STRATEGI PENINGKATAN MUTU LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

advertisement
1
STRATEGI PENINGKATAN MUTU LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM MELALUI MANAJEMEN
PEMBIAYAAN (Studi Kasus pada MI Negeri Ambarawa
Kab. Semarang)
Oleh:
LULUK ARYANI ISUSILANINGTYAS
NIM MI.13.010
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk
Gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
1
2
STRATEGI PENINGKATAN MUTU LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM MELALUI MANAJEMEN
PEMBIAYAAN (Studi Kasus pada MI Negeri Ambarawa
Kab. Semarang)
Oleh:
LULUK ARYANI ISUSILANINGTYAS
NIM MI.13.010
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Sebagai pelengkap persyaratan untuk
Gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 31 Agustus 2015
Dr. Anton Bawono, SE, M.Si.
NIP. 197403202003121001
3
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama
: Luluk Aryani Isusilaningtyas
NIM
: MI.13.010
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian
: 10 September 2015
Judul Tesis
: Strategi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan
Islam melalui Manajemen Pembiayaan (studi kasus
pada MI Negeri Ambarawa. Kab Semarang)
Panitia Munaqosah Tesis
1.
Ketua Penguji
: Dr. Zakiyuddin Baiddhawy, M.Ag.
2.
Sekretaris :Dr. Phil. Asfa Widiyanto,M.A
3.
Penguji I
4.
Penguji II :Dr. Winarno, M.Pd.
5.
Penguji III
: Dr. H. Muh. Saerozi, M. Ag
: Dr. Anton Bawono, M.Si.
4
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
”Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini hasil karya saya sendiri
dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa
pengakuan bahan bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis orang
lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada
Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, September 2015
Yang menyatakan,
Luluk Aryani Isusilaningtyas
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Apabila suatu urusan diserahkan pada bukan ahlinya,
Maka tunggu saat kehancurannya ( HR Bukhari)
PERSEMBAHAN
Bapak dan ibuku tercinta,
Bryan, Brenda, Fawwaz buah hatiku tersayang.
Suamiku tercinta,
MI Negeri Ambarawa
6
KATA PENGANTAR
‫ميحرلا نمحرلا هللا‬
‫بسم‬
Puji syukur Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan taufik hidayah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini
dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Tesis ini sebagai salah satu syarat
akademik, untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.PdI) pada
Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Proses penulisan tesis tidak lepas masukan dan dorongan dari berbagai
pihak yang tidak dapat disebut satu per satu dalam bagian ini. Oleh karena itu
secara khusus pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Zakiyuddin Badawy, selaku direktur PPs IAIN Salatiga
3. Bapak Dr. Anton Bawono, selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya
telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Semua dosen PPs. yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis
hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S2 ini;
5. Bapak Drs. Amin Murtadlo, selaku Kepala MI Negeri Ambarawa yang
memberikan waktu kepada penulis, untuk melakukan penelitian guna
menyelesaikan tesis ini.
7
6. Bapak Ibu guru MI Negeri Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten
Semarang yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya. Rekanrekan yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya tesis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmatNya bagi semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini dan semoga
tesis ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
Salatiga, September 2015
Penulis
8
ABSTRAK
Judul tesis : Strategi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam melalui
Manajemen Pembiayaan (studi kasus pada MI Negeri Ambarawa)
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan strategi peningkatan mutu lembaga
pendidikan Islam melalui manajemen pembiayaan pada MI Negeri Ambarawa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan latar alamiah sebagai
sumber datanya. Untuk mengumpulkan data disesuaikan dengan fokus dan
pertanyaan serta tujaan penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data meliputi observasi, wawancara mendalam dan kajian dokumen. Untuk
mengungkapkan makna perilaku para informan penclitian telah mewawancarai
kepala madrasah, wakil kepala madrasah, para guru, komite sekolah, dan siswa.
Untuk analisis digunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman
(1992) yang terdiri dari kegiatan reduksi data, pemaparan data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian setelah dilakukan analisis dan triangulasi data, adalah
sebagai berikut: Pertama: Stratcgi manajemen pembiayaan pendidikan dalam
peningkatan mutu guru, yaitu menekankan pada profesionalisme dan disiplin,
serta komitmen tugas untuk meningkatkan mutu sekolah. Kedua: Stratcgi
manajemen pembiayaan pcndidikan dalam upaya pembinaan siswa dilakukan
melalui pembinaan dibidang seni, oleh raga, keagamaan, pramuka, bahasa Inggris,
dan kepribadian. Keempat: Stratcgi manajemen pembiayaan pendidikan dalam
bidang sarana dan prasarana dilakukan dengan memperbanyak sumber
pembiayaan, menjalankan program peningkatan mutu untuk mendukung sarana
dan prasarana serta kesejahteraan guru.
Kata kunci: Strategi, mutu, pembiayaan
9
ABSTRACT
Title : The Strategic of Improved Education Islamic Institution of Learning
Quality through Management of Budgeting of the MIN Ambarawa
This research is aimed to describe The Strategic of Improved Education of
Learning Quality through Management of Budgeting of the MIN Ambarawa.The
researcher used the qualitative approach with natural setting as the data resources.
In this research, the writer did an observation and depth-interview and
documentation study to get the data with suitable with the focus and the question
of the research purpose. To investigate the behavior meaning of the informan of
this research include; vice headmaster, teacher, school committee, and student.
used the data analysis Miles and Huberman (1992) model with insist of
data reduction, data display and conclusion. This finding of this research were
four: First, The strategic of improved education for the teacher quality
development is emphasizing in the professionalism and discipline and task
commitment for increasing the school quality. Second, The strategic of
management education budgeting to the creativity of the student through
creativity in art, sport, religius activities, language skill, and personality.Third,
The strategic of management education budgeting in financial, facilities and
infrastructure by raising the funding source from constribution of educational
funding, operational budgeting, local government budgeting and funding quality
management to drive the program of quality development in supporting facilities
and infratructure and teachers prosperity.
Key words : Strategic, Quality, Budgeting
10
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i
HALAMAN LOGO STAIN ......................................................................................ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .........................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...........................................v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................................vi
HALAMAN ABSTRAK .........................................................................................viii
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................... x
HALAMAN DAFTAR TABEL DAN GRAFIK .................................................. xvii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................3
C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah…….................................3
D. Signifikansi Penelitian..........................................................................4
E. Tinjauan Pustaka................................................................................ .. 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................................21
BAB II Landasan Teori…………………………................................................... 23
A. Strategi Peningkatan Mutu...................................................................23
B. Indikator Mutu Pemdidikan………………………………………….29
C. Standar Mutu Pendidikan…………………………………………….30
D. Manajemen Pembiayaan……………………………………………..37
1.Jenis Pembiayaan……………………………………………...41
2. Sumber Pembiayaan…………………………………………..42
3.Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan……………………..43
12
DAFTAR BAGAN, TABEL DAN GRAFIK
BAGAN
BAGAN
3.1: Teknik Analisa Data
70
TABEL
4.1: Sumbangan Komite
82
TABEL
4.2: Nilai Akriditasi
98
TABEL
4.3: Jadwal KBM
101
TABEL
4.4: Jadwal Ekstrakulikuler
104
TABEL
4.5: Sarana Prasarana
116
GRAFIK
4.1: Kontribusi Dana
87
GRAFIK
4.2: Alokasi Dana Bantuan
91
GRAFIK
4.3: Jumlah Pendaftar dan yang diterima
100
GRAFIK
4.4: Nilai Siswa
102
GRAFIK
4.5: Prestasi Non Akademik
105
GRAFIK
4.6: Pertumbuhan Pendidikan Guru
107
TABEL
GRAFIK
13
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.1 Pendidikan adalah bagian
tak terpisahkan dalam kehidupan setiap orang. Pendidikan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dalam meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, pemerintah bukanlah suatu sistem yang lepas dengan pihak swasta
dan masyarakat. Hubungan yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.2
Pendidikan diharapkan mampu mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas. Konkretnya, pendidikan itu harus mampu menyiapkan tenaga
yang terampil. Sementara itu, saat ini
pendidikan nasional
dihadapkan
kepada masalah antara lain peningkatan kualitas, pemerataaan kesempatan,
keterbatasan anggaran dan belum terpenuhi sumber daya dari masyarakat
secara profesional sesuai dengan prinsip pendidikan sebagai tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua.3
1
Undang undang Sisdiknas No 20 tahun 2003
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000, 77.
3
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan…., 78.
2
14
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peran penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari
pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka
pemerintah bersama kalangan swasta terus berupaya mewujudkan amanat
melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara
lain melalui pembiayaan, pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem
evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi
ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada
kenyataannya upaya pemerintah belum cukup berarti dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.
Ada dua faktor yang menyebabkan mutu pendidikan selama ini kurang
berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat
input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa
bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, maka secara otomatis
lembaga pendidikan
akan menghasilkan output yang bermutu. Ternyata
strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production
function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan melainkan hanya
terjadi dalam institusi ekonomi.4
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented.
Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro dan tidak
4
Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, (Cet: I Malang, UMM Malang, 2005), 94-96.
15
berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (madrasah), sehingga hal ini
memberikan pemahaman bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya
terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih
memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal
yang mutlak harus ada dalam batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan
dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are
necessary but not sufficient condition to improve student achievement).
Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal
terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan
layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda, maka
sekolah
harus
dinamis
dan
kreatif
dalam
melaksanakan
perannya
mengupayakan peningkatan mutu pendidikan, agar mutu tetap terjaga dan
proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur
dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan
peningkatan mutu tersebut. Pemikiran ini mendorong munculnya pendekatan
baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang
harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan
pendidikan.
Pendekatan
ini,
kemudian
dikenal
dengan
manajemen
peningkatan mutu pendidikan.
Konsep yang menawarkan kerjasama sekolah, masyarakat dan pemerintah
berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian
kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka
proses peningkatan mutu pendidikan melalui pengelolaan sumber daya
16
sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menangkap esensi kebijakan makro
pendidikan serta memahami kondisi lingkunganya dan memformulasikannya
ke dalam kebijakan mikro dalam program prioritas dilaksanakan dan
dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya.
Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun berikutnya.
Realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami masa
intellectual deadlock.5 Diantara indikasinya adalah minimnya upaya
pembaharuan, dan kalau ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan
kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih
memelihara warisan lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif,
inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model
pendidikan Islam menekankan pendekatan
menegasikan pentingnya
interaksi
intelektualisme-verbalistik dan
edukatif
antara guru-murid. Keempat, orientasi
pembelajaran
dan komunikasi humanistik
pendidikan Islam menitikberatkan
pada pembentukan hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian
karakter manusia muslim sebagai khalifatu fi al-ardi. 6
Lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan
cita-cita mencerdaskan kehidupan dan membentuk kepribadian bangsa yang
berbudi luhur serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
sehingga mampu berkompetisi dalam persaingan dunia global. Untuk
mencapainya dengan meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas
5
Abd. Rachman Assegaf, Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi,
dalam Imam Machali dan Mustofa, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, Yogyakarta: Ar
Ruzz Media, Cet. 2, 2004, 1.
6
Abd Rachnan Assegaf, Membangun Pendidikan Islam di Era Globalisasi, 8-9.
17
pendidikan bukanlah tugas ringan karena mencakup berbagai persoalan yang
kompleks, yang menyangkut perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi dan
efektifitas penyelenggaraan sistem sekolah.7
Lembaga pendidikan Islam mengemban tugas penting, yakni bagaimana
mengembangkan kualitas sumber daya manusia
agar umat
Islam dapat
berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi. Dalam konteks ini
Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam
melakukan pengembangan kualitas manusianya. Padahal dari segi kuantitas
Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang mayoritas beragama
Islam. Mengapa pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat
penting dan begitu urgen. Hal ini tak bisa dipungkiri mengingat abad XXI
sebagai era globalisasi dikenal
dengan situasinya
yang penuh dengan
persaingan (hypercompetitive situation). John Naisbitt dan Patricia Aburdene
sebagaimana dikutip A. Malik Fadjar, pernah mengatakan bahwa terobosan
paling menggairahkan dari abad XXI bukan karena teknologi, melainkan
karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia itu. Pengembangan
kualitas SDM bukan
membutuhkan
persoalan
pemahaman
yang
yang gampang dan sederhana, karena
mendalam
dan
luas
pada
tingkat
pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang matang
dalam penyiapan institusi dan pembiayaan. 8 Paradigma pembangunan yang
berorientasi pada keunggulan komparatif dengan lebih mengandalkan sumber
7
8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, 20.
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999,
Cet.I, 156.
18
daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai mengalami pergeseran
menuju pembangunan yang lebih menekankan keunggulan kompetitif. Dalam
paradigma baru ini, kualitas SDM, penguasaan teknologi tinggi dan
peningkatan peran masyarakat memperoleh perhatian .9
Upaya meningkatkan mutu pendidikan merupakan prioritas dalam
pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional di samping prioritas yang
lainnya, yaitu penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan
untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan peningkatan
relevansi melalui kebijaksanaan keterkaitan dan kesepadanan.
Untuk mencapai peningkatan mutu
berbagai pihak
yang sesuai dengan keinginan
salah satu faktor utama sangat berkaitan erat dengan
masalah pembiayaan. Jadi, pembahasan masalah sumberdaya pendidikan,
sarana dan prasarana itu tidak lepas dari masalah pembiayaan. Dalam
hubungan ini, semakin besar jumlah biaya pendidikan itu akan lebih
dimungkinkan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu,
apabila kita ingin meningkatkan mutu maka dana pendidikan itu haruslah
berlipat ganda. Singkatnya, faktor biaya pendidikan adalah penting dan
strategis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan bukanlah tugas ringan karena mencakup berbagai persoalan yang
menyangkut tentang perencanaan, pendanaan, efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan sistem sekolah.10
9
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam,….15.
10
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, …, 20.
19
Penyelenggara
pendidikan
diharapkan
mampu
mengalokasikan
pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu upaya peningkatan
mutu pendidikan perlu didukung kemampuan manajerial kepemimpinan.
Hendaknya pengelola berupaya untuk mengatur sumber keuangan, secara
efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan secara
optimal. Dalam
penyelenggaraan
kegiatan
Pendidikan,
manajemen
pembiayaan pendidikan merupakan potensi yang sangat urgen, merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam kajian manajamen Pendidikan.11 Komponen
pembiayaan pada sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan
terlaksananya kegiatan pendidikan dalam hal ini proses belajar mengajar.
Setiap kegiatan pendidikan akan terlaksana jika manajemen pembiayaan
pendidikan baik. Komponen pembiayaan akan menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Pengucuran anggaran yang lancar dari pemerintah, akan
berpengaruh terhadap kelancaran penyelanggaraan pendidikan. Pemerintah
telah mengatur standar pembiayaan, agar pembiayaan berjalan dengan baik
dan lancar. Hal ini temaktub dalam Undang Undang No 20 Tahun 2003 ,
yang berisi bagaimana seharusnya sekolah melakukan manajemen terhadap
anggaran pendidikan yang telah di anggarkan oleh pemerintah melalui APBN.
Sementara itu pada pasal 49 menyatakan alokasi dana pendidikan minimal
20% dari APBN
dan APBD.12 Pengelolaan keuangan secara umum
sebenarnya telah dilakukan dengan baik oleh semua sekolah. Hanya kadar
substansi pelaksanaannya yang beragam antara sekolah yang satu dengan yang
11
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah…. ,25.
Armida,” Model Pembiayaan di Indonesia”, Media Akademika, Volume 26, Nomor 1,
Januari 2011, 5.
12
20
lain. Adanya keberagaman ini dipengaruhi oleh status sekolah, sumber daya
manusia, lokasi serta jumlah siswa .13
Dari beberapa deskripsi tersebut dapat ditarik suatu konklusi bahwa
manajemen pembiayaan pendidikan berfungsi melancarkan berbagai kegiatan
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan
pendidikan.
Manajemen
pembiayaan pendidikan yang memadai sangat menentukan pencapaian tujuan
pendidikan. Pendidikan dengan sedikit dana dapat berlangsung, tetapi
pendidikan yang bermutu membutuhkan dana cukup besar. Oleh sebab itu
ada beberapa alasan pentingnya manajemen pembiayaan pendidikan dalam
mencapai kualitas layanan pendidikan antara lain: Manajemen pembiayaan
pendidikan sangat membantu pengelolaan sumber keuangan organisasi
pendidikan dalam menciptakan mekanisme pengendalian yang tepat bagi
pengambilan keputusan keuangan yang transparan, akuntabel, dan efektif.
Pelaksanaan MBS yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk
mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan
sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan
di hadapkan pada
keterbatasan dana.14 Biaya merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pendidikan. Penentuan biaya akan mempengaruhi
tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan didalam suatu organisasi. 15 jika suatu
kegiatan dilaksanakan dengan biaya yang relatif rendah tetapi dapat
13
Thomas,” Faktor faktor Penentu Kualitas Pendidikan Sekolah umum di Jakarta”,
hlm 7 diunduh 3 Januari 2015 pukul 17.00
14
E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, …, 48.
15
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo, 2014, 1.
21
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi maka hal ini dapat dikatakan
bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Dari paparan di atas tampak jelas bahwa manajemen keuangan merupakan
satu hal penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu
peneliti ingin menggali informasi dan temuan hasil penelitian yang berkenaan
dengan manajemen keuangan
yang efektif dalam meningkatkan mutu
pendidikan di MI Negeri Ambarawa. Madrasah merupakan ujung tombak
pendidikan dasar, Madrasah memegang kunci utama dalam pendidikan dasar.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa adalah satu satunya Madrasah
Ibtidaiyah negeri di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, yang
menyelenggarakan pendidikan sejak tahun 1965 dengan NSM.111133220097,
kepemilikan tanah hak milik , luas seluruh bangunan 1108 m2, waktu belajar,
pagi hari, status gedung milik negara, sifat gedung permanen, luas tanah, 4349
m2 Alamat sekolah jalan Sugiopranata, Panjang, Ambarawa Telp. (0298)
594845 Ambarawa 50612, Adapun profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Ambarawa adalah sebagai berikut :
Nama Sekolah
: Madrasah Ibtidaiyah Negeri Anbarawa
Kabupaten
: Ambarawa
Propinsi
: Jawa Tengah
a. Kepala Sekolah
1) Nama
: Drs. Amin Murtadlo.
2) Pendidikan Terakhir : S1 ( sedang menempuh S2)
22
3) Jurusan
: PAI
b. Tamatan
Tamatan yang dihasilkan lulus 100%, siswa yang melanjutkan 100%,
ke berbagai SMPN dan MTSN yang ada di seputar Ambarawa.
c. Angka mengulang siswa
Jumlah siswa mengulang pada MI Negeri Ambarawa tahun 2009
sebanyak 8 anak, tahun 2010 sebanyak 7 anak, tahun 2011 sebanyak 4
anak, tahun 2012 sebanyak 3 anak tahun 2013 sebanyak 1 anak tahun
2014 tidak ada yang mengulang.
d. Kondisi siswa yang diterima pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Ambarawa dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan.
e. Kondisi Guru, S2 7 orang , S1 13 orang
f. Jumlah siswa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan pada
tahun 2014/2015 sebanyak 464 anak.
g. Jumlah ruang belajar siswa sebanyak 14 ruang.
h. Pengurus Komite Sekolah
Pengurus komite sebanyak 8 orang, terdiri dari unsur tokoh
pendidikan, tokoh masyarakat, orang tua murid, pengusaha, ulama dan
unsur masyarakat.
MI Negeri Ambarawa terletak sangat strategis di kota Ambarawa dan
memiliki sarana prasarana yang memadai. MI Negeri ambarawa memiliki
jumlah siswa terbanyak se Kab. Semarang. Sehingga
MI Negeri
Ambarawa ini mempunyai tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang
23
diharapkan oleh masyarakat yaitu siswa lulusannya dapat diterima di
MTs Negeri. Pelaksanaan proses pendidikan di MI Negeri Ambarawa
melibatkan 20 guru. Banyaknya guru yang berlatar belakang pendidikan
S2 dan S1
ini dinilai oleh kepala sekolah sebagai kenyataan yang
menggembirakan. Adapun upaya kepala madrasah dalam meningkatkan
mutu pendidikan diwujudkan dalam pembinaan profesionalisme guru
dalam melaksanakan KBM melalui kemampuannnya dalam mengelola
kelas,
pembentukan
kelompok
diskusi,
peningkatan
pelayanan
Musyawarah, pengadaan bahan-bahan kepustakaan untuk guru dan siswa.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas maka penelitian ini di batasi
untuk meneliti materi materi yang ada dalam bentuk rumusan masalah
yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini. Adapun rumusan
masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
strategi
perencanaan
peningkatan
pendidikan Islam melalui manajemen
mutu
lembaga
pembiayaan pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa?
2. Bagaimanakah
pelaksanaan pembiayaan pendidikan
di
Madrasah
lembaga
pendidikan
Madrasah
Ibtidaiyah
Ibtidaiyah Negeri Ambarawa tahun ?
3. Bagaimanakah
Islam
dengan
Implikasi
peningkatan
manajemen
Negeri Ambarawa ?
C. Signifikasi Masalah
pembiayaan
mutu
di
24
Mengacu pada rumusan di atas maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi perencanaan pembiayaan pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa
2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa
3.
Untuk mengetahui Implikasi peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam
dengan manajemen pembiayaan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa
Setelah melakukan penelitian yang sesuai prosedur penelitian, maka
diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini
mendalami
dan
dapat
digunakan sebagai
mengembangkan
konsep
bahan kajian untuk
atau
teori
tentang
manajemen pembiayaan pendidikan dan bahan acuan bagi para
peneliti berikutnya, terutama yang berminat meneliti tentang halhal
yang
berhubungan
dengan
penganggaran,
pengalokasian,
pengawasan, dan pembiayaan pendidikan. Memberikan kontribusi
keilmuan
bagi
ilmu
pendidikan
terutama
mengenai
konsep
implementasi manajemen keuangan di lembaga pendidikan Islam
tingkat dasar.
b. Manfaat Praktis
Penelitian
khususnya
ini
yang
diharapkan
berkaitan
dapat
dengan
bermanfaat
bagi
manajemen
madrasah
pembiayaan
25
pendidikan,
pemanfaatan
mengalokasikannya
secara
dana
tepat
secara
sesuai
efisien
dengan
skala
dan
prioritas
sehingga mendukung kinerja yang efektif. Selain itu, penelitian ini
juga diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang manajemen
pembiayaan
pembuat
pendidikan
kebijakan,
bagi
pengelola
pengelola
satuan
madrasah
pendidikan
mengelola
dan
dana
pendidikan secara efisien dan efektif dan pemerintah pusat dan
daerah meningkatkan anggaran pendidikan untuk madrasah negeri
maupun madrasah swasta guna peningkatan mutu pendidikan.
D. Kajian Pustaka
Penelitian ini terinspirasi dari pemikiran penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Budi, melakukan penelitian dengan judul
Manajemen
Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar yang Efektif (Studi Multi
Kasus Sekolah Dasar Panglima Sudirman, Sekolah Dasar Abdul Rahman,
dan Sekolah Dasar Welirang di Kota Batu) menjelaskan tentang
pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan melalui program BOS ,
sekolah sangat terbantu.16
Andrian, Arkanudin, Gusti Suryansyah Judul penelitian Implementasi
Pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah di SMKN 1 Kab. Sintang.
Hasil penelitiannya adalah
Implementasi pengembangan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) melalui keterlibatan Komite Sekolah di SMKN 1
16
Budi. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar yang Efektif (Studi
Multi Kasus Sekolah Dasar Panglima Sudirman, Sekolah Dasar Abdul Rahman, dan
Sekolah Dasar Welirang di Kota Batu). Disertasi, Program Studi Manajemen Pendidikan,
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2011.
26
Kabupaten Sintang belum terlaksana dengan maksimal. Kondisi ini terlihat
dari belum sepenuhnya Komite Sekolah berperan aktif dalam upaya
peningkatan mutu sekolah.17
Hasbi, judul penelitian,” Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah
Dalam Sistem Pendidikan Nasional di kota Palopo Tahun 2011-2012
metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan dengan pendekatan historis, sosiologis dan holistikintegratif, metode: observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) mutu pendidikan madrasah di
Kota Palopo sudah memenuhi standar nasional pendidikan (2) implentasi
peningkatan
mutu
pendidikan
madrasah
dan
upaya
mengatasi
hambatannya MTsN dan MAN Palopo telah memenuhi Standar Nasional
Pendidikan18
Sabar Budi Raharjo judul penelitian,” Evaluasi Trend Kualitas
Pendidikan di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, setiap
satuan pendidikan memberi tanggapan yang positif dan layak untuk
menerapkan standar nasional pendidikan. Kualitas lulusan dan persentase
lulusan cenderung naik. Jumlah sekolah yang terakreditasi yang terbanyak
adalah nilai B. Variabel standar isi, ketenagaan, sarana dan prasarana,
pembiayaan, pengelolaan, penilaian, mempunyai hubungan yang positif
17
Andrian, Arkanudin, Gusti Suryansyah, ” Implementasi Pengembangan Manajemen
Berbasis Sekolah di SMKN 1 Kab Sintang”, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN, 2013.
18
Hasbi,” Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Dalam Sistem Pendidikan
Nasional di kota Palopo Tahun 2011-2012 “, Jurnal Diskursus Islam Volume 1 Nomor
3, Desember 2013.
