analisis unsur intrinsik cerpen guru karya putu

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN GURU KARYA
PUTU WIJAYA DAN PERENCANAAN PEMBELAJARANNYA DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMA KELAS XII
SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Wahyu Apriliani
NIM: 131224016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN GURU KARYA
PUTU WIJAYA DAN PERENCANAAN PEMBELAJARANNYA
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA
SMA KELAS XII SEMESTER 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Wahyu Apriliani
NIM: 131224016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing dalam setiap
langkah yang dilalui peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Orang tua tercinta Bapak Andreas dan Ibu Sagirah yang selalu
memberikan dukungan, semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Adikku Dwi Astuti Lestari yang selalu memberikan dukungan dan doa
dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Sahabat dan teman-teman tercinta
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Matius 7:7
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah
dalam doa!”
(Roma 12:12)
“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan
kepadamu”
(Markus 11:24)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Apriliani, Wahyu. 2017. Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu
Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan
Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1. Skripsi,
Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru
dan mendeskripsikan perencanaan pembelajarannya dengan pendekatan
kontekstual untuk siswa SMA Kelas XII semester 1. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen Guru. Sumber data yang
dalam penelitian ini adalah cerpen Guru karya Putu Wijaya dan guru bahasa
Indonesia.
Hasil analisis cerpen Guru meliputi unsur tokoh dan penokohan, alur,
latar, sudut pandang, tema, amanat gaya bahasa sebagai berikut. Tokoh dalam
cerpen Guru adalah ayah Taksu, Taksu, dan Ibu. Alur dalam cerpen tersebut
adalah alur campuran. Latar dalam cerpen ini adalah terdapat tiga unsur latar,
yaitu: latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Tema dalam cerpen tersebut
“Tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi guru”. amanat yang terdapat dalam
cerpen Guru adalah jangan memaksakan kehendak orang lain. Sudut pandang
dalam cerpen ini adalah sudut pandang campuran. Gaya bahasa yang digunakan
pengarang sangat sederhana dan sering mengandung asosiasi yaitu perbandingan
dua hal yang dianggap berbeda tetapi dianggap sama. Perencanaan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang terdiri dari 7 langkah (1)
menemukan unsur intrinsik cerpen Guru, (2) menganalisis unsur intrinsik, (3)
bertanya mengenai unsur intrinsik, (4) diskusi dengan kelompok, (5) contoh
cerpen yang sudah dianalisis, (6) refleksi pembelajaran, (7) guru memberikan
penilaian.
Berdasarkan hasil analisis unsur intrinsik cerpen Guru dan alternatif
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Peneliti menyusun silabus dan RPP
sebagai implementasi pembelajaran sastra SMA kelas XII Semester 1.
Kata kunci: Cerpen, Pendekatan Kontekstual, Pembelajaran Sastra di SMA
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Apriliani, Wahyu. 2017. The Analysis of Intrinsic Elements in the Short Story of
Guru by Putu Wijaya and The Learning Planning Using a Contextual
Approach for the First Semester of Twelve Grade Students of Senior
High School. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Education,
Faculty of Teachership and Education Studies Program, Faculty of Sanata
Dharma University.
The purpose of this thesis is to analyze and describe the instrinsic element
of Guru short story and alternative implementation of the intrinsic elements of
Guru shortstory by Putu Wijaya with contextual approach for the twelfth grade
senior high school students in the first semester. This research is a qualitative
descriptive research. Qualitative descriptive method is used to analyze and
describe the intrinsic element of Guru short story. The sources of data in the
research is Guru short story by Putu Wijaya and Indonesian language teacher.
The results of the Guru short story analysis include elements of character
and characterization, plot, background, point of view, theme, language style.
Figures in the Guru short story is the Taksu's father, Taksu, and Taksu's Mother.
The plot in this short story is mixed plot. There are three background elements in
this short story, which is: background scene, time background and social
background. The theme in this short story is "The determination of a child who
dream to be a teacher". The message in the Guru short story is not to impose the
will of others. The point of view in this short story is a mixed point of view. The
language style used by the author is very simple and often contains an association
that is a comparison between two things that are perceived differently but are
considered equal. Learning planning in contextual approach consisting of (1)
constructivism, (2) inquiry activities , (3) asking, (4) group discussion, (5)
modeling, (6) reflection, (7) authentic assessment.
Based on the analysis results of intrinsic element of the Guru short story
and the alternative of learning with contextual approach. Researcher compile
syllabus and RPP as implementation of learning literature for the twelfth grade
students in the first semester
Keywords: Short story, Contextual Approach, Literature Learning in Senior High
School
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah senantiasa membimbing, melindungi,
memberikan rahmat dan karunia
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Unsur
Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan Pembelajarannya
dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1”.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku ketua Program Studi PBSI yang telah
memberikan dukungan, dan nasihat kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku wakil ketua Program Studi PBSI
yang telah memberikan dukungan dan nasihat kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan dukungan, pendampingan, pengarahan, saran, serta nasihat
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan dukungan, arahan, serta saran dan nasihat kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen trianggulator yang telah memberikan
penilaian berserta komentar dan saran untuk memperbaiki analisis cerpen.
7. C. Suparjana, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Stella Duce Bantul
yang memberikan penilaian dan komentar serta saran dalam menyelesaikan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
8. Maria Pudyastuti S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia SMA Stella Duce
Bantul yang memberikan penilaian dan komentar serta saran dalam
menyelesaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Segenap keluarga besar SMA Stella Duce Bantul yang telah memberikan izin
dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memotivasi peneliti
dalam mendalami ilmu bahasa dan sastra Indonesia sebagai bekal dalam dunia
kerja.
11. Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan informasi berkaitan
dengan penyelesaian skripsi ini.
12. Kedua orang tua penulis Andreas dan Sagirah yang selalu memberikan
dukungan, semangat, kasih sayang dan doa kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Adik peneliti Dwi Astuti Lestari yang selalu memberikan semangat, dukungan
dan doa kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Yohanes Pangestu Tri Panuju yang telah memberikan dukungan, semangat
dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Laurensia Louisa Migi yang telah memberikan dukungan, semangat, doa serta
bantuan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
16. Ade Chintya Sitorus yang selalu memberikan dukungan dan semangat dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
17. Eviliana Sinta Saputri yang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan
bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
18. Ignatia Wiwik Ambarwati yang telah memberikan dukungan, semangat, doa
dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
19. Bernadette Vega Isti Paila yang telah memberikan dukungan, semangat, doa
dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
20. Fransisca Ayu yang selalu memberikan dukungan dan semangat dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
21. Ester Rias Devi Anastasia yang selalu memberikan dukungan dan semangat
dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
iv
MOTO………………………. ...................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................
vii
ABSTRAK .................................................................................................
viii
ABSTRACK ................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...............................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................
7
1.5 Batasan Istilah .............................................................................
8
1.6 Sistematika Penyajian .................................................................
11
BAB II
LANDASAN TEORI................................................................
13
2.1
Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................
13
2.2
Kajian Teori ...............................................................................
17
2.2.1 Pengertian Cerita Pendek............................................................
17
2.2.2
Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek ............................................
18
a. Tema..............................................................................
18
b. Alur ...............................................................................
19
c. Latar..................................... .........................................
22
d. Tokoh....................................... .....................................
24
e. Penokohan.......................................... ...........................
25
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Sudut Pandang ..............................................................
30
g. Amanat ..........................................................................
33
h. Gaya Bahasa................................................................. .
33
2.3 Pendekatan Kontekstual ..................................................................
34
a. Definisi Pendekatan Kontesktual .................................
34
b. Karakteristik CTL .........................................................
35
c. Komponen Pendekatan Kontekstual..............................
37
d. Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual......................
43
e. Langkah-langkah Penerapan CTL di kelas ...................
44
2.4 Pembelajaran Sastra di sekolah SMA .............................................
48
2.4.1
Silabus ........................................ .........................................................
56
2.4.2
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD)........................................ .....................................................
56
2.5 Kerangka Berpikir ..............................................................................
59
BAB III METODE PENELITIAN........................................................
60
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................
60
3.2 Data dan Sumber Data..............................................................
61
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................
62
3.4 Instrumen penelitian .................................................................
63
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................
64
3.6 Trianggulasi............................................................. .................
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................
67
4.1 Deskripsi Data ............................................................................
68
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “Guru” karya Putu Wijaya......
68
4.3 Perencanaan Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerpen “Guru”
Karya Putu Wijaya dengan Pendekatan Kontekstual................
111
1. Kontruktivisme............................................................ ......................
112
2. Kegiatan Inkuiri....................................................... ...................
113
3. Bertanya.................................................... ..................................
113
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Diskusi Kelompok.......................................................................
115
5. Pemodelan......................................................................... ...........
115
6. Refleksi............................................................................. ..........
116
7. Penilaian Autentik.............................................................. .........
117
4.4 Perencanaan Pembelajaran tema, alur, latar, tokoh, penokohan,
sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen Guru
karya Putu Wijaya.......................................................................
117
4.5 Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................
118
BAB V PENUTUP....................................................................................
121
5.1 Kesimpulan...............................................................................
121
5.2 Saran .........................................................................................
124
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
125
LAMPIRAN ...............................................................................................
127
BIODATA............................................................ ......................................
211
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DARTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ....................................... .............................................
128
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............................
130
Lampiran 3 Teks Cerpen Guru Karya Putu Wijaya ................................ ...
151
Lampiran 4 Penilaian RPP.......................................... ................................
160
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DARTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi-kisi RPP ....................................... .......................................
172
Tabel 1.2 Rubrik Penilaian RPP .................................................................
174
Tabel 1.3 Triangulasi....................................... ...........................................
179
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang (1) latar belakang, (2)
rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5)
batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian.
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya, karya sastra adalah refleksi dari kehidupan
masyarakat. Sebagai refleksi, karya sastra memang tidak sepenuhnya
meniru secara benar dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi
memberikan pelajaran dan kemungkinan dari sudut pandang estetis
terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam masyarakat
(Djojosuroto, 2006:58). Melalui karya sastra, pembaca akan
menikmati realitas imajinasi pengarang melalui tokoh, peristiwa, dan
latar yang disajikan. Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang
hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi
yang didukung oleh pengalaman atas kehidupan seseorang
(Djojosuroto, 2006:77).
Dalam memahami karya sastra, peranan bahasa sangat
penting. Sastra khususnya fiksi, sering disebut sebagai dunia dalam
kata. Hal itu disebabkan “dunia” diciptakan, dibangun, ditawarkan,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
diabstrakkan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata (bahasa).
Apapun yang dikatakan pengarang ataupun sebaliknya ditafsirkan
oleh
pembaca,
bersangkutan
dengan
bahasa
(Nurgiantoro,
2009:272).
Pembelajaran
bahasa
Indonesia
menekankan
pada
pemerolehan empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan
berbicara, menyimak, menulis dan membaca. Keempat keterampilan
berbahasa tersebut saling berkaitan. Aspek kemampuan bersastra
meliputi kemampuan apresiasi (pengahayatan) dan yang kedua,
kemampuan ekspresi (menampilkan) sebuah karya. Peserta didik
harus mampu menguasai empat keterampilan berbahasa tersebut,
karena saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya sastra di
jenjang SMA sangat memprihatinkan. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu pertama,
peserta didik lebih cenderung mendengarkan guru ceramah di dalam
kelas, sehingga siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Hal ini membuat peserta didik jenuh dalam mengikuti pembelajaran
dan kedua, penggunaan pendekatan atau metode dan media yang
digunakan guru kurang bervariasi, sehingga membuat pembelajaran
membosankan dan monoton. Oleh karena itu, seorang guru harus
bisa membuat suasana kelas lebih menyenangkan dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
membosankan.
Dengan
adanya
faktor
tersebut
dibutuhkan
pendekatan yang dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran
Pemilihan pendekatan yang tepat dapat dijadikan sebagai
tolok
ukur
sebagai
keberhasilan
pembelajaran.
Salah
satu
pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, yaitu pendekatan kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa agar
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Muslich, 2007:41). Dengan
konsep ini, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran
kontekstual
bukan
merupakan
suatu
pendekatan yang baru. Pembelajaran kontekstual atau contextual
teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilkinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
kontekstual
yakni:
kontruktivisme
(contructivism),
bertanya
(queationing), inquiri (inquiry), masyarakat belajar (learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
community), refleksi (reflection), pemodelan (modeling), dan
penilaian otentik (authentic assessment) (Trianto, 2009:107).
Pendekatan CTL muncul sebagai reaksi terhadap teori
behavioristik yang mendominasi pendidikan selama puluhan tahun.
Pengajaran dengan menggunakan pendekatan CTL memungkinkan
siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan di
dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan
masalah-masalah
disimulasikan
dunia
nyata
(Iskandarwassid,
atau
masalah-masalah
2009:27).
Dengan
yang
adanya
pendekatan kontekstual, guru dapat lebih mudah mengajarkan sastra
khususnya cerpen kepada peserta didik.
Pembelajaran
karya
sastra
khususnya
cerita
pendek
dirancang oleh peneliti untuk dapat membantu peserta didik dalam
menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek.
Peneliti memilih cerita pendek Guru karya Putu Wijaya sebagai
objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual,
karena cerita pendek Guru ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran sastra Indonesia di kelas XII semester 1. Peneliti
hanya fokus pada unsur intrinsik yaitu menganalisis tema, latar, alur,
sudut pandang, penokohan, amanat dan gaya bahasa yang terdapat
dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Cerpen Guru menceritakan tentang seorang anak yang
bercita-cita menjadi seorang guru, tetapi banyak hambatan untuk
meraih cita-cita yang ia inginkan. Anak itu bernama Taksu, ia
merupakan anak tunggal. Ayah dan ibunya tidak setuju dengan
keinginan Taksu yang bercita-cita menjadi seorang guru. Mereka
menganggap menjadi seorang guru itu tidak mempunyai masa depan
dan dunianya suram. Taksu tetap mempertahankan cita-citanya
sebagai seorang guru. Peneliti menggunakan pendekatan kontekstual
dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek Guru karya Putu
Wijaya, agar siswa dapat mengaitkan unsur intrinsik yang terdapat
dalam cerita pendek Guru dengan kehidupan sosial dan kehidupan
nyata. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Analisis Unsur
Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dan Perencanaan
Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa
SMA Kelas XII Semester 1”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah dua
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Guru”
karya Putu Wijaya yang ditinjau dari tokoh, penokohan, alur,
latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran unsur intrinsik cerpen
“Guru” karya Putu Wijaya dengan pendekatan kontekstual untuk
siswa SMA kelas XII Semester I?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mendeskripsikan hasil analisis struktur cerpen “Guru” karya
Putu Wijaya ditinjau dari tokoh, penokohan, alur, latar, sudut
pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat.
2. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran unsur intrinsik
cerpen “Guru” dengan pendekatan kontekstual untuk Siswa
SMA kelas XII Semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat
kepada pembaca. Adapun manfaatnya sebagai berikut:
1) Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan (1) dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan mengenai sastra khususnya cerita pendek, (2) dapat
menambah wawasan tentang pembelajaran unsur intrinsik cerita
pendek Guru karya Putu Wijaya dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
2) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru-guru khususnya
guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra dan dijadikan
sebagai bahan untuk materi pengajaran dan strategi pengajaran
sastra khususnya cerita pendek.
3) Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman peneliti
terhadap strategi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.5 Batasan Istilah
Peneliti membatasi beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian ini. Berikut ini akan disajikan beberapa istilah atau konsep
yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Sastra
Sastra merupakan cabang seni, yaitu hasil cipta dan ekspresi
manusia yang estetis (indah). Keindahan seni sastra disampaikan
dengan media bahasa. dari sinilah, bahasa mempunyai peran
yang istimewa dalam sastra karena sastra mewujudkan dirinya
dengan bahasa, dan bahasa dalam perkembangannya juga
ditentukan oleh sastra, yaitu sastra untuk melakukan eksplorasi
kreativitas bahasa, baik kata, frasa, klausa, dan kalimat yang
tujuannya untuk mencapai nilai estetis (Kurniawan, 2012:1).
2. Cerita pendek
Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali
duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Suatu
hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk membaca
sebuah novel (Poe melalui Nurgiyantoro 2007:10).
3. Tema
Tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami sebagai
sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.
(Nurgiyantoro, 2005:80)
4. Alur (Plot)
Plot merupakan hubungan antar peristiwa yang bersifat sebabakibat, tidak hanya jalinan peristiwa secara kronologis
(Nurgiyantoro, 2009:112).
5. Latar
Latar dibedakan menjadi dua, latar netral dan latar tipikal.
Latar netral merupakan latar yang tidak mendeskripsikan secara
khas dan tidak memiliki sifat fungsional. Lain halnya dengan
latar tipikal, latar tipikal menjelaskan secara konkret sifat khas
latar tertentu. (Nurgiyantoro, 2009:220)
6. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. (Sudjiman via
Budianta, 2008:86)
7. Penokohan
Penokohan
pengalaman
mengacu
tokoh
pada
dalam
teknik
sebuah
Wahyuningtyas & Santoso, 2011:5)
perwujudan
cerita.
dan
(Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
8. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara penyajian cerita, peristiwaperistiwa, dan tindakan-tindakan pada karya fiksi berdasarkan
posisi pengarang di dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009:246).
9. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara
seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan
menceritakan dalam sebuah cerpen (Jakob Sumardjo dalam
Korrie Layun Rampan 2009:8).
10. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis
kepada pembaca (Wiyanto, 2004:25).
11. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi
nyata
pengetahuan
siswa
yang
dan
mendorong
dimiliki
dengan
siswa
mengaitkan
penerapannya
dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat
(Nurhadi dalam Rusman, 2012:190).
12. Implementasi
Im-ple-men-ta-si/ n/ pelaksanaan; penerapan (Depdiknas,
2008:529).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
13. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiaptiap satuan pendidikan/ sekolah (Muslich, 2007:10).
14. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang implementasi kurikulum, yang mencakup kegiatan
pembelajaran,
pengelolaan
kurikulum
berbasis
sekolah,
kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas
(Mulyasa, 2008:133).
15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru
ketika proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP yang ada,
baik dibuat sendiri oleh guru maupun bukan maka RPP dapat
membantu
menerapkan
(Muslich, 2007:45).
pembelajaran
secara
terprogram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima
bab. Bab I ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika
penyajian.
Bab II berisi landasan teori. Pada bab ini menguraikan
penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir.
Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian-penelitian yang
sejenis dengan topik ini. Kajian teori berisi uraian tentang sastra,
metode kontekstual, dan pembelajaran sastra di SMA.
Bab III berisi tentang metodologi penelitian. Bab ini
menguraikan jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber
data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik
analisis data.
Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan. Pada
bab ini terdiri dari deskripsi data, pembahasaan langkah-langkah
pendekatan kontekstual untuk menentukan unsur intrinsik, hasil
analisis penilaian produk RPP untuk siswa SMA kelas XII semester
1.
Bab V merupakan penutup. Pada bab ini menguraikan
kesimpulan, implikasi dan saran yang bermanfaat bagi pihak yang
terkait dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini merupakan bab landasan teori, di mana di dalamnya akan dikaji dua
hal, yaitu (1) penelitian terdahulu yang relevan dan (2) kajian teori. Kedua hal
tersebut akan dijelaskan satu per satu dalam sub bab di bawah ini.
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya
dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa
SMA Kelas XII Semester 1” peneliti menemukan dua penelitian yang relevan
dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain: “Unsur Intrinsik Cerpen
Tuhan Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis karya A.S Laksana dan
Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk Siswa Kelas XII Semester 1” diteliti oleh Theresia Rita Listiana
mahasiswa PBSI, Universitas Sanata Dharma (2004). ). Kedua,“Metode
Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” diteliti oleh
Vitalis Cicik Novika mahasiswa PBSI, Universitas Sanata Dharma (2012).
Penelitian yang pertama, Theresia Rita Listiana (2004) yang berjudul “Unsur
Intrinsik Cerpen Tuhan Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis karya A.S
Laksana dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk Siswa Kelas XII Semester 1” Penelitian ini mengkaji
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dan memaparkan unsur intrinsik dan hubungan unsur interinsik yang terdapat di
dalam cerita pendek. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan struktural yang menghasilkan
data-data deskriptif berupa analisis cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S Laksana. Pendekatan struktural pada
penelitian ini memfokuskan pada unsur intrinsik, seperti tokoh, latar, tema, alur,
amanat, bahasa, sudut pandang dan hubungan antarunsur cerpen. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis. Sedangkan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
simak (membaca) dan teknik catat.
Hasil analisis cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana terdapat lima tokoh, yaitu (1) Alit sebagai tokoh utama dan
tokoh antagonis, (2) Gadis cantik sebagai tokoh sederhana, (3) Pawang Tua
sebagai tokoh tambahan, (4) Tuhan sebagai tokoh statis, dan (5) Duda tua sebagai
tokoh statis. Latar yang digunakan tidak mengacu pada suatu daerah tertentu
tetapi meliputi tiga unsur latar, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Alur yang digunakan ialah alur maju karena jalan peristiwa dalam cerita secara
kronologis maju, runtut dari awal, tengah, hingga akhir. Tema yang terkandung
dalam cerpen adalah pertarungan dalam cerpen adalah pertarungan yang remis.
Amanat yang disampaikan adalah jangan dengan mudah mengambil
keputusan demi keputusan terhadap jalan hidup. Sudut pandang yang digunakan
adalah sudut pandang orang pertama “aku”, yaitu dalam pengisahan cerita
pengarang sebagai pelaku cerita. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sehari-hari. Relevansi penelitian pertama dengan “Pembelajaran Tokoh, Alur,
Latar, Sudut Pandang, Tema, Amanat, dan Gaya Berbahasa Cerpen “Guru” Karya
Putu Wijaya Dengan Metode Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester
I” terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan
penelitian ini terdapat pada menganalisis unsur intrinsik cerpen. Sedangkan
perbedaan penelitian ini terletak pada pendekatan, penelitian yang dilakukan
Theresia Rita Listiana (2004) menggunakan pendekatan struktural, sedangkan
penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual.
Penelitian yang kedua, Vitalis Cicik Novika (2012) yang berjudul “Metode
Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh dan Penokohan novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan
novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia untuk Siswa SMA kelas XI
Semester 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
deskriptif. Karena metode yang digunakan adalah metode deskriptif, penelitian ini
mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Rumah Tanpa
Jendela karya Asma Nadia. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua yaitu sumber data utama dan sumber data penunjang. Sumber data penunjang
yaitu buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaan kontekstual, tokoh serta
perwatakan. Sedangkan, sumber data utama yaitu sumber dimana didapatkannya
informasi dari data yang diteliti. Dalam hal ini, sumber data utamanya adalah
metode kontekstual dalam pembelajaran tokoh dan penokohan novel Rumah
Tanpa Jendela karya Asma Nadia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam menganalisis tokoh dan
penokohan, pada langkah pertama peserta didik membaca secara keseluruhan dan
membuat sinopsis novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, setelah
membaca dan membuat sinopsis peneliti menandai dan mencatat nama-nama
tokoh yang terdapat dalam novel, terakhir peneliti menganalisis tokoh berdasarkan
fungsinya. Hasil yang telah dianalisis Novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma
Nadia, tokoh utama dan tokoh sentralnya adalah Rara dan Aldo. Implementasi
yang dilakukan oleh peneliti dalam wujud silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Relevansi penelitian kedua dengan penelitian “Pembelajaran Tokoh, Alur,
Latar, Sudut Pandang, Tema, Amanat, dan Gaya Berbahasa Cerpen “Guru” Karya
Putu Wijaya Dengan Metode Kontekstual Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester
I” terdapat persamaan dan perbedaan dengan peneliti terdahulu. Persamaan
penelitian ini terletak pada penggunaan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek,
sedangkan perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan Vitalis Cicik Novika
(2012) lebih fokus pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan untuk menganalisis
novel, sedangkan penelitian ini menggunakan semua unsur intrinsik untuk
menganalisis cerita pendek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2 Kajian Teori
Kajian teori yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu kajian
mengenai hakikat sastra, pengertian cerita pendek, unsur intrinsik cerita
pendek, metode kontekstual, pembelajaran sastra di SMA.
2.2.1
Pengertian Cerita Pendek
Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk,
kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Suatu hal yang kiranya tidak
mungkin dilakukan untuk membaca sebuah novel (Poe melalui Nurgiyantoro
2007:10). Sedangkan Lubis melalui Rampan (2009:1) yang disebut cerpen
adalah cerita yang bisa sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali baca dengan
jumlah perkataan berkisar 300-30.000 kata. Dengan penentuan jumlah
perkataan ini belum menjamin cerita yang pendek itu dapat dikatakan cerpen.
Sebuah cerpen haruslah mengandung unsur-unsur: (1) interpretasi
pengarang tentang konsepsinya mengenai penghidupan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, (2) harus menimbulkan suatu empasan dalam pikiran
pembaca, (3) harus menimbulkan perasaan pada pembaca agar merasa terbawa
jalan cerita, cerpen pertama-tama menarik perasaan dan baru kemudian
menarik pikiran, (4) mengandung perincian dan insiden-insiden yang dipilih
dengan sengaja serta bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran
pembaca (Lubis dalam Rampan, 2009:1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah
jenis karya sastra yang diceritakan secara singkat, yang hanya di baca dalam
sekali duduk.
2.2.2
Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur utama pembangun cerpen. Unsur inilah
yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intrinsik
tersebut meliputi: tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang,
amanat, serta gaya bahasa yang digunakan pengarang. Dalam kegiatan
menganalisis unsur intrinsik cerpen seseorang pembaca untuk dapat
memahami karya sastra secara lebih mendalam haruslah secara urut
dipahami terlebih dahulu tokoh dan penokohan (perwatakan), alur
peristiwa, dan latar sebelum ia menafsirkan suatu tema. Hal ini disebabkan
tema pada umumnya tidak dikemukakan secara eksplisit, tema
bersembunyi dibalik cerita sehingga penafsiran haruslah dilakukan
berdasarkan fakta-fakta yang ada secara keseluruhan membangun cerita itu
(Nurgiyantoro, 2007:85). Berikut uraian satu persatu secara urut unsur
intrinsik cerpen.
a. Tema
Nurgiantoro (2005:80), tema adalah sebuah cerita yang dapat
dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur
cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.
Berbagai unsur fiksi seperti alur, tokoh, alat, sudut pandang, stile dan lain-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
lain berkaitan secara sinergis untuk bersama-sama mendukung eksistensi
tema. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapkan secara eksplisit,
tetapi menjiwai keseluruhan cerita tidak diragukan, dan pada umumnya
dapat dirasakan, substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat
pembacaan dan pemahaman kritis.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah
gagasan pokok pikiran yang mendasari suatu cerita yang dapat dipahami
sebagai sebuah makna.
b. Alur
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya
sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau
kejadian dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Alur
juga dapat diartikan sebagai peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita yang
memiliki penekanan pada hubungan kausalitas. Alur juga disebut sebagai
urutan-urutan kejadian dalam sebuah cerita. Hal ini sesuai dengan
pendapat Stanton (melalui Nurgiyantoro, 2010:113) yaitu, plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Struktur alur menurut Sudjiman (1992:30) terdiri dari tiga tahap yaitu
awal (paparan, rangsangan, gawatan), tengah (tikaian, rumitan, klimaks),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dan akhir (leraian, selesaian). Berikut akan dikemukakan mengenai
struktur alur menurut Sudjiman (1992:30-36).
1. Awal
a. Paparan
Penyampaian informasi kepada pembaca disebut paparan atau
eksposisi. Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita.
Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan
keterangan sekedarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisah
selanjutnya (Sudjiman, 1992:32).
b. Rangsangan
Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru
yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh
hal lain, misalnya oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang
semula terasa laras. Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun
oleh rangsangan dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman,
1992:33).
c. Gawatan
Tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh
rangsangan, dan berapa lama sesudah itu sampai pada gawatan (Sudjiman,
1992:23). Gawatan biasanya adalah perkembangan cerita setelah
rangsangan. Dalam gawatan akan timbul permasalahan yang terjadi dalam
sebuah cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Tengah
d. Tikaian
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan, satu diantaranya diwakili oleh manusia
pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita (Sudjiman,
1992:34-35). Tikaian merupakan pertentangan antara dirinya dengan
kekuatan alam, dengan masyarakat, orang atau tokoh lain, atau
pertentangan antara dua unsur dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman,
1992:35).
e. Rumitan
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita di
sebut rumitan (Sudjiman, 1992:35). Rumitan biasanya timbul setelah
peselisihan dan adanya pertentangan diantara tokoh. Dalam rumitan juga
sudah muncul permasalahan yang menimbulkan klimaks permasalahan
yang terjadi.
f. Klimaks
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya. Di
dalam cerita rekaan, rumitan sangat penting. Tanpa rumitan yang memadai
tikaian akan lamban. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima
seluruh dampak dari klimaks (Sudjiman, 1992:35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. Akhir
g. Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah klimaks yang menunjukkan
perkembangan peristiwa ke arah selesaian (Sudjiman, 1992:35). Dalam
leraian sudah dapat terlihat adanya penyelesaian masalah menuju
selesaian. Di sini, konflik akan semakin menuju perubahan dengan adanya
selesaian.
h. Selesaian
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh jadi
mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy ending). Boleh
juga mengandung penyelesaian masalah yang menyedihkan; misalnya si
tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok masalah tetap menggantung tanpa
pemecahan. Jadi, cerita sampai pada selesaian tanpa menyelesaikan
masalah, keadaan yang penuh ketidakpastiaan, ketidakjelasan, ataupun
ketidakpastiaan (Sudjiman, 1992:36).
c. Latar
Abrams dalam Nurgiyantoro (2009:216), fiksi sebagai sebuah dunia,
selain membutuhkan tokoh, cerita, plot, dan tokoh juga memerlukan latar.
Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu mengarah pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Brooks (melalui Tarigan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1991:136) mendefinisikan latar adalah sebagai latar belakang fisik, unsur
tempat dan ruang dalam suatu cerita.
Nurgiyantoro (2009:217-219) mengemukakan tahap awal cerita pada
umumnya berisi penyesuaian, pengenalan terhadap berbagai hal yang
diceritakan,
misalnya
pengenalan
tokoh,
pelukis
keadaan
alam,
lingkungan, suasana tempat, mungkin berhubungan dengan waktu, dan
lain-lain yang dapat menuntut pembaca secara emosional kepada situasi
cerita. Latar merupakan pijakan cerita secara konkret dan jelas untuk
memberikan kesan secara realistis pada pembaca. Latar tempat dan waktu
dikategorikan dalam latar fisik (physical setting). Namun, latar tidak
terbatas pada tempat-tempat tertentu saja, atau bersifat fisik saja,
melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan
nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Inilah yang disebut
dengan latar spiritual (spiritual setting). Dengan demikian, latar dapat
dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
1. Latar tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial
masyarakat, nilai-nilai, tingkah laku, suasana dan sebagainya yang
mungkin berpengaruh pada penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro,
2009:227-228).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Latar waktu
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro,
2009:231) latar waktu memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu
penulisan cerita dan urutan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita.
3. Latar sosial
Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada
suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan
hidup, cara berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan
masyarakat yang kompleks (Nurgiyantoro, 2009:233).
d. Tokoh
Sudjiman (melalui Budianta dkk, 2008:86) tokoh adalah individu
rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa
dalam cerita. Jenis tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan
tokoh tambahan.
Tokoh utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan
penceritaannya dalam novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2007:176177). Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama sangat menentukan
perkembangan plot secara keseluruhan, tokoh utama selalu hadir sebagai
pelaku yang dikenai kejadian dan konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam
porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007:176-177).
Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak
dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh
utama, secara langsung ataupun tak langsung.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dalam cerita terbagi atas 2
macam, sebagai berikut.
1) Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi
kita (Altenbernd & Lewis via Nurgiyantoro, 2007:178).
2) Tokoh antagonis adalah tokoh yang melawan protagonis. Penyebab
terjadinya konflik dalam sebuah cerita adalah tokoh antagonis,
kekuatan
antagonis,
atau
keduanya
sekaligus
(Nurgiyantoro,
2007:179).
e. Penokohan
Secara etimologi karakteristik berasal dari bahasa Inggris character
atau karakter yang berarti watak atau peran. Character atau karakter bisa
juga berarti orang, masyarakat, ras, sikap, mental dan moral, kualitas nalar,
orang terkenal, tokoh dalam karya sastra (Minderop, 2011:2). Kemudian
kata character mendapat tambahan akhiran –ization yang artinya proses
sehingga characterization atau karakterisasi berarti pemeranan, pelukisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
watak. Watak, perwatakan dan karakter, menunjuk pada sikap para tokoh
seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas
pribadi seorang tokoh.
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku
(Jauhari, 2013:161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga
disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam
sebuah cerita.
Metode penokohan/karakteristik dalam karya sastra adalah metode
melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi
(Minderop, 2011:2). Beberapa cara yang dapat dipergunakan oleh
pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh (Jauhari,
2013:161) adalah sebagai berikut.
1) Melukiskan bentuk lahir pelakon (physical description)
2) Melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam
pikirannya (portrayal of thought stream or of conscious thought).
3) Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian
(Reaction to events).
4) Pengarang langsung menganalisis watak pelakon (direct author
analysis).
5) Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon (discussion of
envirinment).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
6) Pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam
suatu cerita terhadap pelaku utama (reaction of other about/to
character).
7) Pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan
tokoh utama (conversation of other about character).
Pelukisan atau penggambaran karakter (watak) tokoh, pada umumnya
pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya, metode
langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) (Minderop,
2011:6). Metode langsung (telling) dilakukan secara langsung oleh si
pengarang (Minderop, 2011:6-7). Metode ini biasanya digunakan oleh
kisah-kisah rekaan zaman duhulu sehingga pembaca hanya mengandalkan
penjelasan yang dilakukan pengarang semata. Metode ini mencakup:
(1) Karakteristik melalui penggunaan nama tokoh
Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk
memberikan
ide
atau
menimbulkan
gagasan,
memperjelas
serta
mempertajam perwatakan tokoh. Pemberian nama pada tokoh bertujuan
untuk melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan
tokoh lain.
(2) Karakteristik melalui penampilan tokoh
Dalam karya sastra, penampilan tokoh memegang peranan penting
dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dapat berbentuk apa yang
dikenakan dan bagaimana ekspresinya. Metode perwatakan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penampilan
tokoh
memberikan
kebebasan
pengarang
untuk
mengekspresikan persepsi atau sudut pandang.
(3) Karakteristik melalui tuturan pengarang
Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada
pengarang
atau
narator
dalam
menentukan
kisahnya.
Pengarang
berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh sehingga
menembus ke dalam pikiran, perasaan, dan gejolak batin tokoh. Di
samping itu, dalam metode ini pengarang tidak sekedar menggiring
perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga
mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya.
Metode tidak langsung adalah metode yang lebih banyak di pilih
penulis modern. Pada metode ini, pembaca harus memahami watak tokoh
dengan melalui dialog dan action mereka (Minderop, 2011:7-9). Metode
tidak langsung terdiri dari:
(1) Karakteristik melalui dialog
Karakteristik melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan
penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang
dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara, penekanan,
dialeg, dan kosa kata. Melalui dialog yang digunakan oleh tokoh, maka
pembaca dapat menganalisis kesimpulan berkaitan dengan penokohan atau
perwatakan tokoh yang dimaksud.
(2) Lokasi dan situasi percakapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah cerita
agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi percakapan,
pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui situasi
percakapan pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam
suatu cerita.
(3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita
yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang
berperan pula dalam cerita tersebut.
(4) Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan atau aliran tuturan.
(5) Nada, suara, tekanan, dialek
Nada suara jika di ekspresikan baik secara eksplisit maupun implisit
maka dapat memberikan gambaran kepada pembaca berkaitan dengan
watak si tokoh. Penekanan suara memberikan gambaran penting tentang
tokoh karena memperlihatkan keaslian watak tokoh. Misalnya watak
pemarah, penyabar, dan bijaksana. Selain itu, penekanan suara juga dapat
merefleksikan pendidikan, profesi dan dari kelas mana si tokoh berasal.
Dialek dan kosa kata dapat memberikan fakta penting tentang
seorang tokoh karena keduanya memperlihatkan keaslian watak. Bahkan,
dapat mengungkapkan pendidikan profesi atau status sosial di tokoh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
apakah ia seorang berpendidikan, dari kalangan tertentu, pekerjaan dan
wataknya yang hakiki.
(6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh
Watak tokoh dapat diamati melalui tingkah laku. Tingkah laku di
sini diartikan sebagai tindakan tokoh dalam cerita. Tokoh dan tingkah laku
bagaikan dua sisi mata uang. Untuk membangun watak dengan landasan
tingkah laku, pembaca harus mampu mengamati secara lebih rinci pada
setiap alur peristiwa tersebut. Selain karakterisasi melalui tindakan para
tokoh yang dapat dilakukan untuk menganalisis watak tokoh yaitu dengan
melalui ekspresi wajah dan motivasi tokoh berperilaku demikian.
Berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan, peneliti memilih
menggunakan
metode
tidak
langsung
dalam
menganalisis
penokohan/karakteristik tokoh yang terdapat pada cerpen Guru karya Putu
Wijaya karena sesuai dengan tujuan penelitian.
f. Sudut Pandang
Booth (melalui Nurgiyantoro 2010: 249) sudut pandang adalah
sebagai teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan
menyampaikan makna artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan
dengan pembaca. Sedangkan Nurgiyantoro (2010:249) sudut pandang
dibedakan menjadi tiga, yaitu sudut pandang persona ketiga “dia”, sudut
pandang persona pertama “aku”, dan sudut pandang campuran. Dalam
sudut pandang persona ketiga, pengarang menyebutkan sang tokoh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menyebut nama, atau kata ganti ia, dia, mereka, nama-nama tokoh cerita
khususnya yang utama, kerap akan terus menerus disebut, dan sebagai
variasi digunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk
mengenali siapa tokoh yang dibicarakan dan nama tokoh yang bertindak.
Sudut pandang persona ketiga “dia” dapat dibedakan menjadi dua
golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterkaitan pengarang
terhadap bahan cerita. Dua golongan tersebut adalah “dia” mahatahu dan
“dia” terbatas. Bersifat mahatahu jika pengarang, narator dapat bebas
menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia”, ia
bebas bergerak dari “dia” yang satu ke “dia” yang lain, sedangkan bersifat
terbatas jika pengarang memilki keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh
“dia” yang diceritakan.
Dalam sudut persona pertama, pengarang atau narator adalah
seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang
berkisah, mengisahkan dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan
tindakan yang diketahui, didengar, dilihat, dan dirasakan, serta sikapnya
terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Sudut pandang persona
pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan
kedudukan si “aku” dalam cerita. “aku” mungkin menduduki tokoh utama,
jadi tokoh utama protagonis, atau berlaku sebagai saksi, sedangkan sudut
pandang campuran yaitu sudut pandang di mana pengarang dalam
mengisahkan tokoh dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga
“dia” dan sudut pandang persona pertama “aku” secara bergantian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang
adalah cara pandang pengarang dalam menceritakan tokoh, agar pembaca
dapat memahami dan mengenali setiap tokoh.
g. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca
melalui karyanya dan mengandung nilai moral, makna yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan pembaca (Nurgiyantoto, 2010:323). Amanat
sering disebut moral. Moral menurut Kenny (dalam Nurgiyantoro,
2007:231) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan
dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil lewat
cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Jenis dan wujud pesan moral yang
terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan,
dan interes yang bersangkutan. Ajaran moral ini dapat mencakup seluruh
persoalan yang mencakup harkat dan martabat manusia. Persoalan hidup
hidup manusia ini dibedakan menjadi persoalan hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup
sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan
manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 2007:323).
Moral dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagi suatu saran yang
berkaitan dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu,
atau sengaja dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepada
pembaca lewat cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini sebagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
halnya tema, moral pun dapat dipandang sebagai makna, makna yang
dapat diperoleh pembaca yang mengandung unsur kemanfaatan bagi
dirinya (Nurgiyantoro, 2005:81).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita yang
mengandung nilai moral, makna dan sangat bermanfaat bagi kehidupan
pembaca.
h. Gaya Berbahasa
Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan
kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan.
Teknik itu sendiri dilain pihak merupakan suatu bentuk pilihan, dan
pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang
dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro 2010:227).
Gaya bahasa adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara
seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakan
dalam sebuah cerpen. Gaya bersifat pribadi, ia ada secara khas, sebagai
milik seorang pengarang tertentu (Jakob Sumardjo melalui Rampan 2009:
8).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan gaya berbahasa
adalah ungkapan seseorang dalam bentuk pilihan berbahasa yang
digunakan dalam karya sastra
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.2.4
Pendekatan Kontekstual
a. Definisi Pendekatan Kontekstual
Pengajaran
dan
pembelajaran
kontekstual
atau
Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu
guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi
siswa
membuat
hubungan
antara
pengetahuan
dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warna
negara, dan tenaga kerja (Trianto, 2009:104).
Metode CTL sudah lama dikembangkan oleh Jhon Dewey pada
tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada
pengembangan minat dan pengalaman siswa. Metode CTL ini juga
dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual
Teaching and Learning, yang melibatkan sebelas perguruan tinggi, dua
puluh sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia
pendidikan
di
Amerika
Serikat.
Yang melandasi
pengembangan
Contextual Teaching and Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.
Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri,
pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan
(Kesuma, 2009:187).
Menurut Depdiknas, Contextual Teaching and Learning adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan motivasi siswa untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu
pendekatan yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari, baik di dalam keluarga, di sekolah dan dengan masyarakat
sekitar yang bertujuan untuk menemukan arti dan makna di dalam
kehidupan.
b. Karakteristik CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik yang sangat khas
yang
membedakan
dengan
pendekatan
pembelajaran
yang
lain.
Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi
yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
Muslich (2011:42) karakteristik pembelajaran dengan model
pembelajaran CTL, sebagai berikut:
1. Pembelajaraan
dilaksanakan
dalam
konteks
autentik,
yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam
konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam
lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2. Pembelajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, bediskusi, saling
mengoreksi antar teman (lerning in a group).
5. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang
lain secara mendalam (learning to know each otherdeeply).
6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learing to ask, to inquiri, to work together).
7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learing
as an enjoy activity).
