Artikel Asli PENAMBAHAN FOTOTERAPI LIGHT

advertisement
MDVI
Vol 42 No. 4 Tahun 2015; 157 - 162
Artikel Asli
PENAMBAHAN FOTOTERAPI LIGHT EMITTING DIODE
SINAR BIRU-MERAH PADA TERAPI LINI PERTAMA
PASIEN AKNE VULGARIS DERAJAT SEDANG
(Analisis efektivitas, keamanan, dan efektivitas-biaya)
Vini Onmaya, Irma Bernadette, Kusmarinah Bramono
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
ABSTRAK
Akne vulgaris adalah kelainan kulit yang sering ditemukan. Panduan terapi lini pertama kadang
memberikan hasil kurang memuaskan serta sering dijumpai efek samping dan resistensi obat. Fototerapi light
emitting diode (LED) sinar biru-merah dilaporkan efektif pada lesi akne.
Dilakukan penelitian untuk membandingkan penambahan fototerapi LED sinar biru-merah pada terapi
lini pertama dengan tanpa fototerapi pada akne vulgaris derajat sedang (AVS).
Studi analitik dengan desain uji klinis acak terkontrol membandingkan dua sisi wajah (split-face)
dilakukan pada 50 subyek AVS. Subyek diberikan terapi lini pertama, yaitu krim tretinoin 0,05% dan doksisiklin
oral 100 mg/hari. Sisi wajah fototerapi diberikan fototerapi LED sinar biru-merah setiap minggu selama empat
minggu berturutan, sedangkan sisi wajah kontrol tanpa fototerapi. Penilaian dilakukan saat kunjungan awal,
minggu ke-2, 4, 6, dan 8.
Pada minggu ke-4 dan 8, penambahan fototerapi lebih efektif dan berbeda bermakna pada lesi
noninflamasi (54,42% dan 75,59%) serta pada lesi inflamasi (75% dan 89,44%) dibandingkan dengan tanpa
fototerapi. Efek samping yang ditemukan minimal dan bersifat sementara. Rasio efektivitas-biaya sebesar Rp.
19.447,- untuk mendapatkan perbedaan efektivitas 1% lebih besar pada kelompok fototerapi.
Penambahan fototerapi LED sinar biru-merah pada terapi lini pertama AVS lebih efektif, aman,
namun tidak memiliki efektivitas-biaya lebih baik dibandingkan dengan tanpa fototerapi.
Kata kunci: akne vulgaris, fototerapi, LED
ABSTRACT
Acne vulgaris is a common skin disorder. Unsatisfied results sometimes came from first line therapies,
along with their side effects and resistances. Light emitting diode (LED) phototherapy was reported effective for
acne lesions.
A study was done to compare adjuvant of blue-red LED phototherapy to first line therapy with no
phototherapy in moderate acne vulgaris patients.
An analytic study with randomized control trial design comparing both half-face (split-face) was done
to 50 moderate acne patients. Subjects were given first line therapy 0.05% tretinoin cream and 100 mg
doxycyclin capsules/day. Half-face was given blue-red LED phototherapy once a week for four weeks, while the
other half-face with no phototherapy as control. Evaluations were done at first visit, week-2, 4, 6, and 8.
At 4th and 8th weeks, adjuvant of phototherapy resulted better effectivities with significant differences
compared to no phototherapy in noninflamed lesions (54.42% and 75.59%) as in inflamed lesions (75% and
89.44%). Side effects are minimal and temporary. Cost-effectiveness ratio is Rp. 19,447 to gain 1% better
effectivity on phototherapy group.
Adjuvant of blue-red LED phototherapy to first line therapy is more effective, safe, but doesn't have
better cost-effectiveness compared with no phototherapy.