27
yang besarnya bervariasi terhadap variabel standar proses dan komptensi
lulusan. Kualitas pelayanan untuk SD mencapai 87,4%, SMP 82,6%,19
Marus Suti judul penelitian “Strategi peningkatan mutu diera otonomi
pendidikan”
meningkatan
menyatakan bahwa
kualitas
upaya
pendidikan
dengan
yang dilakukan dalam
meningkatan
kapasitas
kelembagaan, penerapan aspek efisiensi internal, penerapan aspek
eksternal pendidikan merealisasikan dan memperhatikan pendekatan
dalam peningkatan mutu pendidikan.20
Sri Suratno Judul penelitian “Manajemen Pembiayaan Pendidikan
(Studi Kasus di SD Islam Unggulan Bazra Sragen Tahun Ajaran
2005/2006) Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang
diterapkan di SD Islam Unggulan Bazra Sragen sudah sesuai dengan
fungsi dan manajemen pembiayaan pendidikan dalam ruang lingkup
administrasi pendidikan.21
Ichsani Judul penelitian “Transparansi Manajemen Keuangan (Studi
di Pondok Pesantren Salaf dan Modern Masyithoh di Desa Bolo,
Wonosegoro, Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009)”, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa manajemen keuangan di pondok pesantren ini sudah
transparan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yang mengarah
19
Sabar Budi Harjo” Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan di Indonesia” , Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 16, Nomor 2, 2012.
20
Marus Suti,” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “, Jurnal
Medtek, volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.
21
Sri Suratno,” Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Studi Kasus di SD Islam
Unggulan Bazra Sragen “, Tesis, STAIN Surakarta, 2005.
28
kepada
perwujudan
transparansi
meliputi
penyusunan
anggaran,
pembukuan keuangan, evaluasi keuangan dan pertanggungjawaban.22
Andre menyatakan bahwa tidak semua lembaga pendidikan yang
mahal memiliki fasilitas pendidikan serba bagus menjadi jaminan bahwa
lembaga tersebut baik. Tetapi lembaga pendidikan yang baik mempunyai
manajemen pembiayaan pendidikan yang baik dan fasilitas pendidikan
juga baik. Akan menjadi sesuatu yang paradoksal ketika berbicara mutu
tanpa didukung dana yang cukup. Mereka menyatakan bahwa kebutuhan
program pendidikan dihitung berdasarkan teori ekonomi pendidikan yang
rasional. Selama kondisi keuangan sekolah belum memadai sulit
diharapkan terjadinya perubahan dalam mutu. Salah satu komponen dalam
MBS adalah siswa dan staf harus dijamin kesejahteraan dan disediakan
kegiatan untuk pengembangan diri.23
Ba’haqi, Nazir, Zahra. Manajemen Pembiayaan pendidikan pada
SMKN di Kab. Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
manajemen pembiayaan pendidikan merupakan komponen yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan proses pendidikan tidak
dapat berjalan tanpa pembiayan.24
22
Ichsani,” Transparansi Manajemen Keuangan, Studi di Pondok Pesantren Salaf
dan Modern Masyithoh di Desa Bolo, Wonosegoro, Boyolali”, Tesis, STAIN Surakarta,
2008.
23
Adre ,” Analisis Kebijakan Berbasis Sekolah”, Jurnal Pendidikan jilid 14,
Nomor 2, Juli 2005.
24
Ba’haqi, Nazir, Zahra, “Manajemen Pembiayaan pendidikan pada SMKN di
Kab. Aceh Besar”, Jurnal Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Syiah Kuala,
Volume 1, Nomor 1, 2012.
29
Sri Haryati, Pengembangan Model Manajemen Pembiayaan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
di Kota Magelang, Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP RSBI di
Kota Magelang telah melaksanakan manajemen pembiayaan pendidikan
berbasis
kinerja
melalui
empat
tahap
yaitu:
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Penelitian ini
juga menemukan pola manajemen pembiayaan di satuan pendidikan yang
berupa SOP Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan model penghitungan
unit cost per siswa per tahun per satuan pendidikan. Kedua model tersebut
telah diujicoba dan terbukti efektif.25 Thomas Suyatno,” Faktor Faktor
Penentu Kualitas Pendidikan SMU di Jakarta”. Hasil penelitian Kualitas
sekolah dapat ditingkatkan melalui perbaikan dan peningkatan manajemen
pembiayaan pendidikan dan peningkatan integritas kepala sekolah dan
lingkungan sekolah.
Susilawaty, Cut Zahri, Khairuddin,” MBS dalam pengelolaan
pembiayaan sekolah di SDN 4 Kota Banda Aceh”. Hasil penelitiannya,
Penerapan MBS merupakan salah usaha untuk meningkatkan
mutu
pendidikan secara efektif dan produktif. Pengelolaan manajemen
pembiayaan
pendidikan
yang
baik
akan
memperlancar
proses
pembelajaran sehingga akan meningkatkan mutu pendidikan.
25
Sri Haryati,” Pengembangan Model Manajemen Pembiayaan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Magelang”,
Journal of Economic Education 1, 2012.
30
Penelitian Ida AES yang berjudul Analisis
Dampaknya
Biaya Pendidkan dan
Terhadap Kualitas Proses Pembelajaran dan Aspirasi
Pendidikan Siswa (Studi Tentang Persepsi Para Siswa SMA Dwijendra
Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012 berisi tentang (1) rata-rata biaya
yang dikeluarkan siswa (2) terdapat korelasi yang signifikan antara
manajemen pembiayaan pendidikan dengan kualitas proses pembelajaran
(3) terdapat korelasi yang signifikan antara
manajemen pembiayaan
pendidikan terhadap aspirasi pendidikan (4) terdapat korelasi antara
manajemen pembiayaan
pendidikan secara simultan dengan kualitas
proses pembelajaran dan aspirasi pendidikan siswa. Dapat disimpulkan
bahwa, manajemen pembiayaan pendidikan memiliki korelasi yang
signifikan dengan mutu proses pembelajaran dan aspirasi pendidikan 26
HM. Sukardi dkk. dalam penelitiannya tentang “ pola pembiayaan
SMK Negeri dan Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta” menemukan
bahwa sumber pembiayaan terbesar untuk SMK Negeri berasal dari
pemerintah (pusat dan daerah), sedangkan untuk SMK swasta berasal dari
orang tua siswa. Sumbangan yang berasal dari masyarakat, dunia usaha
dan industri serta pemanfaatan potensi melalui unit produksi baik untuk
SMK Negeri maupun SMK Swasta secara umum belum menghasilkan
sumbangan dana yang berarti. Di samping itu ditemukan juga bahwa
26
Ida AES,” Analisis Biaya Pendidkan dan Dampaknya Terhadap Kualitas Proses
Pembelajaran dan Aspirasi Pendidikan Siswa (Studi Tentang Persepsi Para Siswa SMA
Dwijendra Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012) Tesis, Program Studi Administrasi
Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja: 2012.
31
semua SMK merasakan hambatan manajemen pembiayaan pendidikan
berupa keterlambatan siswa orang tua dalam melunasi iurannya. 27
Dari penelitian tersebut tampak bahwa belum ada perubahan yang
berarti dalam orientasi manajemen pembiayaan pendidikan. SMK negeri
pada umumnya masih mengandalkan dana dari pemerintah sedangkan
SMK Swasta pada umumnya sangat bergantung pada orangtua siswa.
penelitian tersebut juga menemukan dana yang berasal dari masyarakat,
dunia usaha dan unit produksi masih rendah. Hal ini mengindikasikan
belum mampunya SMK dalam menggali sumber dana alternative dari
masyarakat, dunia usaha/industri serta pemanfaatan potensi yang dimiliki.
Meskipun demikian terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa
belum tentu manajemen pembiyaan pendidikan dapat meningkatkan mutu
pendidikan, Dedy Achmad Kurniady menyatakan bahwa
manajemen
pembiayaan pendidikan tidak berdasarkan pada perencanaan yang dibuat
karena keterbatasan dana yang dimiliki , pembiayaan berdasarkan pada
hal hal yang urgen saja dan berdasarkan pada pengalaman pengalaman
tahun
lalu, sehingga hal ini berpengaruh pada penurunan mutu
pendidikan.28
Wagiran, “Peluang dan tantangan pembiayaan pendidikan menengah
kejuruan dalam era otonomi daerah dan penerapan manajemen
27
Sukardi, dkk,” Pola Pembiayaan Siswa SMK Negeri dan Swasta di DIY “,
Laporan Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, 2004.
28
Armida, “Sistem Anggaran Pendidikan (Studi Tentang Sistem Penganggaran
Pendidikan dan Efektivitas Penggunaan Biaya Pendidikan serta Dampaknya Terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Jambi)”, Jurnal Penelitian
Pendidikan Volume 12, No 1, 1 April 2011.
32
peningkatan mutu berbasis sekolah “ Penerapan otonomi daerah serta
manajemen berbasis sekolah, belum berpengaruh banyak pada orientasi
manajemen pembiayaan pendidikan. Production Based Education serta
optimalisasi pengelolaan unit produksi yang dapat dikembangkan sekolah
merupakan salah satu upaya untuk mendukung manajemen pembiayaan
pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan.29
David Wijaya
menemukan
Sistem manajemen pembiayaan
pendidikan merupakan bagian dari manajemen berbasis
sekolah serta
merupakan salah satu alat penentu terwujudnya mutu pendidikan.
Pendidikan yang mahal bukan berarti secara otomatis dapat menunjukkan
mutu pendidikan yang tinggi, karena tinggi rendahnya biaya pendidikan
yang dikeluarkan ditentukan oleh manajemen pembiayaan pendidikan.
Oleh karena itu, setiap sekolah seharusnya menerapkan manajemen
pembiayaan pendidikan berbasis akuntansi yang sesuai dengan standar
akuntansi dan keuangan yang berlaku secara umum serta sistem
manajemen pembiayaan pendidikan
yang berbasis peningkatan mutu
pendidikan. 30.
Dari telaah beberapa hasil
penelitian di atas maka ditemukan
inkonsistensi hasil penelitian manajemen pembiyaan pendidikan
dan
meningkatkan mutu pendidikan.
29
Wagiran,” Peluang dan tantangan pembiayaan pendidikan menengah kejuruan
dalam era otonomi daerah dan penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Volume 15, Nomor 2, 2
Oktober 2006.
30
David Wijaya, Implikasi Manajemen keuangan Sekolah terhadap kualitas
pendidikan “, Jurnal Pendidikan Penabur, Nomor 13, Desember 2009.
33
Penelitian-Penelitian di atas lebih menitikberatkan pada masalah
manajemen pembiayaan atau keuangan serta trasparansi manajemen
pembiayaan saja, belum menyentuh pada tataran implikasinya terhadap
peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di lembaga bersangkutan.
Maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti manajemen keuangan
dalam kaitannya dengan perencanaan keuangan, penggunaan keuangan,
dan
implikasinyan
manajemen
pembiayaan
pendidikan
dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MIN Ambarawa .
E. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan tesis ini dibagi menjadi enam bab, yaitu:
Bab I: Pendahuluan, membahas tentang: Latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kajian pustaka, membahas
tentang: Konsep manajemen keuangan, mutu pendidikan, serta hasil penelitian
terdahulu dan sistematika penulisan.
Bab II: Landasan teori : membahas tentang
strategi peningkatan mutu
lembaga pendidikan Islam, manajemen pembiayaan pendidikan, implikasi
manajemen pembiayaan pendidikan dengan mutu lembaga pendidikan Islam.
Bab III: Metode yang digunakan untuk memaparkan data dan temuan
penelitian tentang strategi peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam
melalui Manajemen pembiayaan.
Bab IV: Pembahasan, mencakup: Visi, misi madrasah, strategi Peningkatan
mutu, Perencanaan keuangan, penggunaan keuangan, dan implikasinya dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MIN Ambarawa serta analisis.
34
Bab V: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
Landasan Teori
A. Strategi Peningkatkan Mutu Pendidikan Islam
1. Pengertian Peningkatan Mutu
Strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran yang khusus. 31 Dulu strategi digunakan dalam kegiatan
berperang, tetapi istilah ini kemudian dapat diterapkan dalam berbagai
lingkup kehidupan diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai
31
Kamus besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta: Balai Pustaka, 2001. 708
35
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Peningkatan memiliki kata dasar
tingkat ditambahi imbuhan pe-an sehingga menjadi peningkatan yang
berupa kata benda dengan arti proses, cara, perbuatan meningkatkan
sesuatu.32 Selanjutnya mutu adalah
baik buruk suatu keadaan. Mutu
mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil
kerja) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang
intangible. Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh Abdul Hadis, dan
Nurhayati, dalam Manajemen Mutu Pendidikan menurut para ahli yaitu:
1) Menurut Juran , mutu produk ialah kecocokan penggunaan produk
(fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama
yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau
status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada
jaminan; (5) etika, yaitu sopan santun.
2) Menurut Crosby mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki
mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah
ditentukan, standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi, dan
produk jadi .
3) Menurut Deming mutu ialah kesesuaian kebutuhan pasar atau
konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang
menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan
32
Kamus besar bahasa Indonesia, …… 677
36
kebutuhan
konsumen,
sehingga
menimbulkan
kepuasan
bagi
konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia
dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
4) Menurut Feigenbaum mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya
(full customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila
memberikan kepuasan
kepada konsumen, yaitu sesuai dengan
harapan konsumen atas produk yang dihasilkan.
5) Garvi dan Davis menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.33
Dari beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.
Menurut Sallis dalam Thomas mengatakan bahwa mutu dapat diartikan
sebagai derajat kepuasan luar biasa yang di terima oleh pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya.34 Menurut Marus Suti, mutu dapat
dilihat dari dua sisi yaitu segi normatif dan segi diskriptif. Dalam arti
normatif mutu
berdasarkan pertimbangan instrinsik, mutu pendidikan
merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai standar
ideal. Sedangkan secara ekstrinsik, pendidikan merupakan instrument
33
Hadis, Abdul & Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit
AlfaBeta, 2010,84-85
34
Thomas, Partono. ” Faktor Determinan Produktivitas Sekolah”, Jurnal Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan Tahun 17, Nomor 1, 2013, 3
37
untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Dalam arti deskriptif, mutu
ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya misalnya hasil tes.35
Dengan demikian, penulis simpulkan bahwa mutu pendidikan
adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif
dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kulikuler
pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan
atau menyelesaikan pembelajaran tertentu. Mutu dalam konteks "hasil
pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai sekolah pada kurun
waktu tertentu. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan
akademis (misalnya ulangan umum, UN atau UAMBN). Dapat pula
prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga,seni atau
keterampilan. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak
dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban,saling
menghormati, kebersihan, dsb.
Achmad mengemukakan bahwa, mutu pendidikan di sekolah dapat
diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara
operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan dengan
sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap norma atau standar
yang berlaku.36 Apapun yang dilakukan harus berpatokan pada aturan dan
standar. Ada banyak pendapat mengenai kriteria mutu pendidikan. Mutu
pendidikan menurut standar nasional pendidikan adalah pendidikan yang
35
Marus Suti, Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Daerah, Jurnal MEDTEK,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011,5
36
Dedy,Achmad, Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Bandung, Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol.12. No I, April 2011, 5.
38
menghasilkan lulusan sesuai dengan harapan masyarakat, baik dalam
kualitas pribadi, moral pengetahuan maupun kompetensi kerja.
Mutu merupakan sebuah konsep yang kontradiktif sebab di satu sisi
mutu dapat diartikan sebagai konsep yang absolut dan di sisi lain bisa
diartikan konsep yang relatif. Sebagai konsep yang absolut, mutu
dipahami sebagai dasar penilaian untuk kebaikan dan kebenaran yang
memungkinkan standar tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu
yang bersifat relatif ialah mutu dapat dinilai terus kelanjutannya, mutu
merupakan produk konseptual yaitu apa yang dianggap sekarang bermutu
belum tentu besok bisa dianggap bermutu sehingga perlu adanya perbaikan
terus menerus. Secara terminologi mutu telah didefinisikan secara
beragam, Edward Dening mendefinisikan mutu sebagai “ kesesuaian
dengan kebutuhan pasar”, dari definisi ini, Armand V. Feigenbaun
mengatakan ukuran relatif dari suatu produk atas jasa sesuai dengan
standar mutu desain. Mutu desain meliputi spesifikasi produk dan mutu
kesesuaian, yaitu seberapa jauh suatu produk telah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Dengan berbagai pengertian mutu tersebut maka
manajemen mutu berarti sebagai keseluruhan metode untuk mengatur
mutu dalam suatu organisasi yang meliputi produk, jasa, kinerja, proses
dan sumber daya manusia. Manajemen mutu menggabungkan trilogi mutu,
yaitu perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan perbaikan mutu.37
37
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (konsep, prinsip dan
aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah ), 320-321.
39
Dengan demikian dapat simpulkan bahwa mutu pendidikan bukan
ditentukan dari lembaga penyelenggara pendidikan tetapi mutu pendidikan
adalah spesifikasi yang dikehendaki dan kesesuaian dengan apa yang
menjadi pandangan serta harapan masyarakat, dengan mengoptimalkan
keseluruhan penunjang mutu pendidikan, yaitu input, proses, sehingga
akan menghasilkan kualitas output mutu pendidikan yang tinggi. Indikator
sekolah bermutu dari perspektif service provider adalah sekolah sebagai
lembaga pendidikan harus memenuhi indikator produk sebagai berikut:
a. Sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau confoormance to
specification.
b. Sesuai dengan penggunaan atau finess for purpose or use.
c. Produk tanpa cacat atau zero defect.
d. Sekali benar dan seterusnya atau right First every time .
Dalam konteks pendidikan nasional maka ke empat indikator mutu
tersebut di atur dalam SNP sesuai dengan UU No 32 Tahun 2013 yaitu:
standar isi, standar kompetensi lulusan, standaar proses, standar
pembiayaan, staandar pengelolaan, standar sarana prasarana, standar
penilaian pendidikan. Sedangkan indikator mutu pendidikan menurut
spesifikasi costemer ialah.
a) kepuasan pelanggan bila produk dan jasa memenuhi harapan
pelanggan.
b) Setia kepada pelanggan bila produk dan jasa memenuhi harapan.
40
Pelanggan sesuai dengan konsep bahwa pendidikan adalah layanan
jasa maka indikator kepuasan pengguna dapat dilihat dari penampilan,
respons, handal, keyakinan, empati. Indikator peningkatan mutu
pendidikan di sekolah dilihat pada setiap komponen pendidikan antara
lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah, proses
pembelajaran sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi
kurikulum, sistem penilaian, dan komponen lainya. Ini berarti melalui
pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Pengawas sekolah harus menjadi bagian
intergral dalam meningkatkan mutu pendidikan agar bersama guru, kepala
sekolah, staf sekolah dan lain sebagainya berkolaborasi membina dan
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan
seoptimal mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.38
B. Indikator Mutu Pendidikan
Indikator
atau kriteria yang
dapat dijadikan tolak ukur mutu
pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan misalnya tes tertulis, anakdot,
skala sikap.39 Dalam konteks pendidikan, indikator mutu berpedoman
pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai
oleh sekolah pada kurun waktu tertentu. Sedangkan prestasi yang dicapai
dapat berupa hasil tes kemampuan akademik atau prestasi non akademik.
Faktor Faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu.
38
Undang-undang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Peraturan Menteri No 19
Tahun 2011
39
Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad
21;Indikator cara mengukur dan faktor faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan,Sindo:
Bandung, 1994,390.
41
Dalam peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh input dan
faktor proses manajemen pendidikan. Input pendidikan adalah segala
sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan terdiri dari
seluruh sumber daya sekolah menurut Subagio terdiri dari man, money,
policy.40 Dari pengertian diatas maka input pendidikan merupakan faktor
yang mempengaruhi mutu dapat berupa
1. Sumber daya manusia sebagai pengelola sekolah terdiri dari :
a) Kepala Sekolah merupakan guru yang mendapat tugas tambahan
sebagai kepala.
b)
Guru merupakan adalah pendidik professional yang tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
c) Tenaga kependidikan.
2.
Sarana prasarana
Sarana prasarana pendidikan merupakan media belajar atau alat bantu
yang pada hakikatnya akan lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.41
3.
40
Kesiswaan
Subagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Ardadizya Jaya: Jakarta,
2002, 22.
41
1990.
Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, Remaja Rosdakarya: Bandung, 22,
42
Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang turut
menentukan keberhasilan proses pendidikan. Penerimaan siswa
berdasarkan pada criteria yang jelas transpran dan akuntabel.
4. Pembiayaan
Salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan
mutu dan kesesuaian pendidikan adalah pembiayaan pendidikan yang
memadai.
Sekolah
harus
memiliki
dana
yang cukup
untuk
menyelenggarakan pendidikan. Oleh karena itu pembiayaan harus
dikelola secara transparan.
C. Standar Mutu Pendidikan
Secara nasional standar mutu pendidikan merujuk pada Undang
Udang Sistem Pendidikan Nasional no 32 tahun 2013 meliputi:
Standar Kompetensi Lulusan
Standar ini merupakan kulifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan
dengan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Standar Kompetensi Lulusan
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan Peserta
Didik dari satuan pendidikan. Sebagaimana yang tercantum pada pasal 26
bahwa Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar
bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Standar Isi
43
Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan
tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Sebagaimana yang tercantum pada pasal 5
bahwa Standar Isi mencakup kriteria: a. ruang lingkup materi; dan tingkat
Kompetensi. Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
a
berlaku untuk satuan pendidikan.
Tingkat
Kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku untuk Peserta Didik
pada setiap tingkat kelas. Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Sedangkan ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) dirumuskan berdasarkan kriteria: a.muatan wajib yang ditetapkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; b.konsep keilmuan; dan
c.karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan.
Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Sebagaimana yang tercantum pada
pasal
19
bahwa
Proses
Pembelajaran
pada
satuan
pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta
Didik.
Setiap
satuan
pendidikan
melakukan
perencanaan
proses
44
Pembelajaran,
pelaksanaan
proses
Pembelajaran,
penilaian
hasil
Pembelajaran, dan pengawasan proses Pembelajaran untuk terlaksananya
proses Pembelajaran yang efektif dan efisien.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar ini merupakan standar nasional tentang kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam
jabatan dari tenaga guru dan tanaga kependidikan lainnya. Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) sertifikat profesi guru untuk SD/MI
Standar Sarana dan Prasarana
Standar ini merupakan kriteria minimal tentang ruang belajar,
perpustakaan, tempat olahraga, tempat ibadah, tempat bermain dan
rekreasi, laboratorium, bengkel kerja, sumber belajar lainnya yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Dalam standar ini
termasuk pula penggunaan teknologi informasi dan komunika. Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
45
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjut. Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,
ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
Standar Pengelolaan
Standar ini meliputi perencanaan pendidikan, pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pada
tingkat nasional. tujuan dari standar ini ialah meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pemerintah menyusun rencana
kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program.
Standar Pembiayaan
Standar ini merupakan standar nasional yang berkaitan dengan
komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan selama satu
tahun.Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
46
dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya
personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. gaji pendidik
dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
b.
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi, dan lain sebagainya.Standar biaya operasi satuan
pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan
BSNP.
Standar Penilaian Pendidikan
Standar ini merupakan standar nasional penilaian pendidikan tentang
mekanisme, prosedur, instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian yang dimaksud di sini adalah penilaian pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah yang meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik,
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar
oleh pemerintah.
Delapan standar nasional pada akhirnya akan bermuara pada suatu
tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
47
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.Pemerintah mewajibkan setiap satuan pendidikan,
baik formal maupun nonformal untuk melakukan penjaminan mutu
pendidikan yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana serta
memiliki target dan kerangka waktu yang jelas agar dapat memenuhi atau
bahkan melampaui standar nasional pendidikan.
Sebuah sistem pendidikan meniscayakan adanya sebuah evaluasi
guna mengontrol kinerja suatu satuan pendidikan, sehingga dengan adanya
fungsi kontrol tersebut tingkat efektivitas, produktivitas, berhasil dan
gagalnya sistem pendidikan dapat dipantau. Sebagaiman tercantum dalam
bab XII pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
Di samping ikut serta dalam proses evaluasi kinerja pendidikan, pemerintah
juga berwenang dalam melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Yang dimaksud akreditasi di sini adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dan atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan. Akreditasi oleh pemerintah ini dilaksanakan oleh BANS/M (pada jenjang pendidikan dasar dan menengah),
2). Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
48
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab
yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran
atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm)
berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan
atau tata krama yang sasarannya manusia. 42 Walaupun belum ada
kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud
pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, istilah bahasa Arab yang menurut
penulis dapat meliputi kedua istilah di atas.
Hal yang sama dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa
pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inhern dalam
konotasi istilah tarbiyah, ta’lîm dan ta’dzîb yang harus dipahami secara
bersama-sama.43 Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai
dengan ajaran Islam.44 Rumusan ini sesuai dengan pendapat Endang
Saefudin Anshari yang dikutip Azra bahwa pendidikan Islam adalah
42
Rusli Karim, Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita, Yogyakarta:Tiara
Wacana,1991, 67
43
Rusli Karim, Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita , ….,67
44
Imam Barnadib, Sistem Pendidikan Nasional Menurut Konsep Islam dalam
”Islam dan Pendidikan Nasional,”Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983, 135-136
49
proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan fisik dan psikis
siswa dengan bahan materi dan metoda tertentu dengan alat perlengkapan
yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu sesuai dengan ajaran Islam.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kita perlu melakukan kajian
terhadap rencana yang terkait dengan kualitas untuk upaya memberikan
bimbingan kepada peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam.
D. Manajemen Pembiayaan
Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari kata asal kata
manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata
itu digabungkan menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja
to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang
melakukan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.45 Menurut Marry
Parker Follet mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut: “the art
of getting things done through people” artinya manajemen sebagai seni
untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang orang. 46
Manajemen
adalah
kegiatan
yang
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian.47 Sedangkan pengertian manajemen
menurut Henry L. Sisk pada buku Principles of Management
mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut: “Management is the
45
Husaini Usman, Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008, cet 2, 4.
46
Husaini Usman, Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, 3.
47
Kamus besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. 408
50
coordination of all resources throughthe processes of planning,
organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives48.
