1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan darah

advertisement
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan darah dan komponen darah di dunia terbilang tinggi saat ini.
Meskipun bank darah telah berusaha memberikan persediaan darah yang adekuat,
mereka masih harus berhadapan dengan kekurangan darah permanen (Karacan et
al, 2013).
Ketersediaan dan keamanan darah bervariasi di setiap negara di dunia. Jumlah
persediaan darah di dunia diperkirakan sekitar 75-90 juta unit dan donasi per 1000
populasi adalah sekitar 40 pada negara industri, 10 di negara berpendapatan
menengah, dan 3 di negara dengan pendapatan rendah. WHO telah
merekomendasikan setidaknya 1-3% populasi untuk mendonorkan darahnya,
namun sebagian besar negara berkembang hanya bisa memenuhi di bawah 1
persennya saja. Sekitar 80% populasi dunia hanya memiliki akses pada 20%
persediaan darah aman. Pada prakteknya, kekurangan persediaan darah bisa
digambarkan dari mortalitas 34% ibu hamil dan 15% anak dengan malaria karena
tidak adanya darah yang tersedia (McCullough & McCullough, 2013).
Memberikan jaminan ketersediaan darah yang adekuat merupakan sebuah
tantangan di bidang kesehatan bagi negara berkembang dimana kekurangan darah
merupakan hal yang umum dan memiliki konsekuensi yang berat. Salah satu
alasan
terjadinya
kekurangan
persediaan
darah
diakibatkan
karena
ketidakefisienan sistem persediaan darah yang hanya mengandalkan donasi
langsung dari kerabat atau keluarga pasien yang membutuhkan. Cara tersebut
mungkin berhasil, namun hanya pada kondisi tertentu dan komunitas kecil saja,
1
2
tidak pada pasien yang membutuhkan darah karena penyakit kronis dan pasien
pada area yang memiliki ikatan sosial yang rendah (seperti pada area urban).
WHO (2009) menyatakan bahwa sistem persediaan darah yang didasarkan pada
donasi tak langsung oleh relawan donor darah rutin akan lebih menjamin lebih
banyak donor dan menyediakan darah yang aman karena kesehatan donatur lebih
bisa dimonitor. Donasi tak langsung juga mengurangi ketidakefektifan yang
terjadi karena ketidakcocokan darah antara donatur dan resipien (Iajya et al,
2013).
Jumlah dari donatur yang melakukan donor darah rutin sangatlah penting.
Cobain (2004) melaporkan bahwa presentase jumlah donatur pertama kali di
Australia yang kembali mendonorkan darah untuk kedua kali dan seterusnya
masih kurang dari 50%. Hasil temuan ini juga terjadi di negara lain seperti Jerman
(Flegel et al, 2000). Sementara itu di Indonesia, rasio antara donatur pertama kali
dan donatur berulang adalah 40%:60%. Selain itu, presentase donatur perempuan
di 33 provinsi di Indonesia berkisar antara 1-41%. Sebagian besar pendonor di
Indonesia memiliki rentang umur 16-35 tahun (Soedarmono, 2010).
Ketersediaan darah untuk donor secara ideal adalah 2,5% dari jumlah
penduduk. Sehingga jika jumlah penduduk Indonesia sebesar 247.837.073 jiwa,
maka idealnya dibutuhkan darah sebanyak: 0,025 x 247.837.073 = 4.956.741
kantong darah. Akan tetapi pada tahun 2013 lalu jumlah darah yang terkumpul
dari donor sebanyak 2.480.352 kantong darah. Sehingga secara nasional terdapat
kekurangan kebutuhan darah sejumlah: 4.956.741 - 2.480.352 = 2.476.389
kantong darah (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
3
Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh organisasi pelayanan donor darah
untuk merekrut lebih banyak pendonor namun tidak banyak yang berhasil. Situasi
ini menunjukkan bahwa dibutuhkan strategi pemasaran untuk meningkatkan
jumlah pendonor, termasuk di dalamnya alat untuk memprediksi volume donor,
menghitung perkiraan permintaan darah, menjamin ketersediaan produk,
mendapatkan informasi donatur,
menjalin hubungan baik dari pihak yang
memerlukan, donatur, maupun penyedia layanan, dan untuk mempertahankan dan
merekrut donatur (Martín-Santana & Beerli-Palacio, 2012).
