Ink the Deal - JDIH Ristekdikti

advertisement
MEMBANGUN PERSPEKTIF GENDER DALAM MATERI
MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Mudjiati
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
Republik indonesia
Jakarta, 26 Juni 2012
1
Apa Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Perundang-undangan adalah:
 peraturan tertulis,
 yang memuat norma hukum,
 yang mengikat secara umum, dan
 dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang
 melalui prosedur yang ditetapkandalam Peraturan Perundangundangan.
2
Pasal 6 ayat (1) UU 12 Th. 2011, berbunyi:
“Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan mencerminkan asas:
a). Pengayoman
b). Kemanusiaan
c). Kebangsaan,
d). Kekeluargaan
e). Kenusantaraan f). Bhinneka Tunggal Ika g). Keadilan
h)Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i). Ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau
j). Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
3
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf h
UU No. 12 Tahun 2011
Yang dimaksud dengan ‘’asas kesamaan kedudukan dalam hukum
dan pemerintahan’’ adalah:

bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan;

tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan
latar belakang, antara lain:

- agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
4
Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan
Muatan Materi Peraturan Perundangundangan adalah:
- Materi yang dimuat dlm Peraturan Puu-an
- sesuai  jenis,
- fungsi, dan
- hierarkhi Peraturan Puu-an.
- (Pasal 1 angka 13 UU No.12/2011 ttg PPP)
5
Jenis dan Hierarkhi Peraturan Puu-an
* Pasal 7 ayat (1) UU No.12/2011
Jenis dan hierarki Peraturan Puu-an, terdiri atas:
c.UUD RI Tahun 1945;
d.Ketetapan MPR;
e.UU/Perpu;
f.Peraturan Pemerintah;
g.Perpres;
h.Peraturan Daerah Provinsi, dan
i.Peratuar Daerah Kabupaten/Kota
6
Jenis Peraturan Puu-an selain yang
ditentukan Pasal 7 ayat (1)
Mencakup peraturan yangditetapkan:
MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri.
Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD
Provinsi, Gubernur, DPRD Kab/Kota, Bupati/ Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat.
Peraturan Puu-an tsb diakui keberadaannya dan memp
kekuatan hukum mengikat. Sepanjang dibentuk oleh
peraturan Puu-an yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.
7
MATERI MUATAN YG HRS DG UU,
berisi:
Pengaturan lebih lanjut dari ketentuan UUD 1945;
 Perintah UU untuk diatur dg UU;
 Pengesahan Perjanjian internasional tertentu;
 Tindak lanjut atas Putusan Mahkamah Konstitusi;
dan/atau
 Pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
Pasal 10 ayat (1)
Tindak lanjut atas Putusan Mk dilakukan oleh DPR atau
Pemerintah. (Pasal 10 ayat (2)

8
Materi Muatan Peraturan Puu-an yang
lain:




Perpu, sama dengan UU;
Peraturan Pemerintah, berisi materi untuk mejnalankan
UU sbgmn mestihya;
Perpres, berisi materi yang diperintahkan UU, untuk
melaksanakan PP, atau untuk menyelenggarakan
kekuasaan Pemerintahan
Perda, berisi materi muatan penyelenggaraan otonomi
daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi
daerah.
9
HAL
PENTING
perlu
DIPERSIAPKAN
dalam
membentuk Peraturan Puu-an:
 persyaratan yang berkaitan dengan sistem, asas, atau
cara penyiapan, dan pembahasan, serta teknik
penyusunan maupun pemberlakuannya.
 Untuk menunjang Peraturan Perundang-undangan
diperlukan peran tenaga perancang peraturan
perundang-undangan:
- Tenaga Profesional dan Berkualitas;
dalam pelaksanaan tugas: menyiapkan,
mengolah, dan merumuskan rancangan Peraturan
Puu-an.
10
Peraturan Perundang-Undangan
yang Adil-Setara Gender
Peraturan
-
perundang-undangan yang Responsif Gender, akan
mengandung ketentuan yang:
kedayagunaan dan kehasilgunaannya dapat dirasakan adil dan
setara gender,
baik oleh perempuan maupun laki-laki.
Hal ini dimaksudkan untuk adanya keadilan dan kesetaraan
secara riil baik untuk laki-laki maupun perempuan;
(Saat ini telah diterbitkan pedoman: Parameter Kesetaraan
Gender Dalam Pembentukan Peraturan Perundangundangan)
11
Berbagai
Rekomendasi Konvensi CEDAW
Berbagai keprihatinan dan rekomendasi Konvensi CEDAW sebagaimana
dimaksud dalam Komentar Akhir (Concluding Comments) pada Sidang Umum
CEDAW 27 Juli 2007 di New York, telah merekomendasikan kepada negara
Indonesia, antara lain sbb:
•Memastikan bahwa ketentuan, prinsip dan konsep Konvensi diberlakukan
dan digunakan dalam hukum nasional;
•Memasukkan definisi ‘Diskriminasi’ ke dalam Konstitusi atau peraturan
perundang-undangan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Konvensi;
12
Lanjutan ….



