hubungan antara tendensi gaya kelekatan

advertisement
0
HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN
SOSIAL PADA SISWA SMP ISLAM PAITON YANG TINGGAL DI PESANTREN
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH
LAILATUL FITRIYAH
409112420600
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
MEI 2013
1
HUBUNGAN ANTARA TENDENSI GAYA KELEKATAN DENGAN PENYESUAIAN
SOSIAL PADA SISWA SMP ISLAM PAITON YANG TINGGAL DI PESANTREN
Lailatul Fitriyah ([email protected])
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang
Abstrak
Gaya kelekatan yang dibangun sejak lahir dapat berlaku sebagai fungsi adaptif bagi remaja untuk
menguasai lingkungan-lingkungan baru. Relasi yang baik dengan pengasuh akan menjadikan
seorang anak memiliki secure attachment dan mengembangkan interaksi yang baik dengan
orang lain dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Gaya kelekatan pada masa remaja dapat
membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja sebagaimana tercermin dalam ciriciri seperti self esteem, penyesuaian sosial, dan emosional. Penelitian ini dilakukan pada siswa
SMP Islam Paiton yang tinggal di pesantren sebanyak 100 orang. Data hasil penelitian dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis deskripstif dan analisis korelasi product moment pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kelekatan aman pada remaja awal yang tinggal di
pesantren sebagian besar dalam kategori sedang dengan prosentase sebesar (76%) dan
penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di pesantren sebagian besar dalam ketegori
sedang dengan prosentase (59%). Uji hipotesis menyimpulkan terdapat hubungan yang positif
dan signifikan anatara gaya kelekatan dan penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di
pesantren (rxy = 0,281; p = 0,005 < 0,05).
Kata kunci: Gaya Kelekatan Aman (Secure), Penyesuaian Sosial.
Abstract
Attachment style that had developed since baby is born can be applied as adaptif function of
adolescense for can be survive in new social environment. A good relation with caregiver will
allow an infant to have a secure attachment and evolve a good interaction both of with another
and good social adaption. Attachment style, on adolescence period can help to construct social
competence and social prosperity of them as mirrored on any specific trait as self esteem, social
adjusment, and emotional adjusment. Research’s subject of this study is Paiton’s Islamic Senior
High School’s student that have living on Islamic boarding school. Analysis result’s data
analized with descriptive analysis technique and correlation analysis with product moment
pearson analysis technique.Research analysis result eksposed that most of secure attachment
style of early adolescense thah living on Islamic boarding school categoried at middle category
with 76 percent of all subject and social adjustment of them is also categoried at middle category
with 59 percent of all subject. Hypotesis experiment exposed that there is any positif and
significant correlation between secure attachment style with social adjustment of early
adolescense thah living on islamic boarding school (rxy = 0,281; p = 0,005 < 0,05).
Keyword : secure attachment style, social adjustment.
2
PENDAHULUAN
Pendidikan yang menekankan pada aspek keagamaan banyak dikembangkan dalam
pesantren. Pendidikan dengan basis keagamaan seperti pesantren banyak diminati oleh orang tua
sebagai lembaga pendidikan untuk menempuh pendidikan bagi anak mereka dengan alasan
bahwa pesantren memiliki keunggulan dapat mendidik siswa bukan hanya dalam materi
pendidikan umum namun lebih menekankan konsep keagamaan yang dapat mendidik siswasiswinya berdasarkan aspek moral dan etika keagamaan. Salah satu ciri khas dari kehidupan di
pesantren adalah berkumpulnya banyak santri dari berbagai daerah. Lingkup sosial dengan
karakter multikultur memiliki kerentanan terhadap munculnya konflik sosial. Mengatasi
munculnya konflik sosial dapat dikembalikan pada bagaimana setiap individu dalam kelompok
sosial menyesuaikan dirinya dengan kultur individu lain yang mungkin dapat berlainan budaya
dan kebiasaan.
Perubahan yang menuntut tanggung jawab besar bagi remaja adalah hal yang baru dan
menjadi beban. Khusunya ketika anak harus tinggal terpisah, dan siap menjadi mandiri.
