nilai-nilai pendidikan islam dalam film kartun

advertisement
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM
KARTUN “UPIN & IPIN”
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
SITI MUROWDHOTUN
NIM 111 06 038
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
TAHUN 2010
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Telah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama
: Siti Murowdhotun
NIM
: 111 06 038
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga 10 Agustus 2010
Pembimbing
Muna Erawati, S.Psi.,M.Si
NIP. 19751218 199903 2 002
ii
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 32706 Fax. 323433 Kode pos. 50721 Salatiga
http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara: Siti Murowdlotun dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111 06
038 yang berjudul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM
KARTUN “UPIN & IPIN”, telah dimunaqosahkan dalam sidang Panitia Ujian
Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa
tanggal 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Salatiga, 31 Agustus 2010 M
21 Ramadhan 1431 H
Dewan Penguji
Ketua
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
NIP: 19580827 198303 1 002
NIP: 19671223199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Drs. A. Bahrudin, M.Ag
Drs. Sumarno Widjadipa,M.Pd.
NIP. 19531223 1982 03 1 005
NIP. 19570520 1986 01 1001
Pembimbing
Muna Erawati, S.Psi.,M.Si
NIP. 19751218 199903 2 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Siti Murowdhotun
NIM
: 111 06 038
Jurusan
:Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga 10 Agustus 2010
Yang menyatakan
Siti Murowdhotun
iv
MOTTO
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
(sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan
memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
(Q.S. At-Talaq: 7)
Never put of till you tomorrow what you can do today
(Jangan pernah menunda sampai besok apa yang dapat kamu
kerjakan hari ini)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ayah Bunda yang selalu ada di setiap nafas ini, yang senantiasa
mengasuhku, merawatku, dengan penuh kasih sayang, membanggakanku,
dan memberikan pendidikan terbaik bagiku hingga sekarang ini. Hanya
do’a yang dapat ananda persembahkan untuk ayah bunda tercinta
‫شا‬١‫اْ صغ‬١‫ّا وّا سب‬ّٙ‫سح‬ٚ ٞ‫اٌذ‬ٌٛٚ ٌٝ‫ُ اغفش‬ٌٍٙ‫ا‬
Semoga ayah dan bunda selalu dalam limpahan rahmat Allah SWT.
Untuk
keluarga
besarku
yang
selalu
memberikan
dorongan
dan
semangat bagiku dalam menempuh pendidikan ini. Mas-mas, mbakmbakku & adik-adikku tercinta terimakasih atas motifasi yang selalu
kalian semua berikan.
Seseorang yang telah memberikan semangat dan semangat untuk selalu
menjadi lebih baik dari kemarin. Syukron katsiron.
vi
ABSTRAK
Murowhlotun, Siti. 2010. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Film Kartun “Upin
& Ipin”. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan
Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salaiga.
Pembimbing: Muna Erawati, S. Psi., M. Si.
Kata Kunci: nilai-nilai pendidikan Islam, film kartun “Upin & Ipin”
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa orang tua maupun pendidik
kadang merasa kesulitan dalam menanamkan nilai-nilai Pendidikan Islam pada
anak, ini yang menyebabkan banyak para orang tua maupun pendidik merasa
gagal dalam mendidik anak (peserta didik). Yang menjadi permasalahan
penelitian ini adalah materi pendidikan Islam apa saja yang terdapat dalam film
kartun “Upin & Ipin”, metode pendidikan Islam apa saja yang terdapat dalam film
kartun “Upin & Ipin”. Penelitian ini bertujuan untuk menuturkan, menganalisis
dan mengklasifikasikan nilai-nilai Pendidikan Islam dalam film kartun “Upin &
Ipin”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan
penyampaian materi dan metode pendidikan Islam pada anak-anak .
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil objek
film kartun “Upin & Ipin”, dengan sasaran para orang tua dan pendidik..
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi dan dokumentasi.
Analisis data dengan menggunakan Content Analisyis (Analisis Isi) atau analisis
dokumen, dan dari analisis tersebut ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Materi pendidikan Akidah dalam film
kartun “Upin dan Ipin” adalah tentang iman kepada Allah. 2) Materi pendidikan
ibadah dalam film kartun “Upin & Ipin” antara lain adalah shalat (shalat tarawih),
puasa (pengertian puasa, kewajiban berpuasa, hal-hal yang disunnahkan dalam
berpuasa, puasa dengan ikhlas, larangan wanita haid berpuasa, hilal dan lailatul
qodar), dan zakat (penyerahan zakat, kewajiban membayar zakat dan penerima
zakat). 2) Metode pendidikan Islam dalam film kartun “Upin & Ipin”, meliputi:
metode tanya jawab, metode ceramah, metode pemberian tugas, metode
pemberian hukuman, metode uswah hasanah (keteladanan), metode pembiasaan,
metode nasihat (mauidzah), metode observasi (Albert Bandura).
vii
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
Nikmat manakah yang engkau dustakan? (Q.S. Arrahman)
Semoga rasa syukur yang begitu dalam ini senantiasa terbentuk dalam
kalbu, terlafadz dalam lisan dan tergores pada setiap pena yang tertulis. Syukur
untuk-Mu Rabbi, wahai Tuhan para peneliti. Sungguh, tidaklah mungkin berkasberkas yang hamba itu merupakan berkas yang utuh tanpa perkenan-Mu Yang
Maha Berilmu. Salawat dan salam hanyalah untuk Rasul mulia kami, Muhammad
saw.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat
berjalan lancer tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak. Pada
kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
 Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga.
 Muna Erawati, S.Psi.,M.Si. selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi
ini. Dimana beliau sebagai pembimbing dan motifator terbaik dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang telah merelakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan
yang sangat berharga bagi penulis demi terselesainya penyusunan skripsi
ini.
viii
 Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama belajar si
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga.
 Bapak, Ibu yang senantiasa memberikan bantuan material dan spiritual
yang tak ternilai jumlahnya hingga selesai penyusunan sekripsi ini, serta
mas-mas dan mbak-mbakku yang selalu memberikan dorongan semangat
bagi adinda untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
 Cah-cah DQS khususon kakak tersayangku, ka ikah yang selalu menemani
dan menerima keluh kesahku dalam menyelesaikan skripsi ini.
 Konco-konco PAI B 2006 matur suwun sudah banyak memberikan
pengalaman kepadaku dalam menjalani kehidupan kampus ini.
 Keluarga pondok Darul Quddusis Salam yang telah memberikan
kelonggaran waktu dalam ananda menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
 Semua pihak yang belum disebutkan, yang turut serta membantu
penyusunan skripsi ini.
Kepada semua penulis tidak dapat memberikan balasan yang sepadan,
kecuali untaian kata terima kasih yang mendalam dengan iringan do‟a semoga
Allah SWT. Meridhoi semua amal baik mereka.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tulisan ini yang tentu saja masih banyak kekurangan. Walaupun demikian, penulis
berharap semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca umumnya.
ix
Salatiga 12 Agustus 2010
Yang menyatakan
Siti Murowdhotun
x
DAFTAR ISI
Judul …………………………………………………....
Nota Pembimbing ………………………………………..
ii
Pengesahan ………………………………………………
iii
Deklarasi …………………………………………………
iv
Motto ……………………………………………………..
v
Persembahan …………………………………………….
vi
Abstrak ………………………………………………….
vii
Kata pengantar ……………………………………………
viii
Daftar Isi …………………………………………………..
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………….
1
B. Penegasan Istilah ………………………………….
7
C. Rumusan Masalah ………………………………...
8
D. Tujuan Penelitian ………………………………….
9
E. Manfaat Hasil Penelitian …………………………..
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai Pendidikan Islam ……………………………….
11
Pengertian Nilai ……………………………………
8
b. Pengertian Pendidikan Islam ………………………
8
a.
Ruang Lingkup Pendidikan Islam ………………....
11
d. Pembelajaran Nilai-nilai Pendidikan Islam ………..
12
c.
xi
a) Nilai Pendidikan Akidah ……………………….
13
b) Nilai Pendidikan Ibadah ………………………..
16
c) Nilai Pendidikan Akhlak ………………………..
19
d) Nilai Pendidikan Multikultural …………………
20
e. Materi Pendidikan Islam ……………………………
22
B. Metode Pendidikan Islam ………………………………
26
1. Pendekatan Metode Pendidikan Islam ……………..
27
a) Pendekatan Filosofi …………………………….
27
b) Pendekatan Deduktif-Induktif ………………….
28
c) Pendekatan Sosio-Kultural ……………………..
30
d) Pendekatan Fungsional …………………………
30
e) Pendekatan Emosional ………………………....
31
2. Macam-macam Metode Pendidikan Islam …………
31
a) Metode Tanya Jawab ……………………………
31
b) Metode Pemberian Tugas ……………………….
32
c) Metode Ceramah ………………………………..
32
d) Metode Keteladanan ……………………………
32
e) Metode Pembiasaan ……………………………
32
f) Metode Nasihat ………………………………...
33
g) Metode Hukuman ………………………………
33
3. Teori Belajar Observasi Bandura …………………..
34
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Pendidikan Islam ……………………………………….
xii
38
D. Film Kartun
1. Pengertian Film Kartun ………………………………..
43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ………………………….
45
B. Unit Analisis ……………………………………………….
47
C. Jenis Dan Sumber Data …………………………………….
47
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
48
E. Tahap-tahap Penelitian ……………………………………
49
F. Teknik Analisis Data ……………………………………….
51
G. Uji Keabsahan Data ………………………………………...
54
BAB IV PEMBAHASAN
A. Film Kartun “Upin & Ipin”………………………………..
55
1. Sejarah Pembuatan Film Kartun “Upin & Ipin” ………
56
2. Sejarah Penyiaran Film Kartun “Upin & Ipin” ………..
57
3. Karakter Pemain Dalam Film Kartun “Upin & Ipin” …..
59
B. Analisis Dan Temuan
1. Nilai Pendidika Akidah ………………………………..
a. Beriman Kepada Allah …………………………….
2. Nilai Pendidikan Ibadah ……………………………….
62
62
63
a. Puasa ………………………………………………
65
b. Niat ………………………………………………...
67
c. Hal-hal Yang Disunnahkan Dalam Puasa …………..
68
d. Lailatul Qadr ……………………………………….
69
xiii
e. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa …………………
70
f. Hikmah Mengerjakan Puasa ……………………….
71
g. Zakat fitrah ………………………………………...
73
3. Nilai Pendidikan Akhlak ………………………………
a. Akhlak Mahmudah ………………………………..
74
74
a) Bersyukur ……………………………….……..
74
b) Sabar …………………………………………...
75
c) Cinta Kebersihan ………………………….......
77
d) Tolong Menolong ………………………………
78
e) Membiasakan Mengucapkan Salam …………...
79
Menerima Apa Adanya ………………………...
81
b. Akhlak Mazmumah ………………………………...
82
f)
a. Bohong …………………………………………
82
b. Tamak ………………………………………….
84
c. Ghibah ………………………………………….
85
4. Pendidikan Multikultural …………………………………..
86
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………..
89
2. Saran ……………………………………………………….
90
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Karena pendidikan islam tidak hanya bersifat teoritis
saja, akan tetapi juga bersifat praktis. Ajaran-ajaran dalam Islam tidak
memisahkan antara iman dan amal. Oleh karena itu syari‟at Islam tidak akan
dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik
melalui proses pendidikan dan tentunya dengan menggunakan metodemetode yang tertentu dalam mengajarkannya.
Anak adalah amanat Allah yang dititipkan kepada kedua orang
tuanya. Ketika seorang anak lahir ke dunia dan melihat apa yang ada dalam
rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah
gambaran kehidupan. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima
segala bentuk apa saja yang datang dan mempengaruhinya. Maka sang anak
akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Imam AlGhazali berkata: Anak adalah amanat bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci,
dan polos. Kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu
menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang
mempengaruhinya (Hafizh, 1997: 35). Hal ini sesuai dengan hadits nabi
ٗٔ‫ّجغا‬٠ ٚ‫ ٔصشأٗ أ‬ٚ‫دأٗ أ‬ٛٙ٠ ٖ‫ا‬ٛ‫ اٌفطشة فؤب‬ٍٝ‫ٌذع‬ٛ٠‫ٌذ‬ِٛ ً‫و‬
)ٍُ‫اٖ ِغ‬ٚ‫(س‬
” setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih. Dan
sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang
Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (H.R: Muslim) (Mustafa, 1993: 578).
Maka, apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan
kebaikan niscaya akan seperti itulah anak terbentuk, akan tetapi apabila anak
diajarkan atau dibiasakan untuk melakukan hal yang tidak baik ataupun
diajarkan untuk melakukan kejahatan maka anak akan terbentuk menjadi
pribadi yang tidak baik dan akan menjadikan fitnah bagi orang tuanya.
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak
membawa kemudahan hidup, komunikasi menjadi salah satu faktor penting
bagi kemajuan suatu bangsa. Komunikasi yang terjadi dapat melalui suatu
media baik elektronik maupun cetak. Salah satu media yang populer dan
sangat efektif untuk menyampaikan informasi adalah televisi. Televisi juga
merupakan media audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film video-cassette (Djamarah
dan Zain, 2006: 141).
Televisi dengan berbagai programnya mampu memberikan informasi,
pendidikan, hiburan dan hal lain kepada khalayak diberbagai belahan dunia.
Maka apa saja yang ditayangkan oleh televisi dapat disaksikan oleh anakanak, termasuk anak yang masih balita. Sungguh besar sekali pengaruh
televisi dalam pembentukan kepribadian anak-anak. Anak dapat menyerap
apa saja yang disaksikan lewat televisi yang ada dirumahnya. Matanya
melihat dan menangkap apa yang ditayangkan, telinganya mendengar dari
apa yang diucapkan oleh penyiar, penyanyi maupun film yang sedang
ditayangkan.
Semua itu akan terserap oleh anak dan menjadi unsur-unsur di dalam
pribadinya yang sedang dalam proses pertumbuhan. Apabila yang
ditayangkan oleh televisi itu baik dan menunjang pembentukan pribadi dan
identitas agama pada anak akan besar. Begitu pula sebaliknya, jika yang
ditayangkan itu tidak mendukung atau merusak nilai-nilai agama, maka hal
ini akan merusak iman dan penampilan diri anak akan jauh dari nilai agama
(Daradjat,1995: 66).
Daya tarik yang begitu kuat dari televisi bagi anak-anak tidak terlepas
dari karateristik media yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan media cetak maupun media dengar, sehingga anak-anak sangat
menyukainya. Salah satu program televisi yang digandrungi anak-anak
adalah film kartun. Film kartun yang ditayangkan ini banyak yang berasal
dari negara-negara asing. Salah satu film kartun yang saat ini sedang
digandrungi anak-anak adalah film kartun ”Upin & Ipin”. Film ini adalah
salah satu film animasi produksi Les‟ Copaque1 Malaysia. Film animasi ini
dirilis pada 14 september 2007 di Malaysia dan disiarkan di TV9.
Awalnya film ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar
menghayati bulan Ramadhan. Namun saat ini, seri kartun ”Upin & Ipin”
mempunyai edisi harian setelah edisi Ramadhan. Upin dan Ipin adalah dua
1
Les‟ Copaque Sdn Bhd ialah sebuah organisasi penerbitan dan studio animasi 3D berstatus
MSC yang berpusat di Shah Alam, Selangor. Les‟ Copaque bukan saja mengerjakan bidang
animasi, akan tetapi menjadi organisasi penerbitan penuh yang juga melibatkan pencetus
ide, rekaman suara dan pascapenerbitan yang disertakan dengan karya animasi
(http://ms.wikipedia.org/wiki/Les‟Copaque) .
orang saudara kembar asal Melayu, mereka tinggal bersama dengan Opah
(nenek) dan kakaknya karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Untuk
membedakan dua anak lucu ini, Upin mempunyai sehelai rambut di
kepalanya, dia selalu memakai baju berwarna kuning dan ada gambar huruf
U, cenderung lebih pandai bicara dari pada Ipin adiknya.Sedangkan Ipin
tidak memiliki rambut (asli botak), selalu memakai baju berwarna biru dan
bergambar huruf I, Ipin juga memakai kain merah pada lehernya, sangat
menyukai ayam goreng dan cenderung mengulang kata sampai tiga kali,
salah satu contohnya ”betul betul betul”.
Film ini kaya akan nilai-nilai pendidikan Islam. Setiap episode dalam
film ini selalu menampilkan nilai pendidikan yang ditampilkan melalui
perilaku atau omongan yang dilakukan Upin dan Ipin, teman-temannya, Kak
Ros ataupun Opahnya. Film kartun ”Upin &Ipin” yang banyak mengandung
nilai pendidikan ini bisa dijadikan sebagai media bagi proses pembelajaran
anak di rumah, karena dalam film kartun ”Upin & Ipin” kita akan
menemukan beberapa hikmah yang bernafaskan Islami.
Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang
mendukung dalam pelaksanaan pendidikan, bahkan menjadi suatu rangkaian
atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa
anak sehingga bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan
harapan masyarakat luas. Bagi para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua
sangat perlu membekali anak didiknya dengan materi-materi atau pokok
pokok dasar pendidikan sebagai pondasi hidup yang sesuai dengan arah
perkembangan jiwanya. Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan
pada anak didik yaitu, keimanan, akhlak, kesehatan, ibadah, sosial.
Penanaman nilai-nilai pendidikan ini memerlukan metode atau cara yang
dapat mempermudah penanaman nilai-nilai pendidikan.
Dengan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil judul
”NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN ”UPIN &
IPIN”.
Dalam film ini banyak terkandung nilai-nilai pendidikan Islam dan
metode pembelajaran yang dapat menjadi acuan para pendidik dan orang tua
dalam proses pembelajaran terhadap anak atau siswa.
B. Penegasan Istilah
Agar pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran
yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih
dahulu yaitu:
1. Nilai dapat berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (Poerwadarminta, 1982: 667). Dalam difinisi lain yang
disampaikan Noor Syam, bahwa nilai adalah suatu penetapan atau suatu
kualiatas yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat. Sehingga
nilai merupakan suatu otoritas ukuran dari subjek yang menilai, dalam
artian dalam koridor keumuman dan kelaziman dalam batas-batas tertentu
yang pantas bagi pandangan individu dan sekelilingnya (Aziz, 2009:
120).
2. Pendidikan Islam menurut Ahmadi adalah segala usaha untuk memelihara
pengembangan fitrah manusia dan sumber daya insane yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) (Achmadi, 1992:
20). Senada dengan pendapat diatas, menurut Chabib Thoha pendidikan
Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori
yang dibangun untuk melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilainilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits ( Thoha,
1996: 99).
3. Film Aniamsi atau kartun adalah film yang dibuat dengan menggambar
setiap frame satu persatu kemudian dipotret, setiap gambar frame
merupakan gambar dengan posisi yang berbeda yang kalau diserikan akan
menghasilkan kesan gerak (http://www.geoceties.com).
C. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, penulis mengagendakan
rumusan masalah penelitian, sebagai berikut:
1.
Apa saja materi pendidikan Islam yang terdapat dalam
film kartun “Upin & Ipin”?
2.
Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan nilai-nilai
pendidikan Islam yang terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”?
3.
Apa saja nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam film kartun
“Upin & Ipin”?
D. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan dari
pembahasan ini adalah:
1.
Untuk mengetahui materi pendidikan Islam yang terdapat
dalam film kartun “Upin & Ipin”.
2.
Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk menyampikan
nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalm film kartun “Upin &
Ipin”.
3.
Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat
dalam film kartun “Upin & Ipin”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki signifikan secara teoritis maupun
praktis.
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada
pendidik tentang nilai-nilai pendidikan apa yang harus diajarkan kepada
anak-anak sehingga anak akan tumbuh menjadi manusia yang sempurna.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, para
orang tua dan pendidik bahwasanya penanaman nilai pada anak bisa
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara seperti dalam film kartun
“Upin & Ipin”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian nilai
Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan (Purwadarminta, 1999: 667). Maksudnya kualitas yang memang
membangkitkan respon penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa
dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat
(Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993: 110). Menurut Sidi Gazalba yang dikutip
Chabib Thoha mengartikan nilai sebagai berikut : Nilai adalah sesuatu yang
bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan
penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki (Thoha, 1996: 61).
Sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat
pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek
yang memberi arti (manusia yang meyakini) (Thoha, 1996: 61). Jadi nilai
adalaah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan
tingkah laku.
2. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam pengertian umum, pendidikan sering diartikan sebagai usaha
pendewasaan manusia. Adapun definisi pendidikan secara lebih konkret,
ditinjau dari segi hukum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 1 yaitu
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Usman, 2006: 7).
Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal
maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi agama
seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, Al-Qur‟an, tarikh Nabi dan lain sebagainya.
Arti pendidikan Islam menurut Achmadi (1992: 20) adalah “segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumberdaya insani
yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai dengan norma Islam”.
Menurut pengertian di atas, pendidikan Islam didasarkan pada konsep
manusia. Konsep manusia seutuhnya dalam pandangan Islam dapat
diformulasikan secara garis besar sebagai manusia beriman dan bertaqwa serta
memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya
dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya dengan
baik, positif dan konstruktif (Achmadi, 1992: 20).
Senada dengan pendapat diatas, menurut Chabib Thoha pendidikan
Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang
dibangun untuk melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilai-nilai
dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits (Thoha, 1996: 99).
Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun dari
sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita petik, pada
dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada
tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia
berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan
kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam
sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Dengan pengertian tersebut lebih jelas lagi diterangkan oleh ayat AlQur‟an yang menjelaskan tentang fitrah manusia.
Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat Ar Rum :
َ‫ًَ ٌِخٍَْكِ اٌٍَِٗ رٌَِه‬٠ِ‫َا ٌَا َحبْذ‬ْٙ١ٍََ‫ فَطَشَ إٌَاطَ ع‬ِٟ‫فاً فِطْشَةَ اٌٍَِٗ اٌَخ‬١ِٕ‫ح‬
َ ِٓ٠ِ‫َهَ ٌٍِذ‬ْٙ‫َج‬ٚ ُِْ‫فَؤَل‬
﴾ٖٓ﴿ ٍََُّْْٛ‫َع‬٠ ‫ٌََىَِٓ أَ ْوثَشَ إٌَاطِ ٌَا‬ٚ ُُِ١‫ُٓ اٌْ َم‬٠ِ‫اٌذ‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan atas fitrah Allah. (fitrah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum : 30) (Sahryainforma,
Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir.
( CDROM)).
Dengan fitrah manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
sebagaimana dalam ayat diatas maka orang tua mempunyai kewajiban untuk
memelihara fitrah dan mengembangkannya.
Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang
melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk
mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai
tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah
masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.
3.
Ruang Lingkup Pendidikan islam
Dengan mengacu pada pendapat Zakiah Darajat dan Neong Mihadjir,
konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak
hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan), ibadah
(ritual), dan akhlak (norma-etika) saja, tetapi jauh lebih luas daripada semua
itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki pandangan yang sama
bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai bidang: Diantaranya bidang
keagamaan, akidah dan amaliah, akhlak dan budi pekerti, fisik-biologi, eksak,
mental-psikis, dan kesehatan (Roqib, 2009: 21-22) Dari penjelasan di depan
maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:
1.
Setiap proses perubahan menuju arah kemajuan dan perkembangan
berdasarkan ruh ajaran islam.
2.
Perpaduan antara pendidikan jasmaniah, akal (intelektual), mental,
perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).
3.
Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-zikir,
ilmiah-amaliah, materiil-spiritual, individu-sosial, dan dunia-akhirat.
4.
Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagi hamba
Allah („abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah
dan fungsi kekhalifahan sebagai khalifah Allah (khalifatullah) yang diberi
tugas untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan, melestarikan dan
memakmurkan alam semesta (rahmatan lil „alamin) (Roqib, 2009: 22).
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya ruang lingkup
pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang mencakup dan berhubungan
dengan kehidupan manusia.
4.
Pembe
lajaran Nilai-nilai Pendidikan Islam
Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu selanjutnya
diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya
pendidikan. Hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi
nilai. Proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses
penyesuaian terhadap nila (Muhaimin dan Mujib, 1993: 127).
Lebih dari itu fungsi pendidikan Islam adalah pewarisan dan
pengembangan nilai-nilai dienul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat
dan kebutuhan tenaga disemua tingkat dan bidang pembangunan bagi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Nilai pendidikan Islam perlu
ditanamkan pada anak sejak kecil agar mengetahui nilai-nilai agama dalam
kehidupannya (Muhaimin dan Mujib, 1993: 127).
Bagi para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua sangat perlu
membekali anak didiknya dengan materi-materi atau pokok-pokok dasar
pendidikan sebagai pondasi hidup yang sesuai dengan arah perkembangan
jiwanya. Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik
yaitu, keimanan, akhlak, ibadah.
a.
Nilai
Pendidikan keimanan (aqidah Islamiyah)
Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan
penuh keyakinan, tak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta mempengaruhi
orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian. Al Ghazali
mengatakan iman adalah megucapkan dengan lidah, mengakui benarnya
dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan (Zainudin, 1991:
97).
Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut
mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan
pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keislaman
seseorang. Pembentukan iman harus diberikan pada anak sejak kecil,
sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Nilai-nilai keimanan harus
mulai diperkenalkan pada anak dengan cara :
1)
Mempe
rkenalkan nama Allah SWT dan Rasul-Nya
2)
Membe
rikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisahkisah teladan
3)
Mempe
rkenalkan ke-Maha-Agungan Allah SWT (Nippan dan Halim, 2001:
176).
Rasulullah SAW. adalah orang yang menjadi suri tauladan
(uswatun hasanah) bagi umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang
tua. Beliau mengajarkan pada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai
keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola dasar pembinaan iman
(Aqidah) yang harus diberikan pada anak, yaitu membacakan kalimat
tauhid pada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan RasulNya, mengajarkan Al-Qur'an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan
pengorbanan (Hafizh, 1997: 110).
Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan Al-Qur'an pada
anak-anaknya sejak kecil. Pengajaran Al-Qur'an mempunyai pengaruh
yang besar dalam menanamkan iman (aqidah) yang kuat bagi anak. Pada
saat pelajaran Al-Qur'an berlangsung secara bertahap mereka mulai
dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan mereka dan
Al-Qur'an adalah firman-firman-Nya yang diturunkan pada Nabi
Muhammad SAW.
Iman (aqidah) yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang
merupakan hal yang penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah
satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai
pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini
kebenarannya (Hafizh, 1997:147). Semakin kuat nilai pengorbanannnya
akan semakin kokoh aqidah yang ia miliki.
Nilai pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok
bagi kehidupan yang sesuai fitrahnya, karena manusia mempunyai sifat
dan kecenderungan untuk mengalami dan mempercayai adanya Tuhan.
Oleh karena itu penanaman keimanan pada anak harus diperhatikan dan
tidak boleh dilupakan bagi orang tua sebagai pendidik.
Hal ini telah ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW
sebagai berikut : Dari Abu Hurairah r.a. berkata : bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda :
ٗٔ‫ا‬١‫ّج‬٠ ٚ‫ ٔصشأٗ أ‬ٚ‫دأٗ أ‬ٛٙ٠ ٖ‫ا‬ٛ‫ اٌفطشة فؤب‬ٍٝ‫ٌذع‬ٛ٠‫ٌذ‬ِٛ ً‫و‬
)ٍُ‫اٖ ِغ‬ٚ‫(س‬
“Tidaklah seseorang yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci
dari kesalahan dan dosa), maka orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani, dan Majusi. (HR. Muslim) (Mustafa, 1993: 578).
Melihat ayat dan hadits diatas dapat diambil suatu pengertian
bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan perkembangan
selanjutnya tergantung pada orang tua dan pendidiknya, maka orang tua
wajib mengarahkan anaknya agar sesuai dengan fitrahnya. Nilai
pendidikan keimanan termasuk aspek-aspek pendidikan yang patut
mendapatkan perhatian pertama dan utama dari orang tua.
Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan sebuah
keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh
kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keIslaman
seseorang. Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak
dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai
hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam
kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu
yang mengandungya (Daradjat, 1993: 60).
Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih kecil, dapat
mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya
dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam
al Qur‟an tentang Luqmanul Hakim adalah orang yang diangkat Allah
sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah
dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang perlu
mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh
baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan ditiru oleh anakanaknya begitu juga sebaliknya.
Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan sebagai
salah satu pokok dari pendidikan kesalehan anak. Dengannya dapat
diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang
beriman kepada Allah SWT. melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bias
membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.
b.
Nilai
Pendidikan Ibadah
Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang
bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah
Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang mengabdikan diri
pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim
dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah. Sejak dini anakanak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai ibadah dengan cara:
a. Mengajak anak ke tempat ibadah
b. Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah
c. Memperkenalkan arti ibadah (Nippan dan Halim, 2001: 179).
Pendidikan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna
dari pendidikan aqidah. Karena nilai ibadah yang didapat dari anak akan
menambah keyakinan kebenaran ajarannya. Semakin nilai ibadah yang ia
miliki maka akan semakin tinggi nilai keimanannya.
Pembinaan ketaatan ibadah pada anak juga dimulai dalam
keluarga, kegiatan ibadah yang dapat menarik bagi anak yang masih kecil
adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan sholat,
meniru orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya
itu (Daradjat, 1993: 64). Nilai pendidikan ibadah bagi anak akan
membiasakannya melaksanakan kewajiban.
Pedidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam
yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa
manusia supaya selalu ingat kepada Allah. oleh karena itu ibadah
merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya dimuka bumi. Allah
berfirman dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56:
﴾٥٦﴿ ُِْٚ‫َ ْعبُذ‬١ٌِ ‫َاٌْئِٔظَ إٌَِا‬ٚ َِٓ‫ََِا خٍََمْجُ اٌْج‬ٚ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
menyembahKu”. ( QS. Adz Dzaariyat: 56 ) (Sahryainforma , Al-Qur‟an
Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)).
Sementara itu, menurut Suryana dkk (1996: 82-83) ibadah adalah
perhambaan seorang manusia kepada Allah sebagai pelaksanaan tugas
hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah. Ibadah ada dua macam,
yaitu ibadah khusus atau ibadah mahdhah dan ibadah umum atau ibadah
ghairu mahdhah.
Ibadah khusus adalah ibadah langsung kepada Allah yang telah
ditentukan macamnya, tata cara dan syarat rukunnya oleh Allah dalam Al
Quran atau melalui sunnah rasul dalam haditsnya. Pelanggaran terhadap
tata cara dan syarat rukun dalam ibadah ini menjadikan ibadah tersebut
tidak sah atau batal. Ibadah merupakan kegiatan manusia, baik yang
bersifat ubudiyah maupun yang bersifat mu‟amalah adalah dikerjakan
dalam rangka penyembahan kepada Allah dan mencari keridhoan-Nya.
Suatu pekerjaan bernilai ibadah atau tidak tergantung kepada niatnya dan
Islam menuntut agar kehidupan manusia itu harmonis dan seimbang baik
hubungannya dengan Tuhan maupun alamsekitarnya.
Adapun ibadah umum atau ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah
yang jenis dan macamnya tidak ditentukan, baik oleh Al Quran maupun
sunnah rasul, akan tetapi ibadah ini menyangkut perbuatan apa saja yang
dilakukan oleh seorang muslim. Perbuatan itu dapat dipandang sebagai
ibadah, apabila perbuatan itu bukan termasuk yang dilarang Allah atau
rasul-Nya, dan dilakukan dengan niat karena Allah.
Aqidah adalah fondamen dalam kehidupan Islam sedangkan ibadah
adalah manifestasi daripada iman itu. Kuat atau lemahnya ibadah
seseorang ditentukan oleh kualitas imannya. Demikian pula sikap
seseorang dalam menerima dan melaksanakan petunjuk-petunjuk dan
perintah-perintah Tuhan serta sikap menjauhi larangan-larangan-Nya.
Semua itu adalah aturan Allah yang menunjukkan sikap mental seseorang
terhadap Allah terhadap kualitas iman seseorang yang dibuktikan dengan
pelaksanaan ibadah secara sempurna dan realisasi aturan Allah dalam
kehidupannya.
c.
Pendidi
kan Akhlak
Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat
(Mustafa, 2009: 11). Adapaun definisi akhlak menurut istilah ialah
kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah
karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi pekarti, dilihat dari segi
pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan mulia, seperti:
jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka beramal, berani dalam
kebenaran, dan sebagainya.
Namun perlu diketahui bahwa akhlak tidak terbatas pada
penyusunan hubungan antara manusian dengan manusia, juga mengatur
hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini
bahkan lebih dari itu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
(Attarbiyah, No. 2 Th. XIII/Juli 2002: 312)
Dengan demikian dari definisi pendidikan dan akhlak di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar
yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik
pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada
Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara kontinue
dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
d. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural masih diartikan sangat ragam, dan belum
ada kesepakatan, apakah pendidikan multikultural tersebut berkonotasi
pendidikan tentang keragaman budaya, atau pendidikan untuk membentuk
sikap agar menghargai keragaman budaya. Kamanto Sunarto menjelaskan
bahwa pendidikan multikultural biasa diartikan sebagai pendidikan
keagamaan budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan
sebagai pendidikan yang menawarkan ragam model untuk keragaman
budaya masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan untuk
membina sikap (Rosyada, 2006: 28). Pendidikan multikultural mempunyai
beberapa karakteristik dalam pengimplementasiannya.