Sedangkan Johnson (melalui Hosnan 2014:277), terdapat delapan
utama yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu:
1.
Melakukan hubungan yang bermakna
2.
Mengerjakan pekerjaan yang berarti
3.
Mengatur cara belajar sendiri
4.
Kerja sama
5.
Berpikir kritis dan kreatif
6.
Mengasuh dan memelihara pribadi siswa
7.
Mencapai standar yang tinggi
8.
Menggunakan penilaian sebenarnya
Berdasarkan
pembelajaran
definisi
CTL
adalah
diatas
dapat
pembelajaran
disimpulkan
yang
karakteristik
diarahkan
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
ketercapaian kompetensi keterampilan, menggali pengetahuan siswa dan
berpikir secara kritis.
c. Komponen Pendekatan Kontekstual
Trianto (2009:111), pendekatan kontekstual memiliki tujuh
komponen utama, yaitu kontruktivisme (contructivis), inkuiri (inquiry),
bertanya (questioning), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian otentik (authentic assessment). Berikut ini penjelasan komponen
pendekatan kontekstual:
1. Kontruktivisme (Contructivism)
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses
belajar mengajar (Trianto 2009:111).
Rusman (2012:193), kontruktivisme merupakan landasan berpikir
(filosofi) dalam CTL yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam
CTL strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap
konsep yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap
beberapa banyak pengetahuan yang harus diingat siswa. Sedangkan
Muslich (melalui Hosnan, 2014:270), kontruktivisme adalah proses
pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara
aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pengalaman belajar yang bermakna. Dalam kontruktivisme ada hal-hal
sebagai berikut:
a. Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya.
b. Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengontruksi pengetahuan,
bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang
diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan
(konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik
mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan
memberikan kepuasan dan penemuan (discovery).
c. Belajar adalah proses aktif mengontruksi pengetahuan dari abstraksi
pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi
dan sosial untuk mencari makana dengan proses informasi sehingga
dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki.
2. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri (Trianto 2009:111).
Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri, artinya proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Secara umum, proses inquiri dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
hipotesa,
mengumpulkan
data,
menguji
hipotesis,
dan
membuat
kesimpulan (Sanjaya, 2016:265). Sedangkan menurut Rusman (2012:193)
inkuiri merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan
bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain
yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat faktafakta, tetapi merupakan hasil penemuan sendiri.
3. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan
yang
dimiliki
seseorang,
selalu
bermula
dari
“bertanya”. Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama yang
berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting
dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya (Trianto 2009:111).
Trianto (2009:115), dalam sebuah pembelajaran produktif, kegiatan
bertanya berguna untuk hal berikut ini:
a. Mengali informasi, baik administrasi maupun akademik
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
d. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
e. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
f. Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
g. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
h. Masyarakat belajar (Learning Community)
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain (Trianto 2009:111).
Rusman (2012:193) masyarakat belajar (learning Community)
adalah membiasakan siswa untuk kerja sama dan memanfaatkan sumber
belajar dari teman. Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain.
5. Pemodelan (Modelling)
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa
ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang
diketahuinya (Trianto 2009:111).
Konsep pemodelan (modelling) dalam CTL menyarankan bahwa
pembelajaran keterampilan dan pengetahuan bisa berupa pemberian
contoh tentang cara mengoperasikan sesuatu, menuntukkan hasil karya
atau mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran seperti ini
akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau
memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan model atau
contohnya (Muslich, 2007:46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
Rusman (2012:193) refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang
baru saja terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi, siswa diberi
kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati,
dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Setiap
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan
pada
dunia
nyata
akan
diaktualisasikan pada kehidupan selanjutnya yang telah diinternalisasikan
melalui pengalaman sebelumnya.
7. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Trianto 2009:111).
Penilaian memiliki beberapa kriteria yang dapat dilihat di bawah ini:
a.
Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan
b.
Berlangsung selama proses secara terintegrasi
c.
Dilakukan melalui berbagai cara (tes dan nontes)
d.
Alternatif untuk kinerja, observasi, portofolio atau jurnal
Selama ini, pembelajaran dalam pendidikan di sekolah kurang
produktif. Guru hanya memberikan materi ceramah dan guru sebagai
sumber utama pengetahuan, sementara siswa harus mengahafal. Tetapi,
dalam kelas kontekstual, guru dituntut untuk menghidupkan kelas dengan
cara mengembangkan pemikiran agar lebih bermakna dengan bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan (Hosnan, 2014:273).
Sedangkan Johnson (melalui Rusman 2012:192) terdapat delapan
komponen pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
1. Menjalin
hubungan-hubungan
yang
bermakna
(making
meaningful connections)
2. Mengajarkan
pekerjaan-pekerjaan
yang
berarti
(doing
significant work)
3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated
learning)
4. Mengadakan kolaborasi (collaborating)
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking)
6. Memberikan
layanan
secara
individual
(nurturing
the
individual)
7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high
standars)
8. Menggunakan asesmen autentik (using athentic assesment)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
d. Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual
Jhonson (melalui Hosnan 2012:276), dalam pembelajaran
kontekstual, minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan,
yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip saling ketergantungan (interdepence)
Dalam kehidupan di sekolah, siswa saling berhubungan dan
tergantung dengan guru, tata usaha, kepala sekolah, dan
narasumber yang ada di sekitarnya. Dalam proses pembelajaran
siswa berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media,
sarana prasana belajar. Prinsip ini membuat hubungan yang
bermakna antara proses belajar dengan konteks kehidupan nyata
sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan
aspek yang esensial bagi kehidupan di masa yang akan datang.
2. Prinsip perbedaan (Differentiation)
Prinsip diferensasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan
keberagaman, perbedaan, dan keunikan.
3. Pengorganisasian Diri (Self Organitation)
Prinsip pengorganisasian diri atau pengaturan diri menyatakan
bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari
oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh
potensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Hosnan (2014:275-276), pembelajaran kontekstual membantu siswa
menguasai tiga hal berikiut:
a. Pengetahuan, yaitu apa yang ada dipikirannya membentuk konsep,
definisi, teori dan fakta
b. Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki
untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan
c. Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara
bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi
kehidupan nyata.
e. Langkah-langkah Penerapan CTL Di Kelas
Ada tujuh langkah penerapan CTL di dalam kelas secara garis
besar Trianto (2009:111). Adapun langkah-langkah pembelajaran
contextual teaching and learning sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan
cara
bekerja
sendiri,
menemukan
sendiri,
dan
mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan budaya.
Pembelajaran akan dirasa bermakna apabila secara langsung
maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman seharihari yang dialami oleh para siswa itu sendiri.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembalikan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Siswa harus mengaitkan sumber belajar dengan kehidupan nyata
melalui pertanyaan untuk menggali dan menemukan konsep
pembelajaran yang dipelajarinya.
4. Ciptakan „masyarakat belajar‟ atau belajar dalam kelompokkelompok.
Siswa melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar
dari teman-teman belajarnya dapat melalui berbagai pengalaman
dan berinteraksi dalam kelompok belajar „Sharing”.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran
siswa
memenuhi
harapan
dan
membantu
keterbatasan yang dimiliki guru.
6. Lakukan refleksi di akhir penemuan.
Tahapan ini, siswa mereview pengetahuan yang telah didapatnya
dalam pembelajaran sehingga dapat dijadikan learning to be.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Penilaian merupakan penggambaran kemajuan belajar siswa
selama proses pembelajaran, maka penilaian dapat dilakukan saat
awal pembelajaran, pertengahan ataupun akhir pembelajaran.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kontekstual (CTL)
di atas, peneliti membuat langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam penelitian ini, yaitu menganalisis unsur intrinsik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
terdapat di dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya untuk SMA kelas
XII Semester 1, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran
Siswa
mengembangkan
pemikiran
dalam
memahami
dan
menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri
pengetahuan serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini sangat berkaitan dengan metode kontekstual, karena
siswa berperan aktif dalam menghubungkan cerita pendek Guru
dengan situasi atau keadaan sehari-hari.
2. Melaksanakan kegiatan inkuiri
Siswa melaksanakan kegiatan inkuiri dengan menemukan unsur
intrinsik dari cerpen Guru karya Putu Wijaya.
3
Bertanya
Dalam langkah ini, setelah siswa menemukan unsur intrinsik yang
terdapat dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya, siswa
menyiapkan pertanyaan yang belum dipahami berkaitan dengan
materi unsur intrinsik cerpen Guru. Tujuannya adalah agar siswa
menemukan konsep pembelajaran yang dipelajarinya dan dapat
memahami lebih dalam unsur intrinsik.
4
Diskusi Kelompok
Setelah menemukan konsep pembelajaran melalui bertanya, siswa
dibagi menjadi 3-4 orang di dalam kelompok. Setiap kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
akan dibagikan bacaan cerita pendek Guru karya Putu Wijaya,
kemudian siswa mendiskusikan unsur intrinsik cerita pendek
tersebut serta menceritakan berbagai pengalaman yang mereka
pernah lakukan dan saling berinteraksi di dalam kelompok.
Perwakilan kelompok menyampaikan ide atau gagasan tentang
unsur intrinsik dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya serta
dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata.
5
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Pada tahap ini, guru menyiapkan model sebuah cerita pendek yang
sudah dianalisis unsur intrinsiknya. Contoh pemodelannya adalah
cerita pendek Guru yang sudah dianalisis terlebih dahulu.
6
Refleksi
Setelah
pembelajaran
akan
selesai
untuk
dapat
menguji
pemahaman materi, siswa hendaknya membuat catatan kecil
mengenai pemahaman materi yang sudah dibahas di dalam kelas.
Siswa diberi kesempatan untuk mengingat kembali, mencerna dan
menghayati materi pembelajaran (learning to be). Refleksi ini
berupa penghayatan akan pengetahuan yang sudah diperoleh, baik
kekurangan dan kelebihan yang diperoleh siswa.
7
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Pada langkah terakhir ini, guru melakukan penilaian pada akhir
pembelajaran melalui analisis unsur intrinsik yang terdapat dalam
cerita pendek Guru karya Putu Wijaya. Kemudian peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menjawab pertanyaan yang berkaitan dalam cerita di dalam cerpen
Guru.
2.2.5 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila
cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan
rasa, dan menunjang pembentukan watak. Oleh karena itu, pengajaran
sastra harus dilakukan secara benar agar dapat meningkatkan kualitas
budaya manusia. Dalam hal ini, faktor yang paling penting adalah
pemilihan bahan ajar sastra dan kreativitas guru dalam melaksanakan
pembelajaran (Rahmanto, 1988:16),
Dalam pengajaran sastra, melebihi disiplin ilmu yang lain, harus
disadari bahwa pusat dan porosnya terletak di dalam sastra itu sendiri.
Siswa hendaknya melihat cipta rasa sastra itu bukan dari perspektif para
ahli, pengarang, atau guru, melainkan perspektifnya sendiri. Siswa tidak
mungkin memandang sastra atau dunia lainnya melalui mata orang lain
karena sastra tidak berkaitan langsung dengan sains dan data yang dapat
digeneralisasikan, melainkan dengan manusia yang harus menghadapi
dunianya. Oleh karena itu pantaslah jika setiap pribadi siswa terkait
dengan perspektifnya dan hubungannya yang unik dengan dunia yang
dihadapinya (Rizanur Gani, 1988:3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Rahmanto (1988:16), masalah yang kita hadapi sekarang adalah
menentukan bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan
yang maksimal untuk pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi
empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan
pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang
pembentukan watak, yang paling penting untuk pengajaran di SMA
sebagai berikut:
a. Membantu keterampilan berbahasa
Seperti kita ketahui ada empat keterampilan berbahasa: menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Mengikutsertakan pengajaran sastra
dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan
membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak,
wicara dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. Dalam
pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan bicara dengan ikut
berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan
keterampilan membaca dengan membacakan puisi, atau prosa cerita.
Sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian
menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis.
b. Menunjang pembentukan watak
Pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih
tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai
kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh
rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, sampai pada kelemahan,
kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian.
Seseorang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya
mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang
bernilai dan mana yang tak bernilai.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra, materi yang akan diberikan
pada peserta didik mencakup beberapa aspek atau komponen kurikulum
satuan
pendidikan
(KTSP)
yaitu
silabus,
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar. Berikut ini
penjelasan masing-masing:
2.5.1
Silabus
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan
ditindaklanjuti oleh masing-masing guru (Muslich, 2007:24).
Silabus bermanfaat sebgai pedoman dalam pengembangan
pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pemeblajaran,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem
penilaian (Muslich, 2007:24)
Adapun prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan silabus
dalam Muslich, (2007:25-26) ialah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalam, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi
dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat pengembangan
fisik, intelektal, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponon
silabus
saling
berhubungan
secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara KD,
indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, teknik dan sistem penilaian.
e. Mamadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian untuk menunjang pencapaian
KD.
f. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber
belajar,
dan
sistem
penilaian
memperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni muthakir dalam kehidupan
nyata dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan
komponen
silabus
dapat
mengakomodasikan
keragaman pesera didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah, dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
2.5.2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran perunit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran
di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun
RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan
pelajaran secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya
terap (aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat
diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya
(Muslich, 2007:45).
Mulyasa (2008, 154-155), rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan
dan memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan guru dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang
akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Upaya tersebut perlu
dilaksanakan
untuk
mengordinasikan
komponen-komponen
pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi dasar, indikator hasil
belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK).
Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian
peserta didik terhadap materi standar kompetensi dasar yang dijadikan
bahan kajian. Muslich (2007:53) mengemukakan beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP yaitu:
a. Kompetensi yang harus dirumuskan dalam RPP harus jelas, makin
konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat
kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk membentuk
kompetensi tersebut.
b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik.
c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP
harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana di sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team
teaching) atau moving class.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Menurut Peraturan Pemerintah (PP Nomor 19 Tahun 2005),
diuraikan langkah-langkah dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1.
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
a. Mencantumkan identitas, yang meliputi: Nama sekolah, Mata
pelajajaran, Kelas/Semester, Standar Kompetensi, dikutip dari
silabus yang telah disusun, Kompetensi Dasar, dikutip dari
silabus, begitu pula dengan indikator. Indikator dijabarkan dari
kompetensi
dasar.
