31 ISMAIL RAGI AL-FARUQI (PELOPOR HUBUNGAN

advertisement
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
ISMAIL RAGI AL-FARUQI
(PELOPOR HUBUNGAN MUSLIM – KRISTEN)
Oleh : Yusafrida Rasyidin*
Abstrak
Ismail Ragi Al-Faruqi adalah salah seorang pelopor dari
Hubungan antar umat beragama, sarjana seni Islam dan
perintis dalam pengembangn studi Islam di Amerika dan
terketanal dengan konsep Islamisasi ilmu pengetahuan dan
pendapatnya tentang pan-Islamisme. Kepedulian Al-Faruqi
terhadap Islam dan kaum muslimin di awali oleh komitmen
teguhnya pada Islam. Oleh karena itu aktivitas-aktivitasnya
melampaui batas-batas akademis. Ia pemimpin yang
mendedikasikan diri pada pembaruan dan reformasi
baginya kerja merupakan itulah dakwah sesungguhnya
perbulatan nyata untuk mereatisasikan dan aktualisasikan
Islam. Keaktifan Al-Faruqi diberbagai kelompok studi Islam
dan keterlibatannya dalam gerakan-gerakan Islam amat
menonjol. Al-Faruqi juga duduk sebagai salah seorang
penasehat diberbagai universitas di dunia Islam dan ikut
mendesain program studi Islam di berbagai negara seperti
India, Pakistan, Malaysia, Libya, Saudi Arabia, Mesir, dll.
Ismail Al-Faruqi beserta istrinya banyak berjasa bagi dunia
keilmuan masyarakat luas dan dakwah agama.
Kata Kunci : Ismail Ragi Al-Faruqi, Hubungan antar umat
beragama.
Pendahuluan
Kematian dini Ragi Al-Faruqi dibunuh bersama istrinya,
Lois Lamya Al-Faruqi, seorang sarjana seni Islam pada tanggal 24
Mei 1986, menghentikan suatu kehidupan pikiran kreatif, sarjana
produktif dan kolega proaktif. Ia adalah perintis dalam
pengembangan studi Islam di Amerika dan di dialog antar agama
secara internasional serta aktivis yang berjuang untuk
mentranformasikan komunitas Islam di dalam dan di luar negeri.
Sebagai salah seorang pelopor dari Hubungan Muslim –
Kristen ia telah menulis dalam karyanya A .Historical Atlas Of
Religion Of The World. Dalam karya tersebut ia memaparkan
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
31
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
pemikiran ilmiahnya unntuk mencapai saling pengertian antar
umat beragama, dan pemahaman intelektual terhadap agamaagama lain. Baginya ilmu Perbandingan Agama berguna untuk
membersihkan semua bentuk prasangka dan salah pengertian
untuk membangun persahabatan antar sesama manusia.
Nama besar lainnya adalah konsep dan teorinya tentang
penggabungan ilmu pengetahuan yang telah mengilhami
berdirinya berbagai mega proyek keilmuan, semisal Internasional
Institute Of Islamic Thougth di Amerika Serikat dan Lembaga
Sejenis di Malaysia.
Keprihatinan Al-Faruqi terhadap kondisi umat Islam yang
tenggelam dalam adopsi sistem pendidikan barat, maka
menurutnya, tidak ada cara lain untuk membangkitkan Islam dan
menolong nestapa dunia, kecuali dengan mengkaji kembali kultur
keilmuan Islam masa lalu masa kini dan keilmuan barat, untuk
kemudian mengolahnya menjadi keilmuan yang rahmatan
lil’alamin, melalui apa yang disebut “Islamisasi ilmu” yang
kemudian disosialisasikan lewat sistem pendidikan yang integral.1
Pada saat ini banyak para tokoh pembaharu yang berkiprah
dalam berbagai lapangan, seperti politik, akidah, sosial ekonomi
demi kemajuan umat Islam diantaranya tokoh yang bernama
Ismail Ragi Al-Faruqi bergerak di bidang ilmu pengetahuan dan
dialog antar agama, penulis merasa terpanggil untuk lebih
mendalami pemikiran beliau, didalam tulisan ini penulis akan
menguraikan tentang biografi singkat dari Ismail Ragi Al-Faruqi
sebagai gambaran dari latar belakang kehidupannya dan penulis
lengkapi dengan pemikiran-pemikirannya dalam dialog antar
agama, sedikit dengan pola Islamisasi ilmu pengetahuan dan panIslamismenya.
