BAB III - DISHUB Surabaya

advertisement
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH SERTA KERANGKA
PENDANAAN
III.1.
KINERJA KEUANGAN MASA LALU
III.1.1. KINERJA PELAKSANAAN APBD
Pendapatan Kota Surabaya selama tahun 2006-2010 rata-rata naik sebesar
17,61 persen. Kenaikan pendapatan ini seiring dengan peningkatan pendapatan
yang diperoleh dari pos pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan yang sah dari tahun ke tahun trendnya naik. Sedangkan dilihat dari
struktur pendapatan APBD selama 5 tahun, kontribusi paling besar dalam pembentuk
pendapatan APBD, bersumber dari dana perimbangan hal ini hampir sama dengan
beberapa kabupaten/kota lainnya yang struktur pendapatannya APBD lebih
didominasi dari dana perimbangan. Kontribusi dana perimbangan dalam pendapatan
APBD Kota Surabaya selama 5 tahun rata-rata sebesar 53,72 persen. Proporsi dana
perimbangan paling tinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 57,85 persen
selanjutnya di tahun berikutnya mengalami penurunan, dan sampai tahun 2010
proporsi dana perimbangan sebesar 48,72 persen.
Penurunan proporsi dana
perimbangan tersebut lebih disebabkan karena kenaikan dari sumber pendapatan
daerah lain-lain yang sah khususnya dari Bagi Hasil Pajak Provinsi dan Pemerintah
Daerah Lainnya serta Bantuan keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya yang selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup siqnifikan.
Struktur pendapatan APBD Kota Surabaya selama 5 tahun terlihat dalam Gambar 3.1
berikut ini :
RPJMD
KOTA
SURABAYA
TAHUN
2011-2015
III ‐ 1
Gambar 3.1
Struktur Pendapatan APBD Kota Surabaya
Tahun 2006-2010
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
Pendapatan APBD yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
proporsinya pada tahun 2006 sebesar 31,44 persen, tahun 2007 turun menjadi
sebesar 29,94 persen, tahun 2008 naik menjadi 31,45, tahun 2009 turun menjadi
30,27 persen dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 32,40 persen. Penurunan
proporsi PAD terhadap total pendapatan APBD tersebut tidak berarti terjadi
penurunan
nilai
PAD,
namun
lebih
cenderung
di
sebabkan
pergesaran
komponen - komponen pembentuk pendapatan APBD yang mengalami peningkatan.
Hal ini tercermin dari laju pertumbuhan PAD terus mengalami peningkatan dimana
selama 5 tahun rata-rata laju pertumbuhan PAD sebesar 18,70 persen pertahun.
Selain berasal dari dana perimbangan dan pendapatan asli daerah,
pendapatan daerah juga di dapat dari lain-lain pendapatan yang sah, yang setiap
tahunnya lain-lain pendapatan yang sah ini mengalami peningkatan yang paling besar
dibanding sumber pendapatan lainnya, selama tahun 2006-2010 pendapatan lain-lain
yang sah rata-rata meningkat sebesar 24,31 persen pertahun.
Kondisi pendapatan berdasarkan data APBD dilihat dari realisasi selama 5
tahun terakhir kecenderungannya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
sebagaimana tertera dalam tabel berikut :
RPJMD
KOTA
SURABAYA
TAHUN
2011-2015
III ‐ 2
Tabel 3.1.
Realisasi APBD Tahun 2006-2009
2006
538.370
305.405
166.978
2007
607.649
340.834
176.786
2008
729.213
397.990
169.558
2009
809.796
442.852
164.248
2010
1.059.891
581.582
288.714
Rata-rata
Pertumbuhan
( persen)
18,70 persen
17,74 persen
18,61 persen
21.479
38.386
42.520
43.325
63.582
34,53 persen
44.508
51.643
119.145
159.371
126.014
39,89 persen
895.690
432.387
453.753
9.550
1.174.145
527.147
639.590
7.409
1.289.212
563.353
4.193
713.590
8.075
1.448.260
651.459
2.299
765.886
28.617
1.593.973
876.222
5.333
652.532
59.886
15,82 persen
19,73 persen
Lain-lain Pendapatan yang Sah
278.157
247.762
3.1 Pendapatan Hibah
3.2 Bagi Hasil Pajak Propinsi dan
Pemeintah Daerah Lainnya
278.157
238.490
3.3 Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
6.679
3.4 Bantuan keuangan dari
Propinsi dan Pemeintah
Daerah Lainnya
3.5 Dana Bagi Hasil Lainnya
2.592
3.6 Dana Insentif Daerah
Total Pendapatan
1.712.218
2.029.557
Sumber : Dinas Pedapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
300.338
1.000
417.325
-
617.557
-
24,31 persen
-
280.703
387.873
353.546
8,19 persen
9.573
16.218
207.386
430,50 persen
5.641
3.421
2.318.763
10.300
2.935
2.675.380
33.863
2.680
20.082
3.271.421
155,68 persen
3,02 persen
17,61 persen
No.
