pendidikan agama dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap

advertisement
PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP AKHLAK SISWA DI SEKOLAH
Disusun Oleh:
SYAIFUL ULUM (107011003587)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
ABSTRAK
Nama
NIM
Fak/Jur
Judul
: Syaiful Ulum
: 107011003587
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam
: Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Siswa
Di SMAN 2 Mauk-Tangerang
Skripsi ini mengkaji tentang pengaruh pendidikan agama dalam keluarga. Pembahasan
dalam skripsi ini di maksudkan untuk mengetahui adakah pengaruhnya antara pendidikan agama
dalam keluarga terhadap akhlak siswa disekolah.
Belakangan ini kita sering melihat orang tua yang karena terlalu sibuk bekerja sehingga
melupakan pendidikan anak dan menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah.
Padahal sejatinya Keluarga adalah pendidik utama bagi anak. karena dilingkungan keluarga,
anak banyak mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya.
Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan angket, data yang
berhasil diperoleh oleh penulis kemudian diolah melalui tahapan editing, scoring, dan tabulating.
Kemudian untuk mengetahui koefisien korelasi antara dua variabel yang digunakan dalam
penelitian ini penulis memasukkan hasil penjumlahan skor angket kedalam rumus “r” product
moment. Setelah angka korelasinya diketahui penulis kemudian mencocokkannya dengan tabel
nilai “r” product moment sehingga dapat diketahui apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara variabel pendidikan agama dalam keluarga dan variabel akhlak siswa disekolah, atau tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.. Adapun jenis penelitian dalam
penulisan skripsi ini adalah kuantitatif.
Bagaimanapun sekolah hanya menunjang keberhasilan pendidikan anak, karena
pendidikan dilingkungan keluarga tetap yang utama. Karena jika tidak ada pemberian pendidikan
agama dalam keuarga akan menciptakan suasana yang kurang harmonis bagi anak. Karena anak
lebih mempunyai ikatan yang lebih erat dengan orang tua mereka dibanding dengan guru-guru di
sekolah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohiim
Tiada kata yang paling indah diucapkan selain memanjatkan puji dan
syukur kehadirat Illahi rabbi penguasa alam semesta, berkat keagungan Allah
SWT, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiyah ini guna mencapai gelar sarjana
Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tiada kuasa
dan seizinnya lah penulis bisa menyelesaikan semua ini. Shalawat beriring salam
tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai revolusioner
dunia
dan
pembawa
risalah
keagungan,
serta
kepada
keluarga,
para
sahabat-sahabatnya, mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaa‟atul „udzma
di yaumil akhir nanti amin yaa rabbal „alamin.
Skripsi ini memang hanya setetes lautan ilmu yang Allah berikan kepada
penulis, walaupun demikian tidak mudah penulis mendapatkannya. Skripsi ini
terwujud dan terselesaikan bukan semata-mata atas tangan pribadi penulis, namun
juga berkat uluran tangan dan dorongan pihak lain yang telah banyak membantu
sampai terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya jazaakumullah khoiron katsiro kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Hj. Sofiah, MA yang disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis
4. Bapak/ibu Dosen dan Karyawan/Karyawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
6. Kepala Sekolah SMAN 2 Mauk, Bapak Cepy Suherman,S.Pd.M.Pd, guru
bidang, bapak Syamsuni dan seluruh stafnya yang telah menerima dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian
7.
Ayahanda Mohan Mahmuddin dan ibunda Dwi kurniati yang penulis
cintai, yang tidak pernah bosan dan berhenti memberikan perhatian doa
dan dukungan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat
terlaksanakan dan terselesaikan. “terima kasih papah dan mamah”.
8. Kakak ku Hurul „Ain beserta suaminya M.Kosim, serta keponakan ku
tercinta Sahnaz Aluna. Terima kasih atas dukungan dan partisipasinya.
9. Adik-adik ku tercinta Zahrotunnufus dan Khairul Abdi, yang secara tidak
langsung memberikan motivasi agar penulis cepat menyelesaikan skripsi
ini.
10. Tak lupa juga kepada Ummi Kurniawati yang tidak bosan-bosannya
memberikan dukungan dan motivasinya agar skripsi ini dapat terselesaikan
secepatnya.
11. Sahabat-sahabatku Hadi Assyihabi, Miftahuddin, Rachmad Triyadi, terima
kasih atas bantuannya, sampai skripsi ini terselesaikan.
12. Teman-teman seperjuangan (PAI-b 2007) yang selalu kompak, selalu
memberikan dukungan, do‟a dan bantuan di saat penulis menyelesaikan
skripsi.
13. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini. Penulis tidak bisa membalas semua kebaikan mereka dan
mudah-mudahan kita selalu berada dalam keridhaan-Nya.
Akhirnya
penulis
menyerahkan
semuanya
kepada
Allah
SWT.
Mudah-mudahan dapat balasan yang lebih baik. Selanjutnya dengan penuh
kesadaran penulis akui skripsi ini masih banyak kekuarangan, untuk itu penulis
berharap adanya teguran serta kritikan yang baik dari semua pihak. Harapan
penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa
saja yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin yaa Allah yaa
rabbal ‘alamin.
Jakarta,16 September 2013
Syaiful Ulum
DAFTAR ISI
Abstrak
.........................................................................................................
i
Lembar Pengesahan Pembimbing ....................................................................
ii
Kata Pengantar .................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Indetifikasi Masalah ..................................................................
6
C. Pembatasan Masalah..................................................................
6
D. Perumusan Masalah ...................................................................
6
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .....................................
6
BAB II
TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga ..............
8
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...................................
8
2. Pengertian Keluarga ............................................................
13
3. Pengertian Akhlak ...............................................................
15
4. Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Keluarga ................
26
5. Model pendidikan agama dalam keluarga..........................
30
B. Kerangka Berfikir ......................................................................
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Sumber Penelitian ......................................................................
35
B. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................
35
C. Variabel Penelitian ....................................................................
36
D. Sumber Data Penelitian .............................................................
34
E. Populasi dan Sampel..................................................................
37
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
37
G. Teknik Analisa Data ..................................................................
38
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data .............................................................................
42
B. Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya
Terhadap Akhlak Siswa Di Sekolah ..........................................
BAB V
54
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................
56
B. Saran ..........................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL SEKOLAH
UJI REFERNSI
SURAT IJIN PENELITIAN
ANGKET PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia dan dalam
kehidupan masyarakat manapun. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Setiap bangsa memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang berperan
penting dalam kelangsungan hidup bangsa tersebut. Pendidikan dapat mengembangkan
kepribadian, pengetahuan, ketrampilan dan wawasan berpikir yang luas.
Sebagai mana kita ketahui bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam suatu negara.
Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila tingkat pendidikannya telah memadai dengan kondisi
yang dialaminya, juga bisa dikatakan mundur apabila negara tersebut tidak bisa menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapinya pada waktu itu.
Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Pada hakekatnya pendidikan
merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Untuk itu maka
seseorang harus mempunyai suatu pengetahuan, yang mana pengetahuan tersebut merupakan
perlengkapan dasar manusia didalam menempuh kehidupan ini. Ternyata hal yang terpenting
pada kehidupan manusia itu sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas suatu pengetahuan
yang diperolehnya. Dengan begitu kepribadian setiap manusia akan berbeda, dan itupun sesuai
dengan kualitas dan kuantitas yang diperolehnya.
Dengan demikian pemerintah menginginkan bahwa kualitas dan kuantitas suatu bangsa
(dalam hal ini pendidikan) haruslah ditingkatkan. Dengan begitu maka pendidikan pada suatu
bangsa memiliki makna pendidikan yang sangat tinggi, terutama untuk mengembangkan dan
membangun generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan, sehingga
mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Begitu pula dengan negara republik indonesia yang berdasarkan pancasila dan undangundang 1945. Pendidikan keluarga merupakan bagian integral dari pendidikan nasional,
sedangkan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia,
1
2
sehat ilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang baik, demokratis serta bertanggung
jawab.1
Melalui pendidikan agam tersebut, diharapkan individu dapat mengembangkan potensi
takwa kepada Allah SWT. Apabila potensi ini berkembang dengan baik, maka individu akan
dapat mengendalikan diri agar terhindar dari bentuk-bentuk prilaku yang bertentangan dengan
nilai-nilai agama yang tertanam dalam dirinya. Namun perkembangan itu tidak terjadi manakala
tidak ada faktor luar yang memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan potensi itu
berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor tersebut adalah lingkungan dimana individu tersebut
hidup. Dan salah satunya adalah keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fase awal dan basis bagi pendidikan seseorang. Ia juga
merupakan pusat pendidikan alamiah yang berlangsung dengan penuh kewajaran. Keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang pertama dan utama bagi seorang anak. Sebelum ia
berkenalan dengan lingkungan sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi
keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar
bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan
warna kehidupan bagi seorang anak, baik perilaku, budi pekerti, maupun adat kebiasaan seharihari. Keluarga jualah tempat anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan
baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung
berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak didik.Bilamana keluarga itu beragama
Islam maka pendidikan agama yang diberikan kepada anak adalah Pendidikan Islam. Dalam hal
ini Pendidikan Islam ditujukan pada pendidikan yang diajarkan Allah melalui Al-Qur'an dan
sunnah-sunnah Nabi.
Hasil-hasil yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu
selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Orang tua atau keluarga menerima
tanggung jawab mendidik anak-anak dari Tuhan atau karena kodrat. Keluarga, bertanggung
jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab
penuh atas pendidikan watak anak-anaknya.
Sedangkan pendidikan sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga yang lebih
merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta
1
Abdul rachman shaleh, madrasah dan pendidikan anak bangsa, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,2005 h.8
3
pendidikan ketrampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di
dalam masyarakat nanti. Sekolah bertanggung jawab atas pelajaran-pelajaran yang lebih
diberikan kepada anak-anak yang umumnya keluarga tidak mampu memberikannya. Sedangkan
pendidikan etika yang diberikan sekolah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh keluarga.
Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga setelah sekolah. Peran yang
dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bagaimana masyarakat bisa memberikan dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi anak, remaja dan pemuda untuk tumbuh secara baik.
Dalam konteks tersebut tentunya perlu kesadaran bersama untuk menciptakan lingkungan yang
baik agar anak, remaja, dan pemuda tumbuh secara sehat baik fisik, intelektual maupun mental
ruhaniahnya.
Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk manusia yang beriman
dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan mengamalkan ajaran agama dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka dari itu Pendidikan Agama harus diajarkan pada
anak sejak dini.