Keywords: acne vulgaris, phototherapy, LED
Korespondensi:
Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat
Telp/fax: 021-31935383
Email: [email protected]
98
V Onmaya, dkk
Penambahan fototerapi LED biru-merah pada akne vulgaris
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit yang
sering dijumpai.1 Kunjungan kasus baru AV di poliklinik
Dermatologi Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin (IKKK) Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM), Jakarta (2010-2011) tercatat
1.328 kasus baru dengan jumlah kunjungan kasus
terbanyak adalah kelompok AV derajat sedang (AVS)
sebesar 45,93%.2
Patogenesis akne multifaktorial, namun empat
mekanisme utamanya adalah hiperproliferasi epidermis
folikel, produksi sebum berlebih, kolonisasi dan aktivitas
Propionibacterium acnes (P. acnes), dan adanya proses
inflamasi.1 Tatalaksana lini pertama AVS yang digunakan
saat ini berdasarkan rekomendasi Global Alliance, berupa
kombinasi retinoid topikal, antibiotik oral, dengan atau
tanpa benzoil peroksida topikal, bertujuan untuk mengatasi
keempat mekanisme utama tersebut.3
Penggunaan panduan terapi lini pertama pada AV
kadang-kadang memberikan hasil yang kurang memuaskan
serta sering dijumpai efek samping retinoid topikal, efek
samping dan resistensi antibiotik oral.4 Hal tersebut
membuat dokter spesialis kulit dan kelamin membutuhkan
modalitas terapi tambahan pada tatalaksana AV, antara lain
menggunakan terapi sinar (fototerapi), terutama sinar
tampak biru dan/atau merah.5
Pajanan sinar biru dan sinar merah telah terbukti
mampu mengurangi jumlah lesi akne. Sinar biru (407-420
nm) paling efektif untuk fotoaktivasi komponen porfirin
endogen P. acnes, karena panjang gelombang tersebut
mempunyai koefisien fotoeksitasi porfirin paling kuat.
Sinar merah (660 nm) kurang efektif untuk aktivasi
porfirin, tetapi dapat berpenetrasi ke jaringan yang lebih
dalam dan mempunyai efek antiinflamasi melalui mediator
sitokin proinflamasi.6
Analisis efektivitas-biaya (AEB) merupakan
metode evaluasi ekonomi yang dapat digunakan oleh para
klinisi, untuk membandingkan intervensi medis baru
dengan intervensi yang telah ada ataupun alternatif
intervensi medis terbaik dari beberapa alternatif yang ada,
serta membantu menyusun prioritas ketetapan sistem
pelayanan kesehatan.7,8 Adanya beragam pilihan modalitas
terapi AV, baik tunggal maupun kombinasi, menuntut
dokter spesialis kulit dan kelamin untuk memberikan
pelayanan yang bersifat cost-effective.9,10
Kombinasi terapi tambahan dengan terapi lini
pertama AVS diharapkan memberikan hasil yang lebih
efektif, mengurangi lama terapi serta mengurangi kejadian
efek samping obat yang disebabkan oleh terapi lini
pertama. Dengan adanya efektivitas yang lebih baik
diharapkan biaya yang dikeluarkan terapi lini pertama
dapat lebih rendah.
Dalam penelitian ini penulis ingin menilai dan
membandingkan penambahan fototerapi LED kombinasi
sinar biru-merah pada panduan terapi lini pertama dengan
tanpa fototerapi pada AVS dari segi medis (efektivitas dan
keamanan) dan segi biaya (AEB).
Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan
desain uji klinis acak terkontrol membandingkan dua sisi
wajah (split-face) selama delapan minggu. Penelitian
dilakukan di poliklinik IKKK RSCM divisi Dermatologi
Kosmetik mulai bulan Oktober 2013 sampai Maret 2014.
Pada kunjungan awal dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisis (penentuan derajat keparahan berdasarkan kriteria
Lehmann11 dan penghitungan jumlah lesi akne awal), serta
dokumentasi tiga posisi wajah. Penentuan lokasi wajah
yang akan dilakukan fototerapi bergantung pada alokasi
acak. Fototerapi dilakukan 1x/minggu sebanyak empat
kali, dimulai sejak kunjungan awal dan dilanjutkan satu
minggu berturutan setelahnya. Subjek penelitian (SP)
diberikan terapi lini pertama berupa krim tretinoin 0,05%
(dioleskan malam hari) dan kapsul doksisiklin 100 mg
(diminum dua kali per hari). Evaluasi terapi (efektivitas
dan keamanan) dan AEB dilakukan pada minggu ke-2, 4,
6, dan 8 (M2, M4, M6 dan M8). Penilaian efektivitas
dilakukan berdasarkan penurunan jumlah lesi, persentase
penurunan jumlah lesi, dan penurunan derajat keparahan.
Penilaian keamanan dilakukan berdasarkan efek samping
segera dan efek samping susulan. Analisis efektivitas-biaya
dihitung dari total biaya langsung dan biaya tidak
langsung.
Subjek penelitian
Penelitian ini telah lulus kaji etik oleh komite etik
penelitian setempat. Sebelum mengikuti penelitian, setiap
SP dan/atau orangtua/wali SP diminta menandatangani
lembar formulir persetujuan. Lima puluh enam SP dengan
kriteria AVS berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria
penerimaan adalah pasien dengan diagnosis AVS secara
klinis (selisih jumlah total lesi AVS antara kedua sisi
wajah  10 lesi dan selisih jumlah lesi inflamasi AVS
antara kedua sisi wajah  5 lesi), dan usia 14-30 tahun.