Menurut Zakiyyudin Baidhawy (2005:78), karekteristik dari
pendidikan multikultural tersebut meliputi tujuh komponen, yaitu belajar
hidup dalam perbedaan, membangun tiga aspek mutual (saling percaya,
saling pengertian, dan saling menghargai), terbuka dalam berfikir,
apresiasi dan interdependensi, serta resolusi konflik dan rekonsiliasi
nirkekerasan.
Kemudian
dari
karakteristik-karakteristik
tersebut,
diformulasikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai back up strategis
(baca:dalil), bahwa konsep pendidikan multikultural ternyata selaras
dengan ajaran-ajaran Islam dalam mengatur tatanan hidup manusia di
muka bumi ini, terutama sekali dalam konteks pendidikan.
Karakteristik
belajar
hidup dalam
perbedaan.
Selama
ini
pendidikan lebih diorientasikan pada tiga pilar pendidikan, yaitu
menambah pengetahuan, pembekalan keterampilan hidup (life skill), dan
menekankan cara menjadi “orang” sesuai dengan kerangka berfikir peserta
didik. Kemudian dalam realitas kehidupan yang plural, ketiga pilar
tersebut kurang mumpuni dalam menjawab relevansi masyarakat yang
semakin majemuk. Maka dari itu diperlukan satu pilar strategis yaitu
belajar saling menghargai akan perbedaan, sehingga akan terbangun relasi
antara
personal
dan
intra
personal
(http://id.shvoong.com/social-
sciences/1918568-pendidikan-multikultural). Dalam terminology Islam,
realitas akan perbedaan tak dapat dipungkiri lagi, sesuai dengan Q.S. AlHujurat:13
ُُْ‫ا إَِْ أَوْشََِى‬ُٛ‫َ َلبَائًَِ ٌِخَعَاسَف‬ٚ ً‫با‬ُٛ‫َجَعَ ٍَْٕاوُُْ شُع‬ٚ َٝ‫َأُٔث‬ٚ ٍ‫َا إٌَاطُ ِإَٔا خٍََ ْمَٕاوُُ ِِٓ رَوَش‬ُٙ٠‫َا َأ‬٠
﴾ٖٔ﴿ ٌ‫ش‬١ِ‫خب‬
َ ٌُ١ٍَِ‫عِٕذَ اٌٍَِٗ َأحْمَاوُُْ إَِْ اٌٍََٗ ع‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1
Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. (CD-ROM)).
Ayat ini menekankan bahwa Allah SWT menciptakan manusia
yang terdiri dari berbagai jenis kelamin, suku, bangsa, serta interprestasi
yang berbeda-beda.
5. Materi Pendidikan Islam
1.
Tauhid/akidah
Materi pendidikan tauhid atau aqidah ini diantaranya adalah:
1)
R
ukun Iman
Para guru dan orang tua diharapkan dapat menjelaskan rukun iman
kepada anak sebagai landasan keberimanan anak. Adapun rukun iman
itu ada enam.
(1)
I
man kepada Allah
(2)
I
man kepada malaikat Allah
(3)
I
man kepada kitab Allah
(4)
I
man kepada rosul Allah
(5)
I
man kepada hari kiamat
(6)
I
man kepada qadha dan qadar.
2. Ibadah
1) Thaharah (bersuci)
Anak didik mesti dipahamkan bahwa thaharah adalah
kebersihan jasmani, pakaian, dan tempat. Ini adalah makna thaharah
secara lahiriah. Adapun makna thaharah secara batin adalah
membersihkan hati dari sifat dengki, iri, pelit, dan benci (Mustafha,
2009: 96).
2) Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa Arab ialah “do‟a”, tetapi
yang dimaksud disini adalah “ibadat yang tersusun dari beberapa
perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan
salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan (Rasjid, 2005:
53).
a. Shalat fardlu
Shalat fardlu diwajibkan atas setiap muslim yang baligh dan
berakal. Adapun shalat yang diwajibkan adalah
a) Shalat subuh dikerjakan sebanyak dua rakaat dengan bacaan keras.
b) Shalat dhuhur dikerjakan empat rakaat dengan bacaan pelan.
c) Shalat ashar dikerjakan empat rakaat dengan bacaan pelan.
d) Shalat maghrib tiga rakaat. Dua rakaat pertama dikerjakan dengan
bacaan keras, rakaat ketiga dikerjakan dengan bacaan pelan.
e) Shalat isya‟ empat rakaat. Dua rakaat pertama dikerjakan dengan
bacaan keras, sedangkan dua rakaat terakhir dikerjakan dengan
bacaan pelan (Musthafa, 2009: 102).
b. Shalat sunnah
Selain shalat fardlu ada beberapa shalat sunnah yang diatur
tersendiri, baik waktu maupun pelaksanaannya.
a)
Shalat jamaah
b)
Shalat „Idain (shalat sunnah dua hari raya)
c)
Shalat terawih (shalat sunnah yang dilakukan pada malam
bulan Ramadhan dan dilakukan setelah shalat isya‟)
d)
Shalat witir (shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat
isya‟ dan dilakukan dengan bilangan yang ganjil)
e)
Shalat rawatib ( shalat sunnat Rawatib ialah shalat sunnat
yang mengikuti shalat fardlu yang lima) (Rasjid, 2005: 140-153).
3) Puasa
a) Pengertian Puasa
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan
diri dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu,
menahan bicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya (Rasjid,
2005: 220).
Puasa secara istilah adalah menahan diri dari
makanan, minuman, dan seluruh yang membatalkan puasa, mulai
dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat puasa di
bulan ramadhan (Musthafa, 2009: 109).
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh 187:
﴾ٔ٨٧﴿ ِ‫َدِ َِِٓ اٌْفَجْش‬ٛ‫ع‬
ْ َ‫ْطِ األ‬١‫خ‬
َ ٌْ‫َطُ َِِٓ ا‬١‫أل ْب‬
َ ‫ْطُ ا‬١‫خ‬
َ ٌْ‫ََٓ ٌَىُُُ ا‬١‫ َخ َب‬٠َ َٝ‫حخ‬
َ ْ‫ا‬ُٛ‫َاشْ َشب‬ٚ ْ‫ا‬ٍُُٛ‫َو‬ٚ
Artinya : “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar” (Sahryainforma , Al-Qur‟an
Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)).
Dalam berpuasa ada hal-hal yang harus dilakukan, hal-hal
yang disunnatkan dan hal-hal yang dilarang. Hal yang diwajibkan
dalam berpuasa adalah yang termasuk rukun puasa, diantaranya
niat puasa pada malam hari. Hal yang di sunnatkan diantanya
adalah sahur, shalat tarawih, berbuka dengan air atau kurma
terlebih dahulu, berdo‟a ketika berbuka, banyak bersedekah,
banyak membaca Al-Qur‟an.
b) Sunnah puasa
1. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin
bahwa matahari sudah terbenam.
2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis atau dengan
air.
3. Berdo‟a sebelum berbuka puasa
4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud
supaya menambah kekuatan ketika puasa..
5. Mengakhirkan makan sahur.
6. Memberikan makanan untuk berbuka kepada orang yang
berpuasa.
7. Hendaknya memperbanyak sedekah selama bulan puasa.
8. Memperbanyak membaca Al-Qur‟an (Rasjid. 2005:238240).
4) Zakat
a. Pengertian zakat
Zakat secara bahasa adalah suci dan berkembang. Sedang
secara istilah fiqh adalah hak tertentu yang diwajibkan Allah SWT.
Pada harta jika sudah mencapai jumlah tertentu (nishab) (Musthafa,
2009: 106).
1)
Zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan sebelum sholat
idul fitri sebanyak 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan
menurut tiap-tiap tempat (Negara).
2)
Waktu Penyerahan Zakat Fitrah
Waktu wajib membayar zakat fitrah adalah sewaktu
terbenamnya matahari pada malam hari raya. Namun, tidak ada
halangan bila dibayar sebelumya, asal masih dalam bulan puasa
(Rasjid, 2005: 209).
3. Akhlak
Secara umum pendidikan akhlak meliputi kemampuan anak
membedakan antara sikap baik dan buruk. Termasuk beberapa prinsip
dasar yang harus dipegang anak, seperti berlaku benar, jujur, menghormati
yang lebih tua, mengasihi yang muda, suka menolong, dan lain-lain. Juga
beberapa hal yang harus dikenal sebagai keburukan yang ditinggalkan
seperti bohong, tamak, takabbur, perbuatan tercela seperti mencuri dan
lain sebagainya (Rif‟ah, 2002: 342). Ini bisa menjadi materi dalam akhlak
bagi anak-anak yang harus diajarkan secara bertahap dan dengan
menggunakan metode yang dapat membantu proses pembelajaran.
2. Metode Pendidikan Islam
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani
“metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Arifin, 1996: 51). Sehingga
dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pendidikan.
1. Pendekatan-pendekatan dalam Pendidikan Islam
Dalam
proses
pendidikan
Islam,
pendekatan
mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia
menjadi sarana yang bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam
kurikulum pendidikan, sehingga dapat dipahami atau diserapoleh anak
didik dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah
laku.
Untuk memahami lebih jauh tentang pendekatan-pendekatan yang
dipakai dalam pendidikan Islam, pada pembahasan ini akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pendekatan Filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, Pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari
dengan nilai nilai ajaran islam menurut konsep filosofis, bersumberkan
kitab suci Al-qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Pendekatan
filosofis ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau
“homo
rational”
sehingga
segala
sesuatu
yang
menyangkut
pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan
berfikir dapat dikembangkan (Arief, 2002: 100).
Akal
atau
rasio
memang
mempunyai
potensi
untuk
menakhlukkan dunia. Tetapi jangan sampai mempertuhankan akal.
Karena hal itu akan menggelincirkan keimanan terhadap ajaran agama.
Sebaiknya, akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaranajaran agama. Dengan begitu, keyakinan terhadap agama yang dianut
bertambah kokoh (Djamarah dan Zain, 2005: 76).
Pendekatan filosofis, al-qur‟an memberikan konsepsi secara
kongkrit dan mendalam. Terbukti dengan adanya penghargaan Allah
SWT. Kepada manusia yang selalu menggunakan pikirannya. Hal ini
dijelaskan dalm Al-qur‟an surat Al-baqarah ayat 269:
َ‫َزَوَشُ إِّال‬٠ ‫ََِا‬ٚ ً‫شا‬١ِ‫ْشاً َوث‬١‫خ‬
َ َٟ‫ ِح‬ُٚ‫ؤْثَ اٌْحِىَّْتَ فَمَذْ أ‬٠ُ ََِٓٚ ُ‫َشَاء‬٠ َِٓ َ‫ اٌْحِىَّْت‬ِٟ‫ُؤح‬٠
﴾ٕ٦٩﴿ ِ‫اْاألَ ٌْبَاب‬ٌُْٛٚ‫ُأ‬
“ Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang
Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah
dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
(Sahryainforma, Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah,
Tafsir. ( CD-ROM)).
b. Pendekatan Induksi-Deduktif
1. Pendekatan Induksi
Pendekatan
induksi
adalah
suatu
pendekatan
yang
pengenalisaannya secara ilmiah, bertolak dari kaidah (hal-hal atau
peristiwa khusus untuk menentukan hukun (kaidah) yang bersifat
umum (universal). Atau dengan kata lain penentuan kaidah umum
berdasarkan kaidah-kaidah khusus (Arief, 2002: 102). Al-Qur‟an
banyak
memberikan contoh tentang proses berfikir
mengambil
kesimpulan
terhadap
fakta-fakta
yang
guna
telah
dikumpulkan.
Salah satu ayat yang memberikan contoh adalah surat alGhasiyah ayat 17-20:
ٌَِٝ‫َإ‬ٚ . ْ‫ْفَ سُفِ َعج‬١‫ اٌغََّاء َو‬ٌَِٝ‫َإ‬ٚ . ْ‫ْفَ خٍُِمَج‬١‫ اٌِْئبًِِ َو‬ٌَِٝ‫َْ إ‬ُٚ‫َٕظُش‬٠ ‫أَفٍََا‬
.‫ْفَ عُطحج‬١‫ اٌْؤَسْضِ َو‬ٌَِٝ‫َإ‬ٚ .‫صبَج‬
ِ ُٔ َ‫ْف‬١‫جبَايِ َو‬
ِ ٌْ‫ا‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gununggunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan?” (Sahryainforma, Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an,
Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)) .
2. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif
adalah kebalikan dari pendekatan
induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus
ke umum, sementara deduksi adalah sebaliknya, yaitu suatu cara
analisis ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum
(universal) kepada hal-hal yang bersifat khusus. Tujuan dari
pendekatan induksi dan deduksi adalah untuk melatih siswa agar
terbiasa berfikir ilmiah, membandingkan, menimbang antara
bagian-bagian dan mengambil kesimpulan dan prinsip-prinsip
umum tersebut (Arief, 2002: 103).
c. Pendekatan Sosio-Kultural
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa manusia
adalah makhluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga
dipandang sebagai “homo socius” dan “homo sapiens” dalam
kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan (Arief, 2002: 104). Pada
hakekatnya, manusia itu di samping sebagai makhluk individual juga
sebagi makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendiri,
terpisah dari manusia-manusia yang lain. Manusia senantiasa hidup
dalam kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga atau kelompok yang
lebih luas lagi yaitu masyarakat.
Pendekatan ini sangat
efektif dalam membentuk sifat
kebersamaan siswa dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun
lingkungan masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada aspek
tingkah laku di mana guru hendaklah dapat menanamkan rasa
kebersamaan, dan siswa dapat menyesuaikan diri, baik dalam individu
maupun sosialnya (Arief, 2002: 104).
d. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan
islam adalah penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan
pada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari
(Arief, 2002: 105). Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak
bukanlah hanya sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi
kehidupan anak, baik secara individu maupun sosial.
e. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang.
Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Emosi mempunyai
peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Maka dari itu pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau
perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan
dan pengajaran terutama untuk pendidikan agama Islam. Pendekatan
emosional di sini adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan
emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran
agamanya (Djamarah dan Zain, 2005: 75).
2. Macam-macam Metode Pendidikan Islam
Dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi
PBM, sebuah ungkapan popular kita kenal dengan: “metode jauh lebih
penting dari materi”. Demikian urgennya metode dalam proses belajar
mengajar, sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil
bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode (Arief, 2002: 109).
Penjelasan-penjelasn tentang metode-metode yang dapat dipakai
dalam pendidikan dan pengajaran Islam dapat dilihat sebagai berikut:
a. Metode tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada
siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru (Djamarah dan Zain.
2005:107).
b.
Metode
Pemberian Tugas atau resetasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan
dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar (Djamarah dan Zain. 2005: 96).
c.
Me
tode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian yang dilakukan guru
dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung (Djamarah
dan Zain. 2005: 140).
d.
Me
tode Uswatun Hasanah (Keteladanan)
Metode keteladanan maksudnya adalah hal-hal yang dapat
ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain, namun keteladanan
yang dimaksud disini adalah keteladanan
yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu
keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayatalqur'an (Arief. 2002: 54).
e.
Me
tode Pembiasaan
Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan
islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah cara yang dapat
dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan
bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam (Arief. 2002:
110).
f.
Me
tode Nasihat (Mauidhoh)
Al-Qur‟an Al-karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang
menyentuh hati untuk mengarahkan manusia pada ide yang
dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan nasihat ( Nata.
1997: 98).
g. Metode Hukuman
Dalam bahasa Arab “hukuman” diistilahkan dengan “iqab”, Jaza, dan
„uqubah”. Kata “iqab” bisa berarti balasan (Arief, 2002: 129). Dalam
ayat Al-Qur‟an pengertian hukuman dijelaskan salah satunya oleh
surat Ali Imran ayat 11.
ُ‫ذ‬٠ِ‫َاٌٍُّٗ شَذ‬ٚ ُِِْٙ‫ب‬ُٛٔ‫َا ِحَٕا فَؤَخَ َزُُُ٘ اٌٍُّٗ بِ ُز‬٠‫اْ بِآ‬ُٛ‫ُِْ وَ َزب‬ٍِْٙ‫َٓ ِِٓ َلب‬٠ِ‫َاٌَز‬ٚ َْْٛ‫ع‬
َ ْ‫وَذَأْبِ آيِ فِش‬
﴾ٔٔ﴿ ِ‫اٌْعِمَاب‬
Artinya: (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir`aun
dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayatayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosadosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya (Sahryainforma,
Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. (
CD-ROM)) .
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa kata “iqab” ditujukan kepada
balasan
dosa
sebagai
akibat
dari
perbuatan
jahat
manusia.
Hubungannya dengan pendidikan Islam “iqab” berarti:
1. Alat pendidikan preventif dan represif yang paling menyenangkan.
2. Imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta anak (Arief,
2002: 131).
Dalam pendidikan Islam juga bisa digunakan metode lain
dalam penyampaian materi pembelajaran. Salah satu metode yang bisa
digunakan adalah metode observasi atau metode peniruan. Teori
belajar ini berdasar pada teori Albert Bandura.
3. Teori Belajar Observasi Bandura
Albert
Bandura
adalah
salah
seorang
behavioris
yang
menambahkan aspek kognitif terhadap behaviorisme sejak tahun 1960.
