Komunikasi Interpersonal Anak Remaja Pasca Perceraian Orang Tua

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi
Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa
latin ‘communicare’, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha
(1983) selanjutnya memberi batasan komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari orang lain. Sementara
itu Effendy (1993) menyebutkan bahwa istilah komunikasi berasal dari
perkataan latin ‘communicatio’ yang berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Istilah communication tersebut berdasar pada kata ‘communis’ yang
berarti sama. Yang dimaksud sama disini adalah sama makna. Jadi harus
terdapat kesamaan makna diantara orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi.
Menurut Supratiknya (1995) komunikasi diartikan secara luas dan
sempit. Komunikasi secara luas adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang
baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh pihak lain. Komunikasi
secara sempit diartikan sebagai pesan yang dikirim oleh seseorang kepada satu
atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku
si penerima. Theodorson (dalam Ana 2004) menjelaskan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian atau pengalihan informasi dari satu orang atau
sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu
orang atau satu kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut
mengandung pengaruh tertentu. Menurut Suhartin (1982), komunikasi adalah
penyampaian
pengertian
dari
seseorang kepada
orang lain
dengan
menggunakan lambang-lambang dan penyampaiannya tersebut merupakan
suatu proses. Sementara itu Lunandi (2000), komunikasi adalah usaha
manusia dalam pergaulannya untuk menyampaikan kepada orang lain, isi hati,
pikiran serta kebutuhan orang lain yang bersangkutan dengan diri kita.
8
Dalam situasi tertentu, komunikasi menggunakan media tertentu untuk
mencapai sasaran yang jauh tempatnya dan atau banyak jumlahnya. Dalam
situasi tertentu pula komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap,
pendapat, tingkah laku seseorang atau sejumlah orang, sehingga ada efek
tertentu yang diharapkan. Proses penyampaian lambang berlangsung dengan
menggunakan bahasa sebagai lambang yang mewakili sesuatu, baik yang
berwujud maupun yang tidak. Kadang-kadang digunakan lambang lain,
diantaranya gerak isyarat anggota tubuh seperti mata, bibir, tangan, gambar,
warna (Fisher dalam Umami, 2002).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah usaha untuk menyampaikan pesan atau informasi, baik secara verbal
atau non verbal kepada satu atau lebih penerima dengan tujuan untuk
mempengaruhi penerima pesan.
2.2. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, interpersonal adalah hubungan
antar pribadi. Komunikasi interpersonal disebut juga komunikasi antarpribadi,
yang berarti komunikasi yang berlangsung antara dua orang. Komunikasi ini
dianggap sebagai yang paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap jika
dibandingkan dengan bentuk komunikasi yang lain, alasannya karena
komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, atau interaksi secara langsung
sehingga jika akan merujuk pada konsep feedback, maka feedback akan
langsung terjadi (Deddy, 2007).
Menurut Effendy (1990), komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Sarwono
(1999), komunikasi interpersonal merupakan hal yang membentuk hubungan
antar pribadi, dimana ada pihak yang menyampaikan pesan atau transmitter
dan ada yang menerima pesan atau receiver. Sedangkan menurut Rogers
komunikasi interpersonal adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi
9
dalam interaksi tatap muka antar beberapa pribadi dan senada dengan
pendapat itu, Pace mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih (Liliwery, 1999).
Purwanto (1998) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam dialog yang terbuka,
jujur dan hangat, keduanya menganggap sebagai teman bicara yang setara,
saling menghargai sebagai pribadi sehingga tidak akan terjadi yang satu
mendikte yang lain.
Jenis komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap
pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sifat
dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang
menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui
tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan
pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak,
berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada komunikator untuk bertanya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal
adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan yang melibatkan
dua orang atau lebih terhadap dialog yang terbuka, jujur dan hangat.
2.2.1.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Rakhmat (1992), menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal, yaitu :
a. Percaya
Adanya
rasa
percaya
membuat
seseorang
akan
terbuka
dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga
meningkatkan komunikasi interpersonal.
10
b. Sikap suportif
Ciri sikap suportif adalah deskriptif, yaitu menyampaikan perasaan dan
persepsi tanpa menilai, mengkomunikasikan keinginan bentuk bekerja
sama dalam mencari pemecahan masalah, bersikap jujur dan spontan,
memiliki empati, menghormati perbedaan pandangan dan keyakinan yang
ada, dan bersedia mengakui kesalahan.
c. Sikap terbuka
Sikap terbuka berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal
yang efektif.
2.2.2.
Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal
Laswell (1987) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek komunikasi
interpersonal, yaitu :
a. Keterbukaan. Ini merupakan aspek penting dalam kualitas komunikasi,
yaitu tingkat keterbukaan antara dua pasangan. Keterbukaan membuka
kesempatan bagi individu untuk berusaha memahami orang lain.
b. Kejujuran. Yang perlu diperhatikan adalah agar komunikasi yang baik
tetap terpelihara, kita tidak harus mengetahui apa yang dirasakan dan
dipikirkan orang lain, tapi yang lebih penting lagi adalah informasi yang
kita sampaikan bisa dipercaya orang lain.
c. Percaya.