Biografi Singkat Ismail Al Faruqi
Ismail Ragi Al Faruqi dilahirkan di daerah Jaffa, Palestina,
pada 1 Januari 1921, sebelum wilayah ini diduduki Israel.2 Saat
itu Palestina masih begitu harmonis dalam pelukan kekuasaan
1
Ziauddin Sardar , Islamisasi Ilmu Pengetahuan atau Westernisasi
Islam, dalam Jihad intelektual, terj. Priyono, Surabaya, Risalah Gusti,1998. Hal
44-45
2
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dan Fundamentalisme
Modern hingga post-Modernism, Jakarta, Paramadina, 1996. hal. 49
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
32
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Arab. Al-Faruqi melalui pendidikan dasarnya di College des
Freres, Lebanon sejak 1926 hingga 1936. Pendidikan tinggi ia
tempuh di The American University, di Beirut. Gelar sarjana muda
pun ia gapai pada 1941. Lulus sarjana, ia kembali ke tanah
kelahirannya menjadi pegawai di pemerintahan Palestina, di
bawah mandat Inggris selama empat tahun, sebelum akhirnya
diangkat menjadi gubernur Galilea yang terakhir. Namun pada
1947 provinsi yang dipimpinnya jatuh ke tangan Israel, hingga ia
pun hijrah ke Amerika Serikat.
Di negeri Paman Sam itu garis hidupnya berubah. Dia
dengan tekun menggeluti dunia akademis. Di negeri ini pula, gelar
masternya di bidang filsafat ia raih dari Universitas Indiana, AS,
pada1949, dan gelar master keduanya dari Universitas Harvard,
dengan judul tesis On Justifuing The God: Metaplrysic and
Epistemolog,, of Value (Tentang Pembenaran Kebaikan:
Metafisika dan Epistemologi Ilmu). Namun apa yang dicapai ini
tidak memuaskannya, sehingga
ia kemudian mendalami ilmu-ilmu keIslaman di universitas alAzhar Kairo.3 Sementara gelar doktornya diraih dari Universitas
Indiana.
Tak hanya itu, Al-Faruqi juga memperdalam ilmu agama
di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir selama empat tahun. Usai
studi Islam di Kairo, Al Faruqi mulai berkiprah di dunia kampus
dengan mengajar di Universitas McGill, Montreal, Kanada pada
1959 selama dua tahun. Pada 1962 Al Faruqi pindah ke Karachi,
Pakistan, karena terlibat kegiatan Central Institute for Islamic
Research. Setahun kemudian, pada 1963, Al-Faruqi kembali ke
AS dan memberikan kuliah di Fakultas Agama universitas
chicago, dan selanjutnya pindah ke program pengkajian Islam di
Universitas Syracuse, New York. Pada tahun 1968, ia pindah ke
Universitas Temple, Philadelphia, sebagai guru besar dan
mendirikan Pusat Pengkajian Islam di institusi tersebut. Selain itu,
ia juga menjadi guru besar tamu di berbagai negara, seperti di
Universitas Mindanao City, Filipina, dan di Universitas Qom,
Iran. Ia pula perancang utama kurikulum The American Islamic
College Chicago. Al Faruqi mengabdikan ilmunya di kampus
hingga akhir hayatnya, pada 27 Mei 1986, di Philadelphia.
3
Ibid, hal 49
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
33
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Karya-Karya Ismail Ragi Al-Faruqi
Faruqi mewariskan tidak kurang dari 100 artikel dan25
judul buku, yang mencakup berbagai persoalan; etika, seni,
sosiologi, kebudayaan, metafisika, dan politik. Di antara karyanya
yang terpenting adalah: Islamization of Knowledge: General
Principles and Workplan (1982) (diterlemahkan kedalam bahasa
indonesia dengan judul Islamisasi Pengetahuan), A Historical
Atlas of the Religion of The World (Atlas Historis Agama Dunia),
Trialogue of Abrahamic Faiths (Trilogi Agama-agama
Abrahamis), The Cultural Atlas of Islam (1986) (diterjemahkan
dengan judul Atlas Budaya Islam; Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang ), Islam and Culture (1980) (Islam dan
Kebudayaan), Al Tawhid; Its Implications for Thought and Life
(1982), Islamic Thought and Culture, Essays in Islamic and
Comparative Studies.4
Pemikiran Ismail Ragi Al-Faruqi
Melihat kepada pemikiran Ismail Al-Faruqi, Faruqi
memandang dunia melalui prisma keinginan dan komitmen
keIslamannya yang berfokus pada masalah-masalah jati diri,
sejarah, kepercayaan, budaya, adat istiadat, dan hubungan
internasional. Apapun perbedaan nasional dan budaya diantara
dunia Muslim bagi Ismail Al-Faruqi anaksis tentang kekurangan
dan kelebihan masyarakat muslim dulu, sekarang dan yang akan
datang dimulai dengan Islam kehadirannya dalam masyarakat dan
peran pentingnya dalam pembangunan. Dari tulisan-tulisan AlFaruqi dari tahun 1970-1980, terlihat tema-tema lama dan
pemikiran-pemikiran baru semua disatukan dibawah payung
Islam.
