pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,
PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM REGIONAL, DAN
KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP
TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Dias Widya Ningtyas (131324041)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
 Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugerah, dan penyertaan-Nya sehingga
skripsi ini bisa diselesaikan.
 Kedua orangtuaku Bapak Pardiman dan Ibu Widiastuti Sri Rahayu yang telah
banyak memberikan doa dan dukungan dari awal kuliah hingga selesai.
 Adikku Dimas Widi Laksono yang selalu memberikan doa dan semangat
dalam kuliah.
 Sahabat-sahabatku Ninda, Karini, Putri Maharani, Shella, Hasni, Nia, Fena
yang selalu memberikan dukungan dan semangat dari awal kuliah dan
menyelesaikan skripsi.
 Seluruh teman-teman angkatan Pendidikan Ekonomi 2013.
 Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Serahkanlah segala kekuatiran mu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu”
(1 Petrus 5:7)
“Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku”
(Filipi 4:13)
“Kegagalan hanya akan terjadi jika kita menyerah”
(Lessing)
“Hidup ini bagai skripsi, ada banyak bab yang mengharuskan untuk direvisi walau
terkadang menguras emosi dan juga energi tetapi akan berakhir dengan pasti bagi
mereka yang sabar dan mampu melewati”
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Penulis
Dias Widya Ningtyas
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama: Dias Widya Ningtyas
Nomor Mahasiswa: 131324041
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 15 Juni 2017
Yang menyatakan
Dias Widya Ningtyas
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,
PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM REGIONAL, DAN
KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP
TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1997 – 2014
Dias Widya Ningtyas
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis: 1) pengaruh
pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014;
2) pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 19972014; 3) pengaruh upah minimum regional terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997-2014; dan 4) pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan
terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Penelitian ini merupakan confirmatory study. Pengumpulan data dengan
teknik dokumentasi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Data dalam
penelitian ini merupakan data sekunder. Data yang digunakan berupa data runtut
waktu (time series) dengan rentang waktu 17 tahun. Teknik analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; 2)
pengangguran tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1997-2014; 3) upah minimum regional berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014; dan 4) ketimpangan distribusi
pendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1997-2014.
Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, ketimpangan
distribusi pendapatan, dan tingkat kemiskinan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, UNEMPLOYMENT,
REGIONAL MINIMUM WAGE, AND UNEQUAL
DISTRIBUTION OF INCOME IN INDONESIAN
DURING 1997 - 2014
Dias Widya Ningtyas
Universitas Sanata Dharma
2017
The aim of this research was to examine and analyze: 1) the effect of
economic growth on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; 2) the
effect of unemployment on the level of poverty in Indonesian during 1997-2014; 3)
the effect of regional minimum wage on the level of poverty in Indonesian during
1997-2014; and 4) the effect of unequal distribution of income on the level of
poverty in Indonesian during 1997-2014.
This reseach is confirmatory study. The data collection method was
documentation which provided by Central Bureau of Statistics and Ministry of
Manpower and Transmigration. The data in this research was secondary data.
The data was time series with a span of 17 years. The data was analyzed using
Multiple Linier Regresion Technique.
The Data analysis results shows that: 1) the economic growth has a
negative effect on the level of poverty in Indonesia during 1997-2014; 2) the
unemployment has no effect on the level of poverty in Indonesian during 19972014; 3) the regional minimum wage has a negative effect on the level of poverty
in Indonesian during 1997-2014; and 4) the unequal distribution of income has a
negative effect on the level of poverty in Indonesia during 1997-2014.
Keywords: economic growth, unemployment, regional minimum wage, unequal
distribution of income, and poverty level.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
kasih, anugerah, dan penyertaan-Nya yang sempurna sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat, anugrah, dan penyertaan-Nya sehingga
skripsi ini bisa diselesaikan.
2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Sosial Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan dukungan dan pengarahan
kepada penulis selama kuliah.
5. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing, memberikan dukungan, dan meluangkan banyak waktu
untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah sabar
membimbing penulis sehingga ujian bisa terselesaikan dengan baik.
7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan
tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah
membantu kelancaran proses belajar selama ini.
9. Kedua orang tuaku, Bapak Pardiman dan Ibu Widiastuti Sri Rahayu yang
selalu mendoakan, memberikan dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.
10. Adikku tersayang, Dimas Widi Laksono yang selalu memberi semangat
selama kuliah.
11. Seluruh teman-teman angkatan Pendidikan Ekonomi 2013.
Penulis berharap, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh Karena itu, dengan rendah hati, penulis memohon kritik dan
saran untuk karya yang lebih baik.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Dias Widya Ningtyas
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
E. Variabel dan Definisi Operasional ....................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 11
A. Kemiskinan .......................................................................................... 11
1. Definisi Kemiskinan ...................................................................... 11
2. Penyebab Kemiskinan .................................................................... 15
3. Ukuran Kemiskinan ....................................................................... 17
4. Kebijakan Untuk Mengurangi Kemiskinan ................................... 23
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan ................................ 25
1. Pertumbuhan Ekonomi................................................................... 25
2. Pengangguran ................................................................................. 26
3. Upah Minimum .............................................................................. 27
4. Ketimpangan Distribusi Pendapatan .............................................. 27
C. Pertumbuhan Ekonomi......................................................................... 28
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 28
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ......................................................... 29
3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi...................................................... 42
4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan .............. 44
D. Pengangguran ....................................................................................... 47
1. Definisi Pengangguran ................................................................... 47
2. Macam-Macam Pengangguran ...................................................... 49
3. Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian .......................... 51
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan ............................ 53
E. Upah Minimum .................................................................................... 54
1. Definisi Upah Minimum ................................................................ 54
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah ....................... 57
3. Tujuan Upah Minimum.................................................................. 60
4. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Kemiskinan ......................... 61
F. Ketimpangan Distribusi Pendapatan .................................................... 62
1. Definisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan ................................ 62
2. Penyebab Ketimpangan Distribusi Pendapatan ............................. 64
3. Ukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan ................................. 65
4. Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap
Kemiskinan .................................................................................... 68
G. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 72
H. Kerangka Berpikir ................................................................................ 73
I. Hipotesis .............................................................................................. 76
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 77
A. Jenis Penelitian..................................................................................... 77
B. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 77
1. Jenis Data ....................................................................................... 77
2. Sumber Data................................................................................... 78
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 78
D. Teknik Analisis Data............................................................................ 78
1. Uji Prasyarat................................................................................... 79
a. Uji Normalitas .......................................................................... 80
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji Linearitas ........................................................................... 80
2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 81
a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 81
b. Uji Heteroskedastisitas............................................................. 81
c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 82
3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 82
a. Uji Keterandalan Model (Uji F) ............................................... 83
b. Uji Koefisien Regresi .............................................................. 84
c. Koefisien Determinasi ............................................................. 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 87
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 87
B. Analisis Data ........................................................................................ 101
1. Uji Prasyarat................................................................................... 101
a. Uji Normalitas .......................................................................... 101
b. Uji Linearitas ........................................................................... 103
2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 104
a. Uji Multikolinearitas ................................................................ 104
b. Uji Heteroskedastisitas............................................................. 106
c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 109
3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 110
a. Uji Keterandalan Model (Uji F) ............................................... 110
b. Uji Koefisien Regresi .............................................................. 111
c. Koefisien Determinasi ............................................................ 115
C. Pembahasan.......................................................................................... 116
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 125
A. Kesimpulan .......................................................................................... 125
B. Saran .................................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130
LAMPIRAN .................................................................................................. 134
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Tingkat Kemiskinan Negara Asia ........................................... 2
Tabel 2.1 Batas Kemiskinan Kota Dan Desa.................................................... 22
Tabel 3.1 Durbin Watson.................................................................................. 82
Tabel 4.1 Deskripsi Data Penelitian.................................................................. 87
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas.............................................................. 102
Tabel 4.3 Hasil Uji Linearitas........................................................................... 103
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas............................................................... 104
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas............................................................ 107
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi...................................................................... 109
Tabel 4.7 Hasil Uji Keterandalan Model (Uji F).............................................. 110
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi ............................................................. 112
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi...................................................................... 115
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan........................................................ 17
Gambar 2.2 Fungsi Produksi Harrod-Domar.................................................... 38
Gambar 2.3 Kurva Lorenz................................................................................ 66
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir......................................................................... 74
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1997-2014..................... 89
Grafik 4.2 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 1997-2014.... 92
Grafik 4.3 Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1997-2014.................. 95
Grafik 4.4 Tingkat Upah Minimum Di Indonesia Tahun 1997-2014............... 98
Grafik 4.5 Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Di Indonesia Tahun
1997-2014......................................................................................................... 100
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian.............................................................................. 134
Lampiran 2 Uji Normalitas............................................................................... 135
Lampiran 3 Uji Linearitas................................................................................. 136
Lampiran 4 Uji Multikolinearitas..................................................................... 137
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas.................................................................. 138
Lampiran 6 Uji Autokorelasi............................................................................ 139
Lampiran 7 Uji Keterandalan Model (Uji F).................................................... 140
Lampiran 8 Uji Koefisien Regresi ................................................................... 141
Lampiran 9 Koefisien Determinasi................................................................... 141
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan hal yang selalu dibicarakan dan
dilaksanakan oleh semua negara, tidak terkecuali negara Indonesia. Tujuan
pembangunan nasional salah satunya adalah mensejahterakan rakyatnya. Menurut
Badan Pusat Statistika (BPS) 2017 kesejahteraan rakyat merupakan kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial penduduk negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosial dan ekonominya. Kesejahteraan rakyat di Indonesia dapat
digambarkan salah satunya berdasarkan tingkat kemiskinan penduduk di
Indonesia.
Studi Bank Pembangunan Asia (ADB) mengungkapkan, pada 2009 jumlah
masyarakat miskin mencapai 40,4 juta, dan pada 2011 tercatat naik 43,1 juta
penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia dalam tiga tahun terakhir
melonjak 2,7 juta jiwa. Lonjakan ini lebih besar dibanding negara lain di kawasan
Asia Tenggara. Standar kemiskinan yang digunakan ADB adalah penghasilan
dibawah 1,25 dolar sehari atau setara dengan Rp 16.625. Dibandingkan dengan
negara tetangga di Asia Tenggara, peningkatan angka kemiskinan Indonesia
merupakan yang terbesar. Indonesia kalah dari Thailand, Vietnam, dan Malaysia
yang memiliki karakteristik dan kesamaan dengan Indonesia yaitu memiliki masa
waktu merdeka yang cukup lama, pernah mengalami krisis ekonomi hebat dan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
juga kondisi alam yang melimpah. Kenyataanya Indonesia memiliki tingkat
kemiskinan terbesar diantara Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Adapun data
mengenai kemiskinan di negara-negara Asia disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Data Tingkat Kemiskinan Negara Asia
Negara
Tahun 2015 (%)
Myanmar
25,6
Laos
23,2
Filiphina
21,6
Kamboja
14
Indonesia
10,9
Thailand
10,5
Vietnam
7
Malaysia
0,6
Sumber: Asean Development Bank, 2017.
Kemiskinan merupakan isu sentral bagi setiap negara di dunia, khususnya
bagi negara berkembang, berbagai macam program untuk mengentaskan
kemiskinan telah dilakukan pemerintah Indonesia namun belum membuahkan
hasil yang memuaskan. Mulai tahun 1970-an dimana strategi pembangunan pada
masa orde Soeharto yaitu “Pertumbuhan dengan Pemerataan“ dengan bertumpu
pada Trilogi Pembangunan yaitu stabilitas nasional yang mantap dan dinamis
dibidang politik dan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan
pemerataan pembangunan (Tambunan, 2015: 24) dimana industri dijadikan
sebagai tulang punggung perekonomian yang didukung oleh pertanian yang
tangguh, yang menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat (Gilarso, 2004:
340). Pada masa Susilo Bambang Yudhoyono strategi penanggulangan
kemiskinan juga dilakukan dengan cara penyediaan beras untuk masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
miskin (Raskin), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemberdayaan usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM), dan penyediaan kredit usaha rakyat
(KUR) (Kuncoro, 2013:209), Hingga saat ini pun strategi pembangunan juga
terus ditingkatkan guna mengurangi kemiskinan seperti adanya tiga program,
yakni dikenal dengan “Kartu Indonesia Pintar”, “Kartu Indonesia Sehat”, dan
“Kartu Keluarga Sejahtera” (Tambunan, 2015:146). Namun kenyataannya
tingkat kemiskinan di Indonesia berfluktuatif yaitu sebesar 11,20 persen dari total
penduduk di Indonesia.
Kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan
minimal dari standar hidup tertentu. Menurut BPS 2017 kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan
dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori
perkapita sehari. Sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah
kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Dilansir dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), Krisis Ekonomi tahun 1997 memberikan hantaman yang besar
terhadap perekonomian nasional, termasuk meningkatnya angka kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
masyarakat yang naik menjadi 49,50 juta jiwa atau sekitar 24,23 % dari jumlah
penduduk Indonesia, dari hanya 34,01 juta jiwa (17,47 %) pada tahun
sebelumnya. Ditambah dengan adanya perbedaan yang tidak sebanding antara
total penduduk usia produktif yang siap bekerja dengan lapangan kerja yang
tersedia mengakibatkan banyak usia produktif yang menganggur. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik pada 2015 terdapat 122,4 juta jiwa merupakan
angkatan kerja tetapi hanya 114,8 juta jiwa yang bekerja sisanya sebesar 7,6 juta
jiwa menganggur. Hal ini dapat mengakibatkan seseorang jatuh kedalam
kemiskinan karena dengan tidak bekerja ia tidak akan mendapatkan penghasilan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Fenomena kemiskinan yang dapat
kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari angka gizi buruk pada bayi dan
balita di Blitar yang terus meningkat mencapai ratusan jiwa serta kriminalitas
tahun 2016 terjadi perampokan di Pulomas hingga menyebabkan beberapa
korban meninggal dunia.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi
yang terjadi dari tahun ke tahun yang dapat dilihat dengan membandingkan
pendapatan nasional dari tahun ke tahun (Arsyad, 2004:15). Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan
ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat
mencapai
kemakmuran
meningkatnya
dan
pertumbuhan
kesejahteraan
ekonomi
ekonomi
karena
semakin
menggambarkan
bahwa
semakin
meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh
pekerja. Pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan memiliki hubungan yang
negatif karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan
akan semakin berkurang dikarenakan adanya produktivitas pekerja dan upah
yang didapatkan lebih tinggi sesuai dengan barang atau jasa yang dihasilkan
sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari
kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan
kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di negara
berkembang khususnya Indonesia menjadi masalah yang semakin serius. Hasil
suatu studi menunjukkan sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di negara
berkembang bisa dikatakan tidak bekerja secara penuh (underutilized) sehingga
individu akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan
pendapatan yang tidak menentu sesuai dengan adanya pekerjaan yang akan
dilakukan. Pengangguran dan kemiskinan memiliki hubungan yang positif karena
pengangguran akan menyebabkan tingkat pendapatan dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak maksimal dan mereka selalu berada diantara kelompok yang
sangat miskin (Arsyad, 2004:289).
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 17 tahun
2005 (Per-17/Men/VIII/2005) tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan
Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL), dimana KHL merupakan standar
kebutuhan yang harus dipenuhi seorang pekerja atau buruh lajang untuk dapat
hidup layak, baik fisik, non fisik, dan sosial selama satu bulan. Seorang pekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dianggap hidup layak jika upahnya mampu memenuhi kebutuhan 3000 kalori per
hari. Oleh karena itu, KHL menjadi salah satu pertimbangan dalam penetapan
upah minimum. Ada 7 komponen KHL yang selalu dihitung, yaitu makanan dan
minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi,
serta tabungan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
Per-01/Men/1999, tentang upah minimum, dimana upah minimum adalah upah
bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.
Tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap
dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun
pencapaian prestasi tertentu. Kebijakan penetapan upah minimum oleh
pemerintah adalah kebijakan yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring
pengaman terhadap pekerja atau buruh agar tidak dieksploitasi dalam bekerja dan
mendapatkan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL). Ada
hubungan yang negatif antara upah minimum dengan kemiskinan karena jika
upah minimum yang diberikan kepada pekerja dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum, maka kesejahteraan pekerja meningkat dan terhindar
dari garis kemiskinan.
Sebagai suatu negara yang terdiri dari ribuan pulau, perbedaan karakteristik
wilayah adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia.
Karakteristik wilayah mempunyai pengaruh yang kuat pada terciptanya pola
pembangunan ekonomi, sehingga suatu kewajaran bila pola pembangunan
ekonomi di Indonesia tidak seragam. Ketidakseragaman ini berpengaruh pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kemampuan untuk tumbuh yang pada gilirannya mengakibatkan beberapa
wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah yang lainnya tumbuh
lambat. Kemampuan tumbuh ini kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan
baik pembangunan maupun pendapatan antar daerah.
Ketimpangan distribusi pendapatan mendeskripsikan mengenai jurang
antara mereka yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan
rendah). Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk mengukur
ketimpangan pendapatan, yaitu Indeks Gini dan kriteria Bank Dunia. Kriteria
Indeks Gini mendasarkan pada nilai dari Indeks Gini yang berkisar antara 0
sampai 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh pendapatan terbagi secara merata
untuk seluruh unit masyarakat (perfect equality), sedangkan nilai 1 berarti
seluruh pendapatan hanya dimiliki oleh satu unit pada keseluruhan distribusi
(perfect inequality), sedangkan pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan
menurut kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas
pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah.
Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan sebagai berikut: (a) tinggi, bila
40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12% bagian
pendapatan, (b) sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima
12 hingga 17% bagian pendapatan, (c) rendah, bila 40% penduduk
berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17% bagian pendapatan (Kuncoro,
2006:139-141). Masalah ketimpangan sering memicu kemiskinan di Indonesia
karena mereka yang kaya cenderung akan semakin kaya dan mereka yang miskin
akan terus semakin miskin. Adanya perbedaan pendapatan yang ekstrim ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
membuat kelompok miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jadi dapat
dikatakan bahwa ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang positif
dengan kemiskinan, karena semakin ada jarak antara individu kaya dan individu
miskin dan mereka yang berada di dalam kelompok miskin akan semakin
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan akan lebih mudah untuk masuk
kedalam garis kemiskinan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997-2014?
2. Apakah pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 1997-2014?
3. Apakah upah minimum regional berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997-2014?
4. Apakah ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh upah minimum regional terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, minimal
menguji teori-teori ekonomi yang berkaitan dengan pengaruh tingkat
pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan
distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
2. Kegunaan praktis
Secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui temuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pemerintah sebagai pembuat kebijakan ekonomi makro. Pemerintah
mendapatkan informasi yang memadai dalam rangka mengurangi tingkat
kemiskinan.
b. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan
dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.
c. Bagi Fakultas
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan perbandingan
bagi pembaca yang sedang melaksanakan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melaksanakan
penelitian serupa maupun lanjutan di bidang kemiskinan.
