analisis kemiripan kosakata dari bahasa jepang dan bahasa korea

advertisement
ANALISIS KEMIRIPAN KOSAKATA DARI
BAHASA JEPANG DAN BAHASA KOREA
DALAM BUKU PELAJARAN
Cornisa Pravijantie Nasution, Sheddy N. Tjandra
Universitas Bina Nusantara, JL.Kemanggisan Ilir III No.45, Kemanggisan / Palmerah, Jakarta Barat
11480, (+6221) 532 7630, [email protected]
ABSTRACT
The similarity between Japanese language and Korean language was related with the meaning in
both of language. The analysis of this similarity is using vocabularies in sentences from Minna No
Nihongo II and Korean Made Easy for Everyday Life. The methods being used in this thesis are
qualitative methods and descriptive analysis method. In this research, writer will analysis meaning of
vocabularies in sentences from data source. Then writer will analysis component feature of
vocabularies from data source . The conclusion is for generally, both of languages have similarity of
the meaning but can not be say 100% same because they still have difference of component feature.
Keywords: vocabularies, Japanese language, Korean language, component feature
ABSTRAK
Kemiripan kosakata antara bahasa Jepang dan bahasa Korea berkaitan dengan makna yang
terkandung di dalam kedua bahasa. Korpus data yang dipakai adalah kata-kata yang terdapat pada
kalimat dalam buku Minna No Nihongo II dan Korean Made Easy for Everyday Life. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan metode analisis data deskriptif.
Dalam penelitian ini penulis menganalisis makna kata-kata dalam kalimat yang ada pada korpus
data. Kemudian penulis menganalisis komponen makna kata-kata yang ada pada korpus data.
Simpulan yang didapat dari analisis adalah secara umum memiliki kemiripan makna namun tidak
dapat dikatakan 100% sama karena ditemukan perbedaan komponen makna.
Kata kunci: kosakata, bahasa Jepang, bahasa Korea, komponen makna
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu bentuk ucapan - ucapan yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Dalam hal ini bahasa juga dapat dikatakan suatu alat yang digunakan untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan yang dimiliki oleh manusia. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer,
produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap
lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang
bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian
pertama menyatakan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa symbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan symbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Wibowo (2001:3) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai
alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran
Di dunia terdapat berbagai macam bahasa dengan sejarah dan asal mulanya masing-masing
terbentuknya bahasa tersebut. Dapat dikatakan setiap negara atau bahkan setiap daerah memiliki
bahasa tersendiri yang dapat dipahami oleh komunitasnya yang serumpun maupun tidak. Dalam
pembelajaran beberapa bahasa , banyak ditemukan kemiripan kosakata pada bahasa – bahasa tersebut
yang dapat dilihat dari bentuk lahiriahnya dari kata-kata tersebut. Salah satunya adalah kemiripan
antara bahasa Korea dengan bahasa Jepang.
Bahasa Korea (
한국어/조선말) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan
bahasa resmi Korea Selatan dan Korea Utara. Bahasa ini juga dituturkan secara luas di Yanbian di
Cina timur laut. Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di seluruh dunia
termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS, Kanada dan Jepang. Klasifikasi resmi bahasa
Korea masih belum disetujui secara universal, namun dianggap oleh banyak orang sebagai bahasa
isolat. Beberapa ahli bahasa memasukkannya ke dalam kelompok bahasa Altaik. Bahasa Korea juga
banyak mirip dengan bahasa Jepang yang status kekerabatannya juga kurang jelas.
日本語
Bahasa Jepang (
; romaji: Nihongo) merupakan bahasa resmi di Jepang dan jumlah penutur 127
juta jiwa. Bahasa Jepang juga digunakan oleh sejumlah penduduk negara yang pernah ditaklukkannya
seperti Korea dan Republik Tiongkok. Ia juga dapat didengarkan di Amerika Serikat (California dan
Hawaii) dan Brasil akibat emigrasi orang Jepang ke sana. Namun keturunan mereka yang disebut nisei
(
, generasi kedua), tidak lagi fasih dalam bahasa tersebut. Para pakar bahasa tidak mengetahui
secara pasti kekerabatan bahasa Jepang dengan bahasa lain. Ada yang menghubungkannya dengan
bahasa Altai, namun ada pula yang menghubungkannya dengan bahasa Austronesia. Selain itu ada
pula kemiripan secara tatabahasa dan dalam susunan kalimat serta secara fonetik dengan bahasa Korea
meski secara kosakata tidaklah begitu mirip.