Manajemen berupa mengkoordinasikan semua sumber daya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan kontrol guna mencapai
tujuan secara obyektif.
Menurut
Sergiovanni,
Barlingome,
Coonbs
dan
Thurton
mendefinisikan manajemen sebagai “process of working with and through
others to accomplish organizational goals efficiently”. Yaitu proses kerja
dengan dan melalui (memberdayakan) orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Oleh karena itu, definisinya merupakan proses
terdiri
atas
kegiatan
dalam
upaya
mencapai
tujuan
kerjasama
(administrasi) secara efisien pengertian tersebut sesuai dengan pendapat
Gorton yang menegaskan bahwa manajemen merupakan metode yang
digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau
mencapai tujuan tertentu.49
Manajemen adalah suatu istilah yang sulit didefinisikan secara
tepat ada sejumlah teori yang diajukan bersama dengan sangat banyak
deskripsi berdasarkan observasi karena sulitnya maka batas-batas
manajemen pendidikan tidak jelas.50
48
Henry L. Sisk, Principles of Management Brighton England: South-Western
Publishing Company, 1969, 10
49
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari
Sentralisasi Menuju Desentralisasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, cet 2, 39.
50
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006, 16-17.
51
Dari pendapat para ahli manajemen di atas penulis menyimpulkan
bahwa manajemen adalah suatu tindakan yang terdiri perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai tujuan.
Dalam pengertian sehari-hari istilah pembiayaan berasal dari kata finance
dikaitkan dengan usaha memperoleh modal untuk membiayai aktifitas
yang dilakukan. Namun pengertian keuangan itu diperluas, dalam arti
bukan hanya sebagai usaha pengumpulan modal, melainkan mencakup
dimensi penggunaan modal. Perluasan pengertian itu sebagai akibat
kesadaran bahwa modal merupakan faktor produksi yang langka sehingga
perlu dipakai sebaik mungkin.51 Pengertian lain pembiayaan pendidikan
adalah sejumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai
keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru,
peningkatan profesionalisme guru, pengadaan sarana ruang belajar siswa,
perbaikan ruang, pengadaan peralatan, kegiatan ekstra kurikuler siswa dan
pengadaan buku pelajaran.52
Dari definisi di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
manajemen pembiayaan pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang
mengatur keuangan madrasah mulai dari perencanaan, pembukuan,
pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan madrasah
dengan pengendalian atas fungsi manajemen untuk mewujudkan tujuan
organisasi. Berikut pandangan Islam tentang pertanggungjawaban. Firman
Allah SWT dalam Surat Al-zalzalah ayat 7- 8:
51
Harbangan Siagian, Administrasi Pendidikan ,Semarang, Setya wacana,
1989,130.
52
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,… 64.
52
             
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
Dia akan melihat (balasan)nya (7) dan Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya .53
Dalam pandangan agama Islam, segala sesuatu harus dilakukan
secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan
baik, sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan
prinsip utama dalam ajaran Islam yang sesuai dengan unsur-unsur
manajemen. Berikut ini dapat kita lihat mengenai manajemen dan
kewajiban untuk bertanggung jawab. Firman Allah SWT.
     
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.
(QS. Al-Mudasir: 38.54
a. Sumber Pembiayaan Madrasah
Pada tingkat sekolah, biaya pendidikan diperoleh dari subsidi
pemerintah pusat dan pemerintah Sejauh tercatat dalam rencana anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS), sebagian besar biaya
pendidikan di tingkat sekolah berasal dari pemerintah pusat, sedangkan
sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan.
53
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Al-Waah, 1989,
54
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, …992.
1087.
53
Sumbangan dapat diberikan secara insedental guna menutup sebagian
kecil kebutuhan rutin sedang bantuan dapat diberikan berdasarkan jumlah
murid, serta subsidi diberikan untuk menutup semua pengeluaran rutin
sekolah.55 Jadi pendapatan madrasah selain bersumber berasal dari orang
tua siswa juga bersumber dari pemerintah, bantuan luar negeri dan
sumbangan sukarela.
b. Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Madrasah
Manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah merupakan
bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan yang secara keseluruhan
menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan
transparan. Dari berbagai hasil kajian konseptual dapat dideskripsikan
bahwa manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah mencakup
tiga kegiatan pokok
yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pertanggungjawaban. Berdasarkan penjelasan dari konsep manajemen
pembiayaan di lembaga pendidikan formal dapat melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
Penganggaran (budgeting)
Penganggaran adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk
mengatur pemakaian sumber daya pada masa yang akan datang. 56
Anggaran sering kali dimaknai sebagai suatu rencana, namun dalam
bidang manajemen pembiayaan di lembaga pendidikan sering disebut
55
Harbangan Siagian,….133.
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan konsep dan aplikasinya, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2014, 4.
56
54
dengan RAPBM. Ada dua bagian dalam penganggaran, yaitu perkiraan
pendapatan dan pengeluaran. Perkiraan dan penyajian pendapatan harus
dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat direalisasikan.57 Biaya
pendidikan pada umumnya diartikan sebagai pengeluaran sejumlah uang
untuk membiayai pendidikan.
Investasi dalam pendidikan diperlukan untuk merespon kebutuhan
ekonomi tenaga kerja menurut jenis pendidikan. Investasi merupakan
pengorbanan sejumlah nilai tertentu saat ini untuk memperoleh nilai
(pengembalian) mendatang yang tentunya dengan harapan lebih besar dari
nilai saat ini.58 Biaya investasi sekolah meliputi biaya penyediaan sarana
dan prasarana serta biaya pengembangan sumber daya manusia. Sementara
itu, biaya personal meliputi segala macam pembiayaan yang harus
dikeluarkan oleh siswa sekolah, antara lain SPP (tuition fee) dan biaya
praktikum, agar dapat mengikuti pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
Adapun biaya operasional sekolah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 62 meliputi biaya investasi, biaya operasional
dan biaya personal. Biaya investasi meliputi penyediaan sarana prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Sedangkan
biaya operasional mencakup tiga komponen, yaitu: (1) gaji pendidik dan
tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; dan
(2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai (boardmarker/kapur,
57
58
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah,…. 47-48.
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,… 39.
55
penghapus, tinta, kertas tik dan sebagainya); (3) dan biaya operasional
pendidikan tidak langsung yakni biaya pemeliharaan sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, air, jasa, daya listrik, telekomunikasi, asuransi
dan sebagainya.59 Penerimaan biaya pendidikan di sekolah H. M. Levin
dalam Armida menyatakan adalah school revenue refer to the financial
receipts of school for supporting their operations. Such revenues can be
derived from taxation, tuition charges, and student fees as well as from
contributions and income from the provisions of goods and services.60
Kaitannya dalam penyusunan anggaran adalah harus menerapkan
prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran
harus berimbang diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.
Dengan anggaran berimbang maka kehidupan sekolah akan menjadi
efektif dan efisien dalam hal keuangan, sehingga sentralisasi pengelolaan
keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan sekolah, dalam rangka
untuk mempermudah pertanggungjawaban keuangan.
Penulis menyimpulkan bahwa anggaran ialah suatu rencana yang
berisi jumlah uang yang dimiliki untuk membiayai kegiatan proses
pendidikan
dalam
rangka
mencapai
tujuan
pendidikan.
Adapun
Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah (RAPBM) Proses
59
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sinar Grafik.
60
Armida, “Sistem Anggaran Pendidikan (Studi Tentang Sistem Penganggaran
Pendidikan dan Efektivitas Penggunaan Biaya Pendidikan serta Dampaknya Terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Jambi)”, Jurnal Penelitian
Pendidikan Volume 12, Nomor 1, 1 April 2011,5.
56
pengembangan RAPBM pada umumnya menempuh langkah pendekatan
dengan prosedur sebagai berikut:
1) Pada tingkat kelompok kerja yang dibentuk madrasah yang
terdiri para pembantu kepala madrasah memiliki tugas antara
lain melakukan identifikasi kebutuhan biaya selanjutnya
diklasifikasikan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan
kebutuhan.
2) Pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah dengan
kelompok kerja yang telah terbentuk perlu diadakan rapat
pengurus dan rapat anggota dalam mengembangkan kegiatan
yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan
RAPBM.
3) Sosialisasi dan legalitas setelah RAPBM dibicarakan dengan
komite madrasah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai
pihak. pada tahap sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja
melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta
mengajukan usulan RAPBM kepada Kanwil Departemen
Agama untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.61
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dalam
garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan yakni
penerimaan pengeluaran dan penggunaan.
61
Departemen Agama, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Bandung:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Sekolah, 2003,116-119.
57
1) Penerimaan
Penerimaan keuangan sekolah dari sumber dana perlu
dibukukan
berdasarkan prosedur pengelolaan yang disepakati, baik
berupa konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Prosedur
pembukuan penerimaan keuangan sekolah di lingkungan Departemen
Pendidikan Nasional, tampaknya menganut pola panduan antara
pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya terdapat beberapa
anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang intinya
pihak sekolah tidak boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan atau
pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam
tingkat makro kelembagaan.
Namun demikian, sesuai dengan semangat otonomi daerah dan
desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen
berbasis sekolah, maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan
yang cukup lebar dalam kaitannya dengan manajemen keuangan untuk
mencapai efektifitas pencapaian tujuan sekolah. Pada umumnya disetiap
sekolah telah ditetapkan bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya.
Untuk uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD),
ditunjuk bendahara oleh pihak berwenang dan sebagai atasan
langsungnya adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan merupakan
aliran masuk dan keluar setelah mendapat perintah dari atasan langsung.
Sedangkan uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk bendahara lain
dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite sekolah ditunjuk
58
dari anggota sesuai dengan persetujuan musyawarah. Berkaitan dengan
aliran keuangan yang berasal dari masyarakat, sekolah dalam hal ini
pengguna harus mendapat persetujuan komite sekolah.
2)
Pengeluaran
Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan
sekolah untuk pembelian sumber atau input dari proses sekolah seperti
tenaga administrasi, guru, bahan-bahan perlengkapan dan fasilitas.
Dalam manajemen keuangan sekolah, pengeluaran keuangan harus
dibukukan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh peraturan.
Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam
pertanggungjawaban pembukuan, meliputi format buku kas harian, dan
format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak.
Aliran pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu
serta peruntukannya. Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan
keuangan sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab sebagai
pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu
mengembangkan sejumlah dimensi pembuatan administratif.
3) Evaluasi dan Pertanggungjawaban
Evaluasi adalah aktivitas melakukan pengukuran untuk menilai
perkembangan
keberhasiln
pelaksanaan
rencana
dan
program
berdasarkan kriteria tertentu.62 Dengan tujuan untuk menilai tingkat
keberhasialn pelaksanaan rencana dan program pendidikan, menetapkan
62
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan konsep dan aplikasinya, 205.
59
kriteria sebagai dasar pengambilan kebijaksanaan, menyempurnakan
rencana
dan
program
tahunan
serta
melaksanakan
perbaikan
pelaksanaan kegiatan dan menilai tingkat efisiensi dan efektifitas dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Besarnya
peranan
manajemen
keuangan
dalam
kegiatan
pendidikan dan pengajaran di sebuah lembaga pendidikan dijalankan
oleh bagian yang menangani khusus manajemen keuangan, atau
setidaknya ada orang yang khusus ditunjuk dalam melaksanakan
manajemen keuangan. Sedangkan pertanggungjawaban keuangan
sekolah dalam bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada: a) Kepala
Kanwil Departemen Agama. b) Kepala Badan Administrasi Keuangan
Daerah
(BAKD)
c)
Kantor
Departemen
Agama
Setempat.
Pertanggungjawaban dalam bentuk pelaporan setiap bulan kepada pihak
yang di tetapkan sesuai dengan format dan ketetapan waktu.63
Dengan demikian penulis simpulkan
bahwa pelaksanaan
manajemen keuangan di madrasah akan berjalan dengan lancar bila
pengelolaan keuangan ditangani oleh seseorang yang mengerti betul
cara pengelolaan keuangan sekolah dan mempunyai pengetahuan.
d. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Agar
pelaksanaan
program
PKPS-BBM
dan
masyarakat
memahami program BOS dengan benar, maka dalam bab ini akan
diuraikan tentang definisi tentang progrram BOS.
63
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,…., 201-206.
60
1) Pengertian Dana BOS
Menurut peraturan MENDIKNAS Nomor 69 Tahun 2009, standar
biaya operasi non personalia adalah standar biaya yang diperlukan
untuk membiayai kegiatan operasi non personalia selama 1 (satu)
tahun sebagai bagian dari SNP. Dalam buku teknis pelaksanaan dana
BOS pada madrasah swasta tahun anggaran 2011. Pengertian BOS
ialah program pemerintah yang pada dasarnya adalah penyediaan
pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksana program wajib belajar 9 tahun. Dengan
demikian hakikat program BOS ialah untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka penuntasan
wajib belajar 9 tahun yang berkualitas tinggi. Melalui program BOS,
maka setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan halhal sebagai berikut:
a) BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan
mutu pendidikan dasar 9 tahun yang berkualitas.
b) Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena
tidak mampu membayar iuran.
c) Anak
lulusan
sekolah
setingkat
MI,
harus
diupayakan
kelangsungan pendidikannya ke tingkat MTs/setara.
d) Kepala madrasah penanggungjawab dan mengajak siswa MI yang
akan lulus dan berpotensi melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi demikian pula bila teridentifikasi ada anak putus
61
sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke
bangku sekolah.
e) Kepala sekolah dalam mengelola dana BOS harus transparan dan
akuntabel dan BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua
siswa, memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat
kepada madrasah, tetapi hal itu harus diputuskan bersama dengan
komite madrasah dan orang tua siswa.
2)
Tujuan dan Sasaran Dana BOS
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka program
belajar 9 tahun yang bermutu, secara khusus program BOS bertujuan :
a) Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar
dan beban biaya operasional sekolah.
b) Menggratiskan sekolah SD/MI dan SMP negeri terhadap biaya
operasional sekolah, kecuali pada rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) dan Bertaraf Internasional (SBI).
c) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di
sekolah swasta.64 Sasaran BOS ialah “semua sekolah SD/MI dan
SMP, termasuk Sekolah Pertama Terbuka (SMPT) dan Tempat
Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh
masyarakat baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di
64
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan,…., 191-192.
62
Indonesia sedangkan program kejar paket A dan B tidak mendapat
bantuan dana BOS karena sudah dibiayai oleh pemerintah”.
3) Landasan Hukum Dana BOS
Dalam pelaksanaan program BOS baik sekolah negeri dan swasta
di seluruh Indonesia yang menerima dana BOS harus mengetahui
peraturan Undang-undang yang berkaitan, di antaranya :
a) Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945.
b) Undang-undang Dasar No 17 Tahun 1965 tentang pembentukan
badan pemeriksa keuangan.
c) Undang-undang No 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara.
d) Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
e) Undang-undang No 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan
negara.Undang-undang No 14 Tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara.
f) Undang-undang NO 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.
Bila melihat perundang-undangan di atas, bahwa pemerintah
benar-benar serius dalam menggarap program BOS yang tujuan
untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dan untuk penuntasan wajib belajar sembilan tahun
yang berkualitas tinggi supaya berjalan sesuai dengan tujuan dan
tetap sasaran.
4)
Penggunaan Dana BOS
63
Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada
kesepakatan dan keputusan bersama antara tim manajemen BOS
sekolah, dewan guru dan komite sekolah yang harus didaftar sebagai
salah satu sumber penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana
yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah yang diterima
oleh
sekolah.
Dana
BOS
digunakan
untuk
membiayai
kegiatankegiatan berikut:
a) Pembiayaan kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu
biaya pendaftaran, pengadaan formulir, administrasi pendaftaran,
dan pendaftaran ulang.
b) Pembelian buku referensi untuk dikoleksi diperpustakakan,
pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, olahraga, kesenian,
karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, dan untuk
honor tambahan di luar jam pelajaran dalam arti honor les biaya
transportasi, dan akomodasi guru/siswa dalam rangka mengikuti
lomba.
c) Pembiayaan ulangan harian, umum, ujian sekolah, dan laporan
hasil belajar siswa (misalnya untuk foto copy, honor koreksi ujian
dan honor dalam rangka penyusunan rapor siswa).
d) Pembelian bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis atau
spidol, pensil, kertas, bahan praktikum buku-buku siswa, buku
inventaris, langganan koran, majalah pendidikan, minuman dan
makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari.
64
e) Pembiayaan perawatan sekolah yaitu pengecatan, perbaikan semua
gedung sekolah, dan perbaikan fasilitas sekolah.
f) Pembiayaan honorarium bulanan guru honorer dan tenaga
kependidikan honorer, untuk sekolah SD diperbolehkan untuk
membayar honor tenaga honorer yang membantu administrasi
BOS.
g) Pengembangan profesi keguruan sepeti pelatihan dan pemberian
bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi
masalah biaya transpor dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih
ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transportasi sederhana
yang akan menjadi barang inventaris sekolah. 65
5)
Pengawasan dan Sangsi Dana BOS
Pengawasan dana BOS adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengurangi masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan
wewenang dan pemborosan keuangan negara. Pengawasan dana BOS
meliputi pengawasan melekat, fungsional, dan masyarakat. untuk
lebih jelasnya peneliti akan bahas satu-persatu yaitu:
a) Pengawasan melekat. Pengawasan melekat adalah pengawasan
yang dilakukan oleh pimpinan instansi kepada bawahannya.
b) Pengawasan fungsional internal. Instansi pengawasan fungsional
yang
melakukan
pengawasan
fungsional
yang
melakukan
pengawasan program BOS secara internal adalah inspektorat
65
Depdiknas dan Kemenag, Buku Panduan BOS dan BOS buku, 2014, 4-5
65
jenderal Depdiknas serta badan pengawasan daerah (Bawasda)
provinsi dan kabupaten atau kota, instansi tersebut bertanggung
jawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga
tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit.
c) Pengawasan
eksternal.
Instansi.
Pengawas
eksternal
yang
melakukan pengawasan program BOS adalah badan pengawas
keuangan (BPKP) instansi ini bertanggung jawab untuk melakukan
audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan
instansi yang akan diaudit.66 Sangsi penyalahgunaan dana BOS
sangatlah fatal karena pemerintah bertindak tegas dalam hal ini,
pemblokiran sementara bantuan pendidikan yang bersumber dari
APBN pada tahun berikutnya kepada Kabupaten atau Kota dan,
bila mana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan. Secara sengaja
dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribnadi, kelompok
atau golongan.67 Dengan adanya yang sangsi yang tegas dari
pemerintah diharapkan sekolah penerima dana BOS tidak
menyalah gunakan dana untuk kepentingan lain.
E. Implikasi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam
Melalui
Manajemen Pembiayaan
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, maka memerlukan
partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya
66
67
Depdiknas dan Kemenag, Buku Panduan BOS dan BOS buku, 2014, 7
Mulyono, MA. komsep penbiayaan pendidikan, 202-205.
66
termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan Islam.
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality
Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder
lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses
dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai
kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada
suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan
manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar
merupakan bagian penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan dituntut agar dapat mengembangkan setiap warga
yang siap memasuki era globalisasi yang penuh tantangan menghasilkan
manusia dan masyarakat indonesia yang maju dan mandiri dan tanggap
terhadap perkembangan zaman. Dalam hubungan ini berbagai program
pendidikan yang mengacu kepada tema pemerataan dan peningkatan mutu
pendidikan terus dilakukan, meskipun sampai saat ini masih banyak
permasalahan dan tantangan yang perlu mendapat perhatian.
68
Keinginan
masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu merupakan tantangan bagi
sekolah. Keberhasilan sekolah membentuk opini yang positif masyarakat
bahwa proses dan hasil pembelajaran di sekolah itu bermutu merupakan
indikasi bahwa sekolah itu telah berhasil memuaskan pelanggannya.
68
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000,92-93
67
Dalam kenyataannya tidak semua sekolah dapat menyelenggarakan
pendidikan bermutu. Sekolah yang melakukan proses yang bermutu akan
memuaskan orang tua peserta didik. Sebaliknya semua sekolah melakukan
hal yang sama sehingga bukan orang tua saja yang terpuaskan, tetapi juga
akan meningkatkan jumlah siswa berprestasi sehingga memudahkan
mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Sekolah
bermutu adalah sekolah yang dapat mencapai tujuan dan dapat memuaskan
seluruh masyarakat yang memanfaatkan jasa sekolah itu.69 Oleh karena itu
sekolah perlu memperhatikan 3 komponen penentu keberhasilan sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan yang membutuhkan perhatian
pengalokasian dana antara lain:
a) Siswa
Siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, karena siswa harus
dilibatkan secara aktif dan tepat, tidak hanya di dalam pembelajaran
melainkan juga kegiatan sekolah. Wahana yang paling tepat untuk
melibatkan para siswa adalah kegiatan-kegiatan diluar kurikuler atau
kegiatan ekstra kurikuler.70 Kegiatan ekstra kurikuler juga membutuhkan
dana, untuk itu diperlukan anggaran tersendiri agar kegiatan ini dapat
berjalan dengan baik demi perbaikan mutu sekolah tersebut
b) Guru
69
Suti,Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal
Medtek, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011
70
Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009
68
Guru merupakan bagian integral dari keberadaan sumberdaya manusia
yang mempunyai peranan strategis dalam kehidupan suatu sekolah. Oleh
sebab itu agar tugas pembinaan bagi para guru oleh kepala sekolah dapat
dilaksanakan secara efektif maka ruang lingkup atau dimensi-dimensi
kepegawaian perlu dipahami oleh setiap kepala sekolah.71 Adanya
keseragaman dalam pola penggajian guru menjadi salah satu syarat untuk
memacu peningkatan mutu proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah
sebagaimana yang digagas dalam konsep MBS, tentu saja kesejahteraan
tidak identik dengan kesejahteraan finansial. Standar gaji, tunjangan
fungsional dan kesejahteraan material lain yang di perjuangkan guru-guru
adalah realitas.72
c) Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Madrasah Sarana pendidikan adalah segala
sesuatu yang meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung
digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti meja, kursi, alat
peraga, buku pelajaran. Sedangkan prasarana ialah semua komponen yang
secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar di
sebuah lembaga pendidikan seperti jalan menuju sekolah, halaman
sekolah, dan tata tertib sekolah. Pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan
adalah
kegiatan
merencanakan
kebutuhan,
pengadaan
investasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan dan penghapusan
71
Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009
Suti,Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal Medtek,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.
72
69
hingga penataan halaman, bangunan, perlengkapan dan perabot madrasah
secara tepat guna dan tepat sasaran.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar hanya akan terjadi
secara efektif bila mana dikelola dengan manajemen yang tepat. Selama
ini peningkatan mutu pendidikan cenderung melalui manajemen
sentralistik. Begitu banyak program peningkatan mutu pendidikan sekolah
dasar ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik oleh pemerintah pusat.
dan beragam program pelatihan guru dilaksanakan secara terpusat dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar.73 Keinginan
masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu merupakan tantangan bagi
pihak penyelenggara pendidikan.
Mutu tidak akan habis-habisnya dibicarakan dan dituntut oleh
masyarakat. Kepuasan pelanggan pendidikan merupakan salah satu tujuan
yang ingin dicapai melalui penerapan MBS. 74 Efektifitas pembiayaan
sebagai salah satu alat ukur efisiensi, program kegiatan tidak hanya
dihitung berdasarkan biaya tetapi juga waktu, dan amat penting
menyeleksi penggunaan dan operasional, pemeliharaan dan biaya-biaya
lain yang mengarah pada pemborosan. Implikasi manajemen pembiayaan
dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan adanya pengalokasian
dana pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang
memerlukan anggaran dalam dalam meningkatkan mutu pendidikan.
73
Ibrahim Bafada, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara
2006, 35.
74
Amiruddin Siahaan,dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, 121.
70
Dengan adanya anggaran dana yang di alokasikan untuk proses
pembelajaran diharapkan dapat menunjang semua kegiatan yang di
madrasah tersebut demi peningkatan mutu pendidikan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan kajian dan pusat perhatian dari penelitian ini yang berusaha
untuk mengetahui strategi peningkatan mutu pendidikan Islam melalui
manajemen pembiayaan di madrasah ibtidaiyah negeri Ambarawa, maka jenis
penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu suatu
penelitian yang bertujuan melaksanakan studi yang mendalam mengenai sesuatu
unit sosial sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan
lengkap mengenai unit sosial .75
Menurut Judith Preissle dalam Pupu Saeful Rahmat menyatakan bahwa :
Quantitative research is a loosely defined category of research designs or models,
all of which elicit verbal, visual,tactile,alfactory, and gustatory data in the formof
descriptive narratives like field notes, recording, or other transcriptions from
audio and videotape and other written records and pictures or films.76 Menurut
75
76
2009,2.
Syarifuddin Azwar, Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka, 1999, 8.
Pupu saeful Rahmad,” Penelitian Kualitatif”,Equilibrium, Vol.5,No.9, Januari-Juni
71
Bogdan dan Biklen dalam Pupu Saeful Rahmad yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang diamati. 77
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, organisasi dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji
dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik. Penelitian deskriptif
menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk
menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa
deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.78 Jenis penelitian ini mempunyai ciriciri antara lain setting yang aktual, peneliti adalah instrumen kunci, data bersifat
deskriptif, menekankan kepada proses, analisis datanya bersifat induktif, dan
pemaknaan (meaning) setiap peristiwa merupakan perhatian yang esensial dalam
penelitian kualitatif.
B.
Subjek Penelitian
Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.79 Sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, dengan
harapan dapat memberikan informasi dan keterangan yang memadai sesuai
dengan aspek kajian yang dirumuskan. Selebihnya adalah data tambahan guna
77
Pupu saeful Rahmad,” Penelitian Kualitatif”,3.
Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001,15.
79
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya,2006,129.
