Template Risalah Fisika

advertisement
Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
33
Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran
Telurium Dioksida Alam
(masuk/received 28 Mei 2017, diterima/accepted 6 Juli 2017)x
Optimation of Production Radioiodine-131 from Neutron Activated on
Natural Tellurium Dioxide Target
Sriyono, Maskur, Abidin, Triyanto, Hambali
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka – BATAN
Gedung 11 Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan, Banten
[email protected]
Abstrak – Radioiod-131 adalah nama lain dari radioisotop yodium-131 (131I) yang merupakan radioisotop pemancar
gamma pada energi 364 keV (81%) dan juga pemancar partikel beta dengan energi maksimum 610 keV dengan umur
paro (T½) 8,02 hari sehingga dapat digunakan di kedokteran nuklir untuk keperluan diagnosa fungsi ginjal, kerusakan
kelenjar gondok juga untuk terapi kanker thyroid, kanker kelenjar endoktrin, dan neuroblastoma. PTRR-BATAN telah
memproduksi 131I untuk mem-back up kebutuhan radioiod-131, namun dari batch RI-001 sampai dengan RI-008
radioiod-131 yang dihasilkan masih belum memenuhi persyaratan medis. Pada penelitian ini dilakukan optimasi
produksi dengan mengubah parameter proses seperti pabrikan bahan sasaran, setting temperatur, jumlah charcoal, dan
waktu elusi. Dari perubahan parameter tersebut pada batch RI-009 – RI-014 dihasilkan larutan produk 131I dalam
bentuk sodium iodida (Na131I) yang jernih tidak berwarna dengan pH = 12, konsentrasi radioaktif >100 mCi/ml dengan
kemurnian radionuklida >99% dan kemurnian radiokimia >95%. Dengan spesifikasi tersebut larutan produk 131I telah
memenuhi syarat untuk keperluan medis.
Kata kunci : optimasi produksi, telurium dioksida alam, radioiodine-131, aktivasi neutron, distilasi kering
Abstract – Radioiodine-131 is the other name of the radioisotope iodine-131 (131I) which is a gamma emitting
radioisotope at 364 keV energy (81%) and also a beta emitter with a maximum energy of 610 keV with halflife (T½) of
8.02 days so it can be used in nuclear medicine to diagnose kidney function, thyroid damage, also for the treatment of
thyroid cancer, endoktrin gland cancer, and neuroblastoma. PTRR-BATAN has produced 131I to back up the 131I demand,
but from batch RI-001 until RI-008 our product have not met the medical requirements. Therefore, the optimation of
production is needed by changing the process parameters such as manufacturer of target material, temperature setting,
amount of charcoal, and elution time. By Changing those parameters, we got product in the form of sodium iodide
solution which was colorless clear, pH 12, radioactive concentration of >100 mCi/ml, radionuclide purity >99% and
radiochemical purity >95%. With these specification, the product of batch RI-009 – RI-014 have met the medical
requirements.
Keywords : production optimation, natural tellurium dioxide, radioiodine-131, neutron activation, dry distillation
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini ketersediaan akan radioisotop untuk
keperluan medis di dalam negeri sudah merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi terutama radioisotop
Teknesium-99m (99mTc) untuk diagnosa dan Radioiod131 untuk diagnosa maupun terapi. Radioiod-131 adalah
nama lain dari radioisotop yodium-131 (131I) yang
merupakan radioisotop pemancar gamma pada energi 364
keV (81%) dan juga pemancar partikel beta dengan
energi maksimum 610 keV dengan umur paro (T½) 8,02
hari sehingga dapat digunakan untuk keperluan diagnosa
maupun terapi dalam kedokteran nuklir.[1] Pemanfaatan
dari radioiod-131 di antaranya adalah 131I-Hippuran untuk
diagnosis fungsi ginjal[2], Na-131I oral untuk diagnosis
kerusakan kelenjar gondok dan terapi kanker thyroid[1,3,4],
131
I-MIBG untuk diagnosis maupun terapi neuroblastoma
dan kanker kelenjar endoktrin.[5,6]
Radioiod-131 dalam jumlah besar pada umumnya
diproduksi dari pembelahan inti uranium-235 melalui
reaksi neutron-fisi (n,f) dan juga penangkapan neutron
tellurium dioksida (TeO2) alam melalui reaksi neutrongamma (n,).[7,8] Radioiod-131 dari hasil belah 235U (n,f)
tidak dilakukan karena proses pemisahan 131I dari produkproduk fisi yang lain melalui proses kimia yang panjang
dan membutuhkan fasilitas yang sangat rumit disamping
itu juga menghasilkan limbah hasil fisi yang sangat
kompleks dan mempunyai umur paro yang panjang,
namun masih ada cara kedua yaitu dengan cara aktivasi
neutron terhadap sasaran TeO2 alam dan proses
pemisahan produk dari bahan sasarannya cukup dengan
distilasi distilasi kering dan limbah yang dihasilkan
cukup sederhana sehingga mudah penanganannya.
