Penerapan Konsep Diri Dalam Proses Komunikasi Pada Satpam

advertisement
Penerapan Konsep Diri Dalam Proses Komunikasi Pada Satpam
Perempuan Di Universitas Sumatera Utara
BEATRIX PUTRI LOPIAN LUMBAN TORUAN
100904128
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri dan penerapan
konsep diri tersebut pada satpam perempuan dalam proses komunikasi. Teori
yang digunakan adalah teori komunikasi, psikologi komunikasi, konsep diri, teori
atribusi, teori gender, dan teori stereotip. Subjek penelitian adalah Satuan
Pengamanan (Satpam) yang bergender perempuan. Tempat penelitian yang
dilaksanakan di Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan adalah studi
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam pengambilan data informan tidak
ditentukan jumlahnya, namun diakhiri bila data yang diperoleh sudah jenuh. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dapat memengaruhi proses
komunikasi yang terjadi pada diri satpam perempuan. Dalam berkomunikasi
satpam perempuan mengalami perubahan karakter dan sikap. Komunikasi yang
terjadi dapat terjalin dengan baik dan efektif. Dengan atribut dan seragam yang
menunjukkan kedisiplinan pekerjaan ini tetap tidak merubah sisi kewanitaan
satpam perempuan. Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa konsep diri mampu
memengaruhi proses komunikasi yang terjadi pada Satpam perempuan dan
penerapan konsep diri selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci : Konsep Diri, Komunikasi, Satpam Perempuan, Atribusi
PENDAHULUAN
Konteks Masalah
Konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
dipelajari dan dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan
individu lain. Setiap individu itu akan menerima tanggapan-tanggapan.
Tanggapan-tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin menilai dan
memandang dirinya. (www.miklotof.wordpress.com). Konsep diri dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, dan status sosial ekonomi. Clara R.
Pudjijogyanti (1995 : 29). Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang
bersumber dari keadaan fisik dan popularitas dirinya, sedangkan konsep diri lakilaki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata lain, wanita
akan bersandar pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan bersandar pada citra
kelaki-lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing. Terlepas dari
apa yang menjadi penyebabnya, realitas sosial dewasa ini memperlihatkan dengan
jelas betapa kecenderungan manusia pada aktivitas kerja ekonomis terasa menjadi
semakin kuat dan keras. Fenomena ini semakin nyata dalam era industrial
sekarang ini, bahkan realitas sosial juga memperlihatkan bahwa perburuan
manusia mencari kesenangan ekonomi dan sesuap nasi oleh kaum perempuan,
baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga (mempunyai suami)
1
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Apalagi untuk kaum perempuan yang
disebut terakhir ini (kaum istri) pada gilirannya harus melakukan kerja ganda.
Selain mengurus suami dan anak-anak, mereka juga mencari nafkah di luar juga.
Profesi satpam memang selama ini sangat identik dengan lelaki. Profesi satpam
memiliki resiko yang cukup tinggi dan pekerjaan satpam memerlukan kegiatan
fisik yang cukup banyak sehingga banyak kaum perempuan yang enggan untuk
menjadi seorang satpam. Pada saat ini hal tersebut sudah berubah, jika anda
perhatikan di beberapa perusahaan dan tempat tertentu sudah banyak juga satpam
perempuan dan bekerja sebagaimana kaum lelaki. Profesi satpam perempuan juga
banyak diperlukan oleh banyak perusahaan dan tempat-tempat tertentu karena
adanya kebutuhan yang memang membutuhkan tenaga perempuan sebagai
satpam. Tugas dan tanggung jawab satpam perempuan pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan satpam lelaki, akan tetapi ada tugas khusus yaitu hal-hal yang
terkait dengan pemeriksaan yang membutuhkan tenaga perempuan. Satpam yang
merupakan singkatan dari Satuan Pengamanan adalah satuan kelompok petugas
yang dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan keamanan fisik
(physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa di
lingkungan kerjanya.
Fokus masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, peneliti memfokuskan
masalah sebagai berikut :
“Bagaimana penerapan konsep diri pada proses komunikasi yang dilakukan
Satpam Perempuan di Universitas Sumatera Utara ?”
Batasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi
deskriptif di mana peneliti hanya menggambarkan realitas yang terjadi tanpa
menjelaskan hubungan antarvariabel.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan penerapan konsep diri
Satpam Perempuan Universitas Sumatera Utara, serta perubahan karakter
pribadi dalam proses komunikasi Satpam Perempuan yang bekerja di
Universitas Sumatera Utara.