Al-Faruqi dalam semua kemungkinan lebih memilih istilah
mujahid dari istilah reformasi. mujahid adalah seorang pejuang
Islam sejati atau lebih sederhana lagi dikenal sebagai seorang
muslim yang ketaatannya berupa perjuangan seumur hidup untuk
mewujudkan atau mengaktualisasikan kehendak Tuhan dalam
kehidupan pribadi dan masyarakat Al-Faruqi menggabungkan
semangat modernis Islam seperti Muhammad Abduh dari Mesir
4
M. Bashori, Islamisasi Ilmu, dalam Harian Pelita, edisi 24 Nopember
1991
34
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
dan Muhammad Iqbal dari Pakistan dengan penampilan seperti
pemimpin revivalis senelumnya seperti Muhammad bin Abdul
Wahab dari Saudi Arabia. Seperti Muhammad bin Abdul Wahab,
ia mengkritik dengan pedas efek perusak sufisme dan pengaruh
budaya luar pada Islam serta yakin akan pentingnya melihat
semua kehidupan muslim sebagai berakar pada doktrin tauhid
kesatuan atau keesaan Tuhan.5 Kita bisa melihat pada tulisan AlFaruqi pengaruh ganda dari Muhammad bin Abdul Wahab dan
Muahammad Abduh yang karya-karyanya mencangkup studi
tauhid. Terutama dalam bukunya yang berjudul tauhid : Its
Implications for Thought and life (Tauhid : Implikasinya bagi
pemikiran dan kehidupan).
Pemikiran Al-Faruqi dapat kita lihat juga dalam beberapa
bidang antara lain :
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Ilmuwan yang ikut membidani berbagai kajian tentang
Islam di berbagai negara Pakistan,India, Afrika Selatan, Malaysia,
Mesir, Libya, dan Arab Saudi ini sangat terkenal dengan konsep
integrasi antara ilmu pengetahuan (umum) dan agarna. Dalam
keyakinan agamanya, ia tidak melihat bahwa Islam mengenal
dikotomi ilmu. Karena, katanya, ilmu dalam Islam asalnya dan
bersumber pada nash-nash dasarnya, yakni Al-Quran dan Hadis.
Al-Faruqi menegaskan tiga sumbu tauhid (kesatuan) untuk
melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan.
Pertama, adalah kesatuan pengetahuan. Berdasarkan
kesatuan pengetahuan ini segala disiplin harus mencari obyektif
yang rasional, pengetahuan yang kritis mengenai kebenaran.
Dengan demikian tidak ada lagi perny ataan bahwa beberapa sains
bersifat aqli (rasional) dan beberapa sains lainnya bersifat naqli
(tidak rasional): bahwa beberapa disiplin ilmu bersifat ilmiah dan
mutlak sedang disiplin lainnya bersifat dogmatis dan relatif
Kedua, adalah kesatuan hidup. Berdasarkan kesatuan
hidup ini segala disiplin harus menyadari dan mengabdi kepada
tujuan penciptaan. Dengan demikian tidak ada lagi pernyataan
5
Yulien Benda, The Treason Of The Intellectuals, Trand, Richard AlDington (Nem York Norton, 1969; New York Morrow, 1928, hal 4344
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
35
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
bahwa beberapa disiplin sarat nilai sedang disiplin-disiplin yang
lainnya bebas nilai atau netral.
Ketiga, adalah kesatuan sejarah. Berdasarkan kesatuan
sejarah ini segala disiplin akan menerima sifat yang ummatis dan
kemasyarakatan dari seluruh aktivitas manusia, dan mengabdi
kepada tujuan-tujuan ummah di dalam sejarah. Dengan demikian
tidak ada lagi pembagian pengetahuan kedalam sains-sains yang
bersifat individual dan sains-sains yang bersifat sosial, sehingga
semua disiplin tersebut bersifat humanistis dan ummatis.6
Dalam kaitannya dengan Islamisasi ilmu, maka setiap
penelitian dan usaha pengembangan keilmuan harus diarahkan
sebagai refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepadaNya. Ini
berbeda dengan prinsip keilmuan Barat, dimana sejak abad 15
mereka sudah tidak berterima kasih kepada Tuhan melainkan
hanya pada dirinya sendiri. Mereka telah memisahkan ilmu
pengetahuan dari prinsip teologis dan agama.7
Gagasan-gagasan
cerah
dan
teorinya
untuk
memperjuangkan proyek integrasi ilmu, yang ia kemas dalam
bingkai besar 'Islemisasi ilmu pengetahuan,, itu dituangkan dalam
banyak tulisan, baik di majalah, media lainnya, dan juga buku'
Lebih dati 20 buku, dalam berbagai bahasa, telah ditulisnya, dan
tak kurang dari seratus artikel telah dipublikasikan. Gagasan
'Islamisasi ilmu pengetahuan’ tak hanya ia perjuangkan dalam
bentuk buku, namun juga dalam institusi pengkajian Islam dengan
mendirikan IIIT pada 1980, di Amerika serikat, yang kemudian
menerbitkan bukunya dengan judul "Islamization of Knowledge:
General Principles and Workplan" pada tahun 1982.