78
72
melengkapi dan mendukung sumber data utama yang digunakan yaitu sumber
data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain.
Dalam penelitian kualitatif, narasumber adalah orang yang menjadi
sumber informasi. Nara sumber melibatkan orang yang berperan sebagai orang
kunci (key person) atau orang yang berkompeten yaitu kepala sekolah sebagai
pemimpin di sekolah yang bertanggungjawab terhadap semua kegiatan yang ada
di sekolah, bendahara, komite sekolah, guru, karyawan, siswa dan wali murid.
Dasar pemilihan nara sumber adalah adanya pertimbangan untuk memberikan
informasi guna menjawab permasalahan-permasalahan penelitian. Pemilihan
informan atau key person ini dilakukan secara purposif atau sesuai dengan tujuan
fokus permasalahan.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data.80 Data dalam penelitian ini dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Data
80
Rincian Data
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:CV.Alfabeta,2010, cetakan ke-9, 23.
73
Strategi
Peningkatan
Pendidikan Islam
Mutu 1. Penggunaan pembiayaan untuk siswa
2.
Penggunaan
pembiayaan
untuk
sarana
prasarana yang menunjang pendidikan Islam.
3.Penggunaan pembiayaan untung pengembangan
dan tunjangan profesi guru
PelaksanaanManajemen
1. Perencanaan RAPBM
Pembiayaan
2. Pelaksanaan RAPBM
3. Pengawasan RAPBM
1)
Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara Tanya
jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan penyelidikan. 81
Wawancara merupakan alat rechecking terhadap informasi yang diperoleh
sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawacara mendalam.
Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, Guru, karyawan, komite, siswa,
wali siswa MIN Ambarawa. Hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara ini
antara lain: (a) strategi peningkatan mutu pendidikan (b) perencanaan pembiayaan
(c) pelaksanaan manajemen pembiayaan (d) pengawasan pembiayaan
81
Sutrisno Hadi, Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 136.
74
2)
Observasi
Bentuk yang digunakan adalah observasi langsung sering juga disebut
observasi partisipatif yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana
observer terlibat dalam keseharian responden.82 Peneliti berperan aktif dalam
lokasi studi, sehingga benar-benar terlibat dalam kegiatan yang ditelitinya.
Peneliti mengamati secara langsung, baik secara formal maupun informal.
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran data mengenai peningkatan
mutu pendidikan melalui manajemen pembiayaan yang dilaksanakan di madrasah.
Kegiatan pengamatan dilakukan dengan tiga tahap yaitu: (a)
pengamatan
deskriptif, yaitu pengamatan untuk mengeksplorasi data secara umum;(b)
pengamatan terfokus, yaitu pengamatan untuk menunjang analisis; (c)
pengamatan terseleksi, yaitu pengamatan untuk menunjang komponen. Peneliti
mengambil beberapa kegiatan secara detail sehingga kegiatan tersebut patut
dijadikan contoh meskipun masih mengandung beberapa kelemahan.
Observasi yang dilakukan peneliti di MIN Ambarawa bertujuan untuk
mengetahui kondisi riil yang ada di lapangan serta untuk mengetahui aktivitas
peningkatan mutu melalui manajemen pembiayaan. Observasi tersebut meliputi
kegiatan pengamatan terhadap: (a) strategi peningkatan mutu pendidikan yang
meliputi proses belajar mengajar, kegiatan ekstrakulikuler; (b) pengalokasian
pembiayaan (c) Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
3)
Dokumen
82
Pupu saeful Rahmad,” Penelitian Kualitatif”,3
75
Dokumen sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mencari sumber data
karena dokumen dapat dipergunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peningggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat,
dalil, atau hukum, dan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.83 Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih
yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dokumen analisis,
dimana peneliti mendapatkan data berupa draft tentang RAPBM.
Analisis dokumen untuk perencanaan manajemen pembiayaan meliputi:
(a) notulen rapat yang membahas perencanaan agenda kegiatan tahunan,
(b)RAPBM, (c)buku inven-tarisasi, (d) Laporan bulanan, jurnal pengeluaran dan
pemasukan, buku besar, Kas dll (e) buku kegiatan madrasah
D. Teknik Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan, dianalisis dengan menggunakan model
analisis interkatif yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan
kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman dalam Sugiyono.84
1)
Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
83
84
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam,Jakarta: Radar Jaya Offset, 1998, 305.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, 337.
76
yang jelas dan memper-mudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya 85
Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang diperoleh peneliti
di MI Negeri Ambarawa tentang strategi peningkatan mutu dan manajemen
pembiayaan, kemudian data tersebut dipilah-pilah sesuai dengan fokus penelitian
dan di reduksi untuk menghasilkan data-data yang penting. Data yang telah
terkumpul tersebut kemudian divalidasi oleh bendahara madrasah.
2)
Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan
suatu makna dari data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara
sistematis, dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun
selektif. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya. Yang
sering menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks bersifat naratif 86 .
Data yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk teks
narasi. Namun sebelum disajikan data tersebut divalidasi oleh bendahara
madrasah. Selain itu data juga dapat disajikan dalam bentuk skema, tabel ataupun
gambar. Tujuannya adalah untuk memudahkan orang yang membacanya.
3)
Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan setelah analisis data. Selama
pengumpulan data dan setelah pengumpulan data selesai dilakukan analisis data
85
86
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,247.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,249.
77
untuk menarik suatu simpulan, sehingga dapat menggambarkan suatu pola tentang
peristiwa yang terjadi. Analisis data yang terus-menerus dilakukan mempunyai
implikasi terhadap pengurangan dan atau penambahan data yang dibutuhkan.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono menyatakan langkah ketiga dalam
analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.87 Dari reduksi
data dan penyajian data inilah selanjutnya apabila kesimpulan dan verifikasi pada
awal telah didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya pernah ada.
Teknik Analisa data Bagan 3.1
87
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, 252
78
Teknik Analisa
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan
Kesimpulan
Sumber: Miles dan Huberman 88
E.
Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi.
Triangulasi dalam penelitian ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, dalam berbagai waktu. Hal ini dimaksudkan
pengecekan data bisa didatangkan dari bendahara madrasah, komite madrasah,
guru dan beberapa karyawannya serta siswa dan wali siswa. Untuk memperoleh
data yang akurat, melalui wawancara dengan mereka, atau observasi lapangan
yang kemudian dapat ditarik sebagai simpulan data.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan
sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan antara lain:
88
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,20
79
1. Membandingkan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan mutu pendidikan melalui
manajemen pembiayaan
dengan data hasil wawancara yang dilakukan
terhadap kepala sekolah kemudian divalidasi oleh bendahara;
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi;
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dilihat peneliti pada saat melakukan observasi;
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang;
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
80
A. Setting Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Negeri Ambarawa yang beralamat di Jln.
Mgr. Soegiyopranata No. 225 Ambarawa dengan nomor statistik sekolah
111332210001 dan NPSN 20320564. MI Negeri Ambarawa berdiri sejak tanggal
11 Juli 1991 dengan akte pendirian nomor 137 tahun 1992. Proses kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan di pagi hari. MI Negeri Ambarawa dibangun di
atas tanah seluas 4.349m2 dengan jumlah guru dan karyawan 24 orang.
Visi MI Negeri Ambarawa adalah terwujudnya Madrasah yang unggul,
religius, disiplin, dan peduli lingkungan. Untuk mewujudkan misi tersebut, di
dukung dengan adanya visi sekolah yaitu:
a. Mewujudkan kebiasaan positif yang berlandaskan nilai-nilai Islam;
b. Mempersiapkan manusia yang shaleh akrom;
c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan bermutu
dengan pendekatan PAIKEM guna mewujudkan peserta didik yang
berkwalitas;
d. Memotivasi dan melaksanakan pembinaan kompetisi bidang akademik
dan non akademik;
e. Mewujudkan kesadaran berperilaku disiplin bagi warga madrasah.89
MI Negeri Ambarawa didukung oleh tenaga pendidik dan kependidikan
yang kompeten di bidangnya. Tenaga pendidik dan terdiri dari kepala sekolah, 13
guru kelas, guru penjaskes, enam guru mata pelajaran, satu tenaga administrasi,
satu security dan dua penjaga malam.
Sebagai sekolah yang belum lama berdiri, MI Negeri Ambarawa memiliki
kondisi sarana dan prasarana yang masih bagus. MI Negeri Ambarawa memiliki
13 ruang kelas dengan ukuran 7 x 8 m, satu ruang kepala madrasah, satu ruang
89
Observasi dan dokumentasi Rencana Kerja Tahunan kepala Madrasah
81
perpustakaan, ruang guru, satu kantin, ruang komputer, ruang gudang, halaman
upacara, lapangan sepak bola, serta sarana internet.
B. Hasil Penelitian
1. Strategi Peningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam
Strategi peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Ambarawa merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain madrasah di tuntut untuk dapat
menghasilkan anak didik yang maju dan tanggap terhadap perkembangan zaman.
Untuk itu madrasah perlu mengelola komponen pendidikan secara optimal agar
dalam proses pembelajaran berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan menurut SNP adalah pendidikan yang menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan harapan masyarakat baik dalam kualitas pribadi,
moral, pengetahuan, maupun kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dalam
kehidupan masyarakat global yang terus berkembang saat ini. Mutu Pendidikan di
di MI Negeri Ambarawa diukur dengan criteria yang berdasarkan SNP yang
meliputi Standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan dan standar penilaian.
Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui tentang strategi
peningkatan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa dengan kepala madrasah.
Berikut ini petikan wawancaranya.
Sekolah kami juga melakukan strategi peningkatan mutu pendidikan.
Strategi tersebut kami lakukan agar peningkatan mutu di sekolah dapat
tercapai dengan baik sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan
82
pendidikan. Selain itu, dilakukannya strategi peningkatan mutu juga untuk
mengetahui sejauh mana hasil mutu pendidikan yang dicapai.90
Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala bagian Kurikulum yang
menyatakan sebagai berikut.
Strategi peningkatan mutu pendidikan kami lakukan untuk mempermudah
dalam pencapaian mutu pendidikan di sekolah kami. Dengan melakukan
strategi ini kami akan lebih, mudah mengetahui dan membenahi
kekurangan kekurangan yang ada.91
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
strategi peningkatan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa adalah
untuk memudahkan madrasah menganalisis kekurangan dalam proses
peningkatan mutu. Dalam
mendiagnosis kebutuhan, MI Negeri
Ambarawa sangat memperhatikan kebutuhan peserta didik, disamping
memperhatikan kebutuhan peserta didik diagnosis juga tidak boleh keluar
dari visi misi madrasah sebagai model lembaga pendidikan Islam dan
relevansinya terhadap kebutuhan masyarakat serta kebijakan pemerintah
tentang KTSP. Dalam mengatur strategi peningkatan mutu pendidikan di
madrasah. kepala madrasah dibantu oleh wakil kepala kurikulum berikut
wawancara peneliti dengan kepala madrasah.
Dalam menentukan perencanaan peningkatan mutu pendidikan
pada sekolah, kami mengundang komite madrasah, Mapenda, wali
murid dan semua unsur yang terkait agar memberikan saran untuk
peningkatan mutu pendidikan.92
Pernyataan tersebut divalidasi oleh wakil kepala kurikulum
90
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Wakil kepala Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
92
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
91
83
Kami selalu melibatkan semua stakeholder, baik itu dari Mapenda,
UPT Dinas Pendidikan, guru, wali murid, komite madrasah untuk
membicarakan strategi peningkatan mutu pendidikan madrasah.93
MI negeri Ambarawa dalam mengatur strategi peningkatan mutu
pendidikan selalu melibatkan berbagai pihak baik itu UPTD Pendidikan,
Mapenda, komite, guru dan karyawan serta wali murid. Peneliti
melakukan wawancara dengan wakil kepala kurikulum untuk mengetahui
pendekatan yang digunakan dalam strategi peningkatan mutu pendidikan
di MI Negeri Ambarawa. Berikut ini petikan wawancaranya
Pendekatan yang kami lakukan untuk peningkatan mutu
pendidikan yaitu pertama, kami selalu memperbaiki mutu secara
terus menerus, menentukan standar yang akan dicapai,
menanamkan tentang pentingnya meningkatkan mutu pendidikan,
kami selalu menjalin hubungan baik dengan para wali siswa karena
mereka adalah patner kami hal ini kami lakukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.94
Peryataan di atas divalidasi oleh kepala MI Negeri Ambarawa tentang
pendekatan strategi peningkatan mutu pendidikan oleh kepala madrasah.
Kami senantiasa melakukan berbagai hal diantaranya : a) perbaikan
dan peningkatan mutu secara terus menerus, yang disesuaikan
dengan kebutuhan para pelanggan kami, b) Menentukan standar
mutu materi kurikulum, evaluasi, standar mutu proses
pembelajaran, yang nantinya diharapkan dapat maksimal dalam
proses produksi dan dapat melahirkan produk yang menguasai
standar mutu pendidikan, c) merubah cara pandang agar lebih
menghargai mutu, saya berusaha membangun kesadaran guru,
siswa, wali siswa, staf dan semua unsur yang terkait akan
pentingnya
mempertahankan
dan
meningkatkan
mutu
pembelajaran, baik mutu hasil maupun mutu proses, d) perubahan
93
Waka Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
94
Wakil kepala Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
84
organisasi, jika visi misi serta tujuan lembaga berubah atau
mengalami perkembangan maka otomatis terjadi perubahan
struktur organisasi. Hal ini menyangkut perubahan kewenangan
tugas dan tanggungjawab, e) mempertahankan hubungan dengan
pelanggan.95
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kami simpulkan bahwa
MIN Ambarawa selalu berusaha menggandeng semua steakholder untuk
membicarakan strategi peningkatan mutu pendidikan dengan melakukan
berbagai pendekatan agar dapat tercapai mutu pendidikan yang telah
ditentukan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan madrasah untuk
mencapai tujuan dalam meningkatkan mutu pendidikan madrasah :
Untuk peningkatan mutu pendidikan kami membentuk tim
peningkatan mutu di MI Negeri Ambarawa. Tugas dari tim ini
ialah mengawasi proses pengembangan mutu di MI Negeri
Ambarawa.96
Peryataan di atas divalidasi oleh kepala MI Negeri Ambarawa tentang
peningkatan mutu pendidikan oleh wakil kepala kurikulum.
Sebenarnya semua kegiatan yang ada di sekolah yang
bertanggungjawab adalah saya, tetapi dalam pelaksanaannya saya
dibantu oleh para bapak dan ibu guru. Seperti peningkatan mutu
pendidikan, maka yang membantu adalah tim peningkatan mutu
yang dikoordinir oleh wakil kepala kurikulum. Tugas dari tim
peningkatan mutu ini ialah mengawasi proses pengembangan di MI
Negeri Ambarawa, mengusulkan pemecahan masalah di MI Negeri
Ambarawa, dan mengusulkan perubahan kurikulum sesuai dengan
perkembangan zaman misalnya memberi tambahan kursus
komputer, mengembangkan sumber daya manusia, dan
mengembangkan profesionalisme guru. 97
95
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Wakil kepala Kurikulum , Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
97
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
96
85
Agar mutu dapat tercapai sesuai dengan target yang telah
ditentukan maka kerjasama tim sangat efektif dilakukan, semua pihak ikut
terlibat dalam peningkatan mutu MI Negeri Ambarawa, baik buruknya
mutu pendidikan menjadi tanggungjawab bersama. Mutu pendidikan di
MI Negeri Ambarawa dilaksanakan sesuai dengan standar SNP berikut
wawancara dengan kepala madrasah:
Kriteria yang kami patok dalam meningkatkan mutu pendidikan
kami sesuaikan dengan standar SNP .
Hal ini juga di validitas oleh wakil kurikulum.
Untuk kriteria mutu kami sesuaikan dengan standar SNP yang
meliputi standar isi, standar proses, stndar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaiaan.
MI Negeri Ambarawa telah menetapkan 8 standar untuk mengukur
tingkat pencapaian mutu pendidikannya. Hal ini sesuai dengan standar
yang ditetapkan SNP. Sehingga madrasah perlu membuat terobosan untuk
peningkatan mutu Berikut ini pernyataan kepala madrasah.
Untuk peningkatan mutu, madrasah membuat langkah langkah
antara lain: melakukan evaluasi diri yang dilakukan setiap kali
rapat, merumuskan visi, misi dan tujuan madrasah.98
Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala kurikulum
Adapun langkah
langkah yang ditempuh madrasah dalam
meningkatkan mutu pendidikan antara lain: melakukan Evaluasi
diri, merumuskan visi dan misi serta tujuan madrasah yang sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan jaman.99
98
99
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Wakil kepala Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
86
Evaluasi diri bertujuan untuk perbaikan madrasah kedepannya
dalam perbaikan mutu
madrasah. Evaluasi ini dilaksanakan setiap
diadakan rapat untuk mengetahui kendala apa yang terjadi dalam
komponen ketenagaan, sarana dan prasarana, pembiayaan serta programprogam madrasah lainnya untuk mendapatkan solusi dari kendala tersebut.
Kedua Merumuskan visi, misi dan tujuan Madrasah hal ini di harapkan
sesuai dengan visi dan misi pendidikan di MI Negeri Ambarawa yaitu
mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang shaleh akrom yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa,
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk itu dalam perumusan visi,
misi dan tujuan ini di MI Negeri Ambarawa melibatkan semua komponen
madrasah. Berikut pernyataan kepala madrasah:
Yang pertama kami lakukan adalah melakukan rapat kerja yaitu
membahas tentang Perencanaan untuk satu tahun kedepan.
Rencana ini berupa RAPBM yaitu pengalokasian dana untuk
program-program kegiatan dalam upaya peningkatan mutu di
madrasah sesuai dengan visi misi yang ada di madrasah. 100
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Bendahara
Hal yang pertama kami lakukan adalaha membuat perencanaan
untuk satu tahun kedepan. Rencana ini berupa RAPBM yang kita
sesuaikan dengan target yang jelas yakni adanya pengalokasian
dana untuk program kegiatan dalam upaya peningkatan mutu di
madrasah sesuai dengan visi misi madrasah. 101
100
101
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
87
Perencanaan dibuat untuk memudahkan madrasah dalam membuat
terobosan guna peningkatan mutu. Perencanaan ini dibuat di awal tahun
dan dibahas dalam rapat perencanaan yang dipimpin oleh
kepala
madrasah dan dihadiri semua staf madrasah. Dalam rapat tersebut
membahas tentang
perencanaan anggaran RAPBM guna peningkatan
mutu dalam satu tahun ke depan dibahas dan dianggarkan serta dibuat
skala prioritas. Adapun program yang dicanangkan MI Negeri Ambarawa
berikut wawancara dengan kepala madrasah:
Program yang kami buat untuk peningkatan mutu antara lain
peningkatan kualitas guru, peningkatan prestasi siswa baik
akademik ataupun non akademik serta peningkatan sarana
prasarana.
Adapun Program yang dicanangkan MI negeri Ambarawa
meliputi:a. Peningkatan kualitas guru melalui pelatihan, seminar,
workshop, b. Peningkatan prestasi akademik melalui bimbingan belajar
dan prestasi non akademik melalui kegiatan ekstrakulikuler, c.
Peningkatan sarana prasana yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan peningkatan mutu kepala madrasah dibantu berbagai
pihak Berikut pernyataan kepala madrasah
Saya di bantu tim peningkatan mutu yang selalu memonitoring
semua kegiatan yang ada di MI Negeri Ambarawa ini, kami
melakukan rapat setiap sebulan sekali. Hal ini kami lakukan untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan semua kegiatan yang berjalan
di MI Negeri Ambarawa.102
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh wakil kepala kurikulum
Di MI Negeri Ambarawa ini selalu melakukan rapat rutin sebulan
sekali untuk membicarakan tentang hal hal yang berhubungan
102
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
88
dengan peningkatan mutu pendidikan, apakah sudah berjalan
dengan baik atau belum, dan mana yang perlu kita benahi.103
Untuk mengetahui dan mengontrol
peningkatan mutu, kepala madrasah
pelaksanaan kegiatan
dibantu tim peningkatan mutu
memonitoring semua kegiatan di madrasah kemudian dibicarakan pada
rapat bulanan. Sedangkan evaluasi yang menyangkut pengelolaan semua
bidang pendidikan yang menunjang peningkatan mutu dilaporkan kepada
kepala madrasah. Berikut pernyataan kepala madrasah
Evaluasi belajar siswa dapat diukur melalui kehadiran siswa dalam
mengikuti pelajaran serta hasil belajar siswa dari nilai ulangan
harian, ulangan tengah semester, nilai semester dan nilai rapot.104
Untuk evaluasi belajar diukur melalui
kehadiran siswa dalam
mengikuti pelajaran, ekstrakulikuler di madrasah, hafalan siswa, penilaian
akhlak mulia siswa dan rapor. Laporan semua bidang dilaporkan setiap
tahunnya kepada kepala madrasah. Berikut wawancara peneliti dengan
wakil kepala kurikulum
Laporan semua kegiatan di madrasah di lakukan di akhir tahun
pelajaran, dalam hal ini masyarakat akan merasa terpuaskan jika
madrasah dapat melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu.
Mutu dapat dilihat jika di madrasah tersebut peserta didiknya telah
mengalami perubahan baik sikap, perilaku, maupun bertambahnya
pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang bersekolah di
madrasah ini.105
Adapun pernyataan kepala madrasah adalah sebagai berikut;
Pelaporan semua kegiatan di madrasah dilakukan di akhir tahun
pelajaran, dengan harapan masyarakat akan merasa terpuaskan
terhadap proses pembelajaran yang bermutu. Mutu dapat dilihat
103
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
105
Wakil kepala kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
104
89
jika di madrasah tersebut peserta didiknya telah mengalami
perubahan baik sikap, perilaku, maupun bertambahnya
pengetahuan dan ketrampilan peserta. Namun semua itu tidak dapat
terlepas dari pembiayaan madrasah dalam mengalokasikan biaya
pendidikan terhadap kebutuhan peningkatan mutu pendidikan.106
Semua kegiatan di MI Negeri Ambarawa akan dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan pada setiap akhir pembelajaran dan semua pihak
atas amanah yang diberikan madrasah. Dengan harapan agar mutu
madrasah dapat terpantau dan diukur tingkat keberhasilannya. Sedangkan
faktor pendukung peningkatan mutu lembaga pendidikan meliputi tenaga
pendidik yang berlatarbelakang SI, Madrasah memiliki program yang
jelas, lingkungan madrasah yang kondusif. Sedangkan faktor penghambat
meliputi: Masih rendah tingkat kedisplinan guru dan ketersedian dana
madrasah yang masih terbatas. 107
2. Manajemen Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa
Biaya pendidikan yang ada di MI Negeri Ambarawa adalah berupa
biaya operasional
yaitu biaya yang dikeluarkan oleh madrasah yang
secara
menunjang
langsung
penyelenggaraan
pendidikan.
Biaya
operasional di madrasah digunakan untuk memenuhi pengeluaran rutin
madrasah dan pengeluaran non rutin madrasah meliputi
pemeliharaan
sarana dan prasarana, pengadaan inventarisasi madrasah, rekening listrik
dan telepon, pajak serta kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler.
Sumber keuangan dan pembiayaan pada madrasah secara garis
besar dapat dikelompokkan atas beberapa sumber yaitu (1) pemerintah
106
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
107
Observasi, 20 Mei 2015
90
baik pemerintah pusat melalui APBN melalui Dana Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA), pemerintah daerah melalui APBD bidang pendidikan,
(2) orang tua, (3) dana masyarakat, (4) usaha ekonomi madrasah, (4)
sumber lain yang tidak mengikat.108
a. Perencanaan Keuangan Madrasah
1) Jenis Keuangan madrasah
Jenis keuangan madrasah yang dirancang dan direncanakan oleh
MI Negeri Ambarawa adalah terhadap biaya operasional. Berikut petikan
wawancara peneliti denga kepala madrasah.
Biaya operasional dimadrasah ini digunakan untuk memenuhi
pengeluaran rutin madrasah contohnya gaji, perlengkapan KBM,
listrik, telepon, air dan lain lain.109
Pernyataan ini divalidasi oleh bendahara
Biaya operasional dimadrasah ini dikeluarkan untuk memenuhi
pengeluaran rutin madrasah yaitu gaji guru dan karyawan baik
tetap maupun tidak tetap, perlengkapan belajar mengajar, listrik,
telepon, air dan lain lain seperti kegiatan ekstrakulikuler dan
kegiatan lainnya. 110
2) Sumber Keuangan Madrasah
Sebelum merencanakan proses RAPBM kepala madrasah harus
memperhatikan sumber dana yang ada di madrasah. Sebagaimana
pernyataan kepala madrasah
Sumber dana madrasah kami berasal dari DIPA, dan BOSDA.111
Hal senada juga dinyatakan oleh bendahara
Pedoman Pembiayaan dalam Armida,” Sistem Anggaran Pendidikan “, Jurnal
Penelitian Pendidikan Volume 13 Nomor 2, Oktober 2012.
109
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
110
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
111
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
91
Untuk memenuhi kebutuhan keuangan madrasah, kami
mendapatkan dana dari DIPA yang berasal dari APBN dan
BOSDA yang berasal dari APBD. 112
Sumber keuangan madrasah berasal dari pemerintah berupa DIPA
diperoleh satu tahun sekali yaitu pada awal periode tahun anggaran yang
jatuh pada bulan Januari- Pebruari. Pendapatan digunakan untuk
memenuhi
pengeluaran operasional meliputi
tunjangan, gaji, biaya
pengembangan guru dan tenaga kependidikan, kegiatan pembelajaran,
kegiatan kesiswaan, barang habis pakai, kegiatan rapat, perjalanan dinas,
penggandaan soal ulangan atau ujian, daya dan jasa serta biaya tak terduga
lainnya.