3. Peneliti memfokuskan penelitian terhadap Satpam perempuan yang bekerja
di Universitas Sumatera Utara
Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep diri dalam proses komunikasi yang
dilakukan Satpam Perempuan di Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk melihat bagaimana penerapan konsep diri dalam proses komunikasi
pada Satpam Perempuan saat menjalankan tugasnya.
2
Manfaat
1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menguji pengalaman teoritis
penulis selama mengikuti studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, terutama pada Departemen Ilmu Komunikasi.
2. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan
penelitian dan sumber bacaan.
KAJIAN PUSTAKA
Perspektif/Paradigma Kajian
Ada tiga paradigma dalam kajian ilmu komunikasi. Pandangan pertama,
paradigma positivisme yaitu melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia
dengan objek di luar dirinya. Hal tersebut yang menjadi fokus utama, terkait
dengan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama (dalam Eriyanto, 2001
: 4). Pandangan kedua, paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan
sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Dalam
studi komunikasi, paradigma konstrukvisme ini sering sekali disebut sebagai
paradigma produksi dan pertukaran makna (dalam Ardianto, 2007 : 153).
Paradigma kritis (dalam Eriyanto, 2001 : 5) adalah paradigma yang memandang
bahwa bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar sisi
pembicara. Maka yang digunakan oleh peneliti adalah paradigma konstruktivisme
sebagai pandangan dasar untuk melihat dan mengetahui bagaimana penerapan
konsep diri pada proses komunikasi seorang satpam perempuan di Universitas
Sumatera Utara.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis
pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan. Adapun teori yang
dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :
Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
Latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
yang dimaksud sama makna (dalam Effendy, 2005 : 9). Komunikasi merupakan
proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat serta perilaku baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui media.
Psikologi Komunikasi
Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
3
Hovland, Janis, dan Kelly (dalam Rakhmat, 1953 : 12) semuanya psikolog,
mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the
communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other
individuals (the audiens)” . Komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme
sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika
lambang-lambang verbal tersebut sebagai stimuli. Psikologi mencoba menganalisa
seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi.
Konsep Diri
Konsep diri menurut Anita Taylor 1977 (dalam Rakhmat, 2005 : 100)
mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think and feel about you, the entire
complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”, “semua yang anda
pikirkan dan anda rasakan adalah seluruh kompleks dari keyakinan dan sikap
yang anda pegang tentang diri anda.”
Teori Atribusi
Teori atribusi mengupas bagaimana manusia bisa menjelaskan peristiwa-peristiwa
sosial. Atribusi sebab akibat yang paling umum menjelaskan perilaku intern dan
ekstern seseorang, stabil atau tidak stabil, dan dapat dikendalikan atau tidak.
(O.Sears,1985 : 134).
Gender
Secara etimologis kata „gender‟ berasal dari bahasa Inggris yang berarti „jenis
kelamin‟ Kata „gender‟ bisa diartikan sebagai „perbedaan yang tampak antara
laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku (Victoria Neufeldt (ed.),
1984 : 561).
Teori Stereotype
Stereotip adalah kombinasi dari ciri-ciri yang paling sering diterapkan oleh suatu
kelompok tehadap kelompok lain, atau oleh seseorang kepada orang lain
(Soekanto, 1993).
Berikut bagan model teoritik yang menggambarkan proses penerapan konsep diri:
Gambar 1
Model Teoritik
Konsep
Diri
Perempuan
Satpam
Proses
Komunikasi
Teori Atribusi
Teori Gender
Teori
Stereotip
4
Penerapan Konsep Diri
Dari bagan di atas digambarkan bahwa, untuk memperoleh hasil dari penerapan
konsep diri satpam perempuan, maka terlebih dahulu dijelaskan bagaimana
konsep diri dan komunikasi mereka sebelum berprofesi sebagai satpam dan
dikaitkan dengan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis proses tersebut.
Teori yang digunakan adalah Teori Atribusi, Teori Gender, Teori Stereotip. Teori
atribusi menjelaskan bagaimana satpam perempuan mengalami perubahan
perilaku yang diakibatkan oleh perilaku intern dan ekstern. Teori ini juga
menjelaskan pendekatan yang dilakukan dalam memperoleh pola perubahan
perilaku satpam perempuan, yaitu pendekatan sikap, motivasi dan emosi.
