BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian

advertisement
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1
Investasi di Pasar Modal
Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih
aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan
sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut di masa yang akan
datang. Penelitian ini lebih memfokuskan pada investasi keuangan. Menurut
Hartono (1998: 6) terdapat 2 bentuk investasi keuangan, yaitu:
1. Investasi langsung, investasi ini dilakukan dengan membeli aktiva keuangan
yang dapat di perjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal
(capital market),
dan di pasar turunan (derivative market), atau
dengan
membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan yang dapat
diperoleh di perusahaan komersial.
2. Investasi tidak langsung, investasi ini dilakukan dengan membeli surat-surat
berharga dari perusahaan investasi yaitu perusahaan yang menyediakan jasa
keuanngan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan
dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam suatu portofolio.
9
Menurut Tandelilin (2001: 6-8) terdapat beberapa hal yang dijadikan dasar bagi
seorang investor untuk pengambilan keputusan investasi yaitu:
1.
Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah memperoleh
keuntungan atau return. Return yang diharapkan oleh investor ini adalah
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan
daya beli akibat adanya pengaruh
inflasi. Perbedaan antara return yang
diharapkan dengan return yang diterima merupakan suatu risiko yang harus
selalu dipertimbangkan dalam keputusan investasi.
2.
Risiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor dalam
berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Sikap
investor terhadap risiko akan sangat tergantung
pada preferensi investor
terhadap risiko. Investor yang memiliki keberanian yang tinggi maka dia
akan memilih keberanian yang tinggi dengan harapan memperoleh tingkat
return yang tinggi, dan demikian juga sebaliknya.
2.1.2
Analisis Rasio Keuangan
Analisa rasio keuangan merupakan sebuah indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya. (James dan John, 200: 202).
Prastowo yang diacu dalam Achmad (2003: 57) mengartikan rasio sebagai
pengukapan hubungan matematik suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya
atau perbandingan antara satu pos dengan pos yang lainnya. Rasio keuangan
sangat penting bagi analis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan
10
laporan keuangan yang diumumkan. Penilaian ini meliputi masalah likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, efisiensi manajemen dan prospek perusahaan dimasa
yang akan datang. Selain itu rasio keuangan berguna bagi analisis internal untuk
membantu manajemen membuat evaluasi tentang hasil-hasil perusahaan,
memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat
menyebabkan kesulitan keuangan.
Menurut Mott (1996) rasio merupakan angka yang diperoleh dari laporan
keuangan
perusahaan
yang
dihubungkan
bersama-sama
sebagai suatu
presentase atau fungsi, sehingga pada akhirnya terlihat bahwa rasio ini berkaitan
dengan pengukuran input dan output.
Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran
tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio
juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan
memberikan
pandangan
kedalam
tentang bagaimana kira-kira dana dapat
diperoleh.
Helfert (1996) mengungkapkan terdapat banyak rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk melakukan penilaian kinerja keuangan. Akan tetapi manfaat
yang sebenarnya dari setiap rasio keuangan sangat ditentukan oleh tujuan
spesifik dari analis. Lebih lanjut rasio-rasio itu bukan merupakan kriteria yang
mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam
kondisi
keuangan atau kinerja operasi, dan membantu
menggambarkan
kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat
11
menunjukkan kepada analis risiko dan peluang dari perusahaan yang sedang
ditelaah. Terdapat banyak individu dan kelompok yang berkepentingan atas
suatu perusahaan, antara lain: pemilik (investor), manajer, pemberi pinjaman,
karyawan, organisasi pekerja, agen pemerintahan dan masyarakat umum
2.1.3
Financial Leverage
Masalah financial leverage baru muncul ketika perusahaan mulai
menggunakan utang dengan beban bunga tetap untuk mendanai aktivitas
perusahaanya. Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan asset
dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap
(beban tetap) dengan
maksud
agar
meningkatkan
keuntungan potensial
pemegang saham.
1. Pengertian Financial Leverage
Sartono (2010:263) Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana
yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan
keuntungan
yang
lebih besar dari pada beban
tetapnya sehingga
akan
meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Dengan
demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap
adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham.
12
Hanafi (2010:332) Financial Leverage biasa diartikan sebagai besarnya
beban tetap keuangan yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap keuangan
tersebut biasanya berasal dari pembayaran bunga untuk utang yang digunakan
oleh perusahaan.
