DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI

advertisement
DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM)
TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI
Fitri Nadifah, Anik Nuryati, Nurdina Irawati
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
ABSTRACT
Background: Dengue fever is one of the Indonesia’s health problem. This fever is caused by Aedes
aegypti mosquito species as the main vector of dengue virus to spread. Preventing action can be
done by using insecticides. Synthetic insecticide has bad impacts for the environment and human
health. Lemon basil leaves (Ocimum citriodorum) has active components so it potential as biological
insecticide. This research was conducted to study the larvacide activity of lemon basil leaves against
Aedes aegypti larvae.
Methods: Aedes aegypti third larvae instar stage were used in this study. The larvacide activity was
being carried out by different concentration of lemon basil leaves (4%, 4,2%, 4,4%, 4,6%, 4,8%, 5%).
The numbers of death larvae on each treatment were counted. Statistical test performed by ANNOVA
and linear regression using SPSS version 15.0 program.
Results: Lemon basil leaf extract 5.0% resulted in the highest mortality of mosquito larvae (48.75%).
ANNOVA statistical test showed that there was a significant effect of lemon basil leaf extract against
Aedes aegypti mosquito larvae. Linear regression analysis showed that the larvicidal lemon basil
leave extract is 61.1%.
Conclusion: Lemon basil leave extracts have larvacide ability to kill Aedes aegypti larvae. Further
studies may be conducted to know the LC 50 concentration of lemon basil leave extract which can be
developed as a biological insecticide.
Keywords: lemon basil leaves, larvae, Aedes aegypti
PENDAHULUAN
Pembangunan
kesehatan
merupakan
bagian
integral
dari
pembangunan
nasional,
yang
bertujuan untuk mencapai kemampuan
hidup sehat bagi semua penduduk
indonesia. Salah satunya adalah
pengendalian vektor penyakit. Hal ini
sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan, pasal 22 ayat 2,
yang berbunyi, “pengendalian vektor
penyakit
merupakan
tindakan
pengendalian untuk mengurangi atau
melenyapkan
gangguan
yang
ditimbulkan oleh binatang pembawa
penyakit, seperti serangga (nyamuk
Anopheles
dan
nyamuk
Aedes
aegypti), binatang pengerat (rodent)”
(Imansyah, 2003).
Nyamuk Aedes aegypti merupakan
vektor
utama
penyakit
yang
menularkan virus demam berdarah
dengue (DBD) di Indonesia. Penyakit
ini menyerang semua usia, terutama
anak- anak, dengan sejumlah gejala
hingga dapat menimbulkan kematian
(Imansyah, 2003). Priyatno, dkk.
(2002) menyatakan kasus DBD cukup
besar setiap tahunnya. Bertambahnya
jumlah kasus DBD selain karena faktor
kepadatan penduduk, musim, dan
mobilisasi penduduk, juga disebabkan
oleh kurangnya partisipasi dalam
pemberantasan sarang nyamuk Aedes
aegypti.
Pengendalian
nyamuk
Aedes
aegypti dapat dilakukan dengan
penggunaan
insektisida
sintetis.
Insektisida sintetis yang selama ini
banyak digunakan memiliki dampak
negatif terhadap kesehatan dan
lingkungan. Selain itu pemberantasan
nyamuk dengan insektisida sintetis
juga membutuhkan biaya yang cukup
besar (Agustini dkk. 2004). Oleh
karena itu diperlukan insektisida dari
bahan hayati yang aman bagi
55
kesehatan dan lingkungan sebagai
alternatif pengganti insektisida sintetis.
(Hernady, 1998). Selain efektif sebagai
pengendali vektor penyakit, insektisida
hayati lebih mudah terdegradasi dan
relatif tidak mencemari lingkungan
(Krisdayanta, 2002).
Salah satu tumbuhan yang dapat
digunakan insektisida hayati adalah
daun kemangi (Ocimum citriodorum).
Tumbuhan ini banyak ditemukan di
seluruh daerah di Indonesia dan telah
lama dimanfaatkan sebagai obat herbal
untuk berbagai pengobatan Berbagai
bahan aktif yang terkandung dalam
daun kemangi berpotensi sebagai
insektisida (Guether, 1985). Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui daya
larvasida
daun
kemangi
dalam
membunuh larva Aedes aegypti.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan larva
nyamuk Aedes aegypti instar III. Ciri
dari larva nyamuk Aedes aegypti instar
III yaitu berukuran 4-5 mm atau 3-4
hari setelah telur menetas, duri-duri
dada
mulai
jelas
dan
corong
pernapasan
berwarna
cokelat
kehitaman. Pada abdomen ke-8
terdapat gerigi (duri lateral).
Penelitian ini dimulai dengan uji
pendahuluan untuk mengetahui kisaran
konsentrasi optimum daun kemangi
yang dapat membunuh larva nyamuk.
Uji
pendahuluan
dilakukan
menggunakan
konsentrasi
daun
kemangi 2%, 3%, 4%, 5%, 6% dan 7%.
Hasilnya didapatkan bahwa kisaran
optimum konsentrasi ekstrak daun
kemangi adalah 4,0 – 5,0%.