二世
Dilihat dari pengertian kedua bahasa di atas, keduanya dikatakan memiliki keterikatan historis yang
tidak terlalu jelas kebenaran asal usulnya namun dikatakan berasal dari satu bahasa rumpun yang sama.
Kemiripan yang dapat dilihat dari bentuk lahiriah atau dengan kata lain ucapannya, tentunya
berhubungan dengan makna yang terkandung di dalamnya.
Dalam bidang linguistik pembahasan tentang makna dapat ditemukan dalam ilmu kajian yang disebut
semantik. Menurut Pateda (2010:4), berdasarkan buku Course, semantik dewasa ini memiliki
pandangan baru atau berbeda dengan pandangan lama. Perbedaan itu terletak pada: (i) pandangan
historis sudah ditinggalkan; (ii) perhatian telah diarahkan pada struktur kosakata; (iii) semantik
dipengaruhi oleh stilistika; (iv) studi semantik diarahkan pada bahasa tertentu dan tidak bersifat umum
lagi; (v) dipelajari hubungan antara bahasa dan pikiran karena bahasa tidak dianggap sebagai suatu
kekuatan yang menentukan dan mengarahkan pikiran; (vi) meskipun semantik telah melepaskan diri
dari filsafat namun tidak berarti bahwa filsafat tak dapat membantu perkembangan semantik.
Dilihat dari pernyataan-pernyataan di atas , penulis tertarik untuk meneliti perbandingan kemiripan
kosakata dari bahasa Jepang dan bahasa Korea dengan kajian semantik yaitu mengkaji kemiripan
bunyi kosakata kedua bahasa dengan melihat unsur makna yang terkandung di dalam masing-masing
bahasa dengan ruang lingkup kosakata pada kalimat yang ada pada buku pelajaran. Menurut Sudjianto
dan Dahidi (2004:149) kosakata dapat diklasifikasikan berdasarkan pada cara-cara,standar, atau sudut
pandang cara penglihatannya,misalnya berdasarkan karakteristik gramatikal.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dan metode
kepustakaan. Kemudian pada pendekatan metode penelitian, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif.. Untuk mengumpulkan data-data serta teori yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti, penulis memanfaatkan buku-buku yang tersedia di perpustakaan Universitas Bina Nusantara,
perpustakaan Japan Foundation dan internet. Penulis menggunakan buku Minna no Nihongo II dan
Korean Made Easy for Everyday Life sebagai sumber data dalam penelitiannya. Dari sumber data
tersebut, penulis mengumpulkan kata-kata yang mirip antara bahasa Jepang dan Korea dalam kalimat
dari buku pelajaran yang sudah ditetapkan sebagai sumber data. Kemudian dilanjutkan dengan
menganalisis teori medan makna, teori komponen makna oleh Chaer dengan data yang telah dikaji
dan diklarifikasi. Penulis juga menganalisis komponen makna yang terdapat pada kamus Kenkyusha’s
New Japanese English Dictionary dan Minjungseorim’s Essence Korean-English Dictionary sebagai
pelengkap data.
HASIL DAN BAHASAN
Penulis akan menganalisis kemiripan kosakata dari Bahasa Jepang dan Bahasa Korea pada korpus
data buku Minna No Nihongo II dan Korean Made Easy for Everyday Life sesuai dengan teori
komponen makna yang dijelaskan oleh Chaer (2013) , yaitu :
komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic
marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang
bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. (Chaer ,2013:114)
Simbol penggunaan komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus untuk mengetahui
adanya ciri tersebut dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013). Analisis ini disebut dengan analisis
biner.
Chaer (2013) mengungkapkan bahwa dari pengamatan terhadap data/unsur-unsur leksikal, ada tiga hal
yang perlu dikemukakan sehubungan dengan analisis biner tersebut. Pertama, ada pasangan kata yang
salah satu daripadanya lebih bersifat netral atau umum sedangkan yang lain lebih bersifat khusus.