Kriteria penolakan adalah pasien dengan keadaan hamil,
menyusui atau minum kontrasepsi oral saat dilakukan
pemeriksaan; riwayat pengolesan retinoid topikal 2 minggu
sebelumnya, minum antibiotik oral 2 minggu sebelumnya
dan/atau minum retinoid sistemik 3 bulan sebelumnya;
riwayat menderita atau dalam terapi untuk kelainan
hormonal/endokrin atau penyakit berat lainnya dan/atau
dalam terapi imunosupresan; riwayat kelainan kulit akibat
fotosensitivitas, atau alergi/keluhan berat efek samping
obat terapi lini pertama AVS; dan kesulitan kepatuhan
mengikuti pengobatan.
Sumber sinar
Fototerapi LED kombinasi sinar biru-merah
menggunakan Acne Photo Light (APL) type B class I dari
MEDRO Medical Div. Co., Ltd (Seoul, Korea). Fototerapi
diawali dengan sinar biru (415 nm, selama 10 menit/sesi,
99
Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap
MDVI
Vol 42 No. 3 Tahun 2015;98 - 106
dan kekuatan energi 40 mW/cm2) dan dilanjutkan dengan
sinar merah (660 nm, selama 10 menit/sesi, dan kekuatan
energi 80 mW/cm2).
Analisis statistik
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Data
diolah secara statistik dengan program SPSS 20.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik subjek penelitian
hanya datang satu kali kunjungan. Usia SP termuda adalah
14 tahun, sedangkan usia tertua adalah 30 tahun tidak
dapat menyelesaikan penelitian karena (nilai tengah usia
pasien 22 tahun). Sebagian besar SP, yakni 46 SP (92%),
berjenis kelamin perempuan dan empat SP (8%) berjenis
kelamin laki-laki. Sebanyak 32 SP (64%) memiliki tingkat
pendidikan tinggi dan 18 SP (36%) memiliki tingkat
pendidikan sedang. Peneliti mendapatkan lama sakit AV
pada SP bervariasi dari 2 minggu hingga 6 tahun (nilai
tengah lama sakit 9 bulan). Karakteristik lesi awal kedua
kelompok tidak berbeda bermakna (Tabel 1).
Sebanyak 50 SP dapat menyelesaikan penelitian. Enam SP
Tabel 1. Karakteristik lesi sebelum terapi
Nilai tengah jumlah lesi (min-maks)
Karakteristik lesi
Kelompok SWF
Kelompok SWK
(N = 50)
(N = 50)
Nilai p*
Komedo terbuka
4 (0-13)
5 (0-13)
0,899
Komedo tertutup
11 (6-24)
12 (3-21)
0,111
Total lesi noninflamasi
15 (8-33)
16 (8-28)
0,080
Papul
12 (6-24)
12 (6-19)
0,415
Pustul
0 (0-8)
0 (0-8)
0,877
Nodus
0 (0-2)
0 (0-2)
0,785
13 (6-19)
12 (6-24)
0,358
Noninflamasi
Inflamasi
Total lesi inflamasi
N = jumlah SP; perbedaan bermakna jika p < 0,05; * = uji Wilcoxon; SWF = sisi wajah fototerapi;
SWK = sisi wajah kontrol
Efektivitas terapi
Perbandingan penurunan jumlah lesi
Perbandingan penurunan jumlah lesi dilakukan
untuk dapat melihat efek sinar biru dan sinar merah pada
setiap jenis lesi, lesi noninflamasi maupun lesi inflamasi.
Selain itu, agar terlihat jenis lesi mana saja dari lesi
noninflamasi maupun lesi inflamasi yang memberikan
kontribusi terhadap penurunan persentase jumlah lesi. Pada
setiap jenis lesi noninflamasi terdapat penurunan jumlah
lesi yang berbeda bermakna antar kedua kelompok sisi
wajah (sisi wajah fototerapi = SWF; sisi wajah kontrol =
100
SWK) sejak dua minggu terapi dibandingkan dengan
kunjungan awal (Tabel 2). Secara keseluruhan, penurunan
jumlah komedo tertutup dan jumlah total lesi noninflamasi
lebih besar pada kelompok SWF dibandingkan dengan
kelompok SWK setelah kunjungan awal (p<0,05).