Larva ditempatkan dalam cawan
petri
sebagai
kelompok-kelompok
perlakuan. Tiap kelompok terdiri atas
20 larva yang diberi perlakuan
konsentrasi ekstrak daun kemangi
yang berbeda, yaitu 4%, 4,2%, 4,4%,
4,6%, 4,8%, 5%.
Masing-masing
konsentrasi
dilakukan
ulangan
sebanyak empat kali. Ekstraksi daun
kemangi dilakukan dengan cara
maserasi. Dari 2 kg daun kemangi
yang diekstrak dengan cara maserasi,
diperoleh ekstrak dengan konsentrasi
59,8 %. Hasil ekstraksi kemudian
diencerkan dengan akuades sampai
mencapai konsentrasi yang dimaksud.
Sebagai kontrol negatif digunakan
akuades (konsentrasi ektrak daun
kemangi 0%). Kondisi lingkungan,
seperti suhu, kelembapan dan pH air
disesuaikan
dengan
syarat
pertumbuhan optimal larva nyamuk.
Menurut Ulie (2010), larva nyamuk
akan tumbuh dan berkembang optimal
pada suhu ± 300C dan kelembapan di
bawah 80%. Menurut Suwasono
(1997), pH 7 adalah pH yang netral
untuk pertumbuhan nyamuk dari
stadium telur.
Persentase kematian larva nyamuk
dihitung berdasarkan jumlah larva yang
mati untuk tiap kelompok perlakuan.
Kematian larva Aedes aegypti adalah
suatu kondisi larva tidak dapat
melakukan aktivitas dan tidak bergerak
ketika diganggu dengan pengaduk. Uji
statistik dilakukan dengan metode one
way ANNOVA dan regresi linier
menggunakan
program
komputer
SPSS versi 15.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan pemberian ektrak
daun kemangi terhadap larva nyamuk
dilakukan selama 24 jam. Setelah 24
jam, dilakukan pengamatan terhadap
jumlah larva yang mati. Dari hasil
pengamatan
diketahui
bahwa
konsentrasi ekstrak daun kemangi
5,0% mengakibatkan kematian larva
yang paling tinggi (Tabel 1).
56
Tabel 1. Persentase kematian larva Aedes aegypti dengan perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak
daun kemangi (Ocimum citriodorum)
Jumlah kematian larva nyamuk Aedes
Kontrol
aegypti
Ulangan
0%
4,0%
4,2%
4,4%
4,6%
4,8% 5,0%
1
0
4
3
3
5
6
11
2
0
2
2
5
3
10
10
3
0
2
2
5
7
7
10
4
0
2
7
6
8
3
8
Rata-rata
0
2,5
3,25
4,75
5,75
6,5
9,75
Pembulatan 0
3
3
5
6
7
10
Persentase
0
12,5
16,5
23,75
28,75
32,5
48,75
(%)
Pada cawan petri yang berisi
akuades sebagai kontrol, tidak ada
larva yang mati. Pengukuran kondisi
lingkungan tempat hidup nyamuk
menunjukkan bahwa suhu lingkungan
28,50C. Tidak adanya larva yang mati
menunjukkan bahwa suhu lingkungan
sudah
sesuai
dengan
syarat
pertumbuhan
optimal
dari
larva
nyamuk. Dari Tabel 1 terlihat bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak
daun kemangi, maka jumlah larva yang
mati juga semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak daun
kemangi terbukti mampu membunuh
larva nyamuk Aedes aegypti.
Dari Uji kenormalan data diperoleh
hasil nilai signifikan 0,396 dengan taraf
signifikan 5% (sig>0,05) sehingga
diperoleh
data
yang
homogen,
kemudian dilanjut dengan uji Anova.
Ekstrak daun kemangi diperoleh hasil F
hitung sebesar 6,795 nilai F hitung
tersebut lebih besar dari F tabel yaitu
3,68 dan nilai signifikansinya adalah
0,001 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi ada pengaruh yang
signifikan berbagai konsentrasi ekstrak
daun kemangi terhadap kematian larva
Aedes aegypti.
Dari hasil uji Post Hoc test One
Way Anova didapatkan nilai signifikansi
lebih besar dari taraf signifikansi 5 %
(sig < 0,05) yang berarti antar
kelompok konsentrasi 4% , 4,2% ,
4,4% , 4,6% , 4,8% , 5% ekstrak daun
kemangi memiliki pengaruh yang
signifikan. Dari hasil uji Regresi Linier
diperoleh nilai F hitung adalah 61,1
berarti besar daya larvasida terhadap
larva Aedes aegypti adalah sebesar
61,1% sisanya sebesar 38,9 % dapat
dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain
yang dapat mempengaruhi jumlah
kematian larva dapat berupa cahaya
dan nutrisi. Larva tidak dapat hidup jika
terkena matahari langsung. Untuk
mengendalikan faktor cahaya ini,
cawan petri diletakkan pada tempat
yang terhindar dari cahaya matahari
langsung. Pemberian nutrisi berupa
pelet dilakukan pada tahap persiapan
atau sebelum larva mencapai tingkat
instar III. Pada saat penelitian, larva
tidak diberi pelet
Daya bunuh insektisida hayati
berasal dari senyawa kimia yang
dikandungnya,
seperti
alkaloid,
eugenol, saponin, flavonoid dan tanin.