Pengembangan teorinya merujuk kepada pandangan Skinner (Yusuf dan
Nurihsan, 2008: 132).
Teori belajar sosial Bandura tentang kepribadian didasarkan
kepada formula bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi
timbal balik yang terus menerus antara factor-faktor penentu: internal yang
meliputi: (kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi
kegiatan manusia), dan eksternal yang meliputi: (lingkungan). Proses ini
disebut “reciprocal determinism”, dalam mana manusia mempengaruhi
nasibnya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi mereka juga
dikontrol oleh kekuatan-kekuatan lingkungan tersebut. Teori belajar sosial
menempatkan “reciprocal determinism” sebagai prinsip dasar untuk
menganalisis fenomena psikologi dalam berbagai tingkat yang kompleks,
terentang dari perkembangan intapersonal, tingkah laku interpersonal,
fungsi interaksi organisasi sampai ke system lain (Yusuf dan Nurihsan,
2008: 133).
Dalam hal lain, Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme
yang mempercayai bahwa kerpibadian dibentuk melalui belajar. Namun ia
berpendapat bahwa “conditioning” bukan proses mekanis, manusia
menjadi partisipan yang pasif. Sebaliknya, manusia itu aktif memcari dan
memproses informasi tentang lingkungannya, agar dapat memaksimalkan
hasil yang menyenangkan.
Unsur penting lainnya dalam teori pembelajaran sosial adalah
asumsi bahwa pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses
peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling). Seperti yang kita lihat,
ide bahwa orang meniru model prilaku tertentu dan menerima penguatan
atas apa yang dilakukannya itu adalah ide yang umum terdapat dalam
teori-teori S-R (stimulus-respon) tradisional (Salkind, 2009: 285-256).
Belajar
melalui observasi terjadi ketika respon organism
dipengaruhi oleh hasil observasinya terhadap orang lain, yang disebut
model. Bentuk belajar ini memerlukan perhatian (attention) terhadap
tingkah laku
model yang diobservasi, sehingga dipahami dampak-
dampaknya, dan menyimpan informasi tentang tingkah laku model itu ke
dalam memori.
Beberapa model mungkin lebih berpengaruh dari model yang
lainnya. Anak atau orang dewasa cenderung mengimitasi orang (model)
yang
disenangi
karena
memiliki
daya
tarik
tertentu
(seperti
penampilannya, perilakunya, atau kepopulerannya). Proses imitasi ini
dipengaruhi oleh adanya kesamaan antara yang mengimitasi dengan model
(seperti kesamaan seks), atau karena tingkah laku model itu memberikan
dampak yang positif.
Menurut teori belajar sosial, model itu memilki dampak yang
sangat besar terhadap perkembangan kerpibadian. Anak-anak belajar
untuk bersikap asertif, percaya diri, atau mandiri melalui observasi kepada
orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti itu. Orang lain yang
menjadi model adalah orang tua, saudara, guru, atau teman. Dalam
kehidupan masyarakat dewasa ini, banyak prilaku model diambil dalam
bentuk simbolik. Film dan televise menayangkan contoh-contoh tingkah
laku yang dapat mempengaruhi para observer (penonton). Bandura, Ross,
dan Ross menemukan bahwa model-model hidup, film, bahkan kartoon
animasi dapat menjadi model yang diimitasi oleh anak-anak yang
menontonnya (Yusuf LN dan Nirihsan, 2008: 134).
Dengan adanya belajar melalui peniruan, banyak sekali hal yang
dapat di tiru oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua
sebagai pendidik utama harus bisa mengarahkan anak untuk dapat meniru
yang bersifat positif, sehingga anak terarah kepada hal yang bersifat
positif.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah :
1. Attentional processes (proses memperhatikan). Sebelum sesuatu
dipelajari sebagai model ia harus diperhatikan dulu. Hal yang
mempengaruhi proses memperhatikan antara lain:
a. Kapasitas sensori seseorang. Stimuli model yang digunakan untuk
mengajar anak dengan cacat buta dengan anak penglihatan normal.
b. Pengukuh yang pernah dirasakan observer. Pengalaman akan
pengukuh sebelum dapat menciptakan persepsi bagi observer yang
mempengaruhi observasi di masa yang akan dating.
c. Karateristik model. Model yang banyak memiliki kesamaan
dengan observer seperti usia sama, jenis kelamin sama, memiliki
status lebih tinggi, dihormati, kompetensi tinggi serta dianggap
kuat dan aktraktif dianggap lebih efektif. Model yang memberi
efek
menguntungkan
lebih
diperhatikan
dibanding
yang
mendatangkan punishemt (hal yang tidak menyenangkan).
2. Retentional processes (proses penyimpanan). Informasi berguna yang
diperoleh harus disimpan. Informasi tersebut disimpan melalui dua
cara:
a. Imaginally stored symbol yakni simpanan informasi dalam bentuk
gambaran actual pengalaman ketika melakukan observational
learning.
b. Verbally stored symbols yakni bentuk simpanan informasi berupa
konsep verbal (words).
c. Behavioral production processes (proses terbentuknya perilaku).
Proses ini menentukan sejauh mana apa yang telah dipelajari dapat
diterjemahkan dalam prilaku.
3. Motivational processes (proses motivasional). Bagi bandura fungsi
reinforcemen atau pengukuh ada dua.
a. Menciptakan harapan dalam diri observer bahwa jika berprilaku
seperti model yang dilihat, maka dia akan mendapat pengalaman
menyenangkan seperti aktifitas tertentu atau perasaan tertentu.
b. Berperan sebagai insentif karena telah menerjemahkan belajar
dalam performansi. Proses motivasional berarti proses yang
memotivasi observer agar menggunakan apa yang telah dipelajari.
(Sriyanti dkk, 2009: 104-106).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Nilainilai Pendidikan Islam
Pembelajaran terkait dengan bagaimana (How To) membelajarkan
siswsa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan
terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (What to) yang
teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (Needs) peserta didik.
Karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di
dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik
isi bidang studi pendidikan yang terkandung di dalam kurikulum atau
kurikulum ideal/potensial.
Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan
mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum
dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar
terwujud dalam diri peserta didik (Muhaimin, 2002: 145).
1. Kondisi pembelajaran Pendidikan Islam
Kondisi pembelajaran Pendidikan Islam dapat di klasifikasikan menjadi :
a. Tujuan pembelajaran Pendidika Islam
Tujuan pendidikan Islam adalah sejalan dengan pendidikan hidup
manusia dan peranannya sebagai makhluk Allah SWT yaitu semata-mata
hanya beribadah kepada-Nya (Achmadi, 1992: 63)
b. Ruang Lingkup bidang studi Pendidikan Islam
Aspek-aspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi dan
konstruk atau tipe isi bidang studi PAI berupa fakta, hukum atau dalil,
konsep, prinsip atau kaidah, prosedur dan keimanan yang menyajikan
kebenaran Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia.
c. Karakteristik peserta didik
Adalah kualitas perseorangan peserta didik memiliki karakteristik yang
berbeda seperti, bakat gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan
kognitif, social budaya, dan sebagainya.(Muhaimin, 2002: 150).
2. Metode pembelajaran PAI
Metode pendidikan yang berdaya guna dan berhasil guna dan
menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran
agama Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar
anak didik secara mantap (Muhaimin dan Mujib, 2003: 232). Disamping
berdaya guna untuk mengantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang
dicita-citakan (Muhaimin dan Mujib, 2003: 230).
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi :
(1) staregi pengorganisasian,
(2) strategi penyampaian,
(3) strategi pengelolaan pembelajaran.
Strategi
pengorganisasian
adalah
suatu
metode
untuk
mengorganisasi isi bidang study PAI yang pilih untuk pembelajaran.
Pengorganisasian isi bidang study mengacu pada kegiatan pemilihan isi,
penataan isi, pembuatan diagram, skema dan sebagainya.
Strategi penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode
penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat
siswa dapat merespon dan meneriama pelajaran PAI dengan mudah, cepat,
dan
menyenangkan.
Strategi penyampaian ini
berfungsi
sebagai
penyampai isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan
informasi yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja
(hasil kerja). Ada tiga komponen dalam strategi penyampaian ini, yaitu
(1) Media pembelajaran
(2) Interaksi media pembelajaran dengan peserta didik
(3) Pola atau bentuk belajar mengajar.
Pemilihan media pembelajaran PAI sekurang-kurangnya dapat
mempertimbangkan beberapa hal yakni: kecermatan representative, tingkat
interaktif yang mampu ditimbulkan, tingkat kemempuan khusus yang
dimilikinya. Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya dan tingkat
biaya yang diperlukannya. Interaksi peserta didik dengan media berarti
bagaimana peran media pembelajaran dalam meragsang kegiatan belajar
peserta didik. Setiap media pembelajaran PAI yang direncanakan
hendaknya dipilih, ditetapkan dan dikembangkan sehingga dapat
menimbulkan interaksi peserta didik dengan pesan-pesan yang di bawa
media pembelajaran.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata
interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode
pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari segi ilmu, seni dan
atau keterampilan yang digunakan pendidikan dalam upaya membantu
(memotivasi, membimbing, membelajarkan, memfasilisasi ) peserta didik
sehingga mereka (Muhaimin, 2002: 151-155).
3. Hasil pembelajaran PAI
Dalam hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat
yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode
pembelajaran PAI dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil
pembelajaran PAI dapat berupa hasil nyata ( actual out-come ) dan hasil
yang di inginkan ( desired out-come ). Actual out-come adalah hasil
belajar PAI yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya
suatu metode pembelajaran PAI tertentu yang dikembangkan sesuai
dengan kondisi yang ada.
Sedangkan desired out-come merupakan tujuan yang igngi dicapai
yang biasanya sering memepengaruhi keputusa perancang pembelajaran
PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik
untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada
(Muhaimin, 2002: 148).
Pembelajaran merupakan proses untuk meramu sarana dan
prasarana pendidikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Kualitas
lulusan pendidikan sangat ditentukan oleh seberapa jauh guru itu mampu
mengelola dan mengolah segala komponen pendidikan melalui proses
pembelajaran. Meskipun sarananya lengkap tetapi jika guru tidak mampu
mengolah sarana melaluli proses pembelajaran, maka kualitas pendidikan
akan terasa hambar. Ibarat makanan guru adalah juru masak, yang
senantiasa memiliki kemampuan meramu bumbu sehingga makanan terasa
lezat.
Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas
pendidikan menjadi baik atau rendah mutunya. Artinya pembelajaran
sangat tergantung dari kemampuan seorang pengajar atau guru dalam
melaksanakan
atau
mengemas
proses
pembelajaran
sehingga
menghasilkan sesuai dengan apa yang di inginkan pada tujuan
pendidikan.Begitu juga dalam pembelajaran nilai pendidikan Islam ,
metode dan tekhnik yang digunakan seorang pengajar
sehingga pembelajaran nilai-nilai pendidikan dapat
harus tepat
berhasil dan
menghasilkan out put yang berkompeten dalam segala bidang. Melalui
beberapa faktor yang menjadi penyebab keberhasilan pembelajaran PAI di
atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya pembelajaran nilai
pendidikan itu akan berhasil jika didukung oleh segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses pembelajaran.
D. Film Kartun
1.
Pengertian Film Kartun
Kata film berasal dari bahasa inggris yang telah di Indonesiakan,
maknanya dapat kita lihat dalam kamus umum bahasa Indonesia, bahwa
film adalah “
1. Barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seloluit empat gambar
potret negatif (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop);
2.
Lakon (cerita) gambar hidup;”(Poerwadarminta, 2006: 213).
Secara sederhana film kartun adalah film animasi yang dibuat
dengan memotret lukisan atau gambar. Gambar film disusun dalam serial
flas yang sangat cepat, yakni berupa lembaran gambar yang membentuk
cerita dan saling terkait lengkap dengan karakter tokoh yang dibangun
(Junaidi,2010: 17). Pengertian yang lain adalah Film Aniamsi atau kartun
adalah film yang dibuat dengan menggambar setiap frame satu persatu
kemudian dipotret, setiap gambar frame merupakan gambar dengan posisi
yang berbeda yang kalau diserikan akam menghasilkan kesan gerak
(Baweis, 2007: 13).
Menurut Kusnadi (dalam Bawais, 2007: 8) kartun merupakan
sebuah gambar yang bersifat representasi atau simbolik. Sebuah kartun
bisa dijabarkan sebagai sebuah cerita panjang. Kartun memiliki potensi
setara dengan sejuta kata-kata. Sebuah kartun lahir dari beribu-ribu pikiran
yang terpendam. Seperi diungkapkan Kusnadi bahwa corak kartun yang
jenaka ini dalam kenyataannya sangat berkemampuan sebagai pengungkap
permasalahan kehidupan yang luas dan aneka ragam sekitar kita.
Kehidupan yang mengarah berbagai kecenderungan warna hidup.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk mengungkap realita sosial yang ada, maka seseorang dapat
menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian, Dilihat dari pendekatan,
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif Bogdan
dan Taylor mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut,
Kirk dan Miller mendifinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong,
2002: 3).
Analisis data penelitian ini dengan menggunakan content analysis
(analisis isi). Menurut Berelson mendifisinikan kajian isi sebagai teknik
penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan
kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian
isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur
untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen.
Sedangkan menurut Krippendorff yaitu kajian isi adalah teknik penelitian
yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari
data atas konteksnya (Moleong, 2002: 164).
Dari beberapa pendapat diatas yang lebih cenderung pada penelitian ini
adalah pendapat Weber yang mana kajian isi mempunyai pengertian
metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk
menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Terkait
dengan penelitian ini yang meneliti dokumen film kartun “Upin & Ipin” yang
bersumber dari VCD.
Guba dan Lincoln seterusnya menguraikan prinsip dasar kajian isi
seperti yang dikemukakan disini. Ciri-ciri kajian isi ada lima:
1. Proses mengikuti aturan. Setiap langkah dilakukan atas dasar aturan dan
prosedur yang disusun secara eksplisit. Aturan itu harus berasal dari
kriteria yang ditentukan dan prosedur yang ditetapkan. Analisis
berikutnya yang akan mengadakan pengkajian harus menggunakan aturan
yang sama, prosedur yang sama, dan kriteria yang juga sama sehingga
dapat menarik kesimpulan yang sama pula.
2. Kajian isi adalah proses sistematis. Hal ini berarti dalam rangka
pembentukan kategori sehingga memasukkan dan mengeluarkan kategori
dilakukan atas dasar aturan yang taat asas. Jadi, apabila aturan talah
ditetapkan, hal itu harus diterapkan dengan prosedur yang sama, terlepas
dari apakan menurut analisis atau tidak.
3.
Kajian isi merupakan proses yang diarahkan untuk menggeneralisasi.
Pada masa yang akan dating, penemuan hendaknya memerankan sesuatu
yang relevan dan teoritis. Atau dalam pengertian penelitian ilmiah,
penemuan itu harus mendorong pengembangan pandangan yang terkait
dengan konteks dan dilakukan atas dasar contoh selain dari contoh yang
telah dilakukan atas dasar dokumen yang ada.
4. Kajian isi lebih menekankan analisis secara kuantitatif, namun hal ini
dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif (Moleong, 2008: 220221).
B. Unit Analisis
Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus yang diteliti.
Unit analisis suatu penelitian dapat berupa benda, individu, kelompok,
wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan fokus penelitiannya. Dalam skripsi
ini unit analisisnya berupa benda, yakni Film kartun Upin dan Ipin dalam
DVD 31 IN 1 dengan mengoreksi nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam film tersebut. Dengan dibatasi pada subyek yang dikaji ini,
diharapkan nantinya tidak akan melebar pada persoalan-persoalan yang jauh
dari subyek-subyek tersebut. Alasan peneliti mengambil obyek penelitian pada
film kartun “Upin & Ipin” adalah film kartun ini sangat digemari oleh anakanak khususnya dan orangtua umumnya. Dalam film kartun “Upin & Ipin”
terdapat banyak contoh yang dapat kita tiru dan kita ambil sebagai bahan
untuk membelajarkan anak-anak.
C. Jenis dan Sumber Data
Ada banyak sekali jenis dan sumber data yang digunakan untuk
mendapatkan data, akan tetapi tidak semua teknik ini dapat digunakan karena
dalam hal ini harus disesuaikan dengan site yang menjadi subyek penelitian.
Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian kali ini adalah:
1. Data primer
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer, yaitu
dengan menggunakan tayangan Film Kartun Upin & Ipin yang berupa
DVD 31 IN 1 yang sudah beredar di Indonesia. Adapun episode yang
menjadi pokok obyek penelitian adalah Gosok Tak Gosok, Air Kolah Air
Laut, Basikal baru, Berkebun, Esok Puasa, Dugaan, Taraweh, Tamak,
Lailatul Qodr, Zakat Fitrah, Tadika, Istimewa Hari Raya.