V Onmaya, dkk
Penambahan fototerapi LED biru-merah pada akne vulgaris
Tabel 2. Perbandingan jumlah komedo terbuka, komedo tertutup, dan total lesi noninflamasi
Nilai tengah jumlah lesi (min-maks)
Minggu
Nilai p*
Kelompok SWF
Kelompok SWK
(N = 50)
(N = 50)
Kunjungan awal
4 (0-13)
5 (0-13)
0,899
M2
3 (0-10)
3 (0-10)
0,343
M4
2 (0-6)
2 (0-7)
0,046
M6
1 (0-4)
1 (0-5)
0,489
M8
1 (0-2)
1 (0-2)
0,532
Kunjungan awal
11 (6-24)
12 (3-21)
0,111
M2
7 (0-19)
9 (0-18)
0,002
M4
5 (0-13)
5 (0-14)
0,105
M6
3 (0-8)
3 (0-8)
0,028
M8
2 (0-6)
3 (0-8)
0,002
Komedo terbuka
Komedo tertutup
Total lesi noninflamasi
Kunjungan awal
15 (8-33)
16 (8-28)
0,080
M2
11 (4-25)
12 (7-25)
0,001
M4
7 (2-17)
7 (4-17)
0,008
M6
5 (1-9)
5 (2-10)
0,012
M8
4 (1-8)
4 (1-9)
0,001
N = jumlah SP; perbedaan bermakna jika p < 0,05; * = uji Wilcoxon; SWF = sisi wajah
fototerapi; SWK = sisi wajah kontrol; M = minggu ke-
Pada lesi inflamasi, didapatkan penurunan nilai
tengah hanya pada papul dan total lesi inflamasi baik pada
kelompok SWF maupun kelompok SWK (Tabel 3).
Penurunan jumlah papul dan jumlah total lesi inflamasi
lebih besar pada kelompok SWF dibandingkan dengan
kelompok SWK di setiap waktu evaluasi setelah kunjungan
awal (p<0,05). Penilaian penurunan jumlah pustul dan
nodus kurang dapat memberikan informasi yang berarti
karena nilai tengah kedua lesi tersebut saat kunjungan awal
dan di setiap waktu evaluasi adalah nol, selain itu nilai
maksimum awal (jumlah lesi awal terbanyak) sangat
sedikit sehingga bila terdapat penurunan jumlah lesi maka
penurunannya sulit dideskripsikan.
Penilaian penurunan jumlah pustul dilakukan
dengan melihat penurunan jumlah SP yang memiliki pustul
pada kedua kelompok di setiap waktu evaluasi. Setiap
kelompok terdapat sebanyak delapan SP (16%) yang
memiliki pustul. Dua minggu pascaterapi telah tampak
penurunan jumlah SP yang memiliki lesi pustul pada
kelompok SWF, yaitu menjadi tiga SP (6%). Penurunan
jumlah SP tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan
kelompok SWK, yaitu hanya menjadi enam SP (12%).
Penilaian penurunan jumlah nodus juga dilakukan
dengan melihat penurunan jumlah SP yang memiliki nodus
pada kedua kelompok di setiap waktu evaluasi. Didapatkan
sebanyak tiga SP (6%) memiliki nodus pada kedua
kelompok. Sejak M6 mulai tampak penurunan jumlah SP
yang memiliki nodus pada kelompok SWF, yaitu menjadi
dua SP (4%). Penurunan jumlah SP yang memiliki nodus
pada kelompok SWK sudah mulai tampak lebih awal di
M4, yaitu menjadi dua SP (4%).
101
Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap
MDVI
Vol 42 No. 3 Tahun 2015;98 - 106
Tabel 3. Perbandingan jumlah papul dan total lesi inflamasi
Minggu
Nilai tengah jumlah lesi (min-maks)
Kelompok SWF
Kelompok SWK
(N = 50)
(N = 50)
Nilai p*
Papul
Kunjungan awal
12 (6-24)
12 (6-19)
0,415
M2
7 (0-15)
9 (0-15)
0,001
M4
2 (0-10)
4 (0-9)
<0,001
M6
1 (0-5)
2 (0-6)
<0,001
M8
1 (0-4)
2 (0-5)
<0,001
Total lesi inflamasi
Kunjungan awal
12 (6-24)
13 (6-19)
0,358
M2
7 (2-15)
9 (4-18)
<0,001
M4
3 (1-10)
4 (1-9)
<0,001
M6
1 (0-5)
2 (0-6)
<0,001
M8
1 (0-6)
2 (0-5)
<0,001
N = jumlah SP; perbedaan bermakna jika p < 0,05; * = uji Wilcoxon; SWF = sisi wajah
fototerapi; SWK = sisi wajah kontrol; M = minggu ke-
Perbandingan persentase penurunan jumlah lesi
Perbandingan penurunan jumlah lesi dinyatakan
dalam persentase untuk dapat menilai seberapa besar
penurunan jumlah lesi yang terjadi antar kedua kelompok.