Kedekatan dengan orang tua selama ini membuat anak merasa nyaman dan aman ketika
mengahadapi hal-hal yang baru. Menurut Santrock (2002) menyebutkan bahwa attachment
dengan orang tua selama masa remaja dapat berlaku sebagai fungsi adaptif, yang menyediakan
landasan yang kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan
baru dan suatu dunia sosial yang luas dalam suatu cara yang secara psikologis sehat.
Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan mengembangkan
kelekatan yang aman dengan figur lekatnya (secure attachment) dan mengembangkan rasa
percaya tidak saja pada ibu juga pada lingkungan. Hal ini akan membawa pengaruh positif dalam
proses perkembangannya. Santrock (2002) menyebutkan bahwa Attachment yang kokoh atau
keterkaitan dengan orang tua menigkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat
yang positif di luar keluarga.
Pengertian gaya kelekatan
Kelekatan (attachment) dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958
bernama John Bowlby yang mengatakan bahwa bayi mendemonstrasikan kedekatan mereka
kepada ibunya melalui beberapa tipe perilaku seperti menghisap, mengikuti, menangis, dan
tersenyum (Santrock, 2003). Gaya kelekatan merupakan suatu ikatan emosional dan resiprokal
3
yang saling berhubungan anatara anak dan figure attachment dan saling memberikan konstribusi
dalam kualitas hubungan mereka ataupun orang lain.
Menurut teori Bowlby, pengalaman awal dengan pengasuh utama diinternalisasi oleh anakanak untuk membentuk internal working models yaitu struktur kognitif yang bertindak sebagai
prototipe untuk hubungan selanjutnya di luar keluarga. Konseptualisasi Bartholomew telah
menyusun konsep internal working models dari Bowlby dalam empat kategori attachment, yang
pada awalnya hanya tiga kategori dari Bowlby. Empat pola prototipe attachment dibagi kedalam
dua jenis internal working models, yaitu internal working models atas diri dan internal working
models atas orang lain.
Keempat kategori tersebut adalah gaya kelekatan aman (secure attachment style) dimana
seseorang dengan gaya kelektana ini memiliki silf-esteem yang tinggi dan positif terhadap orang
lain. Secure attachment pada masa remaja dipercaya dapat mendukung kompetensi sosial dan
well-being remaja yang direfleksikan melalui beberapa karakteristik seperti self esteem yang
tinggi, penyesuaian emosional dan positif terhadap orang lain, sehingga ia mencari kedekatan
intrapersonal dan merasa nyaman dalam hubuingan. Orang yang memiliki secure attachment
akan mengembangkan model mental diri sebagai orang yang berharga, penuh dorongan, dan
mengembangkan model mental orang lain sebagai orang yang bersahabat, dipercaya, responsif,
dan penuh kasih sayang (Collins & Read 1991).
Gaya kelekatan takut-menghindar (fearful-avoidant attachment style) seseorang dengan
gaya kelekatan ini memiliki self-esteem yang rendah dan negative terhadap orang lain. Remaja
dengan gaya ini menggambarkan orang tua mereka secara negatif (Levy dkk, 1998 dalam Baron
& Byrne 2005), memdam perasaan marah tanpa menyadarinya (Mikulincer, 1998a dalam Baron
& Byrne 2005).
Gaya kelekatan terpreokupasi (preoccupied attachment style) seseorang dengan gaya
kelekakan ini memiliki pandangan yang negatif mengenai self yang dikombinasikan dengan
harapan yang positif tentang orang lain. Remaja yang terpreokupasi mencari kedekatan dalam
hubungan, tetapi juga mengalami kecemasan dan rasa malu karena merasa tidak pantas
menerima cinta dari orang lain (Lopez dkk, 1997 dalam Baron & Byrne 2005).