Tak cukup dengan IIIT saja, ia dirikan pula The
Association of Muslim Social Scientist pada 1972. Kedua lembaga
internasional yang didirikannya itu menerbitkan jurnal Amerika
tentang Ilmu-ilmu Sosial Islam. Berbagai kegiatan ini ia lakukan
semata didorong oleh pandangannya bahwa ilmu pengetahuan
dewasa ini benar-benar telah sekuler dan karenanya jauh dari
tauhid. Maka, dirintislah teori dan 'resep' pengobatan agar
kemajuan dan pengetahuan tidak berjalan kebablasan di luar jalur
6
Ismail Ragi Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, Penerbit Pustaka
Perpustakaan Salman ITB, Bandung. 1982
7
Kamaruddin Hidayat dan Wahyudi Nafis, Agama Masa Depan
Perspektif Filsafat Perennial, Jakarta, UI Press, 1995 hal. 113
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
36
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
etik, lewat konsep Islamisasi ilmu dan paradigma tauhid dalam
pendidikan dan pengetahuan.
Al Faruqi memandang dalam prinsip-prinsip pokok
metodologi Islam,8 bahwa sebagai prasyarat untuk menghilangkan
dualisme sistem pendidikan, yang selanjutnya merupakan
prasyarat untuk menghilangkan dualisme kehidupan, dan untuk
mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi ummah, maka
pengetahuan harus diIslamisasikan. Islamisasi pengetahuan harus
mengamati sejumlah prinsip yang merupakan esensi Islam. Dan
untuk menuang kembali disiplin-disiplin dibawah kerangka Islam
berarti membuat teori-teori, metode-metode, prinsip-prinsip dan
tujuan-tujuan tunduk kepada: 1) Keesaan Allah, 2) Kesatuan alam
semesta, 3) Kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan, 4)
kesatuan hidup, dan 5) Kesatuan umat manusia. Rencana kerja
Islamisasi pengetahuan yang digagas oleh al-Faruqi bertujuan
untuk 1) penguasaan disiplin ilmu modern, 2) penguasaan
khazanah Islam, 3) penentuan relevansi Islam bagi masing-masing
bidang ilmu modem,4) pencarian sintesa kreatif antara khazanah
Islam dengan ilmu modern, dan 5) pengarahan aliran pemikiran
Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola
rencana Allah Swt.9
Sedangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai proses Islamisasi Pengetahuan adalah menurut AlFaruqi ada 12 langkah,10 sebagai berikut: 1) Penguasaan'disiplin
ilmu modern: penguraian kategoris. 2) Survei disiplin ilmu. 3)
Penguasaan khazanah Islam: sebuah Antologi. 4) Penguasaan
khazanah Islam tahap analisa. 5) Penentuan relevansi Islam yang
khas terhadap disiplin-disiplin ilmu. 6) Penilaian kritis terhadap
disiplin ilmu modem: perkembangannya di masa kini. 7) Penilaian
kritis terhadap khazanah Islam: tingkata perkembangannya
dewasa ini. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam. 9)
Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia. 10) Analisa
kreatif dan sintesa. 11) Penuangan kembali disiplin ilmu modern
ke dalam kerangka Islam: Buku-buku daras tingkat universitas.
12) Penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diIslamisasikan.
8
Ismail Ragi Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, Penerbit
Perpustakaan Salman ITB, Bandung, 1982 hal 55-96
9
Ibid, 98
10
Ibid, hal 99-116
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
37
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Djakfar11 memandang bahwa langkah-langkah Islamisasi
ilmu seperti itu intinya adalah upaya untuk mempertemukan
khazanah pengetahuan modern ke dalam kerangka Islam.
Nampaknya pola fikir seperti ini yang ditantang keras oleh
Ziauddin Sardar. Dalam hal ini Sardar bertolak dari paradigma
yang berbeda. Bahwasanya bukan Islam yang perlu direlevansikan
dengan ilmu pengetahuan modern. Justru sebaliknya, Islamlah
yang harus dikedepankan, dalam arti ilmu pengetahuan modern
yang dibuat relevan dengan Islam karena secara apriori
Islam bersumber dari wahyu membawa kebenaran sepanjang
masa. Lebih jauh Sardar mengemukakan agar pertama sekali yang
harus dibangun adalah pandangan dunia Islam (Islamic world
view) atau agenda yang pertama kali harus dikedepankan
bagaimana membangun epistemologi Islam yang berdasarkan alQur'an'an dan Hadits ditambah dengan memahami perkembangan
dunia kontemporer.