Selain itu, lebih mudah untuk melakukan perbandingan
dengan penelitian lain dalam bentuk persentase penurunan
jumlah lesi.
Secara keseluruhan, persentase penurunan jumlah total lesi
noninflamasi dan lesi inflamasi pada kelompok SWF lebih
besar dibandingkan dengan kelompok SWK (p<0,05). Data
mengenai perbandingan persentase penurunan jumlah lesi
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan persentase penurunan jumlah total lesi noninflamasi dan lesi inflamasi
Nilai tengah jumlah lesi (min-maks)
Minggu
Nilai p*
Kelompok SWF
Kelompok SWK
(N = 50)
(N = 50)
M2 (dalam %)
26,67 (6,25-54,55)
20,71 (5-47,37)
<0,001
M4
54,42 (27,27-75)
50 (25-78,95)
0,002
M6
71,01 (50-91,67)
67,42 (37,50-89,47)
0,027
M8
75,59 (50-95,65)
75 (50-92,31)
0,013
M2 ( dalam %)
37,98 (8,33-75)
26,67 (7,14-71,43)
<0,001
M4
75 (50-95)
66,67 (36,36-92,31)
<0,001
M6
89,18 (66,67-100)
82,08 (54,55-100)
<0,001
M8
89,44 (66,67-100
83,97 (63,64 -100)
<0,001
Total lesi noninflamasi
Total lesi inflamasi
N = jumlah SP; perbedaan bermakna jika p <0,05; * = uji Wilcoxon; SWF = sisi wajah fototerapi; SWK
= sisi wajah kontrol; M = minggu ke-
102
V Onmaya, dkk
Perbandingan penurunan derajat keparahan
Peneliti melakukan evaluasi efektivitas-biaya antara
fototerapi LED dan panduan terapi lini pertama AVS
dibandingkan dengan terapi lini pertama AVS saja,
sehingga penting untuk mengetahui kecepatan kesembuhan
SP berdasarkan penurunan derajat keparahan AVS menjadi
akne vulgaris derajat ringan (AVR). Hal tersebut
dihubungkan dengan perbedaan biaya yang akan
dikeluarkan SP bila telah membaik menjadi AVR. Sejak
M2, didapatkan 10 SP (20%) di kelompok SWF
mengalami penurunan derajat keparahan menjadi AVR.
Pada M4 dan M6, didapatkan 42 SP (84%) dan 50 SP
(100%) di setiap kelompok mengalami penurunan derajat
keparahan menjadi AVR.
Keamanan terapi
Pada penelitian ini seluruh SP (100%) tidak ada
yang mengeluhkan efek samping segera. Efek samping
susulan hanya dikeluhkan oleh lima SP selama masa
Penambahan fototerapi LED biru-merah pada akne vulgaris
penelitian pada minggu ke-1. Kelima SP tersebut
semuanya hanya mengeluhkan efek samping ringan, yaitu
berupa rasa gatal, tanpa disertai gejala klinis dan tidak
memerlukan pengobatan. Keluhan efek samping tersebut
dirasakan sama pada kedua sisi wajah. Secara statistik,
tidak terdapat perbedaan bermakna antar kedua kelompok
(p>0,05).
Analisis efektivitas-biaya
Ringkasan data perbandingan AEB dapat dilihat
pada tabel 5. Rasio efektivitas-biaya sebesar Rp. 19.447,per 1%, yang artinya adalah penambahan fototerapi LED
kombinasi sinar biru-merah pada panduan terapi lini
pertama AVS mengeluarkan biaya sebesar Rp. 19.447,untuk mendapatkan perbedaan persentase penurunan
jumlah lesi AVS 1% lebih besar dibandingkan dengan
tanpa fototerapi.