Agar program rekruitmen donatur memperoleh hasil yang baik, perlu strategi
untuk mengurangi atau menghapus penghalang dalam perilaku donor darah dan
begitu pula sebaliknya (Martın-Santana & Beerli-Palacio, 2008). Salah
satu
faktor yang mendorong individu untuk melakukan donor darah adalah motivasi.
Motivasi didefinisikan sebagai suatu kondisi internal yang membangkitkan kita
untuk bertindak, mendorong untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita
tetap tertarik pada kegiatan tertentu (Weiner, 1985).
Sudah ada beberapa penelitian terkait motivasi individu dalam melakukan
donor darah. Salah satunya oleh Karacan et al. (2013) yang melakukan penelitian
terhadap 189 laki-laki dewasa. Hasilnya, dari beberapa faktor motivasional seperti
empati, altruisme, dan tanggung jawab sosial, hanya tanggung jawab sosial yang
memiliki signifikansi terhadap motivasi dalam donor darah. Di Yogyakarta
penelitian serupa terkait donor darah dilakukan oleh Hartini (2014), dimana dari
276 pendonor, norma subjektiflah yang paling mempengaruhi minat dalam
melakukan donor darah. Sampel dari kedua penelitian tersebut adalah pendonor
4
darah secara umum, tidak secara spesifik menggunakan mahasiswa sebagai
respondennya.
Data dari laporan kegiatan Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Yogyakarta
pada bulan Januari – Maret 2015 menunjukkan bahwa dari 10.654 orang
mendonorkan darahnya, mahasiswa menempati urutan kedua pendonor terbanyak
dengan jumlah 2996 pendonor. Pendonor terbanyak berasal dari kalangan
karyawan swasta dengan jumlah pendonor sebanyak 4551 orang. (Laporan
Kegiatan UUD PMI Kota Yogyakarta, 2015).
Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang masih muda, sehat, aktif,
dinamis, dan reseptif sehingga mereka harus terdorong dan termotivasi untuk
melakukan donor darah sukarela. Begitu pula mahasiswa yang belajar dalam
bidang ilmu kesehatan, termasuk ilmu keperawatan, memiliki peran penting dalam
kegiatan donor darah. Mereka harus berada di garis depan dalam kegiatan donor
darah sukarela dan mengambil langkah untuk meningkatkan kesadaran terkait
donor darah di antara komunitas mahasiswa lainnya sehingga upaya rekruitmen
akan lebih efektif (Karakkamandapam et al, 2011).
Di lingkungan Fakultas Kedokteran UGM sendiri, sebanyak 135 mahasiswa
dari angkatan 2011 dan 2012 terdaftar dalam database donor siaga Tim Bantuan
Medis Mahasiswa “Panacea” namun tidak satupun dari jumlah tersebut yang
merupakan mahasiswa keperawatan. Hal tersebut tentu saja cukup ironi,
mengingat bahwa mahasiswa keperawatan selalu ditekankan untuk care, dan
donor darah merupakan salah satu bentuk pengaplikasiannya. Selain itu,
mahasiswa keperawatan harus mampu menjadi role model bagi mahasiswa
5
lainnya untuk bergerak dalam kegiatan donor darah. Berdasarkan latar belakang di
atas, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran motivasi mahasiswa S1 Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam
melakukan donor darah sukarela.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dan hal-hal yang telah dipaparkan pada latar belakang di
atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: “Bagaimana gambaran
motivasi mahasiswa PSIK FK UGM dalam melakukan donor darah secara
sukarela?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran motivasi
mahasiswa PSIK FK UGM dalam melakukan donor darah secara sukarela.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai
bahan
masukan
dalam
promosi
donor
darah
dan
upaya
memperbanyak kegiatan donor darah di lingkungan kampus.