Memastikan adanya mekanisme dan bantuan hukum yang efektif
bagi perempuan yang HAMnya (yg ditentukan dalam Konvensi)
telah dilanggar;
Memastikan bahwa Konvensi dan peraturan perundang-undangan
terkait dijadikan bagian integral dalam pendidikan, haukum dan
pelatihan pejabat-pejabat peradilan, termasuk hakim, ahli hukum,
pengacara dan jaksa, dan diketahui dengan baik oleh para
pembuat undang-undang,
supaya dengan tegas dibentuk
budaya hukum yang mendukung kesetaraan perempuan dan non
diskriminasi di Indonesia.
Mengidentifikasi dan memprakarsai revisi UU atau
peraturan perundang-undangan yang diindikasi bias
gender (Keprihatinan Komite, sampai saat ini belum
dilakukan upaya revisi).
13
Apa itu CEDAW ?
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women
- CEDAW )
adalah:
Kesepakatan hak asasi internasional secara khusus
yang
mengatur
hak-hak
perempuan
dan
anak
perempuan.
14
Konvensi CEDAW :

Mendefinisikan prinsip-prinsip tentang hak-hak asasi manusia normanorma dan standar kelakukan serta kewajiban negara-negara peserta
(sepakat untuk memenuhinya).

Mewajibkan negara-negara peserta untuk memastikan adanya
pengakuan dan pemenuhan hak-hak perempuan, serta penikmatan
hak-hak asasi oleh perempuan tanpa diskriminasi.

Mengharuskan negara-negara peserta agar lebih banyak melakukan
sesuatu bukan hanya sekedar memastikan tidak ada peraturan yang
diskriminatif terhadap perempuan, tapi juga memastikan bahwa semua
hal yang diperlukan perempuan bisa dinikmati hak-haknya secara
penuh.
15
Mengapa CEDAW Penting?

satu-satunya instrumen hukum internasional yang secara khusus
dibentuk untuk mempromosikan dan melindungi perempuan
secara menyeluruh dan sistematis.

Mendeskripsikan prinsip-prinsip kesetaraan substansi antara lakilaki dan perempuan.

Secara legal mengikat semua negara yang menandatangani dan
meratifikasinya.

Mengakui persoalan kekerasan yang dialami perempuan dalam
rumah tangga dan menjawab ketimpangan gender dalam
lingkungan keluarga.
16

Mengharuskan semua negara peserta untuk
memastikan agar organisasi swasta, perusahaanperusahaan dan individu-individu mewujudkan dan
melindungi hak-hak perempuan.