Alokasi
waktu
diperhitungkan
untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang bersangkutan yang
dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan sebagai
skenario untuk mencapai satu Kompetensi Dasar.
2. Mencantumkan Indikator
Indikator dijabarkan sendiri oleh guru dari Kompetensi Daasar.
Setiap indikator terdiri dari dua bagian, yaitu tingkah laku dan
referns (isi pembelajaran).
3. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran
berisi
penguasaan
kompetensi
yang
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Tujuan
pembelajaran dapat terdiri atas sebuah atau beberapa tujuan.
4. Mencantumkan Materi pelajaran
Materi pelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan
mengacu materi pokok yang ada dalam silabus.
5. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat
pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran.
6. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat berupa kegiatan
pendahuluan
atau
pembuka,
kegiatan
inti
dan
kegiatan
akhir/penutup.
7. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada
dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber
belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber,
alat, dan bahan. Sumber belajar dalam silabus dituliskan buku
refers, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut,
pengarang, dan halaman yang diacu.
8. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrument, dan
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes untuk kerja,
dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubric
penilaian.
Menurut Mulyasa (2008: 155-156), setidaknya terdapat dua fungsi
RPP dalam implementasi KTSP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi
pelaksanaan pembelajaran.
1. Fungsi perencanaan
RPP hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan
kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
2. Fungsi pelaksanaan
RPP berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran
sesuai dengan apa yang direncanakan.
2.5.3
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi (SK) dan kompetensi dasar merupakan arah
dan landasan penegmbangan materi standar, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah
menyiapkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
sebagai acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam hal ini,
tugas utama guru adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan
indikator, dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan
perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi
dan kebutuhan daerah (Mulyasa, 2008: 231).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang mengambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia, unruk berkomunikasi dalam
bahasa Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi
peserta didik untuk mamahami dan merespon situasi lokal, regional,
nasional, dan global (Mulyasa, 2008:239).
Dalam silabus pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat SMA
kelas XII terdapat standar kompetesi dan kompetensi dasar. Peneliti
menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tedapat
dalam pelajaran silabus bahasa Indonesia untuk siswa SMA kelas XII
semester 1, yaitu sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Jenjang Pendidikan
: SMA
Kelas
: XII
Semester
:1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Membaca
7. Memahami wacana sastra 7.2
Menganalisis
unsur-unsur
melalui kegiatan membaca intrinsik cerpen
puisi dan cerpen
Untuk lebih spesifik, peneliti merumuskan indikator berdasarkan
SK-KD di atas yang sesuai dengan penelitian ini, adapun indikator
sebagai berikut.
1. Menjelaskan 8 unsur intrinsik tokoh dan penokohan, alur, latar,
gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat
2. Mampu menganalisis unsur intrinsik tokoh dan penokohan, alur,
latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat yang terdapat
dalam cerpen Guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2.6 Kerangka Berpikir
Pembelajaran unsur intrinsik merupakan salah satu materi yang
terdapat pada siswa SMA kelas XII semester 1 yaitu pada Kompetesi
Dasar 7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan
kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah
mencari cerita pendek yang akan dianalisis unsur-unsur intrinsiknya. Judul
cerita pendek yang dianalisis ialah “Guru” karya Putu Wijaya, cerita
pendek ini terdiri dari 9 halaman. Selanjutnya peneliti membaca cerita
pendek sampai selesai dan membuat sinopsisnya. Hal selanjutnya yang
peniliti lakukan adalah mencari unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek.
Setelah membuat sinopsis dan menganalis unsur-unsur intrinsik
dalam cerita pendek “Guru” karya Putu Wijaya. Peneliti merancang bahan
ajar yang berupa silabus dan RPP. Dalam merancang silabus dan RPP,
peneliti membuat RPP dengan dua kali pertemuan yaitu menganalisis
unsur intrinsik cerita pendek “Guru”. Metode yang digunakan dalam
pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XII adalah metode
kontekstual. Pendekatan kontekstual sangat bermanfaat bagi guru maupun
siswa agar siswa dapat menerapkan apa yang diajarkan guru di dalam
kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti memaparkan beberapa hal yakni (1) jenis
penelitian, (2) metode penelitian, (3) sumber data, (4) teknik pengumpulan
data, (5) instrumen penelitian, (6) teknik analisis data dan (7) triangulasi
data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “Pembelajaran Tokoh, Alur, Latar, Sudut
Pandang, Tema, Amanat, dan Gaya Berbahasa Cerpen Guru Karya Putu
Wijaya dengan Metode Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII
Semester 1” termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menghasilkan produk analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kualifikasi lainnya
(Moleong, 2006: 6).
Bagdan dan Taylor (dalam Moleong 2006: 4) penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Tujuan dalam penelitian kualitatif adalah untuk menganalisis yang diteliti
agar diperoleh informasi mengenai perilaku mereka, perasaannya,
keyakinan ide, bentuk pemikiran, serta dapat menghasilkan sebuah teori
(Syamsuddin, 2007: 74).
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi unsur intrinsik
cerita pendek Guru karya Putu Wijaya. Dalam penelitian ini produk yang
dihasilkan adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Sugiyono (2011: 29) metode deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Peneliti memilih
metode deskriptif untuk menganalisis unsur intrinsik dalam cerita pendek
Guru karya Putu Wijaya, karena metode ini dapat membantu menemukan
dengan mudah unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek Guru.
3.2 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah hasil analisis dari keseluruhan
deskripsi unsur intrinsik. Data tersebut berupa tokoh, penokohan, alur,
latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat yang terdapat dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya dan hasil penilaian RPP dari guru bahasa
Indonesia.
Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh.
Subjek penelitian sastra adalah teks novel, cerita pendek, drama dan puisi
(Siswantoro, 2010: 72).
Sumber data yang digunakan peneliti adalah
cerpen Guru karya Putu Wijaya dan lembar angket penilaian RPP yang
diisi oleh guru bahasa Indonesia SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data (Sugiyono, 2010: 224). Tanpa upaya pengumpulan data berarti
penelitian tidak dapat dilakukan. Teknik yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan dan mengolah informasi yaitu teknik catat, teknik
observasi, dan angket. Berikut ini akan dijelaskan teknik catat, teknik
observasi, dan angket yang dilakukan oleh peneliti.
3.3.1
Teknik Catat
Dalam teknik catat ini, peneliti menganalisis sumber tertulis yang
berupa teks cerpen Guru karya Putu Wijaya. Data yang peneliti analisis
adalah unsur intrinsik yang merupakan fokus penelitian. Peneliti mencatat
hasil analisis dan mendeskripsikan hasil analisis dengan menggunakan
pendekatan kontekstual tersebut. Tujuan dari teknik catat ini adalah
mendeskripsikan hasil analisis unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan
kontekstual, kemudian mengimplementasikannya dalam bentuk silabus
dan RPP untuk SMA XII semester 1.
3.3.2
Observasi
Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2012: 145).
Observasi dilakukan peneliti dengan cara mencatat yang berkaitan dengan
penggunaan pendekatan yang digunakan guru dalam mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Penggunaan Pendekatan
Kontekstual oleh Guru
NO
BUTIR-BUTIR PERTANYAAN
1.
Guru menyampaikan materi pembelajaran
dengan menggunakan metode yang
menarik
Guru menggunakan pendekatan sesuai
dengan materi pembelajaran
Guru
menggunakan
pendekatan
kontekstual
Guru
menggunakan
pendekatan
kontekstual dalam setiap pembelajaran
2.
3.
4.
3.3.3
YA
TIDAK
Angket
Angket adalah instrumen pencarian data yang berupa pertanyaan
tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Instrumen ini disusun
berdasarkan indikator pembelajaran. Data penelitian diperoleh melalui
angket penilaian yang diisi oleh guru bahasa Indonesia.
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 305) dalam penelitian kualitatif, yang
menjadi instrumen atau penelitian adalah penelitian itu sendiri. Instrumen
berarti alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Selama ini yang
dikenal umum adalah test, interview, observasi, atau angket. Dalam
penelitian ini, instrumen yang akan digunakan adalah lembar angket
penilaian guru bahasa Indonesia. Instrumen penilaian kinerja guru (IPKG)
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan kisi-kisi penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
RPP untuk siswa SMA kelas XII semester 1 terdapat di dalam lampiranlampiran.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yang berjudul
“Pembelajaran Tokoh, Alur, Latar, Sudut Pandang, Tema, Amanat, dan
Gaya bahasa Cerpen Guru Karya Putu Wijaya dengan Metode Kontekstual
untuk Siswa SMA Kelas XII Semester I” adalah analisis deskriptif. Miles
and Huberman dalam Sugiyono (2008: 237), mengemukakan aktivitas
dalam analisis data kualitatif harus dilakukan secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya tidak jenuh. Analisis data dalam penelitian ini
dilaksanakan pada saat pengumpulan data dalam periode tertentu. Untuk
menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah-langkah analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive
Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-langkah
dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan
data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions).
1. Pengumpulan data
Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data dari
berbagai dokumen berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan
masalah penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data
melalui pencarian data selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dengan terlebih dahulu membaca dan memahami isi cerpen Guru
karya Putu Wijaya. Setelah memahami, selanjutnya mengumpulkan
data-data yang penting yang terdapat dalam cerpen.
2. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan
final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16).
Pada reduksi data ini, peneliti menganalisis unsur intrinsik cerpen
Guru karya Putu Wijaya, serta menuliskan pokok-pokok penting yang
terdapat dalam cerpen.
3. Penyajian Data
Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data
dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta
memberikan
kemungkinan
adanya
penarikan
simpulan
serta
memberikan tindakan (Miles dan Huberman, 2007: 84). Pada sajian
data, peneliti menyajikan data unsur intrinsik cerpen Guru yang sudah
dianalisis, serta merelevansikan cerita pendek Guru ke dalam
pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007: 18). Kesimpulan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kesimpulan
juga
diverifikasi
selama
penelitian
berlangsung.
Kesimpulan ditarik semenjak peneliti menyusun pencatatan, pola-pola
pernyataan-pernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai
proposisi (Harsono, 2008: 169). Dalam penarikan kesimpulan, peneliti
menyimpulkan unsur intrinsik cerpen Guru dan membuat dalam
bentuk laporan serta merelevansikan dalam bentuk silabus dan RPP.
3.6 Triangulasi
Temuan dan interpretasi yang diperoleh peneliti harus diperiksa
keabsahannya dengan trianggulasi. Trianggulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 273).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data.
Triangulasi data dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
berupa kutipan dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Pada bab ini dikemukakan data yang ditemukan dalam cerpen
Guru karya Putu Wijaya. Data yang ditemukan berupa kalimat atau
kutipan yang terdapat dalam cerpen Guru. Cerpen ini terdiri dari 9
halaman. Pada cerpen Guru, peneliti menganalisis tokoh dan penokohan,
alur, latar, sudut pandang, tema, amanat dan gaya bahasa. Kemudian
mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XII
semester 1 melalui silabus dan RPP.
Pembelajaran karya sastra khususnya cerita pendek dirancang oleh
peneliti untuk dapat membantu peserta didik dalam menganalisis unsur
intrinsik yang terdapat dalam cerpen. Peneliti memilih cerpen Guru karya
Putu Wijaya sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, karena cerpen Guru ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran sastra Indonesia di kelas XII semester 1. Dalam hal ini
peneliti hanya berfokus pada unsur intrinsik yaitu menganalisis tema, latar,
alur, sudut pandang, penokohan, amanat dan gaya bahasa yang terdapat
dalam cerita pendek Guru karya Putu Wijaya. Peneliti menggunakan
pendekatan kontekstual dalam menganalisis unsur intrinsik cerita pendek
Guru karya Putu Wijaya, agar siswa dapat mengaitkan unsur intrinsik
yang terdapat dalam cerpen dengan kehidupan sosial dan kehidupan nyata.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “Guru” Karya Putu Wijaya
a. Alur
Peserta didik diharapkan dapat menganalisis unsur alur yang terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Peserta didik akan menganalisis
alur berdasarkan penahapan alur yang dikemukakan oleh Sudjiman (1992:
30-36) yang meliputi bagian awal, tengah, dan akhir. Bagian awal meliputi
paparan, rangsangan, gawatan. Bagian tengah meliputi tikaian, rumitan
klimaks. Bagian akhir meliputi leraian, selesaian. Berikut ini analisis unsur
alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya.
1. Tahap awalan
a. Paparan
Peserta didik diminta untuk menemukan paparan yang terdapat
dalam dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Paparan biasanya
merupakan fungsi utama awal suatu cerita. Tentu saja bukan informasi
selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan sekadarnya untuk
memudahkan pembaca mengikuti kisah selanjutnya (Sudjiman, 1992:
32).
Alur cerita yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
diawali dengan tahap perkenalan yang menceritakan anaknya ingin
bercita-cita menjadi seorang guru. Anak ini bernama Taksu. Hal ini
terdapat dalam kutipan berikut.
(1)
Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri
saya jadi syok. Kami berdua tahu, macam masa depan seorang
guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dia ngomong. “Kami dengar seletingan, kamu mau jadi guru,
Taksu? Betul?!” Taksu mengangguk. “Betul Pak.” Kami kaget.
“Gila, masak kamu mau jadi g-u-r-u?” “Ya.” (Wijaya, 2011: 1)
Tahap paparan atau perkenalan di atas menceritakan tentang
anaknya yang bernama Taksu yang ingin bercita-cita menjadi seorang
guru. Tetapi tokoh saya yaitu ayah Taksu dan Ibu nya sangat terkejut
mendengar cita-cita anaknya yang ingin menjadi guru. Mereka sangat
tahu bagaimana kehidupan seorang guru, sehingga mereka sangat
terkejut mendengar cita-cita Taksu yang ingin menjadi seorang guru.
b. Rangsangan
Peserta didik diminta untuk menemukan rangsangan yang terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Rangsangan sering
ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai
katalisator. Rangsangan dapat pula ditimbulkan oleh hal lain, misalnya
oleh datangnya berita yang merusak keadaan yang semula terasa laras.
Tak ada patokan tentang panjangnya kapan disusun oleh rangsangan
dan berapa lama sesudah itu sampai gawatan (Sudjiman, 1992: 33).