Leverage
jika
pengungkit digunakan
diartikan secara
untuk
mengangkat
harfiah
beban
berarti
berat.
pengungkit,
Dalam ilmu
manajemen keungan juga dikenal leverage, namun dalam makna yang berbeda
tentunya.
Keown dkk (2002:80) Financial Leverage tampak dengan rumus :
Penggunaan jumlah hutang perusahaan tergantung pada keberhasilan
pendapatan, dan ketersediaan aktiva yang bias digunakan sebagai jaminan utang
dan seberapa besar risiko yang diasumsikan oleh pihak manajemen.
Secara umum, peningkatan leverage akan mengakibatkan peningkatan
return dan risk. Sebaliknya, penurunan leverage akan menurunkan return dan
risk. Dari pernnyataan
tersebut,
dapat disimpulkan
bahwa
leverage
digunakan oleh suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva serta
menanggung beban tetap
melainkan
juga untuk memperbesar pendapatan.
Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada
13
analis keuangan dalam melihat trade-off (persimpangan) antara risiko dan tingkat
keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.
Financial leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber
dana yang menimbulkan beban tetap. Apa bila perusahaan menggunakan
hutang, maka perusahaan harus membayar bunga. Bunga ini harus dibayar,
berapapun keuntungan operasi perusahaan. Bagi perusahaan yang menggunakan
hutang, mereka
tentu
berharap untuk bias memperoleh
laba operasi dar i
penggunaan hutang tersebut yang lebih besar dari biaya bunganya.
2.
Jenis-jenis Leverage
1. Leverage Operasi (Operating Leverage)
Merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap dan variabel
serta
dapat meningkatkan profitabilitas. Leverage operasi timbul setiap saat
perusahaan memiliki biaya-biaya
tetap tanpa memperhatikan jumlah biaya
tersebut. Biasanya biaya-biaya yang menyangkut leverage operasi timbul dari
penggunaan aset tetap, seperti biaya depresiasi atau penyusutan aset tetap.
2.
Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial tetap dalam
arus
pendapatan perusahaan. Ada dua biaya finansial eksternal dalam hal
pendanaan, yaitu bunga pinjaman dan dividen saham preferen. Biaya-
14
biaya ini harus
ditutupi, berapapun nilai EBIT (Earning Before Interest
and Tax) yang tersedia untuk membiayai biaya-biaya tersebut.
Operating Leverage mengacu kepada biaya tetap perusahaan di dalam
arus pendapatan perusahaan. Untuk mengerti perilaku dan pentingnya operating
leverage, kita gunakan analisis cost volume profit atau analisis titik impas Kunci
penting dalam analisis ini adalah pengakuan bahwa biaya-biaya yang
ditanggung perusahaan biaya dikelompokkan dalam biaya tetap dan biaya
variabel
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi financial leverage, yaitu
sebagai berikut:
1. Tingkat pertumbuhan penjualan
Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai
sejauh mana laba per saham dari suatu perusahaan yang dapat ditingkatkan
oleh leverage. Jika penjualan dan laba meningkat, pembiayaan dengan
hutang dengan
beban tertentu akan
meningkatkan pendapatan pemilik
saham.
2. Stabilitas arus kas
Bila stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap
yang terjadi pada perusahaan akan mempunyai resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan perusahaan yang menjual dan labanya menurun.
15
3. Karakteristik Industri
Kemampuan untuk membayar hutang tergantung pada profitabilitas dan
juga volume penjualan. Dengan demikian stabilitas
laba
adalah
sama
pentingnya dengan stabilitas penjualan
4. Struktur aktiva
Struktur
aktiva
mempengaruhi
sumber-sumber pembiayaan melalui
beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang,
terutama jika permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak
menggunakan hutang hipotek jangka panjang. Perusahaan yang sebagian
aktivanya berupa piutang dan persediaan barang tidak begitu tergantung
pada pembiayaan jangka pendek.