1.
2.
3.
Realisasi APBD ( dlm Rp 000.000,-)
Uraian
Pendapatan Asli Daerah
1.1 Pajak Daerah
1.2 Retribusi Daerah
1.3 Hasil Perusahaan Daerah &
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
Dana Perimbangan
2.1 Bagi Hasil Pajak
2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak
2.3 Dana Alokasi Umum
3.4 Dana Alokasi Khusus
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015
11,26 persen
87,56 persen
III ‐ 3 Pembangunan Kota Surabaya tergantung dari APBD yang akan di susun
dan dilaksanakan selama 5 tahun ke depan. Melihat struktur anggaran, dimana
pada bagian pendapatan memiliki korelasi dengan pengelolaan pendapatan asli
daerah serta kekayaan daerah yang dimiliki, maka pendapatan asli daerah
menjadi tolak ukur kemandirian suatu daerah.
Penggalian sumber-sumber pendanaan dari daerah, pemanfaatan sumbersumber pendapatan daerah perlu di tingkatkan, agar ketergantungan terhadap
pemerintahan pusat dan pemerintah propinsi lambat laun dapat dikurangi. Untuk
itu perlu adanya terobosan-terobosan dalam meningkatkan pendapatan asli
daerah. Melalui peningkatan sektor yang bisa menjadi penyumbang peningkatan
PAD antara lain berasal dari Pajak daerah, restribusi, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Peningkatan pajak daerah digali dari pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak bumi dan bangunan, serta jasa restoran dan hotel. Proyeksi pajak
pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sekitar 190,85 persen, rata-rata
pertumbuhan pajak daerah tahun 2011 sampai dengan 2015 diperkirakan 46,15
persen. Tingginya Pertumbuhan
pajak daerah pada tahun 2011 tersebut di
karenakan komponen bagi hasil pajak untuk PBB dan BPHTB yang semula
merupakan dana perimbangan dari pemerintah pusat serta pajak air tanah yang
semula merupakan bagi hasil dari propinsi menjadi pajak daerah, sesuai dengan
UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011.
Proyeksi restribusi daerah
ke depan cenderung relatif perlambatan
pertumbuhan hal ini di karenakan adanya beberapa penarikan restribusi berkaitan
dengan pelayanan dasar di hapuskan seperti layanan kependudukan dan
perijinan lainnya, sehingga di proyeksikan pada tahun 2011 sampai 2015
pendapatan dari restribusi rata-rata hanya tumbuh sebesar
1,73% pertahun.
Untuk pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
pendapatan asli daerah yang sah diperkirakan akan meningkat rata-rata sebesar
10,52 persen pertahun pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 Secara
III ‐ 4
umum pertumbuhan PAD akan mengalami peningkatan rata-rata tahun 2011
sampai dengan 2015 sebesar 27,32 persen, tingginya rata-rata peningkatan PAD
di karenakan pada tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 101 87 persen, dan pada
tahun 2012 sampai dengan 2015 kenaikan rata-ratanya sebesar 8,68 persen.
Untuk melihat gambaran lebih detilnya dari pendapatan daerah bisa dilihat
dari tabel dibawah ini.
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 5
Tabel 3.2.
Estimasi Pendapatan Daerah
Tahun 2011 – 2015
No
I
1.
2.
3.
Uraian
2011
2012
2013
2014
2015
2.139.625.575.460
1.691.550.000.000
265.797.243.579
2.303.745.880.342
1.850.053.450.000
277.315.124.134
2.490.148.670.676
2.018.858.274.220
288.998.780.058
2.713.171.781.476
2.223.634.758.335
300.331.096.555
2.985.029.900.987
2.474.201.222.396
77019175680
82.515.616.099
88.429.926.289
95.344.236.478
104.258.546.667
105.259.156.201
93.861.690.109
93.861.690.109
93.861.690.109
93.861.690.109
4.
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang sah
II
1.
2.
3.
4.
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
973.067.060.126
221.518.180.068
5.599.253.058
679.450.127.000
66.499.500.000
1.013.133.238.329
239.671.372.660
5.599.253.058
701.363.112.611
66.499.500.000
1.055.629.508.087
260.249.302.945
5.599.253.058
723.281.452.084
66.499.500.000
1.103.941.142.287
283.156.166.526
5.599.253.058
748.686.222.704
66.499.500.000
1.158.865.750.730
309.555.829.884
5.599.253.058
777.211.167.789
66.499.500.000
III
Lain-Lain Pendapatan yang sah
858.995.968.739
970.435.323.737
1.105.864.975.535
1.263.970.719.390
1.450.093.252.725
3.971.688.604.325
4.287.314.442.409
4.651.643.154.298
5.081.083.643.154
5.593.988.904.442
Jumlah Pendapatan
312.708.441.815
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015
III ‐ 6 Secara umum peningkatan pendapatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun
2015 diproyeksikan akan terjadi peningkatan rata-rata sebesar
11,44 persen
pertahun, dengan pertumbuhan yang paling tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar
21,41 persen sedangkan pada tahun selanjutnya tumbuh dikisaran antara 7
persen sampai dengan 10 persen.