Tabel 5. Analisis efektivitas-biaya
Nilai tengah jumlah lesi (min-maks)
Kelompok SWF
Kelompok SWK
(N = 50)
(N = 50)
Jumlah SP
50
Usia (dalam tahun)
22 (14-30)
Persentase penurunan jumlah lesi M4 (dalam %)
Total lesi noninflamasi
Total lesi nflamasi
Waktu kesembuhan (dalam minggu)
54,42 (27,27-75)
50 (25-78,95)
75 (50-95)
66,67 (36,36-92,31)
4 (2-6)
4 (4-6)
526.800
326.800
(263.400-626.000)
(262.600-426.000)
42.000
49.000
(14.000-200.000)
(20.000-200.000)
554.800
392.800
(277.400-764.000)
(346.800-564.000)
Biaya pengobatan hingga AVR (dalam rupiah)
Biaya terapi
Biaya transportasi
Total biaya
N = jumlah SP; SWF = sisi wajah fototerapi; SWK = sisi wajah kontrol; M4 = pascafototerapi keempat dan setelah empat minggu
panduan terapi lini pertama
103
Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap
MDVI
PEMBAHASAN
Pada kelompok SWF didapatkan penurunan jumlah
total lesi noniflamasi lebih besar dan bermakna secara
statistik dibandingkan dengan kelompok SWK, selain
karena efektivitas terapi lini pertama juga karena
efektivitas fototerapi LED kombinasi sinar biru-merah.
Bila dibandingkan nilai p antara komedo terbuka dengan
komedo tertutup pada kelompok SWF, maka pada komedo
tertutup didapatkan nilai p<0,05 di sebagian besar waktu
evaluasi, sehingga memberikan gambaran bahwa pada
penelitian ini yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap penurunan jumlah total lesi noninflamasi
kelompok SWF adalah lesi bentuk komedo tertutup.
Berdasarkan mekanisme kerja fototerapi LED
kombinasi sinar biru-merah, penurunan jumlah total lesi
noninflamasi disebabkan oleh efek antibakteri sinar biru.
Telah diketahui bahwa baik pada komedo terbuka maupun
komedo tertutup ditemukan jumlah P. acnes yang
berlebihan.12,13 Jumlah P. acnes lebih banyak pada komedo
tertutup dibandingkan komedo terbuka, sehingga dapat
terjadi dua hal,13 yaitu pada komedo tertutup sinar biru
(415 nm) akan lebih banyak yang diabsorpsi dan dieksitasi
oleh porfirin P. acnes, kemudian terbentuk oksigen tunggal
dan radikal bebas yang dapat merusak lipid dinding sel P.
acnes, sehingga menghancurkan organisme tersebut;
kedua, pada komedo tertutup lebih banyak porfirin yang
diabsorbsi P. acnes yang akan mempercepat oksidasi
skualen dan selanjutnya meningkatkan tekanan oksigen
dalam folikel yang akan merugikan kelangsungan hidup P.
acnes.13,14 Kedua hal tersebut yang dapat menjelaskan
mengapa kontribusi terbesar penurunan jumlah lesi
noninflamasi adalah lesi bentuk komedo tertutup.
Pada penelitian ini terjadi penurunan jumlah papul
lebih besar pada kelompok SWF yang bermakna secara
statistik dibandingkan dengan kelompok SWK di setiap
waktu evaluasi setelah kunjungan awal. Perhitungan
statistik untuk menilai penurunan jumlah pustul dan nodus
sulit dilakukan, namun tampak perbaikan klinis bila dilihat
dari penurunan jumlah SP yang memiliki dua lesi tersebut.
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa pada
penelitian ini yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap penurunan jumlah seluruh lesi inflamasi
kelompok SWF adalah lesi bentuk papul.
Bila dilihat dari nilai maksimum dan jumlah SP
yang memiliki pustul, tampak penurunan jumlah pustul
yang lebih besar pada kelompok SWF dibandingkan
dengan kelompok SWK namun lesi pustul kedua kelompok
menghilang pada minggu yang sama (M4). Hal tersebut
dapat disebabkan karena setiap SP diberikan terapi lini
pertama AVS terutama antibiotik oral doksisiklin yang
mempunyai peran penting dalam menurunkan jumlah
bakteri P. acnes yang terdapat berlebih dalam pustul baik
di SWF maupun di SWK.15,16 Penurunan jumlah nodus
pada penelitian ini juga tampak minimal mengingat masih
ada SP yang memiliki nodus pada akhir waktu evaluasi
baik pada kelompok SWF maupun pada kelompok SWK.