5. Sikap manajemen
Sikap
manajemen
yang
paling
berpengaruh
dalam memilih cara
pembiayaan adalah sikapnya terhadap pengendalian dan resiko. Perusahaan
besaryang sahamnya dimiliki oleh banyak orang akan memilih penambahan
penjualan
saham
biasa
mempengaruhi pengendalian
karena
penjualan
ini
tidak akan banyak
perusahaan. Sebaliknya, pemilik perusahaan
kecil mungkin lebih sering menghindari penerbitan saham biasa dalam
usahanya untuk tetap mengendalikan perusahaan sepenuhnya karena mereka
biasanya sangat yakin terhadap
prospek perusahaan mereka dan
mereka dapat melihat laba besar yang akan mereka peroleh.
karena
16
6. Sikap pemberi pinjaman
Manajemen ingin menggunakan leverage melampaui batas normal untuk
bidang industrinya,
pemberi pinjaman mungkin tidak tersedia untuk
memberi tambahan pinjaman. Pemberi pinjaman berpendapat bahwa hutang
yang terlalu besar akan mengurangi posisi kredit dari peminjaman dan
penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya.
2.1.4
1.
Earning Per Share (EPS)
Pengertian Earning Per Share (EPS)
Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan
adalah Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang
sering dipublikasikan
mengenai performance
perusahaan
yang
menjual
sahamnya ke masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor
berpandangan
bahwa EPS mengandung
informasi
yang
penting
untuk
melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham dan tingkat harga
saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas
manajemen dan kebijakan pembayaran dividen.
Laba per lembar saham akan diikuti secara erat oleh peserta saham,
karena besarnya laba per lembar saham dari suatu perusahaan merupakan
cerminan dari nilai perusahaan. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar
Akuntansi
Keuangan Nomor
menyajikan kinerja
perusahaan
56 menyebutkan “LPS
dengan
ringkas
dikaitkan dengan saham beredar“. Hal ini
17
menjelaskan bagaimana
kinerja
suatu
perusahaan
jika dikaitkan
dengan
bagaimana proses dari pendanaan perusahaan itu menghasilkan laba.
Tangkisilan (2003:253) Earning Per Share adalah statistic yang paling
banyak dilaporkan dalam keuangan pers keuangan dan, dalam ketidakhadiran
factor komplikasi.
Rasio laba
manajemen
menunjukkan
aktiva
dan
dampak
kewajiban
gabungan
dari
likuiditas serta
terhadap kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba. Laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus :
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih
untuk
tiap lembar sahamnya
yang
mampu diraih perusahaan
pada
saat
menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba
yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata
saham biasa yang beredar.
Rasio earning per share mengukur seberapa besar pendapatan bersih yang
dihasilkan perusahaan tiap-tiap lembar saham yang beredar. Bagi investor
rasio ini yang diperlukan untuk mengetahui kemapuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (earned) tiap lembar saham.
Pertumbuhan earning per share
suatu
perusahaan
tergantung
dari
kemampuan perusahaan itu sendiri dalam menghasilkan laba. Suatu perusahaan
18
dapat dikategorikan mengalami pertumbuhan earning per share yang baik, jika
terjadi peningkatan earning per share dari satu periode ke periode berikutnya.
Menurut Tangkisilan (2003:254) Semakin tinggi
tingkat pertumbuhan
Earning Per Share Perusahaan, semakin banyak investor akan membayar atas
saham perusahaan. Seperti Rasio lainya, tingkat pertumbuhan ini seharusnya
ditinjau selama sejumlah tahun, bukan hanya satu tahun saja, karena akan
menjadi signifikan, pertumbuhan ini mesti dilestarikan.
2.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi EPS
Dalam
manajemen
menentukan
sumber
dana untuk menjalankan perusahaan,
dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan
dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham saham
perusahaannya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi earning per
share adalah:
1).
Penggunaan hutang
Dalam
manajemen
menentukan
sumber dana untuk menjalankan
perusahaan,
dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perusahaan
dalam struktur modal
yang
mampu memaksimumkan
harga
saham
perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston yang dialihbahasakan oleh Dodo
2).
Tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun dihadapkan pada
beberapa alternatif
sumber pendanaan, apakah dengan modal sendiri atau
dengan pinjaman (modal asing). Dalam memilih alternatif sumber dananya
tersebut, perlu
diketahui
pada
tingkat profit sebelum bunga dan pajak
19
(EBIT=Earning Before Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai dengan modal
sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama. Dari penjelasan tersebut dapat
dikatakan bahwa
tingkat
laba
bersih
sebelum bunga dan pajak (EBIT)
merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar saham.
2.1.5
Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS
Secara umum
ada dua faktor yang bisa mempengaruhi besar kecilnya
tingkat EPS, yakni struktur modal dan tingkat laba bersih sebelum bunga dan
pajak. Kedua faktor tersebut pada dasarnya sama-sama menekankan pada
alternatif
sumber
pendanaan melalui hutang atau modal pinjaman, dimana
perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per
lembar saham, dan juga mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan.