Pendidikan agama dapat menanmkan dan membentuk sikap-sikap yang dijiwai nilai-nilai
agama islam tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan
nilai-nilai islam yang melandasinya merupakan proses ikhtiarah yang secara pedagosis mampu
mengembangkan hidup anak kearah kedewasaaan atau kematangan yang menguntungkan
dirinya.2
Penanaman nilai-nilai agama semenjak dini oleh keluarga mengalami puncaknya pada masa
remaja. Hal ini disebabkan sejalan dengan cepatnya pertumbuhan jasmani dan rohani remaja,
sebagaimana yang kita ketahui bersama dalam proses perkembangan dan pertumbuhan tidak
jarang anak mengalami kesulitan atau masalah. Misalanya petumbuhan yang berkaitan dengan
rasa ingin tahunya, perasaan terhadap orang tua, saudara dan teman dan lain-lain. Dalam hal
demikian, bimbingan dan pembinaan remaja dalam kehidupannya sangat diperlukan untuk
membantu mereka menemukan jati dirinya, mengingat remaja sebagai unsur utama didalam
masyarakat menjadi tanggung jawab bersama para orang tua dalam sebuah keluarga.
Oleh karena itu orang tua dalam lingkungan rumah tangga harus dapat memberikan
pendidikan yang baik terhadap anak-anak mereka. Karena lingkungan keluarga merupakan
2
Nur uhbiati, ilmu pendidikan islam, Bandung:CV.Pustaka Setia, 2005, cet.6 h.24
4
lembaga pertama dan utama yang dikenal anak. Hal ini disebabkan karena karena kedua orang
tuanyalah yang pertama dikenal dan diterima pendidikannya. Bimbingan, perhatian, dan kasih
sayag yang terjalin antara kedua orang tua dan anak-anaknya merupakan basis yang ampuh bagi
pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak.3
Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak dapat berkembang secara maksimal,
mengikuti seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal, dan ruhani.
Yang bertindak sebagai pendidik dalam hal ini adalah ayah dan ibu si anak serta semua
anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek,
paman, bibi, dan kakak. Akan tetapi yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu. 4
Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan Aqidah Akhlak adalah pendidikan yang
sangat penting diberikan kepada anak sebagai fondasi awal dalam menghadapi realita
perkembangan jaman yang dari tahun ke tahun semakin berkembang.
Perkembangan jaman yang semakin cepat itulah yang menuntut agar anak memiliki fondasi
yang kuat agar tidak terbawa arus perkembangan jaman. Dengan adanya pendidikan Aqidah
Akhlak dalam keluarga dan di sekolah, anak tidak akan cepat terpengaruh dan bisa
mempertimbangkan mana perilaku yang baik dan yang buruk.
Dewasa ini peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah kurang. Kita bisa melihat
dalam kehidupan sehari- hari, banyak orang tua cenderung melepas anaknya pada dunia
pendidikan di sekolah saja tanpa memperhatikan pendidikan dari lingkungan keluarganya
sendiri. Mereka beranggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya
kepada guru di sekolah. Padahal keberhasilan pendidikan agama Islam bukan terletak pada
pendidikan di sekolah saja, namun juga terletak pada pendidikan dalam rumah tangga. Anak
lebih banyak waktu berinteraksi dengan orang tua dibanding dengan guru di sekolah, artinya
orang tualah yang sebenarnya memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan prestasi
belajar pendidikan anak.
Inilah hal yang kurang disadari oleh para orang tua. Mereka sepenuhnya memberikan
pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah. Karena tanpa mereka sadari, mereka juga
3
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 2001),
Cet.Ke-1.H.125
4
Ahmad Tafsir Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung Remaja Rosyada Karya Offset 1994).Cet
Ke-2 H.155
5
mempunyai kewajiban dalam hal mendidik anak-anak. Pendidikan tidak bisa sepenuhnya
dibebankan kepada sekolah,. Karena bagaimanapun anak tetap butuh pendidikan, perhatian dan
kasih sayang dari orang tua.
Kita sering melihat orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan pada akhirnya
mereka sangat jarang mempunyai waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan memperhatikan
perkembangan anak-anaknya, sehingga anak tidak mempunyai kesempatan untuk curhat atau
berbagi cerita kepada orang tua mereka. ketika orang tua mereka sering terlibat pertengkaran
bahkan yang lebih parah yaitu perceraian.
Di sinilah ketika kedua orang tua sering terlibat pertengkaran atau masalah-masalah yang
lainnya, anaklah yang menjadi korban dari masalah mereka. Ketika anak merasa hubungan
dalam keluarganya sudah tidak harmonis lagi, anak akan cenderung mencari tempat pelarian
yang menurutnya bisa memberikan rasa aman dan nyaman dari semua masalah yang
dihadapinya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku atau perilaku anak bukan hanya di
masyarakat akan tetapi di sekolah.
Kita sering jumpai siswa yang malas belajar, tidak masuk kelas, dan sering membuat
masalah atau yang kita sebut sebagai trouble maker di sekolah. Semua itu bisa jadi adalah wujud
kekecewaan anak terhadap hubungan keluarganya yang tidak harmonis sehingga mereka
membuat masalah-masalah untuk mendapatkan perhatian dari teman-teman atau guru-gurunya.
Semua itu mereka lakukan karena mereka ingin melampiaskan semua maslah yang ada di
lingkungan keluarga. Mereka tidak punya tempat untuk berbagi cerita karena orang tua mereka
sibuk berkerja dan tidak punya waktu untuk mendengarkan keluh kesah dan masalah yang
sedang dialami oleh sang anak.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah
orang tua dalam memberikan pendidikan agama kepada anak sudah maksimal. Penulis mencoba
meneliti sebab-sebab dari akhlak siswa yang seperti itu.lalu penulis juga mencoba meneliti
apakah ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga dengan akhlak anak di sekolah.
Dengan demikian berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis terpanggil untuk
meneliti tentang “Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak
Siswa di Sekolah”
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalahnya adalah:
1. Banyaknya orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga mengabaikan
pendidikan anak mereka.
2. Banyak terjadinya kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa/siswi di lingkungan
sekolah.
3. Kurangnya rasa hormat siswa/siswi terhadap guru-guru mereka di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
1. Pendidikan agama yang dimaksud adalah pendidikan agama yang meliputi pendidikan
akhlak, adab etika yang menentukan seseorang dalam bersikap dan bertindak
sebagaimana yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya.
2. Siswa yang dimaksud di sini adalah siswa kelas X SMAN 2 Mauk-Tangerang.
3. Akhlak yang dimaksud disini adalah perilaku atau tingkah laku siswa selama berada di
lingkungan sekolah yang meliputi pergaulan sesama teman, kepada guru dan pergaulan
dalam belajar.
D. Perumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah tersebut maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai
berikut : “bagaimanakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah?”
E. Tujuan Dan Kegunaan Hasil Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap
akhlak anak di sekolah.
2. Agar orang tua mengerti pentingnya pendidikan agama dalam keluarga.
3. Agar orang tua sadar bahwa pendidikan sekolah hanya sebagai penunjang dan pendidikan
orang tua lah yang utama.
Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah:
7
1. Secara ilmiah, penulisan skripsi ini untuk mempertajam kematangan, keilmuan, serta
kemampuan untuk melahirkan sebuah karya ilmiah.
2. Secara pragmatis, penulisan skripsi ini memberikan bekal pengetahuan mengenai teoriteori tentang pendidikan, dan mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang penelitian
sosial, serta sebagai sumbangan pemikiran dalam membina dan membimbing akhlakk
remaja dalam lingkungan keluarga, agar anak remaja dapat berkepribadian dengan akhlak
yang mulia.
BAB II
TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pengertian pendidikan agama islam dalam keluarga
1. Pengertian Pendidkan Agama Islam
Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan “ me” sehingga
menjadi “mendidik”, artinya: memberi, memelihara, dan memberikan latihan (ajaran,
tujuan, penanaman) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Seperti contoh: semua
orang tua wajib mendidik anaknya secara baik, itu artinya setiap orang tua yang memiliki
anak wajib mendidik anaknya, memelihara, melatih akhlak, dan melatih kecerdasan
pikiran anak.1
Pengertian “pendidikan” menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah proses
mengubah sikap dan tata laku sikap seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2
Secara harfiah, pendidikan berasal dari kata educare, yang artinya mengeluarkan
suatu kemampuan. Jadi educare adalah membimbing untuk mengeluarkan kemampuan
yang tersimpan dalam diri anak untuk tercapainya kedewasaan.3
Pengertian secara terminologi Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa, pendidikan
adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak dalam
memimpin perkembangan jasmaniyah dan ruhaniyah kearah kedewasaan.4
Menurut dictionary of education, yang dikutip oleh Drs.H.M. Alisuf Sabri dalam
bukunya ilmu pendidikan islam, bahwa pendidikan diartikan:
1. Serangkaian proses atau anak mengembangkan kemampuan sikap dan bentukbentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna bagi masyarakat.
2. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan dengan
lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di
1
Muhibbin Syah,M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), Cet Ke-3, H.10
2
Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10
3
Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10
4
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung, Remaja Karya, 2007), Cet. Ke-18, H. 11
8
9
sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan
perkembangan individu yang optimal.5
Dalam UU RI No. 20 Th 2003 pasal 1, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam
dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan
agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai denganajaran Islam.7
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia,
mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-qur.an dan alhadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.8
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.9
5
Alisuf shabri, ilmu pendidikan, jakarta: CV.pedoman ilmu jaya, cet1 1999 h.4
DEPDIKNAS, UURI No 20 th 2003tentang SISDIKNAS (Bandung: FOKUSMEDIA 2003) H. 2
7
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130
8
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.IV, h. 21.
9
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.III, h. 78
6
10
Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam diatas. Penulis menyimpulkan
bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.
a. Kedudukan Pendidikan Agama
Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka timbullah
perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen afektif dari
sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan senang seseorang itu
akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang dikenal dengan pengamalan
ajaran agama. Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai
komponen kognitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan perilaku
terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan sikap
keagamaan. Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan
terhadap agama.
Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan
sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan
sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak dan
muamalah.
Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.
Ada tiga komponen sikap keagamaan:
1. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala fikiran
seperti ide, kepercayaan dan konsep.
2. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan
(emosional: seperti senang, tidak senang, setuju)
3.
Komponen
Konasi,
adalah
merupakan
kecenderungan
untuk
sepertimemberi pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan sebagainya.
berbuat,
10
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena
pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan
10
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I, h. 212
11
mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan
kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta
mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan mendorong
mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia.
Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang
murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan.
Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan,
jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik
dengan teman sejawatnya dan bangsanya,berdasarkan cinta-mencintai, tolong-menolong
dan nasehat-menasehati.11Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari
Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.
Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak
anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka. Agar mereka
berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama,maka anak-anak
menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia
mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan
tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh
kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik
terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta
keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau
pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam;
dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani,
dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan
motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama
dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa
11
7-8
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1983),
Cet. XI, h.
12
kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.12
Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai
berikut:
a. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu
dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.
b. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada kanakkanak.
c. Mendidik kanak-kanak dari kecil, supaya mengikut suruhan Allah dan
meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap Allah ataupun terhadap
masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan
ingin akan pahalanya.
d. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia dan
adat kebiasaan yang baik.
e. Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-macam ibadat yang
wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah dan
faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu diketahui oleh
tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.
f. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.
g. Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan nasehatnasehat.
h. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang berbudi
luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama.13
Menurut penulis tujuan-tujuan pendidikan agama islam sudah bagus, tinggal
bagaimana penerapannya saja. Karena tujuan-tujuan tersebut sudah memenuhi semua
aspek yang ada dalam syariat islam.
12
13
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III,
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama…h.13
h. 78
13
2. Pengertian keluarga
Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu beserta anak-anaknya ( keluarga inti ), ayah dan
ibulah yang disebut orang tua.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah orang tua adalah :
1. Orang yang sudah tua
2. Ayah Ibu
3. Orang tua, orang yang dianggap tua (pandai, pintar)
Dalam penulisan skripsi ini yang dimaksud orang tua adalah ayah dan ibu dari anakanak hasil pernikahan (orang tua kandung).
Keluarga merupakan institusi sosial yang terpenting dan merupakan inti sosial yang
utama, melalui individu-individu dalam masyarakat dipersiapkan nilai-nilai kebudayaan,
kebiasaan, dan tradisinya dipelihara kelanjutannya, dan melalui kebudayaan juga dia
dipindahkan dari generasi ke generasi berikutnya.14
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena
dari merkalah anak mula-mula mengenal pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama
dari pendidik adalah terdapat pada kehidupan keluarga.15
Orang tua atau ayah dan ibu memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas
pendidikan anak-anaknya.
Pada umunya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari
kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara
kodrati suasana dan strukturnya memungkinkan memberikan kemungkinan alami
membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan
atau hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antar orang tua dan anak.
Didalam pembinaan terhadap anak diperlukan suatu perhatian penuh dari
pembinanya (pendidik) sebab seseorang yang sedang dididik baik buruknya tergantung
dari sejauh mana baik buruknya si pendidik.
Sebagai pusat pendidik dalam keluarga, orang tua adalah orang yang pertama kali
menanamkan nilai-nilai pendidikan dalam diri si anak. Orang tualah yang menciptakan
14
15
Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet Ke-4, H.6
Zakiah Daradjat Dkk, Ilmu Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet Ke-6, H.35
14
kondisi lingkungan baik atau buruknya, baik melalui sikap, tingkah laku, akhlak,
perbuatan, ucapan, maupun cara berpikir.
Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu
masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan
oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam
Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa .Berdasarkan pendekatan budaya, keluarga
sekurangnya mempunyai tujuh fungsi, yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, proyektif,
sosialisasi, rekreatif dan ekonomi.16
Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang ada
hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu:
a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara
biologis anak berasal dari orang tuanya. Mula-mula dari dua manusia, seorang
pria dan wanita yang hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang
dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau dengan kata lain
kelanjutan dari identitas keluarga.
b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang
penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).
c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak.
Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku,
sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka
perkembangan kepribadiannya.
d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan.
Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak
agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga
dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam
mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain itu keluarga/orang tua menurut
hasil penelitian psikologi berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi
motivasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam pada setiap langkah
perkembangan anak yang dapat bertahan hingga ke perguruan tinggi.
16
Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.Remaja
1994), Cet. 2, h. 20-21
Rosdakarya,
15
e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi
anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.
f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan
ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran yang dilakukan institusi
agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak;
sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat
pengaruh sekularisasi.
g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan
melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga sekarang
tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badan-badan sosial seperti
tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim piatu, anak-anak
nakal dan perusahaan asuransi.17Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap
anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan seperti gangguan udara
dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan berusaha
menyediakan obat-obatan dan gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan
senjata, pagar/tembok dan lain-lain.
Menurut Abu Ahmadi, ia menambahkan satu fungsi keluarga selain ketujuh fungsi
diatas
yaitu
fungsi
ekonomi.
Fungsi
ekonomi
adalah
keluarga
berusaha
menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan makan dan
minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal.
Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua
diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan
dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.18
3. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk
jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai,
atau tingkah laku. Di dalam Da’iratul ma’arif dikatakan :
17
18
HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1,
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. II, h. 104
h. 21-22
16
“akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik,”19
Sedangkan dalam kamus Shahih kata khuluq berarti tabiat atau perangai. Qurtubi
dalam tafsirnya menjelaskan. “khuluq dalam bahasa arab artinya adalah adab atau etika
yang mengendalikan seseorang dalam bersikap atau bertindak”.20
Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini
berarti bahwa kehendak itu bila di biasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu di sebut
akhlak. Dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar
terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada pada dirinya. Sifat itu
dapat lahir berupa perbuaatan baik, yang disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang
disebut dengan akhlak tercela. Semua itu tergantung dari bagaimana cara pembinaannya.
a.
Perbedaan akhlak, moral dan etika
1. Moral
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab.
Moral
juga
berarti
ajaran
yang
baik
dan
buruk
perbuatan
dan
kelakuan
(akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan
yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.
Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian
diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud
dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun
dan tidak. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan,
perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya
“lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup.
Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.21
Dalam Wikipedia di jelaskan bahwa Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah
istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki
19
Asmaran. A.S, M.A, pengantar studi akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1994), Cet Ke-2, H.1
Muhhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet Ke1, H.178
21
http://imungblog.blogspot.com/2012/10/pengertian-etika-dan-moral.html
20
17
nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah
hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena
banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit.
Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa
yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga
sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar
moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun
sejak lama.22
Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami)
mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama
makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai
bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai
berikut :
1) Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau
perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan
diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada
Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan
manusia dari tanah yang diproses menjadi benih. Dengan demikian sebagai yang
22
http://id.wikipedia.org/wiki/Moral
18
diciptakan
sudah
sepantasnya
berterima
kasih
kepada
yang
menciptakannya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :
‫ب‬
َ ِ‫) ُخل‬٥( ‫ق‬
َ ِ‫ٱۡلو َس ٰـ ُه ِم َّم ُخل‬
ِ ِ‫ب ََٱلتَّ َرآ ِٕٮ‬
ِ ‫) َي ۡخ ُر ُج ِم ۢه َب ۡي ِه ٱلصُّ ۡل‬٦( ‫ق ِمه َّم ٍ۬آء دَافِ ٍ۬ق‬
ِ ۡ ‫فَ ۡليَىظُ ِر‬
Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang
dada.”
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang
kokoh dan sempurna kepada manusia.Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan
berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan
sebagainya.Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan menguasai daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya
dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan
ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu
berdoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.
Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji
demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya.
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya.
Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu
dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan dengan perilaku
terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan
melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta
tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan
menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah,
walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.
َّ ََ ِۗ‫ص َذقَ ٍ۬ت يَ ۡتبَ ُعٍَآ أَ ٍ۬ر‬
ٌ ٍ۬ ‫قَ ُۡ ٍ۬ ٌل َّم ۡعر‬
‫ٱَّلُ ََىِّ ََلِي ٍ۬ ٌم‬
َ ‫َُف ََ َم ۡغفِ َرةٌ َخ ۡي ٍ۬ ٌر ِّمه‬
19
Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263)
Disisi lain Al-Qur‟an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara
wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan
salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik.
َّ ‫ق بَ ِى ّٓ إِ ۡس َرٳٓ ِءي َل ََل تَ ۡعبُ ُذَنَ إِ ََّل‬
ّٰ ‫ٱَّلَ ََبِ ۡٲل َُٳلِذ َۡي ِه إِ َۡ َس ٍ۬اوا ََ ِرِ ۡٱلقُ ۡربَ ّٰ ََ ۡٱليَتَ ٰـ َم‬
َ ‫ََإِ ۡر أَ َخ ۡزوَا ِميثَ ٰـ‬
ٍ۬ ‫ُا ٱل َّزڪ َُٰةَ ثُم تَُلَّ ۡيتُمۡ إ ََّل قَل‬
ْ ُ‫ََ ۡٱل َم َس ٰـڪِي ِه ََقُُل‬
ْ ُ‫صلَ ُٰةَ ََ َءات‬
ْ ‫اس َ ُۡس ٍ۬ىا ََأَقِي ُم‬
َّ ‫ُا ٱل‬
‫يا ِّمىڪُمۡ ََأَوتُم‬
ِ ِ
َ َّ
ِ َّ‫ُا لِلى‬
َ‫ُّم ۡع ِرضُُن‬
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa,
kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83)
Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar,
ْ ُ‫ٱَّلَ ََقُُل‬
ْ ُ‫ُا ٱتَّق‬
ْ ُ‫يه َءا َمى‬
َّ ‫ُا‬
‫ُا قَ ُۡ ٍَ۬ل َس ِذ ٍ۬يذا‬
َ ‫يَ ٰـٓؤَيُّہَا ٱلَّ ِز‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
Katakanlah Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70)
Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka
buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau
memanggil dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya
dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan
berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang
pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepetingan sendiri.23
23
http://b420k.blogspot.com/2012/10/akhlak-islami-dan-pembentukan-akhlak.html
20
3) Akhlak terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya
akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia
sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member
kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan
manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata
lain setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri
manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki
ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk
menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar
dan baik.
Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur‟an yang melarang melakukan
penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan
menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah,
dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar.
Allah berfirman :
َّ ‫ڪتُ ُمٌَُا قَآ ِٕٮِ َمت َعلَ ٰ ّٓ أُصُُلٍَِا فَبِإ ِ ۡر ِن‬
ۡ ‫َما قَطَ ۡعتُم ِّمه لِّيىَت أَ َۡ تَ َر‬
‫يه‬
َ ِ‫ِ ۡٱلفَ ٰـ ِسق‬
َ ‫ٱَّلِ ََلِي ُۡخ ِز‬
Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir)
atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah
dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang
fasik.” (QS. Al-Hasyr :5)
21
Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan
mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari
kemenangan, tetap keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga
mereka harus dapat bersahabat.
Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang.
nabi Muhammad SAW. Bersabda :“Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu
terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “.
Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif,
menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang
demikan dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain
saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan
berdampak negatif bagi makhluk lainnya.
2.
Etika
Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris),
mengandung banyak pengertian.
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang
berarti
kebiasaan.
Dengan
demikian
menurut pengertian yang
asli,
yang
dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat
laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat
dinilai tidak baik. Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi
ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang
orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat
dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan
hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak
membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu
berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah cabang
22
dariaksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan
benar dalam pengertian lain tentang moral.
Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika
berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang
baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi studi tentang
kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda,
yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya.
Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.24
3.
Perbedaan akhlak moral dan etika
1. Berdasarkan dari segi bahasa
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama‟ dari “khulqu” dari bahasa
Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab.
Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan, susila.
Etika yang berasal dari bahasa Yunani „ethos‟ yang brati adat kebiasaan. Danagn kata
lain usaha dengan akal yang diwujudkan dalam kehidupan nyata.
2. Berdasarkan penetuan atau standar ukuran baik dan buruk yang di
gunakannya.
Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur‟an dan Sunnah Rasul, sedangkan
moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah
nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan
Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu
akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus
ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul
sebagaimana disabdakannya :
“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad)
24
http://imungblog.blogspot.com/2012/10/pengertian-etika-dan-moral.html
23
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syari‟at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.
Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari‟at akan lahir akhlak yang baik, atau
dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari‟at Islam telah
dilaksanakan berdasarkan aqidah.
a. Macam-Macam Akhlak
1) Akhlak Mulia
a)
Shiddiq
Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim di
tuntut selalu dalam keadaan benar lahir dan batin, benar hati, benar perkataan dan
benar perbuatan. Benar hati, apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan
bersih dari segala penyakit hati. Benar perkataan, apabila semua yang dikatakannya
adalah kebenaran bukan kebohongan. Dan benar perbuatan, apabila semua yang
dilakukan sesuai dengan yang disyariaatkan oleh agama.25
Orang yang berpegang kepada kejujuran dan mempertahankan prinsip kejujuran
pada setiap problem yang dihadapinya dan melaksanakan menurut dasar hukum yang
benar, yang demikian merupakan salah satu tiang agama yang kokoh.26
b) Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya, dengan pengertian yang lebih luas mencakup
banyak hal : menyimpan rahasia orang lain, menjaga kehormatan orang lain, menjaga
diri sendiri, serta menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.27
c) Istiqomah
Secara etimologi, istiqamah berasal dari kata istaqoma-yastaqimu yang berarti
tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai sikap
teguh pendirian dan selalu konsekuen.28
Secara terminologi akhlak, istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan
keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan
25
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan Islam (LPPI), 1999), Cet
Ke-1, H.80
26
Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang, 1985), Cet Ke-1, H.74
27
Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89
28
Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.97
24
godaan. Seorang yang istiqomah adalah laksana batu karang ditengah lautan yang
tidak bergeser sedikitpun walau diterjang oleh ombak yang besar sekalipun.29
d) Iffah
Menurutbahasa berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Sedangkan
menurut istilah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang
merendahkan, merusak, dan menjatuhkan.
Nilai dan wibawa seseorang tidaklah ditentukan oleh bentuk rupanya,
kekayaannya, dan jabatannya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya. Oleh sebab
itu, untuk menjaga kehormatan diri tersebut setiap orang haruslah menjauhkan diri
dari segala perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah SWT. Dia harus mampu
mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan harus juga
menjaga dirinya dari hal-hal yang bertentangan dengan kehormatan dirinya.30
e) Tawadhu
Artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabbur. Orang yang rendah hati
tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong
menghargai dirinya sendiri secar berlebihan. Bentuk dari sikap tawadhu adalah
bergaul dengan oarang lain dengan ramah, serta tidak memandang dirinya lebih baik
dari orang lain.
f) Malu
Adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu
yang lebih rendah atau tidak baik. Mali merupakan ciri khas perangai manusia yang
menyingkap nilai iman seseorang dan berpengaruh bagi tinggi rendahnya akhlak
seseorang.
Orang yang mempunyai rasa malu, senantiasadapat menahan diri dari perbuatan
yang mengganggu manusia dan tidak mau menuturkan kata-kata yang keji, hina dan
buruk.31
g) Sabar
29
Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.97
Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.103
31
Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim…,H.326
30
25
Secara bahasa sabar berarti menahan dan mengekang. Sedangkan menurut istilah
sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap
ridho Allah.
Menurut Al Ghazali, sabar merupakan ciri khas manusia, binatang dan malaikat
tidak memiliki sifat sabar karena binatang diciptakan tunduk sepenuhnya kepada
hawa nafsu, bahkan hawa nafsu itulah satu-satunya yang mendorong binatang untuk
bergerak atau diam. Binatang juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa
nafsunya. Sedangkan malaikat, tidak memerlukan sifat sabar karena memang tidak
ada hawa nafsu yang harus dihadapinya. Malikat selalu cenderung kepada kesucian.
Sehingga tidak diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan mempertahankan
kesuciannya itu.32
h) Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kepada kita
untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan
maaf dari yang bersalah. Menurut M. Quraish Shihab, tidak ditemukan satu ayat pun
yang menganjurkan untuk meminta maaf , tetapi yang ada adalah perintah untuk
memberi maaf.33 Atau dengan kata lain kita lebih dianjurkan memberi maaf kepada
orang lain sebelum orang itu meminta maaf kepada kita.
i) Hikmah ( Kebijaksanaan )
Hikmah adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal yang benar diantara
yang salah dalam urusan ikhtiyarnya.34
j) Adil
Adil adalah kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah.35
2) Akhlak Tercela
a) Berbohong
32
Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.134
Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.141
34
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet Ke-2, H.62
35
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.62
33
26
Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai,
tidak cocok dengan yang sebenarnya.
b) Takabur
Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia melebihi orang
lain. Pendek kata takabur ialah merasa dirinya paling hebat diantara orang lain.36
c) Dengki
Dengki adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang
lain, dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.37
d) Bakhil
Bakhil artinya kikir, orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa
yang menjadi miliknya, tetapi hematnya dengan sangat dan berlebihansehingga sukar
baginya mengurangi sebagian apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang
lain.38
4. Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi manusia. Anak merupakan amanah
yang menjadi tanggung jawab orang tuanya. Ketika pertama kali dilahirkan ke dunia,
seorang anak dalam keadaan fitrah dan berhati suci lagi bersih. Lalu kedua orang
tuanyalah yang memegang peranan penting pada perkembangan berikutnya, apakah
keduanya akan mempertahankan fitrah dan kesucian hatinya, ataukah malah merusak dan
mengotorinya. Rasulullah Shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda:
ْ ِ‫َما ِم ْه َم ُْلُُد إِ ََّل يُُلَ ُذ َعلَّ ْالف‬
ًِ ِ‫صِّراوِ ًِ ََيُ َمجِّ َساو‬
َ َ‫ط َر ِة فَؤَبَ َُايُ يٍَُ ُِّ َداوِ ًِ ََيُى‬
“Tidak ada seorang bayi pun yang terlahir kecuali dalam keadaan fitrah (Islam).
Namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”
(HR. al-Bukhari)
36
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59
38
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59
37
27
Seorang anak ibarat kertas putih bersih yang siap untuk dituliskan apapun di atasnya.
Jika kedua orang tuanya membiasakannya pada kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi
anak yang baik. Sebaliknya, jika keduanya membiasakannya pada keburukan, maka dia
pun akan tumbuh menjadi buruk pula.
Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan
anak-anaknya. Dalam mendidik dan membimbing anak orang tua sangat berperan dalam
mempersiapkan generasi penerus, maka dengan memberikan pendidikan keteladanan,
pembiasaan, perhatian, nasehat dan hukuman anak akan menemukan tauhid yang murni
dan budi perkerti yang luhur dan etika agama yang lurus.
Dalam dunia pendidikan orang tua didorong dan dipacu untuk mengenal beberapa
macam pendidikan bagi anak-anaknya mulai sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan
maka selain memberikan kebutuhan makan, minum, dan pakain, orang tua wajib
mencintai anak-anaknya jika pendidikan tanpa ada rasa cinta tampaklah akan kurang
berhasil.
Pendidikan terhadap anak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan berumah
tangga. Sebab salah satu tujuan utama pernikahan adalah lahirnya keturunan yang
nantinya akan menjadi generasi penerus. Generasi penerus yang tumbuh tanpa
didampingi pendidikan agama yang memadai justru akan menjadi mangsa dan korban
penjajahan peradaban lain.
Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh, yang
memberi kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan seorang anak tak lepas
dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak terletak dalam keluarga.
Peran orang tua yang paling mendasar didalam mendidik agama kepada anak-anak
mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena dari orang tualah anak
pertama kali menerima pendidikan,baik itu pendidikan umum maupun agama.39
Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan orang tua dalam mendidik antara lain:
a. Mendidik dengan ketauladanan (contoh)
39
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan
Bulan Bintang: 1978), Cet. IV, h. 80
keluarga, (Jakarta:
28
Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang
paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan
sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak yang
tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua keteladanan itu akan
melekat pada diri dan perasaannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orangtua selaku memberikan contoh
yang ideal kepada anak-anaknya, sering terlihat oleh anak melaksanakan sholat,
bergaul dengan sopan santun. Berbicara dengan lemah lembut dan lain-lainnya. Dan
semua itu akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak.
b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan
Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian)
bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang
tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta
menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid murni dan akhlak mulia.
Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak
sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai
dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk
sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat,
sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa, .Pendidikan dengan pembiasaan
dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah
satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya.