Penambahan fototerapi LED kombinasi sinar biru-merah
nampaknya kurang bermanfaat untuk penurunan jumlah
104
Vol 42 No. 3 Tahun 2015;98 - 106
nodus. Hal tersebut disebabkan pada lesi nodular biasanya
membutuhkan terapi tambahan misalnya injeksi
kortikosteroid intralesi ataupun dapat pula diberikan terapi
alternatif berdasarkan Global Alliance yaitu isotretinoin
oral.3
Baik pada penelitian ini maupun pada empat
penelitian lain tentang fototerapi LED kombinasi sinar
biru-merah, peningkatan persentase penurunan jumlah lesi
sudah tampak dua minggu setelah fototerapi dan masih
memberikan peningkatan persentase yang nyata hingga
beberapa minggu setelah fototerapi terakhir.17-20 Hal ini
diperkirakan bahwa terapi lini pertama AVS di kelompok
SWF berkontribusi pada peningkatan persentase penurunan
jumlah lesi. Fototerapi LED kombinasi sinar biru-merah
masih memiliki efek terapi diduga pertama karena selain
efek antiinflamasi langsung dari sinar merah, sinar biru
memberikan perbaikan lesi karena efek antibakteri dan
antiinflamasi sinar biru pada lesi inflamasi.17-20 Alasan
kedua adalah destruksi dan eliminasi P. acnes diduga
masih berlangsung selama beberapa minggu setelah
fototerapi terakhir.21 Persentase yang didapatkan pada
penelitian ini (SWF) lebih besar 20-40% dari penelitianpenelitian sebelumnya yang hanya melakukan fototerapi
kombinasi sinar biru-merah saja.17-20
Pada penelitian ini dengan adanya penambahan
fototerapi LED kombinasi sinar biru-merah pada terapi lini
pertama AVS, penurunan derajat keparahan akne menjadi
AVR lebih cepat dua minggu dibandingkan dengan tanpa
fototerapi yang biasanya terjadi penurunan derajat
keparahan dalam 4-6 minggu terapi.
Keluhan gatal yang dirasakan oleh lima SP pada
penelitian ini kemungkinan besar disebabkan oleh efek
samping ringan krim tretinoin 0,05% mengingat lokasi
keluhan yang dirasakan adalah pada kedua sisi wajah, dan
dirasakan hanya pada satu minggu pertama pasca
pemakaian terapi lini pertama AVS. Efek samping utama
tretinoin ialah iritasi kulit lokal, termasuk eritema, kulit
mengelupas, kering, panas, dan gatal. Reaksi iritasi kulit
yang diinduksi oleh retinoid tidak membutuhkan
pengobatan khusus karena bersifat sementara.22-23
Pada kedua kelompok, kebutuhan biaya pasien tiap
sisi wajah hingga salah satu atau keduanya menjadi AVR
dihitung lalu dijumlahkan kemudian dilakukan analisis
statistik. Dalam analisis efektivitas-biaya, dianjurkan untuk
memasukkan total biaya yang dikeluarkan pasien layaknya
keadaan sehari-hari. Dalam hal ini biaya yang mungkin
diperhitungkan adalah biaya terapi dan biaya transportasi.
Dalam membandingkan intervensi medis baru dan
lama, pengambil keputusan perlu menentukan tolok ukur
efektivitas medis yang dapat dibandingkan antara
keduanya. Setelah ukuran efektivitas ditentukan, maka
biaya dapat dibandingkan dengan efek intervensi medis
tersebut. Rasio ini dikenal sebagai rasio efektivitas-biaya
yang dihitung mengikuti rumus berikut: 7-10
biaya teknologi baru - biaya pembanding
Rasio efektivitas-biaya = efektivitas teknologi baruefektivitas teknologi pembanding
V Onmaya, dkk
Penambahan fototerapi LED biru-merah pada akne vulgaris
Meskipun perhitungan rasio tidak dapat dilakukan
berdasarkan kecepatan waktu kesembuhan, namun pada
penelitian ini didapatkan sebanyak 10 SP dengan SWF
mengalami perbaikan menjadi AVR dalam dua minggu.
Perbaikan klinis AVS menjadi AVR tercapai dalam 4-6
minggu, sehingga dapat terjadi selisih dua minggu lebih
cepat bila dilakukan penambahan fototerapi dibandingkan
dengan tanpa fototerapi. Sepuluh SP tersebut menyatakan
bahwa mereka bersedia untuk mengeluarkan tambahan
biaya Rp. 50.000,- per kali fototerapi untuk mendapatkan
kesembuhan / perbaikan jerawat lebih cepat dua minggu.
Sebagai pembanding bahwa biaya selama 2-4 minggu
dengan fototerapi adalah sebesar Rp. 263.400,- hingga Rp.
526.800,- sedangkan dalam 4-6 minggu tanpa fototerapi
adalah sebesar Rp. 326.800,- hingga Rp. 426.000,-.
Alliance to improve outcomes in acne group. J Am
Acad Dermatol. 2009;60:S1-50.
6.
Charakida A, Seaton ED, Charakida M, Mouser P,
Avgerinos A, Chu AC. Phototherapy in the treatment
of acne vulgaris. What is its role?. Am J Clin
Dermatol. 2004;5:211-6.