Adapun reaksi inti yang terjadi dari kedua metoda
tersebut seperti terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Berdasarkan Peraturan Kepala BATAN Nomor 21
Tahun 2014 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
BATAN, maka Pusat Teknologi Radioisotop dan
Radiofarmaka (PTRR) yang merupakan salah satu unit
Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37
ISSN 2548-9011
34
Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
99
Mo
235
U(n,f)
131
I + neutron
Radioisotop lain
Gambar 1. Reaksi neutron-fisi (n,f).
130
Te ( n ,  ) 131Te
meluruh
131
I
Gambar 2. Reaksi aktivasi neutron (n,).
kerja di BATAN di bawah Deputi Bidang Pendayagunaan
Teknologi
Nuklir
mempunyai
tugas
melaksanakan perumusan dan pengendalian kebijakan
teknis, pelaksanaan, dan pembinaan dan bimbingan di
bidang teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka,
maka BATAN khususnya PTRR harus mem-back up
kebutuhan dalam negeri akan radioisotop 131I tersebut.
Kegiatan produksi radioisotop 131I melalui reaksi
penangkapan neutron (n,) terhadap sasaran TeO2 alam di
dalam fasilitas iradiasi reaktor nuklir G.A. Siwabessy
PRSG-BATAN Serpong dan proses pemisahannya
melalui distilasi kering di dalam fasilitas hotcell dengan
kapasitas produksi dapat mencapai 12.000 mCi dari 100
gram TeO2 alam. Proses pembuatan radioisotop 131I di
PTRR-BATAN masih mempunyai kendala yaitu proses
pembuatannya masih menggunakan fasilitas glove box
(bukan hotcell) yang hanya mampu untuk memproduksi
kurang dari 1.000 mCi radioisotop 131I dari hasil aktivasi
neutron terhadap 5 gram serbuk sasaran TeO2 alam.
Dengan demikian perlu perubahan dimensi sistem
peralatan distilasi terutama ukuran vycor yang
berkapasitas sampai dengan 100 gram sasaran menjadi
hanya 5 gram sasaran. Setelah perubahan dimensi vycor
pada sistem distilasi tersebut PTRR telah melakukan
proses mulai batch RI-001 sampai dengan RI-008 dan
dihasilkan 131I dengan radioaktivitas 300 – 700 mCi
namun hasilnya masih belum memenuhi persyaratan
medis, maka pada penelitian ini dilakukan optimasi
produksi dengan melakukan perubahan beberapa
parameter proses di antaranya adalah: pabrikan bahan
sasaran TeO2, setting temperatur, jumlah charcoal, dan
waktu elusi. Diharapkan dari perubahan parameter
tersebut dihasilkan larutan produk 131I dalam bentuk
sodium iodida (Na131I) yang jernih tidak berwarna dengan
pH = 12, konsentrasi radioaktif >100 mCi/ml dengan
kemurnian radionuklida >99% dan kemurnian radiokimia
>95%.
II. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Bahan dan Peralatan
Sebagai sasaran iradiasi digunakan serbuk tellurium
dioksida (TeO2) alam dari Sigma-Aldrich, karbon aktif
untuk menangkap/menyerap uap yodium diperoleh dari
Fisher Scientific, dan untuk mengikat yodium digunakan
larutan sodium hidroksida (NaOH) dari E. Merck, serta
untuk mengukur pH larutan produk digunakan kertas pH
Universal dari E. Merck. Kemudian bahan-bahan gelas
seperti ampul kuarsa, dan peralatan distilasi kering di
pasok dari dalam negeri.