2. Data sekunder
Data sekunder di peroleh dari literatur Al-Qur‟an, Hadits, bukubuku, majalah, surat kabar, internet, serta penelitian-penelitian terdahulu
yang akan di gunakan untuk menambah perspektif dan ketajaman analisis
peneliti dalam menjawab permasalahan penelitian ini.
D. Tehnik Pengumpulan Data
1.
Metode Dokumentasi
Data Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan
berbagai sumber data dalam penelitian kali ini adalah metode
dokumentasi (documentation research methode) dan observasi. Model
metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya
(Arikunto, 1996 : 233). Dari pencarian data
model dokumentasi tersebut, diharapkan terkumpulnya dokumen atau
berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian data yang akan diteliti dan
dianalisa lebih lanjut.
2.
Metode Observasi
Pengumpulan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
menggunakan
metode observasi
yaitu
dengan
cara
mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara langsung pada tayangan film kartun
“Upin & Ipin” berdasarkan kategorisasi yang telah dilakukan.
E. Tahap-Tahap Penelitian
Langkah- langkah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi dan Penelitian Permasalahan
Sebagaimana penelitian sosial lainnya, analisa isi juga di mulai
dengan menentukan permasalahan. Penentuan masalah penelitian ini
diawali dengan mengungkap lebih dahulu latar belakang pentingnya
permasalahan
tersebut.
Kemudian
dilakukan
perumusan
masalah
penelitian, tujuan penelitian dan perumusan hal-hal mendasar lainnya.
Hasil langkah kedua ini berbentuk pengajuan judul penelitian ke jurusan
dan penyusunan proposal penelitian.
2. Menyusun Kerangka Pemikiran
Setelah judul dan proposal penelitian selesai disusun dan disetujui,
maka disusun kerangka pemikiran terkait dengan konsep-konsep utama
yang terdapat dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran diperlukan untuk
panduan dalam kegiatan koleksi data sehingga data yang akan
dikumpulkan benar-benar terfokus sesuai dengan permasalahan penelitian.
3. Menyusun Perangkat Metodologi
Dalam tahap ini peneliti merumuskan dan menentukan hal-hal
sebagai berikut
a. Pendekatan dan jenis penelitian
b.
menentukan sasaran penelitian
c. Menentukan jenis dan sumber data
d. Menentukan tahap tahap penelitian
e. Menentukan teknik pengumpulan data
f. Menentukan teknik analisis data
4. Pengumpulan Data
Langkah keempat ini merupakan inti penelitian ini yaitu
mengumpulkan data deskripsi penelitian yang berupa gambaran singkat
gambaran, alur cerita dan latar belakang penayangan Film kartun “Upin &
Ipin” tersebut. Adapun sumber data peneliti adalah berupa data primer dan
data sekunder, data primer adalah dokumentasi film kartun “Upin & Ipin”
serta data sekunder adalah berupa refensi-referensi terkait yang diambil
buku, dokumen, makalah dan dari situs-situs yang berhubungan dengan
data primer. Adapun tahapan pengumpulan data, adalah sebagai berikut:
Melakukan Analisis Data dengan membaca semua catatan yang dibuat
selama proses penelitian dan mengulang dalam bab selanjutnya, data yang
diperoleh selama proses berlangsung.
5. Interprestasi Temuan Data
Penelitian ini berakhir pada upaya penafsiran atau interpretasi
terhadap hasil analisis data. Sesuai dengan tujuan analisis isi kualitatif,
maka diharapkan penelitian ini akan mampu mengkaji teks-teks yang telah
tersedia dan latar belakang pembuatan film kartun Upin dan Ipin tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan melakukan observasi pada film
kartun “Upin & Ipin”. Dengan melakukan observasi maka peneliti
memperoleh data, setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis
sementara untuk mengetahui data yang telah ada. Selanjutnya dilakukan
pengkodingan terhadap data-data yang ada. Mc Millian dan Schumacher
(Dalam Sundusiah, 2010: 12) menyatakan Coding is a process of dividing
data into parts by classification system (koding adalah proses membagi data
ke dalam bagian-bagian sistem klasifikasi.
Menurut Mc Millian dan Schumacher (Dalam Sundusiah, 2010: 12)
seorang peneliti ketika melakukan pengodean menggunakan salah satu sistem
pengklasifikasian sebagai berikut :
1. Segmenting the data into units of content called topic (less than 25-30) and
grouping the topics into larger clusters to form categogories. Membagibagikan data pada muatan unit-unit yang disebut topik (kurang lebih 2530) dan mengelompokkan topik-topik ke dalam kumpulan data yang lebih
besar untuk membentuk kategori.
2. Starting with pretermined categories of no more than four six and breaking
each category into smaller subscategories. Memulai dengan kategorikategori yang ditentukan sebelumnya (tidak lebih dari 4-5) lalu memecah
kategori menjadi sukategori yang lebih kecil;
3. Combining the strategies, using some pretermined categories and adding
discovered new categories. Mengombinasikan strategi-strategi dengan
menggunakan beberapa kategori yang ditentukan sebelumnya dan
menambahkan kategori-kategori yang baru ditemukan -13).
Setelah proses koding selasai maka langkah selanjutnya adalah
kategorisasi data, data yang telah diberi kode dikategorisasikan apakah
ternasuk dalam nilai pendidikan akidah, akhlak, ibadah atau multicultural.
Langkah selanjutnya adalah analisis data dan interpretasi data. Setelang
seluruh data dianalisis dan diinterpretasikan selanjutnya dilakukan uji
keabsahan data. Peneliti meminta bantuan pengamat lain untuk melakukan,
menyaksikan dan koding. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji
triangulasi peneliti, peneliti meminta bantuan pengamat lain untuk melakukan,
menyaksikan dan koding. Langkah terakhir
yang dilakukan adalah
mensintesakan (memadukan) koding pertama dari peneliti dan koding kedua
dari pengamat lain, sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Untuk lebih jelas
langkah-langkah analisis data digambarkan dengan bagan di bawah ini:
Film kartun “Upin &
Ipin”
Observasi terhadap film
kartun “Upin & Ipin”
Analisis data sementara
Analisis data sementara
Melakukan koding
terhadap data
Mengkategorikan data
yang telah dikode
Analisis dan interpretasi
data
Uji keabsahan data
Kesimpulan
Gambar: Langkah-langkah analisis (penelitian).
G. Uji Keabsahan Data
Setiap penelitian memerlukan uji keabsahan atau uji validitas, dan
pemeriksaan terhadap keabsahan data mutlak yang dilakukan sehingga penelitian
tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Untuk
menguji kebenaran dan kejujuran penelitian dalam mengungkapkan realitas,
peneliti menggunakan Analisis Triangulasi.
Triangulasi peneliti adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data (Kriyantoro dalam Budiarto, 2007: 34) .
BAB IV
PEMBAHASAN
B.
Film Kartun “Upin & Ipin”
“Upin & Ipin” adalah film animasi anak-anak yang diproduksi oleh
sebuah rumah industry media bernama Les Copaque dari Selangor Malaysia
dan didirikan pada 14 September 2007. Awalnya, film kartun yang sudah
berusia dua tahun ini, menjadi serial film kartun yang bertujuan untuk
menghayati dan merayakan bulan suci Ramadhan, dan disiarkan oleh stasiun
televisi swasta TV9, sebagai stasiun televisi yang fokus kepada penonton
Melayu, remaja, dan anak-anak.
“Upin & Ipin” bercerita tentang dua anak kembar yang bernama Upin
dan Ipin. Mereka adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama kakaknya
yang bernama Kak Ros, juga neneknya yang dipanggil Opah. Pada tayangan
awal ini, dengan judul “Upin & Ipin,” mereka menjadi tukang cerita yang
membagikan pengalaman mereka selama bulan puasa.
Pada tahun 2009, tema judul serial ini ditambah, “Upin & Ipin setahun
kemudian”, di mana tokoh-tokohnya juga mengalami rentang usia dengan
tayangan perdana. Sebagai prolog tetap ditampilkan dua sosok ini, tetapi pada
tayangan terbaru narasi dialog mereka yang semula, “Ini kisah kami berdua,”
menjadi “Ini kisah kami semua.” selain Upin, Ipin, Kak Ros, dan Opah,
terdapat beberapa pemain yang ikut meramaikan keseharian mereka dalam
serial animasi ini. Mereka di antaranya : Rajoo, Ehsan, Fizi, Mei-Mei, Mail,
Jarjit, Atuk (Datuk=kakek) Dalang (Junaidi, 2010: 86).
1.
Sejarah pembuatan film kartun “Upin & Ipin”
Pada awalnya termasuk sebagai gagasan film Geng: Pengembaraan
Bermula, Upin dan Ipin dibuat oleh Mohd Nizam Abdul Razak, Mohd
Safwan Abdul Karim dan Usamah Zaid, para pemilik Les‟ Copaque.
Ketiganya merupakan bekas mahasiswa dari Multimedia University,
Malaysia yang awalnya bekerja sebagai pekerja di sebuah organisasi
animasi sebelum akhirnya bertemu dengan bekas pedagang minyak dan
gas, Haji Burhanuddin Radzi dan istrinya bernama H. Ainon Ariff pada
tahun 2005, lalu membuka organisasi Les‟ Copaque.
Pada awalnya “Upin & Ipin” ditayangkan khusus untuk
menyambut Ramadhan pada tahun 2007 untuk mendidik anak-anak
mengenai arti dan kepentingan bulan suci. Kata Safwan, “Kami memulai
seri animasi empat menit ini untuk menguji penerimaan pasar lokal serta
mengukur bagaimana reaksi pada kemampuan penceritaan kami.”
Sambutan meriah terhadap kartun pendek ini mendorong Les‟ Copaque
agar menerbitkan satu musim lagi menyambut bulan Ramadan yang
seterusnya.
Nizam percaya
bahwa aspek kebudayaan Malaysia
yang
berlatarkan sebagai sebuah kampung yang sederhana pasti dapat menarik
minat pasar internasional. Seperti pada kartun animasi Doraemon asal
Jepang dapat laris di seluruh dunia meskipun berlatarkan budaya setempat
dan bukannya budaya internasional. Reputasi Les‟ Copaque sebagai
organisasi terkenal mulai dibentuk oleh popularitas Upin & Ipin bukan
saja di Malaysia, tetapi di beberapa negara lain yang mengimport kartun
ini khususnya Indonesia.
Pada tahun 2009, Nizam, Safwan dan Anas meninggalkan Les‟
Copaque untuk mendirikan sebuah studio animasi terbaru, yaitu
Animonsta Studios; namun seri animasi “Upin & Ipin” masih tetap
diteruskan di bawah pimpinan Haji Burhanuddin sebagai direktur
(http://www.adipedia.com/sejarah-pembuatan-film-upin-dan-ipin/).
2. Sejarah penyiaran Film Kartun “Upin & Ipin”
a. Musim pertama (2007)
Musim pertama Upin & Ipin disiarkan pada 7.30 malam Jumat,
Sabtu dan Minggu, bersamaan dengan menyambut bulan Ramadhan
dan Idul Fitri, yang menceritakan Upin dan Ipin yang sedang belajar
menghayati bulan yang mulia. Empat episode pertama diperkenalkan
pada awal bulan puasa, diikuti untuk hari berikutnya antara 22
September dan 11 Oktober yang disiarkan ulang dan diakhiri dengan
dua episode baru bersamaan dengan menyambut Lebaran. Seri ini
memenangkan anugerah animasi terbaik di Festival Film Antara
bangsa Kuala Lumpur 2007.
b. “Upin & Ipin” Setahun Kemudian (2008)
Musim kedua pula disiarkan pada pukul 7.00 malam setiap
episode. Musim kali ini terdiri dari 12 episode, yang episode yang
paling awal disiarkan pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu sepanjang
bulan Ramadan (tayangan pertama di separuh awal bulan, ulangan di
separuh akhir bulan) dan episode kedepannya lagi bersamaan dengan
menyambut Hari Raya Idul Fitri dari 1 hingga 6 Syawal.
c. “Upin & Ipin” dan Kawan-Kawan (2009)
Musim ketiga Upin & Ipin bermula pada 2 Februari 2009.
Sehingga pertengahan bulan Mei, tiga episode ditayangkan (termasuk
siaran ulang) setiap minggu pada hari Senin hingga Sabtu, jam 7
malam, diikuti siaran tiga dalam satu pada hari Minggu, dari pukul
7.00 hingga 7.30 malam. Mulai 14 Mei, waktu siaran Upin & Ipin
ditayangkan kepada akhir minggu, yaitu Jumat sampai Minggu, jam
5.30 sore. Pada bulan September, siaran “Upin & Ipin” dikembalikan
pada setiap hari Senin hingga Minggu dengan episode-episode baru
bersamaan dengan menyambut bulan puasa dan libur sekolah akhir
tahun. Episode baru terkini selama ini, Kembara ke Pulau Harta Karun
(bagian
VIII)
keluar
pada
30
Desember
2009
(http://www.adipedia.com/sejarah-pembuatan-film-upin-dan-ipin/).
d. Film Kartun “Upin & Ipin” di Indonesia
Film kartun yang sangat populer dan sangat di gemari
masyarakat ini pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2007 dan
ditayangkan di TVRI dalam musim pertamanya yang berisi episode 6.
Sejak tahun 2008 TPI menjadi stasiun yang berhak menyiarkan film
kartu “Upin & Ipin” sampai tahun 2010 (Junaidi, 2010: 88).
3. Karakter Pemain Dalam Film Kartun Upin & Ipin
Film kartun Upin & Ipin ini didukung oleh para pemain yang
dalam dunia nyata ada sosok aslinya. Mereka yang menjadi tokoh dalan
film kartun “Upin & Ipin” ini mempunyai sikap dan karakter sendirisendiri yang unik dan memperkaya nilai-nilai yang hendak diangkat dalam
film kartun ini. Mereka akan kita bahas satu persatu.
1. Upin
Upin ialah saudara kembar Ipin, hanya lima menit lebih tua. Dia lebih
banyak bicara dan selalu mendalangi perangai anak kembar ini. Dia
dapat dibedakan dari adiknya melalui sehelai rambut di kepalanya.
Upin selalu memakai kaos warna kuning yang bertuliskan huruf “U”.
2. Ipin
Ipin ialah adik kembar Upin. Dia dikenali karena sering mengulang
perkataan "betul betul betul" sebagai tanda setuju . Dia amat
menggemari ayam goreng. Ipin selalu menggenakan kain merah
dilehernya dan memakai kaos warna biru yang bertuliskan huruf “I”.
3. Kak Ros adalah kakak Upin dan Ipin. Dari luar ia nampak garang
tetapi sebenarnya dia seorang kakak yang penyayang. Dia suka
mempermainkan adik-adiknya.
4. Mak Uda (Opah)
Mak uda adalah nenek Upin, Ipin dan Ros. Dia berhati bersih dan
sering memanjakan Upin dan Ipin. Ia mengetahui banyak hal duniawi
dan keagamaan. Ia lebih sering dipanggil Opah.
5. Fizi
Fizi adalah teman Upin dan Ipin. Dia bersifat penuh keyakinan dan
amat dimanjakan orang tuanya. Terkadang dia kelihatan suka besar
mulut, tetapi sebenarnya baik hati dan menyayangi orangtuanya. Dia
sering terlihat berdua dengan Ehsan.
6. Ehsan
Ehsan ialah sepupu Fizi. Meskipun suka makan, menyendiri dan
cerewet, dia tetap seorang teman setia. Ehsan di rumah sering
dipanggil dengan panggilan Bobob. Sedangkan oleh Fizi ia terkadang
dipanggil intan payung atau anak manja.
7. Rajoo
Rajoo ialah berketurunan India. Ia lebih tua lima tahun dibandingkan
Upin dan Ipin. Oleh karena itu seolah-olah ia menjadi kakak kepada
mereka. Mereka bertiga selalu bermain bersama di kampung mereka.
8. Mei-Mei
Mei Mei ialah anak perempuan berketurunan Cina. Dia teman
sepermainan dan juga teman sekelas Upin dan Ipin. Selain cantik dan
banyak menyayanginya. Mei-Mei adalah anak terpintar di kelasnya.
9. Mail
Mail adalah seorang teman sekelas Upin dan Ipin. Dia juga turut serta
dalam pekerjaan nakal kakak beradik kembar ini tetapi ia gegabah dan
tidak bisa diandalkan. Sepanjang bulan Ramadhan, musim kedua, Mail
tidak pernah menunaikan puasa walaupun sudah cukup umur, tetapi
dia juga membantu ibunya menjual makanan di Pasar Ramadhan. Di
kelasnya dan di kalangan teman-temannya ia dijuluki Mail 2 seringgit.
10. Jarjit
Jarjit adalah dari keturunan Sikh Benggali. Dia adalah teman sekelas
Upin dan Ipin.Dia selalu ikut serta dalam permainan anak-anak lain,
namun setiap kali terjadi sesuatu yang menyebabkannya ditinggalkan.
Dia pandai berpantun dan berteka-teki.