Husni Rahim12 lebih jauh memandang bahwa menurut al
Faruqi,
proyek
Islamisasi
ilmu
pengetahuan
harus
dapatmembangun kerangka filosofis baru yang berpusat pada
konsep yang paling fundamental, yakni tauhid (keesaan Tuhan).
Dalam pandangannya, basis tauhid itu dapat mengatasi sekaligus
keterbatasanketerbatasan, baik yang diderita oleh kerangka
keilmuan modern maupun kerangka pemikiran klasik.
Sulfikar Amir13 dalam menanggapi gagasan-gagasan AlFaruqi berpendapat bahwa keinginan atau obsesi akan bangkitnya
kembali peradaban Islam secara jujur lahir dari bentuk
romantisisme terhadap sejarah masa lampau. Walau begitu,
keinginan itu tentunya sesuatu yang wajar. Bahkan menjadi
kewajiban setiap muslim untuk dapat membangun suatu
peradaban yang
11
Muhammad Djakfar, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, dalam Memadu
Sains dan Agama; Menuju Universitas Islam Masa Depan, UIN Malang,2004,
hal 83
12
Husni Rahim, UIN dan Tantangan Meretas Dikhotomi Keilmuan,
dalam Horizon Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Malang, UIN
Press,2004, hal.54
13
Sulfikar Amir, Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah, Makalah dimuat
di www.islamlib.com
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
38
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
berlandaskan nilai-nilai Islam. Karena itu, catatan sejarah di atas
akan membuat kita lebih bijak dalam melihat ke arah mana kita
akan menuju. Satu hal yang jelas adalah sebuah peradaban baru
dapat berdiri kokoh jika berhasil membangun suatu sistem
pengetahuan yang mapan.
Bangkitnya peradaban Islam akan sangat tergantung pada
keberhasilan dalam bidang sains melalui prestasi institusional dan
epistemologis menuju pada proses dekonstruksi epistemologi
sains modren yang memungkinkan nilai-nilai Islam terserap
secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang dibangun
tanpa harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan
sebaliknya. Ini sejalan dengan gagasan Islamisasi pengetahuan
yang pernah dilontarkan oleh Ismail Ragi Al-faruqi. Mengapa
masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen?
Bukankah sains moderen telah begitu banyak membenkan
manfaat bagl
manusia? Pernyataan ini mungkin benar jika kita melihat tanpa
sikap kritis bagaimana sains modren membuat kehidupan
(sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera.
Argumen yang masuk akal datang dari Sal Restivo yang
mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah
sosial karena lahir dari sistem masyarakat modren yang cacat.
Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen
lahir sebagai mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul
Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman
terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan
bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi
seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu altematif dalam
mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak.
Walau begitu, Islamisasi pengetahuan adalah sebuah
proyek ambisius untuk tidak menyebutnya Utopia. Proyek
Islamisasi pengetahuan yang sarat dengan nilai akan sangat sulit
tercapai karena bertentangan dengan dogma sains moderen yang
mengklaim dirinya sebagai "bebas" nilai sehingga bersifat netral
dan universal. Klaim netralitas dan universalitas sains moderen itu
sendiri pada dasarnya bermasalah. Netralitas justru menjadi
tempat perlindungan bagi sains modren dari kritik terhadap
berbagai permasalahan sosial yang diproduksinya.
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
39
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Sementara universalitas tidak lebih dari sekedar alat hegemoni
sains modern terhadap sistem pengetahuan yang lain. Studi sosial
dan kultural terhadap sains moderen yang dilakukan beberapa
sagana memberi cukup bukti bahwa sains dan pengetahuan yang
dihasilkannya selalu bersifat kultural, terkonstruksi secara sosial,
dan tidak pernah lepas dari kepentingan ekonomi dan politik.
Inilah tantangan terbesar bagi saintis muslim dalam upaya
membangun sistem
pengetahuan yang Islami.
Bisa dipahami di sini bahwa Al- Faruqi pada tahap ini
masih sebatas menawarkan konsep Islamisasi Pengetahuan.
Konsep-konsep tersebut kemudian bergulir di masyarakat muslim
dan menimbulkan pro-kontra terhadap ide Islamisasi pengetahuan
tersebut. Di Universitas Islam Negeri Malang sendiri, searah
dengan Islamisasi pengetahuan itu, telah dimunculkan konsep
pohon ilmu yang akan dikembangkan di kampus tersebut.
Pemikiran tentang Pan-Islamisme
Pemikirannya tentang Pan-Islamisme (persatuan Negaranegaru Islam) pun tak kalah penting. Seakan tak merasa risih dan
pesimis, pemikiran Pan-Islamismenya terus didengungkannya di
tengah berkembangnya negara-negara nasional di dunia Islam
dewasa ini. Al-Faruqi tak sependapat dengan berkembangnya
nasionalisme yang membuat umat Islam terpecah-pecah.