MI Negeri Ambarawa merupakan lembaga pendidikan formal,
yang terpercaya dalam menjalankan kegiatan pendidikan memerlukan
perencanaan yang matang sebagai
salah satu usaha mencapai tujuan
pendidikan, untuk itu MI Negeri Ambarawa melakukan perencanaan
dalam berbagai hal salah satunya dalam bidang pembiayaan sebagaimana
petikan wawancara peneliti dengan kepala madrasah
Perencanaan dalam pembiayaan selalu kami lakukan dengan
mempertimbangkan berbagai hal diantaranya data data yang kami
peroleh sebagai dasar pertimbangan agar pembiayaan tepat sasaran
efisien dan efektif.113
Hal senada juga diungkapkan oleh bendahara sekolah
Dalam perencanaan keuangan MI Negeri Ambarawa dibawah
pimpinan kepala madrasah melakukan perencanaan manajemen
pembiayan madrasah dengan memperhatikan berbagai hal data dan
informasi yang telah kami kumpulkan kemudian dikaji.114
112
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
114
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
113
92
Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan yang
hendak dicapai dan menetapkan sumber dana yang diperlukan untuk
mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Hal senada sesuai
dengan wawancara kepala madrasah dengan peneliti
Dalam kegiatan perencanaan keuangan madrasah, MI Negeri
Ambarawa melakukan tiga kegiatan yaitu perumusan tujuan yang
akan dicapai, memilih program untuk mencapai tujuan, identifikasi
dan pengerahan sumber daya yang ada.115
Pertama dilakukan adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai
berdasarkan visi misi pendidikan di MI Negeri Ambarawa.
Kedua
Memilih program yang akan dilakukan setahun kedepan berpedoman pada
tujuan yang hendak dicapai dengan memperhatikan perkiraan besarnya
sumber dana yang diperoleh dan sumber daya lainnya, serta sumber daya
manusia yang ada. Ketiga identifikasi dan pengerahan sumber daya yang
ada yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai
pihak, yang kemudian diolah oleh kepala madrasah dan tim perencana.
Berikut petikan wawancara peneliti dengan kepala madrasah
Dalam menggali data dan informasi yang akurat kami melakukan
berbagai cara diantaranya yang pertama mempelajari masalah,
pengenalan personal, menganalisa terhadap berbagai kemungkinan
dan terakhir adalah penyusunan RAPBM. 116
Hal tersebut divalidasi oleh bendahara
Agar kami memperoleh data yang akurat ma\[ka kami perlu
melakukan berbagai pendekatan antara lain pengenalan masalah
yang dihadapi madrasah, pengenalan personal yang akan
melaksanakan perencanaan baik secara kualitatif dan kuantitatif,
pengenalan terhadap berbagai kemungkinan baik secara ekonomis,
115
116
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
93
sosial dan budaya yang timbul akibat dari perencanaan,
penyusunan RAPBM.117
dan
Pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai hal di atas oleh
madrasah digunakan untuk
menyusun perencanaan yang diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan setahun mendatang sehingga tercapai tujuan
yang telah ditetapkan. Berikut wawancara dengan kepala madrasah;
MI Negeri Ambarawa dalam melakukan perencanaan terhadap
keuangan madrasah mencakup dua hal yaitu penyusunan anggaran
dan pengembangan RAPBM.118
Anggaran di MI Negeri Ambarawa merupakan rencana pemasukan
dan pengeluaran yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan kegiatan
lembaga dalam kurun waktu satu tahun kedepan. Oleh karena itu dalam
anggaran madrasah terdapat gambaran kebutuhan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Di MI Negeri Ambarawa anggaran difungsikan sebagai
penaksir kebutuhan biaya yang diperlukan dan rincian kegiatan yang akan
dilaksanakan, sebagai penaksir berisi perkiraan pendapatan dari berbagai
jenis penerimaan dan pengeluaran untuk berbagai kebutuhan madrasah.
Selain itu anggaran berfungsi sebagai alat otoritas dalam mengeluarkan
dana sesuai dengan perencanaan. Adapun sebagai alat efisiensi, anggaran
untuk mengetahui ada tidaknya pemborosan dan juga sebagai pengendali
anggaran.berikut petikan wawancara dengan kepala madrasah
Penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi antara saya
selaku KPA dan guru guru dalam menentukkan besarnya alokasi
biaya dan sebagai alat untuk menentukkan skala prioritas. 119
Hal tersebut divalidasi oleh bendahara
117
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
119
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
118
94
Penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi antara KPA
dengan bendahara dan para wakil kepala dalam menentukkan
besarnya alokasi biaya yang akan digunakan untuk segala macam
kegiatan yang akan dilakukan di madrasah setahun ke depan.120
Dalam penyusunan anggaran, KPA dibantu para wakil kepala
melakukan musyawarah besarnya alokasi biaya yang dibutuhkan dalam
melaksanakan program yang akan disusun dalam RKAM. Dalam
keuangan madrasah anggaran terdiri dari penerimaan dan pengeluaran. 121
Sumber penerimaan merupakan dana yang diterima oleh lembaga
pendidikan dari berbagai sumber yaitu pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan komite. Sedangkan pengeluaran biasanya dijabarkan dalam
pengeluaran langsung, pengeluaran tidak langsung dan pengeluaran
lainnya. Di MI Negeri
Ambarawa anggaran terdiri dari rencana
penerimaan dan pengeluaran.122
a) Penerimaan
MI Negeri Ambarawa memperoleh dana dari DIPA dari
pemerintah pusat dan BOSDA berasal dari APBD. Dana yang diterima
tersebut digunakan untuk membiayai segala keperluan dan kebutuahan
madrasah untuk peningkatan mutu pendidikan.
Adapun ilustrasi dana
yang diterima adalah sebagai berikut :
120
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesioanal, Bandung: Remaja
Rosdakarya,2005, cet ke-5, 149.
122
Dokumentasi Pemasukan dan Rencana Pengeluaran MI Negeri Ambarawa
121
95
KONTRIBUSI DANA
99%
DIPA
BOSDA
1%
Gambar 4.1. Grafik Penerimaan dana MI Negeri Ambarawa 2009-2014.123
Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa di dominasi oleh DIPA yaitu sebesar
99% dan 1% dari BOSDA. BOS diberikan pemerintah nominalnya berdasarkan
kuantitas siswa yang ada pada lembaga pendidikan, jika kuantitas siswanya
banyak maka dana BOS yang diterima tentu juga banyak tetapi sebaliknya jika
jumlah siswanya sedikit maka dana BOS yang diterima juga sedikit.
b) Pengeluaran
Pengeluaran di MI Negeri Ambarawa berupa pengeluaran untuk
pembangunan yang berupa penambahan buku perpustakaan, dana untuk anggaran
rutin berupa pengeluaran untuk gaji guru dan karyawan, perlengkapan belajar
mengajar, listrik, telepon, air,
untuk kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan
peringatan hari besar nasional atau Islam. Langkah penyusunan anggaran MI
Negeri Ambarawa dan pendekatan partisipasif dalam penyusunan anggaran adalah
sebagai berikut:
Dalam penyusunan anggaran terdapat tiga langkah yang kami lakukan
yaitu perencanaan pendidikan, perencanaan pengeluaran untuk berbagai
123
Dokumentasi Pemasukan dan REncana Pengeluaran MI Negeri Ambarawa
96
program dan perencanaan pendapatan. Mengenai pendapatan untuk setiap
tahunnya MI Negeri Ambarawa mengandalkan pendapatan dari
pemerintah, guna membiayai kegiatan dan kebutuhan yang mendukung
kegiatan madrasah. 124
Kepala madrasah menggunakan pendekatan partisipatif dalam penyusunan
anggaran dengan cara mengidentifikasi kebutuhan untuk melaksanakan program
madrasah dan menetapkan skala prioritas, berikut wawancara dengan kepala
madrasah
Saya selalu dibantu oleh para waka, komite dan semua guru dan staf dalam
menyusun rencana pembiayaan. 125
MI Negeri Ambarawa melakukan proses perencanaan yang dilakukan
pada tahun ajaran baru dan melibatkan wali murid dan komite madrasah. Sebelum
RAPBM dibuat, dari pihak madrasah memberikan surat pemberitahuan kepada
wali murid agar hadir dalam proses pembuatan RAPBM. Perencanaan sebagai
suatu proses Pencapaian tujuan seefektik dan seefisien mungkin. Dibawah
pimpinan kepala madrasah melakukan proses perencanaan dengan memperhatikan
berbagai hal melalui data dan informasi yang dikumpulkan dari berbagai pihak.
Pihak yang paling berpengaruh adalah wali murid, masyarakat agar visi yang
diemban madrasah dapat terwujud. Data tersebut akan dikaji dan pada akhirnya
akan disusun sebagai bahan masukan dalam penyusunan RAPBM. Dalam proses
penyusunan RAPBM MI Negeri Ambarawa melakukan empat kegiatan yaitu:
a)
Merencanakan anggaran. MIN Ambarawa dalam merencanakan
anggara pendidikan yang ingin dicapai dibuat berdasarkan visi dan misi
124
125
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
97
madrasah. Sehingga madrasah memperhitungkan dengan matang agar
penggunaan dana sesuai dengan kebutuhan .
Mempersiapkan anggaran. Dalam mempersiapkan anggaran yang akan
dilakukan dalam setahun kedepan. MIN Ambarawa berpedoman pada
tujuan yang ingin dicapai dengan memperhatikan perkiraan besarnya
sumber dana yang diperoleh serta pengalokasian untuk program yang
dijalankan.
Mengelola pelaksanaan anggaran yaitu mempersiapkan pembukuan,
melakukan pembelanjaan, membuat bukti transaksi, membuat
perhitungan anggaran dalam berbagai program, serta membuat laporan
pertanggungjawaban keuangan. agar nantinya laporan ini dapat
disampaikan ke masyarakat. Identifikasi dilaksanakan dengan cara
mengumpulkan data dan informasi dari berbagai pihak yang kemudian
diolah bendahara dan dipertanggungjawabkan kepada kepala madrasah,
komite dan wali murid. Hal ini penting guna kelancaran dan kesuksesan
dalam pelaksanaan suatu rencana.
Menilai pelaksanaan anggaran. Proses menilai memerlukan masukan
dari wali murid dan komite madrasah. Agar penilaian anggaran dalam
setiap kegiatan yang memerlukan biaya lebih efektif dan efisien.126
b)
c)
d)
Kegiatan di atas dilakukan
oleh madrasah untuk menyusun
perencanaan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sekarang
maupun yang akan datang dan dalam proses penyusunan RAPBM, kepala
madrasah dibantu wakilnya dan para guru untuk melakukan perundingan
dengan wali murid. Perundingan tersebut digunakan untuk menentukkan
besar kecilnya alokasi biaya yang dibutuhkan dalam melaksanakan
program program yang akan disusun yang pada akhirnya akan menjadi
RAPBM.
Dalam
proses
perencanaan,
perkiraan
pendapatan
dan
pengeluaran kemudian dituangkan dalam RAPBM. Setelah rencana
disusun
dengan
baik
maka
pada
proses
selanjutnya
adalah
mengembangkan rencana tersebut. Dalam proses pengembangan RAPBM
di MI Negeri Ambarawa meliputi beberapa tahap sebagai berikut :
a) Pada tingkat kelompok kerja yang terdiri dari para pembantu
kepala madrasah melakukan identifikasi terhadap kebutuah
126
Wawancara dengan kepala madrasah pada tanggal 22 Juli 2015
98
kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan
penggaran untuk program madrasah ke depan.
b) Pada tingkat komite madrasah. Setelah semua kebutuhan
teridentifikasi kelompok kerja bersama komite sekolah
mengadakan rapat membahas RAPBM yang sudah dibentuk.
c) Sosialisasi dan legalitas. Pada tahap ini pihak madrasah
mengadakan rapat dengan wali murid untuk merundingkan
besarnya biaya untuk membiayai semua program yang telah
direncanakan dalam RAPBM sehingga wali murid juga merasa
memiliki dan bertanggungjawab akan program yang telah
direncanakan madrasah. Setelah semua pihak mengetahui akan
semua program madrasah maka tahap
terakhir adalah
127
pengesahan.
b. Pelaksanaan Keuangan Madrasah
Setelah perencanaan keuangan madrasah selesai dan disetujui oleh
semua pihak yang terlibat, maka langkah selanjutnya dalam manajemen
adalah pelaksanaan terhadap perencanaan yang telah dibuat. Dalam
pelaksanaan keuangan madrasah melakukan dua jenis kegiatan yaitu
penerimaan terhadap dana pendidikan dan pengeluaran untuk berbagai
kebutuhan. Dalam pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran diadakan
pemisahan antara keduanya yaitu penerimaan dilakukan oleh bendahara II dan
pengeluaran oleh bendahara I.128
a) Penerimaan dana pendidikan
Penerimaan dana pendidikan di MI Negeri Ambarawa ditentukan oleh
besarnya dana yang diterima madrasah dari sumber dana. Adapun dana yang
diterima madrasah adalah sebagai berikut:
127
128
Buku Notulen Rapat MI Negeri Ambarawa 15 Juni 2015
Observasi di MI Negeri Ambarawa pada tanggal 15 Juni 2015
99
Trand Alokasi Dana Bantuan
2,000,000,000
1,500,000,000
1,000,000,000
DANA
500,000,000
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 4.2. Grafik alokasi dana MI Negeri Ambarawa.129
Dari Grafik diatas diketahui bahwa kucuran dana yang diterima di MI
Negeri Ambarawa tiap tahunnnya mengalami kenaikan sekitar 10% tentu hal ini
sangat membantu MI Negeri Ambarawa dalam pembiayaan untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Pendapatan dari pemerintah diperoleh pada setiap tahun sekali
yaitu pada awal periode tahun anggaran yaitu bulan Januari- Februari.
Untuk menghindari penyalahgunaan keuangan maka saya meminta
bendahara II untuk mencatat keuangan kemudian direkap dan saya bisa
memonitornya. 130
Hal senada juga diungkapkan oleh bendahara II
Saya setiap hari mencatat sirkulasi keuangan kemudian saya rekap dan
saya laporkan ke kepala madrasah agar beliau dapat mengontrolnya 131
Dalam melaksanakan penerimaan ini, MI Negeri Ambarawa membuat
pembukuan yang berdasarkan prosedur pengelolaan yang telah ditetapkan kepala
madrasah. Dalam buku penerimaan dana madrasah dibuat oleh bendahara II yang
berisi semua dana yang masuk dicatat dalam dalam buku harian. Buku ini berisi
129
Buku Panduan DIPA Kemenag
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
131
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
130
100
nama penyetor, kelas, guna membayar dan jumlah uang yang disetorkan. Uang
yang masuk dalam buku harian. Setiap uang yang masuk kemudia direkap. 132
b) Pengeluaran dana pendidikan
Dalam pelaksanaan keuangan, MI Negeri Ambarawa mempercayakan
pengelolaan pengeluaran dana pendidikan kepada bendahara I. Dalam prakteknya
pengeluaran dana digunakan untuk pengeluaran dana langsung yang terdiri dari
gaji, tunjangan guru dan tenaga kependidikan, kegiatan pembelajaran, ATK,
perjalanan dinas, penggandaan soal, daya dan jasa serta biaya tak terduga lainnya.
Sedangkan biaya tidak langsung meliputi pemeliharaan dan pengembangan sarana
prasarana.133 berikut petikan wawancara dengan kepala madrasah
Bendahara II bertugas mencairkan dana untuk berbagai kegiatan di MI
Negeri Ambarawa ini tentunya harus sesuai dengan prosedur yang telah
kami tetapkan.134
Hal tersebut juga divalidasi oleh kepala madrasah berikut wawancara peneliti
dengan bendahara
Tugas saya adalah mengeluarkan dana demi kelancaran kegiatan belajar
mengajar di MI Negeri Ambarawa tentunya dengan prosedur yang telah
kami sepakati. Adapun proses pengeluaran dana di MI Negeri Ambarawa
adalah sebagai berikut ini: a. Setiap permintaan pengeluaran dana harus
ditulis dalam lembar permintaan atau dibuat proposal kegiatan, b. Yang
mengajukan permintaan pengeluaran dana mengajukan lembar permintaan
tersebut ke kepala madrasah untuk mendapatkan persetujuan pengeluaran
dana. Kepala madrasah akan menelitinya dan akan menandatangani
apabila disetujui atau menolaknya. Persetujuan kepala madrasah ini berarti
adanya perintah pengeluaran dana kepada bendahara madrasah, c. Setelah
kepala madrasah menyetujuinya maka penanggungjawab kegiatan
mengajukannya kepada bendahara. Bendahara akan mengecek dan
132
Observasi di MI Negeri Ambarawa pada tanggal 12 Juni 2015
Dokumentasi RKAM MI Negeri Ambarawa tahun 2014/2015
134
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
133
101
menelitinya, d. Setelah diteliti dan sudah ditandatangani kepala madrasah ,
maka bendahara akan mengeluarkan dana untuk keperluan belanja
madrasah.135
Tahapan di atas guna pengendalian dan pengawasan terhadap dana yang
dikeluarkan sehingga pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
Dalam manajemen pembiayaan madrasah, pelaksanaan keuangan madrasah juga
dilakukan pembukuan guna untuk mencatat semua permintaan pengeluaran dana
secara kronologis pada setiap transaksi. Berikut wawancara dengan bendahara I
Selain mencatat setiap pengeluaran saya juga membuat laporan keuangan
baik itu bulanan ataupun pertangggungjawaban pada akhir tahun.136
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
tentang kondisi keuangan, kinerja dan arus kas untuk membuat keputusan
ekonomi dan laporan keuangan, juga menunjukkan satu pertanggungjawaban
pihak manajemen keuangan terhadap internal maupun eksternal madrasah.
Laporan bulanan digunakan sebagai pembanding pendapatan dan pengeluaran.
Laporan yang dibuat oleh bendahara kemudian diserahkan kepada KPA dengan
tujuan agar KPA mengetahui kondisi keuangan dan dapat membandingkan
pengeluaran untuk setiap tahunnya. Selain itu juga sebagai bentuk laporan
pertanggungjawaban untuk mendapat pengesahan.
c) Pemeriksaan anggaran
Pemeriksaan anggaran dilakukan baik internal maupun eksternal. Internal
dilakukan oleh kepala madrasah dan eksternal dilakukan oleh komite madrasah.
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat kebijakan pengeluaran terhadap
135
136
Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 10 Juni 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 10 Juni 2015
102
kebutuhan untuk melaksanakan program madrasah dan kebutuhan penunjang
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di madrasah
yang bertujuan untuk
peningkatan mutu.
d) Pemeriksaan Kas
Pemeriksaan kas ini bertujuan untuk menguji kebenaran data dengan
kenyataan uang yang ada, apabila ada selisih uang maka bendahara harus dapat
menjelaskan keadaan keuangan yang sebenarnya
tanpa ditutup tutupi berikut
petikan wawancara dengan kepala madrasah;
Pemeriksaan ini kami lakukan dengan mencocokkan catatan dana
bendahara II yaitu dana yang diterima madrasah dengan catatan yang
dibuat oleh bendahara I yaitu pengeluaran dana. Apakah sudah singkron
atau belum.137
Hal senada juga diungkapkan dengan komite
Saya selaku komite hanya ingin mensinkronkan data penerimaan dan
pengeluaran MI Negeri Ambarawa apakah sudah balance.138
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dalam waktu dan tempat yang terpisah
atau mereka melakukan pemeriksaan sendiri sendiri. hasil pemeriksaan kas ini
akan dapat diketahui adanya kebocoran keuangan atau tidak.
a. Pemeriksaan barang
Pemeriksaan barang dilakukan terhadap kekayaan madrasah. Pemeriksaan
ini bertujuan menilai layak tidaknya barang yang dibeli, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi penentuan pembelian barang berikutnya. Berikut wawancara
dengan kepala madrasah
137
138
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 3 Juni 2015
Komite, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 3 Juni 2015
103
Pemeriksaan ini kami lakukan untuk menilai kelayakan barang yang dibeli
sebagai tolak ukur pembelian barang berikutnya.dan untuk mengetahui
perlu menambah barang atau tidak.139
Selain pemeriksaan terhadap ketiga hal di atas kepala madrasah dan
komite
juga
melakukan
pemeriksaan
dan
penilaian
terhadap
laporan
pertanggungjawaban keuangan yang dibuat bendahara baik bulanan atau tahunan.
Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui pemasukan dan pengeluaran pada
akhir tahun sebagai kumpulan dari beberapa bulan selama satu tahun anggaran.
3. Implikasi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Melalui
Manajemen Pembiayaan
Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan di MI Negeri
Ambarawa merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Dengan kata lain madrasah dituntut untuk dapat menghasilkan anak
didik yang maju dan tanggap terhadap perkembangan zaman. Untuk itu madrasah
perlu mengelola komponen pendidikan secara optimal agar dalam proses
pembelajaran berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Mutu dapat dilihat
jika di madrasah tersebut peserta didiknya telah mengalami perubahan baik sikap,
perilaku, maupun bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang
bersekolah di madrasah tersebut. Semua itu tidak dapat terlepas dari pembiayaan
madrasah
dalam
mengalokasikan
biaya
pendidikan
terhadap
kebutuhan
peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu MI Negeri Ambarawa sangat
139
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
104
memperhatikan
tiga
komponen
penentu
keberhasilan
madrasah
dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang membutuhkan pengalokasian dana.
a. Akriditasi
Program akriditasi sekolah/madrasah yang di laksanakan oleh Badan
Akriditasi Propinsi secara bertahap mendorong sekolah/madrasah untuk
melengkapi tuntutan dan mutu kinerja sesuai dengan 8 (delapan) SNP.
Pengembangan Sekolah Rintisan Mandiri, Sekolah Standar Nasional, dan Sekolah
Bertaraf
Internasional
menunjukkan
orientasi
pada
penguatan
program
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan. Berikut petikan wawancara dengan
kepala madrasah:
Akriditasi kami dilakukan pada tahun 2009 dan mendapat nilai B, dan
Kebetulan MI Negeri Ambarawa ini juga habis melaksanakan akriditasi
pada bulan Juni 2014 dan Alhamdulillah kami mendapat nilai A.140
Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala kurikulum
Pada bulan Juni 2014 madrasah kami melaksanakan akriditasi, dan
kebetulan madrasah kami masuk putaran pertama untuk wilayah
kecamatan Ambarawa, dan Alhamdulillah kami mendapat nilai A.141
Hal senada juga diperkuat oleh komite MIN Ambarawa
Alhamdulillah MI Negeri Ambarawa pada bulan Juni 2014 yang lalu telah
diakriditasi oleh Badan Akriditasi Propinsi.142
MI Negeri Ambarawa di akriditasi pada tahun 2009 dan terakhir pada tahun 2014
dengan hasil sebagai berikut:
140
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Waka kurikulum, wawancara, MI Negeri Ambarawa, 20 mei 2015
142
Komite, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 23 Mei 2015
141
105
Tabel 4.2 Nilai Akriditasi MI Negeri Ambarawa
No
1
2
Tahun Akriditasi
2009
2014
Nilai
B
A
Dengan melihat tabel di atas penulis menyimpulkan bahwa MI Negeri
Ambarawa dalam nilai akriditasinya mengalami peningkatan yaitu dari nilai yang
diperoleh pada tahun 2009 mendapat nilai B dan tahun 2014 mendapat nilai A
tentukan berdampak pula pada peningkatan mutu yang dicapai. Hal ini karena
berkat kerja keras yang kompak antara berbagai pihak baik siswa, guru, karyawan,
komite, maupun wali siswa dan tentunya juga yang tak kalah penting adalah
karena meningkatnya pembiayaan. Pembiayaan memegang peran yang sangat
penting dalam terlaksananya akriditasi di MI Negeri Ambarawa.
b. Siswa
Siswa merupakan input terpenting bagi lembaga pendidikan yang
diperlukan untuk berlangsungnya KBM. Tanpa sumber daya manusia
yang
memadai, proses KBM tidak akan tercapai, siswa memegang peran penting dalam
lembaga pendidikan dan penerimaan siswa baru merupakan ujung tombaknya.
Berikut petikan wawancara dengan panitia PPDB
Siswa yang ada di MIN Ambarawa berasal dari RA dan TK seputar
wilayah kecamatan Ambarawa, kecamatan jambu, kecamatan Banyubiru,
kecamatan Bawen, Sumowono dan Bandungan, dan Alhamdulillah
madrasah kami cukup diminati untuk wilayah seputar Ambarawa dan
untuk ini kami tidak memungut dana dari calon siswa baru.143
Hal ini senada dengan pernyataan kepala madrasah
143
Ketua PPDB, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 6 April 2015
106
Siswa kami berasal baik RA atau TK yang berada diwilayah seputar kota
Ambarawa. Dalam penerimaan siswa baru MIN Ambarawa semuanya
didanai oleh BOS tanpa adanya pungutan apapun. 144
Hal tersebut juga divalidasi oleh bendahara
Dalam penerimaan siswa baru MIN Ambarawa semuanya didanai oleh
BOS mulai dari pengadaan formulir pendaftaran, pemasangan spanduk
semua didanai BOS tanpa adanya pungutan apapun.145
Dalam proses penerimaan siswa baru semuanya didanai oleh madrasah
tanpa memungut kepada calon siswa baru, MI Negeri Ambarawa ini cukup
diminati oleh masyarakat seputar kota Ambarawa hal ini terbukti dengan jumlah
pendaftar yang masuk . Adapun jumlah siswa pendaftar di MIN Ambarawa dari
tahun ke tahun selalu meningkat, hal ini dapat terlihat dari tabel di bawah ini:146
Trand jumlah pendaftar & Yg di terima
102
110
115
96
96
102
2009
2010
2011
Jumlah pendaftar
117
78
2012
122
132
90
90
2013
2014
150
110
2015
Jumlah yang diterima
Gambar 4.3. Grafik Pendaftar dan diterima di MI Negeri Ambarawa
Di lihat dari grafik di atas dari tahun ke tahun terlihat bahwa MI
Negeri Ambarawa semakin diminati masyarakat seputar kota Ambarawa,
hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah pendaftar tentunya
ini merupakan hal yang positif sehingga
144
MI Negeri Ambarawa
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 6 April 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 6 April 2015
146
Observasi Buku Pedoman Akademik
145
107
mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Hanya sayangnya pada
tahun 2012 hanya dapat menampung dua kelas besar karena keterbatasan
ruang kelas tentunya hal ini sangat disayangkan. Hal ini sesuai dengan
wawancara peneliti dengan kepala madrasah
Dari tahun 2009 hingga saat ini kami berusaha untuk selalu
menampung tiga kelas namun sangat disayangkan sekali pada
tahun 2012 kami hanya bisa menerima dua kelas itu terjadi karena
keterbatasan ruang kelas.147
Pada tahun 2012 di MI Negeri Ambarawa ruang kelasnya telah
terisi penuh sedangkan pada tahun tersebut anak yang kelas VI yang lulus
juga dua kelas sehingga hal ini berpengaruh terhadap penerimaan siswa
barunya.