Mengharuskan semua negara peserta untuk
menghapuskan segala prasangka-prasangka negatif dan
tradisi serta semua kebiasaan-kebiasaan yang
menghambat
pemberdayaan
perempuan,
yang
kesemuanya berasal dari pemahaman yang keliru
tentang kelemahan dan kekuatan dari laki-laki dan
perempuan.
17
Prinsip-Prinsip CEDAW?
Perlindungan dan promosi hak-hak perempuan/Hak asasi
manusia yang berkesetaraan gender, di dalam
Konvensi CEDAW didasarkan atas 3 (tiga) prinsip,
yaitu:
1). Prinsip Kesetaraan Substantif
2). Prinsip Non Diskriminatif
3). Prinsip Kewajiban Negara
Aksi Affirmasi (Affirmative Action)
18
Ketiga Prinsip tersebut tidak hanya berguna untuk mengenali dan
memahami
diskriminasi
gender,
tetapi
juga
untuk
mengembangkan tindakan dan strategi untuk melucuti prasangkaprasangka dan rintangan-rintangan yang sudah ada sejak lama yang
menghalangi perempuan menikmati kebebasan dan melaksanakan
hak-haknya sebagai manusia
Setiap Prinsip merupakan unsur tersendiri dan saling tergantung
satu dengan yang lain