Rangsangan yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
adalah ayah dan ibu Taksu yang semakin khawatir , karena Taksu
tidak takut bahwa kedua orang tuanya tidak setuju Taksu yang ingin
bercita-cita sebagai guru. Berbagai cara telah dilakukan ayah dan ibu
Taksu, disinilah awal mulainya petentangan antara ayah dan ibu
dengan anak nya yang bernama Taksu.
Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(2) Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami
sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika
kami tatap tajam-tajam, mata Taksu tampak tenang tak bersalah.
Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan
diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya
(Wijaya, 2011: 1)
(3) Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami
tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalam-dalam karena kecewa,
lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blak-blakan (Wijaya,
2011: 1)
(4) “Taksu, dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja.
Setelah itu terserah kamu! Kita hidup di kota. Dan ini era
milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan
bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru.
Semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka
gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur
saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, meraka akan
loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru,
mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa
kamu jadi putus asa begitu?!”
Berdasarkan kutipan di atas, rangsangan yang timbul adalah Taksu
tidak takut bahwa kedua orang tuanya tidak setuju ia menjadi guru.
Padahal ayahnya sudah menasehati Taksu untuk
mengubah cita-
citanya. Mereka tidak mau Taksu tidak mempunyai masa depan
dengan menjadi guru, ayahnya beranggapan bahwa jadi guru adalah
orang-orang yang gagal. Tetapi Taksu tetap pada pendirian yang
teguh, ia mau menjadi guru.
c. Gawatan
Peserta didik diminta untuk menemukan gawatan yang terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
(5) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru
itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan
sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya
kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan
dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan mengajar
tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai
cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi.
Taksu, Masak jadi guru? Itu kan cita-cita sepele banget, itu
namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada
guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya
deposito dollar. Guru itu tidak punya masa depan. Dunianya
suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan
pelajaran atau memriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau
masuk nerak, padahal kamu masih muda, otak kamu encer, dan
biaya sekolah sudah kami siapkan. Coba kamu pikir lagi dengan
tenang dengan otak dingin!” (Wijaya, 2011: 2)
(6) “Sudah saya pikir masak-masak.” Saya terkejut. “Pikirlah sekali
lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng.
“Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin
jadi guru.” Tidak! Kamu pikir saja satu dua bulan lagi!” (Wijaya,
2011: 2)
(7) Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel
sepanjang perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya.
Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi
cupet pikirannya (Wijaya, 2011: 2)
(8) “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya
saja sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!.” Saya
diam saja. Istri saya memang aneh. Apa saja yang tidak
disukainya, semua dianggapnya hasil perbuatan saya. Nasib
suami memang rata-rata begitu. Di luar bisa galak melebihi
macan, berhadapan dengan istri, hancur (Wijaya, 2011: 2)
(9) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua
datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami
tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa krupuk
kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah
laptop baru yang paling canggih, sebagai kejutan. (Wijaya, 2011:
2)
(10) Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul.
Ketika kami tanyakan bagaimana hasil hasil perenungannya
selama dua bulan. Taksu memberi jawaban yang sama (Wijaya,
2011: 2).
Gawatan yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
adalah ketika ayah Taksu menasihati Taksu bahwa
guru itu ada
adalah sepeda tua. Ditawar-tawar sebagai besi rongsokan pun tidak
ada yang mau beli. Tetapi Taksu memiliki pendirian yang teguh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dinasihati ayahnya pun tidak akan mengubah pikiran Taksu untuk
menjadi guru. Berbagai cara telah dilakukan ayah dan ibu Taksu tetapi
cara itu tidak berhasil. Dua bulan kemudian ayah dan ibu kembali
untuk mengunjungi Taksu, mereka bertanya bagaimana hasil
perenunganmu selama dua bulan. Taksu tetap memberi jawaban ia
ingin menjadi guru. ketika mendengar hal itu mereka sangat terpukul.
2. Tahap tengah
d. Tikaian
Peserta didik diminta untuk menemukan tikaian yang terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya.
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua
kekuatan yang bertentangan; satu di antaranya diwakili oleh manusia
pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita. Tikaian
merupakan pertentangan antara dirinya dengan kekuatan alam, dengan
masyarakat, orang atau tokoh lain, atau pertentangan antara dua unsur
dalam diri satu tokoh itu (Sudjiman, 1992: 34-35).
Pertikaian terjadi ketika Taksu yang teguh pada pendiriannya tetap
ingin menjadi guru. Ayah dan ibu Taksu tidak memperbolehkan Taksu
menjadi guru. sehingga terjadi pertengkaran di antara ayah, ibu dan
Taksu. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut.
(11) “Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak,”
katanya sama sekali tanpa rasa berdosa. Sekarang saya naik
darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya.
Ia tak bisa lagi mengekang marahnya. Taksu disemprot habis.
(Wijaya, 2011: 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(12) “Taksu! kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh
puji-pujian orang-orang pada guru itu ya?! Damprat istri saya.
“Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu
berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu
bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah
menyebabkan orang pinter? Apa kamu tidak baca di koran,
banyak guru-guru yang berengsek atau bejat sekarang? Ah?”
Taksu tidak menjawab (Wijaya, 2011: 2-3)
(13) “Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat
sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena
mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas, karena
dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu.
Dipuji sedikit saja sudah mau banting-tulang, kerja rodi tidak
peduli tidak dibayar. Kamu tertipu Taksu! puji-pujian itu dibuat
supaya orang-orang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap
mau jadi guru. padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlombalomba dikirim keluar negeri biar sekolah setinggi langit, supaya
nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masa begitu saja kamu
tidak nyahok?” Taksu tetap tidak mau jawab (Wijaya, 2011: 3)
(14) “Kamu kan bukan jenis orang yang suka dipuji kan? Kamu
sendiri bilang apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah
sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit. Taksu. jangan
kamu takut dituduh materialis. Siapa bilang materialis itu jelek.
Itu kan kata mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu
cari duit mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu
bisa hidup tanpa duit? yang benar saja. Kita hidup perlu materi.
Guru itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu
menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna?
Paham? (Wijaya, 2011: 3)
(15) Taksu mengangguk. “Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?” istri
saya melotot tak percaya apa yang didengarnya. Akhirnya dia
menyembur. “Laptopnya bawa pulang saja dulu. Pak. Biar Taksu
mikir lagi! Kasih di waktu tiga bulan, supaya bisa lebih
mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup
matimu sendiri, Taksu!” (Wijaya, 2011: 3)
(16) Sebenarnya saya mau bicara, tapi istri saya menarik saya pergi.
Saya tidak mungkin membantah. Di jalan istri saya berbisik.
“Sudah waktunya membuat shoch therepy pada Taksu, sebelum ia
kejeblos terlalu dalam. Ia memang memperlukan perhatian.
Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang menyebabkan
kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang,
akal bulus! Yang dia kepingin bukan laptopnya tapi mobil! Bapak
harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau mengikuti apa
nasihat kita!” (Wijaya, 2011: 3)
(17) Saya tidak setuju, saya punya pendapat lain. Tapi apa artinya
bantahan seorang suami. Kalau adik istri saya atau kakanya, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bapak-ibuknya yang membantah, mungkin akan diturutinya. Tapi
kalau dari saya, jangan harap. Apa saja yang saya usulkan mesti
dicurigainya ada pamrih kepentingan keluarga saya. Istri memang
selalu mengukur suami, dari perasaannya sendiri (Wijaya, 2011:
3-4)
Berdasarkan kutipan di atas, pertikaian yang terjadi ketika Taksu
berkata “Saya sudah bilang saya ingin menjadi guru, kok ditanya lagi,
Pak?”. Ketika mendengar jawaban itu bapak dan ibu sangat marah,
Taksu disemprot habis dan dinasihati oleh bapak. Bapak memberi
nasihat pada taksu bahwa menjadi guru itu adalah pekerjaan yang anti
pada materi. Buat apa kamu menghabiskan waktu yang tidak berguna
nasihat bapak kepada Taksu. setelah menasihati Taksu, bapak dan ibu
pun pergi meninggalkan Taksu. mereka sengaja meninggalkan Taksu,
agar taksu dapat berpikir bahwa menjadi guru bukanlah sebuah citacita.
e. Rumitan
Peserta didik diminta untuk menemukan rumitan yang terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Perkembangan dari gejala mula
tikaian menuju ke klimaks cerita di sebut rumitan (Sudjiman, 1992: 35).
Kutipan rumitan di bawah ini menceritakan tentang ayah Taksu yang
memberikan hadiah sebuah mobil kepada anaknya, tetapi dengan syarat
Taksu dapat mengubah cita-citanya. Hal tersebut dapat dibuktikan pada
kutipan sebagai berikut.
(18) “Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga
tidak menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta
diperhatikan anak (Wijaya, 2011: 4)
Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali
ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di
bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin
punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli mobil murah. Tapi
sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang
dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah,
segalanya akan saya serahkan, nanti (Wijaya, 2011: 4)
“Bagaimana Taksu,” kata saya sambil menunjukkan kunci mobil
itu. “ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi
hadiah buat Bapak.” Taksu melihat kunci itu dengan dingin.
“Hadiah apa Pak?” Saya tersenyum (Wijaya, 2011: 4)
“Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk
memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu
sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. kan sudah saya
bilang berkali-kali?” Kunci mobil yang sudah ada di tangannya
saya rebut kembali (Wijaya, 2011: 4)
“Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. Kunci ini boleh
kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak
akan mau jadi guru, sebab itu mamalukan orang tua kamu. Kamu
ini investasi untuk masa depan kami. Taksu mengerti? Kamu
kami sekolahkan supaya meraih gelar, punya jabatan, dihormati
orang, supaya kami ikut terhormat. Supaya kamu berguna kepada
bangsa dan punya duit untuk merawat kami orang tuamu kalau
kami sudah jompo nati. Bercita-citalah yang benar. Cita-cita jadi
presiden begitu! Masak guru! Gila! Kalau kamu jadi guru, paling
banter setelah menikah kamu akan kembali menempel di rumah
orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes.
Itu namanya kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau anakku
terpuruk seperti itu!” (Wijaya, 2011: 4)
Lalu saya letakkan kembali kunci itu di depan dihidungkan.
Taksu berpikir. Kemudian saya bersorak gagap di dalam hati,
karena ia memungut kunci itu lagi. “Terima kasih, Pak. Bapak
sudah memperhatikan saya. Dengan sesunggu-sungguhnya, saya
hormat atas perhatian Bapak.” Sembari berkata itu, Taksu
menarik tangan saya, lalu di atas telapak tangan saya ditaruhnya
kembali kunci itu (Wijaya, 2011: 4-5)
“Saya ingin jadi guru, Maaf.” Kalau tidak menahan diri, pasti
waktu itu juga Taksu saya tampar. Kebandelannya itu amat
menjengkelkan. Pesawat penerimanya sudah rusak. Untunglah
iman saya sudah cukup baik. Saya tekan perasaan saya. Kunci
kontak itu saya genggam dan masukkan ke kantung celana
(Wijaya, 2011: 5)
“Baik. Kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan
kamu mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup ajah sendirian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana
penderitaan hidup ini. Tidak semudah yang kamu baca dalam
teori dan slogan. Mudah-mudahan penderitaan itu akan
membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak
akan datang. Waktu itu pikiranmu sudah pasti akan berubah!
Bangkit memang baru terjadi sesudah sempat hancur! Tapi tak
apa.” (Wijaya, 2011: 5)
(26) Tanpa banyak basa-basi lagi, saya pergi. Saya benar-benar naik
pitam. Saya kira Taksu pas sudah dicocok hidungnya oleh
seseorang. Tidak ada yang bisa melakukan itu, kecuali Mina,
pacarnya. Anak guru itulah yang saya anggap sudah kurang ajar
menjerumuskan anak saya supaya terkiblat untuk menjadi guru.
Sialan! (Wijaya, 2011: 5)
(27) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya
membawa kunci mobil mewah. Tapi terlebih dulu saya
mengajukan pertanyaan yang sama. “Coba jawab untuk terakhir
kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?” (Wijaya, 2011: 5)
Berdasarkan kutipan di atas, rumitan dalam cerpen Guru terdapat
pada, Taksu yang menolak hadiah mobil pemberian ayahnya. Konflik
besar terjadi antara ayah dan Taksu. ayah Taksu sangat marah sekali
melihat kelakuan anaknya yang berani padanya. Karena sangat marah
uang sekolah dan uang jajan Taksu di stop mulai bulan depan. Ayahnya
juga menghubungkan Mina pacar Taksu dengan permasalahan yang
terjadi. Ayah Taksu beranggapan bahwa Mina lah yang menjerumuskan
anaknya untuk menjadi guru. tidak sampai disitu saja, ayah Taksu
memberi waktu selama tiga bulan untuk Taksu dapat bepikir lebih
matang.
f. Klimaks
Peserta didik diminta untuk menemukan klimaks yang terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatannya.
Di dalam cerita rekaan rumitan sangat penting (Sudjiman, 1992: 35).
Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut.
(28) “Mau jadi guru.” Saya tak mampu melanjutkan. Tinju saya
melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat. Kopi yang
ada di dalamnya muncrat ke muka saya. “tetapi kenapa? Kenapa?
Apa informasi kami tidak cukup buat membuka mata dan pikiran
kamu yang sudah dicekoki oleh perempuan anak guru kere itu?
Kenapa kamu mau jadi guru, Taksu?!!!” (Wijaya, 2011: 5)
(29) “Karena saya ingin jadi guru.” “Tidak! Kamu tidak boleh jadi
guru!” “Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh kau, kalau kau masih
saja tetap mau jadi guru.” Taksu menatap saya. “Apa?” kalau
kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!