Seperangkat alat las acetylene untuk penutupan ampul
kuarsa, dan untuk penutupan tabung aluminium (kapsul
iradiasi) digunakan las tig/argon Telwin, No. Seri
096776 dari Italia, serta seperangkat alat uji gelembung
(bubble test) digunakan untuk uji kebocoran kapsul
iradiasi. Fasilitas hot cell digunakan untuk penanganan
sasaran paska iradiasi, glove box berperisai timbal (Pb)
yang dilengkapi dengan sistem ventilasi yang memadai
untuk proses distilasi kering. Dose calibrator ATOMLAB
untuk pengukuran aktifitas produk 131I dan spectrometer
gamma untuk menentukan kemurnian radionuklida 131I,
sedangkan untuk menentukan kemurnian radiokimia
digunakan alat pencacah gamma (gamma counter).
Cara Kerja
Sebanyak 5 g serbuk sasaran TeO2 alam dipanaskan
terlebih dahulu dalam furnace pada temperatur 500 oC
selama 1 (satu) jam dan dikemas dalam kapsul iradiasi
dari bahan aluminium kemurnian tinggi kemudian
dikirim ke reaktor G.A. Siwabessy PRSG-BATAN
Serpong untuk diaktivasi di fasilitas iradiasi Central
Irradiation Position (CIP) selama sekitar 5 hari pada
daya 15 MW dengan melampirkan isian formulir iradiasi
dan formulir pengujian kapsul iradiasi dari Bidang
Teknologi Radioisotop - PTRR.
Paska iradiasi, kapsul iradiasi dipindahkan dari
fasilitas iradiasi (reaktor) ke fasilitas hotcell radioisotop
menggunakan wadah yang terbuat dari timbal (Pb). Di
dalam hotcell radioisotop, kapsul iradiasi dibongkar
untuk mengeluarkan sasaran TeO2 alam teriradiasi yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam labu distilasi dari
bahan kuarsa berbentuk tabung (yang biasa disebut
vycor). Kemudian vycor tersebut dimasukkan ke dalam
tungku pemanas dan selanjutnya disambungkan ke sistem
distilasi kering seperti pada Gambar 3.
Sebelum dilakukan proses produksi 131I dengan
metoda distilasi kering (Gambar 3) harus dilakukan uji
kebocoran di setiap sambungan pada sistem distilasi
dengan cara vakum yaitu dengan menghidupkan pompa
vakum kemudian mengatur kevakuman sistem sebesar
1,5 inHg melalui kran pada pompa vakum, apabila tidak
ada gelembung udara pada botol trap maka semua
sambungan dinyatakan tidak bocor.
Pada kondisi ini proses distilasi kering dimulai
dengan menghidupkan heating tape dan tungku pemanas
dengan setting temperatur secara bertahap mulai 100 °C
sampai 750 °C. Pada kondisi ini proses distilasi mulai
berjalan dan dipertahankan selama 5 jam untuk memastikan bahwa hampir semua uap yodium-131 dalam
bentuk yodida (131I2) telah terdistilasi dan terperangkap
dalam kolom charcoal aktif yang terpasang pada sistem.
Setelah proses distilasi berlangsung selama 5 jam,
dilakukan pendinginan dengan menurunkan setting
temperatur menjadi 100 °C dan ditunggu sampai
temperatur dalam tungku mencapai sekitar 250 °C.
Selanjutnya sistem distilasi dihentikan dengan menutup
semua valve dan sambungan ke pompa vakum dilepas.
Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37
ISSN 2548-9011
Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
35
Gambar 3. Proses produksi 131I dengan metoda distilasi kering.
30 mm
40 mm
30 mm
122 mm
306 mm
Yodium yang telah terperangkap dalam kolom charcoal
dikeluarkan dengan melewatkan larutan NaOH 0,05N ke
dalam kolom charcoal dengan cara elusi.
Larutan hasil elusi tersebut adalah sebagai larutan
produk radioiod-131 dalam bentuk sodium yodida
(Na131I) yang selanjutnya disampling untuk dilakukan uji
kualitas pengukuran radioaktivitas, pH, kemurnian
radionuklida, kemurnian radiokimianya. Proses elusi
dengan larutan NaOH 0,05N tersebut dilakukan beberapa
kali sampai tingkat keradioaktifan produk < 50 mCi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)BATAN mulai tahun 2013 telah membuat radioisotop 131I
tersebut dengan fasilitas glove box yang hanya mampu
membuat 131I sebesar kurang dari 1000 mCi. Dengan
fasilitas yang dimiliki maka desain sistem distilasi untuk
pembuatan radioisotop tersebut juga mengalami
perubahan terutama dimensi tabung vycor sebagai wadah
bahan sasaran teriradiasi dari kapasitas 100 gram menjadi
5 gram sasaran TeO2. Perubahan dimensi vycor tersebut
ditunjukkan pada Gambar 4.