Dalam menghitung proyeksi pendapatan,
beberapa asumsi yang digunakan antara lain :
1. Perumbuhan ekonomi dalam periode 2011 sampai dengan tahun 2015
diasumsikan sebesar 6,50 persen sampai dengan 7,15 persen . sedangkan
untuk
menghitung
proyeksi
pajak
daerah
selain
mempertimbangkan
pertumbuhan ekonomi juga mempertimbangkan pertumbuhan riil (PDRB
ADHB) sektor
Perdagangan, Hotel Dan Restoran yang diproyeksikan
pertumbuhannya rata-rata tumbuh sebesar 14,88 persen pertahun.
2. Laju inflasi diperkirakan antara 5,5 persen sampai dengan 6,5 persen
3. Perkiraan perkembangan dana perimbangan, utamanya berasal dari Dana
Alokasi Umum untuk Tahun Anggaran 2011 dan seterusnya diestimasikan
akan mengalami peningkatan mengingat di tahun-tahun sebelumnya sering
mengalami kenaikan
pemerintah
pusat
yang cukup signifikan dengan adanya kebijakan
mengenai
Dana
Alokasi
Umum
sesuai
dengan
pertumbuhan ekonomi nasional kebijakan kenaikan gaji pegawai negeri sipil.
III.1.2. NERACA DAERAH
Di sisi Neraca Daerah, total aset pemerintah Kota Surabaya yang tercatat
sampai dengan tahun 2009 sebesar Rp 31.359,29 milyar, mengalami kenaikan
sebesar 5,44 persen dibanding tahun 2008. Berdasarkan data necara daerah,
rata-rata pertumbuhan aset daerah tahun 2006-2009 sebesar 2,65 persen. Pada
tahun 2009, aset yang paling besar peningkatannya adalah pada aset tanah yang
meningkat sebesar Rp 2.060,61 milyar atau 6,89 persen dibanding tahun 2008.
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 7
Tabel 3.3.
Neraca Daerah Tahun 2008-2009
No
Uraian
Tahun 2008
(dlm Rp
000.000)
Tahun 2009
(dlm Rp
000.000)
Rata-rata
Pertumbuhan (tahun
2006-2007)
( persen)
1
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
ASET
ASET LANCAR
Kas
Piutang
Persediaan
Investasi Jangka Panjang
1.815.203
1.618.333
24.586
22.132
150.152
1.371.373
1.159.482
33.631
24.882
153.378
25,36
29,37
27,37
31,45
8,26
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, irigasi, dan jaringan
Aset tetap lainnya
27.865.033
25.000.799
555.025
750.977
1.382.934
175.298
29.925.652
26.087.963
737.656
1.024.714
1.679.715
395.602
0,85
52,62
13,49
15,86
53,43
60.147
62.264
-5,34
29.740.383
31.359.288
2,65
127.055
72.251
54.804
159.505
115.662
43.843
0,26
14,64
-15,06
1.3
ASET LAINNYA
JUMLAH ASET DARAH
2
2.1
2.2
KEWAJIABAN
Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang
3
3.1
3.2
EKUITAS DANA
Ekuitas dana lancar
Ekuitas dana Investasi
29.613.228
1.592.800
28.020.428
31.199.783
1.102.333
30.097.450
2,66
15,71
2,47
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS DANA
29.740.283
31.359.288
2,65
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
Berdasarkan analisa rasio keuangan daerah, kemampuan keuangan
pemerintah Kota Surabaya dalam memenuhi kewajiban dan utang jangka pendek
sangat baik, hal ini dapat dilihat dari
Rasio Likuiditas
rata-rata tahun 2006
sampai dengan tahun 2009 yang dihitung dari Rasio Lancar (current ratio)
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 8
sebesar 19,28 kali dan Rasio Quick (quick ratio) sebesar 16,57 kali . Sedangkan
kemampuan pemerintah kota dalam memenuhi hutang jangka panjangnya yang
dilihat dari Rasio Solvabilitas juga sangat baik, hal ini dapat dilihat dari rasio total
hutang terhadap total dan rasio total hutang terhadap modal rata-rata tahun 2006
sampai dengan tahun 2009 rata-rata sebesar 0,49 persen dan 0,50 persen .
Tabel 3.4.
Analisa Rasio Keuangan
No
1
Uraian
Rasio Lancar (current
ratio)
Rasio Quick (quick ratio)
Rasio total hutang
terhadap total aset
Rasio total hutang
terhadap modal
2
3
4
2006
14,96
2007
20,85
2008
25,12
2009
11,86
Rata-rata
19,28
14,79
0,52 %
20,51
0,48 %
24,82
0,43 %
11,64
0,51 %
16,57
0,49 %
0,52 %
0,48 %
0,43 %
0,51 %
0,50 %
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
III.2.