Di sinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara atau metode mempunyai
peranan yang sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada anak sebagai
upaya membina akhlaknya. Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika
anak tumbuh besar dan dewasa, ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama
dan tidak merasa berat melakukannya. 40
40
Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar (Pendidikan anak menurut Islam),(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), Cet. 1, h. 65
29
Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi
kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung melakukan
yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.
c. Mendidik dengan nasehat
Diantara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak,
mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab
nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan
mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta
membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.41 Nasehat yang tulus berbekas dan
berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan
berpikir. Nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meniggalkan
bekas yang dalam. Al Qur.an telah menegaskan pengetian ini dalam banyak ayatnya,
dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dengan kata-kata yang
mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus,42 diantaranya:
            
Artinya: .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.. (Q.S Qaaf: 50:37)
Nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat
serta menghiasinya dengan akhlak mulia. Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada
orang lain, karena orang tualah yang selalu memberikan kasih sayang serta contoh
perilaku yang baik kepada anaknya. Di samping memberikan bimbingan serta
dukungan ketika anak mendapat kesulitan atau masalah, begitupun sebaliknya ketika
anak mendapatkan prestasi.
d. Mendidik dengan pengawasan
Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya
membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan
41
42
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam Islam… h. 66
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam islam…h. 70
30
sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan
jasmani maupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan
untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-hari
baik dilingkungan keluarga maupun sekolah. Dilingkungan keluarga hendaknya anak
tidak selalu di marahi apabila ia berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan
baik. Sedangkan dilingkungan sekolah, pertama-tama anak hendaknya diantar
apabila ia ingin pergi kesekolah. Supaya ia nanti terbiasa berangkat kesekolah
dengan sendiri. Begitu pula setelah anak tiba dirumah ketika pulang dari sekolah
hendaknya ditanyakan kembali pelajaran yang ia dapat dari gurunya.43
5. Model Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Pelaksanaan pendidikan Agama Islam bagi anak di dalam lingkungan keluarga
sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua, kewajiban itu terpikul dipundak
kedua orang tua. Sangat tidak benar seandainya orang tua menyerahkan pendidikan
Agama bagi anak-anaknya kepada sekolah atau guru ngaji saja. Karena proses
pembinaan keberagamaan anak akan lebih banyak berada di dalam keluarga, dan itu
membutuhkan pengawasan langsung dari orang tua. Orang tua perlu menambah ilmu
pengetatahuan agamanya sehingga memiliki modal untuk dapat memberikan
pendidikan keagamaan kepada anak-anaknya. Materi pokok pendidikan Agama Islam
yang harus ditanamkan(dididikkan) kepada anak-anak di dalam lingkungan keluarga
seperti yang terdapat pada surah Luqman ayat 13-19.
             
   
                
  
 
   
 
                
43
Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.Remaja
1994), Cet. 2, h. 20-21
Rosdakarya,
31
   
               
                     
                   
                    
          
“(13)dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".(14)dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(15)dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(16)(Luqman berkata): "Hai anakku,
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.(17)Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).(18)dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
32
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.(19)dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Ayat tersebut sudah mencakup tiga aspek ajaran Islam, yaitu Aqidah, ibadah dan
Syari‟ah. Pada Aspek pendidikan Aqidah meliputi hal-hal pokok yaitu;
1. Keimanan(pengeesaan) kepada Allah swt, keyakinan tauhid yang sebersihbersihnya yaitu larangan mengsekutukan Allah.
2. Kesadaran akan kemakhlukan kita yang wajib mensyukuri segala karunia Tuhan.
3. Kesadaran bahwa segala gerak-gerik kita yang nampak maupun yang
tersembunyi tidak lepas dari pengetahuan dan pengawasan Tuhan.
Adapun aspek ibadah yang paling pokok adalah :
1. Perintah shalat , yaitu melaksanakan shalat fardu lima kali sehari, dan shalat
nawafil lainnya.
2. Perintah amar ma‟ruf . Dalam pelaksanaannya pada anak-anak adalah anakanak dibiasakan dalam berhubungan dengan manusia dengan mengerjakan amalamal shaleh dan menyuruh orang lain melakukan kebaikan.
3. Perintah mencegah yang munkar. Bagi anak prakteknya adalah ditanamkan
kepada anak akan rasa benci dan tidak melakukan segala perbuatan yang munkar
yaitu segala perbuatan yang bertentangan dengan agama.
4. Perintah melaksanakan kesabaran dalam menghadapi segala ujian, cobaan yang
menimpanya.
Pada aspek pendidikan Akhlak yaitu pergaulan yang baik yang perlu ditanamkan
kepada anak, meliputi :
1. Bertutur kata yang lemah lembut dengan siapapun, terutama dengan orang tua.
2. Larangan berlaku sombong atau takabur dengan siapapun juga baik dalam
berbicara (tidak memalingkan muka) maupun berjalan.
3. Berlaku sederhana dalam hidup dan kehidupannya.
Maka dari itu orang tua harus faham dan mengerti bagaimana cara mendidik anak
dalam keluarga agar pendidikan agama dalam keluarga bisa berjalan maksimal dan
33
anak mempunyai akhlak dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran islam baik
itu dari segi ibadah, perilaku dan pergaulan.44
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai tanggung
jawab besar dalam mendidik, khususnya didalam melindungi keluarga dan memelihara
keselamatan keluarga. Melindungi keluarga bukan hanya memberikan tempat tinggal saja,
tetapi memberikan perlindungan supaya keluarga kita terhindar dari malapetaka baik didunia
maupun di akherat nanti yaitu dengan cara mengajak keluarga kita kepada perbuatanperbuatan yang perintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Memelihara keselamatan keluarga yaitu mengajarkan keluarga kita supaya taat kepada Allah
SWT, agar keluarga kita diberikan keselamatan oleh Allah SWT baik di dunia dan akherat.
Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam keluarga harus benar-benar
dilaksanakan. Dan sebagai orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anknya,
karena anak itu sifatnya menerima semua yang dilkukan, yang dilukiskan dan condong
kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu dibiasakan dan diajari berbuat baik maka
anak itu akan hidup bahagia di dunia dan di akherat. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan
dibiarkan begitu saja, maka anak itu akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari
ketinggian anak itu ialah terletak pada yang bertanggung jawab (pendidik) dan walinya.
B. Kerangka Berfikir
Sebagai pusat pendidikan dalam keluarga, orang tua adalah orang yang pertama kali
menanamkan nilai-nilai pendidikan dalam diri anak. Orang tua yang menciptakan kondisi
lingkungan keluarga, baik melalui sikap, tingkah laku akhlak dan perbuatan, ucapan maupun
cara berfikir. Disamping itu merekapun berperan sebagai pembimbing, pengajar, serta
memberi teladan bagi anak-anaknya, khususnya dalam pembinaan akhlak anak.
Seorang anak akan terbiasa melakukan hal-hal yang baik apabila orang tua mereka
melatih, membiasakan, memberi teladan yang baik, hal ini akan menjadi sikap yang teladan
bagi anak-anak.
Oleh karena itu, mengingat sangat dibutuhkannya peran orang tua dalam membina akhlak
anak, maka orang tua sebagai pemeran pertama dan utama dalam keluarga harus mampu
44
http://dedihnurdin.blogspot.com/2010/02/model-pendidikan-agama-dalam-keluarga.html
34
memberikan pendidikan yamg terbaik seperti memberikan pengasuhan pendidikan dan
bimbingan akhlak, memahami dan menghargai anak.
Mereka bertanggung jawab untuk mendidik anak sejak kecil agar berlaku benar dan dapat
dipercaya, istiqamah, mementingkan orang lain, menolong orang yang membutuhkan,
menghargai dan menghormati orang lain.
Apabila pembinaan diatas dilaksanakan dengan benar oleh orang tua, maka sikap anak
akan tercermin dengan penuh perasaan mulia.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin baik orang tua mendidik agama
dalam keluarga, maka akan semakin baik juga kepribadian yang tercermin dalam jiwa
remaja, dan penelitian akan mengajukan hipotesis dan akan diuji kebenarannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang
dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab
persoalan yang dihadapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode korelasional yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
adanya pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak anak di
sekolah (studi kasus di SMA 2 Mauk, Tangerang).
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan
keadaan sebenarnya. Untuk memperoleh data yang objektif, maka ada dua bentuk
penelitian yang menjadi sumber data penelitian:
1.
Penelitian
kepustakaan,
yaitu
penelitian
yang
dilakukan
dengan
mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku yang ada hubungannya
dengan masalah pendidikan agama dalam keluarga..
2.
Penelitian Lapangan, yaitu penelitian untuk memperoleh data-data
lapangan langsung ke siswa-siswi SMA 2 Mauk, Tangerang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA 2 Mauk, Tangerang yang berlokasi di Jl.
Pendidikan No. 5 Desa. Mauk Timur, Kecamatan
Mauk
-
Kabupaten
Tangerang
.
2.
Waktu Penelitian
Peroses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan
dan persiapan instrument, uji coba instrument penelitian yang dilanjutkan
dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian, rentang
waktu yang akan dilaksanakan dari bulan Januari-maret 2013.
35
36
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian.1 Penelitian ini melibatkan dua variabel:
a. Variabel pendidikan agama dalam keluarga, sebagai variabel bebas
(independen), yakni yang memberi pengaruh terhadap hasil. Variabel ini
disimbolkan dengan huruf X.
b. Variabel akhlak siswa, sebagai variabel terikat (dependen), yakni hasil
sebagai pengaruh variabel independen. Variabel ini disimbolkan dengan
huruf Y.
Tabel. 1
Variabel Penelitian
Matriks dan kisi-kisi angket penelitian
No
Variabel
Indikator
No Item
1. Pemberian pendidikan agama
1, 2, 3, 4
2. Pemberian nasihat kepada anak
5, 6, 7
Variabel
1
pendidikan
3. Pemberian teladan kepada anak
8, 9, 10
agama dalam
keluarga
4. Penerapan pendidikan agama
dalam keluarga
11, 12, 13
5. Pemberian hukuman pada anak
14, 15
Jumlah
2
Akhlak siswa
di sekolah
1
15
1. Berperilaku baik
16,17, 18
2. Rajin mengikuti pelajaran
19, 20, 21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendeekatan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1996), hal. 104
37
3. Bergaul
dengan
baik
22, 23, 24
disekolah
4. Taat terhadap perintah guru
25, 26,27
5. Aktif
28, 29, 30
mengikuti
kegiatan
sekolah
Jumlah
30
D. Sumber Data Penelitian
Responden sebagai data penelitian adalah siswa kelas X SMAN 2 Mauk,
Tangerang yang telah terseleksi melalui angket yang telah disebar. Menurut
Arikunto “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data yang disebut responden yaitu orang
yang merespon”.
E. Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMAN 2 Mauk,
Tangerang yang diambil dengan cara penyaringan dari seluruh kelas X SMAN 2
yang berjumlah 325 siswa. Hal ini didasarkan atas alasan bahwa penulis mencari
siswa-siswi yang sering membuat masalah di kelas. Di samping itu, alasan penulis
mengambil kelas X untuk dijadikan sample karena diasumsikan mereka lebih
mampu memikirkan masalah tersebut dan sudah mampu untuk menyikapinya
sendiri.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan
data,
penulis
menggunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi, yang artinya meninjau, memperhatikan dan mengamati
kenyataan di lapangan. Observasi merupakan proses pengamatan dan
ingatan, untuk mengetahui kenyataan objektif objek penelitian. Dalam hal
38
ini yang diobservasi adalah tingkah laku atau pergaulan anak sesama
teman dan akhlak kepada guru di sekolah
2. Angket, Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara
tertulis oleh “ responden “ baik secara langsung atau tidak langsung.
Adapun poin-poin yang ditanyakan dalam angket ini adalah :
1. Bagaimana orang tua mereka memberikan pendidikan agama di
rumah
2. Bagaimana pergaulan mereka terhadap sesama teman di sekolah
3. Bagaimana sikap/akhlak mereka terhadap guru-guru mereka di
sekolah
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data tersebut dapat dipahami tidak
hanya oleh peneliti, akan tetapi dapat dipahami oleh orang lain yang ingin
mengetahui hasil penelitian. Dalam menganalis data penulis menggunakan teknik
sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau
kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
2. Scoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket, dengan bobot
nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:
a) Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 5
b) Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 4
c) Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 3
d) Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 2
e) Alternatif jawaban E mempunyai bobot nilai 1
3. Persentase, perhitungan dilakukan untuk mengetahui besar kecilnya
tingkat keberhasilan yang dilakukan guru. Angka persentasi diperoleh
dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100%
dengan rumus statistik presentasi sebagai berikut:
39
F
P=
x 100
N
Keterangan:
P = Persentase jawaban
F = Frekuensi jawaban responden
N = Number of Cases (jumlah responden)
Dalam teknis pelaksanaan atau analisisnya, yaitu dengan memeriksa
jawaban-jawaban dari setiap reponden atau siswa, lalu dijumlah sehingga
menghasilkan skor total, lalu diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel),
data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masingmasing.
4. pengaruh
Untuk mencari nilai korelasi antara variabel X dengan variabel Y dan juga
mengetahui apakah hubungan kedua variabel tersebut temasuk hubungan
yang erat, cukup, atau lemah, maka penulis menggunakan rumus “r” Product
Moment sebagai berikut:
rxy =
NXY  (X )(Y )
[ NX  (X ) 2 ][ NY 2  (Y ) 2 ]
2
Keterangan:
rxy
= Angka Indeks Korelasi
N
= Number of Cases
xy
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
X
= Jumlah keseluruhan skor X
Y
= Jumlah keseluruhan skor Y
Dan sebelumnya, penulis terlebih dahulu membuat tabel perhitungan
sebanyak 6 kolom yaitu sebagai berikut:
Kolom 1:
Subjek Penelitian (Responden)
Kolom 2:
Skor Variabel X
Kolom 3:
Skor Variabel Y
40
Kolom 4:
Hasil Pengkuadratan Skor Variabel X (X2)
Kolom 5:
Hasil Pengkuadratan Skor Variabel Y (Y2)
Kolom 6:
Hasil Perkalian antara Skor Variabel X dengan Variabel Y
(XY)
5. Interpretasi data
Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah selanjutnya yaitu
interprestasi data dengan dua cara:
a. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan
dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti ini:
Tabel. 2
Angka Indeks Korelasi Product Moment
Besarnya “r”
Interpretasi
Product Moment
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu
sangat lemah atau sangat rendah
sehingga korelasi itu diabaikan atau
dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y
0,21 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah
0,41 – 0,70
Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukup
0,71 – 0,90
Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,91 -1,00
Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sangat kuat atau
sangat tinggi
41
b. Interprestasi terhadap “r” Product Moment, yaitu dengan terlebih
dahulu merumuskan hipotesis kerja/alternatif (Ha) dan hipotesis
nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya (db) atau degress
freedomnya (df) yang rumusnya:
Df
=
N-nr
Df
=
Degree of freedom
N
=
Number of casses
Nr
=
Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Setelah diperoleh hasil dari df, maka dapat di cari besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel Nilai “Product Moment” baik pada taraf signifikansi 1%.
Jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih besar ( > ) dari pada “r” tabel (rt)
maka Hipotesis Alternatif (Ha) diterima atau terbukti kebenarannya. Berarti
memang benar antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang signifikan.
Sedangkan Ho tidak dapat dierima atau tdak dapat terbukti kebenarannya. Ini
berarti menunjukan bahwa tidak adanya korelasi antara variabel X dan variabel Y.
Sebaliknya, jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih kecil ( < ) dari pada “r”
tabel (rt) maka Hipotesis alternatif (Ha) tidak dapat dierima atau tidak terbukti
kebenarannya. Sedangkan (Ho) dapat diterima atau terbukti kebenarannya.
Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi
variabel X dan variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinetion (kontribusi variabel X dan variabel Y)
R
= Koefisien Korelasi antara variabel X dan Y
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data
1. Deskripsi Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket yang disebarkan
kepada responden berdasarkan sampel yaitu kepada siswa-siswi kelas X SMAN 2 Mauk
yang diambil dengan cara penyaringan dari setiap kelasnya yang sesuai dengan target
penelitian, yaitu siswa-siswi yang menurut penilaian penulis mendapat pendidikan agama
dari orang tua mereka. Dari keseluruhan kelas X yang berjumlah 325 siswa, penulis
hanya mengambil 30 siswa yang sesuai dengan penelitian penulis. Di dalam angket
tersebut terangkum dua variabel yaitu variabel X (pendidikan agama dalam keluarga) dan
variabel Y (akhlak siswa di sekolah) yang berjumlah 30 item yang terdiri dari 15
kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga dan 15 kuisioner tentang akhlak
siswa di sekolah.
Kemudian
data yang diperoleh akan diolah dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dengan menggunakan rumus :
P=
𝑓
𝑥 100
𝑁
P : Persentase yang dicari
F : Frekuensi
N : Number of cases
Dari data persentase setiap item pernyataan yang diajukan sebanyak 15 item
pernyataan tentang pendidikan agama, adapun sebagai berikut persentasenya:
a. Pemberian pendidikan agama
Tabel 1
Orang tua memberikan pendidikan agama
%
Alternatif
F
Selalu
26
86,66
Sering
1
3,33
Kadang-kadang
3
10
Jarang
-
-
42
43
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa 86,66% siswa menyatakan selalu orang
tuanya memberikan pendidikan agama, 3,33% menyatakan
sering, 10% kadang-
kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan
demikian dapat diketahui seberapa besar orang tua memberikan pendidikan agama.
Tabel 2
Orang tua mengajarkan beriman kepada Allah SWT
%
Alternatif
F
Selalu
26
86,66
Sering
4
13,33
Kadang-kadang
-
-
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa 86,66% siswa menyatakan selalu orang
tuanya mengajarkan untuk beriman kepada Allah, 13,33% menyatakan sering, 17.39%,
sedangkan
yang menyatakan kadang-kadang jarang dan tidak pernah tidak
ada.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa mengajarkan
untuk beriman kepada Allah SWT.
Tabel 3
Orang tua mengingatkan untuk berdoa dalam segala aktivitas
%
Alternatif
F
Selalu
16
53,33
Sering
11
36,66
44
Kadang-kadang
3
10
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 3
Tabel di atas menunjukkan bahwa 53,33%
siswa menyatakan selalu orang
tuanya mengingatkan untuk berdoa dalam segala aktivitas, 36,66% menyatakan sering,
10% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa mengingatkan
untuk berdoa dalam segala aktivitas.
b. Pemberian nasihat kepada anak
Tabel 4
Orang tua mengajarkan untuk saling tolong menolong
%
Alternatif
F
Selalu
20
66,66
Sering
9
30
Kadang-kadang
1
3,33
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa 66,66% siswa menyatakan selalu orang
tuanya mengajarkan untuk saling tolong-menolong, 30% menyatakan sering, 3,33%
kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa mengajarkan
untuk saling tolong-menolong.
45
Tabel 5
Orang tua mengingatkan untuk shalat lima waktu
%
Alternatif
F
Selalu
27
90
Sering
1
3,33
Kadang-kadang
2
6,66
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 5
Tabel di atas menunjukkan bahwa 90%
siswa menyatakan selalu orang
tuanya mengingatkan untuk shalat lima waktu, 3,33% menyatakan sering, 6,66%
kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada.
Dengan demikian
dapat
diketahui
sebagian
besar
orang
tua
siswa selalu
mengingatkan untuk shalat lima waktu.
Tabel 6
Orang tua menanamkan etika bergaul
%
Alternatif
F
Selalu
12
40
Sering
12
40
Kadang-kadang
3
10
Jarang
3
10
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 6
Tabel di atas menunjukkan bahwa 40%
siswa menyatakan selalu orang
tuanya menanamkan etika dalam bergaul, 40% menyatakan sering, 10% kadang-
46
kadang, 10% jarang sedangkan yang menyatakan tidak pernah tidak pernah tidak ada.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu dan
sering menanamkan etika dalam bergaul.
c. Pemberian teladan kepada anak
Tabel 7
Orang tua mengingatkan untuk bersikap sabar
%
Alternatif
F
Selalu
12
40
Sering
12
40
Kadang-kadang
6
20
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 7
Tabel di atas menunjukkan bahwa40 % siswa menyatakan selalu orang
tuanya mengingatkan untuk bersikap sabar, 40% menyatakan sering, 20% kadangkadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan
demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu dan sering
mengingatkan untuk bersikap sabar.
Tabel 8
Orang tua mengingatkan untuk shalat berjama’ah
%
Alternatif
F
Selalu
14
46,66
Sering
8
26,66
Kadang-kadang
8
26,66
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
47
Jumlah
100
30
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 8
Tabel di atas menunjukkan bahwa 46,66% siswa menyatakan selalu orang
tuanya mengingatkan untuk shalat berjama’ah, 26,66% menyatakan sering, 26,66%
kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada.
Dengan demikian
dapat
diketahui
sebagian
besar
orang
tua
siswa selalu
mengingatkan untuk shalat berjama’ah.