Mulai Mei 2013 sampai dengan Nopember 2014
PTRR-BATAN telah melakukan pembuatan radioisotop
131
I dengan menggunakan fasilitas dan sistem distilasi
yang baru. Dari batch RI-001 sampai dengan RI-008
dihasilkan produk 131I yang
tidak
memenuhi
persyaratan untuk keperluan medis seperti yang telah
disampaikan oleh Maskur, dkk.[9], maka pada batch RI009 – RI-014 dilakukan optimalisasi produksi dengan
melakukan perubahan-perubahan parameter seperti
penggantian pasokan bahan sasaran, preparasi sasaran,
jumlah karbon aktif, setting temperatur, dan waktu elusi
produk. Dari hasil perubahan tersebut diperoleh data-data
produk radioiod-131 seperti pada Tabel 1.
56 mm
40 mm
Gambar 4. Modifikasi ukuran vycor.
Setelah dilakukan perubahan parameter proses mulai
dari pasokan bahan sasaran TeO2, setting temperatur,
jumlah charcoal, dan waktu elusi seperti pada Tabel 1,
terlihat bahwa hanya perubahan setting suhu dari 850 °C
menjadi 750 °C saja yang memberikan efek yang sangat
signifikan terhadap produk 131I yang dihasilkan.
Perubahan setting suhu tersebut dilakukan berdasarkan
analisa hasil uji kualitas produk yang masih
terkontaminasi Te dari bahan sasarannya sehingga larutan
produk berwarna putih keruh, hal ini dimungkinkan
karena terjadi panas belebih (over heating) di dalam
vycor (wadah sasaran TeO2) yang mengakibatkan sasaran
TeO2 tersebut bukan hanya meleleh tetapi kemungkinan
sampai mencair atau bahkan mendidih sehingga sebagian
Te ikut terbawa oleh uap yodium dan terperangkap pada
kolom charcoal dalam sistem distilasi.
Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37
ISSN 2548-9011
36
Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
Tabel 1. Parameter Proses dan Hasil uji kualitas produk 131I.
Parameter
No. Batch
Pasokan
TeO2
Hasil
Setting Jumlah
Temp. Charcoal
(°C)
(mg)
RI-001
Merck
RI-002
RI-003
RI-004
RI-005
Waktu
elusi
Produk
Aktivitas
Produk
(mCi)
Visual
Produk
Dibiarkanse
malam
38
Putih
Keruh
12
99,99
< 95
Kem.
Kimia
Keterangan
Terkontami
nasi Te
Proses gagal karena filamen tungku pemanas putus
SigmaAldrich
11,5
9
850
Merck
500
Dibiarkan
semalam
< 95
230
RI-006
370
RI-007
598
RI-008
344
RI-009
RI-010
Kem. Kem.
pH
Radio- Radiolarutan
nuklida kimia
Produk
(%)
(%)
Putih
Keruh
95,72
96,66
90,14
12
561
SigmaAldrich
99,99
477
Langsung
dielusi
RI-011
750
RI-012
713
392
300
Terkontaminasi Te
Produk tidak
memenuhi persyaratan
medis
95,88
Produk memenuhi
persyaratan medis
97,54
Jernih
tidak
berwarna
91,72
90,23
RI-013
702
96,65
RI-014
419
97,40
Berdasarkan hasil uji kualitas produk 131I tersebut, maka
dilakukan kalibrasi tungku pemanas dengan cara pengukuran
temperatur bagian dalam vycor dan dibandingkan dengan
hasil pembacaan pada termokopel kontrol tungku pemanas.
Kalibrasi tungku pemanas tersebut dilakukan oleh P.T.
KALIMAN (Kalibrasi Instrumentasi Mandiri) dan hasilnya
seperti terlihat pada Tabel 2.