Teriak kelap. Taksu balas memandang saya tajam. “Bapak tidak
akan bisa membunuh saya.” “Tidak? Kenapa tidak?” “Sebab guru
tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk layu
lenyap. Tapi apa yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan
bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada generasi
di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak.” (Wijaya,
2011: 5-6)
(30) Saya tercengang. “O... jadi narkoba itu yang sudah menyebabkan
kamu mau jadi guru?” “Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru,
sebab saya tidak mau mati.” Saya bengong. Saya belum pernah di
jawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup. “Bangsat! Kata saya
kelepasan. “ Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan
semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi
kamu, Taksu?” Taksu memandang kepada saya tajam. “Siapa
Taksu?!” Taksu menunjuk. “Bapak sendiri, kan?” Saya terkejut
(Wijaya, 2011: 6)
(31) “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! kamu
jangan kacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak
berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak
mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel
dan kurang ajar pada guru-guru kamu yang datang ke sekolah
naik ojek. Kamu tidak sadar meskipun sepatunya butut dan
mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan
menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu
tempel sampai kamu siap. Sebelum kamu siap, kamu
harusmenghormati mereka, sebab dengan menghormati mereka,
baru ilmu itu bisa melekat. Tanpa ada ilmu kamu tidak akan bisa
bersaing di zaman global ini, Tahu? (Wijaya, 2011: 6-7)
(32) Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua
persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lagi, saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
seret nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang cantik itu,
mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelap (Wijaya,
2011: 7)
(33) “Tidak betul cinta itu buta!” bantak saya kalap. “Kalau cinta
bener buta apa gunanya ada bikini,” lanjut saya mengutip iklan
yang saya sering papas di jalan. “Kalau kamu menjadi buta, itu
namanya bukan cinta tetapi racun. Kamu sudah terkecoh. Taksu,
meskipun keluarga pacarmu itu guru, tidak berarti kamu harus
mengidolakan guru sebagai profesi kamu. Buat apa? Justru kamu
harus menyelamatkan keluarga itu dengan tidak perlu perlu
menjadi guru. apa artinya kebanggan kalau hidup di dalam
kenyataan lebih menghargai dasi, mobil, duit, dan pangkat?
Punya duit, pangkat dan harta benta itu bukan dosa, mengapa
harus dilihat sebagai dosa. Sebab itu semuanya hanya alat untuk
bisa hidup lebih beradab. Kita bukan menyembahnya, tidak
pernah ada ajaran yang menyuruh kamu menyembah materi. Kita
hanya memanfaatkan materi itu untuk menambah hidup kita lebih
manusiawi. Apa manusia tidak boleh berbahagia? Apa kalau
menderita sebagai guru, baru manusia itu menjadi beradab? Itu
salah kaprah! Ganti kepala kamu Taksu, sekarang juga! Ini!”
(Wijaya, 2011: 7)
(34) Saya gebrak kunci mobil BMW itu di depan matanya dengan
sangat marah. “Ini satu milyar tahu?!” Sebelum dia sempat
menjawab dan mengambil. Kunci itu saya ambil kembali sambil
siap-siap hendak pergi. “Pulang sekarang dan minta maaf kepada
ibu kamu, sebab kamu baru saja menghina kami! Tinggalkan
perempuan itu. Nanti kalau kamu sudah sukses kamu akan dapat
7 kali perempuan yang lebih cantik dari si Mina dengan sangat
gampang! Tidak perlu sampai menukar nalar kamu!” (Wijaya,
2011: 7)
Berdasarkan klimaks di atas, pertengkaran terjadi antara ayah dan
Taksu yang saling beradu pendapat. Taksu tetap ingin menjadi guru
sedangkan, bapak tidak setuju. Kemarahan bapak pun tidak dapat di
tahan lagi, gelas di atas meja meloncat dan kopi yang ada di dalamnya
pun tumpah ke muka bapak. Bapak sangat marah mendengar keputusan
Taksu. Taksu yang teguh pada pendiriannya pun tidak takut dengan
kemarahan bapak. Pertengkaran diantara ayah dan Taksu sangat
menegangkan. “Bapak tidak setuju kalau kamu mau menjadi guru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Taksu menjawab saya ingin menjadi guru, pak.” Sampai ketika bapak
berbicara akan ku bunuh kau jika ingin menjadi guru. Tetapi Taksu
menjawab bapak tidak akan bisa membunuh saya, jasadnya mungkin
bisa saja lenyap tetapi jasanya tetap tinggal abadi. Mendengar perkataan
tersebut bapak menjadi naik pitam, kemarahannya tidak dapat di tahan,
mobil yang ia ingin berikan ke Taksu pun di bawa pulangnya kembali,
ia sangat kecewa dengan perilaku taksu yang berani melawan orang
tuanya.
3. Tahap Akhir
g.
Leraian
Peserta didik diminta untuk menemukan leraian yang terdapat dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya. Leraian adalah bagian struktur alur
yang sesudah klimaks yang menunjukkan perkembangan ke peristiwa
ke arah selesaian (Sudjiman, 1992: 35). Leraian yang terdapat dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya dapat ditunjukkan dalam kutipan
sebagai berikut.
(35) Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada
istri saya yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat
pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan
apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali,
matanya melotot dan saya dibentak habis-habisan (Wijaya, 2011:
7)
(36) “Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu! Teriak istri
saya kalap. Saya bingung. “Ayo kembali! Serahkan kunci mobil
itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil, kasih saja
jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama
anak dagang. Dasar mata duitan!” (Wijaya, 2011: 7-8)
(37) Saya tambah bingung. “Ayo cepat, nanti anak kamu kabur!” Saya
masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
rontok. Taksu itu anak saya satu-satunya. Sebelas tahun kami
menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sana-kemari,
sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya
sempat dua kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal.
Waktu kami pasrah tetapi kami tidak menyerah, akhirnya istri
saya mengandung dan lahirlah Taksu. anak yang sangat mahal,
bagaimana mungkin saya akan biarkan dia kabur? (Wijaya, 2011:
8)
(38) “Ayo cepat! Teriak istri saya kalap. Dengan panik saya kembali
menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti sudah
tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah
kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua barangbarangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan
kecil (Wijaya, 2011: 8)
(39) “Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru.” Tangan saya
gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu.
Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih
berarti dari kunci BMW yang harganya semilyar dan sudah
mengosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu,
mencium bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau.
Apakah sudah takdir dari anak dan orang tua bentrok? Mau tak
mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah menyesatkan
pikiran Taksu. kembali saya memaki-maki guru yang sudah
dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam
kenyataannya banyak sekali guru yang berengsek (Wijaya, 2011:
8)
(40) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik.
Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang
menyusul karena merasa cemas. Waktu ia mengetahui apa yang
terjadi, dia langsung marah dan kemudian menangis. Akhirnya
saya lagi yang menjadi sasaran. Untuk pertama kalinya saya
berontak. Kalau tidak, istri saya akan seterusnya menjadikan saya
bal-balan. Saya jawab semua tuduhan istri saya. Dia tercengang
sebab untuk pertama kalinya saya membantah. Akhirnya di bekas
pintu kamar anak kami, kami bertengkar keras (Wijaya, 2011: 8)
Berdasarkan
kutipan
di
atas,
leraian
tersebut
menunjukkan
perkembangan yang terjadi ayah sangat menyesali perbuatannya karena
sudah memarahi taksu. ibu Taksu tidak menyangka bapak akan
memarahi
anaknya. Setelah menyesali perbuatannya ibu menyuruh
bapak untuk kembali ke kos taksu. Ia sangat khawatir dengan keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Taksu. setelah sampai di kos, ternyata taksu sudah pergi dan membawa
semua barangnya. Ada satu yang sengaja tidak di bawa oleh taksu yaitu
kertas yang berisi pesan “maaf tolong relakan saya menjadi guru”,
bapak Taksu termenung melihat tulisan itu. Ibu menyusul bapak ke kos
taksu, melihat Taksu sudah tidak ada ibu pun sangat marah kemudian
menangis.
h. Selesaian
Peserta didik diminta untuk menemukan selesaian yng terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya.
Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita. Selesaian boleh
jadi mengandung penyelesaian masalah yang melegakan (happy
ending).
Boleh juga mengandung penyelesaian masalah
yang
menyedihkan; misalnya si tokoh bunuh diri. Boleh jadi juga pokok
masalah tetap menggantung tanpa pemecahan. Jadi, cerita sampai pada
selesaian tanpa menyelesaikan masalah, keadaan penuh ketidakpastiaan,
ketidakjelasan, ataupun ketidakpastian (Sudjiman: 36).
Selesaian ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut.
(41)
(42)
Tetapi itu 10 tahun yang lalu. Sekarang saya sudah tua. Waktu
telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya
diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya
memikul beban keluarga. Ia, menjadi salah seorang pengusaha
besar yang mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor
barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah
mancanegara (Wijaya, 2011: 8-9)
“Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru
juga bagia anak-anak muda lain yang menjadi generasinya.
Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya
menular etos kerja.” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
doktor honoris causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi.
(Wijaya, 2011: 9)
Selesaian pada cerpen Guru berakhir bahagia. Kini Taksu dapat
menjadi contoh bagi kita semua, bahwa jika kita memiliki tekat untuk
menggapai cita-cita. Kita harus optimis untuk dapat mencapainya.
Kini Taksu menjadi inspirasi untuk banyak orang dan bagi bangsa dan
negara dan juga Taksu bisa menggapai cita-cita sebagai seorang guru
bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan guru juga bagi anak-anak
muda yang menjadi adik generasinya.
Alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya putu wijaya ialah alur
campuran, karena pada cerpen menceritakan peristiwa yang sudah lalu
dan diceritakan kembali pada masa sekarang.
b. Tokoh
Peserta didik diminta menemukan tokoh dalam cerpen Guru karya
Putu Wijaya di lihat dari segi peranannya.
Tokoh terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (sentral), dan tokoh
bawahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh
utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan,
tokoh utama selalu hadir sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan
konflik (Nurgiyantoro, 2007: 176-177).
Cerpen Guru karya Putu Wijaya, tokoh utama dan tokoh sentralnya
adalah Taksu dan Saya (Ayah Taksu). Taksu disebut sebagai tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
sentral karena di setiap kejadian atau peristiwa menceritakan tentang
keinginan Taksu yang ingin menjadi seorang guru, sedangkan tokoh
saya (Ayah Taksu) disebut sebagai tokoh sentral karena tokoh ayah ini
yang menceritakan kejadian atau peristiwa dari awal sampai akhir
cerita. Bahkan ayah Taksu tidak setuju jika anaknya bercita-cita
menjadi seorang guru.
Tokoh tambahan (peripheral character) adalah tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun dalam
porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2007: 176-177).
Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit.
Tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan
dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung.
Tokoh bawahan yang ditemukan dalam cerpen Guru karya Putu
Wijaya adalah: Ibu dan Mina. Ibu sebagai tokoh tambahan karena di
setiap peristiwa atau kejadian tokoh ibu sangat melengkapi bagian
setiap cerita.
1. Tokoh berdasarkan fungsi penampilan
Peserta didik diminta menemukan sifat tokoh dalam cerpen Guru
karya Putu Wijaya berdasarkan fungsi penampilannya. Berdasarkan
fungsi penampilannya, tokoh dalam cerita terbagi dua macam yaitu
tokoh protagonis dan antagonis. Peserta didik diminta untuk
menganalisis tokoh protagonis dan antagonis.
a. Taksu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Berdasarkan cerpen Guru karya Putu Wijaya, sifat Taksu
berdasarkan penampilannya adalah tokoh protagonis. Taksu sebagai
tokoh protagonis karena ia baik, mempunyai pendirian yang teguh
serta konsisten ingin menjadi seorang guru. Pada akhir cerita Taksu
menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi guru bagi 10.000
orang pegawainya.
b. Ayah Taksu
Berdasarkan cerpen Guru karya Putu Wijaya, sifat ayah Taksu
berdasarkan penampilannya adalah tokoh antagonis. Tokoh ayah
sebagai tokoh antagonis karena ia bersikap keras kepada anaknya dan
memaksakan kehendaknya agar Taksu tidak boleh menjadi guru. ayah
Taksu berpikir bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan,
itulah sebabnya ia tidak memperbolehkan anaknya menjadi guru.
c.
Ibu
Berdasarkan cerpen Guru karya Putu Wijaya, sifat ibu berdasarkan
penampilannya adalah tokoh antagonis. Tokoh ibu sebagai tokoh
antagonis karena ibu bersifat keras sama seperti ayah yang
memaksakan kehendaknya supaya anaknya tidak menjadi guru.
c. Penokohan
Peserta didik diminta untuk menemukan penokohan tokoh yang
terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Hasil analisis
penokohan tokoh yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
(1) Ayah Taksu
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7-9), penokohan perwatakan ayah Taksu sebagai
berikut.
a. Karakteristik melalui dialog
Karakteristik melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan
penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh
yang ditiru oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara,
penekanan, dialek, dan kosa kata. Melalui dialog yang digunakan oleh
tokoh, maka pembaca dapat menganalisis kesimpulan berkaitan
dengan penokohan atau perwatakan tokoh yang dimaksud.
Berikut ini adalah kutipan dialog yang dapat menggambarkan
karakter atau penokohan tokoh ayah Taksu.
(43)
(44)
Anak saya bercita-cita menjadi guru bercita-cita menjadi guru.
tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu,
macam apa masa depan seorang guru. karena itu, sebelum
terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong. “Kami
dengar seletingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?! Taksu
mengangguk. “Betul Pak.” Kami kaget. “Gila masak kamu mau
jadi g-u-r-u?” “Ya.” (Wijaya, 2011: 1)
“Taksu dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja.
Setelah itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu
spanduk dijalan kumuh di desa. Kita hidup di kota. Dan ini era
milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan
bebas. Di masa sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru.
semua guru itu dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka
gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur
saja. Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka akan
loncat ngambil yang lebih menguntungkan. Ngapain jadi guru,
mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal, kenapa
kamu jadi putus asa begitu?!” (Wijaya, 2011: 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
(45)
Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru
itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan
sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya
kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana
ada guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan
dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari
mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boroboro sebagai cita-cita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita
itu harus tinggi, Taksu. Masak jadi guru? itu cita-cita sepele
banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak
tahu? Mana ada mana ada guru punya rumah bertingakat. Tidak
ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya masa
depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik
menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu
bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda,
otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan.