2. Bagi Unit Donor Darah PMI
Penelitian ini diharapkan bisa membantu sebagai salah satu acuan PMI dalam
mengembangkan strategi untuk menambah jumlah pendonor darah sukarela dan
mengajak mereka untuk mendonorkan darahnya secara rutin.
6
3. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk penerapan ilmu yang telah
didapatkan oleh peneliti selama perkuliahan. Untuk peneliti lain, diharapkan hasil
penelitian ini bisa menjadi salah satu sumber acuan dan pembelajaran untuk
penelitian selanjutnya.
7
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian penelitian
No
1.
Identitas Penelitian
Hasil Penelitian
“Blood donors and factors Motivasi
impacting
the
blood donor
untuk
for
donating
Turkish
blood
sample”
(Karacan et al, 2013)
in altruisme
oleh juga
melakukan Variabel penelitian, desain Tempat, waktu, dan populasi
hanya penelitian dan salah satu penelitian, dimana Karacan et
dengan
derajat instrumen yang digunakan al. (2013) mengambil populasi
seseorang,
namun yaitu
dipengaruhi
kombinasi
Perbedaan
tidak
darah
donation decision: Motives berhubungan
Persamaan
dari
motif
blood
donation di Turki dengan populasi laki-
oleh motivation measure.
diri
laki dewasa dengan usia 17-60
tahun,
sedangkan
populasi
saya
adalah
individu.
penelitian
Instrumen:
mahasiswa di area kesehatan.
Measures of empathetic
concern and personal distress
scale
Altruistic behavior scale
Sosial responsibility motivation
measure
Blood donation motivation
8
measure
2.
“Beliefs
underlying
the Terjadinya
reaksi
vasovagal Penelitian
intention to donate again pada saat donor darah yang dengan
among first time blood pertama
kalinya
donors who experience a mempengaruhi
desain
kuantitatif Topik penelitian ini berfokus
penelitian pada pengaruh terjadinya reaksi
bisa yaitu cross-scetional.
vasovagal pada saat melakukan
kemauan
donor darah terhadap kemauan
mild adverse event” oleh donatur untuk mendonor lagi.
untuk
(Masser et al, 2013)
penelitian
kembali,
saya
sedangkan
meneliti
gambaran motivasi mahasiswa
dalam melakukan donor darah
sukarela.
3.
“Association
between Religiusitas
tidak
terlalu Topik
penelitian
yaitu Tempat, waktu, dan variabel
religiousness and blood berpengaruh terhadap kemauan terkait dengan donor darah penelitian,
dimana
dalam
donation among Brazilian untuk melakukan donor darah, di area institusi pendidikan penelitian Zangiacomi Martinez
postgraduate
4.
students namun
donator
reguler kesehatan.
et al. (2014) variabel bebas yang
from health-related areas” memiliki skor religiusitas lebih
digunakan adalah religiusitas,
oleh
sedangkan dalam penelitian saya
(Zangiacomi tinggi daripada non-donator.
Martinez et al, 2014)
adalah motivasi.
“Faktor yang berhubungan Ada hubungan antara sikap, Topik dan desain penelitian.
Tempat, waktu, populasi, dan
dengan intensi pendonor norma
variabel
subjektif,
dan
PBC
penelitian,
dimana
9
darah sukarela di Unit dalam
intensi
Donor
secara
Darah
penelitian
Windadari
(2014) variabel bebasnya adalah
pengaruh
norma subjektif, sikap, dan PBC
Windadari Murni Hartini positif terbesar dibandingkan
sedangkan dalam penelitian ini
(2014)
adalah motivasi.
oleh subjektif
rutin.
dalam
Norma
Yogyakarta”
PMI darah
mendonorkan
memiliki
sikap dan PBC.
Download