Dari hasil kalibrasi seperti pada Tabel 2 terlihat bahwa
ada perbedaan temperatur dari hasil pengukuran standar
(dalam vycor) dengan setting temperatur yang sangat
signifikan yaitu hampir 60 °C, misalnya dengan setting
temperatur 850 °C ternyata temperatur yang sebenarnya
dalam vycor sebesar 906,2 °C, sedangkan titik leleh serbuk
TeO2 adalah 733 °C dan titik didih serbuk TeO2 pada
temperatur 1245 °C,[10, 11] ini membuktikan bahwa dengan
setting temperatur 850 °C terjadi over heating dan dengan
adanya sistem vakum maka mengakibatkan serbuk TeO 2
menjadi cair atau bahkan mendidih sehingga sebagian Te
terbawa oleh uap yodium dan terperangkap dalam kolom
charcoal dan ketika kolom charcoal dielusi dengan larutan
NaOH 0,05N maka larutan produk 131I yang diperoleh
menjadi putih keruh sehingga tidak memenuhi persyaratan
medis karena terkontaminasi Te. Setelah dilakukan
penurunan setting temperatur dari 850 °C menjadi 750 °C,
maka larutan produk tidak lagi terkontaminasi Te dan
larutan menjadi jernih tidak berwarna seperti pada Tabel 1.
Di samping itu juga dilakukan perubahan cara preparasi
bahan sasaran yang akan diiradiasi di reaktor G.A.
Siwabessy yang sebelumnya bahan sasaran TeO2 langsung
dikemas dalam kapsul iradiasi. Mulai batch RI-008, sebelum
dikemas bahan sasaran TeO2 dipanaskan terlebih dahulu
dalam furnace pada temperatur 500 °C selama 1 jam. Ini
bertujuan untuk menghilangkan kadar air hidrat dalam bahan
Bebas
kontaminasi Te
Produk tidak
memenuhi persyaratan
medis
Produk memenuhi
persyaratan medis
sasaran sehingga memudahkan pada saat penanganan target
paska iradiasi, yaitu saat mengeluarkan serbuk sasaran TeO 2
dari kapsul iradiasi supaya tidak menggumpal.
Tabel 2. Hasil Kalibrasi Tungku Pemanas (furnace).
Pengaturan
Pembacaan Alat
Pembacaan
Setting
Reading
Standard
(°C )
(°C )
(°C )
100
99
134,5
150
150
199,7
200
200
256,9
300
300
339,0
400
400
438,4
500
500
555,8
600
600
660,2
700
700
763,3
750
750
809,7
800
800
858,0
850
850
906,2
Ketidakpastian kalibrasi/calibration uncertainty
± 1,0 %
Setelah dilakukan perubahan setting temperatur dari
850 °C menjadi 750 °C mulai batch RI-009 sampai dengan
RI-014 maka larutan produk 131I yang dihasilkan sudah tidak
terkontaminasi lagi telurium (Te) sehingga larutan produk
menjadi jernih tidak berwarna. Namun produk 131I batch
RI-011 dan RI-012 meskipun secara visual larutan produk
jernih tidak berwarna tetapi kemurnian radiokimianya dibawah 95% (lihat Tabel 1). Hal ini disebabkan karena sebelum
kolom charcoal dielusi dengan larutan NaOH 0,05N sudah
mengalami kontak dengan udara sehingga sebagian 131I
dalam bentuk Na131I teroksidasi menjadi iodat (Na131IO3) dan
periodat (Na131IO4).
Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37
ISSN 2548-9011
Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
Kemudian untuk batch RI-013 dan RI-014 sebelum
kolom charcoal dielusi dengan larutan NaOH 0,05N
dijaga jangan sampai kontak dengan udara, sehingga
dihasilkan produk 131I yang tingkat kemurnian
37
radiokimianya di atas 95% seperti yang terlihat pada
Tabel 3 tentang Laporan Hasil Uji yang berisi Standar
Keberterimaan dan Hasil Analisis terhadap produk
131
I.
Tabel 3. Hasil Uji yang berisi Standar Keberterimaan dan Hasil Analisis terhadap produk 131I.
No.