E. Variabel dan Definisi Operasional
1.
Tingkat kemiskinan (Y): persentase orang yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimum di Indonesia.
2.
Pertumbuhan ekonomi (X1): persentase tingkat Produk Domestik Bruto
(PDB) di Indonesia.
3.
Pengangguran (X2): persentase jumlah orang yang termasuk ke dalam
angkatan kerja, tetapi tidak mempunyai pekerjaan atau sedang mencari
pekerjaan.
4.
Upah minimum (X3): jumlah uang minimal yang diterima dari pekerja dari
para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga para pekerja yang digunakan
dalam proses produksi dalam satu bulan.
5.
Ketimpangan distribusi pendapatan (X4): indeks merata atau timpangnya hasil
pembangunan suatu negara di kalangan penduduk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemiskinan
1. Definisi Kemiskinan
Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs)
merupakan pernyataan dan komitmen perserikatan bangsa-bangsa yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Deklarasi tersebut tertuang ke dalam 8
butir tujuan yang dicapai pada tahun 2015 meliputi, mengentaskan kemiskinan
dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan (Kuncoro, 2013:216-218).
Bagi Indonesia dan negara-negara yang sedang berkembang (NSB), tujuan
Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs) digunakan
sebagai acuan dalam perumusan kebijakan, strategi, dan program pembangunan.
Pemerintah Indonesia pun telah melaksanakan program pembangunan nasional
yang mengacu pada MDGs. Hal itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005 – 2025 yang dilakukan secara lima periode tahunan guna
mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs setiap tahunnya. Untuk
mempercepat pencapaian MDGs, tidak hanya dari pihak pemerintah saja tetapi
diperlukan juga kontribusi organisasi masyarakat dan sektor swasta yang berperan
penting didalamnya.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tujuan utama MDGs adalah komitmen mengentaskan kemiskinan dan
kelaparan. Kemiskinan mempunyai pengertian yang beragam. Setiawan
(Winanendra, 2014:16) membedakan kemiskinan dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Destitute, merupakan kelompok yang paling miskin atau fakir miskin sehingga
memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tidak memiliki sumber
pendapatan sama sekali, serta tidak memiliki akses terhadap berbagai
pelayanan sosial.
b. Poor Group, merupakan kelompok miskin yang memiliki pendapatan di
bawah garis kemiskinan tetapi relatif masih memiliki sumber pendapatan dan
memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar.
c. Near Poor, merupakan kelompok yang hampir miskin, sehingga kelompok ini
rentan terhadap berbagai gejolak ekonomi dan sosial yang dapat menggeser
mereka dari status rentan menjadi miskin bahkan fakir miskin bila tidak
terdapat bantuan sosial.
Andre Bayo Ala (Arsyad, 2004:237) mengemukakan bahwa kemiskinan
bersifat multi dimensional. Artinya, kebutuhan manusia yang bermacam-macam
berarti kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum,
maka kemiskinan meliputi aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial
dan politik, pengetahuan, serta keterampilan, sedangkan aspek sekunder meliputi
miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Semua
aspek tersebut akan berdampak pada kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat,
perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dimensi-dimensi kemiskinan itu adalah saling berkaitan, baik secara
langsung maupun tak langsung. Hal ini berarti kemajuan atau kemunduran pada
salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek
lainnya. Aspek lainnya dalam kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu
adalah manusianya, baik secara individual maupun secara kolektif. Kita sering
mendengar istilah kemiskinan pedesaan, kemiskinan perkotaan, dan lain
sebagainya. Namun demikian, bukan berarti desa atau kota yang mengalami
kemiskinan, tetapi orang-orang atau penduduk (manusianya) yang mengalami
miskin (Arsyad, 2004-237).
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan
tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan
dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap
ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya
sendiri (Suryawati, 2005:122). Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
1) Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang yang memiliki pendapatan di
bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan
untuk bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemiskinan absolut dimana seseorang tersebut memiliki pendapatan di
bawah garis kemiskinan.
2) Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan
yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3) Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada
bantuan dari pihak luar.
4) Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali
menyebabkan suburnya kemiskinan.
Menurut Chriswardani Suryawati (2005:122) kemiskinan dapat juga
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a) Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan
prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.
b) Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau
pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya,
sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.
Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin yaitu, (1) rata-rata tidak mempunyai
faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan, (2)
mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, (3) kebanyakan bekerja atau
berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur,
atau menganggur, (4) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu
perkotaan, (5) kurangnya kesempatan untuk memperoleh bahan kebutuhan pokok,
pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan,
fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya (Suryawati, 2005:123).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.
Penyebab Kemiskinan
Menurut Paul Spicker (Jundi, 2014:26), penyebab kemiskinan dapat dibagi
menjadi empat, antara lain:
a. Individual Explanation, kemiskinan yang terjadi karena karakteristik orang
miskin itu sendiri, seperti malas, pilihan yang salah, gagal dalam bekerja,
cacat bawaan, belum siap memiliki anak, dan lain sebagainya.
b. Familiar Explanation, kemiskinan yang terjadi karena faktor keturunan,
dimana antar generasi ke generasi terjadi ketidakberuntungan secara terus
menerus, sehingga tidak mampu memperoleh pendidikan yang seharusnya
mampu untuk mengeluarkan dari jerat kemiskinan yang ada.
c. Substructural Explanation, kemiskinan yang terjadi karena adanya anggapan
bahwa kemiskinan sebagai produk dari masyarakat, sehingga menciptakan
adanya ketidakseimbangan dan ketimpangan sosial dengan membedakan
status dan hak.
World Bank 2003 (Winanendra, 2014:18-19), penyebab dasar kemiskinan
adalah:
a.
Kegagalan pemerintah terutama tanah dan modal.
b.
Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana, dan prasarana.
c.
Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor.
d.
Adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang
kurang mendukung.
e.
Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor
ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
f.
Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat.
g.
Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola
sumber daya alam dan lingkungannya.
h.
Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance).
i.
Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan
lingkungan.
Sharp, dkk (Kuncoro, 2006:120) mengidentifikasikan penyebab kemiskinan
dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan
distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki
sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan
muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas
sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitas rendah, yang pada
gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena
rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam
modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan
kemiskinan
(vicious
circle
of
poverty).
Adanya
keterbelakangan,
ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan
yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya
tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
seterusnya. Teori ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse yang mengatakan a poor
country is poor because it is poor (negara itu miskin karena dia miskin).
Gambar 2.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan
Ketidaksempurnaan pasar,
Keterbelakangan,
Ketertinggalan
Kekurangan Modal
Investasi Rendah
Produktivitas Rendah
Tabungan Rendah
Pendapatan Rendah
Sumber: Ragnar Nurske dalam Kuncoro (2006:120).
3. Ukuran Kemiskinan
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis
kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Semakin tinggi garis
kemiskinan, semakin tinggi pula penduduk yang tergolong sebagai penduduk
miskin (Kuncoro, 2013:195). Batas garis kemiskinan yang di gunakan setiap
negara berbeda-beda karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan
hidup. BPS Indonesia menggunakan batas kemiskinan dilihat dari besarnya rupiah
yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum
makanan dan bukan makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan
patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan
jasa.
BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)
untuk mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
di bawah garis kemiskinan.
Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) diukur dengan
menggunakan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk
miskin. Garis Kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM adalah
nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100
kilo kalori perkapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili
oleh 53 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, daging, telur, dan susu,
sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).
Sedangkan GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili
oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan jenis komoditi di perdesaan.
Rumus perhitungan Garis Kemiskinan (BPS) adalah:
GK = GKM + GKNM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Keterangan:
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan
GK merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100
kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan bukan makanan. BPS menggunakan
batas garis kemiskinan setara dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari yang
akan disetarakan dengan rupiah. Selanjutnya, 2.100 kilokalori per kapita per hari
akan disetarakan dengan rupiah ketika pengukuran kemiskinan dilakukan di tiap
daerah atau provinsi dengan menyesuaikan harga yang berlaku pada suatu daerah
atau provinsi tersebut. Sehingga garis kemiskinan di satu daerah dengan daerah
lainnya akan berbeda.
Teknik penghitungan GKM
a.
Tahap
pertama
adalah
menentukan
kelompok
referensi
(reference
population) yaitu 20 persen penduduk yang berada di Garis Kemiskinan
Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk
kelas marjinal. GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang diinflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian
dihitung GKM dan GKNM. GKM adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52
komoditi dasar makanan yang riil di konsumsi penduduk referensi yang
kemudian disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Patokan ini
mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan menghitung
harga rata-rata kalori ke 52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam
menghitung GKM adalah:
Keterangan:
GKMj = Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi
2.100 kilokalori).
Pjk = Harga komoditi k di daerah j.
Qjk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j.
J = Daerah (perkotaan atau pedesaan).
b.
Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2.100 kilokalori dengan
mengalikan 2.100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j
dari penduduk referensi, sehingga:
Keterangan:
Kjk = Kalori dari komoditi k di daerah j.
HKj = Harga rata-rata kalori di daerah j.
Keterangan:
Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan
energi setara dengan 2.100 kilokalori/kapita/hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c.
GKNM merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditikomoditi non makanan yang terpilih yang meliputi perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan
mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun
disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Pada periode
sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 25 sub
kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan. Nilai kebutuhan minimum per
komoditi atau sub kelompok non makanan dihitung dengan menggunakan
suatu rasio pengeluaran komoditi atau sub kelompok tersebut terhadap total
pengeluaran komoditi atau sub kelompok yang tercatat dalam data Susenas
modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari Survei Paket Komoditi
Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk mengumpulkan
data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non makanan yang
lebih rinci dibanding dengan data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan
minimum non makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Keterangan:
NFp = Pengeluaran Minimum non makanan atau garis kemiskinan non
makanan daerah p (GKNMp).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Vi = Nilai pengeluaran per komoditi atau sub kelompok non makanan daerah
p (dari Susenas modul konsumsi).
ri = Rasio pengeluaran komoditi atau sub kelompok non makanan menurut
daerah (hasil SPPKD 2004).
i = Jenis komoditi non makanan terpilih di daerah p.
p = Daerah (perkotaan atau pedesaan).
Sajogyo (Arsyad, 2004:240) mengemukakan bahwa tingkat konsumsi beras
per kapita juga dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan. Untuk daerah
pedesaan, penduduk dengan konsumsi beras kurang dari 240 kg per kapita per
tahun digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan adalah 360
kg per kapita per tahun.
Tabel 2.1: Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg)
Batas Kemiskinan
Perdesaan
Perkotaan
Melarat
180 kg
270 kg
Sangat Miskin
240 kg
360 kg
Miskin
320 kg
480 kg
Sedangkan menurut Tambunan (2015:110) besar kecilnya kemiskinan
disuatu wilayah bisa dilihat atau diketahui dengan memakai sejumlah alat ukur
yang umum disebut sebagai indikator-indikator kemiskinan, yaitu: pendapatan
atau konsumsi per minggu/bulan/tahun, aset, total kekayaan, makanan yang di
konsumsi, tempat tinggal, pendidikan formal, infrastruktur dasar rumah tangga,
dan kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
4. Kebijakan Dalam Mengurangi Kemiskinan
Menurut Arsyad (2004: 242), ada beberapa strategi atau kebijakan dalam
mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut:
a. Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi dari
pengurangan kemiskinan di Indonesia. Aspek dari pembangunan pertanian
yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan
kemiskinan khususnya pedesaan. Kontribusi terbesar bagi peningkatan
pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan perdesaan dihasilkan dari
adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembangunan
irigasi.
Kontribusi
lainnya
adalah
dari
program
pemerintah
untuk
meningkatkan produksi tanaman keras. Misalnya petani di luar jawa dibantu
untuk menanam karet, kelapa, dan sawit dan akhirnya pembangunan luar Jawa
juga berperan mengurangi kemiskinan di Jawa melalui pembangunan
pertanian di daerah-daerah transmigrasi.
b. Pembangunan Sumber Daya Manusia
Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan,
kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting dalam strategi
pemerintah
secara
keseluruhan
untuk
mengurangi
kemiskinan
dan
memperbaiki kesejahteraan penduduk Indonesia. Perluasan ruang lingkup dan
kualitas dari pelayanan-pelayanan pokok tersebut membutuhkan investasi
modal yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas golongan miskin
tersebut. Pelayanan-pelayanan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sampah, perumahan, dan lain-lainnya yang penting bagi golongan miskin.
Tanpa kemajuan dan perbaikan akses golongan miskin terhadap pelayananpelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap pelayanan sosial, seperti
pendidikan dan kesehatan bisa terganggu.
c. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM bisa memainkan peran yang lebih besar didalam perancangan dan
implementasi program pengurangan kemiskinan karena fleksibilitas dan
pengetahuan mereka tentang komunitas yang dibina, LSM ini untuk beberapa
hal bisa menjangkau golongan miskin secara lebih efektif ketimbang programprogram pemerintah. Keterlibatan LSM ini dapat meringankan biaya finansial
dan staf dalam pengimplementasian program padat karya untuk mengurangi
kemiskinan.
Menurut Gregory Mankiw (2006:550), kebijakan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan yaitu melalui upah minimum dan tunjangan. Pertama, dengan adanya
aturan yang menentukan upah minimum yang harus dibayarkan oleh para majikan
kepada para pekerjanya adalah sebuah cara menolong para pekerja yang miskin
tanpa membebankan biaya apapun untuk pemerintah. Kedua, tunjangan sosial
merupakan alternatif untuk mengurangi tingkat kemiskinan, untuk meningkatkan
standar hidup kaum miskin adalah pemerintah yang menambah pendapatan
mereka berupa tunjangan sosial. Tunjangan sosial adalah sebuah istilah yang
mencakup berbagai program pemerintah. Misalnya di Amerika Serikat ada sebuah
program pemerintah yaitu Temporary Assistance For Needy Families (TANS)
yang merupakan program untuk membantu keluarga yang memiliki anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tetapi tidak ada orang dewasa yang dapat menyokong keluarga. Bantuan ini
diberikan kepada keluarga yang tidak memiliki ayah, dengan ibu yang
membesarkan anak-anaknya yang masih kecil. Program tunjangan lainnya adalah
Supplemental Security Income (SSI), yang menyediakan bantuan untuk kaum
miskin yang sakit atau cacat. Seseorang yang miskin tidak dapat memperoleh
bantuan hanya karena pendapatannya rendah tetapi ia juga memiliki beberapa
kebutuhan tambahan, seperti menanggung anak kecil atau cacat.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam
jangka panjang. Perhatian tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output per
kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses secara
berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional maupun pendapatan daerah dalam jangka panjang
(Boediono, 1998:1). Dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi berarti
adanya kenaikan dalam kegiatan ekonomi dibanding sebelumnya. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah negara dapat
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi karena semakin meningkatnya
pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah
barang dan jasa dalam suatu negara tersebut sehingga semakin tinggi pula
produktivitas faktor produksi dan upah yang diterima oleh pekerja. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
hubungan yang signifikan dan negatif, karena semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang dikarenakan adanya
produktivitas pekerja dan upah yang didapatkan lebih tinggi sesuai dengan barang
atau jasa yang dihasilkan sehingga individu dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dan terhindar dari kemiskinan.
Simon Kuznet (Yudha, 2013:21), Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat
penting untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, walaupun pertumbuhan
ekonomi tidak bisa berdiri sendiri untuk mengentaskan kemiskinan, tetap
pertumbuhan ekonomi menjadi faktor utama untuk mengentaskan kemiskinan.
2. Pengangguran
Pengangguran merupakan mereka yang sedang mencari pekerjaan, atau
mereka yang mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (Kuncoro, 2013:64).
Adanya tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB
menjadi semakin serius. Tenaga kerja yang tidak bekerja secara penuh
(underutilization) memiliki berbagai bentuk, seperti underemployment dan
pengangguran tersembunyi (hidden unemployment). Hasil studi ditunjukkan
bahwa 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa dikatakan tidak bekerja
secara penuh (Arsyad, 2004:288).
Ada hubungan yang erat antara tingginya tingkat pengangguran dengan
tingkat kemiskinan, karena apabila angkatan kerja tidak bekerja secara maksimal
(underutilization), maka produktivitas yang dimiliki juga tidak digunakan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
maksimal, dampaknya mereka tidak akan mendapatkan upah yang maksimal
sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
3. Upah Minimum Regional
Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang,
yang mencangkup bukan hanya komponen upah atau gaji, tetapi juga lembur dan
tunjangan-tunjangan yang diterima secara rutin atau reguler (tunjangan transport,
uang makan, dan tunjangan lainnya), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR),
tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat
tidak rutin dan tunjangan dalam bentuk natural (BPS, 2017). Ada hubungan yang
signifikan dan negatif antara upah minimum dengan kemiskinan karena jika upah
minimum yang diberikan kepada pekerja dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum, maka kesejahteraan pekerja meningkat dan terhindar
dari kemiskinan.
4. Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy,
1996:53). Adanya perbedaan yang sangat ekstrim yaitu, jurang antara mereka
yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan rendah). Pengaruh
antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh
adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk cenderung
berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat
miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau
kesejahteraan. Selain itu, salah satu penyebab dari kemiskinan adalah adanya
ketidaksamaan
pola
kepemilikan
sumber
daya
yang
selanjutnya
akan
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
C. Pertumbuhan Ekonomi
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Prof. Simon Kuznetz (Jhingan, 2004:57) mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga
komponen:
pertama,
pertumbuhan
ekonomi
suatu
bangsa
terlihat
dari
meningkatnya secara terus menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju
merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada
penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mempengaruhi terjadinya proses pertumbuhan. Output perkapita adalah output
total dibagi dengan jumlah penduduk. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi
menurut para ahli, antara lain:
a.
Teori Pertumbuhan Friedrich List
List dipandang sebagai pelopor yang meletakkan landasan bagi
pertumbuhan pemikiran ekonomi. Menurut List, sistem liberalisme yang
laissez-faire
dapat
menjamin
alokasi
sumberdaya
secara
optimal.
Perkembangan ekonomi tergantung pada peranan pemerintah, organisasi
swasta, dan lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi hanya akan
terjadi jika dalam masyarakat ada kebebasan dalam organisasi politik dan
kebebasan perorangan. List juga menegaskan bahwa negara dan pemerintah
harus melindungi kepentingan golongan lemah diantara masyarakat. Dengan
pendekatan berdasarkan cara produksinya, perkembangan ekonomi dibagi
menjadi lima tahap, yaitu tahap primitif, beternak, pertanian, industri
pengolahan (manufacturing), industri pengolahan, serta perdagangan. Menurut
teori ini, masyarakat akan tergerak dari masyarakat yang primitif menjadi
masyarakat berdagang dan didorong dengan pemerintah yang mendukung
kebebasan dalam berdagang sehingga masyarakat bisa memaksimalkan
sumberdaya yang ada untuk diolah menjadi sesuatu yang bernilai guna dan
dapat dijual. Dengan adanya perdagangan ini masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari karena mendapatkan hasil dalam tahap
perdagangan ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b.