7.
Hill SR. Cost-effectiveness analysis for clinicians.
Hill BMC Medicine. 2012;10:10.
8.
Inglesei MJ. Fleischer AB. Feldman SR, Balkhrisnan
R. The pharmacoeconomics of acne treatment: Where
are we heading? J Dermatol Treat. 2008;19: 27–7.
9.
KESIMPULAN
Penambahan fototerapi LED kombinasi sinar birumerah pada panduan terapi lini pertama AVS lebih efektif,
aman, namun tidak memiliki efektivitas-biaya lebih baik
dibandingkan dengan tanpa fototerapi.
Ellis CN. Reiter KL. Wheeler JRC. Fendrick AM.
Economic analysis in dermatology. J Am Acad
Dermatol. 2002;46:271-83.
10. Chen SC. Cost-effectiveness analyses: A basic
overview for dermatologists. J Cutan Med Surg.
2001; 5: 217-22.
11. Lehmann HP, Robinson KA, Andrews JS, Holloway
DAFTAR PUSTAKA
1.
Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne
V, Goodman SN. Acne therapy. A methodologic
vulgaris and acneiform eruptions. Dalam: Goldsmith
review. J Am Acad Dermatol. 2002;47:231-40.
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
Wolff K, penyunting. Fitzpatrick's dermatology in
general medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw
2.
C. An assessment of the efficacy of blue light
phototherapy in the treatment of acne vulgaris. J
Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RS Dr. Cipto
Cosm Dermatol. 2008;7:180-8. (66)
Mangunkusumo, Jakarta. Data morbiditas Divisi
14. Elman M, Lebzelter J. Light therapy in the treatment
Dermatologi Kosmetik, Jakarta. 2010-2011[tidak
of acne vulgaris. Dermatol Surg. 2004;30:139-46.
15. Webster GF, Graber EM. Antibiotic treatment for
Gollnick H, Cunliffe W. Management of acne. A
acne vulgaris. Semin Cutan Med Surg. 2008;27:183-
report from a Global Alliance to improve outcomes in
7.
16. Del Rosso JQ, Kim G. Optimizing use of oral
Hædersdal M, Togsverd-Bo K, Wulf HC.Evidence-
antibiotics
based
2009;27:33-42.
review
of
lasers,
light
sources
and
photodynamic therapy in the treatment of acne
5.
13. Ammad S, Gonzales M, Edwards C, Finlay AY, Mills
Divisi Dermatologi Kosmetik, Departemen Ilmu
acne. J Am Acad Dermatol. 2003;49:S1-38.
4.
2005;18: 253-66.
Hill; 2012.h.897-917.
dipublikasikan].
3.
12. Ross EV. Optical treatments for acne. Dermatol Ther.
in
acne
vulgaris.
Dermatol
Clin.
17. Papageorgiou P, Katsambas A, Chu A. Phototherapy
vulgaris. JEADV. 2008;22:267-78.
with blue (415 nm) and red (660 nm) light in the
Thiboutot D, Gollnick H. New insights into the
treatment
management of acne: An update from the Global
2000;142:973-8.
of
acne
vulgaris.
Br
J
Dermatol.
105
Pengaruh fototerapi narrowband UV- B terhadap
MDVI
Vol 42 No. 3 Tahun 2015;98 - 106
18. Goldberg DJ, Russell AB. Combination blue (415
21. Elman M, Slatkine M, Hart Y. The effective
nm) and red (633 nm) LED phototherapy in the
treatment of acne by high-intensity, narrow-band
treatment of mild to severe acne vulgaris. J Cosm
405-420 nm light source. J Cos Laser Ther.
Laser Ther. 2006;8:71-5.
2003;5:111-6.
19. Lee SY, You CE, Park MY. Blue and red light
22. Thielitz A, Gollnick H.Topical retinoids in acne
combination LED phototherapy for acne vulgaris in
vulgaris: Update on efficacy and safety. Am J Clin
patients with skin phototype IV. Lasers Surg Med.
Dermatol. 2008;9:369-81.
2007;39:180-8.
20. Kwon HH, Lee JB, Yoon JY, Park SY, Ryu HH, Park
BM, dkk. The clinical and histological effect of
home-use, combination blue-red LED phototherapy
for mild to moderate acne vulgaris in Korean patients:
a double blind, randomized controlled trial. Br J
Dermatol. 2013; 168: 1088-94
106
23. Akhavan A, Bershad S. Topical acne drugs: review of
clinical properties, systemic exposure, and safety. Am
J Clin Dermatol. 2003;4:473-92.
Download