Baginya, sistem khilafah (kekhalifahan Islam) adalah bentuk
negara Islam yang paling sempurna. "Khilafah adalah prasyarat
mutlak bag tegaknya paradigma Islam di muka bumi. Khilafah
merupakan induk dari lembaga-lembaga lain dalam masyarakat.
Tanpa itu, lembaga-lembaga lain akan kehilangan riasar
pijaknya,” tegasnya.
Dengan terbentuknya khilafah, jelasnya, keragaman tidak
berarti akan lenyap. Dalam pandangannya, khilafah tetap
bertanggung jawab melindungi keragaman. Bahkan, khilafah
wajib melindungi pemeluk agama lain, seperti Kristen Yahudi dan
lain sebagainya. "Tak ada paksaan dalam Islam,” katanya.
Menurutnya, negara-negara Islam yang ada saat ini akan menjadi
provinsi- provinsi federal dari sebuah khilafah yang bersifat
universal yang harus senantiasa dipejuangkan.
40
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Dalam cakupan universal, berbagai bangsa yang berusaha
menegakkan keadilan disebut ummah. Mereka boleh jadi hidup di
teritorial yang berbeda, mengucapkan bahasa yang tidak sama,
atau asal-usul keturunan yang berlainan, tetapi mereka disatukan
oleh wawasan dan solidaritas yang sama. Al-Faruqi menyebut
konsep ini sebagai umatisme. Secara lebih mendalam, konsep
bangsa dalam wawasan isalm adalah dalam konteks umatisme.
Untuk itu tidak dapat diabaikan sama sekali pengembangan keda
sama antara sesama bangsa yang mewakili unat. Prioritas pertama
haruslah diberikan untuk kerja sama dalam lingkungan umat,
setelah itu dengan bangsa-bangsa lain yang bersahabat.14
Pemikiran tentang Hubungan Muslim-Kristen (Dialog Antar
Agama)
Sewaktu Faruqi berkeliling dunia dalam kapasitasnya
sarjana-aktivis Islam, ia juga menjadi seorang pengikut aktif,
seorang pelopor Muslim modern dalam pertemuan-pertemuan
keagamaan internasional. Dimulai dari pernenitannya yang
perdana Etika-etika Kristen (Christian Ethics) pada tahun 1967
sampai Trialog Agama-agama Ibrahim (Trialogue of the
Abrhamic Faiths), Faruqi menunjukkan minat dan komitmennya
yang terus-menerus pada dialog antar agama. Ia merupakan
kekuatan utama dalam dialog Islam dengan agama-agama dunia
yang lain. Pada tahun 1970-an ia menjadikan dirinya menjadi juru
bicara Muslim utama bagi Islam yang merupakan salah seoarang
dari banyak sarjana Muslim senior (termasuk Fazrul rahman dan
Sayyid Husen Nasir) terkenal dan dihormati dan lingkungan
akademis maupun keagamaan Barat. Tulisan pidato, dan
partisipasi serta peran kepemimpinannya dalam pertemuanpertemuan dan organisasi-organisasi antar agama yang disponsori
oleh Dewan Gereja Dunia, Dewan Gereja Nasional, Vatikan, dan
Kolokium perdamaian Antar Agama (dimana dia menjadi wakil
pimpinan dari 1977 sampai 1982) membuatnya menjadi
kontributor Muslim yang paling tampak dan prodktif. Tulisan dan
14
Rifyal Ka’bah, Wawasan Islam KeIndonesiaan dalam Konteks
Islam Universal, dalam Pembaharuan Pemikiram Islam di Indonesia,
Bandung, Mizan, 1993, hal 24
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
41
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
presentasinya mengemukakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar bagi
keikutsertaan Muslim dalam dialog dan aksi sosial antar agama.
Dalam bidang perbandingan agama, kontribusi pemikiran
Al_Faruqi tak kecil. Karyanya A Historical Atlas of Religion of
the World,oleh banyak kalangan dipandang sebagai buku standar
dalam bidang tersebut. Disamping itu dia juga mengarang buku
Islam ond Other Faiths dan Trialogue of Abrahamic Faiths
Dalam karya-karyanya itulah, ia selalu memaparkan pemikiran
ilmiahnya untuk mencapai saling pengertian antarumat beragama,
dan pemahaman intelektual terhadap agama-agama lain. Baginya,
ilmu perbandingan agama berguna untuk membersihkan semua
bentuk prasangka dan salah pengertian untuk membangun
persahabatan antara sesama manusia.
Karena itu pula, Al-Faruqi berpendapat bahwa Islam tidak
menentang Yahudi. Yang ditentang Islam adalah Zionisme.
Antara keduanya (Yahudi dan Zionisme) terdapat perbedaan
mendasar. Ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan Zionisme,
menurutnya, begitu rumit, majemuk, dan amat krusial, sehingga
praktis tidak terdapat carauntuk menghentikannya tanpa suatu
kekerasan perang. Dalam hal ini, negara zionis harus dihancurkan.