Teori Pertumbuhan Rostow
Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman
Rostow merupakan garda depan dari linear stage of growth theory. Teori
Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi
mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow
didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh negaranegara maju terutama di Eropa. Rostow membagi proses pembangunan
ekonomi suatu negara menjadi lima tahap yaitu:
1) Tahap perekonomian tradisional
Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat
subsisten. Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi masih sangat
terbatas. Dalam perekonomian semacam ini sektor pertanian memegang
peranan penting. Masih rendahnya pemanfaatan teknologi dalam proses
produksi menyebabkan barang-barang yang diproduksi sebagian besar
adalah komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya. Struktur sosial
kemasyarakatan dalam sistem masyarakat lebih berjenjang, kemampuan
penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh hubungan
darah.
2) Prakondisi tinggal landas
Tahap kedua dari proses pertumbuhan Rostow ini pada dasarnya
merupakan proses transisi dimana prasyarat-prasyarat pertumbuhan
swadaya dibangun atau diciptakan manusia-manusia baru dengan
semangat baru yang mau bekerja keras muncul memasuki sektor ekonomi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mereka bersedia mengambil resiko untuk mengejar keuntungan. Pada
tahap ini telah muncul perusahaan manufaktur yang menggunakan metode
baru,
sehingga
kegiatan
mereka
mengarah
pada
industrialisasi.
Industrialisasi dapat dipertahankan jika dipenuhi prasyarat sebagai berikut:
a) peningkatan investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama
prasarana transportasi, b) terjadi revolusi teknologi dibidang pertanian
untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk kota yang semakin
besar, c) perluasan impor, termasuk impor modal yang dibiayai oleh
produksi yang efisien dan pemasaran sumber alam untuk diekspor.
3) Tinggal Landas
Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam
keseluruhan proses pembangunan bagi kehidupan masyarakat. Tinggal
landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan yaitu, a)
kenaikan laju investasi produktif antara 5-10% dari pendapatan nasional,
b) perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting
dengan pertumbuhan yang tinggi, c) kerangka politik, sosial, dan
institusional yang hadir begitu cepat yang menimbulkan hasrat ekspansi di
sektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong
pada pertumbuhan ekonomi.
4) Tahap menuju Kedewasaan
Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi
modern terhadap sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan
tahapan jangka panjang dimana produksi dilakukan secara swadaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya beberapa sektor penting yang
baru. Pada saat negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat
tiga perubahan penting yang terjadi: a) tenaga kerja berubah dari tidak
terdidik menjadi terdidik, b) perubahan watak pengusaha dari pekerja
keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan, c)
masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan
lebih jauh.
5) Tahap konsumsi masa tinggi
Pada tahap ini akan ditandai dengan terjadinya migrasi secara besarbesaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat
pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat kerja. Terdapat tiga
kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap
konsumsi besar-besaran ini, yaitu: a) penerapan kebijakan nasional guna
meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional, b)
ingin memiliki satu negara kesejahteraan dengan pemerataan pendapatan
nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan
sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja, c) keputusan untuk
membangun pusat perdagangan dan sektor penting seperti mobil, jaringan
rel kereta api, rumah murah, dan lain sebagainya. Dengan adanya tiga
kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan dalam tahap
konsumsi besar-besaran ini menggambarkan bahwa tingkat kemiskinan
pun akan mengalami penurunan karena salah satu ukuran kesejahteraan
suatu negara adalah tingkat kemiskinan yang semakin berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c.
Teori pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap
yang berurutan, yaitu dimulai dari masa berburu, beternak, bercocok tanam,
perdagangan, dan tahap perindustrian. Masyarakat akan bergerak dari
masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam
prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem
pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith
memandang pekerja sebagai salah satu input (masukan) merupakan titik
sentral pembahasan bagi proses produksi dengan adanya pembagian kerja,
dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja. Spesialisasi yang dilakukan
oleh tiap-tiap pelaku ekonomi tidak lepas dari faktor-faktor pendorong yaitu:
peningkatan keterampilan kerja dan penemuan mesin-mesin yang menghemat
tenaga. Spesialisasi akan terjadi jika tahap pembangunan ekonomi telah
menuju ke sistem perekonomian modern yang kapitalistik. Meningkatnya
kompleksitas
aktivitas
ekonomi
dan
kebutuhan
hidup
masyarakat,
mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi melakukan semua pekerjaan secara
mandiri, namun lebih ditekankan pada spesialisasi untuk menggeluti bidang
tertentu.
Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan
dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Dengan adanya
spesialisasi kerja akan menimbulkan peningkatan kinerja pada satu sektor
akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan
teknologi, dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ekonomi semakin pesat. Apabila pertumbuhan ekonomi semakin pesat atau
meningkat artinya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan juga mengalami
peningkatan sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan
upah yang diterima oleh pekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
d.
Teori pembangunan Karl Marx
Karl Marx membagi evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga,
yaitu feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Evolusi perkembangan
masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan yang dilaksanakan.
Masyarakat feodalisme mencerminkan kondisi dimana perekonomian yang
ada masih bersifat tradisional. Dalam tahap ini tuan tanah merupakan pelaku
ekonomi yang memiliki tawar menawar tertinggi terhadap pelaku ekonomi
lain. Perkembangan teknologi yang ada menyebabkan terjadinya pergeseran di
sektor ekonomi, dimana masyarakat yang semula agraris-feodal kemudian
beralih menjadi masyarakat industri yang kapitalis. Seperti halnya masa
feodal, pada masa kapitalisme ini para pengusaha merupakan pihak yang
memiliki tingkat posisi tawar menawar tertinggi relatif terhadap pihak lain
khususnya kaum buruh. Marx menyesuaikan asumsinya terhadap cara
pandang ekonom Klasik ketika itu dengan memandang buruh tidak memiliki
posisi tawar menawar sama sekali terhadap majikannya, yang merupakan
kaum kapitalis. Konsekuensi logis penggunaan asumsi dasar tersebut adalah
kemungkinan terjadinya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan para
pengusaha terhadap buruh. Disisi lain, pada masa itu pemupukan modal
kemudian menjadi kata kunci bagi upaya peningkatan pendapatan yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
besar dimasa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para
pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan
keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya
pada input modal yang bersifat pada kapital. Eksploitasi terhadap kaum buruh
dan peningkatan pengangguran terjadi akibat substitusi tenaga manusia
dengan input modal yang padat kapital, akhirnya akan menyebabkan revolusi
sosial yang dilakukan oleh kaum buruh. Fase ini merupakan tonggak baru bagi
munculnya suatu tatanan sosial alternatif disamping tata masyarakat kapitalis,
yaitu tata masyarakat sosialis.
Sepanjang teori pembangunan yang dikemukakannya, Marx selalu
mendasarkan argumennya pada asumsi bahwa masyarakat pada dasarnya
terbagi menjadi dua golongan, yaitu: masyarakat pemilik tanah dan
masyarakat bukan pemilik tanah, masyarakat pemilik modal dan masyarakat
bukan pemilik modal. Dengan argumennya tentang masyarakat pemilik modal
atau pemilik tanah yang memiliki posisi tawar menawar yang tinggi, maka
pemilik modal yang akan menginvestasikan modalnya dalam suatu industri
tertentu dengan harapan akan memperoleh keuntungan dan pemilik modal
akan mengakumulasikan modalnya dalam industri tersebut dengan cara
menambah produk yang dihasilkan sehingga yang terjadi adalah industri akan
lebih banyak membutuhkan buruh untuk dapat memproduksi barang tersebut
dan dampaknya akan lebih banyak buruh yang bekerja dan mendapatkan upah
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
e.
Teori pertumbuhan Neo-Klasik (Sollow-Swan)
Teori
ini
berkembang
berdasarkan
analisis-analisis
mengenai
pertumbuhan ekonomi menurut pandangan klasik. Ekonom yang menjadi
perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow dan Trevor
Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan
penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi
modal) dan tingkat kemajuan teknologi, pandangan teori ini didasarkan pada
anggapan yang mendasari analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap
mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas
peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.
Perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk,
akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi (Arsyad 2004:62). Semakin
banyak pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi
akan semakin mempermudah dalam menghasilkan barang dan jasa semakin
banyak yang akhirnya memicu pertumbuhan ekonomi yang
menggambarkan
kemakmuran
masyarakat
negara
tinggi yang
tersebut
sehingga
masyarakat terhindar dari kemiskinan.
f.
Model pertumbuhan Harrod-Domar
Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes
mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori
ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa
tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang (steady growth).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi, yaitu:
1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara
penuh.
2) Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik 0.
4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output
ratio=COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capitaloutput ratio=ICOR).
Dalam teori Harrod-Domar, fungsi produksinya berbentuk L karena
sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal
dan tenaga kerja tidak substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q1
diperlukan modal K1 dan tenaga kerja L1, dan apabila kombinasi berubah
maka tingkat output berubah. Untuk output Q2 hanya dapat diciptakan jika
stok modal sebesar K2. Artinya, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu
proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti
barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan, material) yang rusak. Tetapi
untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi-investasi baru
sebagai tambahan stok modal. Dengan adanya investasi baru maka akan
menambah modal yang ada untuk menghasilkan output yang lebih tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dalam menghasilkan output yang tinggi juga memerlukan tenaga kerja yang
lebih banyak berarti akan terjadi penyerapan tenaga kerja, dengan begitu
tenaga kerja tersebut akan mendapatkan upah sehingga terhindar dari
kemiskinan.
Gambar 2.2: Fungsi Produksi Harrod-Domar
Modal
K2
Q2
K1
Q1
0
Tenaga Kerja
L1
L2
Sumber: Arsyad (2004:65).
g.
Teori Schumpeter
Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang
berbahasa jerman pada tahun 1911 yang dikemukakan pada tahun 1934
diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic
Development. Kemudian Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut
tentang
proses
pembangunan
dan
faktor
utama
yang
menentukan
pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Business Cycle. Salah satu pendapat Schumpeter yang paling penting adalah
landasan teori pembangunannya, keyakinan bahwa sistem kapitalisme
merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan
ekonomi yang pesat (Arsyad 2004: 69). Modal yang besar akan lebih
mendorong pertumbuhan ekonomi semakin cepat sehingga berdampak pada
kesejahteraan masyarakat dan dapat dikatakan masyarakat akan terhindar dari
kemiskinan.
Menurut Schumpeter (dalam Arsyad 2004:70), faktor utama yang
menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya
adalah para innovator atau wiraswasta (enterpreneur). Kemajuan ekonomi
suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para
entrepreneur dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan
output total masyarakat.
Schumpeter (dalam Arsyad 2004: 70), pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya
jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat
tanpa adanya teknologi produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang
disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi
yang lama. Inovasi mempunyai pengaruh yaitu: diperkenalkan teknologi baru,
menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan
sumber dana penting bagi akumulasi modal, dan inovasi akan diikuti oleh
timbulnya proses peniruan yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang
meniru teknologi baru tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
h.
Teori Arthur Lewis
Teori pembangunan Arthur Lewis membahas mengenai pembangunan
yang terjadi antara daerah kota dan desa, yang mengikutsertakan proses
urbanisasi yang terjadi diantara kedua tempat tersebut. Selain itu, pola
investasi yang terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang
berlaku di sektor modern sehingga berpengaruh besar terhadap arus
urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu
negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua yaitu:
1) Perekonomian Tradisional
Di daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional diasumsikan
mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan
basis utama perekonomian yang diasumsikan berada dalam kondisi
subsisten akibat perekonomian yang subsisten pula. Hal ini ditandai
dengan nilai produk marjinal (marginal product) dari tenaga kerja yang
bernilai nol. Artinya fungsi produksi pada sektor pertanian telah sampai
pada tingkat berlakunya hukum law of diminishing returns. Kondisi yang
menunjukkan bahwa penambahan input variabel, justru tenaga kerja
akan menurunkan total produksi yang ada. Disisi lain, pengurangan
jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor pertanian tidak akan
mengurangi tingkat produksi yang ada, akibat proporsi input variabel
tenaga kerja yang terlalu besar. Pangsa semua pekerja terhadap output
yang dihasilkan adalah sama sehingga upah riil ditentukan oleh nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
rata-rata produk marjinal bukan oleh produk marjinal dari tenaga kerja
itu sendiri.
2) Perekonomian Industri
Perekonomian yang terletak di perkotaan dimana sektor yang
berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah
tingkat produktivitas yang tinggi dari input yang digunakan, termasuk
tenaga kerja. Hal ini berarti nilai produk marjinal terutama dari tenaga
kerja bersifat positif. Sehingga perekonomian perkotaan merupakan
tujuan bagi para pekerja di pedesaan, karena nilai produk marjinal dari
tenaga kerja yang positif menunjukkan bahwa fungsi produksi belum
berada pada tingkat optimal yang mungkin dicapai. Jika hal itu terjadi,
maka penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan
meningkatkan output yang diproduksi. Dengan demikian, industri di
perkotaan masih menyediakan lapangan pekerjaan, dan akan banyak
tenaga kerja di pedesaan untuk berurbanisasi. Lewis juga mengasumsikan
bahwa tingkat upah di kota 30 % lebih tinggi dari pada tingkat upah di
pedesaan, yang relatif bersifat subsisten dan tingkat upah cenderung tetap.
Perbedaan upah inilah yang akan melengkapi daya tarik untuk melakukan
urbanisasi.
Perbedaan tenaga kerja dari desa ke kota dan pertumbuhan pekerja
di sektor modern akan mampu meningkatkan ekspansi output yang
dihasilkan oleh sektor modern tersebut. Percepatan ekspansi output sangat
ditentukan oleh tingkat investasi di sektor industri dan akumulasi modal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
yang terjadi di sektor modern. Dengan adanya banyak sektor industri di
kota membuat tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak, adanya
migrasi tenaga kerja maka sektor industri akan terbantu dan tenaga kerja
pun akan terserap dalam industri tersebut. Dengan begitu tenaga kerja
dapat memenuhi kebutuhan hidup dan terhindar daari kemiskinan.
3.
Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Suparmoko (1990:205) memandang bahwa untuk mengetahui maju tidaknya
suatu perekonomian diperlukan suatu alat pengukur yang tepat. Ada beberapa
macam alat pengukur pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah:
a.
Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan
dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global
sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat,
karena
belum
dapat
mencerminkan
kesejahteraan
penduduk
yang
sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh
setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.
b.
Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita
Produk domestik bruto per kapita dapat dipakai sebagai proxy
pendapatan per kapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk
suatu negara dibandingkan PDB saja. PDB per kapita adalah jumlah PDB
nasional dibagi dengan jumlah penduduk, atau dapat disebut sebagai PDB
rata-rata atau PDB per kepala. Bank Dunia menggunakan angka produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
nasional bruto (PNB) dan bukan PDB dalam mengukur perkembangan
ekonomi suatu negara yaitu dengan memperhitungkan pendapatan bersih dari
faktor produksi milik orang asing. Walaupun PDB maupun PNB per kapita
merupakan alat pengukur yang lebih baik, namun tetap belum mencerminkan
kesejahteraan penduduk secara tepat. Hal ini karena PDB rata-rata itu tidak
mencerminkan kesejahteraan ekonomi sungguh-sungguh dirasakan oleh setiap
orang di suatu negara. Dapat saja angka rata-rata itu tinggi, tetapi
sesungguhnya ada orang atau sekelompok orang yang tidak menerima
pendapatan sama sekali. Oleh karena itu perlu diperhatikan unsur distribusi
pendapatan di antara penduduk suatu negara.
Dengan memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB
atau PNB per kapita yang tinggi yang disertai dengan distribusi pendapatan
yang lebih merata akan mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih
baik daripada bila pendapatan per kapitanya tinggi tetapi ada distribusi
pendapaatn yang tidak merata. Namun demikian pendapatan per kapita atau
PDB per kapita atau PNB per kapita tetap merupakan alat pengukur yang
unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain.
c.
Pendapatan Per Jam Kerja
Pendapatan per jam kerja sebenarnya paling baik dipakai sebagai alat
pengukur untuk mengukur maju tidaknya suatu perekonomian. Biasanya
suatu negara yang mempunyai tingkat pendapatan atau tingkat upah per jam
kerja lebih tinggi dari pada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pekerjaan yang sama, pasti boleh dikatakan bahwa negara yang bersangkutan
lebih maju.
d.
Harapan Hidup Waktu Lahir
Harapan hidup waktu lahir juga dapat dipakai untuk melihat kemajuan
dan kesejahteraan suatu perekonomian. Kesejahteraan benar-benar dapat
dirasakan bila seseorang dapat memenuhi segala macam kebutuhannya
seperti kebutuhan akan barang dan jasa termasuk kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya, dan dalam jangka waktu yang lama yaitu bila dikarunia umur
yang lama. Tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi, orang akan
mampu memperoleh kualitas hidup yang baik yang meliputi kondisi
makanan, perumahan, sandang, rekreasi, dan sebagainya. Dengan demikian
tingkat kesehatan akan tinggi pula dan umur rata-rata akan menjadi panjang.
4.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi
dalam suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih
baik . Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas
dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat
kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per kapita diperoleh
dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada
tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin besar, tingkat
kemakmuran dianggap makin tinggi (Rahardja, dan Mandala Manurung,
2008:223).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat kemakmuran penduduk
suatu negara, pendapatan per kapita dihitung secara berkala (periodik) biasanya
satu tahun. Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara lain, untuk
melihat tingkat perbandingan kesejahteraan suatu masyarakat suatu negara dari
tahun ke tahun, sebagai data perbandingan kesejahteraan suatu negara dengan
negara lain. Dari pendapatan per kapita masing-masing negara dapat dilihat
tingkat kesejahteraan tiap negara, sebagai perbandingan tingkat standar hidup
suatu negara dengan negara lainnya. Dengan mengambil dasar pendapatan per
kapita dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan apakah pendapatan per kapita suatu
negara rendah (bawah), sedang, atau tinggi, dan sebagai data untuk mengambil
kebijakan di bidang ekonomi. Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
mengambil
langkah
di
bidang
ekonomi
(Rumahorbo:24-25).