Misalnya, pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih bersifat umum dan netral
karena dapat termasuk “pria” dan “wanita”. Sebaliknya kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena
hanya mengenai “wanita”. Jadi penjelasan tersebut dirangkum ke dalam tabel berikut.
Ciri
Mahasiswa
Mahasiswi
Pria
+
-
Wanita
+
-
Kedua, ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena memang mungkin tidak
ada; tetapi ada juga yang mempunyai pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya
adalah kata-kata yang berkenaan dengan warna , seperti merah,kuning, hijau dan sebagainya. Contoh
kata yang mempunyai pasangan lebih dari satu yaitu berdiri. Kata berdiri bukan hanya bisa
dipertentangkan dengan kata duduk, tetapi bisa juga dengan kata tidur,rebah,jongkok dan
berbaring.Ketiga, seringkali sukar mengatur ciri-ciri semantic itu secara bertingkat mana yang lebih
bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus. Contohnya kata dewasa dan jantan. Bisa jantan
tetapi bisa juga dewasa sebab tidak ada alasan bagi kita untuk menyebutkan ciri jantan lebih umum
daripada dewasa begitu juga sebaliknya karena ciri yang satu tidak menyiratkan makna lain
Pembahasan-pembahasan di atas menitikberatkan pada ciri-ciri komponen makna yang
ditinjau dari kecocokan ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal yang
lain. Namun kesesuaian ciri komponen makna berlaku bukan hanya pada unsur-unsur leksikal saja
tetapi juga berlaku antara unsur leksikal dan unsur gramatikal.
Chaer (2013:125) memberi contoh keterkaitan ciri-ciri semantik dan ketentuan-ketentuan gramatikal
yaitu pada kata kerja ‘membaca’. Kata kerja ‘membaca’ ini dalam penggunaannya memerlukan
hadirnya sebuah subjek yang berupa sebuah nomina atau frase nomina berciri makna (+manusia) dan
sebuah objek yang berciri makna (+bacaan) atau (+tulisan). Maka contoh kalimat Bupati membaca
Koran dapat diterima karena kata bupati berciri makna [+manusia] dan koran berciri makna [+bacaan].
Contoh lainnya dapat dilihat dari kata kerja ‘membelikan’ dan kata kerja ‘tiba’. Kata kerja
membelikan membutuhkan hadirnya sebuah subjek berciri [+manusia] dan dua buah objek; yang satu
berciri benda umum, seperti dalam kalimat : Ibu membelikan adik baju baru. Kata kerja ‘tiba’ juga
mengharuskan hadirnya sebuah keterangan berciri [+lokasi], seperti tampak pada kalimat Beliau tiba
di pasar. Kehadiran frase di pasar ini bersifat agak wajib karena kata kerja tiba itu juga memiliki ciri
makna [+lokasi]
Penulis mengambil 5 data dari korpus data. Berikut ini, penulis akan menganalisis komponen makna
dari 5 pasang kosakata yang ada pada buku Minna No Nihongo II dan Korean Made Easy for
Everyday Life ,serta kamus Kenkyusha’s New Japanese English Dictionary dan Minjungseorim’s
Essence Korean-English Dictionary sebagai pelengkap data.
4.1 Analisis Makna Kata ‘Fun’ dan ‘Bun
Data :
4.1.1
Analisis Makna kata ‘Fun’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Jepang
Korpus Data 1. Minna No Nihongo II, hal. 33
とけいの針は5時46分をさしています -> “tokei no hari wa 5 ji 46 pun wo sasite imasu”
Terjemahan : “Jarum jam tangan menunjukkan pukul 5 lewat 46 menit”
Korpus Data 2. Minna No Nihongo II, hal. 56
15分ぐらいで終わるとおもいます-> “15 fun gurai de owaruto omoimasu”
Terjemahan : “saya pikir kira-kira selesai dalam 15 menit”
4.1.2
Analisis Makna Kata ‘Bun’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Korea
Korpus Data 1. Korean Made Easy for Everyday Life, hal. 70
1
시간 30 분 쯤 걸려요 ->“1 sigan 30 bun jjeum geollyeoyo”
“waktunya kurang lebih 1 jam 30 menit”
Korpus Data 2. Korean Made Easy for Everyday Life, hlm. 139
6
시 30 분 영화예요->“6 si 30 bun yeonghwayeyo”
“filmnya pukul 6 lewat 30 menit”
Korpus Data 3. Korean Made Easy for Everyday Life, hlm. 158
어서 오세요. 몇분이세요? -> “eoseo oseyo Myeot bun i seyo?”.