Adapun jadwal kegiatan yang ditawarkan di MI Negeri
Ambarawa dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Jadwal KBM MI Negeri Ambarawa
Hari
Waktu
Kelas
Kegiatan
Senin- Kamis
07.00-07.15
I-VI
Hafalan surah pendek
07.15- 11.00
I-II
KBM
07.15-12.30
III-VI
KBM
12.30
III-VI
Salat Dzuhur
07.00-07.30
I-VI
Senam bersama
07.30- 10 40
I-VI
KBM
07.30- 09.30
I-VI
KBM
Jumat
Sabtu
147
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
108
Dari tabel di atas dapat terlihat kurikulum MIN Ambarawa sangat
padat dan syarat dengan berbagai kegiatan keagamaan. Dengan muatan
kurikulum yang seperti ini membutuhkan waktu pembelajaran yang cukup
banyak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala madrasah
Kami berusaha menggabungkan antara mata pelajaran umum dan
pelajaran agama, dan hal ini yang menjadi daya tarik kami dimata
masyarakat Ambarawa.148
Hal yang sama disampaikan oleh wakil kepala kurikulum
Untuk kurikulum kami, merupakan perpaduan antara ilmu umum
dengan ilmu agama dan hal ini merupakan crri khas madrasah.149
Salah satu daya tarik MI Negeri Ambarawa adalah adanya mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang lebih rinci. Dengan pelajaran
yang lebih banyak maka MI Negeri Ambarawa menggunakan waktu
pembelajaran yang lebih banyak. Adapun prestasi akademik MI Negeri
Ambarawa dalam kurun waktu 2009 – 2015 adalah sebagai berikut: 150
Trand nilai siswa
10.00
Axis Title
8.00
6.00
4.00
2.00
-
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Nilai Rata rata UN
6.89
7.03
7.01
7.00
7.12
7.00
Nilai Rata-Rata UAM
6.99
7.50
7.70
8.10
8.6
8.63
Gambar Grafik 4.4 Daftar Nilai Siswa
148
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Waka Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
150
Observasi Rencana Kerja Tahunan
149
109
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di MIN Ambarawa nilai yang
diperoleh antara pelajaran umum dengan nilai pelajaran agama ternyata
lebih tinggi pelajaran agamanya. Jadi tingkat keberhasilan siswa lebih
tinggi pada pelajaran agama hal ini terbukti dengan nilai yang diperoleh
setiap tahunnya. Jika dilihat tingkat pertumbuhannya baik nilai UN
ataupun UAM tiap tahun mengalami peningkatan sehingga hal ini terbukti
bahwa seiring dengan meningkatnya pembiayaan terbukti meningkatkan
mutu pendidikan.
Selain prestasi akademik siswa juga diberi kesempatan untuk
menyalurkan potensinya, dalam kegiatan ekstrakulikuler. Berikut petikan
wawancara dengan kepala madrasah
MI Negeri Ambarawa berusaha mengembangkan potensi, bakat
dan minat siswa melalui berbagai ekstrakulikuler yang mampu
kami sediakan dengan tujuan siswa dapat berekspresi dan
mengapresiasikan dirinya 151
Hal tersebut juga divalidasi oleh guru penanggungjawab ekstrakulikuler
Siswa siswi MIN Ambarawa dalam menyalurkan bakat dan
minatnya kami tampung dalam kegiatan ekstrakulikuler yang kami
laksanakan seusai KBM. Para siswa dapat memilih kegiatan
ekstrakuliler sesuai dengan bakatnya.152
Program pengembangan diri bertujuan memberi
kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Dalam mendukung
terwujudnya keberhasilan program kurikuler para siswa lebih ditekankan
kepada kemampuan intelektual yang mengacu kepada kemampuan
151
152
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 27 Juli 2015
Penanggungjawab Ekstrakulikuler, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 27 Juli 2015
110
berpikir secara rasional, sistematik, analitik dan metodik sedangkan
program
pembinaan
kesiswaan
melalui
ekstra
kurikuler
untuk
mempertajam pemahaman terhadap keterkaitan mata pelajaran. Dengan
ekstrakulikuler para siswa dibina ke arah pemahaman, kesetiaan dan
pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, watak, dan kepribadian bangsa, berbudi pekerti luhur,
kesadaran berbangsa dan bernegara, ketrampilan dan kemandirian,
olahraga dan kesehatan, serta persepsi, apresiasi, dan kreasi seni. Berikut
ini tabel kegiatan ekstrakulikuler sebagai berikut:
Tabel 4.4 Jadwal Ekstrakulikuler MI Negeri Ambarawa
Jenis
Hari
Kelas
Waktu
Pramuka
Selasa
III-V
13.00-15.00
Seni Tari
Kamis
III-V
13.00 – 15.00
Rebana
Rabu
III-V
13.00 – 1500
Komputer
Selasa
VI
13.00 – 15.00
Komputer
Kamis
IV-V
13.00- 17.00
Melukis
Kamis
I-V
13.00- 17.00
Badminton
Rabu
I-V
13.00- 17.00
Renang
Kamis
I-VI
13.00- 17.00
Matematika, IPA
Jumat
I-VI
13.00-16.00
Qiro’ah
Jumat
I-VI
13.00- 15.00
Drumband
Sabtu
IV-V
11.00- 14.00
Ekstrakulikuler
111
Kegiatan ekstrakulikuler terdiri dari ekstrakulikuler wajib yaitu
pramuka, bagi siswa kelas III –V dan ekstrakulikuler pilihan dengan
pelaksanaan sesuai jadwal. Selain itu terdapat organisasi QNS (Qismun
Nasat al Arabi Ladza Tholibat) yang artinya kelompok kegiatan bahasa
Arab. Dalam kegiatan ini peserta didik diwajibkan menggunakan bahasa
Arab pada hari yang telah ditentukan. Peserta didik diberikan Mufradat
untuk dihafalkan dan akan disetorkan kepada guru. Selain itu ada Vocab
Game yaitu suatu kegiatan yang memadukan antara permainan dan bahasa
Inggris. Kegiatan ekstrakulikuler di MI Negeri Ambarawa ini telah
mendapat alokasi dana yang telah tercantum dalam RAPBM. Jika dalam
pelaksanaan ekstrakulikuler kekurangan dana maka penanggung jawab
kegiatan dapat mengajukan proposal kepada pihak madrasah.
153
Adapun
prestasi siswa di MI Negeri Ambarawa sebagai berikut:154
Axis Title
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
#REF!
1
Kecamatan
7
4
3
4
2
4
Kabupaten
1
4
5
4
5
2
Propinsi
2
Gambar 4.5. Grafik Prestasi Non Akademik Siswa MI Negeri Ambarawa
153
154
Observasi di MI Negeri Ambarawa pada tanggal 12 Mei 2015
Buku Kegiatan MI negeri Ambarawa
112
Dari grafik di atas terlihat bahwa prestasi non akademik siswa MI
Negeri Ambarawa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hal ini
terbukti dari tahun ke tahun prestasinya semakin naik. Pada tahun 2014
siswa di MI Negeri Ambarawa menjadi juara di tingkat propinsi. Hal ini
terbukti bahwa pembiayaan dapat meningkatkan mutu.
Selain kegiatan pembelajaran di kelas dan ekstrakurikuler di MI
Negeri Ambarawa juga melaksanakan pembelajaran diluar sekolah seperti
yang disampaikan kepala madrasah
Kami mengadakan PLS untuk mata pelajaran tertentu seperti
kemarin kelas IV mengadakan PLS ke candi Borobudur, Palagan
Ambarawa dengan tujuan agar anak dapat belajar langsung.155
Hal senada juga dikatakan bendahara sekolah
Kami selalu mendukung siswa untuk mengadakan PLS agar siswa
dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dan kegiatan
PLS ini murni didanai dari madrasah.156
Dari pernyataan di atas penulis simpulkan bahwa selain
pembelajaran didalam kelas MI Negeri Ambarawa juga melaksanakan
pembelajarn di luar kelas. Pembelajaran diluar kelas dilaksanakan dengan
tujuan agar anak mendapat pengalaman langsung sehingga diharapkan
dengan pembelajaran secara langsung siswa akan lebih mudah
memahaminya, dan menguasai pelajaran yang disampaikan guru hal ini
merupakan salah satu usaha dalam rangka peningkatan mutu di madrasah.
155
156
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
Bendahara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015
113
c. Guru
Guru merupakan sumber daya manusia yang mempunyai peranan
penting yang menjadi media penunjang pembelajaran siswa. Berikut
petikan wawancara peneliti dengan kepala madrasah
Saya memberi kesempatan pada guru di MI Negeri dalam
pengembangan dirinya, mereka ada yang mendapat beasiswa dari
kemenag dan ada yang mandiri untk melanjutkan studinya. 157
Hal tersebut juga dikuatkan oleh wakil kepala kurikulum
Kami memang memberi kesempatan seluas luasnya untuk para
guru secara bergantian untuk melakukan pengembangan diri
dengan catatan tidak menganggu KBM di MI Negeri Ambarawa.158
Mutu siswa tergantung dari bagaimana peranan guru dalam
menyampaikan pembelajaran kepada siswanya agar dapat meningkatkan
mutu pendidikan. Selain itu pendidikan yang telah ditempuh oleh guru
juga mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan. Berikut ini tabel data
pendidik dan tenaga kependidikan 2009-2015159
Axis Title
Pertumbuhan by Jurusan
25
20
15
10
5
0
2009
2010
2011
2012
DII
2
1
DIII
1
1
1
1
SI
11
13
16
17
2013
2014
20
18
S2
2015
2
Gambar 4.6. Grafik Perkembangan Pendidikan Guru MI NegeriAmbarawa
157
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 8 Juni 2015
158
Waka, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 8 Juni 2015
159
Laporan Bulanan, MI Negeri, Ambarawa, 3 Juni 2015
114
Dari grafik di atas terlihat bahwa guru MI Negeri Ambarawa selalu
berusaha mengembangkan diri, hal ini terbukti pada tahun 2009 masih ada
dua guru yang berpendidikan DII dan satu orang yang berpendidikan DIII,
namun dalam perkembangannya semua guru berpendidikan SI dan dua
orang berpendidikan S2 serta lima orang lainnya sedang menempuh
pendidikan S2 hal ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme.
Guru di MI NegeriAmbarawa
mendapatkan bantuan dari Kemenag yaitu
peningkatan profesionalisme guru berupa adanya pelatihan, Diklat,
Workshop, diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses
belajar mengajar dan juga madrasah memberikan kesempatan untuk
melanjutkan kuliah selama tidak mengganggu tugasnya sebagai guru.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru sebagai faktor
terpenting yang menunjang pendidikan dalam mencerdaskan peserta didik,
guru di MI Negeri Ambarawa mendapat pelatihan, diklat,workshop selain
itu juga guru di MI Negeri Ambarawa mendapat peningkatan
kesejahteraan diantaranya peningkatan material berupa gaji beserta
tunjangan, peningkatan non material dan peningkatan prestasi kerja.
Dengan adanya peningkatan kesejahteraan ini dimaksudkan agar dapat
meningkatkan profesionalisme kerja guru. Peningkatan kesejahteraan ini
bertujuan untuk mengacu peningkatan mutu dalam proses pendidikan dan
pembelajaran sehingga guru dapat berlomba-lomba dalam meningkatkan
kinerja mengajarnya dan secara bersamaan akan berimplikasi pada kualitas
siswa dalam peningkatan mutu pendidikan.
115
d. Sarana dan prasarana
Peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh salah satunya
adalah sarana dan prasarana. Oleh karena itu madrasah perlu mengelola
sarana
dan
prasarana
dengan
sebaik-baiknya
sebagai
penunjang
pelaksanaan pembelajaran. MI Negeri Ambarawa melakukan manajemen
sarana dan prasarana pendidikan dengan tujuan agar menciptakan sekolah
atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi
warga madrasah. Ketersedian sarana dan prasarana yang memadai baik
secara kualitas maupun kuantitas dan relevan dengan kepentingan dan
kebutuhan pendidikan. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui
tentang pelaksanaan manajemen sarana prasarana pendidikan di MI Negeri
Ambarawa dengan kepala sekolah. Berikut ini petikan wawancaranya.
Sekolah kami juga melakukan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan. Manajemen tersebut kami lakukan agar sarana dan
prasarana yang ada di sekolah dapat dikelola dengan baik sehingga
memudahkan dalam pemakaiannya. Selain itu, dilakukannya
manajemen juga bertujuan untuk mengetahui kondisi dari sarana
dan prasarana tersebut apakah masih bisa digunakan atau tidak.160
Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala sarana prasarana
yang menyatakan sebagai berikut.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di MI Negeri
Ambarawa memberikan manfaat bagi semua anggota sekolah. Hal
itu saya rasakan ketika saya sebagai waka sarana prasarana.
Dengan melakukan manajemen sarana dan prasarana tersebut saya
merasa lebih mudah untuk mengaturnya serta mengetahui sarana
prasarana apa saja yang harus diperbaiki atau diganti.161
160
161
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015
Wakil kepala Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015
116
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tujuan
dilakukannya manajemen sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa
adalah untuk memudahkan guru dalam pemeliharaan dan pemanfaatan
sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Peneliti melakukan wawancara
dengan wakil kepala sarana prasarana untuk mengetahui pelaksanaan
manajemen sarana prasarana di MI Negeri Ambarawa. Berikut ini petikan
wawancaranya.
Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya bahwa semua
sarana dan prasarana pembelajaran juga dalam pengawasan saya.
Kalau yang bertanggung jawab sebenarnya adalah kepala sekolah
tapi yang melaksanakannya adalah para guru.162
Pernyataan di atas divalidasi oleh kepala sekolah MI Negeri
Ambarawa
tentang
pelaksanaan
manajemen
sarana
prasarana
pembelajaran oleh wakil kepala sarana prasarana.
Sebenarnya semua kegiatan yang ada di sekolah yang
bertanggungjawab adalah saya, tetapi dalam pelaksanaannya saya
dibantu oleh para bapak dan ibu guru. Seperti manajemen sarana
dan prasarana pembelajaran, maka yang membantu adalah waka
sarana prasarana.163
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa di MI
Negeri
Ambarawa
melaksanakan
manajemen
sarana
prasarana
pembelajaran yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan
dan pengawasan. Perencanaan perlengkapan pendidikan merupakan suatu
proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah,
162
163
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015
Waka Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015
117
baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai
dengan perencanaan pengadaan perlengkapan atau fasilitas tersebut adalah
untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan. Perencanaan sarana dan
prasarana pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan guru.
Di MI Negeri Ambarawa, perencanaan sarana dan prasarana
pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan guru dengan melakukan
analisis terhadap kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran. Kegiatan
perencanaan dilakukan untuk mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan
oleh sekolah untuk memenuhi sarana prasarana pembelajaran. Peneliti
melakukan wawancara dengan kepala sekolah untuk mengetahui
perencanaan manajemen sarana dan prasarana.
Yang perlu untuk direncanakan dalam pengelolaan sarpras di MI
Negeri Ambarawa antara lain: (a) Mengidentifikasi segala
keperluan sarpras yang dibutuhkan, (b) Melakukan penghitungan,
pendataan, dan penilaian kondisi barang secara fisik dengan
menggunakan formulir laporan opnam fisik, (c) Melakukan
evaluasi untuk menentukan jumlah barang yang masih baik, rusak
dan kemungkinan barang –barang yang tidak ditemukan, dan (d)
Berdasarkan hasil opname fisik tersebut, tim membuat laporan
hasil opname fisik barang. 164
Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala sarana prasarana
yang menyatakan sebagai berikut.
Menurut pendapat saya, hal yang perlu untuk direncanakan dalam
pengelolaan sarana prasarana di MI Negeri Ambarawa antara lain:
(a) Mengidentifikasi segala keperluan sarpras yang dibutuhkan,(b)
Melakukan penghitungan, pen-dataan, dan penilaian kondisi barang
164
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015
118
secara fisik dengan menggunakan formulir laporan opnam fisik, (c)
Melakukan evaluasi untuk menentukan jumlah barang yang masih
baik, rusak dan kemungkinan barang – barang yang tidak ditemukan, dan (d) Berdasarkan hasil opname fisik tersebut, tim membuat
laporan hasil opname fisik barang.165
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perencanaan
sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa dilakukan melalui beberapa tahap
antara lain mengidentikasi keperluan sarana dan prasarana, melakukan pendataan,
melakukan evaluasi dan membuat laporan.
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa
kegiatan perencanaan manajemen sarana dan prasarana di sekolah melibatkan
kepala sekolah, bendahara dan guru yang bersangkutan. Dalam kegiatan
perencanaan manajemen sarana prasarana, keterlibatan kepala sekolah adalah
sebagai pemimpin di sekolah, keterlibatan bendahara sebagai orang yang
mengelola keuangan sekolah, dan guru yang akan menggunakan sarana dan
prasarana pembelajaran.
Kegiatan perencanaan dalam manajemen sarana dan prasarana bertujuan
untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem
perencanaan dan pengadaan secara hati-hati dan saksama, sehingga madrasah
memiliki sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kebutuhan dana yang
efisien. Selain itu juga bertujuan untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan secara teliti dan tepat, sehingga keberadaan sarana dan
prasarana tersebut akan selalu dalam keadaan siap pakai.
165
Waka Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015
119
Peneliti melakukan wawancara wakil kepala sarana prasarana untuk
mengetahui tujuan dilakukannya perencanaan dalam manajemen sarana dan
prasarana. Berikut ini petikan wawancaranya.
Tujuan diadakanya perencanaan sarpras antara lain:
a. demi tercapainya tertib administrasi pengelolaan barang milik negara
yang dalam hal ini adalah sarpras;
b. untuk penghematan keuangan sekolah/negara;
c. mempermudah penghitungan sarpras;
d. mempermudah pengawasan dan penyelamatan sarpras.166
Pernyataan di atas dibenarkan oleh kepala sekolah MI Negeri Ambarawa
yang menyatakan sebagai berikut:
Tujuan kami mengadakan perencanaan sarpras pendidikan jasmani antara
lain (a) demi tercapainya tertib administrasi pengelolaan barang milik
negara, (b) untuk penghematan keuangan sekolah/negara, (c)
mempermudah penghitungan sarpras, dan (d) mempermudah pengawasan
dan penyelamatan sarpras.167
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan
perencanaan dilakukan oleh kepala sekolah, bendahara waka sarana prasarana.
Tujuannya adalah:(a) demi tercapainya tertib administrasi pengelolaan barang
milik negara yang dalam hal ini adalah sarpras; (b) untuk penghematan keuangan
sekolah/Negara; (c) mempermudah penghitungan sarpras; dan (d) mempermudah
pengawasan dan penyelamatan sarpras.
Perencanaan manajemen sarana prasarana di MI Negeri Ambarawa
dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
serta perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Berikut ini adalah
166
Wakil kepala Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015
167
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015
120
petikan wawancara peneliti dengan wakil kepala sarana prasarana di MI Negeri
Ambarawa tentang analisa kebutuhan sarana dan prasarana.
Dalam tahap perencanaan sarana dan prasarana kami melakukan analisis
terlebih dahulu terhadap kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan
sekolah. Setelah dianalisis kemudian hasilnya akan dibahas dalam rapat
dengan kepala sekolah dan bendahara.168
Pernyataan wakil kepala sarana prasarana di atas dibenarkan oleh kepala sekolah
MI Negeri Ambarawa yang menyatakan sebagai berikut:
Dalam kegiatan manajemen sarana dan prasarana pembelajaran di MI
Negeri Ambarawa memang diawali dengan melakukan analisa terhadap
kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran, apa yang perlu dibeli
sekolah untuk mendukung proses pembelajaran. Setelah hasil analisis
kebutuhan diperoleh kemudian akan dibahas dalam rapat dengan
bendahara dan guru untuk mengetahui besarnya dana yang dimiliki
sekolah untuk membeli sarana dan prasarana tersebut. Sehingga apabila
ada sarana dan prasarana yang belum begitu penting dapat di tunda
terlebih dahulu.169
Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan perencanaan dan
pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Setelah hasil analisis kebutuhan
sarana dan prasarana pembelajaran dibahas dalam rapat, kemudian dilakukan
perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Perencanaan dan
pengadaan sarana prasarana pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil analisis
kebutuhan yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah MI Negeri
Ambarawa dapat diketahui bahwa perencanaan dan pengadaan sarana dan
prasarana dilakukan berdasarkan pada keutamaan. Sarana dan prasarana yang
168
169
Wakil kepala, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Juni 2015
121
akan dibeli harus disesuaikan dengan kebutuhan yang paling utama. Berikut ini
petikan wawancara peneliti dengan kepala sekolah MI Negeri Ambarawa.
Setelah dilakukan analisa terhadap kebutuhan sarana prasarana
pembelajaran, kemudian akan dibuat perencanaan terhadap pengadaan
sarana prasarana tersebut. Proses pengadaan sarana prasarana
pembelajaran berdasarkan pada kebutuhan sekolah. Sekolah membuat
rangking untuk kebutuhan sarana prasarana tersebut. Artinya pengadaan
sarana prasarana pembelajaran berdasarkan pada keutaman sarana.170
Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala sarana prasarana MI
Negeri Ambarawa yang menyatakan sebagai berikut.
Tahap selanjutnya adalah perencanaan dan pengadaan sarana dan
prasarana pembelajaran. Kegiatan perencanaan yang kami lakukan
berdasarkan pada pada hasil analisis kebutuhan. Pengadaan sarana di
dasarkan pada kebutuhan sekolah. Jadi yang paling dianggap urgen akan
dibeli terlebih dahulu. Kurang lebihnya seperti itu.171
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan
perencanaan manajemen sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa dilakukan
oleh kepala sekolah, wakil kepala bagian sarana dan prasarana dan bendahara
sekolah. Kegiatan perencanaan dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis
kebutuhan sarana dan prasarana serta perencanaan dan pengadaan sarana dan
prasarana. Analisis dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sarana prasarana serta
sebagai dasar pembuatan perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana yang
akan dimiliki sekolah. Adapun sarana prasarana yang dimiliki MIN Ambarawa
Berikut ini tabel perkembangan sarana prasarana yang dimiliki MIN Ambarawa
dari tahun 2009 – 2015 sebagai berikut:
170
171
Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Juni 2015
Waka Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Juni 2015
122
Tabel 4.5. Sarana Prasarana MI Negeri Ambarawa
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Nama
Gedung Sekolah
Kamar Kecil
Rak penyimpanan
Lemari kayu
White Board
CD Pembelajaran
Laptop
LCD
Printer
Bola kaki
Atlas
Angklung
Drumband
Kit IPA
Buku Pelajaran
Buku Cerita
Meja computer
Kursi guru
Meja guru
Kursi kayu siswa
Meja kayu siswa
2009 2010 2011
7
10
6
9
1
3
13
2
2
7
11
1
2
1
1
2
3
1
3
4
1
11
10
3
2630
300
2
13
13
252
239
23
23
302
25
2012 2013 2014 2015 Jumlah
14
14
15
15
8
9
9
20
25
25
16
16
18
26
26
4
4
2
2
5
5
5
7
7
27
47
47
10
35
35
4
7
3469 5543 8825 8876
8876
800
1402
1402
7
14
14
28
30
30
28
30
30
342 402 422
472 472
40
60
20
25
409
Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menunjang proses belajar mengajar. Untuk itu sarana dan prasarana yang ada di
MI Negeri Ambarawa perlu mendapat perhatian pengalokasian dana. Dan untuk
pengelolaan sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa telah tersusun dalam
perencanaan RAPBM. Selama perkembangannya MI Negeri selalu diupayakan
menambah sarana dan prasarana jumlah siswa Selain itu madrasah juga setiap
tahunnya mengalokasikan anggaran dana untuk perbaikan sarana dan prasarana
yang tercantum dalam RAPBM.
123
B. Analisis
1. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan
Pengertian mutu pendidikan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi
normatif dan segi deskriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan
pertimbangan intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu
pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai
standar ideal. Sedangkan berdasarkan ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen
untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti deskriptif, mutu
ditentukan berdasarkan kenyataan misalnya hasil tes. 172 Dengan demikian, mutu
pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara
efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakulikuler
pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau
menyelesaikan pembelajaran tertentu.
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah pertama kesiapan
dan motivasi siswa. Kedua, kemampuan guru profesional dan kerjasama dalam
organisasi sekolah. Ketiga, kurikulum meliputi relevansi isi dan operasional
proses pembelajarannya. Keempat sarana prasarana meliputi kecukupan dan
keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran. Kelima, partisipasi
masyarakat dalam pengembangan program pendidikan sekolah.