Menurut Jhingan (2004:8) kemiskinan menunjukkan pada rendahnya
tingkatan pendapatan per kapita suatu negara. Besarnya kemiskinan dapat diukur
dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu
kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang
pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan
absolut. Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam
distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya
dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di negara-negara maju
kemiskinan relatif diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata
per kapita. Sebagai suatu ukuran relatif, kemiskinan relatif dapat berbeda menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
negara atau periode di dalam suatu negara. Kemiskinan absolut adalah derajat dari
kemiskinan di bawah mana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup
tidak dapat terpenuhi. Ini adalah suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam
bentuk suatu kebutuhan kalori minimum ditambah komponen-komponen non
makanan yang juga sangat diperlukan untuk bertahan hidup. Walaupun
kemiskinan absolut sering juga disebut kemiskinan ekstrem, akan tetapi maksud
dari yang terakhir ini bisa bervariasi, tergantung pada interpretasi setempat atau
kalkulasi.
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan per kapita dengan tingkat
kemiskinan tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan
dalam distribusi pendapatan. Mengikuti hipotesis Kuznet, pada tahap awal dari
proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat
mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur
berkurang. Tentu banyak faktor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang
juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah atau negara
seperti derajat pendidikan, tenaga kerja, dan struktur ekonomi (Tambunan,
2015:107).
D. Pengangguran
1. Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang berusia 16 tahun ke atas yang tidak
bekerja, yang siap untuk kerja, dan melakukan usaha spesifik untuk menemukan
pekerjaan selama empat minggu sebelumnya (Case dan Fair, 2004:50).
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan
orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan
psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang
sering diperdebatkan politik dan para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan
yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw,
2006:154). Sedangkan menurut Dumairy (1996:75), pengangguran adalah orang
yang tidak mempunyai pekerjaan, atau orang yang tidak bekerja maupun (masih
atau sedang) mencari pekerjaan.
Pengangguran (unemployment) merupakan kenyataan yang dihadapi tidak
saja dihadapi oleh negara-negara berkembang (developing countries), akan tetapi
juga oleh negara-negara yang sudah maju (developed countries). Secara umum,
pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan
dan secara aktif sedang mencari pekerjaan (Ningsih, 2010:16). Proses
pengumpulan statistik pengangguran biasanya dimulai dengan menentukan jumlah
angkatan kerja dan jumlah orang di dalamnya yang bekerja dan yang menganggur.
Tingkat pengangguran dihitung sebagai perbandingan orang yang tidak bekerja
dengan angkatan kerja (Wiratmo, 1994:74).
Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati
melalu dua pendekatan antara lain sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
a.
Pendekatan angkatan kerja (labor force approach)
Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase
dari perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah
angkatan kerja (Rahardja, dan Mandala Manurung, 2008:378).
Tingkat pengangguran = Jumlah yang menganggur X 100%
Jumlah angkatan kerja
b.
Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labor utilization approach)
Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang
didasarkan pada pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:
1) Bekerja penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam
kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
2) Setengah menganggur (underemployment) yaitu mereka yang bekerja,
tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka dalam
seminggu kurang dari 35 jam.
2.
Macam-Macam Pengangguran
Edwards (Arsyad, 2004:288) membedakan lima bentuk pengangguran
yaitu:
a.
Pengangguran terbuka: baik sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena
mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka
yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan).
b.
Setengah menganggur (underemployment): mereka yang bekerja lamanya
(hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka bisa kerjakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
c.
Yang digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah menganggur,
antara lain:
1) Pengangguran tak kentara (disguised unemployment) misalnya para petani
yang bekerja di ladang selama sehari penuh, padahal pekerjaan itu
sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari penuh.
2) Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment) misalnya orang yang
bekerja tidak sesuai dengan tingkat atau jenis pendidikannya.
3) Pensiun lebih awal
Usia pensiun dipermuda sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi
yang muda-muda untuk menduduki jabatan diatasnya.
d.
Tenaga kerja yang lemah (impaired): mereka yang mungkin bekerja full time,
tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
e.
Tenaga kerja yang tidak produktif: mereka yang mampu untuk bekerja secara
produktif, tetapi karena sumberdaya-sumberdaya penolong kurang memadai
maka mereka tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik.
Case and Fair (2004:54), pengangguran dapat dibedakan kedalam beberapa
jenis yaitu:
a.
Pengangguran Friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah bagian pengangguran yang disebabkan
oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja. Istilah itu merujuk pada pencocokan
pekerjaan atau keterampilan jangka pendek. selain itu pengangguran
friksional juga merupakan jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat
dari adanya perubahan didalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis
pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang-orang dari
satu daerah ke daerah lain, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan
akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai
penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain.
b.
Pengangguran musiman (seasonal unemployment)
Pengangguran ini berkaitan dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan
pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu
tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada
waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya.
Dengan demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.
c.
Pengangguran siklis (cyclical unemployment)
Pengangguran
siklis
atau
pengangguran
konjungtur
adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat
kegiatan
perekonomian.
kemunduran,
Pada
waktu
perusahaan-perusahaan
kegiatan
harus
ekonomi
mengurangi
mengalami
kegiatan
memproduksinya. Dalam pelaksanaannya berarti jam kerja dikurangi,
sebagian mesin produksi tidak digunakan. Dengan demikian, kemunduran
ekonomi akan menaikkan jumlah pengangguran.
d.
Pengangguran struktural (structural unemployment)
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya mendasar. Pencari
kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang
berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi
produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja juga makin
tinggi. Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi
dibanding dengan pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan
yang besar, juga waktu yang lama. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan
pengangguran struktural yaitu sebagai akibat dari kemerosotan permintaan
atau sebagai akibat dari makin canggihnya teknik memproduksi. Faktor yang
kedua memungkinkan suatu perusahaan menaikkan produksi dan pada waktu
yang sama mengurangi pekerja.
3.
Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
Menurut Wiratmo (1994:75-76), Tingkat pengangguran yang tinggi atau
meningkat sering menimbulkan masalah-masalah dalam negara, yaitu:
a.
Masalah Sosial, Peningkatan pengangguran menyebabkan berkurangnya
pendapatan yang diperoleh serta memungkinkan bertambahnya kemiskinan.
Pengangguran juga membawa pada kehilangan identitas dan harga diri. Selain
itu, pengangguran juga dapat merangsang perilaku kriminal.
b. Masalah Fiskal, tingkat pengangguran yang tinggi menimbulkan masalah
fiskal pada berbagai tingkat pemerintahan. Penerimaan pajak menurun karena
pekerjaan dan pendapatan nasional menurun.
Sedangkan menurut Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008:381)
pengangguran akan menimbulkan dampak negatif, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
a. Terganggunya Stabilitas Perekonomian
Pengangguran yang semakin memburuk atau kronis akan mengganggu
stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat.
b. Melemahnya permintaan agregat
Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus bekerja. Sebab dengan
bekerja ia akan memperoleh penghasilan, yang digunakan untuk belanja
barang dan jasa. Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktural, maka
daya beli akan menurun, yang pada gilirannya menimbulkan penurunan
permintaan agregat.
c. Melemahnya penawaran agregat
Tingginya tingkat pengangguran akan menurunkan penawaran agregat,
bila dilihat dari peranan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama. Makin
sedikit tenaga kerja yang digunakan, makin kecil penawaran agregat. Dampak
pengangguran terhadap penawaran agregat makin terasa dalam jangka
panjang. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas
maupun etika kerjanya akan mengalami penurunan.
d. Terganggunya Stabilitas Sosial Politik
Pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah
sosial politik. Sebab dampak sosial dari pengangguran sudah jatuh lebih besar
dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan
kriminalitas, baik berupa kejahatan pencurian, perampokan, penyalahgunaan
obat-obatan terlarang maupun kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah sosial ini
sangat besar dan sulit diukur tingkat efisiensi dan efektivitasnya.
4.
Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pengangguran menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang tidak
bekerja atau belum mendapatkan pekerjaan (Rahardja, dan Mandala Manurung,
2008:377). Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran menjadi
masalah yang semakin serius. Hasil suatu studi menunjukkan sekitar 30 persen
dari penduduk perkotaan di negara berkembang bisa dikatakan tidak bekerja
secara penuh (underutilized) sehingga individu akan kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dikarenakan pendapatan yang tidak menentu sesuai dengan
adanya pekerjaan yang akan dilakukan. Pengangguran dan kemiskinan memiliki
hubungan yang positif karena pengangguran akan menyebabkan tingkat
pendapatan dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak maksimal dan mereka
selalu berada diantara kelompok yang sangat miskin (Arsyad, 2004:289). Hal ini
juga sejalan oleh Masykur Wiratmo (1994:75) yang mengatakan bahwa
peningkatan
pengangguran
menyebabkan berkurangnya
pendapatan yang
diperoleh serta memungkinkan bertambahnya kemiskinan.
Ada hubungan yang erat antara tingginya tingkat pengangguran dengan
tingkat kemiskinan, karena apabila angkatan kerja tidak bekerja ataupun bekerja
tetapi tidak secara maksimal (underutilization), maka produktivitas yang dimiliki
juga tidak digunakan secara maksimal atau bahkan produktivitasnya tidak
digunakan, dampaknya mereka tidak akan mendapatkan upah yang maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sehingga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini juga sejalan dengan
pendapat Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008:381) yaitu semakin
lama seseorang menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya
akan mengalami penurunan.
E. Upah Minimum
1. Definisi Upah Minimum
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu
persetujuan atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas suatu dasar
perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik
untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya (Sumarsono, 2009:181).
Teori Neo Klasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan
keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian
rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi
imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Ini
berarti bahwa pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa
sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang
diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh
pengusaha adalah:
W = VMPPL = MPPL X P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
W = Tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan pengusaha kepada
karyawan.
P = Harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang.
MPPl = marginal phsycal product of labour atau pertambahan hasil marjinal
pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu.
VMPPL = value of marginal physical product of labour atau nilai pertambahan
hasil marginal pekerja atau karyawan.
Nilai pertambahan hasil marginal karyawan VMPPL, merupakan nilai jasa
yang diberikan oleh karyawan kepada pengusaha. Sebaliknya upah, W,
dibayarkan oleh pengusaha kepada karyawan sebagai imbalan terhadap jasa
karyawan yang diberikan kepada pengusaha.
Selama nilai pertambahan hasil marginal karyawan lebih besar dari upah
yang dibayarkan oleh pengusaha (VMPPL > W), pengusaha dapat menambah
keuntungan dengan menambah pekerja. Dilain pihak, pengusaha tentu tidak
bersedia membayar upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan
karyawan kepada pengusaha. Dilihat dari segi kerja, karyawan tersebut tidak
bersedia menerima upah yang lebih rendah dari usaha kerjanya. Dengan kata lain,
upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan
seseorang kepada pengusaha.
Hal ini sejalan dengan Sadono Sukirno (2012: 351), Upah diartikan sebagai
pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja
kepada para pengusaha. Kebijakan upah minimum telah menjadi isu penting
dalam masalah ketenagakerjaan di beberapa negara baik maju maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
berkembang, sasaran dari kebijakan upah minimum ini adalah untuk menutupi
kebutuhan hidup minimum dari pekerja dan keluarganya. Kebijakan pemerintah di
Indonesia mengenai upah minimum tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia Nomor : Per-01/Men/1999, di mana upah minimum
adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan
tetap. Tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara
tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun
pencapaian prestasi tertentu. Kebijakan penetapan upah minimum oleh pemerintah
adalah kebijakan yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring pengaman
terhadap pekerja atau buruh agar tidak dieksploitasi dalam bekerja dan
mendapatkan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL).
Upah minimum pada awalnya ditentukan secara sektoral secara nasional
oleh Departemen Tenaga Kerja. Namun dalam perkembangan otonomi daerah,
pada tahun 2001 upah minimum ditetapkan oleh setiap provinsi. Upah minimum
ditetapkan oleh setiap provinsi. Upah minimum sendiri dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Upah minimum regional, merupakan upah bulanan yang terdiri atas upah
pokok dan tunjangan tetap bagi pekerja pada tingkat paling bawah dan
bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku pada suatu daerah tertentu.
2. Upah minimum sektoral, merupakan upah yang berlaku dalam suatu provinsi
berdasarkan kemampuan sektor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Upah
Sonny Sumarsono (2009:182-183) mengemukakan bahwa upah merupakan
salah satu unsur untuk menentukan harga pokok didalam perusahaan, karena
ketidaktepatan dalam menentukan besarnya upah akan sangat merugikan
perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi
tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut:
a.
Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah
tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan untuk
jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung
turun.
b. Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh
akan mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan
meningkatkan upah demikian pula sebaliknya.
c.
Kemampuan Untuk Membayar
Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari
perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya
produksi, tingginya upah akan mengakibatkan tingginya biaya produksi, yang
pada akhirnya akan mengurangi keuntungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
d.
Produktivitas Kerja
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan.
Semakin tinggi prestasi karyawan, maka semakin besar upah yang mereka
terima. Prestasi kerja ini dinyatakan sebagai produktivitas.
e.
Biaya Hidup
Dikota besar dimana biaya hidup tinggi, upah kerja cenderung tinggi.
Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan.
f.
Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi
rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah
dari tingkat upah yang harus dibayarkan.
Sedangkan menurut Simanjuntak (1985:109), perbedaan tingkat upah antar
perusahaan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut antara lain:
a.
Pasar kerja itu sendiri
Beberapa pasar kerja membutuhkan tenaga kerja dengan tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang berbeda-beda, produktivitas kerja
seseorang berbeda menurut pendidikan dan latihan yang diperolehnya
sehingga terdapat perbedaan penghasilan.
b.
Persentase biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi
Semakin kecil proporsi biaya karyawan terhadap biaya keseluruhan,
semakin tinggi tingkat upah. Kenyataan upah yang relatif tinggi terlihat dalam
perusahaan-perusahaan yang padat modal seperti perusahaan minyak,
pertambangan, industri berat dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
c.
Perbedaan proporsi keuntungan perusahaan terhadap penjualan
Pengusaha cenderung akan membagi keuntungan kepada pekerjapekerjanya. Semakin besar proporsi keuntungan terhadap penjualan dan
semakin besar jumlah absolut keuntungan, semakin tinggi tingkat upah.
d.
Perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan dalam menentukan harga.
Perusahaan-perusahaan monopoli dapat menaikkan harga tanpa takut
akan kompetisi. Demikian juga pengusaha-pengusaha oligopoli lebih mudah
untuk bersama-sama berunding menentukan harga, sehingga tidak perlu
berkompetisi satu sama lain. Dalam perusahaan-perusahaan seperti itu lebih
mudah untuk menimpakan kenaikan upah kepada harga jual barang. Sebab
itu, tingkat upah dalam perusahaan-perusahaan monopoli dan oligopoli
cenderung lebih tinggi dari tingkat upah diperusahaan yang sifatnya
kompetisi bebas.
e.
Besar kecilnya perusahaan
Perusahaan yang besar dapat memperoleh kemanfaatan economic of
scale sehingga dapat menurunkan harga, dan akhirnya dapat mendominasi
pasar. Dengan begitu perusahaan besar cenderung lebih mampu memberikan
tingkat upah yang lebih tinggi dari perusahaan kecil.
f.
Tingkat efisiensi dan manajemen perusahaan
Semakin efektif manajemen perusahaan, semakin efisien cara-cara
penggunaan faktor produksi, dan semakin besar upah yang dapat dibayarkan
kepada karyawannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
g.
Kekuatan serikat pekerja
Serikat pekerja yang kuat dalam arti mengemukakan alasan-alasan
yang wajar biasanya cukup berhasil dalam mengusahakan kenaikan upah.
Dengan kata lain, tingkat upah di perusahaan-perusahaan yang serikat pekerja
kuat biasanya upah yang diberikan lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki serikat pekerja yang lemah.
h.
Faktor kelangkaan
Semakin langka tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, semakin
tinggi upah yang ditawarkan pengusaha.
i.
Besar kecilnya resiko mendapat kecelakaan di lingkungan kerja
Semakin tinggi kemungkinan mendapat resiko di lingkungan
pekerjaan, maka akan semakin pula tinggi upah yang diberikan.
3. Tujuan Upah Minimum
Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan
penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
termasuk
meningkatkan
kesejahteraan
para
pekerja,
produktivitas
dan
kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara
umum.
Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan
ditetapkan, sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada
tiga fungsi upah, yaitu: menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang, dan menyediakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja (Simanjuntak,
1985:110).
Menurut Hasanuddin Rachman (Prastyo, 2010:49-50), tujuan penetapan
upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan
penetapan upah minimum yaitu sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot,
mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan, dan
meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara
makro, penetapan upah minimum bertujuan untuk pemerataan pendapatan,
peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja, perubahan struktur
biaya industri sektoral, peningkatan produktivitas kerja nasional, peningkatan etos
dan disiplin kerja, dan serta memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha.
4. Pengaruh Upah Minimum terhadap Tingkat Kemiskinan
Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang,
sebab itu, upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dengan
wajar. Kewajaran dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup Minimum
(KFM) yang merupakan tanggung jawab semua pemerintah, pengusaha, dan
karyawan itu sendiri. Untuk menjamin bahwa kehidupan hidup minimum setiap
karyawan dapat terpenuhi melalui pekerjaan dari mana ia memperoleh
penghasilan.
Jaminan penghasilan yang lebih baik dari sekedar memenuhi KFM sangat
penting bukan saja dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan demi kelangsungan perusahaan.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat gizi, kesehatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pendidikan, dan manajemen pimpinan. Namun bagi karyawan berpenghasilan
kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan faktor dominan untuk meningkatkan
produktivitas kerja sekalipun perusahaan memiliki manajemen yang baik,
produktivitas kerja karyawan sukar ditingkatkan bila kondisi gizi dan kesehatan
karyawan sangat rendah. Sebab untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja
para karyawan, upah mereka harus memadai untuk memenuhi KFM-nya.
Pemerintah menerapkan upah minimum sasarannya adalah supaya upah
minimum itu paling sedikit cukup menutupi kehidupan hidup minimum karyawan
dan keluarganya. Dengan demikian, kebijakan upah minimum adalah untuk
menjamin penghasilan pekerja sehingga tidak lebih rendah dari suatu tingkat
tertentu, meningkatkan produktivitas pekerja, mengembangkan dan meningkatkan
perusahaan dengan cara-cara produksi yang lebih efisien (Simanjuntak, 1985:113114).
F. Ketimpangan Distribusi Pendapatan
1. Definisi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari mampu atau tidaknya
masyarakat dalam negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.