“selamat datang. Untuk berapa orang ?”
4.1.3
Kata ‘Fun’ pada Kamus Jepang-Inggris
A minute; fif-teen minutes; a quarter [of an hour (a degree)]; A quarter past four; four fifteen (4.15);
Half an hour; Half past one ; one thirty (1.30); Three quarters on an hour; 25 degrees 15 minutes
North latitude; One-tenth of a momme
Sumber : Kenkyusha’s New Japanese English Dictionary (1942)
4.1.4
Kata ‘Bun’ pada Kamus Korea-Inggris
1/10] one-tenth; a tenth; A minute (of an hour, of a degree); one hour thirty minutes; the train leaving
at 3 : 25; One’s lot (status, place); one’s social standing; 10 tael; penny; [
part; 30degrees 10 minutes North latitude
본분] one’s duty; one’s
Sumber : Essence Korean-English Dictionary (1988)
Dari analisis makna di atas ditarik kesimpulan komponen makna sebagai berikut.
Tabel 4.3 Analisis Komponen Makna kata ‘Fun’ dan ‘Bun’ dalam Buku Pelajaran
Ciri
waktu
Insan
Fun
+
-
Bun
+
+
Tabel 4.4 Analisis Komponen Makna kata ‘Fun’ dan ‘Bun’ dalam Kamus
Ciri
waktu
sudut
jumlah
lambang
insan
tugas
menimbang
Fun
+
+
-
-
-
-
+
Bun
+
+
+
+
+
+
-
Simbol penggunaan komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus untuk mengetahui
adanya ciri tersebut dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013).
Dari komponen makna di atas penulis menarik kesimpulan kata ‘fun’ dan ‘bun’ pada kamus memiliki
persamaan dan perbedaan ciri komponen . Persamaannya baik kata ‘fun’ dan ‘bun’ memiliki ciri
sebagai waktu , pengukuran sudut, dan juga menyatakan jumlah. Perbedaannya, kata ‘bun’ memiliki
makna kata ganti numerikal orang, perwakilan lambang dan menyatakan, sedangkan kata ‘fun’ pada
kamus Jepang hal-hal tersebut tidak ditemukan. Sebaliknya pada kata ‘fun’ ada makna yang
menunjukkan hal menimbang sedangkan pada kata ‘bun’ hal tersebut tidak ada.
Kata ‘fun’ dan ‘bun’ pada buku pelajaran juga nampak persamaan dan perbedaan ciri komponen
keduanya yaitu sama-sama menyatakan waktu ditandai dengan [+waktu] dan perbedaannya adalah
kata ‘bun’ pada buku Korean Made Easy for Everyday Life ada yang menyatakan sebagai ganti orang
dalam bentuk sopan, namun kata ‘fun’ pada buku Minna No Nihongo II tidak ditemukan hal tersebut
4.2 Analisis Makna Kata ‘Shashin’ dan ‘Sajin’
Data :
4.2.1
Analisis Makna kata ‘Shashin’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Jepang
Korpus Data 1. Minna No Nihongo II, hal.20
写真をみせながら 説明します->“Shashin wo mise nagara setsumeishimasu”
“melihat foto sambil menjelaskan”
Korpus Data 2. Minna No Nihongo II, hal.5
この写真はどこで撮りましたか->“kono shashin wa dokode torimashitaka”
“dimana anda mengambil foto ini?”
Korpus Data 3. Minna No Nihongo II, hal. 145
おみあい写真です。おみあいの会社からもらって来たんです->“Omiai shasin desu. Omiai No
kaisha kara moratte kitandesu”
“foto perjodohan. Saya mendapatkannya dari biro jodoh”
Korpus Data 4. Minna No Nihongo II, hal.205
“
写真をとります”-> “Shashin wo torimasu”
“mengambil foto atau memotret”
4.2.2
Analisis Makna Kata ‘Sajin’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Korea
Korpus Data 1. Korean Made Easy for Everyday Life, hal.252
“
저, 사진 좀 찍어 주시겠어요 ?” ->“jeo, sajin jom jjikeo jusigessoyo?”