Untuk
memudahkan
kepercayaan
dalam
berkomunikasi,
pendengar harus merespon pesan yang disampaikan oleh komunikator
dengan tulus hati, bukan mementingkan diri sendiri tetapi berusaha
menciptakan kepentingan bersama antara dua belah pihak.
d. Empati. Adalah kemampuan untuk dapat merasakan keadaan emosi yang
sama seperti yang dirasakan oleh orang lain meskipun ketika tidak benarbenar berbagi perasaan yang sama itu.
e. Kemampuan mendengarkan. Mendengarkan juga memerlukan suatu
kemampuan untuk dapat memberi umpan balik pada apa yang telah
disampaikan oleh orang lain.
11
Devito (1997) menyatakan bahwa agar komunikasi berlangsung
dengan efektif, maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh para
pelaku komunikasi tersebut, yaitu :
a. Keterbukaan, yaitu adanya keinginan dan kemauan untuk menyampaikan
informasi yang dimiliki kepada orang lain.
b. Empati, yaitu adanya pemahaman yang sama mengenai perasaan masingmasing pihak.
c. Dukungan, dukungan yang tidak diucapkan dengan kata-kata bukan berarti
dukungan yang bernilai negatif, tetapi jauh dari itu dapat mengandung
nilai-nilai positif.
d. Kepositifan, diwujudkan dengan bersikap positif dan menghargai orang
lain.
e. Kesamaan, berarti menerima dan menyetujui orang lain atau memberi
orang lain penerimaan yang positif tanpa harus dikondisikan.
2.3. Definisi Anak Usia Remaja
Istilah remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin yaitu
adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Remaja atau adolescence
memiliki arti yang sangat luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik (Hurlock, 1999).
Piaget (dalam Gunarso, 1989) mengatakan bahwa masa remaja adalah
suatu fase hidup dengan perubahan-perubahan yang tercakup dalam
perkembangan aspek-aspek kognitifnya. Masa remaja adalah usia pada saat
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, individu mempunyai hakhak dengan orang dewasa dan individu mengalami perubahan intelektual yang
menonjol.
12
Conger (1994) membagi masa remaja menjadi tiga periode, yaitu :
a. Remaja Awal
Usia 13-15 tahun untuk perempuan.
Usia 15-17 tahun untuk laki-laki.
b.Remaja Tengah atau Madya
Usia 15-18 tahun untuk perempuan.
Usia 17-19 tahun untuk laki-laki.
c. Remaja Akhir
Usia 18-21 tahun untuk perempuan.
Usia 19-21 tahun untuk laki-laki.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah salah satu
fase atau perkembangan, dimana individu mengalami masa transisi dari tahap
anak-anak yang mencakup perkembangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Remaja yang digunakan sebagai subjek penelitian ini adalah remaja akhir
yang berusia 18-21 tahun.
2.4. Definisi Pasca Perceraian Orang Tua
2.4.1. Pengertian Pasca Perceraian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasca berarti sesudah atau
setelah. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan
tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta
pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus
memutuskan bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama
pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan bagaimana
mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak
negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu
dapat diminta maju ke pengadilan.
13
Perceraian sering menimbulkan tekanan batin bagi tiap pasangan
tersebut. Anak-anak yang terlahir dari pernikahan mereka juga bisa
merasakan sedih bila orangtua mereka bercerai. Namun, banyak sumber daya
yang bisa membantu orang yang bercerai, seperti keluarga besar, temanteman, terapi, konsultan, buku, dan DVD.
Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
1) Ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Alasan tersebut adalah alasan
yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami-istri yang akan
bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara
lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan
kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga
memerlukan perincian yang lebih mendetail.
2) Krisis moral dan akhlak. Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga,
perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan
akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami
ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan
keburukan perilaku lainnya yang dilakukan oleh suami ataupun istri,
misalnya mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang
piutang.
3) Perzinahan. Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan
terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar
nikah yang dilakukan oleh suami maupun istri.
4) Pernikahan tanpa cinta. Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh
suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa
perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta.
Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta,
pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya,
juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam
menghasilkan keputusan yang terbaik.
14
5) Adanya masalah-masalah dalam perkawinan. Dalam sebuah perkawinan
pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam
perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang
berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan
disusul dengan pisah ranjang.
Jadi pasca perceraian adalah sesudah berakhirnya suatu pernikahan
antara suami istri karena suatu masalah.
2.4.2. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari
pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang
sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan.
Namun, umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang
telah melahirkan kita yaitu ibu dan bapak. Ibu dan bapak selain telah
melahirkan kita ke dunia, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah
membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam
menjalani
kehidupan
sehari-hari,
selain
itu
orang
tua
juga
telah
memperkenalkan anaknya ke dalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan
menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka
pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya.
Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
15
pemikirannya di kemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang
tuanya di permulaan hidupnya dahulu.
Orang tua (ibu dan bapak) memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah
yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru ibunya dan
biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan
tugasnya dengan baik dan penuh kasih saying. Ibu merupakan orang yang
mula-mula dikenal anak yang menjadi teman dan yang pertama untuk
dipercayainya.
Jadi orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan
ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga. Dapat disimpulkan pasca perceraian orang tua
adalah sesudah berakhirnya suatu pernikahan antara ayah dan ibu dalam keluarga.
2.5. Kerangka Pikir Penelitian
Keluarga Yang Memiliki Anak Remaja
↓
Masalah Keluarga
↓
Perceraian
↓
Komunikasi Interpersonal Anak Remaja Pasca Perceraian Orang Tua
16
Download