Tabel 9
Membaca al-qur’an setelah shalat
%
Alternatif
F
Selalu
13
43,33
Sering
13
43,33
Kadang-kadang
4
13,33
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 9
Tabel di atas menunjukkan bahwa 43,33% siswa menyatakan selalu orang
tuanya membaca al-Qur’an setelah shalat, 43,33% menyatakan sering, 13,33%
kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu membaca
al-Qur’an setelah shalat.
d. Penerapan pendidikan agama dalam keluarga
Tabel 10
Orang tua menganjurkan membaca buku agama
Alternatif
F
%
48
Selalu
9
30
Sering
13
43,33
Kadang-kadang
4
13,33
Jarang
2
6,66
Tidak pernah
2
6,66
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 10
Tabel di atas menunjukkan bahwa 30%
siswa menyatakan selalu orang
tuanya menganjurkan membaca buku agama, 43,33% menyatakan sering, 13,33%
kadang-kadang, 6,66% jarang dan 6,66% tidak pernah. Dengan demikian dapat
diketahui sebagian besar orang tua siswa sering menyediakan buku agama di
rumah.
Tabel 11
Orang tua membiasakan bersedekah
%
Alternatif
F
Selalu
12
40
Sering
11
36,66
Kadang-kadang
7
23,33
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 11
Tabel di atas menunjukkan bahwa 40%
siswa menyatakan selalu orang
tuanya membiasakan bersedekah, 36,66% menyatakan
sering, 23,33% kadang-
kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan
demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu membiasakan
bersedekah.
49
e. Pemberian hukuman kepada anak
Tabel 12
Pemberian hukuman ketika berbuat salah
%
Alternatif
F
Selalu
9
30
Sering
6
20
Kadang-kadang
13
43,33
Jarang
2
6,66
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 12
Tabel di atas menunjukkan bahwa 30%
siswa menyatakan selalu orang
tuanya selalu memberikan hukuman ketika berbuat salah, 20% menyatakan sering,
43,33% kadang-kadang, 6,66% jarang sedangkan tidak pernah tidak ada. Dengan
demikian dapat
diketahui sebagian
besar
orang tua
siswa kadang-kadang
memberikan hukuman ketika berbuat salah.
Tabel 13
Orang tua menegur ketika telat pulang ke rumah
%
Alternatif
F
Selalu
16
53,33
Sering
10
33,33
Kadang-kadang
4
13,33
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 13
50
Tabel di atas menunjukkan bahwa 53,33% siswa menyatakan selalu orang
tuanya menegur ketika telat pulang, 33,33% menyatakan sering, 13,33% kadangkadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah tidak ada. Dengan
demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa selalu menegur ketika
anak telat pulang kerumah.
Tabel 14
Orang tua memarahi ketika tidak melaksanakan shalat berjama’ah
%
Alternatif
F
Selalu
14
46,66
Sering
8
26,66
Kadang-kadang
8
26,66
Jarang
-
-
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 14
Tabel di atas menunjukkan bahwa 46,66% siswa menyatakan selalu orang
tuanya memarahi ketika tidak melaksanakan shalat berjama’ah, 26,66% menyatakan
sering, 26,66% kadang-kadang sedangkan yang menyatakan jarang dan tidak pernah
tidak ada. Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa
selalu memarahi ketika tidak melaksanakan shalat berjama’ah.
Tabel 15
Orang tua memarahi ketika tidak mebaca al-qur’an setelah shalat
%
Alternatif
F
Selalu
9
30
Sering
7
23,33
Kadang-kadang
12
40
Jarang
1
3,33
Tidak pernah
1
51
3,33
Jumlah
30
100
Sumber: Instrumen Kuisioner tentang pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di
sekolah
No: 15
Tabel di atas menunjukkan bahwa 30%
siswa menyatakan selalu orang
tuanya memarahi ketika tidak membaca al-Qur’an setelah shalat, 23,33%
menyatakan sering, 40% kadang-kadang, 3,33% jarang dan 3,33% tidak pernah.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar orang tua siswa kadangkadang memarahi ketika tidak membaca al-Qur’an setelah shalat.
Tabel di bawah ini adalah tabel pendidkan agama dalam keluarga (variabel X) dan
akhlak anak di sekolah (variabel Y)
no
X
Y
1
59
41
2
64
46
3
73
43
4
64
48
5
65
44
6
67
38
7
66
35
8
59
36
9
66
39
10
65
48
11
65
37
12
68
37
13
68
39
14
67
43
15
65
33
16
63
35
17
64
35
18
60
28
19
67
44
52
20
67
35
21
61
34
22
65
36
23
64
30
24
64
42
25
55
33
26
58
36
27
50
32
28
61
32
29
71
26
30
63
42
jumlah
1914
1127
Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif anatara pendidikan
agama dalam keluarga (variabel X) dengan akhlak siswa di sekolah (variabel Y), maka
penulis menggunakan rumus Product Moment dengan memasukkan data-data yang
diperoleh ke dalam tabel yaitu:
No
X
Y
X²
Y²
XY
1
59
41
3481
1681
2419
2
64
46
4009
2112
2944
3
73
43
5329
1849
3139
4
64
48
4096
2304
3072
5
65
44
4225
1936
2860
6
67
38
4489
1444
2546
7
66
35
4356
1225
2310
8
59
36
3481
1296
2124
9
66
39
4356
1521
2574
10
65
48
4225
2304
3120
11
65
37
4225
1369
2405
12
68
37
4624
1369
2516
13
68
39
4624
1521
2652
14
67
43
4489
1849
2881
53
15
65
33
4225
1089
2145
16
63
35
3969
1225
2205
17
64
35
4096
1225
2240
18
60
28
3600
784
1680
19
67
44
4489
1936
2948
20
67
35
4489
1225
2345
21
61
34
3721
1156
2278
22
65
36
4225
1296
2340
23
64
30
4096
900
1920
24
64
42
4096
1764
2688
25
55
33
3025
1089
1815
26
58
36
3364
1296
2088
27
50
32
2500
1024
1600
28
61
32
3721
1024
1952
29
71
26
5041
676
1846
30
63
42
3969
1764
2646
jumlah
1914
1127
122635
43253
72298
rxy =
=
=
=
=
NXY  (X )(Y )
[ NX 2  (X ) 2 ][ NY 2  (Y ) 2 ]
30.72298  (1914).(1127)
[30.122635  (1914) 2 ][30.4325  (1127) 2 ]
2168940  2157078
[3679050  3663396][1297590  1270129]
11862
429874494
11862
429874494
=
11862
 0,572
20733,41
B. Pendidikan agama dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap akhlak siswa di
sekolah
Dari perhitungan di atas ternyata angka nilai koefisien korelasi antara hasil penelitian
angket pendidikan agama dalam keluarga dan pengaruhnya terhadap akhlak siswa sebesar
0,572. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif atau tidak, maka
54
“r” hasil perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel. Sebelum membandingkannya, terlebih
dahulu dicari df atau db-nya dengan rumus df = N-nr yaitu :30-2 = 28. df sebesar 28
diperoleh “r” tabel (rt) pada taraf signifikansi 5 % sebesar 0,361. Sedangkan pada taraf
signifikansi 1 % sebesar 0,463. Dengan demikian dapat diketahui“r” hitung lebih tinggi
daripada “r” tabel pada
taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %, yang
artinya dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang positif antara pendidikan agama
dalam keluarga dan akhlak siswa di sekolah.
Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X dan
variabel Y menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² x 100%
KD = 0,572² x 100 % = 37,2 %
Dari hasil perhitungan mencari besarnya kontribusi antara variabel X (pendidikan agama
dalam keluarga) dan variabel Y (akhlak siswa di sekolah) ternyata menghasilkan 37,2%. Hal
itu bertanda bahwa kontribusinya cukup sedang antara kedua variabel tersebut.
Dikatakan kontribusinya cukup karena dari hasil penelitian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa siswa yang selalu di berikan pendidikan agama oleh orang tuanya di
rumah mempunyai akhlak dan perilaku yang bagus. Karena orang tua mereka selalu
memberikan pendididkan agama dan pengarahan kepada sang anak agar selalu mentaati
segala perintah agama dan agar berkelakuan baik dalam segala hal.
Ditambah lagi dalam penelitian tersebut penulis menemukan bahwa orang tua yang
memberikan pendidikan agama selalu meberikan perhatian yang lebih kepada anak mereka.
Mereka selalu menanyakan bagaimana pelajaran yang anak-anak mereka dapatkan di
sekolah, mereka selalu menyempatkan waktu untuk berbagi cerita kepada sang anak sehingga
mereka tahu masalah apa yang sedang dihadapai oleh sang anak baik dilingkungan
keluarga,masyarakat ataupun sekolah. Dengan begitu anak pun akan merasa mendapat
perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka.
Inilah bagaimana seharusnya jalinan ikatan antara orang tua dan anak. Sesibuk apapun
orang tua,, mereka harus dapat menyempatkan waktu untuk anak-anaknya dan tidak terlalu
sibuk dengan urusan pekerjaan dan lain-lain sehingga mengabaikan masalah sang anak dan
menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah. Karena bagaimana pun ini adalah
tanggung jawab orang tua.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan
bahwa:
1. Dalam penelitian ini pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga pada
siswa/siswi di sekolah SMAN II Mauk tergolong sedang atau cukup ini
terlihat dari penghitungan koefisien korelasi antara pendidikan agama dalam
keluarga dengan akhlak siswa yang menggunakan rumus Pearson Product
Moment, ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y tidak
bertanda negatif, yang berarti antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi
positif jadi terdapat pengaruhnya. Dengan memperhitungkan besarnya Rxy
(yaitu: 0,57) yang besarnya berkisar antara 0,40-0,70, berarti korelasi positif
antara variabel X dan variabel Y itu adalah termasuk korelasi positif yang
sedang atau cukup.
2. Dengan nilai yang dihasilkan oleh penghitungan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pendidikan agama dalam keluarga mempunyai pengaruh
yang cukup kuat dalam membentuk akhlak siswa di sekolah.
Karena lingkungan keluarga adalah lingkungan utama yang membentuk
kepribadian anak. Ketika pendidikan agama dalam lingkungan keluarga sudah
baik maka anak akan mempunyai sifat atau kepribadian yang baik pula. Begitu
pula sebaliknya, jika pendidikan agama dalam lingkungan keluarga tidak
berjalan dengan baik, maka anak akan mempunyai sifat atau kepribadian yang
kurang baik pula.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran yang mungkin
berguna untuk:
55
56
1. Para Orang Tua
Bagi para orang tua yang hakikatnya adalah pendidik pertama bagi anakanaknya, sebaiknya orang tua tidak melepaskan tanggung jawab penuh kepada
sekolah. Karena sekolah hakikatnya ialah penggati peran dari orang tua, dengan
demikian orang tua tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai pendidik utama.