Perusahaan
yang
menggunakan
lebih
banyak leverage keuangan
(daripada yang kurang) akan mengalami perubahan yang relatif besar dalam
pendapatan per lembar sahamnya. Efek Leverage berhubungan dengan tingkat
pendapatan per saham pada EBIT tertentu dengan struktur modal tertentu.
Alasan mengapa perusahaan melakukan pendanaan melalui utang
(Brigham dan Houton, (2006:101) adalah:
1. Karena beban dapat menjadi pengurang pajak, pengunaan utang
akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba
operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya.
2. Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat
bunga
atas
pinjaman,
seperti
yang biasa terjadi, maka sebuah
20
perusahaan dapat menggunakan utang untuk memperoleh aktiva,
membayar bunga atas utang, dan masih memiliki sisa sebagai bonus
bagi para pemegang sahamnya.
Rasio leverage memiliki tiga implikasi penting : (1) Dengan memperoleh
dana melalui utang , para pemegang saham dapat mempertahankan kendali
mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka
berikan. (2) Kreditor akan melihat pada ekuitas
atau dana yang diperoleh
sendiri sebagai suatau batas keamanan , sehingga semakin tinggi proporsi dari
jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil
resiko yang harus dihadapi kreditor. (3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari
inventasi yang didanai dengan hasil pinjaman lebih besar dari pada bunga
yang dibayarkan,
maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar
(Brigham dan Houston, 2006:101).
2.2
Peneliti Terdahulu
Madichah (2005) dalam penelitiaya yang berjudul “Pengaruh Earning Per
Share,
Deviden Per Share dan Financial Leverage Terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta” Variable yang digunakan adalah
variable
independen dan variable
dependen. Variable
independen (X)
menggunakan indicator Earning Per Share (X1), Deviden Per Share (X2), dan
Financial Leverage (X3). Sedangkan Variable dependen (Y) menggunakan harga
saham tahunan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan harga saham pada saat
penutupan bulan Januari-Desember setiap periode penelitian yang selanjutnya
jumlah tersebut dibagi 12 (duabelas).
21
Irma (2012) dalam penelitianya berjudul “Pengaruh Earning Per Share (EPS)
Terhadap Harga Saham pada PT. HM. Sampoerna, Tbk” variable yang digunakan
adalah dua variable yaitu variable (X) Earning Per Share dan Variable (Y) Harga
Saham. Model dan Teknis Analisis data menggunakan variabel bebas terhadap
variabel terikat digunakan persamaan regresi linear sederhana. Variabel terikat
(dependent variabel) dalam penelitian ini adalah harga saham dan sebagai variabel
bebas (independent variable) adalah Earning Per Share (EPS).
22
2.3
Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai
berikut:
LAPORAN KEUANGAN Komponen Laporan Keuangan : Neraca, Laporan LabaRugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas.
Financial Leverage (FL) merupakan penggunaan hutang dalam investasi sebagai tambahan untuk
mendanai aktiva perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan
diperoleh oleh pemilik perusahaan dibandingkan hanya dengan menggunakan modal sendiri yang
jumlahnya terbatas.
Earning Per Share (EPS) Merupakan salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk
mengevaluasi saham biasa disamping Price Earning Ratio (PER) dalam lingkaran keuangan.
Dasar Teori
Peneliti Terdahulu
Sartono (2010:263), Financial Leverage
adalah penggunaan sumaber dana yang memiliki
beban tetap dengan harapan bahwa akan
memberikan tambahan keuntungan lebih besar
daripada beban tetap sehingga akan meningkatkan
keuntunga yang tersedia bagi pemegang saham.
Menurut Tangkisilan (2003:253) Earning Per
Share adalah statistic yang paling banyak
dilaporkan dalam keuangan per keuangan dan,
dalam ketidakhadiran factor komplikasi.
Madichah (2005) dalam penelitiaya
yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share,
Deviden Per Share dan Financial Leverage
Terhadap
Harga
Saham
Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”
Irma (2012) dalam penelitianya
berjudul “Pengaruh Earning Per Share (EPS)
Terhadap Harga Saham pada PT. HM.
Sampoerna, Tbk”
Kinerja Keuangan
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
23
2.4
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat Pengaruh “Financial
Laverage terhadap Earning Per Share PT. HM. Sampoerna, Tbk.”
Download