Pendekatan yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan
yaitu pertama, perbaikan secara terus menerus. Konsep ini mengandung
pengertian bahwa pihak pengelola senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan
172
Marus Suti, Strategi Peningkatan Mutu di era Otonomi, Jurnal Medtek, Vol 3, nomor 2,
Oktober, 2011
124
peningkatan
secara
terus
menerus
untuk
menjamin
semua
komponen
penyelenggaraan pendidikan telah mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.
Konsep ini senantiasa memperbaharui proses pendidikan berdasarkan kebutuhan
dan tuntutan pelanggan. Jika tuntutan dan kebutuhan pelanggan berubah, maka
pihak pengelola institusi pendidikan. Standar mutu pendidikan misalnya dapat
berupa pemilikan atau akuisisi kemampuan dasar pada masing masing bidang
pembelajaran, dan sesuai jenjang pendidikan yang ditempuh.
Kedua pihak manajemen juga harus menentukan standar mutu materi
kurikulum dan standar evaluasi yang akan dijadikan sebagai alat untuk mencapai
standar kemampuan dasar. Standar mutu proses pembelajaran harus diterapkan
dalam arti manajemen perlu menetapkan standar mutu proses pembelajaran yang
diharapkan dapat berdaya guna untuk mengoptimalkan proses produksi dan untuk
melahirkan produk yang sesuai yaitu yang menguasai standar mutu pendidikan
berupa penguasaan standar kemampuan dasar. Pembelajaran yang dimaksud
sekurang
kurangnya
memenuhi
karakteristik,
menggunakan
pendekatan
pembelajaran aktif, kooperatif, kolaboratif, konstruktif dan pembelajaran tuntas.
Ketiga, perubahan kultur. Konsep ini bertujuan membentuk budaya
organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua
komponen organisasi. Jika manajemen ini ditetapkan di institusi pendidikan,
maka kepala madrasah harus membangun kesadaran
semua pihak yang
berkepentingan baik itu guru, siswa atau wali murid akan pentingnya
meningkatkan dan mempertahankan mutu pendidikan baik mutu hasil maupun
mutu proses. Keempat, perubahan organisasi, jika visi,misi dan tujuan organisasi
125
berubah atau mengalami perkembangan maka sangat dimungkinkan terjadinya
perubahan organisasi. Perubahan organisasi disini adalah perubahan struktur
organisasi sehingga menyangkut perubahan tugas dan wewenang masing masing
personalnya. Kelima, mempertahankan hubungan dengan wali siswa karena
lembaga pendidikan menghendaki agar para pelanggannya merasa puas. Sehingga
diperlukan hubungan dan kerjasama yang baik antar kedua belah pihak.
Komunikasi harus selalu dijalin, wali siswa diperkenankan mengunjungi dan
mengamati serta melakukan penilaian
dan memberikan masukan demi
peningkatan mutu pendidikan di madrasah.Mutu pendidikan di MI negeri
Ambarawa dapat diukur berdasarkan realitas hasil penelitian dengan kriteria yang
berdasarkan SNP adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Standar Mutu Pendidikan.
NO
1
2
Standar Mutu
Pendidikan
Standar Isi
MIN
Ambarawa
telah
memenuhi
kriteria SNP
yang meliputi
kerangka dasar
dan struktur
kurikulum,
beban belajar,
KTSP, dan
kalender
akademik
Normativ
Pendukung
Penghambat
Implikasi
Proses
pembelajaran
dan evaluasi
hasil
pembelajaran
menuntut
peserta didik
untuk lebih
banyak
penguasaan
materinya
sehingga
memerlukan
waktu
pembelajaran
lebih lama.
Pengembangan
kurikulum
pada madrasah
yang berciri
khusus yaitu
pelajaran
agama lebih
rinci.
Materi
pembelajaran
yang padat
dengan jam
pelajaran
yang banyak
menjadi
beban berat
bagi peserta
didik.
Karena luas
cakupan materi
kurikulumnya
sehingga
Pendidik
dituntut agar
lebih kreatif
dan intensif
serta siswa
dituntut untuk
meluangkan
banyak waktu
belajar.Sehingga
memerlukan
pembiyaan yang
lebih banyak
Standar Proses
Interaksi
Mendorong
126
3
4
Sesuai data
secara
administrasi
MI Negeri
Ambarawa
telah
memenuhi
standar proses
pembelajaran,
demikian pula
dilihat dari
kesiapan
tenaga
pengajar dalam
proses
pembelajaran
telah sesuai
dengan format
SNP.
Standar
Kompetensi
kompetensi
lulusan sudah
terpenuhi
Standar
pendidik dan
tenaga
kependidikan
(kompetensi
pedagogik,
komptensi
professional,
komptensi
sosial, dan
kepribadian)
pembelajaran
memerlukan
stimulus
respon untuk
mengembang
kan
dan
menguasai
materi
pembelajaran
.
siswa agar
lebih
menguasai
materi
pembelajaran
Prestasi non
akademik di
tingkat
propinsi
masih sangat
kurang,
sedangkan
prestasi
akademiknya
baik
Minimnya
pendidik
mendapat
seminar,
pelatihan dan
workshop
Jumlah peserta
didik yang
banyak
Semua guru
berpendidikan
SI.
Peningkatan
prestasi
memerlukan
pembiayaan
banyak
Guru kurang
mengikuti
seminar,
workshop
Untu k
meningkatan
profesionalisme
guru dibutuhkan
pembiayaan
yang cukup
127
5
Standar sarana
prasarana
Aspek sarana
prasarana
pendidikan
sudah baik
6
Standar
pengelolaan
sudah
terpenuhi
Standar
pembiayaan
perlu adanya
kecermatan
dalam memilih
program
peningkatan
mutu
Standar
penilaian
sudah berjalan
sesuai dengan
SNP
7
8
Masih perlu
banyak
perhatian
baik dari segi
pengadaan
yang sesuai
dengan
standar
pendidikan.
pelaksanaann
ya
belum
efektif
dan
efisien
Memilih
program
peningkatan
mutu
Keadaan
Sarana
prasarana
cukup
mendukung
proses KBM
Keterbatasan
ruang kelas
yang dimiliki
Untuk
peningkatan
sarana prasarana
dibutuhkan
pembiayaan
yang cukup
besar.
Kreaatif dan
inovatif
mampu
bersaing
Kurang
disiplin guru
dan lemahnya
pengawasan
Terbatasnya
Untuk
dana
peningkatan
mutu
memerlukan
pembiayaan
yang besar.
Standar
penilaian
yang
dilakukan
sudah
memenuhi
ketentuan
standar
penilaian
2. Pelaksanaan Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa
a. Perencanaan Keuangan Madrasah
Perencanaan sebagai suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk
128
mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin juga dipraktekkan oleh MI
Negeri Ambarawa. Dalam perencanaan keuangan madrasah, MI Negeri
Ambarawa dibawah pimpinan kepala madrasah melakukan perencanaan dengan
memperhatikan berbagai pihak yang kemudian dikaji dan pada akhirnya nanti
disusun sebagai bahan masukan penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Madrasah( RKAM).
Perencanaan pembiayaan di madrasah sebagian besar masuk dalam
penyusunan RAPBM yang disusun secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan Fattah bahwa dalam penyusunan anggaran adalah
bagaimana memanfaatkan dana secara efisien, mengalokasikan secara tepat,
sesuai dengan skala prioritas.173 Itulah sebabnya dalam prosedur penyusunan
anggaran memerlukan tahapan yang sistematik sebagaiamana tercantm dalam
undang undang No 20 tahun 2003 pasal 48 bahwa pengelolaan dana pendidikan
berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas
publik.174 MI Negeri Ambarawa dalam menyusun rencana anggaran dan belanja
madrasah (RAPBM) pada prakteknya selalu dilakukan dengan musyawarah yang
dihadiri kepala madrasah, guru, karyawan, dan komite.
Hal ini dilakukan agar ketika proses pembelajaran dimulai, segala sesuatu
kegiatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dapat dilaksanakan
semaksimal mungkin. Ini sejalan dengan yang diungkapkan Harjanto dalam
susilawaty bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan kegiatan
173
174
Nanag Fatah, Ekonomi dan pembangunan, 2007,26
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional.
129
secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. 175
Sementara itu proses penyusunan perencanaan pembiayaan, madrasah telah
sepenuhnya melakukan kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam perencanaan
pembiayaan madrasah sebagaimana yang diungkapkan Mulyasa bahwa dalam
perencanaan pembiayaan madrasah mencakup dua kegiatan yaitu penyusunan dan
pengembangan RAPBS.176
Dalam pelaksanaannya mereka melakukan perencanaan pendidikan,
pengeluaran dan pendapatan, selain itu mereka juga berusaha melakukan
pendekatan partisipatif terhadap masyarakat madrasah.177 MI Negeri Ambarawa
dalam penyusunan anggaran juga menganut prinsip pembagian wewenang.
Pelaksanaan pembiayaan dilakukan oleh bendahara madrasah hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan Fattah bahwa anggaran harus disusun berdasarkan
prinsip prinsip pembagian wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam
manajemen organisasi, adanya sistem akuntansi yang memadai, adanya penelitian
dan analisis untuk menilai kinerja organisasi, adanya dukungan dari pelaksana.178
Dalam pelaksanaan musyawarah, kepala sekolah dan para wakilnya
melakukan tiga perencanaan yaitu:
a. Perencanaan pendidikan kepala madrasah dan para wakinya melakukan
kajian terhadap program program yang ingin dicapai dalam satu tahun
kedepan. Progaram program yang direncanakan harus berdasarkan visi,
misi dan memperhatikan keadaan madrasah serta kemungkinan yang
terjadi pada tahun tahun berikutnya. Hal ini penting karena perencanaan
yang tidak berdasarkan visi misi akan menjadikan program yang
175
Baihaqi, Manajemen Pembiyaan pada SMKN Aceh Besar, Jurnal Administrasi
Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume1, No.2, November 2012, 40
176
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesioal, , 2007,56
177
Wawancara dengan Kepala madrasah pada tanggal 20 Juli 2015
178
Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah,Bandung;
Pustaka Bai Quraisy, 2007, 26.
130
disusun tidak sesuai dengan yang diinginkan madrasah. Sedangkan
apabila program yang disusun tidak berdasarkan pada keadaan yang
sebenarnya terjadi pada madrasah, maka akan membuat perencanaan
tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena tidak mendapat dukungan
dari sumber daya madrasah. Adapun perencanaan yang tidak
memperkirakan masa yang akan datang akan berakibat tidak akan
mendapat dukungan pada tahun tahun berikutnya
b. Perencanaan pengeluaran. Perencanaan yang dilakukan kepala
madrasah dan para wakilnya pada tahap selanjutnya adalah perencanaan
pengeluaran untuk membiayai kebutuhan kebutuhan madrasah dalam
melaksanakan program programnya. Perencanaan pengeluaran di MI
Negeri Ambarawa ini berdasarkan pada kemungkinan kemampuan
madrasah, sedangkan kemampuan keuangan madrasah tergantung pada
penerimaan dan pengeluaran yang masuk pada tahun anggaran.
c. Perencanaan pendapatan, kepala madrasah dan para wakilnya
merencanakan penerimaan dan pengeluaran yang mungkin masuk ke
madrasah melalui berbagai segi dalam satu tahun anggaran. Pendaptan
madrasah digunakan utuk memenuhi kebutuhan dan program yang
disusun madrasah.
Perencanaan terhadap tiga hal di atas yang dilakukan oleh MI Negeri
Ambarawa sudah sesuai dengan teori, sehingga menunjukkan bahwa madrasah
ini sudah tergolong cukup baik dalam manajemen. Pada data penelitian yang
telah dipaparkan sebelumnya bahwa selain menyusun RKAM juga selalu
melakukan pengembangnnya. Dalam pengembangan rencana kegiatan dan
anggaran MI Negeri Ambarawa menggunakan tiga langkah pendekatan yaitu
kelompok kerja, kerjasama dan komite.
Hal ini dilakukan dengan memperhatikan sumber daya yang ada di
madrasah, menampung semua aspirasi dan mendapat persetujuan dari pihak
yang bersangkutan.179 Perencanaan yang dibuat oleh madrasah yang
memperhatikan pengembangan rencana anggaran dan pendapatan dan belanja
179
Wawancara dengan kepala madrasah pada tanggal 12 Juli 2015
131
madrasah seperti yang dilakukan MI Negeri Ambarawa akan melahirkan
perencanaan yang baik diantaranya yaitu:
a. Perencanaan yang dibuat harus memperhatikan dan berdasarkan pada
sumber daya yang ada di madrasah. Dengan pengembangan RKAM
pada tingkat kelompok kerja maka perencanaan yang dibuat akan
lebih bagus karena sesuai dengan kondisi di madrasah.
b. Perencanaan yang dibuat merupakan perencanaan yang dapat
menampung aspirasi. Melalui pengembangan RKAM pada tingkat
kerjasama dengan komite madrasah, maka perencanaan akan sesuai
dengan keinginan berbagai pihak. Perencanaan yang dibuat
merupakan perencanaan yang mendapat persetujuan dari berbagai
pihak. Melalui pengembangan RKAM dengan sosialitas dan legalitas,
maka perencanaan yang dibuat diakui keberadaannya oleh berbagai
pihak.
Dari uraian di atas maka penulis simpulkan bahwa perencanaan keuangan
di MI Negeri Ambarawa sudah berjalan baik dan teratur.
b. Pelaksanaan Keuangan Madrasah
Pelaksanaan
pembiayaan di MI Negeri Ambarawa
dilakukan oleh
bendahara, hal ini sejalan dengan mulyasa bahwa sekolah dapat menetapkan
bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya. 180 Untuk uang yang harus
dipertanggungjawabkan ditunjuk bendahara oleh kepala madrasah . Kegiatan
pelaksanaan pembiayaan di MI Negeri Ambarawa disesuaikan dengan
pendapatan yang diperoleh ini sejalan yang dikatakan Bafadal
bahwa
pelaksanaan anggaran dalam setiap personel sekolah adalah semua
penggunaan dana yang tersedia harus disesuaikan dengan rencana anggaran
yang telah disusun lembaga.181 Pelaksanaan keuangan di MI Negeri
Ambarawa dibagi dalam dua kegiatan yaitu penerimaan dan pengeluaran dana
180
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesioal, Bandung , , 2007,69
181
Bafadal , Pengelolaan Keuangan Sekolah, Jakarta; Bumi Aksara, 2008, 54
132
pendidikan. Pemisahan kegiatan penerimaan dan pengeluaran dapat
memberikan manfaat antara lain:
a. Mempermudah pembukuan, dengan pemisahan ini akan memudahkan
bendahara penerimaan dan pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya
yaitu dalam penerimaan maupun pengeluaran uang.
b. Memudahkan dalam pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan dan
pemeriksaan dalam melihat aliran dana di MI Negeri Ambarawa lebih
mudah dilakukan dengan adanya pemisahan dana penerimaan dan
pengeluaran.
Dengan adanya pemisahan antara dana penerimaan dan pengeluaran maka
akan memudahkan berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat aliran dana
di MI Negeri Ambarawa. Penerimaan dana pendidikan ditentukan oleh besarnya
dana yang diterima lembaga dari setiap sumber dana Dalam Undang Undang No
20 tahun 2003 pasal 46 disebutkan bahwa pendanaan pendidikan di Indonesia
menjadi tanggngjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. 182 Di MI
Negeri Ambarawa dana diperoleh dari pemerintah dan komite. Pemerintah
merupakan penyandang dana tetap yang dikelola madrasah untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam penerimaan dana pendidikan MI Negeri Ambarawa telah
menunjuk bendahara II untuk membuat pembukuan antara lain:
a. Buku harian.
Buku ini berisi nama penyetor, kelas guna membayar dan jumlah yang
disetorkan serta waktu penyetorannya. Disini dapat dilihat format bukunya
sederhana dan mudah dipahami. Format seperti ini memudahkan madrasah
dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan. Apalagi jika ada
kronologi kejadiannya akan lebih memudahkan dalam menggali informasi.
182
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Mulyono,Mewujudkan keunggulan madrasah,
vol 2, No 1, 2009
133
b. Buku Rekap
Buku ini berisi kumpulan catatan harian, dari buku ini dapat diketahui
jumlah dana yang masuk serta dapat diketahui keadaan dana yang ada di
MI Negeri Ambarawa. Dan dapat dibandingkan dengan dana yang ada di
bendahara umum, sehingga dana yang masuk dapat dikontrol.
c. Buku Setor
Di MI Negeri Ambarawa, buku ini digunakan bendahara madrasah untuk
mencatat penyetoran dana yang telah dilakukan kepada bendahara. Dari
buku ini menjadi bukti setoran dana yang telah dilakukan kepada
bendahara. Dari buku ini menjadi bukti setoran dana yang telah dilakukan
bendahara madrasah kepada ke kepala madrasah agar setiap dana yang
masuk dapat dikontrol.
Pembukuan terhadap penerimaan di MI Negeri Ambarawa
dilakukan dalam format sederhana dan mudah dimengerti sehingga
berbagai pihak yang berkepentingan dapat memahaminya. Dalam
pelaksanaan keuangan di MI Negeri Ambarawa dalam kegiatan
pengeluaran dilakukan oleh bendahara I yang menangani pengeluaran
dana pendidikan di madrasah.
Dalam pelaksanaan pembiayan di madrasah subjek penelitian,
laporan pelaksanaan pembiayaan disusun dengan baik sebagai bahan
pertanggungjawaban. Ini sesuai dengan Bafadal bahwa semua keuangan
harus dilengkapi dengan kwitansi pengeluaran, semua penggunaan dana
harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang
134
undangan yang berlaku dalam rangka mempermudah pengawasan dan
pertanggungjawaban, semua penggunaan dana harus dibukukan secara
seksama dan berkesinambungan melalui proses pembukuan yang
berlaku.183 Langkah langkah pengeluaran dana adalah sebagai berikut:
pengajuan permintaan yang ditulis dalam lembar permintaan pengeluaran
dana kepada kepala madrasah; setelah mendapat persetujuan kemudian
bendahara madrasah mengecek keabsahan lembar permintaan tersebut
yakni sudah disetujui oleh kepala madrasah atau belum; setelah diketahui
keabsahannya maka dilakukan pengajuan permintaan pengeluaran dana
kepada bendahara; bendahara madrasah memberikan kepada yang
bersangkutan untuk meminta pengeluaran dana agar dapat dibelanjakan
sesuai dengan kebutuhan yang diajukan.
Melakukan analisis dan pengambilan keputusan merupakan tugas
fungsional bagian keuangan untuk melaksanakan tugas itu maka
bendahara harus berpatokan pada rencana anggaran yang tepat,
mengestimasi secara tepat nilai nominal sumber keuangan, mencermati
tentang pengaruh waktu dan ketidakpastian, memperhitungkan efisiensi
pengaruh waktu, memperhitungkan efisiensi pengeluaran secara cermat.184
Pembiayaan madrasah berasal dari pemerintah pusat, dan daerah yang
bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan
pendidikan, orang tua atau siswa dan masyarakat. Keuangan dan
183
Bafadal , Pengelolaan Keuangan Sekolah, Jakarta; Bumi Aksara, 2008,61
Baihaqi, Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada SMKN di Aceh Besar, Jurnal
Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas SyiaH Kuala Volume1, No.2, November 2012,
43
184
135
pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan bagian yang
tak terpisahkan dalam pendidikan. oleh karena itu madrasah selalu
merencanakan anggaran dengan matang untuk kelancaran proses belajar
mengajar. Biaya madrasah terdiri dari biaya rutin dan biaya operasional,
biaya rutin selalu lancar dikeluarkan dari tahun ke tahun seperti gaji
pegawai sedangkan biaya operasional dikeluarkan sekolah untuk perbaikan
dan rehab gedung serta fasilitas dan alat alat pengajaran.
Pengeluaran dana di MI Negeri Ambarawa melalui beberapa tahap
yang melibatkan penanggungjawab atau yang mengajukan permintaan
pengeluaran, bendahara madrasah bagian pengeluaran dan kepala
madrasah. Prosedur ini biasa dikatakan panjang dan lama, namun dana ini
agar dapat dipertanggungjawabkan penggunaanya dengan baik, sehingga
berbagai pihak yang berkepentingan akan dapat mengetahui penggunaan
dana yang ada apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam pembukuan pengeluaran di MI Negeri Ambarawa dilakukan
secara kronologis pada setiap transaksi yang dilakukan dalam setiap bulan,
yaitu sesuai dengan urutan tanggal transaksi pada bulan tersebut.185 Hal
ini dimaksudkan untuk mempermudah pembukuannya. Pengeluaran dana
yang dilakukan setelah ditulis secara kronologis kemudian dicatat dalam
buku catatan pengeluaran menurut jenis pengeluaran, yaitu seperti
kebutuhan guru, pembelian perlengkapan belajar mengajar yang kemudian
data pengeluaran tersebut dimasukkan dalam laporan bulanan kepala
185
Dokumentasi RKAM MI Negeri Ambarawa tahun 2014
136
madrasah, dari sini dapat dimengerti bahwa pembukuan yang dilakukan
untuk memudahkan pengawasan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban
yakni melalui pembukuan atau pencatatan pengeluaran harian dan bulanan
yang kemudian dituangkan dalam laporan harian, bulanan, tahunan.
Selain itu pembukuan pengeluaran dicatat berdasarkan jenis
pengeluaran akan memudahkan bagi pengawas dan pemeriksa untuk
mengetahui besarnya pengeluaran untuk berbagai jenis kebutuhan
madrasah, sehingga pengeluaran dapat dikontrol sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bawa pelaksanaan
keuangan madrasah di MI Negeri Ambarawa sudah berjalan baik dan perlu
dipertahankan dan ditingkatan kinerjanya. Pembiayaan di MI Negeri
Ambarawa sudah dikelola secara professional oleh tenaga pendidik dan
kependidikan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian
yang melibatkan peran komite madrasah. MI Negeri Ambarawa sebagai
salah satu madrasah yang disukai banyak kalangan di seputar kota
Ambarawa dan memiliki reputasi yang bagus dalam pandangan
masyarakat itu sendiri. Dalam rangka peningkatan pelayanan, fasilitas dan
kegiatan ekstra pendukung lainnya, maka madrasah harus memiliki
sumber alternatif lainnya tidak hanya menunggu dana dari pemerintah.
c. Evaluasi
Evaluasi sebagai salah satu langkah dalam tahapan manajemen MI
Negeri Ambarawa difungsikan sebagai langkah dalam mengontrol
137
perencanaan dan pelaksanaan keuangan madrasah. Evaluasi yang
dilakukan adalah dengan pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan
dilakukan terhadap barang barang dan pelaksanaan keuangan madrasah.
Sedangkan pemeriksaan dilakuakan terhadap anggaran, kas dan barang.
Pemeriksaan terhadap anggaran di MI Negeri Ambarawa dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan madrsah dalam
melakukan perencanaan penerimaan dan pengeluaran sehingga dari sini
pihak pihak yang berkepentingan dapat melakukan pengontrolan terhadap
penerimaan dan pengeluaran dari hal hal yang tidak berguna maka dengan
pemeriksaan terhadap anggaran ini akan menghindarkan dari anggaran
yang tidak perlu dan tidak bermanfaat.
Sedangkan pemeriksaan terhadap kas bertujuan untuk menguji
kebenaran jumlah dana yang ada dengan membandingkan jumlah dana
yang seharusnya ada dengan dana yang ada melalui catatan. Di MI Negeri
Ambarawa pemeriksaan terhadap kas dilakukan oleh kepala madrasah dan
komite madrasah dengan melihat catatan dana yang masuk yang dipegang
oleh bendahara II untuk mengetahui jumlah dana yang diterima madrasah
dan terhadap catatan dana yang sudah dikeluarkan dan mengtahui jumlah
dana yang masih ada.
Pemeriksaan
yang
dilakukan
ini
akan
dapat
mengontrol
pengeluaran berikutnya, yang berarti bahwa pengeluaran berikutnya harus
memperhatikn pengeluaran yang sudah dilakukan, sehingga tidak terjadi
pengeluaran yang tidak sesuai dengan perencanaan. Adapun pemeriksaan
138
terhadap barang yang dilakukan di madrasah terhadap jenis, jumlah dan
fungsi merupakan pemeriksaan yang baik dan sesuai dengan teori
pemeriksaan terhadap barang yang tercantum dalam bab sebelumnya.
Dari keterangan tersebut diketahui bahwa evaluasi yang dilakukan
oleh MI Negeri Ambarawa sudah tergolong baik, hal ini dapat dilihat
seperti dari pemeriksaan yang dilakukan yakni sudah sesuai teori yang
tercantum dalam bab 2 yaitu terhadap anggaran, kas dan barang. Selain itu
evaluasi juga dilakukan dengan memeriksa laporan pertanggungjawaban
yang dilakukan oleh bendahara dan
madrasah juga telah melibatkan
masyarakat dan orang tua siswa yang bergabung dalam komite madrasah
dalam kegiatan pemeriksaan dan pengawasan. Hal ini diperlukan karena
pendapatan yang diterima madrasah berasal dari mereka, dan sebagai
salah
satu
bentuk
menjadikan
mereka
merasa
memiliki
dan
bertanggungjawab terhadap madrasah ini.
Dalam pertanggungjawabannya, MI Negeri Ambarawa melakukan
pertanggungjawaban ke dalam dan keluar. Pertanggungjawaban ke dalam
dilakukan oleh dua pihak yaitu pertama bendahara selaku pelaksana
pembiayaan pendidikan di madrasah melaporkan kepada kepala madrasah
selaku pimpinan. Kedua dilakukan kepala madrasah selaku pimpinan
pelaksanaan keuangan madrasah di MI Negeri Ambarawa kepada komite
madrasah.