Sehingga ketika anak berada di luar sekolah orang tua diharapkan dapat
memperhatikan perkembangan anaknya. Baik dalam segi akhlak, ibadahnya,
sampai pelajarannya.
2. SMAN II Mauk
SMAN II Mauk sebagai lembaga pendidikan yang penting dalam membentuk
kepribadian siswa menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya dan
menginginkan siswa agar menjadi orang yang berguna bagi dirinya, orang lain,
nusa dan bangsa. Oleh karena itu diharapkan dapat mendukung segala hal yang
dapat mengembangkan potensi siswa-siswanya, khususnya dalam aspek
pembelajaran. Untuk para guru di sekolah, sebagai pengganti peran orang tua
hendaklah lebih memperhatikan akhlak dan tingkah laku siswa selama berada di
lingkungan sekolah.
3. Penelitian lanjutan
Penelitian ini hanya sedikit menjelaskan tentang pendidikan agama dalam
keluarga dan pengaruhnya terhadap akhlak siswa. Sebaiknya diadakan penelitian
lanjutan dengan mengangkat tema yang sama dan metode penelitian yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. II
Al Ghazali. Akhlak Seorang Muslim, (Semarang, 1985), Cet Ke-1
Ardani Moh. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet Ke-2
Arifin M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga,
(Jakarta: Bulan Bintang: 1978), Cet. IV
Asmaran. pengantar studi akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1994), Cet Ke-2
Daradjat, Zakiah Dkk. Ilmu Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet
Ke-6
DEPDIKNAS, UURI No 20 th 2003tentang SISDIKNAS (Bandung: FOKUSMEDIA 2003)
Hafidz, Muhhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung : AlBayan, 1997), Cet Ke-1
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan Islam
(LPPI), 1999), Cet Ke-1
Majid, Abdul. dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1,
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III
Nizar, Samsul. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta; Gaya Media
Pratama, 2001), Cet.Ke-1
Purwanto Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis; Bandung, Remaja Karya, 1988,
Cet. Ke-12
Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), Cet. I
--------------------------------. Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 2
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV
--------------------------------. Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001), Cet Ke-4
Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1
Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta :PT. Raja
Grafindo Persada 2005)
Syah Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1997, Cet Ke-3
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Bandung Remaja Rosyada Karya
Offset 1994).Cet Ke-2
Uhbiati, Nur. Ilmu Pndidikan Islam, (Bandung:CV.Pustaka Setia, 2005), Cet.6
Ulwan, Abdullah Nashih. Kaidah-kaidah Dasar (Pendidikan anak menurut Islam),
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. 1
Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1983), Cet. XI
Profil Sekolah
Nama Sekolah
: SMA NEGERI 2 KABUPATEN TANGERANG
NPSN
: 20603367
Tahun Berdiri
: 1982
SK Pendirian
: Nomor : 0298/0/1982 Tanggal : 09 Desember 1982
Alamat Sekolah
: Jl. Pendidikan No. 5 Desa. Mauk Timur
Kecamatan Mauk - Kabupaten Tangerang
Telp. (021) 59330236
Website/email
: www.sman1mauk.sch.id / [email protected]
Visi dan Misi
:
A. Visi
Visi sekolah adalah menjadi sekolah favorit di masyarakat
Mauk dan sekitarnya dalam meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) untuk membangun masyarakat pedesaan.
B. Misi
a. Meningkatkan kinerja kepala sekolah, guru dan staff tata
laksana
b.
Meningkatkan disiplin siswa agar terbentuk siswa yang
berakhlaqul karimah
Akreditasi
: A / Nomor : 05/BAS/MN/II/2007 Tanggal : 9 Februari 2007
KTSP Sejak Tahun
:2006
Luas Lahan/Bangunan:2.403 m2 / 6016 m2
Status dan Bukti
:Milik Negara
Kepemilikan Lahan
Nama Kepala Sekolah: CEPY SUHERMAN, S.Pd, M.Pd
Alamat
: Jl. Pendidikan Kp. Kebon No.57 RT.01/01 Mauk Timur
Telp. 081282998745
1.
Data Tenaga Pendidik & Kependidik berdasarkan Jenjang Pendidikan
Tabel 4.1
Data Tenaga Pendidik & Kependidik berdasarkan Jenjang Pendidikan
NO
Uraian
<D-II
D-II
D-III
S-1
S-2
S3
1
Tenaga Guru
1
3
39
1
Laki-laki
1
3
22
1
perempuan
17
Tenaga Laboran
2
Laki-laki
perempuan
3
Tenaga Pustakawan
1
Laki-laki
1
Perempuan
4
5
Tenaga Tata Usaha
5
1
Laki-laki
1
1
Perempuan
4
Penjaga Sekolah
7
Laki-laki
6
Perempuan
1
Jumlah
13
2.
4
40
1
Data Keadaan Siswa berdasarkan Jenis Kelamin dan Rombel
Table 4.2
Data Keadaan Siswa berdasarkan Jenis Kelamin dan Rombel
No.
Kelas
Kelas X
Jumlah Siswa
Jumlah Rombel
325
1
9
Laki-laki
129
2
3
Perempuan
196
Kelas XI
309
Laki-laki
200
Perempuan
109
Kelas XII
320
Laki-laki
168
Perempuan
188
Jumlah
3.
8
8
954
25
Data Keadaan Sarana Prasarana
Table 4.3
Data Keadaan Sarana Prasarana
No
Sarana Prasarana
Jumlah
Baik
1
Ruang Kelas
28
25
2
Ruang Kepala Sekolah
1
1
3
Ruang Guru & Tata Usaha
2
2
4
Ruang Laboratorium
1
1
5
Ruang Perpustakaan
1
6
Ruang Keterampilan
-
7
Ruang Multi Media/Koperasi
1
1
8
Ruang UKS
1
1
9
Aula Serba Guna
-
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
1
2
1
10
Lapangan Olahraga/Upacara
2
11
Rumah Dinas
-
12
Ruang OSIS
1
4.
1
1
Peralatan Penunjang Pembelajaran
Table 4.5
Peralatan Penunjang Pembelajaran
N
JUMLAH
KONDISI
JENIS
O
CUKUP
KURANG BAIK RUSAK
√
√
Peralatan TIK
√
√
4
Peralatan Olahraga Siswa
√
5
Buku Perpustakaan
√
1
Peralatan Lab. IPA
2
Peralatan Lab. IPS
3
√
√
KETERANG
AN
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI
Nama
:
Alamat
:
Petunjuk pengisian :
 Bedoalah sebelum mengisi angket ini
 Isilah angket ini berdasarkan pengalaman yang anda alami
 Angket ini tidak mempengaruhi nilai pada mata pelajaran apapun di sekolah
 Berilah tanda contreng pada jawaban yang tersedia
No
Soal
1
Apakah orang tua anda memberikan pendidikan
tentang agama di rumah?
2
Apakah orang tua anda mengajarkan anda untuk takut
kepada Allah SWT
3
Apakah orang tua anda selalu mengingatkan anda
untuk selalu berdoa ketika melakukan segala aktivitas
4
Apakah orang tua anda mengajarkan untuk saling
tolong menolong
5
Apakah orang tua anda selalu mengingatkan anda
untuk shalat lima waktu
6
Apakah orang tua anda menanamkan etika bergaul
dengan sesama teman
7
Apakah orang tua anda sering mengingatkan untuk
bersikap sabar
8
Apakah orang tua anda mengajak anda untuk shalat
berjama’ah
9
Apakah orang tua anda sering membaca al-qur’an
setelah shalat
10
Apakah orang tua anda menganjurkan untuk membaca
buku agama di rumah
11
Apakah orang tua anda membiasakan bersedekah
12
Apakah orang tua anda memberikan hukuman ketika
anda berbuat salah
13
Apakah orang tua anda sering menegur ketika anda
telat pulang kerumah
14
Apakah orang tua anda pernah memarahi anda ketika
anda tidak melaksanakan shalat berjama’ah
15
Apakah orang tua anda memarahi anda ketika anda
tidak membaca al-qur’an setelah shalat
Selalu
Sering
Kadang
Jarang
Tidak
pernah
16
Pernahkan anda merusak dan menghancurkan barang
disekitar anda
17
Pernahkan anda menggunakan uang SPP untuk
kepentingan pribadi
18
Pernahkan anda kumpul-kumpul atau nongkrong
dipinggir jalan setelah pulang sekolah
19
Pernahkan anda membolos sekolah
20
Apakah anda selalu memperhatikan ketika guru sedang
menerangkan
21
Pernahkah anda membuat gaduh/keributan ketika
pelajaran sedang berlangsung
22
Pernahkan anda mengambil barang orang lain tanpa
sepengetahuan pemiliknya
23
Pernahkah anda menolong teman anda yang kesulitan
24
Pernahkan anda meminta dengan paksa barang/uang
milik orang lain
25
Pernahkan anda berkelahi dengan teman anda di
sekolah
26
Pernahkah anda melakukan apa yang guru anda
perintahkan
27
Pernahkah anda memberi salam ketika bertemu dengan
guru anda
28
Apakah anda aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
di sekolah
29
Apakah anda bias membagi waktu antara
ekstrakulikuler dan pelajaran sekolah
30
Apakah kegiatan ekstrakulikuler anda mengganggu
konsentrasi anda dalam belajar
TABEL PENELITIAN
no
X
Y
X2
Y2
XY
1
59
41
3481
1681
2419
2
64
46
4009
2112
2944
3
73
43
5329
1849
3139
4
64
48
4096
2304
3072
5
65
44
4225
1936
2860
6
67
38
4489
1444
2546
7
66
35
4356
1225
2310
8
59
36
3481
1296
2124
9
66
39
4356
1521
2574
10
65
48
4225
2304
3120
11
65
37
4225
1369
2405
12
68
37
4624
1369
2516
13
68
39
4624
1521
2652
14
67
43
4489
1849
2881
15
65
33
4225
1089
2145
16
63
35
3969
1225
2205
17
64
35
4096
1225
2240
18
60
28
3600
784
1680
19
67
44
4489
1936
2948
20
67
35
4489
1225
2345
21
61
34
3721
1156
2278
22
65
36
4225
1296
2340
23
64
30
4096
900
1920
24
64
42
4096
1764
2688
25
55
33
3025
1089
1815
26
58
36
3364
1296
2088
27
50
32
2500
1024
1600
28
61
32
3721
1024
1952
29
71
26
5041
676
1846
30
63
42
3969
1764
2646
jumlah
1914
1127
122635
43253
72298
Download