“permisi, bisakah anda mengambil foto saya”
Korpus Data 2. Korean Made Easy for Everyday Life, hal.100
“
여관하고 증명 사진 주세요” ->“yeogwan hago jeungmyeong sajin juseyo”
“tolong berikan paspor dan pas foto anda”
Korpus Data 3. Korean Made Easy for Everyday Life, hal.104
“
사진관에서 찍으세요” ->“sajingwan eseo jjikeuseyo”
“tolong ambil di studio foto dan datang kembali kesini”
4.2.3
Kata ‘Shashin’ pada Kamus Jepang-Inggris
a camera, a photographic apparatus; a photographer; a photography; a photo album; a photograph
frame; a photographic studio; a camera, a photographic apparatus; a snapshot; An enlarged photo;
A glazed (matted ) photograph; A platinotype; A photolithograph; A photograph mount; Newspaper
cameramen; A photographic contest; photograph;photo;take a photograph; the photograph has taken
(come out) well
Sumber : Kenkyusha’s New Japanese English Dictionary (1942)
4.2.4
Kata ‘Sajin’ pada Kamus Korea-Inggris
a photograph; a photo; a picture; a photography; a photographer; a photo album; a photograph
frame; a photographic studio; a camera, a photographic apparatus; a snapshot; An enlarged photo;
A glazed (matted ) photograph; A photolithograph; A photograph mount; A photographic contest;staff
photographer ; cameramen;Take a photograph;The picture turned out well
Sumber : Essence Korean-English Dictionary (1988)
Dari analisis makna di atas ditarik kesimpulan komponen makna sebagai berikut.
Tabel 4.7 Analisis Komponen Makna ‘Shashin’ dan ‘Sajin’ pada Buku Pelajaran
Ciri
Benda
tempat
proses
insan
lingkungan
makhluk hidup
Shashin
+
-
+
+
+
+
Sajin
+
+
+
+
-
+
Tabel 4.8 Analisis Komponen Makna ‘Shashin’ dan ‘Sajin’ pada Kamus
Ciri
benda
tempat
proses
pekerjaan
insan
lingkungan
makhluk hidup
Shashin
+
+
+
+
+
+
+
sajin
+
+
+
+
+
+
+
Simbol penggunaan komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus untuk mengetahui
adanya ciri tersebut dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013).
Dari komponen makna di atas penulis menarik kesimpulan bahwa kata ‘shashin’ dan ‘sajin’ pada
kamus memiliki ciri-ciri komponen yang sama yaitu baik kata ‘Shashin’ maupun ‘sajin’ yang
pertama, memiliki komponen makna [+benda] contohnya foto , album foto, pigura foto, kamera
sebagai alat penghasil foto dan lain-lain. Kedua, memiliki komponen makna [+proses] atau tindakan
dan menjadikan kata ‘Shashin’ dan ‘sajin’ mempunyai makna kata kerja. Ketiga,memiliki komponen
makna [+tempat] karena menjadi satu tempat kegiatan pelaksanaan yang khusus untuk bidang
fotografi contohnya studio foto dan kontes foto. Keempat, memiliki komponen makna [+pekerjaan]
contohnya seperti fotografer. Kelima, memiliki komponen [+insan] , maksudnya adalah hanya
manusia yang bisa mengambil, menghasilkan atau melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
‘foto’.Keenam, memiliki ciri suasana [+lingkungan] dan [+makhluk hidup] karena apa yang ada di
dalam benda bernama foto menggambarkan suatu lingkungan atau gambar dari makhluk hidup.
Dalam buku pelajaran, kata ‘shashin’ dan ‘sajin’ memiliki sedikit perbedaan komponen makna yaitu
‘Shashin’ dalam buku Minna No Nihongo II tidak memiliki ciri tempat [-tempat] , sedangkan ‘sajin’
dalam buku Korean Made Easy for Everyday Life memiliki ciri tersebut [+tempat]. Sebaliknya kata
‘sajin’ dalam buku Korean Made Easy for Everyday Life tidak memiliki ciri semantik gambaran
suasana lingkungan dalam foto [-lingkungan], sedangkan ‘shashin’ dalam buku Minna No Nihongo II
memiliki ciri tersebut [+lingkungan].