Senyawa-senyawa ini bersifat racun
perut atau racun kontak terhadap
serangga. Sebagai racun perut,
insektisida memasuki tubuh serangga
melalui saluran pencernaan makanan.
Sebagai racun kontak, insektisida
memasuki tubuh serangga melalui
dinding tubuh. Di samping itu daun
kemangi juga mengandung senyawa
kimia yang menyebabkan gangguan
pada
sistem
saraf
serangga.
Gangguan ini menghalangi rangsangan
dari sistem saraf pusat ke otot
sehingga
dapat
menimbulkan
57
kekejangan dan lumpuh pada otot
serangga.
Proses
inilah
yang
menyebabkan kematian dari serangga
(Kasumbogo, 1993).
Flavonoid merupakan senyawa
pertahanan tumbuhan yang dapat
bersifat menghambat nafsu makan
serangga (Dinata, 2008). Saponin
dapat menghambat kerja enzim
proteolitik
yang
menyebabkan
penurunan aktivitas enzim pencernaan
dan penggunanaan protein (Suparjo,
2008). Tanin dapat menurunkan
kemampuan mencerna makanan pada
serangga dengan cara menurunkan
aktivitas enzim pencernaan (Dinata,
2008).
Saponin
ternyata
dapat
mengikat
sterol
bebas
dalam
pencernaan makanan dimana sterol
berperan sebagai prekursor hormon
edikson, sehingga denga menurunnya
jumlah sterol bebas akan mengganggu
proses pergantian kulit pada serangga
(Dinata, 2008).
Tanin
dapat
menurunkan
kemampuan mencerna makanan pada
serangga dengan cara menurunkan
aktivitas enzim pencernaan (protease
dan amilase). Tanin juga mampu
menganggu
aktivitas
penyerapan
protein pada dinding usus. Respon
larva terhadap senyawa ini adalah
menurunnya laju pertumbuhan dan
gangguan nutrisi (Dinata, 2008).
Konsentrasi
ekstrak
daun
kemangi
5,0%
mengakibatkan
kematian larva sebesar 48,75%. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi 5,0%
belum mencapai dosis LC 50 karena
kematian
larva
nyamuk
belum
mencapai 50%. Dengan demikian,
untuk penelitian selanjutnya disarankan
menggunakan konsentrasi ekstrak
daun kemangi
lebih tinggi untuk
mencapai dosis LC 50.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa daya larvasida
berbagai konsentrasi daun kemangi
(Ocimum
citriodorum)
terhadap
kematian larva Aedes aegypti adalah
sebesar
61,1%.
Semakin
tinggi
konsentrasi ekstrak daun kemangi,
semakin tinggi jumlah larva nyamuk
yang mati. Pada konsentrasi 5,0%
ekstrak
daun
kemangi
mampu
membubuh larva nyamuk sebesar
48,75% dan belum mencapai LC 50.
Penelitian lanjut diperlukan Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
dengan konsentrasi ekstrak daun
kemangi yang lebih tinggi dari 5,0%
agar bisa mencapai LC 50.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, S.W., Prajoga dan A.C. Hadidjah.
2004. Faktor resiko kegagalan pengobatan
malaria di kecamatan mlati kabupaten sleman.
Jurnal Berkala Kedokteran. Yogyakarta.
Darajatin, S.R. 1986. Pengujian Toksisitas 4
Jenis Biji Annona terhadap Lalat Rumah
(Musca domestica L.), Fakultas Biologi
Universitas Nasional, Jakarta.
Dinata, A. 2008. Ekstrak Kulit Jengkol atasi
Larva DBD.
Guenther, E. 1985. Penggunaan Teknologi
Minyak Atsiri. Diterjemahkan Oleh S. Kateren.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hernady,
S.,
1998.
Permasalahan
Pengendalian Vektor dengan Cara Kimia dan
Cara-cara Penanggulangannya. Jakarta.
Imansyah, B. 2003. Ekstrak Serei, Pengusir
Nyamuk Alamiah.
Krisdiyanta, 2002. Efikasi Insektisida Berbagai
Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Terhadap
Larva Aedes aegypti dan Anopheles aconitus
di Laboratorium. Thesis S-2 Ilmu Kesehatan
Lingkungan UGM. Yogyakarta.
58
Kasumbogo, U. 1993. Pengantar Pengolahan
Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Priyatno, A.E., Tatty dan A. Soemantri. 2002.
Gambaran Elektromagnetik Pada Penderita
Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Suwasono,
H.
1997.
Berbagai
Cara
Pemberantasan Larva Aedes. Diunduh dari
http://www.kalbefarma.com.
Ulie. 2010. Ora Et Labora. Diunduh tanggal 20
Juli 2012 dari www.kireyellow.blogspot.com
59
Download