpulkan bahwa kriteria nilai informasi
keterandalan dan ketepatwaktuan tidak dapat dipisahkan dari aspek atau lingkungan pengendalian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian intern belum bisa mengkontrol kinerja disetiap
tugasnya karena masih ada yang ada di SKPD yang ada di Kabupaten Semarang yang masih double jobs atau
mempunyai tugas rangkap sehingga masih belum bisa menempatkan posisi pekerjaan sesuai tugas dan
keahlian
masing-masing.
Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis keempat (H4)
disimpulkan bahwa kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian
internal mempunyai hubungan yang signifikan dan positif terhadap nilai informasi pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
Hasil penelitian ini konsisten dengan PP No. 24 Tahun 2005, keterandalan pelaporan keuangan merupakan
informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan
setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat
atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan
sehingga kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengaruh pengendalian
internal
memiliki hubungan terhadap kualitas nilai informasi pelaporan keungan pemerintah daerah.
5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai hubungan kualitas sumber daya manusia,
pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian internal terhadap nilai informasi pelaporan
keuangan
pemerintah daerah adalah kapasitas sumber daya manusia memiliki hubungan yang signifikan terhadap
nilai
informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik kualitas
sumber
daya manusia maka semakin andal dan tepat waktu pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Pemanfaatan teknologi informasi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap nilai informasi
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pemanfaatan teknologi
informasi karena masih menggunakan sistem secara manual. Jika pemanfaatan teknologi informasi lebih
ditingkatkan maka nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah akan semakin baik dan sumber
yang
dihasilkan sangat valid.
Prosiding ISBN: 978-602-361-041-9
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis 2016
“Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen & Bisnis”
187
Pengendalian intern akuntansi tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap nilai informasi
pelaporan
keuangan pemerintah daerah. Hal ini menunjukan bahwa adanya perangkapan atau tugas ganda dan tidak
ada
penempatan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Jika pengendalian internal ditempatkan
sesuai
dengan tugas dan maka nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah akan semakin baik.
Secara bersama-sama, kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian
internal memiliki hubungan yang signifikan terhadap nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah
daerah.
Hal ini menunjukan bahwa semakin baik kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
dan
pengendalian intern akuntansi maka semakin baik pula kualitas nilai informasi pelaporan keuangan
pemerintah
daerah.
Daftar Pustaka
Arfianti, Dita. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi NilaiInformasi Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik. 2006. Standar Akuntansi Pemerintahan: Telaah kritis PP Nomor 24
Tahun 2004. BPFE, Yogyakarta
Harifan, Handriko. 2009. Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Dan
Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah, Padang.
Skripsi Program S1, Universitas Negeri Padang.
Indriasari, Desi. 2008. “Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
dan
Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Daerah”. Pontianak :
jurnal SNA.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Menteri Keuangan No. 171/PMK.05/2007 Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2001 Tentang Informasi Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan
tangguangjawab Keuangan Negara.
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara.
Republik Indonesia, Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Keuangan Negara
Download