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU
Berdasarkan APBD Kota Surabaya Tahun Anggaran 2007 sampai 2009
rata-rata rasio prosentase antara total belanja untuk pemenuhan kebutuhan
aparatur terhadap total pengeluaran yang meliputi Belanja dan Pembiayaan
Pengeluaran hanya sebesar 23,24 persen seperti dirinci pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Proporsi Penggunaan Anggaran
No
Uraian
1
Tahun Anggaran
2007
Tahun Anggaran
2008
Tahun Anggaran
2009
2
3
Total belanja
untuk pemenuhan
kebutuhan
aparatur
743.925.180.048
Total pengeluaran
(belanja +
pembiayaan
pengeluaran)
3.575.976.651.582
859.823.216.762
3.764.416.545.892
22,84 %
1.048.361.447.748
4.020.053.688.261
26,08 %
Proporsi
20,80 %
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
Hal ini menunjukkan bahwa APBD kota Surabaya
relatif baik dari sisi
Belanja, karena proporsi penggunaan anggaran untuk Belanja Aparatur tidak
mendominasi terhadap
total pengeluaran dalam APBD. Terkait dengan
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 9
penerapan kebijakan anggaran yang defisit pada awal penyusunan anggaran,
namun pada realisasasi anggaran pemerintah kota Surabaya lebih sering Surplus
hal ini dapat di lihat dalam tabel di bawah ini.
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 10
Tabel 3.6.
Realisasi Anggaran Tahun 2006-2009
NO.
1
2
3
A
4
5
6
7
8
9
URAIAN
Realisasi pendapatan daerah
dikurangi realiasi :
Belanja daerah
pengeluaran pembiayaan daerah
Defisit / surplus
Ditutup dengan realiasi Penerimaan
Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Sebelumnya (SILPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
Total Realisasi pembiayaan daerah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Berkenaan (SILPA)
2006
2007
2008
2009
1.712.217.508.389
2.029.556.867.569
2.318.762.769.608
2.675.367.976.492
1.386.340.966.460
14.691.495.955
311.185.045.974
1.556.472.090.169
20.541.718.834
452.543.058.566
2.019.238.286.368
10.960.748.325
288.563.734.915
3.127.363.165.158
14.810.748.326
(466.805.936.992)
525.402.078.095
836.530.514.333
1.290.518.378.166
1.579.082.113.082
0
0
0
0
0
0
525.402.078.095
836.587.124.069
1.631.200.000
0
0
838.161.714.333
1.290.704.772.899
0
0
1.290.518.378.166
1.579.082.113.081
0
0
1.579.082.113.082
1.112.276.176.090
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015
III ‐ 11
Defisit riil anggaran Kota Surabaya pada tahun anggaran 2006-2010 hanya
terjadi pada tahun anggaran 2009, namun Defisit riil anggaran Kota Surabaya
dapat ditutup dari SILPA Tahun anggaran sebelumnya.
III.3.
KERANGKA PENDANAAN
Kondisi belanja daerah mengalami pertumbuhan sebagaimana pendapatan
daerah. Penetapan format anggaran surplus atau defisit baik secara absolut
maupun relatif menunjukkan adanya peningkatan sisi belanja. Perkembangan
belanja daerah selama tahun 2007-2010 adalah, tahun 2007 realisai anggaran
sebesar Rp 1.556,47 Milyar, tahun 2008 sebesar Rp 2.019,24 Milyar, tahun 2009
sebesar Rp 3.127,36 Milyar tahun 2010 sebesar Rp 4.362,71 Milyar.
Ditinjau dari komposisi penggunaanya, komponen belanja pelayanan publik
merupakan komponen yang cukup besar menyerap belanja daerah. Pada tahun
2007 belanja publik atau belanja langsung menyerap 60,98 persen, tahun 2008
sebesar 60,59 persen, tahun 2009 sebesar 66,38 persen dan tahun 2010 sebesar
60,99 persen. Sedangkan komponen belanja digunakan untuk belanja tidak
langsung di tahun 2007 sebesar 39,02 persen, tahun 2008 sebesar 39,41 persen,
tahun 2009 sebesar 33,62 persen dan tahun 2010 sebesar 39,01 persen.
Gambar 3.2
Struktur Belanja APBD 2006-2010
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
Dengan melihat struktur anggaran belanja tersebut, secara kumulatif
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 12
anggaran untuk menunjang program-program pembangunan (belanja langsung)
relatif konstan kecuali pada tahun 2009 terjadi lonjakan yang cukup tinggi pada
belanja langsung.