Kemakmuran negara tidak semata-mata didasarkan pada tolok ukur besarnya
pendapatan nasional dan pendapatan per kapita saja, namun juga bagaimana
pendapatan nasional itu didistribusikan, apakah pendapatan nasional (kue
nasional) didistribusikan secara lebih merata atau timpang. Pendapatan dianggap
didistribusikan secara merata sempurna bila setiap individu memperoleh bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dikatakan tidak adil
jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh lebih sebagian penduduk. Tetapi
distribusi pendapatan menjadi sangat tidak adil apabila bagian yang sangat besar
output nasional hanya dinikmati oleh segelintir kelompok masyarakat (Rahardja
dan Mandala Manurung, 2008:245).
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy,
1996:53). Distribusi pendapatan dibedakan menjaidi dua ukuran pokok yaitu,
distribusi ukuran, adalah besar kecilnya bagian pendapatan yang diterima masingmasing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor
produksi (Todaro, 2003:221). Dari beberapa definisi diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa distribusi pendapatan mencerminkan ketimpangan atau
meratanya hasil pembangunan suatu daerah atau negara baik yang diterima
masing-masing orang ataupun dari kepemilikan faktor-faktor produksi di kalangan
penduduknya. Ketimpangan pendapatan lebih besar terjadi di negara-negara yang
baru memulai pembangunannya, sedangkan bagi negara-negara maju atau lebih
tinggi tingkat pendapatannya cenderung lebih merata atau tingkat ketimpangannya
rendah.
Sismosoemarto
(Kuncoro,
2013:98)
berpendapat
bahwa
masalah
ketimpangan dalam praktik sering memicu kecemburuan sosial dan kekerasan
yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sumber daya alam yang
melimpah di Indonesia seharusnya mampu memberikan kesejahteraan masyarakat
jika kebijakan dan regulasi berpihak pada rakyatnya. Namun, yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sebaliknya kesenjangan terjadi dimana-mana. Misalnya, pejabat daerah yang
mengendarai mobil mewah ditengah kesulitan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dasar, perusahaan yang mengeksploitasi alam secara besar-besaran di
daerah, masyarakat sekitar hanya bisa menonton, mendorong munculnya
kecemburuan sosial, ketegangan, dan terus memicu kesenjangan. Akibatnya,
masyarakat mengalami frustasi sosial yang berujung pada perbuatan kriminal atau
kekerasan lainnya.
2. Penyebab Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Irma
Adelma
dan
Cyntia
Taff
Morris
(Arsyad,
2004:226-227)
mengemukakan bahwa ada delapan hal yang menyebabkan ketimpangan atau
ketidak merataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang:
a.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan
per kapita.
b.
Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak dikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
c.
Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
d.
Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital
insentive), sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar
dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga
pengangguran bertambah.
e.
Rendahnya mobilitas sosial.
f.
Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang industri untuk melindungi usaha-usaha kapitalis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
g.
Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang
dalam
perdagangan
dengan
negara-negara
maju,
sebagai
akibat
ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang
ekspor negara berkembang.
h.
Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah
tangga, dan lain-lain.
3. Ukuran Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan atau mengetahui
apakah distribusi pendapatan timpang atau tidak, digunakan kategorisasi kurva
Lorenz, menggunakan koefisien Gini, dan kriteria Bank Dunia.
a.
Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan
nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam
sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif
pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif
penduduk. Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar
tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)
menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya,
jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia
mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional
semakin timpang dan tidak merata. (Dumairy, 1996:54).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 2.3: Kurva Lorenz
Persentase Pendapatan
Persentase
Penerima
Pendapatan
Sumber: Todaro (2003:224).
b. Indeks Gini atau Rasio Gini
Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang berkisar antara 0
hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan
nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda
semakin baik atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian besar
(semakin mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau
senjang. Angka rasio gini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva
lorenz, yaitu perbandingan luas area yang terletak diantara kurva lorenz dan
diagonal terhadap luas segitiga. Semakin melengkung kurva lorenz akan
semakin luas area yang dibagi; rasio gini-nya akan kian besar, menyiratkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
distribusi pendapatan yang kian timpang. Rasio Gini juga dapat dihitung
secara matematik dengan rumus:
G = 1 - ∑ (Xi+1 – Xi)(Yi + Yi+1)
Keterangan:
G = Rasio Gini
Fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i
Xi = Proporsi jumlah komulatif rumah tangga dalam kelas i
Yi = Proporsi jumlah komulatif pendapatan dalam kelas i
c.
Kriteria Bank Dunia
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40%
penduduk berpendapatan terendah (penduduk termiskin); 40% penduduk
berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpendapatan tinggi
(penduduk terkaya). Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi dinyatakan
parah apabila 40% penduduk berpendapatan terendah menikmati kurang dari
12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau
moderat bila 40% penduduk termiskin menikmati antara 12 hingga 17 persen
pendapatan
nasional.
Sedangkan
jika
40
persen
penduduk
yang
berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional,
maka ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan
nasional dianggap cukup merata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4. Pengaruh
Ketimpangan
Distribusi
Pendapatan
terhadap
Tingkat
Kemiskinan
Perdebatan mengenai ketimpangan distribusi pendapatan bagi negara
berkembang, termasuk Indonesia, terdapat banyak orang yang beranggapan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketimpangan
pembagian pendapatan atau ketimpangan relatif. Dengan kata lain, para pengkritik
ini beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian
pendapatan terdapat suatu trade off, yang membawa implikasi bahwa pemerataan
dalam pembagian pendapatan hanya dapat dicapai jika laju pertumbuhan ekonomi
diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu akan disertai
kemerosotan dalam pembagian pendapatan atau kenaikan dalam ketimpangan
relatif. Bukan hanya menyebabkan kenaikan dalam ketimpangan relatif tetapi bisa
lebih parah lagi dampaknya yaitu membawa kemerosotan dalam tingkat hidup
absolut dari golongan miskin atau berpendapatan rendah. Dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menyebabkan ketimpangan relatif saja,
akan tetapi juga kemiskinan absolut bertambah buruk (Wie, 1980:3).
Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Simon Kuznets dari Universitas
Harvard yang menggunakan time series data (yaitu data tentang pembagian
pendapatan disuatu negara selama jangka waktu tertentu). Berbeda dengan
kebanyakan ahli ekonomi yang biasanya meneliti pembagian pendapatan selama
proses pembangunan ekonomi mempergunakan cross section data (yaitu data
pembagian pendapatan dari berbagai negara yang berbeda-beda yang berada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
tahap perkembangan ekonomi). Penelitian Kuznet ini memiliki hasil yang berbeda
dari para pengkritik sebelumnya tentang pertumbuhan ekonomi yang pesat akan
mengakibatkan ketimpangan relatif terlebih menjadi kemiskinan absolut. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa proses pembangunan ekonomi pada tahap awal
pada umumnya disertai oleh kemerosotan yang cukup besar dalam pembagian
pendapatan, yang baru berbalik menuju suatu pemerataan yang lebih besar dalam
pembagian pendapatan pada tahap pembangunan lebih lanjut (Wie, 1980:4).
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Albert Otto
Hirschman, yaitu trickle down effect (efek rembesan ke bawah) yang menekankan
perlunya pertumbuhan yang tidak seimbang. Ia percaya bahwa dengan
berlangsungnya waktu, efek-efek akan menetes kebawah dengan sendirinya.
Kebijakan trickle down effect pada prinsipnya merupakan kebijakan yang
memposisikan para kaum berpunya sebagai kelas yang diutamakan dalam hal
menggerakkan perekonomian suatu bangsa. Dengan dibukanya akses dan
pendanaan secara menyeluruh terhadap segala aktivitas maka investasi domestik
diharapkan akan berjalan dan berlipat dengan semakin gencarnya fokus pada
sektor bisnis infrastruktur serta pasar keuangan sehingga pada gilirannya skema
ini akan menciptakan sebuah struktur kapasitas produksi yang meningkat.
Produksi yang menggeliat akan menggiring harga-harga pada tingkat yang lebih
rendah dan menciptakan lapangan kerja untuk para kelas menengah dan
menengah kebawah. Adanya trickle down effect berarti pertumbuhan ekonomi
sekian persen, bisa menciptakan lapangan kerja sekian ratus ribu yang turut
mensejahterakan masyarakat. Keberhasilan negara-negara yang menggabungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan pembagian pendapatan yang relatif
merata terlihat dari angka-angka berikut. Selama kurun waktu 1950-1975 negaranegara tersebut antara lain, yaitu Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan
Singapura, dengan rata-rata laju pertumbuhan pendapatan per kapita setinggi 6
persen setahun.
Penelitian yang dilakukan oleh berbagai ahli ekonomi berdasarkan data
cross section, misalnya oleh Chenery dan Syrquin (1975) dan Ahluwalia (1976),
juga menunjukkan hasil-hasil yang sama seperti hasil penelitian Kuznets, yaitu
suatu kemerosotan yang agak besar dalam pola pembagian pendapatan selama
tahap-tahap awal dari proses pembangunan. Baru setelah tingkat pembangunan
ekonomi dilalui, proses kemerosotan dalam pembagian pendapatan berbalik
menuju pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan. Hal ini berarti
bahwa suatu negara yang mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita setinggi
2,5 persen setahun, akan memerlukan waktu kira-kira satu abad, sebelum proses
kemerosotan dalam pembagian pendapatan terhenti dan berbalik menuju ke
pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan. Dengan kata lain,
meskipun ketimpangan relatif bertambah besar dalam pembangunan ekonomi,
namun kemiskinan absolut tidak bertambah gawat.
Hasil penelitian Adelman dan Morris (1973), Chenery dan Syrquin (1975),
dan Ahluwalia yang menggunakan cross section data memperkuat kesimpulan
hasil penelitian Kuznet yang didasarkan atas data time series, namun Ahluwalia
juga menekankan bahwa penelitiannya tidak menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang pesat selalu menyebabkan kemerosotan dalam pembagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pendapatan. Dalam hal ini dapat dikontraskan pengalaman yang berbeda-beda dari
dua negara berkembang yang sama-sama mengalami pertumbuhan ekonomi yang
pesat, yaitu Brasil, yang mengalami kemerosotan dalam pembagian pendapatan,
dan Taiwan, yang mengalami pengurangan dalam ketimpangan pembagian
pendapatan selama proses pertumbuhan yang pesat (Wie, 1980:5).
Penelitian yang diadakan oleh Profesor Papanek dari Universitas Boston
juga memperlihatkan hasil-hasil yang tidak definitif, seperti hasil penelitian
Ahluwalia. Beberapa negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat
pada tahun 1960-an seperti Taiwan, Korea Selatan, Iran, dan Kolombia
mengalami perbaikan dalam pembagian pendapatan, sedangkan negara-negara
berkembang lainnya, seperti Brasil, Meksiko, Venezuela, dan Filipina mengalami
kemerosotan dalam pembagian pendapatan meskipun pertumbuhan ekonomi
mereka juga pesat. Dengan demikian penelitian Papanek menunjukkan bahwa
tidak ada korelasi (hubungan) antara laju pertumbuhan ekonomi dan pembagian
pendapatan yang diperoleh 40 persen golongan penduduk yang berpendapatan
rendah.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai
ahli ekonomi, tidak dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat
selalu disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan. Hal ini tergantung
kondisi khusus yang terdapat di masing-masing negara berkembang serta
kebijaksanaan ekonomi khusus yang ditempuh oleh berbagai negara tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
G.
Penelitian Terdahulu
Seri Jefry Adil Waruwu (2012) melakukan penelitian yang berjudul
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah,
dan Investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan belanja pemerintah memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Pengangguran
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
dan investasi memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia
Okta Ryan Pranata Yudha (2013) melakukan penelitian yang berjudul
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran
Terbuka, dan Inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2009-2011.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Upah minimum mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Pengangguran
terbuka mempunyai pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan
dan inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan.
Penelitian yang lainnya telah dilakukan oleh Ari Widiastuti dengan judul
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Jawa Tengah Tahun
2004-2008. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan
pendidikan (AMH) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk jumlah penduduk dan desentralisasi fiskal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa
Tengah.
Penelitian yang dilakukan Adit Agus Prastyo dengan judul Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah
minimum, dan pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Variabel pengangguran mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan di Jawa Tengah.
Penelitian yang dilakukan Devi Retnosari dengan judul Analisis Pengaruh
Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan
penduduk Jawa Barat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laju
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan koefisien positif, variabel laju
pertumbuhan penduduk Jawa Barat memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Variabel investasi dalam negeri
berpengaruh positif dan signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
H.
Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel bebas (pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan. Kerangka pemikiran ini digunakan untuk
memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pemikiran dalam penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur
pemikiran dalam penelitian ini, yaitu:
Gambar 2.4: Kerangka Berpikir
Pertumbuhan Ekonomi
Pengangguran
Tingkat Kemiskinan
Upah Minimum
Ketimpangan Distribusi
Pendapatan
1. Hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi
dalam suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih
baik diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Dengan adanya
kenaikan pertumbuhan ekonomi berarti adanya kenaikan dalam kegiatan ekonomi
dibanding sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang semakin
meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
ekonomi karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan
bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam suatu negara tersebut
sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi dan upah yang
diterima oleh pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
dengan kemiskinan memiliki hubungan yang signifikan dan negatif, karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin
berkurang dikarenakan adanya produktivitas pekerja dan upah yang didapatkan
lebih tinggi sesuai dengan barang atau jasa yang dihasilkan sehingga individu
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan terhindar dari kemiskinan.
2. Hubungan pengangguran dengan kemiskinan
Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat
yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai
seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur
tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena
tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk
dapat dikatakan tingkat kemiskinan di negara tersebut tinggi, kekacauan politik
dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka
panjang.
3. Hubungan upah minimum dengan kemiskinan
Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah agar pekerja dapat
memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan
kesejahteraan. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk
berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah
minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga
meningkat dan terbebas dari kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4. Hubungan ketimpangan distribusi pendapatan dengan kemiskinan
Ketimpangan distribusi pendapatan mendeskripsikan mengenai jurang
antara mereka yang kaya (berpendapatan tinggi) dan miskin (berpendapatan
rendah). Masalah ketimpangan sering memicu kemiskinan di Indonesia karena
mereka yang kaya cenderung akan semakin kaya dan mereka yang miskin akan
terus semakin miskin. Adanya perbedaan pendapatan yang ekstrim ini membuat
kelompok miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Padahal seharusya
pemerataan yang lebih adil di negara berkembang merupakan suatu kondisi atau
syarat yang menunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, semakin tinggi
ketimpangan distribusi pendapatan di suatu negara atau daerah, akan berdampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.
I.
Hipotesis
1.
Terdapat pengaruh yang signifikan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
2.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
pengangguran
terhadap
tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
3.
Terdapat pengaruh yang signifikan upah minimum regional terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
4.
Terdapat pengaruh yang signifikan ketimpangan distribusi pendapatan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian confirmatory study yaitu penelitian yang
menguji hipotesis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum
regional, dan ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997-2014.
B. Jenis Data Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
ini berbentuk data runtut waktu (time series) dengan rentan waktu 17 tahun. Data
yang dipilih adalah data pada kurun waktu tahun 1997 sampai 2014. Alasan
pengambilan tahun tersebut yaitu tahun 1998 merupakan masa krisis ekonomi
yang mengakibatkan perubahan perekonomian Indonesia yang berdampak pada
tingkat kemiskinan di Indonesia. Dan pasca krisis tahun 2000, sudah terjadi
perbaikan-perbaikan disegala sektor perekonomian yang berdampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi serta tahun 2014 merupakan data terbaru
kemiskinan, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi
pendapatan.
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
2. Sumber Data
Sumber data berasal dari berbagai sumber, antara lain Statistik Indonesia
terbitan Badan Pusat Statistik, Kementrean Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumenter. Teknik dokumenter
adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek
penelitian, namun melalui dokumen (Hasan, 2003:87), meliputi data pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi
pendapatan.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda. Menurut Budiyono (2015:276), analisis regresi linier ganda
bertujuan untuk mencari hubungan (relasi) linier antara satu variabel terikat dengan
variabel-variabel bebas.
Model regresi dalam penelitian ini adalah:
Y= a+ b1X1 + b1X2 + b1X3 + b1X4 + e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Keterangan:
a
= Konstanta
Y
= Tingkat Kemiskinan
X1
= Pertumbuhan Ekonomi
X2
= Pengangguran
X3
= Upah minimum
X4
= Ketimpangan Distribusi Pendapatan
e
= Standar error
Teknik analisis data regresi linier berganda dapat dilakukan dengan melakukan
uji prasyarat dan uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis.
1.
Uji Prasyarat
Dalam analisis regresi linier berganda perlu melakukan uji persyaratan
analisis regresi berganda, sehingga persamaan garis regresi yang diperoleh
benar-benar dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Uji
prasyarat tersebut harus terpenuhi, apabila tidak maka akan menghasilkan garis
regresi yang tidak cocok untuk memprediksi. Uji prasyarat tersebut meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memastikan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sumanto,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2014:146). Pengujian normalitas yang umum digunakan adalah uji
Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan dalam mengetahui data
yang digunakan tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah apabila
perhitungan Kolmogorov Smirnov lebih besar dari probabilitas (0,05).
Apabila Kolmogorov Smirnov lebih kecil dari probabilitas (0,05), maka
data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antar
variabel independen dengan variabel dependen bersifat linier (garis lurus)
(Nisfiannoor, 2009:92). Kriteria pengujian linearitas dimana hubungan
variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan
ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan bersifat
linier apabila F hitung lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih
kecil dari 0,05, berarti hubungan variabel pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan
terhadap tingkat kemiskinan tidak linier. Kriteria pengujian linearitas:
hubungan variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum,
dan ketimpangan distribusi pendapatan dengan tingkat kemiskinan bersifat
linier apabila F hitung lebih besar dari 0,05. Sebaliknya, jika F hitung lebih
kecil dari 0,05, berarti hubungan variabel pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan
terhadap tingkat kemiskinan tidak linier.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
2.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model yang
diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi linear
berganda, yang terdiri atas:
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas. Jika terdapat
hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yang sama
diukur pada variabel bebas. Hal ini tidak layak digunakan untuk
menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat (Sumanto, 2014:165). Deteksi multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai Variance Inflation Factor atau VIF lebih besar dari 10,
maka terjadi multikolinearitas. Jika VIF lebih kecil dari 10 maka tidak
terjadi multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji homoskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah
data (group) mempunyai variansi yang sama diantara data (group)
tersebut. Data yang diharapkan adalah yang memiliki variansi sama, dan
disebut homeskedastisitas. Sedangkan jika variansi tidak sama, disebut
heteroskedastisitas (Nisfiannoor, 2009:92).
Uji statistik yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas adalah uji
korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test), Pengujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa variansi dari variabel tidak sama
untuk setiap pengamatan.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t sebelumnya pada model regresi yang dipergunakan. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam model regresi yang
baik adalah tidak terjadi autokorelasi (Nisfiannoor, 2009:92).
