BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan

advertisement
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan perhitungan yang telah
dilakukan oleh penulis, mengenai analisis pengendalian kualitas (quality control)
dengan menggunakan menggunakan 7 alat bantu pengendalian kualitas dalam
mengurangi kegagalan produk pada industri Maxil Shoes yang bergerak dalam
bidang pengrajin kulit sapi dan domba yang menghasilkan produk sepatu kulit untuk
pria., dapat ditarik kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat menjadi bahan
perhitungan dan bermanfaat bagi perusahaan.
1. Berdasarkan hasil check sheet diketahui bahwa proses produksi sepatu yang
dilakukan di Industri Maxil Shoes mengalami kecacatan melebihi batas
toleransi dari perusahaan. Jenis kecacatan yang ditemukan yaitu sol yang
jebol, bahan baku kulit yang kotor, jahitan dan bagian yang terpotong
melebihi garis.
2. Berdasarkan hasil dari histogram adalah jenis kecacatan yang paling sering
terjadi adalah sol yang jebol, dengan jumlah kerusakan 509 pasang. Jumlah
kecacatan pada bagian yang terpotong melebihi garis sebanyak 190 pasang,
jumlah kecacatan pada bahan baku kulit yang kotor sebanyak 149 pasang, dan
jumlah kecacatan pada jahitan sebanyak 71 pasang.
3. Berdasarkan hasil peta kendali p (p-chart) dapat dilihat bahwa ternyata
kualitas produk berada diluar batas kendali yang seharusnya. Hal ini dapat
dilihat pada grafik peta kendali yang menunjukan masih banyak titik-titik
yang berada diluar batas kendali dan titik tersebut berfluktuasi sangat tinggi
dan tidak beraturan. Hal ini merupakan indikasi bahwa proses berada dalam
keadaan tidak terkendali atau masih mengalami penyimpangan.
78
79
4. Berdasarkan diagram pareto diketahui bahwa 70% kecacatan yang terjadi
pada produksi sepatu kulit bulan Februari 2014 – Januari 2015 didominasi
oleh 1 jenis cacat yaitu sol jebol dengan presentase 55,39%. Jadi perbaikan
dapat dilakukan dengan memfokuskan pada 1 jenis cacat terbesar yaitu sol
yang jebol.
5. Berdasarkan hasil analisis dengan sebab akibat dapat diketahui faktor
penyebab kerusakan dalam proses produksi, yaitu berasal dari faktor pekerja,
mesin produksi, material/bahan baku dan lingkungan kerja. Penyebab
kecacatan yang paling banyak adalah berasal dari manusia (pekerja).
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran-saran yang
dapat diajukan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan perlu menggunakan metode statistik untuk dapat mengetahui jenis
kerusakan dan faktor yang menyebabkan kerusakan itu terjadi. Dengan
demikian
perusahaan
dapat
melakukan
tindakan
pencegahan
untuk
mengurangi produk rusak untuk produksi berikutnya.
2. Lebih memperketat pengawasan saat proses produksi berlangsung dan
membuat standar kerja dalam lingkungan kerja sehingga pekerja mengerti dan
menjalankan prosedur kerja yang dibuat perusahaan.
3. Secara umum faktor yang paling mempengaruhi kerusakan proses produksi
adalah faktor manusia. Seperti yang telah dibahas pada bagian diagram sebabakibat, faktor manusia sering muncul sebagai faktor yang menyebabkan
kerusakan itu terjadi. Suhu ruangan yang panas menyebabkan kinerja
karyawan dalam bekerja menjadi terganggu, sehingga menyebabkan
kesalahan-kesalahan lain muncul, seperti operator kurang cermat dalam
menyeting mesin, kurangnya koordinasi, dan hal lainnya. Oleh sebab itu
peneliti menyarankan untuk mengantisipasi suhu udara yang panas dengan
80
menambahkan fasilitas-fasilitas seperti kipas angin agar operator lebih
nyaman dalam bekerja. Dan para pekerja lebih dilatih agar berkonsentrasi
dalam menjalankan pekerjaannya agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
produksi.
4. Memberikan tugas pada bagian Quality Control untuk memeriksa bahan baku
yang ada apakah masih layak digunakan atau tidak untuk proses produksi
sehingga kualitas tetap terjaga.
5. Melakukan perawatan peralatan (mesin) setiap minggu agar ada tindakan
pencegahan kerusakan atau melakukan maintenance.
Download