Sementara itu, teori gender menjelaskan bagaimana profesi satpam yang pada
umumnya adalah pekerjaan laki-laki dikerjakan oleh perempuan. Teori gender
mengatakan bahwa gender merupakan suatu konsep kultural yang digunakan
untuk melihat perbedaan peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional
antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan teori stereotip menjelaskan pandangan
dan anggapan secara umum terkait dengan konsep diri dan komunikasi satpam
perempuan.
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau
memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian perlu dibedakan dari teknik
yang lebih spesifik untuk memperoleh data (Soehartono, 2008 : 9).
Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penerapan konsep diri pada
proses komunikasi yang dilakukan oleh satpam perempuan di Universitas
Sumatera Utara Tahun 2014.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah satpam perempuan sebagai informan
yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Profesi SATPAM perempuan yang bekerja di Universitas Sumatera
Utara
2. SATPAM perempuan dengan status pekerja tetap.
3. Batas usia dari 21 tahun – 30 tahun
KerangkaAnalisa
Kerangka analisis berarti melakukan kajian untuk memahami struktur suatu
fenomena-fenomena yang berlaku di lapangan. Analisis dimulai dengan cara
menganalisis konsep diri satpam perempuan di Universitas Sumatera Utara.
Penulis melakukan pedoman wawancara dan berbaur dengan subjek yang diteliti.
5
P
Gambar 2
Kerangka Analisis
s Satpam
perempuan di
Universitas
Sumatera Utara
E
M
Penerapan
konsep diri
pada proses
komunikasi
Hasil Penelitian
dan Analisis
B
A
Kesimpulan
dan Saran
H
A
S
A
Sumber: Peneliti, 21 September 2014
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan empat cara,
yaitu;
1. Studi Kepustakaan
Penelitian dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku, artikel dan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Wawancara Mendalam ( in –depth interview )
Wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan jumlah
pertemuan tidak ditetapkan, sesuai dengan kebutuhan informasi (Bungin,
2009 : 108)
3. Observasi
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2009 : 115).
4. Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan adalah dengan Purposive Sampling. Secara
bahasa, kata purposive berarti sengaja (www.buatskripsi.com).
N
Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
kualitatif. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data menurut Miles
dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008 : 91) yaitu :
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam kualitatif adalah kesimpulan yang ditarik dari semua
hal yang terdapat dalam reduksi dan sajian data. Kesimpulan merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan
yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal
penting.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara Kota Medan Provinsi
Sumatera Utara. Karena lokasi yang telah dipilih oleh peneliti sesuai dengan hasil
pengamatan yang menjadi judul skripsi peneliti yaitu penerapan konsep diri dalam
proses komunikasi pada satuan pengamanan (Satpam) perempuan di Universitas
Sumatera Utara. Di tempat penelitian, jumlah keseluruhan Satpam yang ada di
lingkungan tersebut ada 180 orang dan jumlah Satpam laki-laki ada 175 orang
sedangkan jumlah Satpam perempuan 5 orang. Penerapan konsep diri dalam
proses komunikasi pada satuan pengamanan (Satpam) perempuan di Universitas
Sumatera Utara, para informan beranggapan bahwa menjadi seorang Satpam
merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Selain itu, informan juga beranggapan
bahwa profesi sebagai Satpam perempuan memberikan nilai-nilai baru dalam
pembentukan karakter pribadi. Nilai-nilai baru yang dimaksud adalah adanya pola
perubahan karakter sebelum dan setelah informan berprofesi sebagai Satpam
perempuan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan pertama, saat Yenni
menjalankan profesi sebagai Satpam ini, konsep diri pada Yenni banyak
mempengaruhi perubahan karakter dirinya. Ia merasa lebih percaya diri saat
berkomunikasi dengan orang lain, disiplin mengatur waktu, lebih tegas dalam
mengambil tindakan, dan terkadang terlihat garang jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan kedua,
selama Elisabeth menjalankan profesinya, ada beberapa hal yang ia rasakan
berubah dari dirinya. Mulai dari ketegasannya saat berkomunikasi, kedisiplinan
dalam waktu kerja, disiplin berpakaian, kesigapan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Semua ia rasakan berubah saat menjadi seorang Satpam. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan dengan informan ketiga, Suriani disela pekerjaannya
ia mengakui bahwa menjadi seorang Satpam membuatnya mengalami perubahan
pada karakter dirinya. Seperti terlihat lebih garang, meskipun ia tegas saat
menghadapi mahasiswi yang membuat ulah di asrama. Namun, diluar dari
ketegasannya setiap kali ia disapa, selalu ada rasa saling menyegani dan sopan
santun yang terjadi antara Ria dan mahasiswi lainnya. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan informan keempat, ketika Siti Jubaidah memilih pekerjaan
ini, Siti merasa banyak mengalami perubahan pada dirinya, bukan hanya sekedar
dari penampilan fisik, tetapi dari internal dirinya pun banyak mengalami
perubahan.