11. Cikgu
Jasmin
atau
Bu
Guru
Jasmin
(PN
Jasmin
Ally)
Guru kelas Upin dan Ipin dan kawan-kawan di sekolah Tadika. Di
episode ke 9, Cik Ghu Jasmin terlihat tidak berpuasa ketika bulan
Ramadhan dengan sebab-sebab yang tidak jelas. Mungkin karena
sedang datang bulan.
12. Atuk Dalang.
Kakek yang merupakan tetangga Upin dan Ipin. Dia adalah orang yang
baik terhadap dua saudara kembar itu. Dia sangat kaya akan tetapi dia
pelit dan sangat malas karena ia sering menyuruh keduanya untuk
membersihkan
rumahnya.
(http://ediginting.blogspot.com/2010/03/upin-ipin-yang-kocak-
abis.html).
C.
A
nalisis dan Temuan
1. Nilai Pendidikan Akidah
a.
B
eriman kepada Allah
Iman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama. Maknanya,
kita wajib beriman dan mempercayai bahwa Allah SWT. Adalah tuhan
yang Esa tiada sekutu baginya. Dia yang menciptakan dan member rizki
kepada kita, Dia yang menghidupkan dan mematikan ( Mustafa, 2009:
74). Dalam pendidikan anak tahap awal pendidikan yang harus
ditanamkan adalah tentang akidah. Mempercayai bahwasanya Allah itu
ada dan selalu mengawasi kita dalam segala sesuatu yang kita kerjakan.
Dalam film kartun Upin dan Ipin hal ini ditampilkan dalam episode
dugaan dengan dialog sebagai berikut:
Upin dan Ipin
Mei-mei
Rajo
Upin dan ipin
Rajo
: ye ye menang ye ye…
: ha tu lah Rajo sebab kamu kita kalah
: mane ade kau lah berat sangat!
: ha … penatnye
: ha sebab kalian berdua menang mari belanja bareng
minum.
Upin dan Ipin : ok
Mei-mei
: he tak boleh kalian berdua kan puase…
Upin dan Ipin : puase-puase…
Rajo
: alah orang tak tau…
Mei-mei
: tak boleh, you punya Tuhan ooo, nanti aaa nanti
Tuhan marah
(Menonton 08 Juli 2010, pukul 20.00 WIB).
Dalam dialog ini mengandung pendidikan Islam bahwasanya
Tuhan selalu ada dan selalu mengawasi apapun yang kita lakukan,
dimanapun dan kapanpun, baik itu ada orang yang melihat atau tidak.
Penanaman percaya bahwasanya tuhan selalu mengawasi kita harus
ditanamkan sejak anak-anak, sehingga setelah dewasa nanti anak akan
terbiasa berbuat jujur dan selalu percaya bahwasanya segala tingkah laku
kita berada dalam pengawasan Allah. Dalam mendidik anak diperlukan
cara atau metode agar apa yang disampaikan menarik dan dapat difahami
anak dengan muda. Dalam menanamkan pendidikan akidah dalam episode
ini digunakan metode nasehat (mauizhoh).
2. Nilai pendidikan ibadah
Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam
yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa
manusia supaya selalu ingat kepada Allah. oleh karena itu ibadah
merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya dimuka bumi. Allah
berfirman dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:
٥٦﴿ ُْٚ‫َ ْعبُذ‬١ٌِ ‫َاٌْئِٔظَ إٌَِا‬ٚ َِٓ‫ََِا خٍََمْجُ اٌْج‬ٚ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
menyembahKu”. ( QS. Adz Dzaariyat: 56 ) (Qur‟an Player 2.1).
Dalam film kartun "Upin & Ipin" ini
terdapat banyak sekali
pembelajaran tentang ibadah. Awalnya, film kartun yang sudah berusia
dua tahun ini, menjadi serial film kartun yang bertujuan untuk menghayati
dan merayakan bulan suci Ramadhan. Sehingga banyak nilai pendidikan
ibadah yang berkaitan dengan amalan-amalan Ramadhan yang terkandung
dalam film kartun “Upin & Ipin”.
a. Puasa
Nilai pendidikan ibadah tentang puasa ini banyak terdapat pada
episode-episode dalam film kartun Upin dan Ipin. Salah satunya dalam
episode “Esok Puasa”. Dalam episode ini diterangkan tentang
pengertian puasa. Hal ini terdapat pada dialog antara Upin dan Ipin,
Opah, dan Kak Ros.
Kak Ros : besok kita dah dapat pause Opah
Opah
: nah kau orang berdue kuatkan pause
Ipin
: pause …? Boleh-boleh …
Upin
: puasa itu ape Opah?
Opah
: pause itu kita tak boleh makan, minum, dari pagi sampai
petang.
(Menonton tanggal 8 Juli 2010, pukul 10.00 WIB).
Dari cuplikan dialog ini kita bisa mengambil nilai pendidikan
ibadah dengan materi pengertian puasa.
Puasa secara istilah adalah
menahan diri dari makanan, minuman, dan seluruh yang membatalkan
puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat
puasa di bulan ramadhan (Musthafa, 2009: 109). Penyampaian nilai
pendidikan ini menggunakan metode tanya jawab yang terjadi antara
Upin, Ipin dan Opah.
b. Niat
Niat puasa merupakan salah satu rukun puasa. Rukun puasa
merupakan syarat sahnya puasa. Niat pada malamnya, yaitu setiap
malam selama sebulan Ramadhan. Yang dimaksud dengan malam
puasa ialah malam yang sebelumnya. Dalam film kartun “Upin & Ipin”
ada penggalan episode yang menayangkan bagaimana cara niat dan
lafazd niat puasa.
Opah
: nah makan kenyang-kenyang lepas tu baca
niat …
Upin dan Ipin : macam mana nak niat ?
Opah
: nah bace bismillah
Upin dan Ipin :
‫َ غذ عٓ أدا فشض‬ٛ‫ج ص‬٠ٛٔ ُ١‫بغُ اهلل اٌشاحّٓ اٌشاح‬
ٜ‫ش سِضاْ ٘زٖ اٌغٕج هلل حعاي‬ٙ‫اٌش‬
(Menonton film kartun “Upin & Ipin tanggal 8 Juli 2010, 13.00 WIB).
Dalam film ini pembelajaran niat puasa disampaikan lewat
metode
pembiasaan
yang
tergambar
pada
bagaimana
membiasakan Upin dan Ipin untuk membaca niat puasa.
c. Hal-hal yang di sunnahkan dalam puasa.
a) Makan sahur
Opah
Ibadah sahur adalah salah satu hal yang di sunnahkan dalam
puasa. Makan sahur ditengah malam dengan maksud supaya
menambah kekuatan ketika puasa. Rosulullah saw bersabda:
‫س بشوت‬ٛ‫ا فاْ اٌغح‬ٚ‫ حغحش‬: ٍُ‫ع‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ع‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫عٓ أظ لاي سع‬
)ٍُ‫ِغ‬ٚ ٜ‫اٖ اٌبخش‬ٚ‫(س‬
Dari Anas, “Rosulullah saw bersabda “makan sahurlah kamu,
sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkat (menguatkan
badan menahan
lapar dan dahaga).” (Riwayat Buhkori dan
Muslim) (Sunarto, 1993: 106).
Pengertian dan pelaksanaan sahur ini terdapat pada
cuplikan episode “Esok puasa” yang terjadi antara Opah dan Upin
dan Ipin.
Opah
: malam ni tidur cepat, malam nanti boleh bangun
tuk sahur.
Upin dan Ipin : sahur …? Apa pula itu Opah?
Opah
: sahur tu, pagi-pagi kite bangun, boleh kita makan,
minum, lepas tu bolehlah kita tahan puase.
(Menonton tanggal 9 Juli 2010, pukul 09.45 WIB).
Membiasakan anak dalam mengerjakan segala sesuatu
adalah metode yang efektif dalam pembelajaran. Karena dari
membiasakan anak melakukan hal yang baik akan menjadikan
anak terbiasa untuk melakukan hal yang baik tanpa rasa berat.
b)
Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang
dilakukan dalam bulan Ramadhan. Ibadah ini dilakukan setelah
shalat isya‟ selama bulan Ramadhan. Dalam film kartun “Upin &
Ipin” pembelajaran tentang shalat taraweh disampaikan oleh Opah
kepada Upin dan Ipin.
Upin dan Ipin : Kak Ros cepatlah kite orang nak shalat tawareh ni,
iye besolek lah tu…
Upin
: Opah shalat tawareh tu ape?
Opah
: hiiss taraweh, shalat taraweh itu ade dalam bulan
pause saje, siape kerjakennya banyak pahala die…
(Menonton tanggal 09 Juli 2010, pukul 07.30 WIB).
Dalam episode ini anak dikenalkan dengan shalat taraweh
dan dibiasakan untuk mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.
Membiasakan anak melakukan shalat taraweh merupakan salah
satu pembelajaran untuk mengajarkan kepada anak tentang ibadah
sunnah di malam bulan Ramadhan.
c)
Berbuka dengan air atau kurma
Menyegerakan berbuka dengan minum air putih ataupun
makan kurma adalah salah satu hal yang disunnahkan dalam puasa.
Sahabat Anas berkata “Rosulullah pernah berbuka dengan ru‟tab
(kurma gemading) sebelum shalat, kalau tidak ada dengan kurma,
kalau tidak ada juga beliau minum beberapa teguk.”(Riwayat Abu
Daud dan Tirmizi) (Rasjid, 2005: 238-239).
Dalam film kartun “Upin & Ipin” pembelajaran tentang
sunnah puasa tentang berbuka dengan air atau kurma ini terdapat
pada episode yang berjudul “Dugaan” dimana dalam episode ini
dijelaskan oleh Opah bagaimana seharusnya kita jika berbuka.
Upin dan Ipin : ye… dah boleh buke…
: Upin! minum air dulu … eee… nah makan kurma
ni.
(Menonton 10 Juli 2010, pukul 08.00 WIB)
Opah
Dalam hal ini Opah menyampaikan nilai pembelajaran
dengan menggunakan metode pembiasaan. Dalam kaitannya dengan
pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa metode pembiasaan
adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak
didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran
agama Islam (Arief, 2002: 110).
Opah membiasakan Upin dan Ipin mendahulukan minum
dan makan kurma ketika berbuka puasa dengan tujuan agar Upin
dan Ipin terbiasa
melakukan sunnah puasa
yang
berupa
mendahulukan minum air putih dan makan kurma, sehingga anak
terbiasa melakukan hal yang baik itu. Pembiasaan sangat efektif jika
penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil.
Karena anak memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut
dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari.
d)
Berdo‟a sewaktu berbuka puasa.
Ibnu Umar pernah melihat Rosulullah apabila beliau
berbuka, beliau berdo‟a. Hal ini yang menjadikan kita disunnatkan
berdo‟a terlebih dahulu ketika berbuka. Film kartun “Upin & Ipin”
juga menayangkan episode yang menyampaikan bagaimana cara
kita berbuka dan mengajarkan do‟a ketika berbuka.
: e…e … bace do‟a dulu
: ُ١‫بغُ اهلل اٌش حّٓ اٌشح‬
: hai pendeknye… itu do‟a orang lapar! Do‟a yang
benar.
Upin dan Ipin : ‫ سصله أفطشث‬ٍٝ‫ع‬ٚ ‫به إِٔج‬ٚ ‫ُ ٌه صّج‬ٌٍٙ‫بشحّخه ا‬
Opah
Ipn dan Ipin
Opah
ٓ١ّ‫ا أسحُ اٌشاح‬٠
(Menonton tanggal 11 Juli 2010, pukul 09.35 WIB)
Pembelajaran ini ditampilkan juga menggunakan metode
pembelajaran pembiasaan. Sebagai awal dalam proses pemdidikan,
pembiasaan
merupakan
cara
yang
sangat
efektif
dalam
menanamkan niali-nilai Islam pada jiwa anak.
e)
Memperbanyak sedekah
Dalam sebuah hadits ada satu contoh yang dapat kita
contoh dalam melakukan sunnat puasa. Sahabat pernah bertanya
kepada Rosulullah, “kapankah sedekah yang lebih baik?”
Rosulullah menjawab “sedekah yang paling baik adalah sedekah
pada bulan Ramadhan (Riwayat Tirmizi) (Rasjid, 2005: 240).
Dari hadits ini kita bisa mengambil makna bahwasanya
sedekah itu bisa dilakukan kapan saja, akan tetapi lebih baik jika
dilakukan ketika bulan ramadhan. Film kartun “Upin dan Ipin”
juga menayangkan tentang bagaimana kita harus sedekah dalam
bulan Ramadhan.
Opah
: Upin, Ipin nah antar ke rumah atuk dalang
Upin dan Ipin : hah ape ni Opah?
Opah
: anter makanan tuk atuk dalang.
Upin dan Ipin : opah masak banyak ke, cukup tuk kite makan
opah?
Opah
: hiss cukup, bulan Ramadhan baik kita
memperbanyak sedekah.
(Menonton tanggal 11 Juli 2010, pukul 09.45 WIB).
Pembelajaran dalam film kartun “Upin & Ipin” ini terlihat
dengan menggunakan metode pembiasaan. Dalam mendidik anak
untuk terbiasa berakhlak yang baik, metode pembiasaan memang
sangat efektif.
f)
Bertadarus (Memperbanyak membaca AlQur‟an).
Memperbanyak membaca Al-Qur‟an merupakan sunnah
puasa. Hal ini mengikuti sunnah rosul. Makna sunnah puasa ini
juga terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”. Dalam episode
“Lailatul Qodr”.
d.
Lailatul Qadr
Lailatul Qadar adalah satu malam yang mempunyai
kelebihan disbanding dengan malam yang lain. Hal ini telah
dijelaskan oleh Al-Qur‟an surat Al-Qadar:
ِ‫ٍَْتُ اٌْمَذْس‬١ٌَ ﴾ٕ﴿ ِ‫ٍَْتُ اٌْمَذْس‬١ٌَ ‫ََِا أَدْسَانَ َِا‬ٚ ﴾ٔ﴿ ِ‫ٍَْتِ اٌْمَذْس‬١ٌَ ِٟ‫ِإَٔا أَٔضَ ٌَْٕاُٖ ف‬
﴾ٖ﴿ ‫ْش‬َٙ‫ْشٌ ِِْٓ أٌَْفِ ش‬١‫خ‬
َ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan ( Al-Alaq: 1-3)( Sahryainforma , Al-Qur‟an
Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CDROM)).
Maka dengan ayat tersebut teranglah bahwa yang
dimaksud dengan kelebihan malam lailatul qadar itu adalah
ganda pahala amal ibadah pada malam itu lebih dari 29.500
ganda sebab dalam ayat tersebut diterangkan bahwa orang
yang beramal ibadah pada malm itu akan mendapat ganjaran
lebih banyak dari seribu bulan. Inilah yang dimaksud dengan
kelebikan malam itu dari malam-malam yang lain.
Film kartun “Upin & Ipin” menampilkan pelajaran
tentang Lailatul Qadr dengan mengajarkan bagaimana
mulianya malam lailatul qadr, malam dimana ibadah kita akan
diganjar dengan berlipat ganda. Pelajaran ini tampak pada
episode “Lailatul Qadr”.
Kak Ros
Upin
Opah
: biarlah Opah, telepas malam lailatul qodr nanti, baru
menyesal
: hah… malam ape Opah
: malam lailatul qadr, malam yang penuh rahmat bagi
umat Islam. Malam yang lebih baik dari seribu bulan,
para malaikat turun ke bumi dengan izin Allah
(Menonton 13 Juli 2010, pukul 13.00 WIB).
Menerangkan kepada anak tentang makna lailatul qadr
adalah pembelajaran yang mengajarkan kepada anak bahwasanya
dalam bulan Ramadhan kita harus bersungguh-sungguh dalam
beribadah, apalagi pada malam-malam yang ganjil sesudah tanggal
dua puluh. Dalam menyampaikan makna lailatul qadr ini film
kartun “Upin & Ipin” menggunakan metode ceramah. Yang
disampaikan lewat sosok opah yang penyabar.
e.
Hal-hal yang membatalkan puasa.
Dalam menjalankan puasa ada hal yang membatalkan
puasa, diantaranya adalah keluarnya darah haid. Hal ini juga
ditampilakan dalam film kartun “Ipin dan Ipin” dimana Ipin
melihat Cik Ghu Jasmine sedang makan ayam goreng. Hal ini
ditanyakan Upin dan Ipin kepada Opah mereka. Namun Opah
menyuruh Upin dan Ipin untuk menanyakan kepada kak Ros. Kak
Ros tidak menjelaskan tentang hal yang membuat Cik Ghu Jasmine
tidak berpuasa, akan tetapi Kak Ros hanya menerangkan bahwa
perempuan mempunyai keistimewaan perempuan dalam berpuasa.
f.