1
2
3
4
5
Jenis Pengujian
(Parameters)
Kejernihan
(Clarity)
Derajad
Keasaman (pH)
Konsentrasi
Radioaktif
(Radioactive
Concentration)
Kemurnian
Radionuklida
(Radionuclide
Puryti)
Kemurnian
Radiokimia
(Radiochemical
Purity)
Standar
Keberterimaan
(Range)
Jernih
10 – 12
>100 mCi/ml
Metode Analisis (Method
of Analysis)
Visual
Indikator pH
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
Dose Calibrator
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
>99 %
Spektrometri Gamma
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
> 95 %
Kromatografi Lapis Tipis
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
[2]
KESIMPULAN
Optimasi produksi radioiod-131 dari sasaran telurium
dioksida (TeO2) alam teraktivasi telah dilakukan dengan
cara melakukan perubahan parameter-parameter proses
dan diperoleh tetapan parameter yang akan digunakan
untuk proses-proses berikutnya yaitu pasokan bahan
sasaran TeO2 dari Sigma-Aldrich, setting temperatur 750
°C, jumlah charcoal 300 mg, dan waktu elusi langsung
setelah pendinginan. Dari parameter tersebut dihasilkan
larutan produk 131I dalam bentuk sodium iodida (Na131I)
yang jernih tidak berwarna dengan pH = 12, konsentrasi
radioaktif >100 mCi/ml dengan kemurnian radionuklida
>99% dan kemurnian radiokimia >95%. Larutan produk
131
I yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan medis
dan selanjutnya dapat digunakan untuk penandaan
sediaan radiofarmaka yang akan digunakan di rumah
sakit untuk tujuan baik diagnosa maupun terapi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terimakasih kepada Kepala PTRR
BATAN (Ibu Siti Darwati), Kepala Bidang Teknologi
Radioisotop (Bapak Hotman Lubis) dan Kepala Bidang
Teknologi Radiofarmaka (Bapak Rohadi Awaludin) serta
seluruh Tim Produksi 131I (Indra Saptiama, Chairuman,
Yono S., Mulyono, Hermanto, dan Fath Priyadi) dan
semua pihak yang telah bekerja bersama-sama dalam
melakukan kegiatan ini.
PUSTAKA
[1]
Anna Wyszomirska., Iodine-131 for therapy of thyroid
diseases., Physical and Biological Basis., Nuclear
Medicine Review 2012, 15, 2 : 120-123, ISSN 1506-9680.
Jernih
12,0
Aktivitas saat pengujian
112,13 mCi/ml
Tgl. 21-10-2014 pkl. 09.02
Ketidakpastian bentangan 2,28%
99,99 %
Ketidakpastian bentangan 2,00%
96,65 %
Ketidakpastian bentangan 2,39%
Evi Setiawati, Muhammad Munir, Endras Ari Prasaja.,
Pendeteksian
kelainan
fungsi
ginjal
dengan
memanfaatkan radiofarmaka Hippuran 131I menggunakan
kamera gamma., Jurnal Pengembangan Rekayasa &
Teknologi Vol. 11 No 1, Juni 2009: 1-7, ISSN1410-9840.
[3] Kusakabe K, Maki M., Radionuclide therapy of thyroid
disease-radioactive iodine therapy., Departement of
Radiology, Tokyo Women’s Medical College., Kaku
Igaku 1993 Jul; 30 (7) : 813-9.
[4] ANONIMOUS:
Iodine-131
Medical
Use.
http://www.news-medical.net/health/Iodine-131-MedicalUse.aspx, diakses 21 Oktober 2016.
[5] Stefan Vöö, Jan Bucerius, Felix M. Mottaghy.,
I-131MIBG therapies., 2011 Elsevier Inc.
[6] ANONIMOUS :131I-MIBG Therapy, written by Antonia
Palmer, Neuroblastoma Parent June 2015, http://www.
nant.org/dl/nc-mibg_article_june_2015.pdf, diakses 22
Oktober 2016.
[7] ANONIMOUS : A.F. RUPP, E. E. BEAUCHAMP, J. R.
PARMAKES, Production of Fission Product Iodine-131,
ORNL-1047.
[8] ANONIM, “Manual for Reactor Produced Radioisotops”,
IAEA-TECDOC-1340, Austria, January 2003.
[9] Maskur, Sriyono, Yono Sugiharto, Fath Priyadi,
Chairuman, dan Hambali, Optimasi pembuatan
radioisotop I-131 dengan metoda aktivasi neutron dan
pemisahan secara distilasi kering, Pros. Sem. Nasional
Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG tahun
2014., ISBN 978-979-17109-9-2.
[10] ANONIMOUS, Tellurium Dioxide, https://en.wikipedia.
org/wiki/Tellurium_dioxide, diakses 24 Oktober 2016.
[11] A. Simek and B. Stehlik., The melting point of tellurium
dioxide., Collection of Czechoslovak Chemical
Communication, 1930, Vol. 2, p. 447-456.
Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37
ISSN 2548-9011
Hasil Analisis
(Result of Analysis)
Download