Satpam yang merupakan singkatan dari Satuan Pengamanan adalah satuan
kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk
melakukan keamanan fisik (physical security) dalam rangka penyelenggaraan
keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya. Pada penelitian ini, peneliti mencoba
dan menjelaskan proses komunikasi yang terjadi pada seorang Satpam perempuan
yang bekerja di Universitas Sumatera Utara. Proses komunikasi ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga dan teman-teman. Hal ini menentukan
efektif atau tidaknya komunikasi tersebut. Dari keempat informan yang berprofesi
sebagai Satpam perempuan , secara umum mereka berpendapat bahwa profesi
sebagai Satpam memberikan tantangan tersendiri bagi mereka, dimana profesi
7
Satpam adalah profesi yang notabene dikerjakan oleh laki-laki. Pada dasarnya,
perempuan yang berprofesi sebagai Satpam tentunya memiliki latar belakang
yang berbeda. Misalnya saja, Satpam perempuan tersebut berlatar belakang dari
keluarga yang kurang mampu dan latar belakang pendidikan yang rendah. Dari
kondisi tersebut mendorong mereka untuk memilih pekerjaan yang tidak lazim
pada umumnya bagi perempuan seperti bekerja sebagai Satpam. Anggapan ini
juga dibenarkan oleh informan yang diwawancarai peneliti di lapangan. Mereka
memilih pekerjaan menjadi seorang Satpam adalah dipengaruhi oleh faktor
ekonomi dan ketidak-beruntungan mereka dalam mencari pekerjaan yang lebih
baik yang tidak terlalu beresiko bagi diri mereka sendiri.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik informan berbeda-beda. Karena ada perbedaan latar belakang
keluarga, kondisi keluarga, budaya serta cara dari masing-masing
informan tersebut untuk menjalani profesi mereka sebagai satpam
perempuan.
2. Proses pembentukkan konsep diri dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
orang tua, orang lain, budaya dan eveluasi diri. Pada penelitian ini,
semakin efektif komunikasi yang dilakukan oleh masing-masing satpam
perempuan tersebut, maka semakin positif juga konsep diri yang terbentuk
dan sebaliknya.
Saran
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mempunyai saran kepada pembaca tulisan ini
agar kita semua dapat menerapkan konsep diri sebaik mungkin dalam kehidupan
kita sehari-hari sehingga komunikasi interpersonal yang telah kita bangun
terhadap saudara, teman atau sahabat kita lainnya dapat kita laksanakan dan juga
rasakan. Oleh karena itu kita diharapkan dapat mengerti apa itu komunikasi
sehingga dapat menjalankannya sesuai dengan konsep diri kita masing masing dan
dapat kita gunakan di masa depan.
Saran dalam kaitan akademis, agar penelitian selanjutnya dengan kajian yang
sama dapat menggunakan kerangka analisis yang berbeda, misalnya
menggunakan analisis wacana kritis sehingga tercipta keragaman dalam
penelitian. Serta tetap menggunakan daya kritisnya dalam membangun kesadaran
masyarakat bahwa ada upaya-upaya media untuk melanggengkan ideologinya di
masyarakat.
DAFTAR REFERENSI
Ardianto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media
8
Bungin,
Burhan,
2009.
PenelitianKualitatif:Komunikasi,
Ekonomi,
KebijakanPublik, dan IlmuSosialLainnya. Jakarta: Prenada Media
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Eriyanto.2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta :
Lkis Yogyakarta.
Hovland, C.I., I.L. Janis, Kelley. 1953. Communication and Persuasio, New
Heaven, Conn : Yale University Press
O. Sears, David, Freedman, Jonathan, dan Peplau, L. Anne. 1985. Psikologi Sosial
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. PsikologiKomunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Soehartono,Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Soekanto, S. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sumber Internet
www.miklotof.wordpress.com
www.buatskripsi.com
9
Download