Hikmah mengerjakan puasa
Mengerjakan ibadah puasa terdapat banyak hikmah yang
dapat kita ambil. Dalam buku Fiqih Islam diterangkan bahwasanya
salah satu hikmah melakukan puasa adalah agar kita terdidik
merasa belas kasihan terhadap fakir-miskin karena seseorang yang
telah merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan
dapat mengukur kesedihan dan kesusahan orang yang sepanjang
masa merasakan ngilunya perut yang kelaparan karena ketiadaan.
Dengan demikian, akan timbul perasaan belas kasihan dan suka
menolong fakir miskin (Rasjid, 2005: 223-224).
Dalam film kartun “Upin & Ipin” ada pengajaran yang
menerangkan tentang hikmah berpuasa. Hal ini disampaikan opah
kepada upin dan ipin dengan sangat hati-hati.
Upin
Opah
Upin
Opah
: kenapa kita tak nak pause opah?
: orang islam wajib pause, Tuhan suruh, supaya kita tahu
macem mane rasenye orang yang kelaparan.
: tapi Opah kite rang kecik pule.
: iye lah kecil-kecik kena belajar pause.
(Menonton tanggal 18 Juli, pukul 13.15 WIB).
Penyampaian pelajaran tentang hikmah puasa disampaikan
dengan menggunakan metode tanya jawab antara opah dan Upin.
Dalam menghadapi anak-anak yang banyak bertanya kita harus
pandai menjawab dengan bijak dan dengan jawaban yang dapat
diterima dengan mudah oleh anak.
Dari penjelasan dan pembahasan hal-hal yang terkandung
dalam film kartun”Upin & Ipin” tentang nilai pendidikan ibadah
yang membahas tentang ibadah puasa dan hal-hal yang berkaitan
dengan ibadah puasa film kartun “Upin & Ipin” banyak
menyampaikan nilai pendidikan ibadah dengan menggunakan
dialog antara Upin, Ipin, Opah, Kak Ros dan juga teman-temannya.
g. Zakat
1. Pengertian zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan sebelum sholat
idul fitri sebanyak 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan
menurut tiap-tiap tempat (Negara) (Rasjid, 2005: 207). Dalam
pembagian zakat fitrah telah ditentukan orang-orang yang berhak
menerima zakat, diantaranya adalah fakir, miskin, amil, muallaf,
hamba, orang yang berhutang di jalan Allah, sabilillah, ibnusabil
(Rasjid, 2005: 211).
Film kartun “Upin & Ipin” mengajarkan makna zakat fitrah
dalam episode “Zakat”.
Upin dan Ipin
Opah
: Opah apalah Kak Ros
: macem ni, bulan ramadhan ni, kite yang hidup
senang, cukup makan, cukup pakan, wajib
mengeluarkan zakat fitrah untuk diberi kepade
orang susah, miskin dan ..
Upin dan Ipin
: kenape nak bagi?
Kak Ros
: supaye mereka ade makanan di pagi raye. Jadi
semua orang gembira lah.
(Menonton 19 Juli 2010, pukul 14.50 WIB).
Dari dialog ini kita dapat mengambil pelajaran tentang
pengertian zakat fitrah dan orang-orang yang berhak menerima
zakat fitrah.
Film kartun “Upin & Ipin” kaya akan nilai-nilai
pendidikan. Salah satunya pendidikan ibadah. Dalam beberapa
episode banyak ditemukan dialog ataupun perilaku
yang
mengandung nilai pendidikan ibadah. Dari film kartun “Upin &
Ipin”
ini
kita
dapat
mencontoh
bagaimana
kita
dapat
membelajarkan kepada anak makna ibadah dengan berbagai
metode pembelajaran.
3. Nilai Pendidikan Akhlak
1. Akhlak Mahmudah
a.
Bersyukur
Dilihat dari segi bahasanya, kata syukur berasal dari bahasa
arab
‫شىش شىشا‬٠ ‫ شىش‬yang berarti berterima kasih,bersyukur.
Bersyukur berterima kepada Allah swt, atas karunia yang telah
dianugerahkan kepada dirinya (Abdullah Jazam, dkk, cet. IV: 37)
Dalam film kartun “Upin & Ipin” terdapat episode yang
mengandung nilai pendidikan Akhlak yang berupa menstukuri
nikmat atau rahmat Allah. Dalam hal ini tampak pada tayangan
episode “Air Kolah Air Laut”, yang mana Upin dan Ipin mengeluh
tentang turunnya hujan yang tiada henti, sehingga mereka berdua
tidak bisa bermain.
Upin dan ipin : bile hujan ni nak berhenti?, Bosan betul, betul,
betul.
Opah
: heis tak baik cakap macam tu, hujan tu kan
rahmat, kita patut bersyukur, bukan mengeluh.`
Ipin
: ha, rahmad tu ape opah?
Opah
: rahmad tu pemberian yang baik dari pade Tuhan
tak ada hujan, tumbuh-tumbuhan, binatang akan
mati, kalau air sungai kering ikan pun mati,kita pun
manusia perlukan air
(Menonton 19 Juli 2010, pukul 15.00 WIB).
Dari dialog ini kita bisa mengambil pelajaran tentang nilai
pendidikan Akhlak dengan tema bersyukur atas nikmat Allah.
Dalam dialog antara Opah, Upin dan Ipin kita dapat mengambil
pelajaran bahwa segala sesuatu harus kita syukuri, segala sesuatu
itu datangnya dari Allah SWT. Maka dari itu kita harus
mensyukurinya, begitu juga dengan hujan yang turun, kita harus
mensyukurinya, karena banyak manfaat dari turunnya hujan
tersebut, diantaranya adalah untuk menghidupkan tumbuhtumbuhan, memberikan penghidupan kepada binatang, manusia
pun sangat membutuhkan air, kalau tidak ada hujan, maka akan
terjadi kekeringan. Namun sekarang ini banyak manusia yang tidak
mensyukuri nikmat.
b. Sabar
Sabar adalah menahan sesuatu yang tidak disukai dengan
penuh keridhaan, bukan dengan menggerutu atau mengeluh. Sabar
itu mesti ada ketika sesorang mengerjakan ketaatan dalam ibadah,
ketika
berinteraksi
dengan
sesama
manusia,
dan
ketika
menghindari maksiat`(Mustafa, 2009: 193). Dalam film kartun
“Upin & Ipin” sikap sabar itu tergambar pada sosok Opah yang
selalu sabar dalam menghadapi segala bentuk kenakalan Upin dan
Ipin. Dalam mengajarkan bagaimana berpuasa dan hal-hal yang
berada didalam puasa. Sebagai seorang pendidik ataupun orang tua
seharusnya memiliki sifat sabar. Seorang pendidik hendaknya
bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepad peserta
didik, sehingga materi terserap dalam jiwa peserta didiknya.
Firman Allah (Q.S. Ali-Imron: 200)
َِٓ ِ‫ْ أَشَذَ رِوْشاً فََِّٓ إٌَاط‬ٚ‫اْ اٌٍَّٗ وَزِوْشِوُُْ آبَاءوُُْ َأ‬ُٚ‫خُُ ََِٕاعِىَىُُْ فَارْوُش‬١ْ ‫ض‬
َ ‫فَئِرَا َل‬
﴾ٕٓٓ﴿ ٍ‫خِشَةِ ِِْٓ خَالَق‬٢‫ ا‬ِٟ‫ََِا ٌَُٗ ف‬ٚ ‫َا‬١ْٔ ‫ اٌ ُذ‬ِٟ‫يُ َسَبَٕا آ ِحَٕا ف‬ُٛ‫َم‬٠
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka
berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu
menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau
(bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara
manusia ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1
Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM) ).
Oleh sebab itu, seorang pendidik harus mampu mendidik
dengan sabar, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran bisa
tercapai dengan sempurna.Makna sabar dalam film kartun “Upin &
Ipin” disampaikan dengan menggunakan metode keteladanan,
dimana dapat dilihat dari sikap Opah yang penyabar dalam segala
hal. Anak-anak akan mencontoh ayah dan ibunya dalam berprilaku.
Anak-anak akan meniru kebiasaan dan tingkah laku orang tua dan
saudara-saudaranya. Bila anak sering melihat orang tuanya
bersikap sabar, penuh kasih sayang, maka anak akan terbentuk
menjadi apa yang sering ia lihat, akan tetapi apabila anak sering
melihat orang tuanya yang serih marah, kasar dan mempunyai
akhlak yang tercela, maka anak akan terbentuk menjadi pribadi
yang pemarah, kasar dan mempunyai akhlak yang buruk.
Dari pembelajaran sifat sabar tersebut kita juga bisa
mengambil pelajaran bahwasanya pembelajaran juga bisa terjadi
dengan proses peniruan ataupun modeling. Bahwasanya meniru
orang lain adalah salah satu proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan teori belajar dari Bandura, yang menyatakan bahwasanya
asumsi bahwa pembelajaran pada khakikatnya berlangsung melalui
proses peniruan atau pemodelan. Seperti yang kita lihat, ide bahwa
orang meniru model prilaku dan menerima penguatan atas apa
yang dilakukannya itu adalah ide yang umum (Salkind, 2009: 285286). Dalam hal ini Opah menjadi model yang menampilkan sikap
sabar. Sikap sabar ini bisa menjadi hal yang bisa dijadikan unsur
yang ditiru.
c.
Cinta Kebersihan
Islam adalah Agama yang suka kebersihan. Islam
menganjurkan setiap muslim agar bersih badan, pakaian dan
rumahnya (Mustafa, 2009: 203). Dalam film kartun “Upin & Ipin”
terdapat
pelajaran
yang
mengajarkan
tentang
kebersihan.
Kebersihan yang diajarkan di sini adalah kebersihan badan yang
berkaitan dengan kebersihan gigi ataupun menggosok gigi. Dalam
hal ini diajarkan bagaimana menggosok gigi dengan benar,
sehingga gigi kita sehat dan terbebas dari sakit gigi.
d. Tolong Menolong (Ta‟awun)
Secara bahasa ta‟awun
(tolong menolong) mengandung
pengertian agar sesama manusia saling tolong menolong dalam hal
kebaikan tidak diperbolehkan tolong menolong dalam kejahatan
(rawan).
Dalam film kartun “Upin & Ipin”, pembelajaran tentang
tolong menolong terdapat pada episode “Berkebun”. Dalam
episode ini Upin dan Ipin diminta oleh kak Ros untuk membantu
menanam sayuran.
Upin dan Ipin : ih kasian Opah sampai berpeluh-peluh.
Kak Ros
: ha… kasian ? tolonglah
(Menonton 20 Juli 2010, pukul 08.45 WIB).
Walaupun dalam hal ini Kak Ros yang memang memiliki
sifat yang agak keras, dengan sedikit memaksa kepada Upin dan
Ipin untuk menanam sayuran. Menolong sesama adalah kewajiban
bagi sesama muslim. Dalam episode ini kita dapat menanamkan
kepada anak bahwasanya kita harus tolong menolong kepada siapa
saja. Tolong menolong ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an Al-maidah
ayat 2:
َِْ‫اْ اٌٍَّٗ إ‬ُٛ‫َاحَم‬ٚ ِْ‫َا‬ٚ‫َاٌْعُ ْذ‬ٚ ُِْ‫إلث‬
ِ ‫ ا‬ٍََٝ‫اْ ع‬َُٛٔٚ ‫َّالَ حَعَا‬ٚ َٜٛ‫َاٌخَ ْم‬ٚ ِ‫ اٌْبش‬ٍََٝ‫اْ ع‬َُٛٔٚ ‫حَعَا‬َٚ
﴾ٕ﴿ ِ‫ذُ اٌْعِمَاب‬٠ِ‫اٌٍَّٗ شَذ‬
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1 AlQur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM) ).
Penyampaian nilai pendidikan ini menggunakan metode
pembiasaan dan metode pemberian tugas. Dimana Upin dan Ipin
diberi tugas oleh
Kak Ros untuk membantu menanam sayur
hingga habis. Metode pemberian tugas dapat digunakan untuk
membiasakan anak untuk bisa mengerjakan sesuatu yang baik.
Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode
pembiasaan, meskipun pada awalnya anak didik menolak atau
terpaksa melakukan suatu perbuatan atau akhlak yang baik, tetapi
setelah lama dipraktekkan, secara terus menerus dibiasakan
akhirnya anak mendapatkan akhlak yang mulia (Junaidi, 2009:
139). Begitu pula dengan membiasakan anak untuk selalu tolong
menolong maka dengan sendirinya akan terbentuk dalam dirinya
jiwa yang akan selalu tergerak untuk menolong orang lain.
e.
Membiasakan Anak Mengucapkan Salam
Seorang anak suatu saat akan menjumpai orang lain, baik
orang dewasa ataupun anak seusianya. Maka ia membutuhkan
kunci pembuka percakapan dengan mereka. Dan salam adalah
pembuka percakapan yang paling efektif diantara diantara sesama
Muslim (Hafizh, 1997). Dalam film kartun “Upin & Ipin”,
pembelajaran tentang pembiasaan sangat banyak sekali muncul
dalam beberapa episode, salah satu contoh dalam episode “Basikal
Baru Bagian 2”.
Upin dan Ipin : Assalamualaikum tuk ooo atuk
Atuk dalang : Wa‟alaikumsalam dah sampe ke bur.
(Menonton 20 Juli 2010, pukul 09.00 WIB).
Dalam episode-episode lain banyak juga muncul tayangan
yang mengandung pembelajaran tentang membiasakan anak untuk
mengucapkan salam. Anak kecil hendaknya yang memulai salam
kepada orang yang lebih dewasa, seperti orangtua dan saudarasaudaranya. Terutama sebelum masuk rumah.
Pengucapan salam oleh orang dewasa kepada anak kecil,
mendidik anak untuk juga selalu mengucapkan salam pada setiap
kesempatan. Dan juga mendidik yang dewasa untuk selalu bersikap
merendahkan diri dan tidak sombong. Dalam film kartun “Upin &
Ipin” tampak bahwa Upin dan Ipin selalu mengucapkan salam
dalam setiap akan masuk rumah orang lain. Hal ini bisa menjadi
contoh pembelajaran bagi anak-anak yang selalu menonton film
tersebut.
Upin dan Ipin adalah sosok model yang sangat menarik
untuk ditiru oleh anak-anak. Model itu memiliki dampak yang
sangat besar terhadap perkembangan kepribadian. Anak-anak
belajar untuk bersikap asertif, percaya diri, atau mandiri melalui
observasi kepada orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti
itu. Orang lain yang menjadi model adalah orang tua, saudara,
guru, atau teman.
Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, banyak prilaku
model diambil dalam bentuk simbolik. Film dan televise
menayangkan
contoh-contoh
tingkah
laku
yang
dapat
mempengaruhi para observer (penonton). Bandura, Ross, dan Ross
(1963) menemukan bahwa model-model hidup, film, bahkan
kartoon animasi dapat menjadi model yang diimitasi oleh anakanak yang menontonnya (Yusuf LN dan Nirihsan, 2008: 134).
f. Menerima Apa Adanya (Qonaah)
Qonaah berarti rela menerima kenyataan hidup yang
dialami, tidak berkeluh kesah, tidak pula mengangan-angan
kesenangan yang diterima orang lain (Jazam dkk, cet VI. 38).
Orang yang qanaah berarti merasa cukup dengan dengan apa yang
dianugerahkan Allah SWT. Atas dirinya. Orang yang qanaah pasti
pandai mensyukuri nikmat Allah SWT. Demikian pula sebaliknya.
Oleh sebab itu, seseorang tidak mungkin memiliki sifat qanaah
apabila tidak pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah swt.
Dalam film kartun “Upin dan Ipin” terdapat pelajaran
tentang qanaah. Hal ini tampak pada episode “Basikal Baru Bagian
2”.
Ipin
Upin
Ipin
Kak Ros
: ih ayam goreng tak dee kak?
: his kau ni makan ayam saje tau, tolonglah cakap sikik.
: kan aku dah cakap betul-betul-betul.
: ayam tak de mahal, tak boleh makan selalu, makan je
telur goreng tu.
Ipin
: telur ayam tak mahal ke kak?
Opah
: ipin … makan je ape yang ade, rizki tu …
Ipin
: baiklah Opah
(Menonton 20 Juli 2010, pukul 10.00 WIB).
Sifat qonaah merupakan salah satu akhlak mahmudah.
Penanaman sifat qonaah pada anak sejak dini merupakan
pembelajaran pembiasaan. Anak dibiasakan untuk dapat menerima
apa yang ada dalam kehidupan. Dicontohkan dalam film kartun
“Upin & Ipin” bahwasanya kita hendaknya makan apa yang ada
dan menerima rizki dengan ikhlas. Anak akan bersifat manja jika
selalu dituruti apa yang diinginkan tanpa ada pembelajaran untuk
mensyukuri nikma Allah dan menerima apa yang ada dengan rela.
2.
Akhlak Mazmumah
a.