Adapun pertanggungjawaban
keluar dilakukan dengan
menyediakan informasi tentang pendapatan dan penggunaan
dana yang
diperoleh kepada wali siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa MI
139
Negeri Ambarawa melakukan pertanggungjawaban dengan baik, sehingga
perlu dipertahankan. Informasi yang disediakan untuk oang tua merupakan
bentuk pertanggungjawaban, tinggal wali siswa peduli atau tidak dengan
hal ini. Kepedulian ini ini perlu dipupuk dalam rangaka mengikutsertakan
orang tua dalam program pengelolaan madrasah. Evaluasi di madrasah ini
juga dilakukan dengan memeriksa pelaksanaan pembukuan keuangan yang
dilakukan oleh bendahara. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya mengenai
dana saja yang diperiksa namun juga dalam pembukuan keuangan yang
dilakukan oleh bendahara. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya mengenai
dana saja yang diperiksa, namun juga dalam pembukuannya. Dalam
pemeriksaan di MI Negeri Ambarawa ini dilakukan dengan menilai
pembukuan yang dibuat dengan indikator yang dinilai adalah mengenai
kerapian, keteraturan dan kelengkapan serta kesesuain anggaran. Keempat
hal tersebut jika dilakuakan
maka pembukuan diangap baik. Ini
menunjukkan bahwa madrasah menyiapkan diri bukan hanya
dalam
mengelola dana saja, namun juga dalam pembukuannya.
1. Implikasi peningkatan mutu melalui manajemen pembiayaan
Upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Madrasah
merupakan bagian penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Adanya sumber daya manusia yang unggul dipengaruhi pula oleh
faktor yang menunjang pembelajaran di madrasah. Faktor tersebut berupa
guru yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, juga
penunjang pembelajaran siswa berupa kegiatan ekstrakulikuler. Semua itu
140
tidak akan terpenuhi jika tidak adanya biaya yang mencukupi kebutuhan
kebutuhan untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Maka dari
itu biaya perlu dikelola dengan sebaik-baiknya demi kelancaran dan
peningkatan mutu di madrasah. Pengelolaan pembiayaan di MI Negeri
Ambarawa
dikelola langsung oleh kepala madrasah dibantu oleh
bendahara, sehingga kepala madrasah mengetahui pengeluaran dan
penerimaan keuangan secara langsung.
Selain itu kepala madrasah
bertugas pelaksana bagaimana meningkatkan mutu pendidikan yaitu
dengan
mengkoordinir
kegiatan-kegiatan
demi
berlangsungnnya
peningkatan mutu pendidikan melalui pembiayaan yang telah diatur dalam
RAPBM. Manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan
di madrasah perlu memperhatikan tiga komponen penentu keberhasilan
madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang membutuhkan
perhatian pengalokasian dana antara lain:
a.
Siswa
Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan siswa merupakan
sumber daya terpenting dalam proses pembelajaran dan juga kegiatan
sekolah. Wahana yang paling tepat untuk melibatkan para siswa adalah
kegiatan-kegiatan diluar kurikuler atau ekstrakurikuler.186
Semakin
banyak kegiatan yang di ikuti siswa maka akan menambah pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki siswa. ekstrakurikuler ini bertujuan untuk
mempertajam pemahaman terhadap keterkaitan dengan mata pelajaran
186
Wahyu Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Rajawali Pers,
2008), hlm 239.
141
kurikuler. Para siswa dibina kearah mantapnya pemahaman, kesetiaan dan
pengalaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, watak dan kepribadian bangsa, budi pekerti luhur, kesadaran
berbangsa dan bernegara, keterampilan dan kemandirian, olahraga dan
kesehatan serta persepsi, apersepsi dan kreasi seni.187 Ekstra kurikuler
yang ada di MI Negeri Ambarawa dilaksanakan sesuai jadwal yang telah
ditentukan pada awal tahunnya oleh penanggungjawab yang mengatur
semua kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler yang ada di MI Negeri Ambarawa antara lain
pramuka, rebana, melukis, badminton, komputer, seni baca Al Quran. Juga
ada organisasi QNS yang khusus mengkoordinir kegiatan ekstra kurikuler
kebahasa Arab. Di MI Negeri Ambarawa memang yang diutamakan agar
siswa-siswinya dapat berbahasa Arab dengan lancar. Selain kursus bahasa
Arab juga ada kursus bahasa Inggris dalam kegiatannya kursus bahasa
Inggris terdapat Vocab Game yaitu kegiatan yang memadukan permainan
dan berbahasa Inggris. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar
bahasa Inggris dengan bermain dalam menggunakan bahasa Inggris.
Semua siswa di MI Negeri Ambarawa di wajibkan mengikuti
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini menjadi penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan di karenakan kegiatan estrakurikuler
menunjang pembelajaran dan juga meningkatkan keterampilan yang
dimiliki peserta didik. Mengingat begitu pentingnya ekstrakurikuler dalam
187
Wahyu Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2008,
239.h 241-242
142
meningkatkan kualitas siswa, untuk itu pengelola madrasah memberikan
anggaran kegiatan untuk menunjang tercapainya proses kegiatan agar
berjalan dengan lancar. Tanpa adanya pengalokasian dana yang cukup
pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar. Maka dari itu
kegiatan ekstraklurikuler yang ada di MI Negeri Ambarawa ini telah
mendapat pengalokasian dana yang telah tercantum dalam RAPBM.
b. Guru
Guru merupakan salah satu faktor yang mepengaruhi kualitas
siswa. guru mempunyai peranan penting menjadi media dalam proses
pembelajaran siswa. Mutu siswa tergantung bagaimana peran guru dalam
memberikan pembelajaran yang tepat kepada siswanya. Selain itu jenjang
pendidikan yang telah ditempuh oleh guru juga mempengaruhi
peningkatan mutu pendidikan. Di MI Negeri Ambarawa semua
guru
berpendidikan sarjana, dan banyak diantara mereka yang melanjutkan ke
S2. Untuk meningkatkan profesionalisme guru di MI Negeri Ambarawa
mendapatkan bantuan dari KEMENAG yaitu peningkatan profesionalisme
guru dengan adanya program kualifikasi peningkatan profesionalisme
mutu guru dan adanya pelatihan, diklat, workshop diharapkan dapat
meningkatkan kualitas guru dalam proses belajar mengajar dan juga
madrasah memberikan kesempatan para guru untuk melanjutkan kuliah
dan membekali para guru kursus bahasa Inggris dan kursus bahasa Arab.
Selama dalam pelaksanaannya tidak mengganggu tugasnya sebagai guru.
143
Dalam peningkatan mutu pendidikan, guru sebagai faktor
terpenting dalam penunjang pendidikan untuk mencerdaskan peserta didik,
guru di MI Negeri Ambarawa mendapatkan pelatihan, selain itu juga guru
mendapatkan peningkatan kesejahteraan dalam upaya membangkitkan
gairah guru dalam meningkatkan kinerja pengajarannya. Dengan adanya
peningkatan
kinerja
ini
dimaksudkan
akan
dapat
meningkatkan
profesionalisme kerja guru. Peningkatan kesejahteraan ini bertujuan untuk
mengacu peningkatan mutu dalam proses pendidikan dan pembelajaran
sehingga guru dapat berlomba-lomba dalam meningkatkan kinerja
mengajarnya dan secara bersamaan akan berimplikasi pada kualitas dalam
peningkatan mutu pendidikan.
c.Sarana dan prasarana
Faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu proses pembelajaran
salah satunya adalah sarana dan prasarana pendidikan. Agar sarana
prasarana pendidikan dapat terus berdaya guna aktif dalam proses
pembelajaran pihak madrasah harus terus melakukan perkembangan dan
penambahan
sarana
dan
prasarana
pendidikan
sesuai
dengan
perkembangan zaman, yang semakin canggih dan teknologi semakin
berkembang terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan sekarang ini
terutama proses pembelajaran memerlukan sarana dan prasarana
pendidikan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran dan untuk
mengoptimalkan kreatifitas siswa. Sarana dan prasarana pendidikan yang
canggih serta mengikuti kemajuan zaman adalah harapan dan keinginan
144
setiap madrasah untuk mewujudkan harapan dan keinginan tersebut, pihak
madrasah haruslah mempunyai dana yang cukup banyak dalam
pengelolaan sarana dan prasarana madrasah. Madrasah perlu mengelola
sarana dan prasarana dengan sebaik baiknya sebagai penunjang
pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menunjang proses belajar dan mengajar. Dalam proses pembelajaran
sarana dan prasarana sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran, membantu memudahkan belajar bagi siswa. untuk dapat
menarik perhatian siswa lebih besar dan menarik minat murid dalam
belajar, untuk itu sarana dan prasarana yang ada di MI Negeri Ambarawa
perlu
mendapat
perhatian
pengelolaan
pengalokasian
dan
untuk
mendapatkan sarana dan prasarana yang baik sehingga dapat menunjang
proses pembelajaran siswa. Pengalokasian dana untuk pengelolaan sarana
dan prasarana di MI Negeri Ambarawa telah tercantum dalam perencanaan
RAPBM.
Agar pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat
mempengaruhi mutu proses pembelajaran perlu partisipasi aktif dari guru
dan murid, serta perlunya dukungan dari kepala madrasah untuk
mewujudkannya. Sarana dan prasarana pendidikan yang sudah ada perlu
dimaksimalkan penggunaannya karena dengan demikian sarana dan
prasarana tersebut akan terus berdaya guna aktif terhadap proses
pembelajaran.
145
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi peningkatan mutu melalui
manajemen pembiayaan (studi kasus pada MI Negeri Ambarawa)
dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Strategi yang dilakukan MI Negeri Ambarawa untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan membentuk tim peningkatan mutu yang
bertugas merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi mutu pendidikan di
MI Negeri ambarawa. Penyelenggaraan pendidikan yang berdasarkan SNP
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional. MI Negeri Ambarawa telah
memenuhi SNP. Pencapaian ini di dukung berbagai faktor diantaranya
yaitu peserta didik, kurikulum dan sarana prasarana sedangkan faktor
penghambatnya adalah sistem penilaian pendidikan yang hanya fokus pada
hasil
pembelajaran
dan
kurang memperhatikan
penilaian
proses
pembelajaran.
Implementasi peningkatan mutu pendidikan dan upaya mengatasi
hambatan berdasarkan SNP
meliputi kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban mengajar dan kalender pendidikan telah dijabarkan dan
diimplementasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan SNP.
Pengelolaan system Manajemen yang baik akan mendukung proses
pembelajaran yang baik dan menghasilkan peningkatan mutu pendidikan.
146
2. Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di MI Negeri
Ambarawa dalam proses perencanaan pembiayaan telah melibatkan
partisipasi aktif dari semua pihak hal ini dilakukan untuk mengurangi
beban biaya dalam penyelenggaraan pendidikan. Penggunaan anggaran
pembiayaan pendidikan yang telah sesuai dengan program pembiayaan
yang telah ditetapkan merupakan faktor kunci terlaksana proses
pendidikan di madrasah. MI Negeri Ambarawa cenderung lebih
memprioritas kebutuhan yang menunjang peningkatan mutu pendidikan
agar pembiayaan dapat berjalan efektif dan efisien. Dalam pembiayaan MI
Negeri Ambarawa cenderung menunggu kucuran dana dari pemerintah
saja. Pelaksanaan keuangan madrasah di MI Negeri Ambarawa sudah
berjalan baik dan perlu dipertahankan dan ditingkatan kinerjanya.
Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa sudah dikelola secara professional.
Berdasarkan hasil analisis mutu pendidikan pendidikan berkorelasi
positif dan signifikan dengan manajemen pembiayaan dimana dengan
manajemen pembiayaan madrasah mampu merencanakan hal hal yang
menunjang peningkatan mutu misalnya dengan pembiayaan yang handal
akan
menunjang
pengadaan
sarana
prasarana
yang
menunjang
pembelajaran, pengembangan diri guru serta prestasi akademik dan non
akademik siswa.
Dengan demikian manajemen pembiayaan
memegang peranan
yang sangat vital dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Negeri
Ambarawa.
147
B. Saran
1. Disarankan kepada kepala MI negeri Ambarawa agar terus berupaya
mengoptimalkan peningkatan mutu melalui manajemen pembiayaan.
Upaya ini ditempuh dengan penyusunan program pembiayaan tetap
menganut asas efektifitas dan efisiensi, guna tercapainya program yang
telah ditetapkan.
2. Diharapkan kepada kepala madrasah sebagai kuasa pengguna anggaran
dapat lebih meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan bendahara
dalam proses pengeluaran biaya agar memperoleh persepsi dan memiliki
komitmen yang sama untuk meningkatkan mutu pendidikan di MI Negeri
Ambarawa.
3. Diharapkan kepada pihak-pihak yang terkait lebih meningkatkan upaya
pembinaan pengawasan dalam pengelolaan biaya pendidikan di MI Negeri
Ambarawa agar tidak terjadi penyelewengan dana.
148
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Hadis & Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: AlfaBeta,
2010.
Andrian, Arkanudin, Gusti Suryansyah. “Implementasi Pengembangan Manajemen
Berbasis Sekolah di SMKN 1 Kab. Sintang”, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN
2013.
Achmad, Dedy. “Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Bandung”, Jurnal Penelitian
Pendidikan Vol.12. No I, April 2011.
Ahmadi, Rulam. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas
Negeri Malang Press, 2005.
Armida. “Sistem Anggaran Pendidikan (Studi Tentang Sistem Penganggaran Pendidikan
dan Efektivitas Penggunaan Biaya Pendidikan serta Dampaknya Terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Jambi)”, Jurnal
Penelitian Pendidikan Volume 12, Nomor 1, 1 April 2011.
Atmodiwiryo, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizya Jaya,
2000.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
149
Ba’haqi, Nazir, Zahra. “Manajemen Pembiayaan pendidikan pada SMKN di Kab.
Aceh Besar”,Jurnal Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana
Syiah Kuala, Volume 1, Nomor 1, 2012.
Bafadal, Ibrahim.
Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi
Menuju Desentralisasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet 2, 2006.
Budi Santoso. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar yang
Efektif (Studi Multi Kasus Sekolah Dasar Panglima Sudirman, Sekolah
Dasar Abdul Rahman, dan Sekolah Dasar Welirang di Kota Batu).
Disertasi, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang, 2011.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif;Pemahaman Filosofis dan
Metode Logis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: Rajawali
Pers ,2010.
Barnadib.Imam.
Sistem Pendidikan Nasional Menurut Konsep Islam dalam
”Islam dan Pendidikan Nasional, Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983.
Depdiknas dan Kemenag, Buku Panduan BOS dan BOS buku, 2014.
E Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakrya, 2005.
Fatah, Nanang.
Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.
Harsono. Pengelolaan Biaya Pendidikan, STAIN Surakarta, 2007.
Harjo.Budi, Sabar. ” Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan di Indonesia” , Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Tahun 16, Nomor 2, 2012.
150
Hasbi. Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
kota Palopo Tahun 2011-2012, Jurnal Diskursus Islam, Volume 1 Nomor 3,
Desember 2013 penilaian pendidikan STAIN Datuk Sulaiman Palopo.
Hadi,Sutrisno. Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Haryati, Sri.” Pengembangan Model Manajemen Pembiayaan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota
Magelang”, Journal of Economic Education 1, Nomor 1, 2012.
Hamalik,
Oemar.
Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung:
PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Ichsani, Transparansi Manajemen Keuangan, Studi di Pondok Pesantren Salaf dan
Modern Masyithoh di Desa Bolo, Wonosegoro, Boyolali, Tesis, STAIN
Surakarta, 2008.
Ida ,” Analisis
Biaya Pendidkan dan Dampaknya
Terhadap Kualitas Proses
Pembelajaran dan Aspirasi Pendidikan Siswa (Studi Tentang Persepsi Para
Siswa SMA Dwijendra Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012), Tesis,
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Program Studi Administrasi
Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
2012.
Kamus besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
151
Karim, Rusli. Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita, Yogyakarta:Tiara Wacana,1991.
Kristianty, Theresia.” Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming”, Jurnal
Pendidikan Penabur, Nomor 04, Juli 2005.
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam,Jakarta: Radar Jaya Offset, 1998.
Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.
Matin. Manajemen Pembiayaan Pendidikan konsep dan aplikasinya, Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2014.
Resep , Adre KP. ”Analisis Kebijakan Berbasis Sekolah”, Jurnal Pendidikan jilid
14,
Nomor 2, Juli 2005.
Saeful, Pupu, Rahmad,” Penelitian Kualitatif”,
Equilibrium, Vol. 5, No.9,
Januari-Juni 2009.
Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,
2001.
Suti, Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal
Medtek, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.
Syarifuddin, Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka, 1999.
Sukmadinata, Nana S. Metode Penelitian Pendidikan ,Bandung: Rosdakarya, 2009.
152
Sukardi, dkk,
Pola Pembiayaan Siswa SMK Negeri dan Swasta di DIY, Laporan
Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, 2004.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2001.
Suratno, Sri. Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Studi Kasus di SD Islam Unggulan
Bazra Sragen, Tesis, STAIN Surakarta 2005.
Sisk. Henry L, Principles of Management , Brighton England: South-Western Publishing.
Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009.
Thomas, Partono. ” Faktor Determinan Produkt Sekolah”, JurnalPenelitian dan Evaluasi
Pendidikan , Tahun 17, Nomor 1, 2013.
Undang-undang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Peraturan Menteri No 19
Tahun 2005.
Usman, Husaini. Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
cet 2, 2008.
Wagiran,” Peluang dan tantangan pembiayaan pendidikan menengah kejuruan dalam era
otonomi daerah dan penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah”,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Volume 15,
Nomor
2
Oktober 2006.
Wijaya, David. Implikasi Manajemen keuangan Sekolah terhadap kualitas
pendidikan “, Jurnal Pendidikan Penabur, Nomor 13 Desember 2009.
153
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Daftar Pustaka
LAMPIRAN 2
Daftar Riwayat Hidup
LAMPIRAN 3
Daftar Jumlah Siswa Pendaftar dan yang diterima di MI Negeri Ambarawa
LAMPIRAN 4
Daftar Nilai UN dan UAM
LAMPIRAN 5
Daftar Perkembangan Pendidikan Pendidik di MI Negeri Ambarawa
LAMPIRAN 6
Daftar Perkembangan tenaga kependidikan di MI Negeri Ambarawa
LAMPIRAN 7
Daftar Prestasi Non Akademik
LAMPIRAN 8
Pedoman wawancara
LAMPIRAN 9
Surat Keterangan Benar-Benar Mengadakan Penelitian
154
Daftar Jumlah Siswa Pendaftar dan yang diterima di MI
Negeri Ambarawa
No Tahun
Jumlah pendaftar
Jumlah yang diterima
1
2009
102
96
2
2010
110
96
3
2011
115
102
4
2012
117
78
5
2013
122
90
6
2014
132
90
7
2015
150
110
Daftar Nilai UN dan UAM
MI Negeri Ambarawa
NO
Tahun
Nilai Rata rata UN
Nilai Rata-Rata UAM
1
2009
6.89
6,99
2
2010
7,03
7,50
3
2011
7,01
7.70
4
2012
7,00
8,10
5
2013
7,12
8,60
6
2014
7,00
8,63
7
2015
7,00
8,65
155
Daftar Perkembangan Pendidikan Pendidik
MI Negeri Ambarawa
No
Tahun
DII
DIII
SI
1
2009
2
1
11
2
2010
1
1
13
3
2011
1
16
4
2012
1
17
5
2013
20
6
2014
18
S2
2
Daftar Perkembangan Tenaga Kependidikan
MI Negeri Ambarawa
NO
Tahun
SMP
SMA
DII
SI
1
2009
1
1
2
2010
1
1
3
2011
1
1
4
2012
1
2
5
2013
1
2
1
1
6
2014
1
2
1
1
156
Daftar Prestasi Non Akademik
MI Negeri Ambarawa
No
Jenis Lomba
Tahun
Peringkat
1
Lomba melukis
2009
Juara I tingkat kecamatan
2
Lomba lari
2009
Juara I tingkat Kecamatan
3
Lomba Tartil
2009
Juara II tingkat Kecamatan
4
Lomba Qiro’ah
2009
Juara II tingkat Kecamatan
5
Lomba Tilawah
2009
Juara II tingkat Kabupaten
6
Lomba Aksioma
2009
Juara IV tingkat Kecamatan
7
Lomba siswa berprestasi
2009
Juara II tingkat Kecamatan
8
Lomba OSN
2009
Juara I tingkat Kecamatan
9
Lomba melukis
2010
Juara I kecamatan
10
Lomba lari
2010
Juara III tingkat Kabupaten
11
Lomba Tartil
2010
Juara II tingkat Kabupaten
12
Lomba Qiro’ah
2010
Juara II tingkat Kecamatan
13
Lomba Tilawah
2010
Juara II tingkat Kabupaten
14
Lomba Aksioma
2010
Juara IV tingkat Kabupaten
15
Lomba siswa berprestasi
2010
Juara II tingkat Kecamatan
16
Lomba OSN
2010
Juara I tingkat Kecamatan
17
Lomba lari
2011
Juara III tingkat Kabupaten
18
Lomba Tartil
2011
Juara II tingkat Kabupaten
19
Lomba Qiro’ah
2011
Juara II tingkat Kecamatan
20
Lomba Tilawah
2011
Juara II tingkat Kabupaten
157
21
Lomba Aksioma
2011
Juara IV tingkat Kabupaten
22
Lomba siswa berprestasi
2011
Juara III tingkat Kecamatan
23
Lomba OSN
2011
Juara II tingkat Kecamatan
24
Lomba lari
2011
Juara III tingkat Kabupaten
25
Lomba Tartil
2012
Juara II tingkat Kabupaten
26
Lomba Qiro’ah
2012
Juara II tingkat Kecamatan
27
Lomba Tilawah
2012
Juara II tingkat Kabupaten
28
Lomba Aksioma
2012
Juara IV tingkat Kabupaten
29
Lomba siswa berprestasi
2012
Juara II tingkat Kecamatan
30
Lomba OSN
2012
Juara I tingkat Kecamatan
31
LCC
2012
Juara III tingkat Kecamatan
32
Lomba lari
2013
Juara III tingkat Kabupaten
33
Lomba Tartil
2013
Juara II tingkat Kabupaten
34
Lomba Qiro’ah
2013
Juara II tingkat Kecamatan
35
Lomba Tilawah
2013
Juara II tingkat Kabupaten
36
Lomba Aksioma
2013
Juara IV tingkat Kabupaten
37
Lomba Mewarnai
2013
Juara I tingkat Kabupaten
38
Lomba siswa berprestasi
2013
Juara II tingkat Kecamatan
39
Lomba OSN
2013
Juara I tingkat Kecamatan
40
Lomba Tartil
2014
Juara II tingkat Propinsi
41
Lomba Qiro’ah
2014
Juara II tingkat Propinsi
42
Lomba Tilawah
2014
Juara II tingkat Kabupaten
158
43
Lomba Aksioma
2014
Juara IV tingkat Kabupaten
44
Lomba siswa berprestasi
2014
Juara II tingkat Kecamatan
45
Lomba OSN
2014
Juara I tingkat Kecamatan
46
Lomba LCC
2014
Juara II tingkat Kecamatan
47
Lomba Lari
2014
Juara I tingkat Kecamatan
Tabel Sarana Prasarana
MI Negeri Ambarawa
No Nama
2009 2010 2011 2012
1
Luas Tanah
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
`1
2
13
Gedung Sekolah
R kepala sekolah
R Guru
R Perpustakaan
R UKS
R Ibadah
Gudang
Kamar Kecil
Halaman Upacara
Taman Sekolah
Kebun Sekolah
5000
M
7
10
1
1
1
1
14
15
16
17
18
19
20
Lapangan
Olah
Raga
Scanner
Rak penyimpanan
Lemari kayu
Filling
Cabinet
besi
Filling
Cabinet
kayu
Buffet
Papan nama
2
6
1
1
1
4349M
14
9
2013 2014 2015 Jumla
h
4349
M
14
1
1
1
1
1
1
2
15
15
1
1
1
2
2
1
1
13
1
9
25
2
3
1
8
20
9
25
1
7
7
5
14
5
14
159
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
White Board
Peta
Globe
Mesin Absen
Tempat
tidur
UKS
Kasur
Jam
Kipas Angin
Tape Recorder
Speaker
CD Pembelajaran
CD Keagamaan
Wireless
Megaphone
Timbangan
Barang
Timbangan Orang
Gambar Presiden
Tiang bendera
Gordin
Kabel Roll
Compact
DiscPlay
Kompas
Telefon
Computer
Laptop
LCD
Printer
Lempar cakram
Tolak peluru
Tenis meja
Volly
Alat Badminton
Bola kaki
Atlas
Angklung
Pianika
Drumband
Kit IPA
Wayang
Buku Pelajaran
Buku Cerita
Tangga
2
25
3
16
1
16
25
3
1
1
1
14
1
2
1
2
6
1
1
1
1
14
1
2
1
26
6
1
1
1
1
7
11
18
26
1
18
1
15
4
1
1
18
1
15
4
1
4
2
15
1
4
2
15
4
2
5
2
2
1
3
16
7
47
10
14
35
7
9
5104
1402
1
1
2
2
1
3
16
1
1
2
3
11
10
2
1
3
4
4
2
5
5
27
7
47
14
35
3
9
2630
300
4
839
800
514
325
1
796
1402
160
63
64
65
66
67
68
69
Alumunium
Meja computer
Audio
Gerobak
Kursi guru
Meja guru
Kursi kayu siswa
Meja kayu siswa
2
7
14
1
1
13
13
252
239
23
23
302
25
28
28
342
40
30
30
402
60
422
20
472
25
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama lengkap
: Luluk Aryani Isusilaningtyas
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 31 Mei 1976
3.
: Desa Gogodalem Barat
Alamat Rumah
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
B. Riwayat Pendidikan
1. MI Panjang
Lulus tahun 1988
2. MTSN Salatiga
Lulus tahun 1991
3. SMA Sudirman Ambarawa
Lulus tahun 1994
4. IAIN Walisongo
Lulus tahun 2013
14
1
1
30
30
472
409
161
Download