4.3 Analisis Makna Kata ‘Shorui’ dan ‘Seoryu’
Data :
4.3.1
Analisis Makna Kata ‘Shorui’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Jepang
Korpus Data 1. Minna No Nihongo II, hal. 138
このフャイルは書類をせいりするの使います->“kono fyairu wa shorui wo seirisuru no
tsukaimasu”
“file ini digunakan untuk mengatur dokumen”
4.3.2
Analisis Makna Kata ‘Seoryu’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Korea
Korpus Data 1. Korean Made Easy for Everyday Life, hal.113
“
서류예요?” “ 아니요,책이에요” -> “seoryu yeyo?” “ aniyo, chaekieyo”
“apakah ini dokumen?” “bukan, ini buku”
4.3.3
Makna Kata ‘shorui’ pada Kamus Jepang-Inggris
Documents;papers;dossiers; A briefcase; Confidential (important) papers; secret (important)
documents
Sumber : Kenkyusha’s New Japanese English Dictionary (1942)
4.3.4
Makna Kata ‘Seoryu’ pada Kamus Korea-Inggris
a document; a paper; a briefcase, a brief bag; confidential documents; Send (the papers) pertaining
to a (use) to the prosecutor’s office; Examine (go through) the personal historic of the candidates for
further examination
Sumber : Essence Korean-English Dictionary (1988)
Dari analisis makna di atas ditarik kesimpulan komponen makna sebagai berikut.
Tabel 4.11 Analisis Komponen Makna ‘Shorui’ dan ‘Seoryu’ pada Buku Pelajaran
Ciri
Benda
Kertas
Shorui
+
+
Seoryu
+
+
Tabel 4.12 Analisis Komponen Makna ‘Shorui’ dan ‘Seoryu’ pada Kamus
Ciri
Benda
Kertas
Tas
Proses
Shorui
+
+
+
-
Seoryu
+
+
+
+
Simbol penggunaan komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus untuk mengetahui
adanya ciri tersebut dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013).
Penulis menarik kesimpulan bahwa kata ‘shorui’ dan ‘seoryu’ pada kamus memiliki persamaan dan
perbedaan ciri komponen makna . Persamaannya adalah kata ‘shorui’ memiliki ciri [+benda] ,
kemudian memiliki ciri spesifik lainnya yaitu yang secara umum memiliki ciri [+kertas] dan juga
memiliki ciri [+tas]. Perbedaannya kata ‘seoryu’ pada kamus ada yang menunjukkan ciri [+proses]
sedangkan kata ‘shorui’ pada kamus hal tersebut tidak ditemukan [-proses]. Simbol penggunaan
komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus untuk mengetahui adanya ciri tersebut
dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013)
Dalam buku pelajaran Minna No Nihongo II dan Korean Made Easy for Everyday Life kata ‘shorui’
dan ‘seoryu’ tidak memiliki perbedaan karena keduanya sama-sama ditemukan menunjukkan ciri
komponen [+benda] dan ciri spesifik [+kertas] yaitu dokumen (lembaran-lembaran kertas atau suratsurat yang berisi informasi).
4.4 Analisis Maka Kata ‘Shōkai’ dan ‘Sokae’
Data :
4.4.1
Analisis Makna kata ‘Shōkai’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Jepang
Korpus Data 1. Minna No Nihongo II, hal.2
生け花を習いたいんですが、いい先生を紹介して いただけませんか
“ikebana wo naraitain desuga, ii sensei wo shōkaisite itadakemasenka”
“saya ingin belajar seni merangkai bunga, bisa kenalkan guru yang pandai ?”
4.4.2
Analisis Makna Kata ‘Sokae’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Korea
Korpus Data 1. Korean Made Easy for Everyday Life, hal.23
제 친구를 소개해 드리겠습니다. 이분은 샘 브라운 씨 입니다
“je chingureul sokaehae derikettseumnida. Ibuneun Sam Brown ssi imnida”
“Izinkan saya memperkenalkan teman saya. Ini tuan Sam Brown”
4.4.3
Makna Kata ‘Shōkai’ pada Kamus Jepang-Inggris
Introduction;presentation;recommendation; ~suru , introduce ; present ; recommend; the introducer;
a letter of introduction
Sumber : Kenkyusha’s New Japanese English Dictionary (1942)
4.4.4
Makna Kata ‘Sokae’ pada Kamus Korea-Inggris
an introduction;presentation;recommend;mediate between; Introduce;present; Brokerage;a
commission; Brokerage;commission agency; An (employment) agent; an introducer; A letter of
introduction
Sumber : Essence Korean-English Dictionary (1988)
Dari analisis makna di atas ditarik kesimpulan komponen makna sebagai berikut.