Apabila digabungkan bersama-sama, Prinsip-prinsip tersebut
memberikan kerangka menyeluruh untuk mewujudkan hak-hak
perempuan
19
Prinsip Kesetaraan Substantif, memerlukan:
- Kesetaraan kesempatan
- Kesetaraan akses
- Kesetaraan hasil dan manfaat
Sasaran pendekatan Substantif adalah untuk memastikan
bahwa hal-hal yang dihasilkan dari peraturan perundangundangan, kebijakan dan program mempunyai sifat tanggap
terhadap gender.
Analisis gender dengan pendekatan dari: akses, partisipasi,
kontrol, dan manfaat yang adil.
20
KEBUTUHAN ANALISIS GENDER,
untuk memahami:
-
masalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan;
-
asumsi-asumsi yang mendasari perbedaan tersebut
-
Hal-hal yang berkisar dari norma-norma budaya hingga
prasangka, kepercayaan yang keliru, dan struktur politik
-
Pendekatan yang dilakukan melalui: akses, partisipasi, kontrol,
dan manfaat.
21
Analisis Gender juga untuk:
- Memahami bagaimana asumsi menimbulkan dan melipatgandakan
hal-hal yang merugikan dan menghalangi perempuan menikmati
hak-nya sejajar dengan laki-laki
-
Memetakan strategi untuk mengkoreksi atau membetulkan halhal tersebut
-
Menciptakan pendukung yang memungkinkan perempuan untuk
menikmati kebebasan dan melaksanakan hak-haknya secara penuh
22
2. Prinsip Non Diskriminasi
Pasal 1 CEDAW
Dalam Konvensi ini, istilah “diskriminasi terhadap perempuan”
berarti setiap pembedaan, pengucilan/pengesampingan
atau pembatasan yang dilakukan berdasarkan jenis kelamin yang
mempunyai dampak atau maksud yang merugikan atau
menihilkan pengakuan terhadap, kepemilikan dan penggunaan,
atau pelaksanaan oleh perempuan dari hak-hak sebagai manusia
dan kebebasan mendasar di bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, sipil, atau bidang lainnya berlandaskan kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan.
23
CEDAW mengharuskan pemerintah negara-negara
pesertanya untuk memastikan bahwa kebijakan,
program
dan
kegiatan
mereka
tidak
mendiskriminasikan perempuan, ini berarti bahwa
negara-negara harus memastikan bahwa perempuan
tidak dirugikan karena ia perempuan, kondisi-kondisi
fisik dan psikis karena ia perempuan, atau karena
norma-norma budaya dan sosial.
CEDAW mendefinisikan diskriminasi terhadap perempuan
sebagai
“setiap
pembedaan,
pengecualian/pengesampingan atau pembatasan
berdasarkan jenis kelamin atau asumsi sosial budaya
bahwa perempuan lebih rendah derajatnya daripada laki-laki
dan tidak patut mendapatan peran, manfaat, atau hak-hak
tertentu.
24
CEDAW berupaya menghapus diskriminasi baik disengaja
(langsung) maupun tidak disengaja (tidak langsung).
- Diskriminasi Langsung: tindakan-tindakan yang disengaja untuk
memberikan perlakuan berbeda kepada perempuan dan
menempatkannya di bawah laki-laki
- Diskriminasi Tidak Langsung: terjadi ketika dilakukan tanpa
sengaja; dan dilakukan atau tidak dilakukannya perbuatan tersebut
menghalangi perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama
dengan yang didapat laki-laki; atau dampak dari perbuatan tersebut
berakibat perempuan tidak menikmati hak-haknya.
- Misal: program pemberian kredit yang mensyaratkan minimal
pendidikan penerima kredit lulus kelas 6 SD.
(Sementara: fakta masih menunjukkan banyak perempuan
yang butuh kredit tersebut tidak lulus SD).
25
Konvensi CEDAW tidak membuat perbedaan antara pelaku
swasta dan pelaku publik. Prinsip non diskriminasi tidak
hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pelaku swasta,
perorangan (individu) hingga keluarga, masyarakat,
perusahaan bisnis dan lembaga-lembaga keagamaan di
bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan bidangbidang lainnya.
Pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyusun kebijakan
(pemerintah
dan
non
pemerintah)
tidak
mendiskriminasikan perempuan.
26
3. PRINSIP KEWAJIBAN NEGARA
Semua negara peserta CEDAW (termasuk
Indonesia) secara hukum terikat untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban
yang dipersyaratkan dalam Konvensi.
27
Dengan meratifikasi CEDAW, Negara Wajib untuk:
-
Mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan dalam
bentuknya dan mengambil upaya-upaya yang tepat.
segala
-
Memasukkan prinsip kesetaraan dalam sistem hukum,
mencabut semua perundang-undangan yang bersifat diskriminatif;
dan
-
Menetapkan Peraturan Perundang-undangan yang tepat, yang
melarang diskriminasi.
28
-
Membentuk pengadilan khusus dan lembaga-lembaga