Tabel 3.7
Pengeluaran Periodik Wajib Dan Mengikat Serta Periode Utama
(dlm Jutaan Rupiah)
Uraian
2006
2007
2008
Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Bunga
c. Belanja Subsidi
d. Belanja Hibah
e. Belanja Bantuan Sosial
f. Belanja Bagi Hasil Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
g. Belanja Bantuan Keuangan
Kepada ropinsi/Kabupaten/kota
dan Pemerintah Desa
h. Belanja Tidak Terduga
600.537 607.340
565.120 563.853
8.382
30.641
1.570
1.334
Belanja Langsung
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Modal
785.804
103.713
538.224
143.867
Pengeluaran Pembiayaan
a. Pembentukan dana cadangan
b. Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah
c. Pembayaran Pokok Utang
d. Pemberian Pinjaman Daerah
32.879
-
968
3.131
2009
795.780 1.051.417
699.384
802.603
6.291
6.287
86.599
240.862
2.384
1.664
1.121
-
-
-
-
-
949.132 1.223.459 2.075.946
180.072
160.439
245.758
520.569
588.456
687.150
248.491
474.564 1.143.039
14.691
3.171
20.542
3.946
10.961
-
14.811
3.850
11.521
-
11.496
5.100
10.961
-
10.961
-
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
Rata-rata pertumbuhan Belanja Tidak Langsung selama 4 Tahun Anggaran
terakhir ialah positif 20,07 persen. Dari berbagai komponen Belanja Tidak
Langsung, Pertumbuhan rata-rata terbesar disumbangkan oleh Belanja Hibah
yaitu positif 178,13 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhan negatif dialami oleh
Belanja Belanja Bantuan Sosial sebesar minus 61,21 persen.
Rata-rata pertumbuhan Belanja Langsung selama 4 Tahun Anggaran
terakhir mengalami pertumbuhan positif 29,16 persen, dimana pertumbuhan
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 13
rata-rata terbesar dialami oleh Belanja Modal sebesar 68,59 persen, sedangkan
untuk Belanja Barang dan Jasa justru mengalami rata-rata pertumbuhan negatif
7,45 persen.
Pada pos Belanja Langsung APBD kota Surabaya, proporsi Belanja Modal
pada tahun 2009 mendominasi terhadap komponen Belanja,
dan mempunyai
pertumbuhan rata-rata paling besar. Dengan kondisi seperti ini kebijakan
anggaran pemerintah kota surabaya sudah pada arah yang tepat memngingat
belanja modal memiliki multiplier effect yang berperan penting bagi pertumbuhan
suatu daerah.
Rata-rata pertumbuhan Pembiayaan Pengeluaran selama empat
terakhir mengalami pertumbuhan
tahun
negatif 7,70 persen. Pertumbuhan negatif
terbesar dialami oleh komponen Pembayaran Pokok utang yang menurun ratarata 1,9 persen setiap tahunnya.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pembiayaan belanja
langsung antara lain :
1. Pemenuhan standar pelayanan publik minimal di Surabaya.
2. Peningkatan efisiensi pelayanan publik di Surabaya.
3. Netralitas dampak mobilisasi penerimaan terhadap perkembangan ekonomi
daerah maupun nasional.
4. Implementasi strategi pro growth (pro investment), pro job, dan pro poor di
Kota Surabaya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Rakyat.
5. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta peningkatan
partisipasi masyarakat.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan daerah di Kota Surabaya
sudah relatif baik jika dibandingkan dengan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah,
ini tercermin dari proporsi belanja lansung lebih besar dari belanja tidak langsung.
Namun demikian Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya untuk meningkatkan
kemandiran daerah melalui kebijakan efisiensi dan efektifitas belanja yang
dimanfaatkan sebaik dan seoptimal mungkin untuk meningkatkan pelayanan,
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 14
pemberdayaan
masyarakat
dan
kemandirian
daerah
guna
mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka mempertimbangkan belanja-belanja tersebut di atas, maka
di perlukan struktur anggaran dan pengelolaan keuangan daerah yang tepat.
Struktur anggaran yang tepat merupakan syarat pokok bagi pengelola keuangan
yang baik di daerah, untuk itu ada beberapa yang di lakukan, yaitu :
1.
Struktur anggaran harus secara eksplisit memisahkan pendapatan dan
pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari utang misalnya, tidak bisa diklam
sebagai pendapatan karena suatu saat nanti dana tersebut harus
dikembalikan. Demikian pula penerimaan yang berasal dari kinerja anggaran
tahun-tahun sebelumnya (seperti dana cadangan dan SILPA) ataupun dana
dana yang bersifiat temporer (seperti hasil penjualan aset daerah) tidak bisa
dimasukkan ke dalam komponen pendapatan daerah karena berpotensi
menganggu perencanaan keuangan daerah.
2.
Struktur alokasi anggaran harus disusun sesuai prioritasnya, yakni antara
alokasi belanja untuk urusan yang bersifat wajib dan pilihan, serta antara
alokasi belanja yang dirasakan menfaatnya secara langsung dan tidak
langsung oelh masyarakat.
Pengelolaan keuangan di daerah meliputi
mobilisasi pendapatan, penetapan alokasi belanja daerah, dan mobilisasi
pembiayaan. Untuk memenuhi syarat kecukupan (sufficient condition) bagi
pengelola keuangan daerah yang baik maka daerah perlu memahami dan
menggali potensi.keunggulan daerah serta mengidentifikasi pokok-pokok
permasalahan yang ada, prioritas prioritas pembangunan daerah dengan
beberapa pertimbangan tersebut menjadi dasar pola alokasi belanja di kota
surabaya.