Kemudian gaya kelekatan menolak (dismissing attachment style) seseorang dengan gaya
kelekatan ini memiliki pandangan positif tentang dirinya dan memiliki harapan yang negetif
tentang orang lain. Gaya kelekatan ini digambarkan sebagai gaya yang memiliki konflik dan
4
agak tidak aman, dimana remaja merasa dirinya layak memperolah hubungan akrab namun orang
lain lebih mungkin untuk melihat secara tidak positif dan mendreskrpsikan dirinya sebagai orang
yang tidak ramah. Baron dan Byrne (2005).
Pengertian penyesuaian sosial
Menurut Hurlock (1990) menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan keberhasilan
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok
pada khususnya. Menurut Hurlock (1978) ada beberapa kriteria untuk mencapai penyeseuaian
sosial yang baik yaitu penampialan nyata, perilaku sosial yang ditampilkan individu sesuai
dengan standart kelompok. Penyesuaian diri terhadap kelompok, Individu mampu menyesuaikan
diri terhadap berbagai kelompok. Sikap sosial, individu dapat menunjukkan sikap yang
menyenangkan bagi orang lain maupaun bagi partisipasi sosialnya. Kepuasan pribadi, individu
marasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran sosial yang dihadapi.
Hubungan gaya kelekatan terhadap penyesuaian sosial remaja
Menurut Santrock (2002) menyebutkan bahwa attachment dengan orang tua selama masa
remaja dapat berlaku sebagai fungsi adaptif, yang menyediakan landasan yang kokoh dimana
remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial
yang luas dalam suatu cara yang secara psikologis sehat.
Remaja yang mempunyai gaya kelakatan aman mempunyai harga diri yang lebih tinggi
disbandingkan dengan mereka dalam kelompok kelekatan cemas. Remaja dengan gaya kelekatan
aman menekankan pentingnya hubungan kelekatan yang hangat dalam perkembangan yang
positif, koheren, dan strukur diri yang diorganisasikan dengan baik. (Collins dan Read dalam
Helmi, 1999) mengatakan bahwa orang dengan gaya kelekatan aman akan lebih percaya diri
dalam situasi sosial dan lebih asertif. Orang dengan gaya kelekatan aman akan mengembangkan
sikap yang responsive, bersahabat, dan penuh kasih terhadap lingkungan sosialnya,
kelekatan yang dibina oleh anak dan pengasuh (ibu) merupakan suatu bekal yang akan
dibawa oleh seseorang pada dunia sosialnya melalui interaksi-interaksi sosial maupun
kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Relasi yang baik dengan
pengasuh akan menjadikan seorang anak memiliki secure attachment dan mengembangkan
interaksi yang baik dengan orang lain dan memiliki penyesuaian sosial yang baik pula.
Sebaliknya, jika hubungan yang dibentuk memalui relasi dengan pengasuh cenderung
mengembangkan insecure attachment maka yang yang timbul adalah ketidaknyamanan untuk
5
memiliki kedekatan dan cenderung tidak tertarik untuk membangun hubungan sosial dengan
orang lain.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini terdapat variabel
bebas dan variabel terikat, yaitu gaya kelekatan aman (secure) sebagai variabel bebas (X) dan
penyesuaian sosial sebagai variabel terikat (Y). Adapun rancangan penelitian ini dapat
digmbarkan sebagai berikut:
Gaya kelekatan
Aman
Penyesuaian sosial
a. Populasi dan sampel
Dalam penelitian ini populasi yang di pilih adalah siswa-siswi SMP Islam di kabupaten
probolinggo yang tinggal di pesantren dan berjumlah 216 siswa. Sampel dari penelitian ini
sejumlah 100 orang dari 216 siswa.
b. Instrumen penelitian
Pada penelitian ini menggunakan model instrument penelitian yaitu skala model likert dan
angket. Pada variabel (X) menggunakan angket gaya kelekatan, dan variabel (Y) menggunakan
skala penyesuaian sosial.
Pengumpulan Data
Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan survei lapangan untuk observasi dan untuk mengetahui lokasi penelitian dan
mencari data jumlah siswa di lokasi uji coba dan penelitian
2.
Membuat surat ijin penelitian ke Fakultas dalam bentuk rekomendasi untuk mengadakan
penelitian di lokasi penelitian.
3.