Berbohong
Bohong adalah lawan kata dari jujur. Bersikap jujur
merupakan dasar pembinaan akhlak yang sangat penting dalam
ajaran Islam (Hafidz, 2002: 187). Dan bersikap seperti ini
memerlukan perjuangan yang tidak ringan, karena banyaknya
godaan dari lingkungan sekitar yang membuat kita untuk bersikap
bohong. Oleh karena itu Rosulullah Saw. Begitu memperhatikan
pendidikan kejujuran dengan membinanya sejak usia anak masih
sangat kecil. Rosulullah Saw. Juga melarang keras orangtua yang
selalu berbohong dan menipu pada anak-anaknya (Hafidz, 2002:
187).
Film kartun “Upin & Ipin” menayangkan bagaimana jika
anak berbohong dan dengan apa dia harus dihukum. Dalam film
kartun “Upin & Ipin” ada banyak tayangan yang berisi tentang
akhlak yang tercela yaitu tentang berbohong atau tidak jujur. Salah
satu yang menjadi contoh terdapat pada episode “Gosok Tak
Gosok Bagian 1” yang mana Upin dan Ipin membohongi opah
tentang surat izin pemeriksaan dokter gigi.
: Opah … ini surat dari Cik ghu Jasmine, Opah
tande kalau tak setuju lepas tu tande tangan. Ni
pen opah
Opah
: ha surat ape ni?setuju ape?
Upin dan Ipin : lawatan masuk hutan!
Opah
: masuk hutan bahaye ni
Upin dan Ipin : betul Opah Ipin pun tak setuju.
Opah
: manelah cermin mate ni?
Upin dan Ipin : tak payah pake cermin mate opah, tande sini
Kak Ros
: tunggu Opah, ini surat pemeriksaan dokter gigi,
nak teberang ni.
Opah
: tak sangke cucu Opah dah pada bohong, siapelah
yang ajar
(Menonton 20 Juli 2010, pukul 10.15 WIB)
Upin dan Ipin
Dalam dialog ini terdapat satu perbuatan tercela yaitu
berbohong. Hal ini terjadi ketika Upin dan Ipin merasa terdesak
karena takut diperiksa giginya. Karena Upin dan Ipin berbohong,
maka Kak Ros memberikan hukuman atas perbuatan mereka.
Prinsip pokok dalam pengaplikasikan pemberian hukuman
yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus
dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan
utama dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik
dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Arief, 2002: 130).
Dalam hal ini Upin dan Ipin
yang berbohong kepada
opahnya dan hal ini diketahui oleh Kak Ros. Kak Ros memberikan
hukuman atas perbuatan mereka dengan memukul mereka. Hal ini
dilakukan untuk membuat anak agar tidak melakukan hal tersebut
kembali. Untuk membuat anak tehindar dari sifat pembohong maka
orangtua harus membiasakan anak untuk berperilaku jujur dalam
segala hal. Orang tua yang menjadi guru utama dalam kehidupan
sehari-hari anak pun harus selalu menampilkan sikap jujur dan
menapati janji dengan apa yang dilakukan.
b.
Tamak
Tamak
berarti
terlampau
besar
nafsunya
terhadap
keduniaan, misalnya terhadap kekayaan harta benda. Orang yang
terlampau besar nafsunya untuk memiliki harta mencurahkan
pikiran dan tenaga agar kekayaan semakin banyak (Jazam dkk, cet
IV: 52).
Dalam film kartun “Upin & Ipin” hal ini tampak pada Upin
dan Ipin ketika mereka pergi ke pekan Ramadhan bersama Kak
Ros, Upin dan Ipin membeli ayam dalam jumlah yang sangat
banyak. Ipin yang sangat gemar dengan ayam goreng, ketika
belanja Upin dan Ipin membeli macam-macam masakan ayam
yang sangat banyak sekali, sehingga ketika mereka makan tidak
kuat untuk menghabiskan ayam-ayam tersebut.
Hal ini merupakan contoh sikap tamak dalam menyukai
makanan. Anak-anak harus dibelajarkan untuk menjauhi sifat
tamak. Jika anak-anak menyukai sesuatu maka orangtua harus
mengarahkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam menyukai
sesuatu.
c.
Ghibah
Salah satu penyakit moral yang menyebar di kalangan
masyarakat Islam adalah bergunjing. Dalam setiap pertemuan,
selalu saja ada orang yang membicarakan keburukan orang lain.
Ghibah adalah membicarakan aib seseorang di hadapan orang lain
(Fattah, 2009: 50).
Dalam film kartun “Upin & Ipin” ghibah ini tampak pada
episode “Istimewa Hari Raya”.
Ehsan
: lepas ni kite raya ke humah pak Mail ma
atuk dalang tak nak?
Upin dan teman-teman : nak-nak, tapi tahun lalu pak Mail kasih 20
sen ke.
Ipin
: iye ke?
Ehsan
: alah atuk Dalang tu tak nak buka pintu,
Mei-mei
: hah bakhil betul
Opah
: his tak baik budak budak cakap macam
tu…
(Menonton tanggal 21 Juli 2010, Pukul 10.00 WIB).
Dari penggalan dialog ini, dapat diambil pelajaran
bahwasanya menggunjing atau ghibah merupakan Akhlak tercela.
Anak-anak harus dibiasakan untuk menjauhi akhlak tersebut,
karena hal tersebut dapat membuat anak menjadi anak yang
berakhlak tercela.
Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi pekarti, dilihat
dari segi pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan
mulia, seperti:
jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka
beramal, berani dalam kebenaran, dan sebagainya. Namun perlu
diketahui bahwa akhlak tidak terbatas pada penyusunan hubungan
antara manusian dengan manusia, juga mengatur hubungan dengan
segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini bahkan lebih
dari itu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
(Hasanah, 2002: 312).
Melalui film kartun “Upin & Ipin” dapat diambil contoh
bahwasanya pembelajaran akhlak pada anak-anak merupakan hal
yang penting dalam kehidupan mereka. Anak yang diajarkan dan
dibiasakan untuk berakhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang
tercela akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
berakhlakul karimah dan menjadi peribadi yang baik.
4.
Nilai
Pendidikan Multikultural
Menurut Zakiyyudin Baidhawy (2005:78), karekteristik dari
pendidikan multikultural tersebut meliputi tujuh komponen, yaitu belajar
hidup dalam perbedaan, membangun tiga aspek mutual (saling percaya,
saling pengertian, dan saling menghargai), terbuka dalam berfikir,
apresiasi dan interdependensi, serta resolusi konflik dan rekonsiliasi
nirkekerasan.
Kemudian
dari
karakteristik-karakteristik
tersebut,
diformulasikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai back up strategis
(baca:dalil), bahwa konsep pendidikan multikultural ternyata selaras
dengan ajaran-ajaran Islam dalam mengatur tatanan hidup manusia di
muka bumi ini, terutama sekali dalam konteks pendidikan.
Dalam film kartun “Upin dan Ipin” nilai pendidikan Multikultural
tampak pada keseharian anak-anak dalam bergaul, mereka tidak
membedakan adanya perbedaan etnis dan kepercayaan yang mereka anut.
Nilai pendidikan multikultural juga tampak pada perlakuan Cik Ghu
Jasmin yang tidak membedakan perlakuan beliau kepada anak didiknya
yang berbeda suku dan kepercayaan.
Cik Ghu
Mei-mei
Jarjit
: ha … murid-murid hari ni hari terakhir sekolah, jadi Cik
Ghu nak murid-murid semua bersalam-salaman dan
meminta maaf sesame sendiri
Upin
: nah mail kau minta maaf dengan Fizi
Mei-mei : Cik ghu saya nak ucap selamat hari raya,
Cik Ghu : ape ucapan kamu Mei-mei?
: sudah lame pause besok nak raya, Mail tak puasa tak
boleh raya, selamat hari raya.
: saya juga Cik Ghu, dengar ha dengar dua tiga kucing
berlari, mana… mana, selamat hari raya. (Menonton 21
Juli 2010, pukul 10.15 WIB)
Dalam adegan ini ditampilkan bahwa tidak ada perbedaan antara
sesame. Mereka saling menghormati antara satu dengan yang lain.
Dicontohkan oleh Mei-mei dan Jarjit yang ikut serta mengucapkan
selamat hari raya kepada seluruh teman-teman mereka yang muslim.
Pendidikan Islam telah mengajarkan bawasanya dalam kehidupan,
kita harus saling menghormati antara sesama, baik dengan satu agama
atau dengan agama lain, dengan satu suku atau dengan suku lain. Tidak
adanya pembedaan perlakuan pada anak-anak yang berbeda etnis ini
dapat menjadi contoh bagi para orangtua dan pendidik bahwa kita harus
memperlakukan sama kepada semua peserta didik yang berbeda-beda.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dalam penelitian film kartun “Upin & Ipin”
mengenai nilai-nilai pendidikan Islam, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Materi pendidikan Islam yang terkandung dalam film kartun “Upin &
Ipin” adalah materi akidah yang membahas tentang rukun iman yang
terimplementasi pada iman kepada Allah yaitu dengan cara mempercayai
bahwasanya Allah selalu ada dan selalu di dekat kita. Materi ibadah yang
membahas tentang puasa dan hal-hal yang berkaitan dengan puasa,
diantaranya: rukun puasa, sunnah puasa, hal-hal yang membatalkan puasa,
hikmah mengerjakan puasa, lailatul qodr. Selanjutnya dibahas tentang
zakat fitrah dan orang-orang yang berhak menerimanya. Dalam film
kartun “Upin & Ipin” juga terkandung nilai pendidikan akhlak, akhlak
terbagi mennjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah.
Materi akhlak mahmudah diantaranya adalah bersyukur, sabar, tolong
menolong,
cinta
kebersiha,
qona‟ah,
membiasakan
anak
untuk
mengucapkan salam. Selanjutnya dalam penelitian ini ditemukan juga nilai
pendidikan multikultural. Nilai ini terlihar dari interaksi antara Upin, Ipin
dan kawan-kawan yang berlainan etnis akan tetapi tidak ada perlakuan
yang membedakan antara mereka semua.
2. Dalam film kartun “Upin & Ipin” tedapat metode atau cara-cara
menyampaikan nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya yaitu
metode ceramah, metode tanya jawab, metode pembiasaan, metode
keteladanan, metode pembiasaan, metode nasihat, metode hukuman.
Berdasarkan pembahasan skripsi ini, tampak jelas bahwa film kartun
“Upin & Ipin” mengandung banyak sekali nilai-nilai pendidikan Islam.
Hal ini menjadikan kita untuk bisa memanfaatkan media film menjadi
media pembelajaran yang efektif bagi anak.
3. Film kartun “Upin & Ipin” mengandung nilai-nilai pendidikan Islam yaitu
nilai pendidikan Aqidah, nilai pendidikan Ibadah, nilai pendidikan Akhlak
dan nilai pendidikan Multikultural.
B. Saran
Penelitian ini hanya menampilkan sebagian kecil dari nilai pendidikan
Islam. Menurut hemat penulis, masih banyak nilai pendidikan Islam yang ada
dan harus dikaji. Pada bagian ini, penulis memberikan sesuatu yang bersifat
anjuran atau saran sebagai perhatian bagi para pendidik baik orangtua ataupun
guru.
Guru atau orangtua hendaknya memanfaatkan media pembelajaran
dengan lebih efekti, karena pada zaman sekarang ini media pembelajaran tidak
hanya ada disekolah saja, seperti halnya film kartun “Upin & Ipin” yang kaya
akan nilai pendidikan, orangtua harus dan bisa mengarahkan anak-anak untuk
mencontoh hal yang baik yang terdapat dalam film tersebut. Untuk peneliti
yang selanjutnya, hendaknya memperluas pembahasan tentang nilai-nilai
pendidikan Islam lebih dari yang dibahas dalam penelitian ini. Sehingga kajian
penelitian tentang manfaat media film lebih banyak dan lebih mendalam.
Kepada stasiun televisi yang menyiarkan program tayangan film
kartun “Upin & Ipin” khususnya dan film anak-anak umumnya, hendaknya
menempatkan jam tayang pada jam-jam istirahat, tidak pada jam yang
digunakan untuk ibadah ataupun diwaktu anak sekolah. Sehingga penayangan
itu menjadi efektif untuk ditonton dan tidak mengganggu belajar anak.
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, (1992). Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Aditya Media
Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta :
Ciputat Press.
Arifin, M. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. cet. ke-4
Arikunto, S. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Aziz, A. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Baidhawy, Z. (2002). Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:
Erlangga.
Baweis, F M. (2007). Analisis Isi Representasi Kekerasan Dalam Film South
Park. Skripsi, tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Ilmu Komunikasi.
Unifersitas
Kristen
Petra.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu
al=high&fname=/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-514010535251-kartun-chapter3.pdf.
Budiarto, M. (2007). Representasi Perilaku Proposional dan Ekploitasi
Kemiskinan Tayangan Reality “Bedah Rumah”. Skripsi, tidak diterbitkan.
Surabaya: Fakultas Ilmu Komunikasi. Unifersitas Kristen Petra.
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu
al=high&fname=/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-5140313110505-bedah_rumah-chapter3.pdf.
Darajat, Z. (1995). Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: CV
Ruhama.
,(1993). Pendidikan Anak Dalam Keluarga : Tinjauan Psikologi
Agama,dalam Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga
Muslim Dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ghazali, I. (1987). Ikhya‟ Ulumuddin. Beirut: Darur Riyan.
Hafizh. (1997). , Mendidik Anak Bersama Rasulullah. SAW. terj. Kuswandini.
Bandung: Al Bayan. cet ke-1.
Hasanah, N. (2002). Pendidikan Usia Dini Bagi Pembentukan Sikap
Keberagamaan Anak. Jurnal Attarbiyah, XIII (2): 303-317.
1
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
Jazam, A, dkk, (Eds ). LKS Akidah Akhlak Untuk Kelas VIII Mts. cet ke- IV.
Surakarta: Arafat Mitra Utama.
Junaidi. (2010). Bermain dan Belajar Bersama Upin & Ipin. Yogyakarta: Diva
Press.
Muslim, A, H. (1993). Shohihul Muslim. terj. A. B. Mustafha. Semarang: CV. Asy
Syifa.
Najib,
A,
M.
dkk.
Pendidikan
Multikultural
(http://id.shvoong.com/social-sciences/1918568-pendidikanmultikultural), diakses 12 Juni 2009).
(Online)
Nata, A. (1997). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Neil. J, S. (2009). Teori-teori Perkembangan Manusia. terj. M. Khozin. Bandung:
Nusa Media.
Nippan, M dan Halim, A. (2001). Anak Shaleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta :
Mitra Pustaka.
Moleong, L. J. ( 2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
(2007)Metodologi Penelitian Kualitatif edisi refisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin. (2001). Paradigm Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama di Sekolah. Bandung: Remaja Rodakarya.
dan Mujib. (1993) Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofi dan
Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya.
Musthafa, F, S. (2009). Kurikulum Pendidikan Anak Muslim. Surabaya: Pustaka
Elba.
Poerwadarminta, WJ, S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga, cet
ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.
Rasjid, S. (2005). Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Rif‟ah, M. (2002). Mendidik Anak Berkualitas. Jurnal Attarbiyah, XIII (2): 333351.
Roqib, M. (2009). Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Intergratif
di Sekolah, Lingkungan dan Keluarga. Yokyakarta: LKiS.
Rosyada, D. (2006). Materi, Kurikulum, Pendekatan, dan Metode Pendidikan
Agama Dalam Prespektif Multikultural. Edukasi. Volume 4, Nomor 1. 2541.
2
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
Sriyanti, L., Suwardi dan Erawati, M. (2009). Teori-teori Belajar. Salatiga: Stain
Salatiga Press.
Sunarto, A. dkk. (1993). Terjemah Shaheh Muslim. Semarang: CV. As-Syifa. Jilid
ke-3.
Sundusiah,
S.
(2010).
Analisis
Data
Kualitatif.
(Online),
(http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/C - FPBS/JUR.PEND.... , diakses
12 juni 2010).
Supiana dan Karman. (2001). Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Syahrainforma. Qur‟an Player 2.1: Al-Qur‟an, Murottal. Tafsir. (CD-ROOM).
Thoha, HM, T. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. cet ke-1. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Usman, H. (2006). Manejemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Yusuf LN, S dan Nurikhsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Zainuddin,et.al. dkk. (1991). Seluk-beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta:
Bumi Aksara.
http://wapedia.mobi/id/Les%27_Copaque_Production: 30 april 2010: 2:09 AM.
www.UpinDanIpin.com.my (Online) diakses 23 Juni 2008.
3
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
RIWAYAT HIDUP
Siti Murowdlotun, lahir 01 Oktober 1986 di Sumber Jaya Lampung Barat,
Pendidikan Formal Madrasah Ibtidaiyah Al-Karomah Talang-Ogan(19931998).MTs Al-Karomah (1999-2002).Pada Tahun 2003-2005 melanjutkan di MA
Futuhiyyah 1 Bukit Kemuning Lampung Utara Program IPS. Pendidikan terakhir
adalah STAIN Salatiga dengan studi program Pendidikan Agama Islam pada
jurusan Tarbiyah.
4
Download