Dalam upaya mewujudkan ”Surabaya Lebih Baik”, perlu dilakukan
pembenahaan tata ruang, pembangunan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia
(SDM). Untuk itu, ruang gerak anggaran perlu lebih dioptimalkan tidak hanya
melalui mobilisasi sumber pendapatan, tetapi juga melalui upaya penggalian
sumber pembiayaan antara lain dari pinjaman dan obligasi kota, serta melakukan
efisiensi belanja. Disamping itu, perlu dilakukan proses penganggaran partisipatif
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 15
(participatory budgeting) dengan melibatkan seluruh stakeholders. Dalam upaya
memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur kota, perlu dikembangkan
model pembiayaan public-private partnership.
Kebijakan keuangan Pemerintah Kota Surabaya juga bergantung pada
proyeksi pertumbuhan ekonomi, realisasi investasi dan kemampuan pengeluaran
investasi oleh Pemerintah Kota. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011-2015
diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan stabilitas politik dan keamanan
baik nasional maupun tingkat Kota.
Peranan investasi pemerintah (APBN dan APBD) rata-rata berkisar
5-7 persen. Arah kebijakan keuangan daerah bermanfaat untuk :
1. Menopang proses pembangunan Kota yang berkelanjutan sesuai dengan visi
nasional dan visi spesifik Pemkot Surabaya.
2. Menyediakan
pelayanan
dasar
secara
memadai
bagi
kesejahteraan
masyarakat.
3. Meminimalkan resiko fiskal sehingga keberlanjutan anggaran Kota dapat
terjamin.
Belanja
Daerah
merupakan
kewajiban
Pemerintah
Kota
sebagai
pengurangan nilai kekayaan bersih dan merupakan batas tertinggi untuk setiap
jenis belanja yang bersangkutan. Pada periode 2007-2010 belanja daerah Kota
Surabaya adalah sebegai berikut :
Tabel 3.8
Belanja Daerah 2007-2010
Tahun
2007
2008
2009
2010
Belanja Tidak
Langsung
607.339.649.155
795.779.543.464
1.051.416.685.832
1.701.814.805.524
Belanja
Langsung
2.968.637.002.427
2.968.637.002.428
2.968.637.002.429
2.968.637.002.430
Jumlah Belanja
3.575.976.651.582
3.764.416.545.892
4.020.053.688.261
4.670.451.807.954
Sumber : Bappeko Kota Surabaya
Belanja daerah disusun dengan pendekatan kinerja yang ingin dicapai
(performance-based budgeting). Dalam perencanaan lima tahun ke depan,
Belanja Daerah diproyeksikan berdasarkan kebutuhan daerah untuk membiayai
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 16
antara lain:
1.
Belanja Pegawai yang meliputi gaji, tunjangan, kesra, dan lain-lain.
2.
Belanja Telepon, Air dan Listrik (TAL).
3.
Belanja Dedicated Program yakni program yang berskala besar, monumental,
dan berdampak luas pada kepentingan publik.
4.
Belanja Kegiatan Tahun Jamak (multi years) yakni kegiatan yang diselesaikan
lebih dari setahun dan telah memperoleh persetujuan DPRD.
5.
Belanja Prioritas SKPD yakni untuk membiayai kegiatan sesuai tupoksi dan
urusan pemerintahan.
Pada setiap tahunnya, Belanja daerah nantinya akan dikelompokkan dalam
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib meliputi: pendidikan; kesehatan;
lingkungan hidup; pekerjaan umum; penataan ruang; perencanaan pembangunan;
perumahan; kepemudaan dan olahraga; penanaman modal; koperasi dan usaha
kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil; ketenagakerjaan;
ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; keluarga
berencana dan keluarga sejahtera; perhubungan; komunikasi dan informatika;
pertanahan; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; otonomi daerah,
pemerintahan
umum,
administrasi
keuangan
daerah,
perangkat
daerah,
kepegawaian, dan persandian; pemberdayaan masyarakat dan Kelurahan; sosial;
kebudayaan; statistik; kearsipan; dan perpustakaan. Sedangkan urusan pilihan
meliputi: kelautan dan perikanan; pertanian; pariwisata; industri; perdagangan;
dan ketransmigrasian.
Arah kebijakan Belanja Daerah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Menitikberatkan pada Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang sesuai denga
Prioritas Pembangunan Kota
2.
Menjalankan participatory program and budgeting untuk isu-isu yang
dominant antara lain: pendidikan, kesehatan, Lingkungan dan transportasi.
3.
Melakukan efisiensi belanja, melalui :
• Meminimalkan belanja yang tidak langsung dirasakan pada masyarakat;
• Melakukan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat
efektivitas setiap program;
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 17
• Melakukan prudent spending melalui pemetaan profil resiko atas setiap
belanja kegiatan beserta perencanaan langkah antisipasinya.