Menentukan tanggal dan hari pengambilan data.
4.
Mempersiapkan dan meneliti instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, untuk
kemudian disebarkan kepada responden uji coba dan penelitian disertai dengan wawancara
sebagai data pendukung.
5.
Pengumpulan kembali instrumen penelitian, kemudian dilakukan tabulasi dan analisis data.
6
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik analisis
deskriptif dan analisis korelasional. Analisis deskriptif dalam penelitian ini pada awalnya
ditujukan untuk mengenali kecenderungan kaya kelekatan pada keseluruhan (100) subjek pada
salah satu dari keempat jenis gaya kelekatan. Setelah menentukan tendensi pada salah satu gaya,
dilakukan analisis deskripsi kedua untuk mendeskripsikan satu gaya kelekatan yang ditetapkan
sebagai tendensi subjek baik secara individual maupun dalam kelompok. Analisis deskriptif
dilakukan untuk mengetahui kategorisasi gaya kelekatan aman (secure), dan penyesuaian sosial
pada subyek penelitian. Dalam analisis ini menggunakan norma kelompok disusun tiga tingkatan
pengkategorian berdasarkan harga mean (M) dan standard deviasi (SD), yaitu tinggi, sedang, dan
rendah. Dan analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik korelasi Formula
Product Moment Pearson. Variabel yang dikorelasikan adalah data gaya kelekatan secure yang
telah menjadi tendensi pada korpus data dan varibel data hasil skoring pada penyesuaian sosial.
Hasil
1. Dari hasil angket gaya kelekatan diketahui bahwa 100 subjek penelitian memiliki
tendensi gaya kelekatan aman. Setelah menetapkan kecenderungan pada satu fokus gaya
kelekatan aman, peneliti membagi kembali hasil penyekoran pada gaya kelekatan aman
dalam tiga kategori berdasarkan frekuensi tinggi, sedang, dan rendah yang di peroleh
berdasarkan mean dan standart deviasi.
2. Tingkat gaya kelekatan aman (secure) pada 100 orang subjek penelitian berada pada
kategori tinggi sebanyak 2 orang (2%), sedang 76 orang (76%), dan rendah 22 orang
(22%). Jadi gaya kelekatan aman (secure) pada remaja awal yang tinggal dipesantren
sebagian besar termasuk dalam kategori sedang, yaitu dari jumlah subjek 100 orang,
terdapat 76 orang (76%).
3. Berdasarkan hasil analisis dari skala penyesuaian sosial dapat diketahui gambaran
penyesuaian sosial secara umum. Setelah melakukan penelitian terhadap 100 subjek
remaja yang tinggal di pesantren, dapat diketahui bahwa penyebaran skor penyesuaian
sosial pada remaja pesantren melalui mean dan standart deviasi dengan pengkategorian
tinggi, sedang, dan renadah.
4. Penelitian pada 100 remaja awal yang tinggal dipesantren dapat diketahui bahwa tingkat
penyesuaian sosial yang berada pada kategori tinggi sebanyak 8 orang (8%), sedang 59
7
orang (59%), dan rendah 33orang (33%). Jadi penyesuaian sosial pada remaja awal yang
tinggal dipesantren sebagian besar termasuk dalam kategori sedang, yaitu dari jumlah
subjek 100 orang, terdapat 59 orang (59%).
5. Diketahui bahwa koefisien korelasi menggunakan product moment antara gaya kelekatan
aman dan penyesuaian sosial adalah sebesar 0,281, dengan asymp. Sig < 0.05. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat
korelasi atau hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kelekatan aman dan
penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di pesantren dengan taraf signifikansi
sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya kelekatan aman maka
semakin tinggi tingkat penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di pesantren.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah gaya kelekatan aman maka semakin rendah
penyesuaian sosial pada remaja awal yang tinggal di pesantren.
Diskusi
Gaya kelekatan (Attachment style) pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan
kesejahteraan sosial remaja sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri seperti self esteem,
penyesuaian sosial, dan emosional. Attachment yang kokoh antara anak dengan orang tua akan
meningkatkan relasi teman sebaya yang kompeten dan relasi erat yang positif di luar keluarga
(Santrock, 2002).
