1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Wilayah Indonesia mencakup pulau-pulau kecil dan besar dari ujung barat
Sabang sampai Merauke di Papua, secara geografi wilayah Indonesia berada
di garis khatulistiwa atau garis edar matahari dan diantara 2 lempeng besar
yaitu India-Australia dan Pasifik. Secara geologi lempeng terus bergerak
(Kenzie dan Parker, 1967), dengan pergerakan yang signifikan tersebut
menyebabkan bumi (Indonesia) memiliki topografi yang bervariasi mulai dari
yang datar, berombak, bergelombang, berbukit, dan bergunung.
Penggunaan data penginderaan jauh memiliki keuntungan dalam hal tidak
kontak langsung dengan objek dilapangan karena menggunakan wahana
satelit. Perekaman citra direkam dalam bentuk Digital Number (DN) yang
tersusun secara sistematik sehingga dapat mewakili objek terekam di bumi.
Perekaman citra tersusun atas sekumpulan sel-sel penyusun yang disebut
dengan piksel (pixel, kependekan dari picture element). Tiap piksel mewakili
satu luasan tertentu pada permukaan yang terindera, dan tiap piksel ini
mempunyai nilai pantulan tertentu. Jadi, dengan kata lain, piksel ini
merupakan data yang punya aspek spasial (ukuran luas yang terwakili) dan
sekaligus aspek spektral (besarnya nilai pantulan yang tercatat) (Danoedoro,
2012). Digital Number (DN) memiliki variasi terhadap objek yang
direkamnya dan pengaruh-pengaruh di atasnya (Atmosfer), variasi tersebut
merupakan energi dari reflektan matahari yang mengenai objek dan terekam
satelit dalam beberapa saluran seperti Landsat 8.
Landsat 8 dalam sekali perekaman mampu menyajikan wilayah seluas 170
km x 183 km. Perekaman tersebut dilakukan secara pasif atau memanfaatkan
sinar matahari untuk mengenali objek dari energi pantulan spektralnya,
sehingga landsat 8 merekam pada suatu lokasi pagi hari pada jam 9 – 10 dan
bergantung pada kondisi sensor, atmosfer dan objek itu sendiri untuk
1
menghasilkan nilai akurasi yang tinggi. Kondisi sensor yang dimaksudkan
adalah kegagalan sistem ataupun kerusakan sistem yang ada pada sensor
satelit seperti yang dapat ditemukan pada landsat 7 TM, kondisi atmosfer
bersinggungan uap air, udara, asap dan kelembapan, sedangkan dari objek itu
sendiri adalah kondisi topografi wilayah. Pengaruh dari arah penyinaran
matahari yang bersifat radiasi dan tidak dapat menembus objek padat di
permukaan bumi (gunung) adalah intensitas energi yang diterima objek dan
yang dipantulkan kembali.
Adanya
perbedaan
topografi
baik
kemiringan
dan
arah
lereng
mengakibatkan perbedaan energi dari radiasi cahaya matahari yang diterima
oleh sensor satelit. Perbedaan tersebut akan mengurangi keakurasian dalam
proses lebih lanjut baik secara visual maupun secara digital. Perbedaan
topografi yang dimaksud adalah antara balik objek (bukit, gunung) yang tidak
tersinari matahari dan yang ada di depan objek, karena sinar matahari bersifat
radiasi dan bergerak lurus terhadap apapun.
Pengolahan digital dapat digunakan untuk meningkatkan keakurasian dari
Digital
Number
(DN)
akibat
perbedaan
topografi,
sehingga
untuk
mendapatkan nilai piksel yang akurat dari objek maka harus disama ratakan
dari topografi yang terekam. Kesalahan nilai piksel tersebut dapat dikurangi
dengan menggunakan koreksi radiometrik Terrain. Koreksi radiometrik
Terrain ada banyak macamnya salah satunya adalah metode C-Corecction,
adapun telah dibuktikan oleh beberapa peneliti seperti Mayer et al pada tahun
2004. Hasilnya menunjukkan bahwa koreksi radiometrik metode CCorecction dapat mengurangi efek kelengkungan dari topografi bumi.
Berdasarkan pernyataan – pernyataan diatas maka peniliti ingin mengolah
data Landsat 8 sebagian wilayah Provinsi Lampung menggunakan perangkat
lunak program INCAS LAPAN untuk melakukan proses koreksi radiometrik
Terrain dengan menitik beratkan pada pengkoreksian secara otomatis.
Adapun dilakukan analisis perubahan visual, nilai piksel, histogram, dan uji
akurasi. Kemudian, berdasarkan hasil koreksi Terrain akan didapatkan citra
yang secara visual rona/warnanya berubah dan secara kuantitatif nilai piksel
2
terkoreksi (daerah bayangan) menjadi tinggi, histogram citra memiliki batas
nilai piksel yang lebih tinggi.
1.2
Pertanyaan Penelitian
Perekaman objek oleh satelit Landsat 8 tidak selamanya baik namun juga
memiliki kesalahan yang ikut terekam. Ada beberapa kesalahan radiometrik
yang mempengaruhi. Menurut Teillet (1986, dalam Mayer et al., (1993))
membagi kesalahan radiometrik menjadi dua kategori utama:

Kesalahan di dalam sensor

Kesalahan pada citra
Kesalahan sensor mengacu pada teknis sistem satelit perekam seperti
wahana, alat perekaman, dan kestabilan sistem lainnya. Kesalahan pada citra
seperti kondisi permukaan bumi, kondisi atmosfer, sudut perekaman, posisi
matahari, nilai pantulan objek dan lain sebagainya. Akibat dari kesalahan
tersebut mengakibatkan terjadi perbedaan nilai piksel antara objek di
permukaan bumi dengan hasil perekaman. Perbedaan nilai piksel akibat
topografi dapat dikurangi dengan koreksi radiometrik Terrain metode CCorecction.
Metode koreksi Radiometrik Terrain mengasumsikan bahwa posisi
matahari perlu dirubah menjadi posisi normal piksel sehingga seolah-olah
tegak lurus terhadap piksel (Trisakti et al., 2009). Objek di balik bukit/gunung
yang tidak terkena matahari dianggap hilang (null value) dan tidak dapat
diklasifikasikan.
maka perlu
ada estimasi koefisien dari metode C-
Correction secara otomasisasi. Melalui masalah tersebut maka muncul
pertanyaan.
1. Bagaimana nilai piksel pada daerah sampel antara citra sebelum
terkoreksi dengan sesudah terkoreksi Terrain metode C-Correction?
2. Bagaimana visualisasi dari citra digital pada daerah dengan topografi
bervariasi menggunakan koreksi Terrain metode C-Correction?
3
1.3
Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mendapatkan citra dengan nilai piksel yang sudah terkoresi terrain
menyesuaikan arah reflektan matahari.
2. Citra bersih efek bayangan dan kelengkungan pada citra karena perbedaan
ketinggian muka bumi.
1.4
Manfaat
Adapula manfaat yang ingin dituju dalam penelitian ini yaitu:
1. Tersedianya citra terkoreksi dengan nilai piksel yang lebih mendekati
lapangan dan bernuansa datar
2. Citra yang terekam menjadi lebih seragam dalam rona maupun warna
dengan sekitar terutama pada daerah bayangan bukit/gunung
4
Download