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji
Durbin Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
d < dL
d > dU
dL ≤ d ≤ dU
d > 4 - dL
d < 4 – dU
4 – dL ≤ d ≤4 – dU
3.
Terdapat autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif atau
negatif
Daerah keraguan
Terdapat autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif atau
negatif
Daerah keraguan
Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang berisi sekumpulan aturan yang
menuju kepada suatu keputusan apakah akan menerima atau menolak
hipotesis mengenai parameter yang telah dirumuskan sebelumnya (Budiyono,
2015:141). Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis nol (null hypothesis)
dan hipotesis alternatif (alternative hypothesis). Hipotesis nol adalah hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
yang menyatakan tidak adanya perbedaan atau tidak adanya korelasi
(hubungan). Sebaliknya, hipotesis alternatif adalah hipotesis yang menyatakan
adanya perbedaan atau adanya korelasi. Hipotesis nol dilambangkan dengan
H0. Hipotesis alternatif dilambangkan dengan HA. Penolakan Hipotesis nol
mengakibatkan penerimaan hipotesis alternatif, dan sebaliknya penerimaan
hipotesis nol mengakibatkan penolakan hipotesis alternatif (Budiyono,
2015:143). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F dan
Uji T, bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas
(pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan
distribusi pendapatan) terhadap variabel terikat (tingkat kemiskinan).
a. Uji Keterandalan Model (Uji F)
Uji F merupakan ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat
dan semua variabel bebas secara bersama-sama (Hasan, 2003:272). Uji F
ini merupakan tahap awal mengidentifikasi model regresi layak digunakan
atau tidak. Uji F ini bisa dijelaskan menggunakan analisis varian (analysis
of variance = ANOVA) (Basuki, Nano Prawoto, 2016:35). Dengan
membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung lebih besar dari
Ftabel, berarti H0 ditolak dan Ha dan sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil
dari Ftabel berarti Ha ditolak dan H0 diterima.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi
pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi,
pengangguran,
upah
minimum,
dan
ketimpangan
distribusi
pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 2014.
b. Uji Koefisien Regresi
Uji Koefisien Regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) (Basuki, Nano
Prawoto, 2016:52) yaitu dengan cara membandingkan Thitung dengan
Ttabel. Apabila Thitung lebih besar dari Ttabel, berarti H0 ditolak dan Ha
diterima artinya variabel bebas secara individual berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen dan sebaliknya Apabila Thitung lebih kecil dari
Ttabel, berarti Ha ditolak dan Ho diterima artinya variabel bebas secara
individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
a. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997-2014
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan
ekonomi terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
b. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 1997-2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran
terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
c. Upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 19972014
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum
terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
d. Ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997-2014
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan
distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 19972014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi
pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997
– 2014.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (coefficient of determination) menyatakan
bagian dari variansi total yang dijelaskan oleh model hubungan linier
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
berganda
yang
diperoleh
(Budiyono,
2015:258).
Nilai
koefisien
determinasi dapat diukur dengan R-Square yang mengandung arti bahwa
setiap perubahan variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat
(Santosa, 2007:286).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series berdasarkan
laporan tahunan dari BPS dan Kemenakertrans dari tahun 1997-2014. Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiskinan. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam
persen, pengangguran yang dinyatakan dalam persen, upah minimum regional yang
dinyatakan dalam rupiah, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dinyatakan
dalam indeks.
Tabel IV.I
Deskripsi Data Penelitian
Tahun
Tingkat
Kemiskinan
(persen)
Pertumbuhan
Ekonomi
(persen)
Pengangguran
(persen)
Upah
Minimum
(ribu rupiah)
Indeks
Ketimpangan
Distribusi
Pendapatan
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
17,47
24,26
23,43
19,14
18,41
18,20
17,42
16,66
15,97
17,75
16,58
15,42
14,15
13,30
12,50
12,00
11,40
11,20
4,7
-13
0,8
4,9
3,5
4,4
4,8
5
5,7
5,5
6,3
6,1
4,6
6
6,1
6,2
5,8
5,06
4,18
5,05
6,03
5,81
8,01
9,13
9,94
10,25
11,90
10,93
10,01
9,39
8,96
8,32
7,70
7,24
7,39
7,45
135,0
150,9
175,4
216,5
290,5
362,7
414,7
458,5
507,7
602,2
667,9
743,2
830,7
908,8
988,8
1,119,1
1,332,4
1,595,9
0,36
0,36
0,31
0,31
0,31
0,33
0,33
0,33
0,36
0,36
0,36
0,35
0,37
0,38
0,41
0,41
0,41
0,41
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan.
Berdasarkan data, pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta
jiwa (BPS, 2017). Dengan adanya jumlah penduduk yang selalu meningkat dan tidak
diimbangi dengan lapangan pekerjaan akan mengakibatkan pengangguran yang
dampaknya orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup dan jatuh kedalam
kemiskinan. Pada tahun 2016 tercatat tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 11.22
persen. Hal ini akan menghambat pembangunan ekonomi sehingga perlu adanya
penanganan dari pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di
Indonesia saat ini.
Data yang diperoleh seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh melalui
publikasi Badan Pusat Statistika (BPS) dan Kementrian Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi (Kemenakertrans). Berdasarkan data mengenai variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu tingkat kemiskinan di Indonesia selalu berfluktuatif dari tahun ke
tahun, lonjakan kemiskinan tertinggi terlihat dalam tahun 1997-2000 karena adanya
krisis ekonomi yang membuat banyak orang jatuh kedalam kemiskinan. Untuk
variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia
tahun 1997-2014. Berikut ini disajikan deskripsi data secara rinci dari setiap variabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Grafik IV.1
Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014
11.2
11.4
12
12.5
13.3
14.15
15.42
16.58
17.75
15.97
16.66
17.42
18.2
18.41
23.43
19.14
17.47
PERSENTASE KEMISKINAN
24.26
TINGKAT KEMISKINAN
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
TAHUN
Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia pada
tahun 1997 terlihat jauh dari krisis. Indonesia memiliki inflasi yang rendah,
perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar
lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik. Pada tahun 1998 merupakan
angka tertinggi kemiskinan di Indonesia yaitu sebesar 24,26 dikarenakan krisis
ekonomi yang menimpa dunia dan Asia Tenggara telah merembet ke Indonesia dan
mulai terkena krisis tersebut. Nilai rupiah terhadap dollar Amerika terus menurun.
Akibat krisis tersebut inflasi melonjak tinggi, meningkatnya harga bahan-bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
kebutuhan pokok, daya beli masyarakat menurun, banyak perusahaan ditutup,
meningkatnya pengangguran, dan jumlah kemiskinan bertambah.
Pada tahun 1999 kemiskinan di Indonesia masih naik dikarenakan efek dari krisis
ekonomi tahun 1997-1998. Kemudian kemiskinan di Indonesia cenderung menurun
dari tahun 2000-2005 dikarenakan adanya perbaikan gejolak saat krisis ekonomi.
Perbaikan yang dilakukan baik secara makro maupun mikro. Misalnya kebijaksanaan
moneter yang ketat dengan tingkat bunga yang tinggi dimaksudkan untuk menekan
laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dengan menahan
naiknya permintaan agregat akan membuat jumlah uang yang beredar tidak terlalu
banyak dan berakibat pada inflasi yang rendah, disisi lain pemerintah juga menaikkan
tingkat suku bunga dengan tujuan untuk mendorong masyarakat meningkatkan
tabungan di sektor perbankan. Selain itu, dari sisi mikro pemerintah mengembangkan
jaring pengaman sosial yang meliputi program penyediaan kebutuhan pokok dengan
harga terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan serta
penanganan pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli kelompok
masyarakat berpendapatan rendah, menyehatkan sistem perbankan dan memulihkan
kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan lembaga perbankan, merestrukturisasi
hutang luar negeri, dan mereformasi struktural di sektor riil.
Adanya peningkatan tingkat kemiskinan pada tahun 2006 sebesar 17,75 persen
dikarenakan harga barang-barang pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang
digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Akibatnya penduduk yang
tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan
banyak yang bergeser posisi menjadi miskin (BPS, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Pada tahun 2007-2014 tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung menurun.
Pada tahun 2007 penduduk miskin yang tercatat sebanyak 37,17 juta orang (16,58
persen) turun menjadi 28,28 juta orang (11,46 persen). Walaupun tingkat kemiskinan
tahun 1997-2014 berfluktuatif, tetapi peran pemerintah cukup besar akan kebijakan
yang diterapkan untuk mengatasi kemiskinan melalui program penanggulangan
kemiskinan seperti bantuan langsung tunai pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp
18,8 triliun untuk 19,1 juta keluarga, program beras untuk rakyat miskin dalam rangka
swasembada pangan, program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) meningkat dari Rp
5,13 triliun tahun 2005, menjadi Rp 10,2 triliun pada tahun 2006 dan menjadi Rp 11,6
triliun tahun 2007. Program BOS telah membebaskan 70,3 persen siswa wajib belajar
terutama di kawasan pedesaan, dan menurunkan tingkat putus sekolah dari 4,25 persen
pada tahun 2005 menjadi hanya 1,5 persen pada tahun 2006, bantuan kesehatan gratis
untuk berobat di Puskesmas dan rumah sakit dilaksanakan melalui pemberian Asuransi
Kesehatan Masyarakat Miskin yang mencakup 51 juta peserta, pemberian kredit
mikro, dan dana bergulir untuk koperasi, usaha kecil dan menengah, mengembangkan
Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro yang kita sebut (P3KUM)
dan disalurkan melalui lembaga keuangan mikro berkualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Grafik IV.2
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1997-2014
6.1
6.2
5.8
5.06
2008
6
2007
2010
2011
2012
2013
2014
4.6
2006
6.1
2005
6.3
5.5
5
2004
5.7
4.8
3.5
2003
0.8
4.4
4.9
4.7
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2009
-13
PERSENTASE PERTUMBUHAN EKONOMI
PERTUMBUHAN EKONOMI
TAHUN
Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia
tahun 1997-2014 berfluktuatif. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
menunjukkan perkembangan yang positif tahun 1997. Pada tahun 1998 menunjukkan
penurunan drastis pertumbuhan ekonomi yaitu – 13 %, hal ini disebabkan karena krisis
ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis
multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia
pada tahun 1998. Pada tahun 1999 perekonomian nasional Indonesia mengalami
pemulihan (recovery) dan baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya tetapi
tidak terlalu pesat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme
yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah
serta tingkat suku bunga pada sektor riil yang meningkat sejalan dengan penurunan
inflasi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,9 % lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 0,8%. Pada tahun 2001-2006 perekonomian
Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik dan lebih stabil sebagaimana yang
tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu pada tahun 2007 yaitu 6,3%. Menurut
Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah dalam (beritajakarta.com)
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2007 didorong oleh konsumsi dan
ekspor serta didukung dengan membaiknya iklim investasi. Sementara itu, menurut
Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Made Sukada (beritajakarta.com)
pertumbuhan ekonomi tahun 2007 juga didorong oleh daerah DKI Jakarta, Jawa, Bali,
dan nusa tenggara. Hal ini dikarenakan pada daerah-daerah tersebut banyak investor
yang menginvestasikan dananya dengan membuka industri-industri yang dapat
membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik. Pertumbuhan tertinggi di sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,6 persen. Untuk komunikasi, bidang
telekomunikasi mencatat pertumbuhan sebesar 24 persen. Sedangkan di sektor
pengangkutan, pertumbuhan di bidang angkutan udara sebesar 10,2 persen. Sektor
penggalian dan pertambangan mencatat pertumbuhan terendah yaitu 2,2 persen.
Dengan melihat sisi pertumbuhan nasional terlihat semakin besar atau kecilnya output
total dari suatu negara yang mencerminkan produktifitas nasional yang dikaitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dengan dana investasi dalam maksimalisasi total produksi yang mendorong pada
tingkat laju pertumbuhan nasional.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2008-2009 sebesar 6,1% dan 4,6%. Adanya
penurunan pertumbuhan ini karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca
pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah
mengalami pelemahan signifikan (BPS, 2017). Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010
menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia. Dari pertumbuhan ekonomi
tahun sebelumnya yaitu 4,6%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada
tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November 2010 berhasil ditahan pada
level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang
dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan
sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan
ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan
Oktober mencapai 19,3%.
Tahun 2011-2012, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan. Hal ini
terlihat dari rasio utang terhadap PDB sebesar 0,25 persen, cadangan devisa 110 miliar
dolar AS, dan defisit anggaran kurang dari 2 persen terhadap PDB menunjukkan
kekuatan
dan
stabilitas
ekonomi
Indonesia
pada
2011.
Secara keseluruhan jumlah penduduk miskin turun dari 36,1 juta orang atau 16,66%
dari total penduduk Indonesia tahun 2004 menjadi 29,9 juta orang atau 12,50% dari
total penduduk Indonesia tahun 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Pertumbuhan ekonomi melemah pada tahun 2013-2014 dikarenakan tingkat suku
bunga yang tinggi membatasi pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi
pertumbuhan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank
Indonesia) meningkatkan suku bunga dari level terendah dalam sejarah pada 5,75%
kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi 7,75% di akhir 2014. Bank
Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya dalam rangka melawan inflasi yang
tinggi yang meningkat tajam setelah beberapa reformasi subsidi bahan bakar dan
mengurangi defisit transaksi berjalan yang lebar.
Grafik IV.3
Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1997-2014
7.45
7.39
7.24
7.7
8.32
8.96
9.39
10.01
10.93
11.9
10.25
9.94
9.13
8.01
5.81
6.03
5.05
4.18
PERSENTASE PENGANGGURAN
PENGANGGURAN
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
TAHUN
Sumber: Data Sekunder, diolah 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa pada tahun 1997 merupakan tingkat
pengangguran dari tahun 1997 sebesar 4,18, yaitu dengan jumlah penganggur sebesar
4.275.155 jiwa. Tingkat pengangguran pada tahun 1997 ini masih tergolong dalam
pengangguran skala yang wajar karena tingkat pengangguran masih dibawah 5 persen.
Dalam negara maju, tingkat penganggurannya biasanya berkisar antara 2 – 3 persen.
Hal ini disebut tingkat pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah
suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tak mungkin dihilangkan. Artinya jika
tingkat pengangguran paling tinggi 2 – 3 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam
kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment).
Pada tahun 1998 tingkat pengangguran di Indonesia cenderung naik hingga
puncaknya terjadi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang
tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut
semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi tidak saja
jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja
yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja
(PHK). Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun
terus semakin tinggi.
Tahun 2006-2014 tingkat pengangguran di Indonesia cenderung menurun. Hal
ini dikarenakan pemerintah sudah menetapkan Inpres No.3/2006 tentang paket
kebijakan perbaikan iklim investasi sebagai perbaikan iklim investasi yang meliputi
aspek perpajakan, kepabeanan, infrastruktur, ketenagakerjaan dan daya saing UKM.
Paket kebijakan tersebut dirasa cukup efektif dan dapat dirasakan manfaatnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
terutama dengan terpuruknya sektor riil, sehingga dapat menyerap pekerja yang lebih
banyak. Yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah meningkatkan pertumbuhan
berbasis ekspor dan memperbaiki investasi yang mampu menyerap sektor
ketenagakerjaan. Kehadiran investor diharapkan mampu memberikan imbas positif
bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan memecahkan masalah pengangguran
seperti yang diharapkan bisa menarik investasi dan membuka lapangan pekerjaan.
Pemerintah memberi banyak insentif bagi penanaman modal, salah satunya
kemudahan berinvestasi di kawasan industri.
Pemerintah juga menggulirkan program pengurangan pengangguran dan
kemiskinan, di antaranya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM). Program yang menelan anggaran Rp 51 triliun itu menjangkau sekitar 33
provinsi, 2.891 kecamatan, dan 33.527 desa/kelurahan atau 31,92 juta orang miskin di
Indonesia. PNPM yang bertumpu pada proyek-proyek padat karya, seperti
pembangunan infrastruktur, pengembangan desa mandiri energi, pembukaan lahan
kelapa sawit, tebu, dan jarak sebagai sumber energi alternatif, diperkirakan mampu
menciptakan lapangan kerja bagi 12,5 juta orang sampai 14,4 juta orang per tahun.
Kemnaker juga mengambil peran penting dalam upaya menekan angka pengangguran
seperti melakukan percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja baik melalui
pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK), maupun melalui program pemagangan
baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, Kemnaker juga memberikan bantuan
sarana usaha kepada kelompok masyarakat dan pengembangan kewirausahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Grafik IV.4
Tingkat Upah Minimum di Indonesia Tahun 1997-2014
1332.4
1119.1
988.8
908.8
830.7
743.2
667.9
602.2
507.7
458.5
414.7
362.7
290.5
216.5
175.4
150.9
135
UMR (RUPIAH)
1595.9
UPAH MINIMUM REGIONAL
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
TAHUN
Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa upah minimum selalu naik dari tahun ke
tahun tanpa adanya penurunan sedikitpun. Upah minimum bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan pekerja agar bisa memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
sehingga terbebas dari garis kemiskinan. Upah minimum suatu tahun didapatkan dari
upah minimum tahun sebelumnya ditambah upah minimum sebelumnya dikalikan
inflasi dan kenaikan PDB tahun sebelumnya. Melihat perekonomian saat ini, upah
minimum buruh hampir selalu dapat dipastikan akan meningkat karena inflasi dan
peningkatan PDB yang terjadi hampir di setiap tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
KHL sendiri diatur dalam Permenakertrans No.13 Tahun 2012 tentang
Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
Pemerintah menetapkan 7 kelompok dengan 60 komponen kebutuhan bagi
buruh/pekerja lajang yang menjadi dasar dalam melakukan survei harga dan
menentukan besaran nilai upah minimum. Upah juga mengikutsertakan penghitungan
kenaikan PDB seolah menyiratkan untuk mendorong kenaikan produktivitas para
buruh. Meningkatnya produktivitas para buruh akan meningkatkan produk yang
dihasilkan dan dampak lebih panjangnya adalah peningkatan PDB yang ada. Dengan
begitu tidak hanya pekerja saja yang diuntungkan dengan adanya peningkatan
kesejahteraan dikarenakan upah minimum yang selalu meningkat, tetapi juga dari sisi
pengusaha
diuntungkan
dengan
adanya
kenaikan
upah
minimum
memicu
meningkatnya produktivitas buruh yang berdampak pada meningkatnya produk yang
dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Grafik IV.5
Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Indonesia Tahun 1997-2014
0.41
0.41
0.41
0.41
2007
0.38
2006
0.37
2005
0.35
2004
0.36
2003
0.36
2002
0.36
2001
0.33
2000
0.33
0.31
1999
0.33
0.31
1998
0.31
0.36
1997
2011
2012
2013
2014
INDEKS GINI
0.36
KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
2008
2009
2010
TAHUN
Sumber: Data Sekunder, diolah 2017.