4.
Belanja daerah disusun berdasarkan sasaran/target kinerja Satuan Kerja
Perangkat
Daerah
(SKPD)
yang
harus
dicapai
setiap
tahunnya.
(performance-based budgeting)
5.
Melakukan analisis khusus untuk permasalahan gender, anak, ibu hamil,
pendidikan, ekonomi kerakyatan, birokrasi, asuransi sosial pensiun, dan
jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
6.
Memberikan bantuan-bantuan (khususnya) keuangan dalam bentuk:
• Subsidi, untuk menolong kelompok ekonomi lemah dalam mengakses
fasilitas publik.
• Hibah, untuk menyentuh kegiatan/usaha penduduk/komunitas sebagai
seed money yang berperan untuk mendorong perangkat kelurahan
berperan sebagai urban manager.
• Bantuan sosial, untuk menyentuh komunitas sosial tertentu dalam rangka
pembangunan modal sosial.
• Bantuan
keuangan,
untuk
memberikan
insentif/disinsentif
kepada
pemerintah Kota/Daerah lainnya dalam rangka kerjasama/komitmen antar
pemerintah Kota/daerah.
7.
Membangun Medium Term Expenditure Framework (MTEF) terutama untuk
menyelesaikan program-program yang harus dirampungkan dalam lebih dari
satu tahun anggaran.
8.
Memperjelas kerangka regulasi untuk setiap penetapan jenis belanja dan
pagu alokasi dari setiap SKPD.
9.
Meningkatkan proporsi alokasi belanja pada tingkat Kecamatan, Kelurahan
dan UPT;
10. Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang langsung
menyentuh kepentingan masyarakat.
Estimasi perkembangan belanja daera Kota Surabaya tahun 2011-2015
terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung. Belanja langsung terdiri belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Sedangkan belanja tidak
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 18
langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan
belanja tak terduga. Estimasi pertumbuhan belanja tidak langsung dari tahun
2011-2015 memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar 7,46% dengan pertumbuhan
di tiap tahunnya yang fluktuatif. Sedangkan estimasi pertumbuhan belanja
langsung dari tahun 2011-2015 memiliki pertumbuhan sebesar 7,54%. Namun,
pertumbuhan belanja Kota Surabaya secara keseluruhan dari tahun 2011-2015
mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 7,51%.
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 19
Tabel 3.9
Estimasi Perkembangan Belanja Daerah
Tahun 2011 – 2015
No.
2.1
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.8
2
2.1
2.2
2.3
URAIAN BELANJA
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/
Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga
Sub Jumlah
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Sub Jumlah
Jumlah Belanja
SURPLUS/(DEFISIT)
2011
2012
1.557.468.205.305
7.102.500.000
2013
2014
2015
437.308.349.354
4.600.000.000
1.636.303.702.595
5.425.660.144
408.173.851.656
4.600.000.000
1.719.767.188.879
4.658.910.637
420.443.723.884
4.600.000.000
1.810.003.166.639
4.260.731.532
437.666.930.640
4.600.000.000
1.909.863.616.273
494.173.629.966
4.600.000.000
3.190.280.754
1.200.000.000
1.230.000.000
1.300.000.000
1.340.000.000
1.900.000.000
1.900.000.000
1.900.000.000
1.900.000.000
1.900.000.000
10.000.000.000
2.021.569.335.413
10.000.000.000
2.067.603.214.395
10.000.000.000
2.162.599.823.400
10.000.000.000
2.269.730.828.811
10.000.000.000
2.421.877.246.239
407.778.425.445
1.474.197.158.850
1.291.557.292.019
3.173.532.876.314
5.195.102.211.727
435.552.871.110
1.533.385.581.008
1.345.578.294.546
3.314.516.746.664
5.382.119.961.059
463.188.041.930
1.597.302.852.473
1.404.905.053.995
3.465.395.948.399
5.627.995.771.799
487.411.619.986
1.665.938.099.901
1.473.007.869.143
3.626.357.589.030
5.896.088.417.842
509.857.057.196
1.739.007.319.080
1.551.386.984.204
3.800.251.360.480
6.222.128.606.719
(1.223.413.607.402)
(1.094.805.518.650)
(976.352.617.501)
(815.004.774.688)
(628.139.702.276)
Sumber Data Bappeko Kota Surabaya, diolah
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015
III ‐ 20 III.4.
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN
III.4.I. Arah Kebijakan Pendapatan Kota
Otonomi daerah menimbulkan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah
untuk menyelenggarakan segala urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
dalam rangka mencapai kemakmuran, kesejahteraan, dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang mampu memberikan kepuasan. Untuk dapat mencapai
maksud tersebut, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan diperlukan
kemampuan pendanaan dari pemerintah daerah berkaitan dengan upaya
melakukan optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah. Pendapatan Daerah
merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri maupun
alokasi dari Pemerintah Pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak perlu
dibayar kembali oleh daerah.