publik lainnya untuk memastikan perlindungan efektif
dan memastikan penghapusan semua perbuatan
diskriminatif terhadap perempuan oleh orang
perorangan, organisasi atau perusahaan
-
Memastikan bahwa organisasi-organisasi swasta
perusahaan-perusahaan
dan
individu-individu
mewujudkan dan melindungi hak-hak perempuan
29
AKSI AFIRMASI
(AFFIRMATIVE ACTION)
CEDAW menyebutkan bahwa negara peserta dapat
melakukan aksi afirmasi (affirmative action) atau langkah
tindak sementara (temporary special measure) untuk
mempererat kesetaraan partisipasi perempuan di
semua tingkat masyarakat.
30
Pada prinsipnya, CEDAW menentukan ada 2 (dua) sisi Kewajiban
Negara:
De-Jure  Apa yang terkandung dalam hukum/ peraturan perundangundangan
- Memastikan terwujudnya de jure kesetaraan gender
- Negara harus mengeluarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan baru supaya hak-hak perempuan dan laki-laki dijamin dalam
kerangka hukum nasional, sesuai dengan kebutuhan substansifnya.
De-FactoUntuk mencapai kesetaraan substantif, negara harus
memastikan terwujudnya kesetaraan gender dan mengambil langkahlangkah serta upaya yang tepat guna mencapai kesetaraan dalam
kehidupan yang sesungguhnya, yakni kesetaraan bagi laki-laki dan
perempuan.
31
Kesetaraan Substantif yaitu; kesetaraan riil yang
didasarkan atas prinsip kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan, menjamin tidak hanya kesetaraan
dalam kesempatan, namun kesetaraan riilkesetaraan yang secara nyata tercermin dalam
hasil.
Hal ini dapat dianalisis dengan pendekatan
perspektif gender, yakni, menemukenali isu-isu
gender dengan pendekatan akses, partisipasi,
manfaat dan kontrol terhadap sumber
daya.
32
Pokok-pokok Substantif dalam CEDAW tercantum dalam Pasal 1
– Pasal 16
Pasal 1: Definisi Diskriminasi
Diskriminasi terhadap perempuan meliputi setiap pembedaan,
pengucilan/pengesampingan atau pembatasan yang menyebabkan
perempuan tidak dapat menikmati hak-hak politik, ekonomi,
sosial, budaya, sipil atau lainnya yang sama dengan yang dinikmati
laki-laki.
Pasal 2: Upaya-upaya Kebijakan
Cedaw mewajibkan negara-negara peserta untuk mengambil
langkah-langkah kongkret guna menghapus diskriminasi terhadap
perempuan di dalam parlemen, kebijakan dan program, dan
didukung oleh mekanisme kelembagaan.
33
Pasal 3: Jaminan Hak-Hak Asasi Manusia dan
Kebebasan Mendasar
Negara-negara peserta Konvensi berkewajiban mengambil
semua upaya yang tepat untuk memastikan bahwa perempuan dapat
menikmati hak-hak asasi manusia dan kebebasan mendasar sebagaimana
kebebasan mendasar yang dinikmati oleh laki-laki
Pasal 4: Langkah Tindak Sementara
Negara-negara peserta berhak menetapkan langkah tindak
sementara untuk mempercepat terwujudnya kesetaraan bagi
perempuan. Mereka dapat memperkenalkan affirmative action sampai
pada saat kesetaraan de-facto benar-benar terealisasi. Usaha-usaha,
termasuk misalnya langkah tindak sementara yang ditujukan untuk
memberikan perlindungan terhadap kehamilan dan persalinan tidak akan
dianggap sebagai bentuk diskriminasi.
34
Pasal 5: Stereotype Peran Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Prasangka
CEDAW mengakui pengaruh budaya dan tradisi
yang membatasi perempuan dalam menikmati hakhaknya. Oleh karena itu, negara-negara peserta konvensi
harus mengambil upaya-upaya yang tepat untuk
menghapus penstereotipan peran berdasarkan jenis
kelamin dan prasangka yang berasal dari pemikiran
bahwa jenis kelamin yang satu lebih rendah atau lebih
tinggi derajatnya daripada jenis kelamin yang lainnya.
Pendidikan keluarga juga ditekankan untuk mengajarkan
bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama
bertanggung jawab dalam mengasuh dan membesarkan
anak
35
Pasal 6: Trafficking dan Prostitusi
Negara-negara peserta harus mengambil semua upaya, termasuk
upaya-upaya legislatif untuk menghentikan semua bentuk trafiking
dan eksploitasi perempuan untuk prostitusi.
Pasal 7: Kehidupan Politik dan Publik
CEDAW`mewajibkan
negara-negara
peserta
untuk
mempromosikan dan melindungi hak perempuan untuk
memberikan suara dalam pemungutan suara, hak untuk dipilih,
hak berpartisipasi dalam penyusunan dan implementasi kebijakankebijakan pemerintah, dan untuk bergabung dengan organisasiorganisasi non pemerintah dan asosiasi-asosiasi yang peduli pada
persoalan-persoalan publik dan politik
36
Pasal 8: Partisipasi di Tingkat Internasional