Angka-angka koefisien gini dalam grafik IV.5 merupakan rasio gini Indonesia
tahun 1997-2014. Data yang ada menunjukkan fluktuasi, mencerminkan bahwa
distribusi ketimpangan pendapatan di Indonesia tidak senantiasa membaik dari tahun
ke tahun. Hal ini dikarenakan negara Indonesia terdiri atas banyak wilayah sehinga
memiliki karakteristik wilayah yang berbeda yang berdampak pada pembangunan
ekonomi yang belum bisa diterima oleh beberapa wilayah tertentu yang
mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat sementara wilayah
lainnya tumbuh dengan lambat sehingga menyebabkan ketimpangan baik dalam hal
pembangunan maupun pendapatan antar daerah. Pada tahun 2005 pemerintah
mengambil kebijakan menaikkan harga BBM sehingga menimbulkan inflasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
cukup tinggi dan membawa dampak angka koefisien gini meningkat menjadi 0,36
yang diikuti pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 2006-2014. Tetapi secara
keseluruhan ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia tahun 1997-2914
tergolong rendah atau merata, karena memiliki indeks rata-rata gini ratio sebesar 0,35.
Pemerintah terus mengatasi adanya kenaikan angka gini ratio. Pada tahun 2010
pemerintah melakukan berbagai kebijakan seperti menurunkan tingkat pengangguran
dengan menciptakan lapangan kerja baru, pemerintah juga menargetkan penurunan
tingkat kemiskinan secara absolut seiring dengan perbaikan distribusi pendapatan
dengan perlindungan sosial yang berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan
perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemerintah
juga memprioritaskan sektor pertanian dan industri sebagai lokomotif pembangunan
sehingga memiliki dampak yang besar terhadap penciptaan lapangan kerja,
pengurangan kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan.
B. Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah residual terdistribusi
normal atau tidak. Untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak,
digunakan kriteria sebagai berikut, Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05,
berarti data berdistribusi normal. Sebaliknya, Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed)
< 0,05, berarti data tidak berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
SPSS (17.00), yaitu dengan menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov. Hasil
pengujian normalitas data dapat dilihat pada output dibawah ini:
Tabel VI.2
Hasil Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
18
Normal Parametersa,,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
.94240468
Absolute
.268
Positive
.268
Negative
-.096
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.139
.150
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data BPS dan Kemekakertrans, diolah 2017.
Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed)
sebesar 0,150, sehingga nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari nilai
signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah data antar variabel
bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Hasil
pengujian linearitas dapat dilihat pada output SPSS dibawah ini:
Tabel IV.3
Hasil Uji Linearitas
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
217.425
4
54.356
15.098
13
1.161
232.524
17
F
46.803
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran,
Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum
b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan
Sumber: Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017
Berdasarkan output diatas, diperoleh Fhitung sebesar 46.803 dengan
probabilitas sebesar 0.000. Hasil Fhitung dibandingkan dengan menggunakan
taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh Ftabel sebesar 3,18. Jadi Fhitung
(46,803) > F tabel (3.18) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan
distribusi pendapatan memiliki hubungan yang linier terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel (independen). Hasil
uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel coefficiens.
Tabel IV.4
Hasil Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
pertumbuhan ekonomi
.618
1.619
Pengangguran
.753
1.328
upah minimum
.199
5.030
ketimpangan pendapatan
.230
4.351
a. Dependent Variable: kemiskinan
Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Pengujian multikolinearitas untuk data variabel bebas diatas adalah sebagai
berikut:
1)
Pertumbuhan ekonomi (X1)
Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel pertumbuhan
ekonomi diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar
1,619, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan
bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai korelasi dengan
variabel lainnya. Dengan kata lain variabel pertumbuhan ekonomi tidak
terjadi multikolinearitas.
2)
Pengangguran (X2)
Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel pengangguran
diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1,328, yang
berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa
variabel pengangguran tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya.
Dengan kata lain variabel penganguran tidak terjadi multikolinearitas.
3)
Upah Minimum Regional (X3)
Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel upah minimum
diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 5,030, yang
berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka disimpulkan bahwa
variabel upah minimum tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya.
Dengan kata lain variabel upah minimum tidak terjadi multikolinearitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
4)
Ketimpangan Distribusi Pendapatan (X4)
Dari hasil output di atas (collinearity statistic) variabel ketimpangan
distribusi pendapatan diperoleh dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor)
sebesar 4,351, yang berarti VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut maka
disimpulkan bahwa variabel ketimpangan distribusi pendapatan tidak
mempunyai korelasi dengan variabel lainnya. Dengan kata lain variabel
ketimpangan distribusi pendapatan tidak terjadi multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas
digunakan uji korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test).
Hasil output untuk pengujian heteroskedastisitas sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Tabel IV.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
pertumbuhan
upah
ekonomi
Pengangguran minimum
Spearman's pertumbuhan
rho
ekonomi
.331
.001
.015
.179
18
18
18
18
.328
1.000
.230
-.104
-.020
.183
.
.358
.681
.938
18
18
18
18
18
**
.230
1.000
**
.257
.001
.358
.
.000
.303
18
18
18
18
18
Correlation
Coefficient
.562*
-.104
.784**
1.000
.246
Sig. (2-tailed)
.015
.681
.000
.
.324
18
18
18
18
18
Correlation
Coefficient
.331
-.020
.257
.246
1.000
Sig. (2-tailed)
.179
.938
.303
.324
.
18
18
18
18
18
1.000
.328
.
.183
18
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
N
upah minimum
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.723
N
ketimpangan
pendapatan
N
Unstandardized
Residual
N
**
Unstandardized
Residual
*
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
pengangguran
ketimpangan
pendapatan
.723
.562
.784
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017.
Pada penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan
uji korelasi rank dari spearman (spearman’s rank correlation test).. Pengujian ini
dilakukan untuk semua variabel bebas:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Pengujian heteroskedastisitas untuk data variabel bebas diatas adalah sebagai
berikut:
1) Pertumbuhan ekonomi (X1)
Pada output antara (X1) dan residu menghasilkan angka (r) -0,331
dengan probabilitas (Sig) 0,179. Jadi, dengan membandingkan probabilitas
diperoleh bahwa nilai sig 0,179 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara
pertumbuhan
ekonomi
dengan
tingkat
kemiskinan
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
2) Pengangguran
Pada output antara (X2) dan residu menghasilkan angka (r) -0,020
dengan probabilitas (Sig) 0,938. Jadi, dengan membandingkan probabilitas
diperoleh bahwa nilai Sig 0,938 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara
pengangguran dengan tingkat kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas.
3) Upah Minimum Regional
Pada output antara (X3) dan residu menghasilkan angka (r) 0,257
dengan probabilitas (Sig) 0,303. Jadi, dengan membandingkan probabilitas
diperoleh bahwa nilai Sig 0,303 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara
upah minimum regional dengan kemiskinan tidak terjadi heteroskedastisitas.
4) Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Pada output antara (X4) dan residu menghasilkan angka (r) 0,246 dengan
probabilitas (Sig) 0,324. Jadi, dengan membandingkan probabilitas diperoleh
bahwa nilai Sig 0,324 > 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
ketimpangan
distribusi pendapatan
dengan kemiskinan
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
c. Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Tabel VI.6
Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
.967
.935
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.915
Durbin-Watson
1.07920
1.666
a. Predictors: (Constant), ketimpangan pendapatan, pengangguran, pertumbuhan
ekonomi, upah minimum
b. Dependent Variable: kemiskinan
Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017
Dengan N= 17, k=4 maka didapat harga tabel D-W yaitu dL: 0,7790, dU:
1,9005. Kesimpulannya dalam uji autokorelasi didapat nilai D-W yaitu 1,666, jadi
nilai D-W 1,666 < 4 – dU, sehingga data dalam penelitian ini tidak mengalami
masalah autokorelasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Keterandalan Model (Uji F)
Pengujian terhadap variabel independen didalam model dapat dilakukan
dengan uji simultan (Uji F). Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Dari regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah
minimum, dan ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997 – 2014 yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen
(alpha = 5 persen).
Tabel VI.7
Hasil Uji Keterandalan Model (Uji F)
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
217.425
4
54.356
15.098
13
1.161
232.524
17
F
46.803
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran,
Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum
b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan
Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017.
Berdasarkan output di atas, diperoleh F hitung sebesar 46,803 dengan
probabilitas sebesar 0,000. Hasil F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dengan mengunakan taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh F tabel sebesar
3,18. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, apabila F hitung lebih kecil dari F
tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika F hitung lebih besar
daripada F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan
ketimpangan distribusi pendapatan secara bersama-sama dapat menjadi prediktor
tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini sudah tepat.
b. Uji Koefisien Regresi
Uji koefisien regresi menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual. Dalam regresi pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan distribusi pendapatan
tahun 1997 -2014, dengan nilai signifikansi = 0,05 (5 persen). Hasil pengujian
koefisien regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tabel VI.8
Hasil Uji Koefisien Regresi
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model
B
1 (Constant)
33.685
5.305
6.349 .000
pertumbuhan ekonomi
-.385
.075
-.463 -5.141 .000
pengangguran
-.005
.145
-.003 -.038 .971
upah minimum
-.003
.001
-.387 -2.439 .030
-37.728
15.617
-.357 -2.416 .031
ketimpangan pendapatan
Std. Error
Beta
t
Sig.
a. Dependent Variable: kemiskinan
Adapun penjelasan hasil regresi dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
1) Pertumbuhan ekonomi
Pengujian hipotesis dalam variabel pertumbuhan ekonomi adalah sebagai
berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien beta sebesar -0,385, artinya
jika pertumbuhan ekonomi naik satu persen, maka kemiskinan akan menurun
sebesar 0,385 persen.
Untuk mengetahui apakah variabel ekonomi berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan, dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
signifikansi variabel pertumbuhan ekonomi dengan taraf signifikansi 5%
(0,05). Nilai signifikansi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar
0,000,
berada dibawah 0,05. Karena Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif
dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997 – 2014.
2) Pengangguran
Pengujian hipotesis dalam variabel pengangguran adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap
tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa pengangguran memiliki
nilai signifikansi 0,971 dan berada diatas 0,05. Karena Sig > 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan tahun 1997-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
3) Upah Minimum
Pengujian hipotesis dalam variabel upah minimum adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap
tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
Upah minimum memiliki koefisien beta sebesar -0,003, artinya jika
upah minimum dinaikkan satu rupiah, maka kemiskinan di Indonesia akan
menurun sebesar 0,003.
Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa upah minimum memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,030 dan berada dibawah 0,05. Karena Sig < 0,05
(0,030 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara
upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
4)
Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Pengujian hipotesis dalam variabel ketimpangan distribusi pendapatan adalah
sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi
pendapatan terhadap tingkat kemiskinan tahun 1997-2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ketimpangan distribusi
pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997 – 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Ketimpangan distribusi pendapatan memiliki koefisien beta sebesar 38,243, artinya jika ketimpangan distribusi pendapatan naik satu persen maka
kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 38,243 persen.
Pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi
pendapatan memiliki signifikansi sebesar 0,031 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan proporsi pengaruh
seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat
dukur dengan R-Square.
Tabel VI.9
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.967a
Adjusted R
Square
.935
Std. Error of the
Estimate
.915
1.07768
a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan,
Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum
b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan
Sumber:Data BPS dan Kemenakertrans, diolah 2017
Nilai R Square sebesar 0,935 menunjukkan bahwa proporsi pengaruh
variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum, dan ketimpangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap kemiskinan sebesar 93,5
persen. Artinya variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, upah minimum,
dan
ketimpangan
distribusi
pendapatan
mempunyai
pengaruh
terhadap
kemiskinan sebesar 93 persen, sedangkan sisanya 7 persen dipengaruhi oleh
variabel lain, misalnya inflasi, indeks pembangunan manusia, dan tingkat
pendidikan.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Indonesia Tahun 1997-2014
Hasil pengujian hipotesis yang pertama tentang pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan. Berdasarkan pada kolom
signifikansi
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan
ekonomi
memiliki
nilai
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Selain itu, pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien beta
sebesar -0,385, artinya jika pertumbuhan ekonomi naik satu persen, maka tingkat
kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 0,385. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan kapasitas produksi dalam
suatu perekonomian secara berkesinambungan menuju kearah yang lebih baik.
Besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat
kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output per kapita diperoleh
dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada
tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin besar, tingkat
kemakmuran dianggap makin tinggi (Rahardja, dan Mandala Manurung,
2008:223). Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suparmoko
(1990:210). Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan
pertumbuhan pendapatan per kapita menuntut adanya kenaikan produk domestik
bruto. PDB itu sangat ditentukan oleh faktor produksi yang digunakan, seperti
tenaga kerja, kapital, barang sumber daya alam, tingkat teknologi, dan kondisi
sosial dalam negara yang bersangkutan. Pada umumnya terdapat hubungan yang
positif antara jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi dan PDB. Semakin
banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja, dan sumber daya alam, dan tingkat
teknologi yang lebih canggih serta keadaan sosial yang mendukung pertumbuhan
ekonomi, maka akan meningkat pula PDB suatu negara.
Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan per kapita dengan tingkat
kemiskinan tidak berbeda dengan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan
dalam distribusi pendapatan. Mengikuti hipotesis Kuznet, pada tahap awal dari
proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat
mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur
berkurang. Tentu banyak faktor-faktor lain selain pertumbuhan pendapatan yang
juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah atau negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
seperti derajat pendidikan, tenaga kerja, dan struktur ekonomi (Tambunan,
2015:107).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan ada
pengaruh negatif dan signifikan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan
tahun 1997-2014. Hal ini sesuai karena suatu perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari
apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang
semakin meningkat maka sebuah negara dapat mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan ekonomi karena semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi
menggambarkan bahwa semakin meningkatnya jumlah barang dan jasa dalam
suatu negara tersebut sehingga semakin tinggi pula produktivitas faktor produksi
dan upah yang diterima oleh pekerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa jika
pertumbuhan ekonomi meningkat akan berdampak pada tingkat kemiskinan di
Indonesia menurun.
2. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun
1997-2014
Hasil pengujian hipotesis yang kedua tentang pengaruh pengangguran
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan bahwa
pengangguran tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil output SPPS Versi
17.00 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,971 lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti pengangguran tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hasil ini
tidak sesuai dengan hipotesis yang ada, menyatakan bahwa pengangguran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1997-2014.
Tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997-2014 masih tergolong wajar.
Dalam negara berkembang, tingkat pengangguran dikatakan wajar atau biasa kita
kenal dengan tingkat pengangguran alamiah apabila tingkat pengangguran berkisar
antara 4 sampai 6 persen setiap tahunnya. Dalam mekanisme pasar tenaga kerja,
upah harus disesuaikan untuk menyeimbangkan jumlah penawaran dan jumlah
permintaan tenaga kerja. Penyesuaian ini dilakukan untuk memastikan bahwa
seluruh pekerja memiliki pekerjaan. Faktanya, dalam permintaan dan penawaran
tenaga kerja tidak selamanya ideal. Selalu ada tenaga kerja yang tidak mempunyai
pekerjaan meskipun secara umum perekonomian berjalan baik. Artinya, tingkat
pengangguran selalu berfluktuasi di sekitar tingkat pengangguran alamiah dan
tidak pernah mencapai angka nol. Hal ini terjadi biasanya karena adanya
pengangguran friksional dimana adanya ketidakcocokan pekerjaan yang diinginkan
oleh pekerja sehingga mereka dengan sukarela meninggalkan pekerjaan untuk
mencari pekerjaan lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang dirasa cocok bagi
mereka.
Data pengangguran dalam penelitian ini masih berkisar antara 4 sampai 6
persen setahun dikatakan sebagai pengangguran yang alamiah karena hanya
beberapa pekerja saja yang dengan sukarela tidak bekerja sehingga pengangguran
ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap perekonomian saat ini apalagi
berpengaruh
dengan
kemiskinan
yang
ada.
Pengangguran
yang
dapat
mempengaruhi kemiskinan di Indonesia yaitu apabila adanya tingkat pengangguran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
yang parah artinya terdapat kesenjangan antara lapangan kerja yang tersedia
dengan angkatan kerja yang ada, dampaknya masyarakat secara luas akan kesulitan
dalam memperoleh pekerjaan sehingga mereka akan sangat kesulitan dalam
pemenuhan hidup sehari-hari dan akhirnya pengangguran berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan di Indonesia karena banyaknya pekerja yang masuk dalam
kemiskinan absolut, berbeda dengan pengangguran alamiah yang hanya beberapa
pekerja saja yang tidak bekerja dikarenakan ketidaksesuaian pekerjaan yang
diinginkan oleh pekerja sehingga tidak banyak masyarakat yang tergolong dalam
kemiskinan absolut dan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan yang ada.
Pemerintah tidak perlu terlalu cemas menghadapi masalah pengangguran ini
karena tingkat pengangguran ini masih tergolong wajar dan dapat ditoleransi.
3. Pengaruh Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun
1997-2014
Hasil pengujian hipotesis yang ketiga tentang pengaruh upah minimum
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014 menunjukkan bahwa
upah minimum berpengaruh signifikan. Berdasarkan pada kolom signifikansi
menunjukkan bahwa upah minimum memiliki nilai signifikansi sebesar 0,030 lebih
kecil dari 0,05 (0,030 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, upah
minimum memiliki koefisien beta sebesar -0,003, artinya jika upah minimum naik
satu rupiah, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 0,003.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa upah minimum berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang
disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha (Sukirno, 2012: 351). Upah
pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang, sebab itu, upah
harus cukup untuk memenuhi kebutuhan karyawannya dengan wajar. Kewajaran
dapat dinilai dan diukur dengan Kebutuhan Hidup Minimum (KFM) yang
merupakan tanggung jawab semua pemerintah, pengusaha, dan karyawan itu
sendiri. Untuk menjamin bahwa kehidupan hidup minimum setiap karyawan dapat
terpenuhi melalui pekerjaan dari mana ia memperoleh penghasilan.
Tujuan utama upah minimum agar karyawan dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehingga terlepas dari kemiskinan, tetapi disisi lain upah minimum juga
menguntungkan dari sisi perusahaan. Dengan adanya upah minimum produktivitas
kerja karyawan meningkat karena produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, pendidikan, dan manajemen pimpinan.
Namun bagi karyawan berpenghasilan kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan
faktor dominan untuk meningkatkan produktivitas kerja sekalipun perusahaan
memiliki manajemen yang baik, produktivitas kerja karyawan sukar ditingkatkan
bila kondisi gizi dan kesehatan karyawan sangat rendah. Sebab untuk dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, upah mereka harus memadai untuk
memenuhi KFM-nya.