Sebagai jalan keluarnya, orang-orang Yahudi diberi hak
bermukim dimana saja mereka kehendaki, sebagai warga negara
bebas. Mereka harus diterima dengan baik dinegara Muslim.
Lantaran pemikirannya inilah, kalangan Yahudi tidak
senang dengannya. Nasib tragis pun menimpa diri dan
keluarganya, ketika meletus serangan teroris di Eropa Barat, yang
lalu merembet pada kerusuhan di AS pada 1986. Gerakan anti
Arab serta semua yang berbau Arab dan Islam begitu marak
dipelopori beberapa kalangan tertentu yang lama memendam
perasaan tak senang terhadap Islam dan warga Arab. Dalam
serangan oleh kelompok tak dikenal itulah, Al-Faruqi dan istrinya,
Dr.Lois Lamya, serta keluarganya tewas. untuk mengenang jasajasa, usaha, dan karyanya, organisasi masyarakat Islam Amerika
Utara (ISNA ) mengabadikan dengan mendirikan The Ismail and
Lamya Al Faruqi Memorial Fund, yang bermaksud melanjutkan
cita-cita 'Islamisasi ilmu pengetahuan.
Suami istri Faruqi (Ismail Ragi Al-Faruqi dan Lamya' ArFaruqi), keduanya guru besar studi-studi Islam pada Universitas
Temple, wafat seketika di tangan penjahat. Faruqi ditikam dan
42
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
disayat lebih dari 13 kali. Dua di antaranya, yang membuatnya
wafat seketika, mengenai jantungnya. Begitu juga dengan Lamya
ditusuk delapan kali, dua di antaranya mengenai dadanya. sedang
jiwa Anmar, putri kedua yang memergoki pembunuh beraksi di
pagi buta yang naas itu, berhasil diselamatkan dengan sekitar 200
jahitan di sekujur tubuhnya.
Setelah tiga bulan penyelidikan kasus pembunuhan sadis ini tidak
membawa hasil memuaskan, masyarakat Muslim di AS mulai
mencium gelagat busuk. Banyak di antara mereka percaya, suamiistri Faruqi sengaja dibunuh. Dan banyak juga di antara mereka
yang tak segan meyakini, terorisme Yahudi menjadi dalangnya.
Keyakinan itu bukan tanpa alasan. Sepekan sebelum
pembunuhan, The Village Voice menerbitkan artikel yang
menunjukkan kegeraman kaum fundamentalis Yahudi terhadap
Faruqi. Meski ramah dan humoris, Faruqi amat keras mengecam
kolonialisme Israel atas Palestina. Dalam artikel itu, Victor
Vancier, Ketua Liga Pembelaan Yahudi (JDL) di New York,
berbicara tentang perlunya sesegera mungkin "mengunci mulut
seorang guru besar keturunan Palestina-Amerika yang terkenal."
FBI memasukkan Al- Faruqi kedalam "zone of danger" sebelum
akhirnya terbunuh.15
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifinsyah16
terhadap pemikiran Ismail Ragi Al-Faruqi (1921-1986 M) tentang
pluralitas agama, disimpulkan bahwa Al-Faruqi adalah tokoh
berpengaruh dalam mengadakan hubungan lebih harmonis dengan
kelompok di luar Islam, terutama agama Kristen dan Yahudi.
Walaupun demikian, ia juga sering melancarkan kritik yang tajam
terhadap sikap kedua kelompok agama tersebut yang cenderung
mengambil sikap antipati terhadap Islam. Terutama dalam kasus
Israel Zionis sebagai sub-kultur agama Yahudi banyak mengambil
sikap menindas bahkan ingin menghancurkan rakyat Islam,
khususnya di Palestina. Persoalan Zionis yang menduduki wilayah
Islam di Palestina tersebut, dianggapnya selain melanggar hak
asasi manusia dan juga telah melakukan tindakan imperialis
berdasarkan rasial dan agama.
15
Anthony B. Toth, Lobbies and Activists, Page 15 On Arabs and
Islam, 1986
16
Arifinsyah, Pemikiran Ismail Ragi Al-Faruqi Tentang Pluralitas
Agama, Balitbungsumut
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
43
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Bagi banyak kalangan cendikiawan, baik muslim maupun
non muslim, Al- Faruqi secara tidak langsung sering diposisikan
sebagai pemerhati dan peneliti, teman dialog yang cerdas dan
jujur dan sekaligus mediator intelektual untuk melihat tanda-tanda
zaman, khususnya menyangkut hubungan antara agama-agama
samawi (Islam, Kristen dan Yahudi). Baik di kalangan intelektual
muslim dan non muslim selayaknya merasa beruntung memiliki
tokoh pluralis semacam Al-Faruqi yang mampu menjembatani
dan menterjemahkan berbagai doktrin teologis yang selalu
dipersepsikan berseberangan antara tiga agama (trialog agama).