Negara-negara peserta harus memastikan bahwa perempuan
mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk mewakili negara di
tingkat internasional.
Pasal 9: Kewarganegaraan
Perempuan mempunyai hak-hak yang sama dengan laki-laki untuk
mempertahankan dan mengganti kewarganegaraannya dan untuk
memberikan kewarganegaraannya kepada anak-anaknya. Dalam
pengertian ini, perempuan tidak boleh dipaksa untuk mengganti
kewarganegaraannya ketika menikah dengan laki-laki yang bukan
warga negara dari negara perempuan yang bersangkutan. Perempuan
juga
mempunyai
hak
untuk
tetap
mempertahankan
kewarganegaraannya ketika suaminya berganti kewarganegaraan.
37
Pasal 10: Pendidikan
Perempuan dan anak perempuan hendaknya mendapat bimbingan
karir dan kejuruan di semua tingkatan, kurikulum-kurikulum, ujianujian, staf pengajar, gedung/bangunan dan perlengkapan sekolah, dan
kesempatan untuk memperoleh beasiswa dan hibah atas dasar yang
sama dengan laki-laki dan anak laki-laki. Pendidikan bersama secara
aktif didorong terutama melalui revisi buku-buku pelajaran dan
program sekolah serta penyesuaian metode-metode pengajaran.
Selanjutnya, perempuan dan anak perempuan mempunyai hak untuk
berpartisipasi secara aktif dalam olahraga dan pendidikan jasmani;
untuk memperoleh informasi pendidikan yang berifat spesifik
tentang kesehatan dan kesejahteraan keluarga; dan untuk
melanjutkan pendidikan tanpa putus sekolah.
38
Pasal 11: Lapangan Kerja
CEDAW mengakui hak perempuan untuk bekerja berdasarkan
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan harus mendapatkan
kesempatan yang sama dalam pekerjaan, pengupahan, kenaikan jabatan,
pelatihan, jaminan sosial, serta kondisi kerja yang sehat dan memenuhi
unsur-unsur keselamatan. Terutama, hendaknya tidak dilakukan
diskriminasi terhadap perempuan karena perkawinan, kehamilan,
persalinan dan perawatan anak.
Pasal 12: Perawatan Kesehatan dan Keluarga
Berencana
Perempuan mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan
kesehatan dan pelayanan-pelayanan lainnya yang berkaitan dengan keluarga
berencana, selama dan sesudah kehamilan
39
Pasal 13 Tunjangan Ekonomi dan Sosial
Konvensi mengakui hak perempuan untuk mendapatkan tunjangan
keluarga, pinjaman bank, hipotek, dan bentuk-bentuk kredit keuangan
lainnya. Konvensi juga memastikan bahwa perempuan dapat
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan rekreasi, olahraga dan
kehidupan budaya.
Pasal 14Perempuan Pedesaan
Negara-negara peserta hendaknya mengambil upaya-upaya untuk
menghapus diskriminasi terhadap para perempuan di daerah-daerah
pedesaan supaya mereka dapat berpartisipasi dalam dan memperoleh
manfaat yang sama dengan yang diperoleh laki-laki dari pembangunan
desa, termasuk perencanaan pembangunan, pendidikan, pelatihan,
perawatan kesehatan, kredit keuangan, akses pasar dan programprogram jaminan sosial.
40
-
Pasal 15
Kesetaraan di Hadapan Hukum
Perempuan harus diperlakukan setara dengan laki-laki di hadapan hukum
dan dalam kemampuan hukum, khususnya yang menyangkut
penandatanganan kontrak, pembelian dan penjualan harta benda, dan
pemilihan tempat untuk tinggal.
-
Pasal
16
Perkawinan
Berkeluarga
dan
Kehidupan
CEDAW`mengakui bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dengan
suaminya dalam perkawinan, mengasuh anak dan segi-segi lain kehidupan
berkeluarga.
Catatan:
Terhadap penerapan ketentuan Pasal 16 ini, perlu kehatihatian dan kecermatan dengan tetap memperhatikan dan
menghormati ketentuan hukum agama dan hukum adat yang
dianut oleh Bangsa Indonesia.
41
Kesimpulan
Beberapa ketentuan substantif dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam CEDAW
pernting untuk diintegrasikan ke dalam setiap penyusunan Peraturan Perundangundangan, didahului dengan melakukan analisis gender, guna menemukan, mewujudkan,
dan/atau menguatkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
Responsif Gender.
Negara peserta CEDAW (Indonesia) tidak saja harus memastikan ketentuan keadilan
dan kesetaraan gender dalam setiap pembentukan (termasuk revisi) Peraturan
Perundang-undangannya, tetapi juga diwajibkan untuk menjamin penikmatan
hasil yang bermanfaat atas pemenuhan hak-hak secara substantif.
Misalnya, memastikan untuk adanya penyediaan sarana dan prasarana kesehatan
(tempat/ruang beserta perangkat alat kesehatan persalinan) dalam rangka pemenuhan
hak asasi perempuan.
________________________
42
Terima Kasih
43
Download