4.
Pengaruh
Ketimpangan
Distribusi
Pendapatan
Terhadap
Tingkat
Kemiskinan di Indonesia Tahun 1997-2014
Hasil pengujian hipotesis yang keempat tentang pengaruh ketimpangan
distribusi pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan signifikan. Berdasarkan
pada kolom signifikansi menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05 (0,031 < 0,05), maka
H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan memiliki
koefisien beta sebesar -38,243, artinya jika ketimpangan distribusi pendapatan naik
satu persen, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan menurun sebesar 38,243
persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketimpangan distribusi
pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1997-2014.
Kemakmuran masyarakat dapat dilihat dari mampu atau tidaknya masyarakat
dalam negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kemakmuran
negara tidak semata-mata didasarkan pada tolok ukur besarnya pendapatan
nasional dan pendapatan per kapita saja, namun juga bagaimana pendapatan
nasional itu didistribusikan, apakah pendapatan nasional (kue nasional)
didistribusikan secara lebih merata atau timpang. Pendapatan dianggap
didistribusikan secara merata sempurna bila setiap individu memperoleh bagian
yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dikatakan tidak adil
jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh lebih sebagian penduduk. Tetapi
distribusi pendapatan menjadi sangat tidak adil apabila bagian yang sangat besar
output nasional hanya dinikmati oleh segelintir kelompok masyarakat (Rahardja
dan Mandala Manurung, 2008:245).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
tahun 1997-2014. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang ada, karena semakin
ada jarak antara individu kaya dan individu miskin dan mereka yang berada
didalam kelompok miskin akan semakin kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar dan akan lebih mudah untuk masuk kedalam garis kemiskinan.
Secara riil, pemerintah mampu meningkatkan investasi yang memicu
pertumbuhan ekonomi, akan tetapi pertumbuhan ekonomi tidak beriringan dengan
pemerataan. Namun demikian, pada tahap pembangunan lebih lanjut pemerintah
harus semakin sadar bahwa pertumbuhan ekonomi perlu dilengkapi dengan
pemerataan pendapatan pada masyarakat. Dalam penelitian ini indeks ketimpangan
berhubungan negatif dengan tingkat kemiskinan, artinya semakin timpang indeks
gini maka tingkat kemiskinan semakin rendah. Hal ini mungkin menggambarkan
proses pembangunan di Indonesia yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi
yang hasilnya lebih banyak dinikmati oleh kelompok-kelompok kecil. Nampaknya
teori klasik tentang trickle down effect (efek rembesan ke bawah) berlaku dalam
konteks Indonesia saat ini, dimana dengan melakukan banyak investasi domestik
maka harapannya akan berjalan serta berlipat ganda hasilnya dan akhirnya mampu
menggerakkan perekonomian sehingga memicu pertumbuhan ekonomi yang
semakin tinggi. Ketika pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh sebagian kecil
dari masyarakat ternyata masih terjadi proses trickle down effect. Artinya
kemakmuran dari sekelompok kecil masyarakat masih berimbas pada penurunan
jumlah kemiskinan mutlak. Dalam arti, walaupun hasil dari pendapatan nasional
lebih dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat kaya yang menginvestasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
uangnya dalam perekonomian saat ini tetapi imbasnya penurunan kemiskinan
mutlak karena adanya investasi tersebut juga dirasakan oleh masyarakat yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, upah minimum regional, dan ketimpangan distribusi
pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari
koefisien beta sebesar -0,465 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini
dikarenakan
pertumbuhan
ekonomi
akan
mengalami
pertumbuhan
atau
berkembang didalam suatu negara apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi
dari apa yang dicapai sebelumnya, baik dalam bentuk barang maupun jasa.
Dengan kata lain adanya pertumbuhan ekonomi berarti ada peningkatan barang
dan jasa dalam tahun tersebut. Dalam peningkatan kegiatan ekonomi diperlukan
faktor produksi, semakin besar peningkatan kegiatan ekonomi berarti memerlukan
faktor produksi yang lebih banyak, berarti ada peningkatan produktivitas dari
tenaga kerja itu sendiri yang akan berdampak terhadap upah yang diberikan oleh
pengusaha, karena upah seseorang ditentukan dari produktivitas yang dihasilkan
oleh seseorang tersebut maka semakin besar produktivitas yang dihasilkan oleh
tenaga kerja akan semakin banyak upah yang dihasilkannya. Dengan begitu
individu tersebut dapat memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Selain itu,
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
dengan adanya peningkatan barang dan jasa yang dihasilkan akan lebih
mempermudah individu dan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan terhindar dari kemiskinan.
2. Variabel pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi 0,995 >
0,05. Hal ini dikarenakan tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1997-2014
masih tergolong wajar berkisar antar 4 sampai 6 persen setahun. Artinya, tingkat
pengangguran selalu berfluktuasi di sekitar tingkat pengangguran alamiah dan
tidak pernah mencapai angka nol. Pengangguran ini terjadi biasanya karena
adanya pengangguran friksional dimana adanya ketidakcocokan pekerjaan yang
diinginkan oleh pekerja sehingga mereka dengan sukarela meninggalkan
pekerjaan untuk mencari pekerjaan lainnya yang sesuai dengan pekerjaan yang
dirasa cocok bagi mereka. Hal ini tidak akan mempengaruhi tingkat kemiskinan
yang ada di Indonesia sehingga pemerintah tidak perlu terlalu cemas menghadapi
masalah pengangguran ini karena tingkat pengangguran ini masih tergolong
wajar. dapat ditoleransi, dan tidak terlalu berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan Indonesia saat ini.
3. Variabel upah minimum regional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat dari
koefisien beta -0,383 dan nilai signifikansi 0,029 < 0,05. Hal ini dikarenakan upah
merupakan sumber penghasilan utama seseorang, maka dari itu upah harus cukup
untuk memenuhi hidup karyawannya dengan wajar, dalam arti karyawan dapat
memenuhi kebutuhan minimumnya. Dengan begitu mereka akan terhindar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
kemiskinan, karena dengan upah yang diberikan oleh pengusaha kepada karyawan
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga kebutuhan yang
lainnya yang harus tercukupi seperti sandang, pangan, dan papan.
4. Variabel ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1997-2014. Hal tersebut terlihat
dari koefisien beta sebesar -0,362 dan nilai signifikansi 0,027 < 0,05. Hal ini
dikarenakan banyaknya investasi domestik yang berjalan serta berlipat ganda
hasilnya dan akhirnya mampu menggerakkan perekonomian sehingga memicu
pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Ketika pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tersebut hanya dinikmati oleh sebagian kecil dari masyarakat ternyata
masih terjadi proses trickle down effect. Artinya kemakmuran dari sekelompok
kecil masyarakat masih berimbas pada penurunan jumlah kemiskinan mutlak.
Walaupun hasil dari pendapatan nasional lebih dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat kaya yang menginvestasikan uangnya dalam perekonomian saat ini
tetapi imbasnya penurunan kemiskinan mutlak karena adanya investasi tersebut
juga dirasakan oleh masyarakat yang lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat
diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia maka dari itu untuk mengurangi
kemiskinan di Indonesia pemerintah perlu merangsang terus pertumbuhan ekonomi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
dan menjaga stabilitas sosial politik, karena dalam. Dengan adanya peningkatan
investasi akan membuat pertumbuhan ekonomi melaju semakin tinggi. Karena
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka tingkat kemiskinan akan semakin
menurun.
Apabila
pertumbuhan
ekonomi
mengalami
peningkatan
maka
pendapatan per kapita masyarakat juga bertambah sehingga akan mengakibatkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan.
2. Dalam penelitian ini upah minimum regional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia sehingga untuk mengentaskan
kemiskinan sebaiknya pemerintah perlu menaikkan upah minimum secara berkala,
karena, maka dari itu harus memperhatikan upah minimum yang ditetapkan untuk
para pekerja, karena upah merupakan sumber penghasilan utama yang digunakan
untuk mencukupi kebutuhan hidup maka penetapan upah minimum disarankan
untuk memperhatikan produktivitas dan kecukupannya untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup dasar. Selain itu, agar pengusaha maupun investor tidak merasa
dirugikan karena adanya kenaikan upah minimum secara berksls maka sebaiknya
pekerja juga meningkatkan kualitas maupun kuantitas barang atau jasa yang
dihasilkannya.
3. Dalam penelitian ini ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Pemerintah sebaiknya
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemerataan yang dilakukan secara
sistematis, tidak hanya mengandalkan sistem alamiah yaitu trickle down effect
tetapi juga perlu dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan untuk pemerataan. Seperti
adanya pajak pendapatan progresif dimana golongan kaya atau lebih kaya dituntut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
untuk membayar persentase pajak yang lebih besar dibandingkan dengan golongan
miskin.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk menambah variabel ekonomi lainnya
yang dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia,
seperti tingkat pendidikan, indeks pembangunan manusia, dan inflasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S. (2016, 14 April). “Ratusan Bayi di Kota blitar Mengidap Gizi Buruk”
Sindo
[Online]
halaman
1.
Tersedia:
http://daerah.sindonewa.com/read/1101073/23/ratusan-bayi-di-kota
blitar-mengidap-gizi-buruk-1460634426. [9 Maret 2017].
Arsyad, Lincolin. (2004). Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.
Asian
Development
Bank.
http://www.adb.org/id/indonesia/poverty.
(2017)
Tersedia:
Asih, W (2015). “Analisis Ketimpangan Dalam Pembangunan Ekonomi Antar
Kecamatan Di Kabupaten Cilacap Tahun 2004-2013”. Skripsi.
Universitas
Negeri
Yogyakarta:
http://eprints.uny.ac.id/23801/1/SKRIPSI%20FULLWIDI%ASIH10404
244012.pdf.
Basuki, Nano Prawoto. (2016). ANALISIS REGRESI DALAM PENELITIAN
EKONOMI DAN BISNIS. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Boediono. (1988). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
BPS. (2017): Laporan Perekonomian Indonesia.
Budiyono. (2015). Statistika Untuk Penelitian. Surakarta. UNS Press.
Case, Fair. (2004). PRINSIP-PRINSIP EKONOMI MAKRO. Jakarta. Erlangga.
Ghozali, Imam. 2002. Statistik Non Parametrik. Semarang: Badan Penerbit
UNDIP.
Gilarso, T. (2004). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Kanisius.
Hasan, M. Iqbal. (2003). Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif).
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jhingan. M. L. (2004). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Jundi, A.M (2014). “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Provinsi-Provinsi di Indonesia”. Skripsi. Universitas Diponegoro
Semarang: http://eprints.undip.ac.id/45391/1/05JUNDI.pdf.
Kemenakertrans. (2017). Laporan Tenaga Kerja Indonesia.
Kuncoro, Mudrajat. (2006). Ekonomika Pembangunan Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Yogyakarta. UPP STIM YKPN.
Kuncoro, Mudrajat. (2013). Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator
Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Mankiw, Greegory. (2006). MAKROEKONOMI. Jakarta: Erlangga.
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nina, C. (2016). “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Regional,
Inflasi, Dan Investasi Terhadap Jumlah Pengangguran Di DIY Tahun
1986-2015”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta”
Ningsih, F.R (2010). “Pengaruh Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Pengangguran Di Indonesia Periode Tahun 1988-2008” Skripsi.
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah
Jakarta:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18695/1/Fatm
i%20Ratna%20Ningsih-FEB.pdf.
Nisfiannoor. (2009). PENDEKATAN STATISTIKA MODERN Untuk Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Nugroho, P (2014). “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Tingkat Ketimpangan
Antar Kecamatan Di Kabupaten Demak Tahun 2008-2010” Skripsi.
Universitas
Diponegoro
Semarang:
http://eprints.undip.ac.id/43053/1/10Nugroho.pdf.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (2005). Komponen Dan
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Lebutuhsn Hidup Layak. Jakarta:
Kemenakertrans.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (1999). Upah Minimum.
Jakarta: Kemenakertrans.
Pratama, A. (2016, 28 Desember). “Polisi Yakin Motif Pembunuhan di Pulomas
Karena Ingin Merampok:. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia:
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/28/20413081/polisi.yako
n.motif.pembunuhan.di.pulomas.karena.ingin.merampok. [9 Maret
2017].
Putra, L.D (2011). “Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2003-2007”.
Skripsi.
Universitas
Diponegoro
Semarang:
http://eprints.undip.ac.id/27371/1/Skripsi%28r%29.pdf.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikro ekonomi dan Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Retnosari, D. (2006). “Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat”. Skripsi. Institut
Pertanian
Bogor:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
http://eprints.uny.ac.id/23801/1/SKRIPSI%20FULLWIDI%20ASIH104
04244012.pdf.
Rumahorbo, R.A. (2014). “Analisis Faktpr-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah
Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi. Universitas
Hasanuddin
Makasar:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9905/SKRIPS
I%20LENGKAP-FEB-IERESTUTY%20ANGGERENY%20RUMAHORBO.pdf?sequence=1.
Santosa, Purbayu Budi, Muliawan Hamdani. (2007). Statistika Deskriptif Dalam
Bidang Ekonomi Dan Niaga. Semarang: Erlangga.
Simanjuntak, Payaman. J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sumarsono, Sonny. (2009). Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudarsono, Gaguk Margono, Wardani Rahayu. (2012). Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumanto, (2014). STATISTIKA TERAPAN. Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Publishing Service).
Suryawati, C. (2005). “Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional”. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. (03), 121-129.
Tambunan, Tulus, (2015). Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga
Jokowi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Todaro, Michael. (2003). PembangunanEkonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Usman, Purnomo Setiadi. (2008). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Waruwu, S.J. (2016). “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,
Belanja Pemerintah, Dan Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia Tahun 1995-2014”. Skripsi. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta: http://library.usd.ac.id/.
Widiastuti, A (2010). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan
Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008: Skripsi. Universitas Diponegoro
Semarang: http://eprints.undip.ac.id/24465/1/Skripsi.pdf.
Wie, Thee Kian. (1980). Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Jakarta:
LP3ES.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Winanendra, A (2014). “Analisis Tingkat Kemiskinan Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun
2008-2012”
Skripsi.
Universitas
Diponegoro
Semarang:
http://eprints.undip.ac.id/44600/1/03WINANENDRA.pdf.
Wiratmo, Mansykur. (1994). Sinopsis Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta:
Media Widya Mandala.
Yudha, O.R (2013). “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat
Pengangguran Terbuka, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia Tahun 2009-2011” Skripsi. Universitas Negeri Semarang:
http://lin.unnes.ac.id/17313/1/7111409012.pdf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
Tahun
Tingkat
Kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi
Pengangguran
Upah
Minimum
Ketimpangan
Distribusi
Pendapatan
1997
17,47
4,7
4,18
135,0
0,36
1998
24,26
-13
5,05
150,9
0,36
1999
23,43
0,8
6,03
175,4
0,31
2000
19,14
4,9
5,81
216,5
0,31
2001
18,41
3,5
8,01
290,5
0,31
2002
18,20
4,4
9,13
362,7
0,33
2003
17,42
4,8
9,94
414,7
0,33
2004
16,66
5
10,25
458,5
0,33
2005
15,97
5,7
11,90
507,7
0,36
2006
17,75
5,5
10,93
602,2
0,36
2007
16,58
6,3
10,01
667,9
0,36
2008
15,42
6,1
9,39
743,2
0,35
2009
14,15
4,6
8,96
830,7
0,37
2010
13,30
6
8,32
908,8
0,38
2011
12,50
6,1
7,70
988,8
0,41
2012
12,00
6,2
7,24
1,119,1
0,41
2013
11,40
5,8
7,39
1,332,4
0,41
2014
11,20
5,06
7,45
1,595,9
0,41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
HASIL UJI PRASYARAT REGRESI
LAMPIRAN 2
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa,,b
18
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
.0000000
.94240468
Absolute
.268
Positive
.268
Negative
-.096
1.139
.150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
LAMPIRAN 3
UJI LINEARITAS
ANOVAb
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
217.425
4
54.356
Residual
15.098
13
1.161
232.524
17
Total
a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran,
Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum
b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan
F
46.803
Sig.
.000a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
LAMPIRAN 4
UJI MULTIKOLINEARITAS
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
pertumbuhan ekonomi
.618
1.619
Pengangguran
.753
1.328
upah minimum
.199
5.030
ketimpangan pendapatan
.230
4.351
a. Dependent Variable: kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
LAMPIRAN 5
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Correlations
pertumbuhan
ekonomi
Spearman's pertumbuhan
Correlation
rho
Coefficient
ekonomi
upah
ketimpangan Unstandardized
Pengangguran minimum pendapatan
Residual
1.000
.328
.723**
.562*
.331
.
.183
.001
.015
.179
18
18
18
18
18
.328
1.000
.230
-.104
-.020
.183
.
.358
.681
.938
18
18
18
18
18
**
.230
1.000
**
.257
.001
.358
.
.000
.303
18
18
18
18
18
.562*
-.104
.784**
1.000
.246
.015
.681
.000
.
.324
18
18
18
18
18
.331
-.020
.257
.246
1.000
.179
.938
.303
.324
.
18
18
18
18
18
Sig. (2tailed)
N
pengangguran Correlation
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
upah minimum Correlation
.723
.784
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
ketimpangan
Correlation
pendapatan
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
Unstandardized Correlation
Residual
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
LAMPIRAN 6
UJI AUTOKORELASI
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
.967a
.935
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.915
Durbin-Watson
1.07920
a. Predictors: (Constant), ketimpangan pendapatan, pengangguran, pertumbuhan
ekonomi, upah minimum
b. Dependent Variable: kemiskinan
1.666
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS
LAMPIRAN 7
UJI KETERANDALAN MODEL (UJI F)
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
217.425
4
54.356
Residual
15.098
13
1.161
232.524
17
Total
a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan, Pengangguran,
Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum
b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan
F
46.803
Sig.
.000a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
LAMPIRAN 8
UJI KOEFISIEN REGRESI (UJI T)
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model
B
1 (Constant)
33.685
5.305
6.349 .000
pertumbuhan ekonomi
-.385
.075
-.463 -5.141 .000
pengangguran
-.005
.145
-.003 -.038 .971
upah minimum
-.003
.001
-.387 -2.439 .030
-37.728
15.617
-.357 -2.416 .031
ketimpangan pendapatan
Std. Error
Beta
a. Dependent Variable: kemiskinan
LAMPIRAN 9
KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.967a
Adjusted R
Square
.935
.915
Std. Error of the
Estimate
1.07768
a. Predictors: (Constant), Ketimpangan_Distribusi_Pendapatan,
Pengangguran, Pertumbuhan_Ekonomi, Upah_Minimum
b. Dependent Variable: Tingkat_Kemiskinan
t
Sig.
Download