Pemikiran pluralis Al-Faruqi yang berusaha memposisikan
secara berdekatan dan didialogkan sehingga dengan demikian
diharapkan apa yang sebelumnya dilihat berseberangan dan saling
bertentangan lalu berubah menjadi suatu perluasan wawasan dan
penghayatan intelektual. Al-Faruqi mengajak para penganut
agama untuk menerima kenyataan bahwa pluralis agama dan
budaya itu merupakan keniscayaan historis sosiologis, pluralisme
keagamaan adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari, sebab
memang merupakan suatu keniscayaan. Sesuai dengan Sunatullah,
semua yang terdapat di dunia dengan sengaja diciptakan dengan
penuh keragaman tak terkecuali agama.
Bagi Al-Faruqi, ide tentang pluralitas keagamaan
merupakan prinsip dasar dalam Islarn. Pluralitas adalah kepastian
dan bagian dari kehendak Tuhan. Oleh karena itu, pluralisme
harus dipahami sebagai suatu pertemuan yang sejati dari
keserbaragaman dalam ikatan-ikatan kesopanan. Jika pemahaman
ini dikembangkan secara konsisten implikasi yang segera nampak
adalah pengakuan secara jujur terhadap relativisme pemahaman
terhadap pesan Tuhan dalam Kitab suci-Nya. Atas dasar
pemahaman ini, klaim-klaim kebenaran dijauhi, dan pada tahap
selanjutnya, muncul sikap toleransi. Menghadapi realitas
semacam ini, menurut Al-Faruqi tetap berada dalam tataran
toleransi tingkat tinggi, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an
(QS. 109:6). Dengan demikian, masing-masing pihak dapat
melaksanakan apa yang dianggap benar, tanpa harus memutlakk
an ajaran yang diyakininya benar tersebut kepada pihak lain.
44
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa Ismail
Ragi Al-Faruqi adalah seorang tokoh pembaru dalam dunia Islam
yang dapat kita lihat dari karya-karya dan pemikiranpemikirannya seoerti dalam bidang dan pengetahuan, PanIslamisasi dan dialog antara umat beragama.
Menurut Al-Faruqi Islam tidak melihat dikotomi ilmu.
Beliau mempunyai konsep adanya integrasi antara ilmu agama
dan ilmu pengetahuan umum. Al-Faruqi tak sependapat dengan
berkembangnya nasionalisme yang membuat umat Islam
terpecah-pecah. Baginya sistem khilafah (kekhalifahan Islam)
adalah bentuk negara Islam yang paling sempurna. Didalam
hubungan umat antar agama Al-Faruqi berpendapat ilmu
perbandingan agama berguna untuk menbersihkan semua bentuk
prasangka dan salah pengertian untuk membangun persahabatan
antar sesama manusia.
Daftar Pustaka
Ziauddin Sardar, Islamisasi Ilmu Pengetahuan atau Westernisasi
Islam,dalam Jihad Interektual, terj. Priyono, Surabaya,
Risalah Gusti,1998.
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dan Fundamentalisme
Modern hingga Post-Modernism, Jakarta,
Paramadina,1996.
M. Bashori, Islamisasi Ilmu, dalam Harian Pelita, edisi 24
Nopember 1991
Ismail Ragi al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, Penerbit Pustaka
Perputakaan Salman ITB, Bandung. 1982.
Kamaruddin Hidayat dan Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan
Perspektif Filsafat Perennial, Jakarta, UI Press, 1995.
Muhammad Djakfar, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, dalam
Memadu Sains dan Agama;Menuju Universitas Islam
Masa Depan, UIN Malang ,2004.
Husni Rahim, UIN dan Tantangan Merentas Dikotomi Keilmuan,
dalam Horizon Baru Pengembangan
Pendidikan Islam, Malang, UIN Press,2004.
Sulfikar Amir, Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah, Makalah dimuat
di www.Islamlib.com
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
45
Yusafrida, Ismail Ragi Al-Faruqi.....
Rifyal Ka’bah, Wawasan Islam Keindonesiaan dalam Konteks
Islam Universal, dalam Pembaharuan Pemikiran Islam
di Indonesia, Bandung, Mizan, 1993, hal 24.
Anthony B. Toth, Lobbies and Activists, Page 15 On Arabs and
Islam, 1986.
Arifinsyah, Pemikiran Ismail Ragi Al-Faruqi Tentang Pluralitas
Agama, Balitbangsumut.
*Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung. Master
Pengembangan Masyarakat Islam ini adalah Alumnus Program
Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Lampung.
46
Al-AdYaN/Vol.VI, NO.1/Jan-Juni/2011
Download