Tabel 4.15 Analisis Komponen Makna kata ‘Shōkai’ dan ‘Sokae’ pada Buku Pelajaran
Ciri
Insan
Tindakan
Shokai
+
+
Sokae
+
+
Tabel 4.16 Analisis Komponen Makna kata ‘Shōkai’ dan ‘Sokae’ pada Kamus
Ciri
Insan
Benda
Tindakan
Bisnis
Shokai
+
+
+
-
Sokae
+
+
+
+
Simbol penggunaan komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus untuk mengetahui
adanya ciri tersebut dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013).
Penulis menarik kesimpulan bahwa kata ‘shōkai’ dan ‘sokae’ pada kamus memiliki persamaan dan
sedikit perbedaan komponen makna. Seperti yang dikatakan oleh Chaer (2013:114) komponen makna
mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersamasama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Maka dari itu untuk
persamaannya,pertama baik kata ‘shōkai’ maupun kata ‘sokae’ memiliki komponen makna [+insan]
yaitu bisa sebagai objek dan juga sebagai pelaku.Kedua,komponen makna [+benda] yang bisa berarti
segala macam kata benda sebagai objek dan dalam konteks pembahasan di atas kata ‘shōkai’ dan
‘sokae’ ditemukan memiliki arti sebagai surat pengenalan yang mana konteksnya adalah benda.
Ketiga, ciri komponen sebagai [+tindakan] yaitu kedua kata tersebut mencermikan sebuah aksi proses
atau perbuatan mengenalkan . Untuk perbedaannya , kata ‘sokae’pada kamus ditemukan memiliki ciri
komponen makna yang berhubungan dengan [+bisnis] sedangkan pada kata ‘shōkai’ dalam kamus
tidak ditemukan.
Dalam buku pelajaran Minna No Nihongo II dan Korean Made Easy for Everyday Life kata ‘shōkai’
dan ‘sokae’ tidak memiliki perbedaan karena keduanya sama-sama ditemukan menunjukkan ciri
komponen [+tindakan] dan [+insan] yang dalam arti tindakan perbuatan mengenalkan tersebut
dilakukan oleh manusia dan manusia pula sebagai objeknya.
4.5 Analisis Makna Kata ‘Kaban’ dan ‘Kabang’
Data :
4.5.1
Analisis Makna kata ‘Kaban’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Jepang
Korpus Data 1. Minna No Nihongo II, hal. 5
いいかばんですでね。どこで買ったんですか->“ii kaban desune. Dokode kattan desuka”
“tasnya bagus ya. Beli dimana?”
4.5.2
Analisis Makna Kata ‘Kabang’ dalam Buku Pelajaran Bahasa Korea
Korpus Data 1. Korean Made Easy for Everyday Life, hal.176
가방과 옷은 여기에 보관해 주세요.-> “kabang gwa oseun yeogie bogwahae juseyo”
“silahkan letakkan tas dan baju anda disini”
4.5.3
Makna Kata ‘Kaban’ pada Kamus Jepang-Inggris
A bag; A satchel; a trunk;a suitcase; A handbag; A briefcase
Sumber : Kenkyusha’s New Japanese English Dictionary (1942)
4.5.4
Makna Kata ‘Kabang’ pada Kamus Korea-Inggris
A bag; A suitcase; a trunk; A satchel; A briefcase; A handbag
Sumber : Essence Korean-English Dictionary (1988)
Dari analisis makna di atas ditarik kesimpulan komponen makna sebagai berikut.
Tabel 4.19 Analisis Komponen Makna Kata ‘Kaban’ dan ‘Kabang’ pada Buku Pelajaran
Ciri
Benda
Insan
Kaban
+
+
Kabang
+
+
Tabel 4.20 Analisis Komponen Makna kata ‘Kaban’ dan ‘Kabang’ pada Kamus
Ciri
Insan
Benda
Wadah
Bertali
Kaban
+
+
+
+
Kabang
+
+
+
+
Simbol penggunaan komponen makna yaitu ditandai oleh tanda plus dan minus untuk mengetahui
adanya ciri tersebut dalam suatu kata atau tidak (Chaer,2013).