Pengalaman awal dengan pengasuh utama diinternalisasikan oleh anak untuk membentuk
internal working models yaitu struktur kognitif yang berperan sebagai dasar dalam membangun
hubungan dengan orang lain di luar keluarganya. Empat dasar pola attachment didefinisikan
dalam dua bentuk internal working models, yaitu internal working models atas diri sendiri dan
internal working models atas orang lain. Internal working models yang positif terhadap diri
adalah perasaan dicintai dan merasa berharga, sementara internal working models positif
terhadap orang lain melibatkan harapan seseorang terhadap dukungan dan keberadaan orang lain.
Internal working models negatif terhadap diri sendiri dikarakteristikkan dengan kecemasan
tentang kedekatan dan memiliki ketergantungan yang berlebihan, sementara internal working
models negatif terhadap orang lain dikarakteristikkan dengan menghindari keintiman.
Orang-orang yang secure memiliki pandangan positif terhadap diri dan orang lain. Semakin
tingginya tingkat gaya kelekatan aman (secure attachment) menunjukkan bahwa individu
tersebut semakin memiliki penyesuaian sosial yang baik, hal itu berarti individu memiliki
8
perasaan bahwa dirinya dicintai dan berharga, serta memiliki harapan akan dukungan dan
keberadaan orang lain sehingga kemungkinan individu memiliki penyesuaian sosial yang tinggi.
Bila dilihat dari hasil analisis gaya kelekatan aman (secure) remaja awal yang tinggal di
pesantren, sebagian besar berada dalam kategori sedang. Dimana remaja memiliki pandangan
yang positif terhadap diri dan orang lain yang cukup baik. Namun, dalam hubungan dekat (close
relationship) remaja awal yang tinggal di pesantren ini cenderung memandang dirinya sebagai
orang yang memiliki self esteem yang negatif atau harga diri yang rendah dan akan selalu
berharap dengan kehadiran orang lain. Sehingga ketika berada dalam kondisi yang melibatkan
suatu hubungan dekat, remaja akan cenderung selalu berharap kepada orang lain dan tidak
memiliki keyakinan bahwa drinya mampu. Hal ini disebabkan oleh pembiasaan resiprokal
dalam pembentukan attachment pada masa bayi yang terlalu dijaga menjadikan remaja terbiasa
untuk selalu berharap dengan adanya timbal balik dari orang lain.
Hal ini berhubungan dengan penyesuaian sosialnya, dimana gaya kelekatan aman memiliki
hubungan yang positif terhadap penyesuaian sosial remaja. Berdasarkan hasil analisis
penyesuaian sosial, dapat dikatahui bahwa penyesuaian sosial remaja awal yang tinggal di
pesantren berada dalam kategori sedang. Artinya, remaja awal yang tinggal di pesantren
memiliki penyesuaian sosial yang cukup baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Adshed, Gwen dan Pfaffin, Friedmann. 2004. A Matter Of Security : The Appliction Of
Attachment Theory To Forensic Psychiatry And Psychology. London And New York:
Jessica Kingsley Publishers.
Baron and Byrne. 2005. Psikologi Sosial jilid2. Jakarta: Erlangga.
Helmi, A. F. 1999. Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. Jurnal Psikologi No. 1, 9-17 Universitas
Gajah Mada.
Hurlock, B, E. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
…………….1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
…………… 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Mayer. G. D. 2012. Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Miller, Pactricia H. 2011. Theories Of Developmental Psychology 5 ed. New York USA: Worth
Publishers.
Santrock, J, W. 2002. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,. 2002. Attachment Related Psychodinamics, Attachment and Human Development.
New Jersey: McGraw Hill.
…………… 2003. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.
…………… 2009. Masa Perkembangan Anak: Jakarta: Salemba Humanila.
Shaffer, David R and Katherine Kipp. 2010. Developmental Psychology: Childhood and
adolescence 8ed. Belmont, CA: Wadsworrth, Cengange Learning.
Download