Pendapatan daerah Kota Surabaya terdiri dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan
Daerah yang sah, diuraikan sebagai berikut :
a. Pendapatan Asli Daerah.
Seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
kepada daerah guna melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
tuntutan peningkatan PAD semakin besar, mengingat palayanan kepada
masyarakat selayaknya memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Kebijakan yang ditetapkan untuk meningkatkan PAD dirumuskan sebagai
berikut :
1. Intensifikasi
Pajak
atau
Retribusi
daerah
diantaranya
melalui
penyempurnaan sistem pelayanan pajak dan retribusi daerah, optimalisasi
pelaksanaan landasan hukum yang berkaitan dengan penerimaan daerah
yaitu dengan cara memperbarui tarif pajak maupun retribusi, meningkatkan
pengawasan terhadap pemungutan pajak atau retribusi, meningkatkan
koordinasi dan kerja sama antar unit satuan kerja terkait agar penerimaan
pajak atau retribusi dapat lebih optimal, dan penagihan piutang pajak yang
sulit ditagih;
2. Ekstensifikasi Pajak atau Retribusi daerah diantaranya melalui Pengkajian
jenis
retribusi
baru
yang
tidak
kontra
produktif
terhadap
kinerja
perekonomian daerah, pengkajian jenis retribusi yang tidak layak dan perlu
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 21
dihapus, pengkajian mekanisme pajak atau retribusi untuk target kelompok
baru terutama sektor-sektor ekonomi yang belum tergarap misalnya dari
sektor informal;
3. Pengelolaan BUMD yang efisien dan efektif diantaranya melalui Perbaikan
manajemen dan profesionalisme perusahaan BUMD, divestasi modal
Pemerintah Kota pada perusahaan yang merugi dan pembinaan yang
semakin intensif oleh instansi pembina.
4. Meminimalkan kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah
melalui peningkatan sistem pemungutan, sistem pengendalian dan
pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya
efektifitas dan efisiensi, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui
pemberian insentif biaya pemungutan.
b. Dana Perimbangan.
Dana Perimbangan merupakan pendapatan pemerintah daerah yang berasal
dari pemerintah pusat. Pendapatan yang diperoleh dari dana perimbangan
pada dasarnya merupakan hak pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari
revenue sharing policy. Konsep revenue sharing didasarkan atas pemikiran
untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan.
Seiring meningkatnya
tuntutan akuntabilitas kinerja pemerintah maka kebijakan revenue sharing
harus transparan, demokratis dan adil. Terhadap dana perimbangan ini maka
kebijakan yang ditetapkan adalah :
1) Pemerintah Kota secara aktif ikut serta dalam melakukan pendataan
terhadap wajib pajak dan pendapatan lainnya yang nantinya merupakan
Pendapatan Bagi Hasil bagi Daerah.
2) Melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan terhadap
formula bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi dengan
Pemerintah Pusat, sehingga alokasi yang diterima sesuai dengan
kontribusi yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan yang akan
direncanakan.
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 22
c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah pendapatan
daerah yang berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya, dan Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus. Kebijakan yang
ditetapkan untuk pendapatan tersebut adalah aktif bekerja sama dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur guna meningkatkan penerimaan dari sektor
pajak yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi.
III.4.II. Arah Kebijakan Belanja Daerah
Dari perkembangan yang terjadi selama pelaksanaan otonomi daerah,
sistem dan mekanisme APBD selama periode 2006 – 2010 telah mengalami
perubahan. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun
2006 yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59
tahun 2007, mekanisme APBD menggunakan sistem anggaran kinerja. Sistem
tersebut berakibat pada perencanaan penganggaran terutama pada sisi belanja
daerah yang harus terukur baik kinerja maupun jumlah kebutuhannya.
Belanja Daerah merupakan perwujudan dari kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang berbentuk kuantitatif.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kebijakan belanja Pemerintah Kota
Surabaya diprioritaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah dan diarahkan untuk hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan.
b. Pemerataan Pembangunan dan Pemantapan Infrastruktur;
c. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan;
d. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan;
e. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan dan Peningkatan Pelayanan
Publik;
f. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dengan Menciptakan Kemandirian Kerja
dan Perluasan Lapangan Kerja;
g. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dan upaya pemenuhan
kebutuhan dasar sarana dan prasarana pelayanan masyarakat;
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 23
h. Meningkatkan
alokasi
anggaran
pada
bidang-bidang
yang
langsung
menyentuh kepentingan masyarakat (public interest);
i.
Mengakomodir sebanyak-banyaknya aspirasi dan kepentingan masyarakat
dalam skala mikro (bottom up);
j.
Memantapkan akuntabilitas publik dan efisiensi pengelolaan belanja;
k. Menjamin terlaksananya program kegiatan skala besar dan prioritas (dedicated
program).
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2011‐2015 III ‐ 24
Download