Penulis menarik kesimpulan bahwa kata ‘kaban’ dan ‘kaban’ pada masing-masing kamus memiliki
persamaan ciri komponen makna yaitu pertama, memiliki komponen makna [+insan] karena pada
dasarnya tas hanya digunakan oleh manusia. Kedua, memiliki ciri [+benda]. Ketiga, mempunyai ciri
[+wadah] yaitu berfungsi sebagai tempat untuk menampung berbagai macam barang. Keempat,
memiliki ciri [+bertali] karena pada umumnya dan seperti yang ada pada keterangan di kamus , tas
memiliki tali untuk digantungkan pada badan manusia.
Dalam buku Minna No Nihongo II dan Korean Made Easy for Everyday Life, penulis juga
menemukan kata ‘kaban’ dan ‘kabang’ juga memiliki ciri yang sama yaitu bercirikan [+insan] karena
kalimat-kalimat pada pembahasan sebelumnya menunjukkan tas kepemilikan dari orang. Kedua, yaitu
bercirikan [+benda] , sama halnya yang ada pada kamus
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah menganalisis makna dalam kemiripan kosakata antara bahasa Jepang dan bahasa Korea
dengan buku pelajaran sebagai sumber data dan kamus sebagai pelengkap, simpulan yang dapat
diambil adalah walaupun secara umum kata-kata yang mirip antara bahasa Jepang dan bahasa Korea
memiliki makna yang sama namun tidak bisa dikatakan 100% sama karena terbukti tetap adanya
perbedaan ciri komponen makna baik dalam kamus maupun ruang lingkup yang penulis teliti sebagai
sumber data yaitu buku pelajaran. Dalam pembuatan penelitian ini, penulis banyak menemukan
persamaan makna yang terkandung dalam kosakata yang mirip antara kedua bahasa, namun
perbedaan makna di antara keduanya juga dapat penulis temukan. Makna – makna yang terdapat
dalam kedua bahasa ini penulis analisis melalui teori medan makna dan komponen makna sehingga
penulis dapat menjabarkan persamaan dan perbedaan makna yang terkandung dalam kosakata yang
mirip antara bahasa Jepang dan bahasa Korea. Dari 5 data yang digunakan dalam penelitian ini,
penulis menemukan hanya 1 data yang memiliki kesamaan persis komponen maknanya dari pasangan
kata tersebut yakni kata kaban-kabang.
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti makna yang terkandung dari kemiripan kosakata antara
bahasa Jepang dan bahasa Korea. Penulis memberikan masukan atau saran bagi penulis lainnya yang
ingin meneruskan penelitian tentang kemiripan kosakata antara bahasa Jepang dan bahasa Korea yaitu
dengan mengkaji penelitian ini dari unsur fonologi atau bentuk ucapannya.
REFERENSI
Alwi,Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Balai pustaka.
Chaer,Abdul . 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Koizumi,Tamotsu. 1993. Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Taishukan Shotei
Minjungseorim: Third edition . 1988. Minjungseorim’s Essence Korean-English Dictionary.
Ogawa,Iwao . 2002. Minna No Nihongo II (Shokyuu II). Surabaya : PT Pustaka Lintas Budaya
Pateda, Mansoer . 2010. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta
Poerwadarminta,W.J.S. 2003. Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka
Seung-Eun Oh . 2009. Korean Made Easy for Everyday Life. Korea : Darakwon
Smaradhipa,Galih. Bertutur dengan Tulisan. Diposting dari situs
http://www.rayakultura.com.12/05/2005 [terakhir diakses : 08/12/2014]
Sudjianto dan Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc
Takenobu,Yoshitaro. 1942. Kenkyusha’s New Japanese English Dictionary. Cambridge: Hardvard
University Press
Wibowo,Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia.
RIWAYAT PENULIS
Cornisa Pravijantie Nasution lahir di kota Cilacap pada 01 Juni 1992. Penulis menamatkan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang sastra Jepang pada tahun 2015.
Download