Coba pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!” (Wijaya,
2011: 1-2)
Berdasarkan kutipan (43), menggambarkan bahwa ayah Taksu
memiliki karakter yang sangat keras kepada anaknya. Ayah Taksu
mendengar kabar bahwa Taksu ingin menjadi guru sangat kaget. Ia
tidak percaya bahwa anaknya bercita-cita menjadi guru. Kutipan (44)
menggambarkan karakter ayah Taksu yang memaksakan kehendaknya
sendiri. Di dalam kutipan ini ayah Taksu sedang menasehati anaknya
supaya tidak menjadi guru. ia memberi arahan kepada Taksu agar
anaknya tahu betul jika nantinya hidup guru seperti orang-orang yang
berada di jalan kumuh desa. Kutipan (45) menggambarkan karakter
ayah Taksu yang sangat keras terhadap anaknya. Ia mengatakan bahwa
jadi guru tidak mempunyai masa depan. Terlihat sekali bahwa ayah
Taksu sangat tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
b. Lokasi dan situasi percakapan
Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah
cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi
percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui
situasi percakapan pengarang dapat juga menggambarkan watak para
tokoh dalam sebuah cerita. Berikut ini adalah kutipan yang dapat
menggambarkan karakter ayah Taksu dilihat dari lokasi dan situasi
percakapan.
(46) Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel
sepajang perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya.
Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi
cupet pikirannya (Wijaya, 2011: 2)
(47) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua
datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami
tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk
kulit ikan kegemaran Taksu saya sendiri membawa sebuah laptop
yang paling canggih, sebagai kejutan (Wijaya, 2011: 2)
(48) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali
ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya di
bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin
punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi
sejelek-jeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memang
dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah,
segalanya akan saya serahkan, nanti (Wijaya, 2011: 3)
(49) Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. tetapi sudah
terlambat. Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan
menyuruh saya kembali. Rumah kos itu sudah kosong. Dia pergi
membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik
kertas kecil dan pesan kecil (Wijaya, 2011: 8).
Berdasarkan kutipan (46), menggambarkan lokasinya sedang
dalam perjalanan. Ayah Taksu berpikir bahwa ia lah yang salah
mendidik anaknya sehingga anaknya ingin bercita-cita menjadi guru.
Kutipan (47), menggambarkan lokasi percakapan di kos tempat Taksu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
tinggal. Ayah dan ibu Taksu mengunjungi anaknya dengan membawa
oleh-oleh berupa kerupuk kulit ikan kegemaran Taksu dan laptop
canggih. Kutipan (48), menggambarkan lokasi percakapan di kamar kos
Taksu. ayahnya kembali mengunjungi Taksu dan memberikan sebuah
hadia berupa mobil, agar Taksu ingin mengubah cita-citanya. Kutipan
(49), menggambarkan lokasi percakapan di dalam kamar kos Taksu.
ketika terjadi pertengkaran dengan ayah Taksu, Taksu pergi dan
membawa semua barang-barangnya dan yang tinggal hanya secarik
kertas dan sebuah pesan.
c. Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita
menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang
berperan pula dalam cerita tersebut.
(50) “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya
saja sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!” (Wijaya,
2011: 2)
Kutipan (50), menggambarkan tokoh Ibu yang pemarah. Karena
ibu tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru. Oleh karena itu, ayahlah
yang menjadi sasaran kemarahan.
d. Kualitas mental tokoh
Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan atau aliran
tuturan. Kualitas mental ayah dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
adalah kuat. Berikut kutipan yang menunjukkan bahwa kualitas mental
ayah kuat.
(51) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu memutuskan.
Jadi, singkat kata saja, kamu mau jadi apa sebenarnya?” Taksu
memandang saya. “Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali?”
(Wijaya, 2011: 4)
Kutipan (51), menunjukkan karakter Ayah yang sangat keras,
memaksakan kehendaknya supaya Taksu tidak menjadi guru. Karena
ayah Taksu beranggapan bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa
depan.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan
memperjelas
karakter
para
tokoh.
Kutipan berikut
ini
dapat
menggambarkan karakter tokoh Ayah melalui nada, suara, tekanan, dan
dialek.
(52) “Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. kunci ini boleh
kamu ambil sekarang juga, kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak
akan mau jadi guru, sebab itu memalukan orang tua kamu. Kamu
ini investasi untuk masa depan kami, Taksu, mengerti? Kamu
kami sekolahkan supaya kamu meraih gelar, punya jabatan,
dihormati orang tua, supaya kami juga ikut terhormat. Supaya
kamu berguna kepada bangsa dan punya duit untuk merawat
kamiorang tuamu kalau kami sudah jompo nanti. Bercita-citalah
yang bener. Mbok mau jadi presiden begitu! Masak guru! Gila!
Kalau kamu jadi guru, paling banter setelah menikah kamu akan
kembali menempel di rumah orang tuamu dan menyusu sehingga
semua warisan habis ludes. Itu namanya kerdil pikiran. Tidak!
Aku tidak mau anakku terpuruk seperti itu!” (Wijaya, 2011: 4)
Kutipan (52), menunjukkan karakter ayah yang sangat pemarah dan
keras pada Taksu. di dalam kutipan tersebut terdapat mbok mau jadi
presiden begitu! Masak mau jadi guru! Gila! Kutipan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
menandakan bahwa ayah Taksu tidak setuju anaknya bercita-cita
menjadi guru.
f. Karakteristik melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau
tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(53) “Coba jawab untuk terakhir kalinya, mau jadi apa kamu
sebenarnya?” “Mau jadi guru.” Saya tak mampu melanjutkan.
Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja meloncat.
Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya (Wijaya, 2011:
5)
Kutipan (53), menunjukkan karakteristik melalui tindakan tokoh
ayah adalah melalui tindakan ayah sangat kesal kepada Taksu, karena
kekesalan itulah ayah memukul meja dan menumpahkan kopi. Ayah
kesal karena tekad Taksu ingin menjadi guru sangat teguh.
(2) Taksu
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7-9), penokohan atau perwatakan tokoh Taksu
ditemukan sebagai berikut.
a.
Karakteristik melalui dialog
Karakteristik melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan
penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jadi diri tokoh
yang dituju penutur, kualitas para tokoh, nada suara, penekanan, dialek,
dan kosa kata. Perhatikan kutipan berikut ini.
(54) “Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak.”
Katanya sama sekali tanpa berdosa (Wijaya, 2011: 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kutipan (54), menggambarkan karakter Taksu teguh pada
pendiriannya. Taksu memiliki tekat yang kuat untuk menjadi seorang
guru, tetapi ayah dan ibu Taksu tidak setuju anaknya menjadi guru.
b.
Lokasi dan situasi percakapan
Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah
cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi
percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui
situasi pengarang dapat juga menggambarkan watak para tokoh dalam
suatu cerita.
(55) “Bagaimana Taksu,” kata saya sambil menunjukkan kunci mobil
itu. “Ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu juga harus memberi
hadiah buat Bapak.” Taksu melihat kunci mobil itu dengan
dingin. “Hadiah apa Pak?” Saya tersenyum. “Tiga bulan Bapak
rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi,
singkat kata saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?” (Wijaya,
2011: 4).
Kutipan (55), menggambarkan lokasi percakapan di kamar kos
Taksu. Taksu yang pada waktu itu dikunjungi oleh ayahnya dan diberi
hadiah oleh dengan syarat Taksu tidak boleh menjadi guru. Tetapi
Taksu dengan tegas menjawab bahwa ia ingin menjadi guru.
c.
Jati diri tokoh yang dituju
Penutur yang dimaksud disini adalah tokoh lain dalam cerita yang
menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang
berperan pula dalam cerita tersebut. Berikut ini kutipan dialog salah
satu tokoh yang dapat menggambarkan karakter Taksu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
(56) “Yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu pekerjaan
yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu
untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham? Taksu mengangguk.
“Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?” (Wijaya, 2011: 3)
Kutipan (56), mengambarkan karakter Taksu yang teguh pada
pendiriannya. Taksu bertanya kepada ayahnya apa salahnya menjadi
seorang guru. Meskipun, orang tua Taksu tidak setuju, ia akan tetap
bercita-cita menjadi guru.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental para tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara
atau bercakap-cakap dengan tokoh lain melalui alunan atau aliran
tuturan. Perhatikan kutipan berikut ini.
(57) “Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh kau, kalau kau masih saja
tetap mau jadi guru.” Taksu menatap saya. “Apa?” “Kalau kamu
tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!” teriak
saya kalap. Taksu balas memandang saya tajam. “Bapak tidak
akan bisa membunuh saya.” (Wijaya, 2011: 6)
Kutipan (57), menunjukkan karakter Taksu yang berani mengambil
keputusan ingin menjadi guru. Bahkan Taksu berani membantah
ayahnya demi cita-citanya. Ia mengatakan bahwa Bapak tidak akan
dapat membunuh saya demi cita-citanya menjadi guru.
e. Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek, dan kosa kata dapat membantu dan
memperjelas karakter
para
tokoh.
Kutipan berikut
ini
dapat
menggambarkan karakter tokoh Taksu melalui nada, suara, tekanan,
dialek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(58) “Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa
busuk lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkan tetap tertinggal abadi.
Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi inspirasi kepada
generasi di masa yang akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak.”
(Wijaya, 2011: 6)
Kutipan (58), menunjukkan karakter Taksu yang sangat berani,
tegas, dan teguh pendirian. Taksu menjelaskan kepada ayahnya bahwa
menjadi seorang guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin bisa busuk
lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkan tetap tertinggal abadi.
f. Karakterisasi melalui tindakan tokoh
Karakter tokoh dapat dilihat melalui tindakan atau tingkah laku
tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(59) “Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru, sebab saya tidak mau
mati.” Saya bengong. Saya belum pernah dijawab tegas oleh anak
saya. Saya jadi gugup. “Bangsat! Kata saya kelepasan. “Siapa
yang sudah mengotori pikiran kamu dengan semboyan keblinger
itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasikan kamu, Taksu?” Taksu
memandang kepada saya tajam. “Siapa Taksu?!” “Bapak sendiri,
kan?” (Wijaya, 2011: 6)
Kutipan (59), memiliki karakter tindakan yang sangat keras dan
selalu mengikuti apa yang orang tuanya lakukan. Sehingga Taksu
menunjuk
ayahnya
sendiri
menghormati jasa seorang guru.
yang
memberinya
contoh
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(3) Ibu Taksu
Berdasarkan teori tidak langsung yang dikemukakan oleh
Minderop (2011: 7-9), penokohan atau perwatakan tokoh Ibu
ditemukan sebagai berikut.
a. Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melalui dialog terdiri atas apa yang dikatakan
penutur, jati diri penutur, lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh
yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh, nada suara,
penekanan, dialeg, dan kosa kata. Melalui dialog yang digunakan oleh
tokoh, maka pembaca dapat menganalisis kesimpulan yang berkaitan
dengan penokohan atau perwatakan tokoh. Perhatikan kutipan berikut
ini.
(60) Kau terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya
sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh diri! (Wijaya,
2016: 2)
Kutipan (60), menggambarkan karakter ibu yang pemarah dan
tidak sabar. Tokoh ibu marah karena, ayah Taksu terlalu memanjakan
anaknya, sehingga anaknya sekarang menjadi seenaknya sendiri.
b. Lokasi dan situasi percakapan
Lokasi dan situasi percakapan berperan penting dalam sebuah
cerita agar pembaca memiliki gambaran cerita. Melalui lokasi
percakapan, pengarang dapat menggambarkan suatu keadaan. Melalui
situasi percakapan pengarang dapat juga menggambarkan watak para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
tokoh dalam suatu cerita. Kutipan berikut ini dapat menggambarkan
karakter Ibu dilihat dari lokasi dan situasi percakapan.
(61)
“Laptopnya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi!
Kasih dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam
memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri,
Taksu!” (Wijaya, 2011: 3).
Kutipan (61), lokasi dalam percakapan di kamar kos Taksu. Ibu
menyuruh Bapak supaya membawa pulang lagi laptopnya dan membuat
Taksu memutuskan sesuatu tidak terburu-buru.
c. Jati diri tokoh yang dituju
Penutur yang dimaksudkan disini adalah tokoh lain dalam cerita
yang menyampaikan tuturan atau cerita mengenai tokoh tertentu yang
berperan pula dalam cerita. Berikut ini kutipan dialog salah satu tokoh
yang dapat menggambarkan karakter Ibu.
(62)
“Sudah waktunya membuat shock therapy pada Taksu, sebelum ia
kejeblos terlalu dalam. Ia memang memang memerlukan
perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang
menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak
zaman sekarang, akal bulus!Yang dia kepingin bukan laptop tapi
mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya mau
mengikuti apa nasehat kita!” (Wijaya, 2011: 3)
Kutipan (62), menggambarkan karakter ibu yang sangat sabar dan
kadang-kadang jika kemauannya tidak terpenuhi ibu sangat pemarah.
Makanya ibu kaget anaknya bercita-cita menjadi guru.
d. Kualitas mental para tokoh
Kualitas mental tokoh dapat diketahui ketika tokoh berbicara atau
bercakap-cakap dengan tokoh lain. Perhatikan kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(63)
“Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu!” Teriak
saya kalap (Wijaya, 2011: 7)
Kutipan (63), menunjukan karakter ibu yang sayang pada anaknya.
Ibu tidak mau sesuatu yang tidak baik terjadi pada anaknya, meskipun ia
sangat tidak setuju jika Taksu ingin menjadi guru.
e.
Nada, suara, tekanan, dialek
Nada, suara, tekanan, dialek dapat membantu memperjelas karakter
tokoh. Kutipan berikut dapat menggambarkan tokoh Ibu.
(64)
“Ayo kembali! Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau
memang mau ngasih anak mobil, kasih saja jangan pakai syarat
segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar
mata duitan!” (Wijaya, 2011: 8)
Kutipan (64), menunjukkan karakter Ibu yang peduli dan sayang
pada Taksu, ia tidak menyangka bapak akan melakukan perbuatan seperti
itu pada anaknya sendiri. Ibu marah sekali kepada bapak dan perkataan
yang dikatakan sangat keras.
f. Karakterisasi melalui tindakan
Karakter tokoh dapat dilihat maupun diamati melalui tindakan atau
tingkah laku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.
(65)
“Ayo cepet, nanti anak kamu kabur!” (Wijaya, 2011: 8)
Kutipan (65), menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan ibu
sangat peduli terhadap anaknya. Ia menyuruh Bapak untuk kembali ke
kos Taksu supaya tidak terjadi apa-apa dengannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
d. Latar
Latar adalah pijakan cerita konkret dan jelas untuk memberikan kesan
secara realistis pada pembaca. Latar tempat dan waktu dikategorikan
dalam latar fisik (physical setting). Namun, latar tidak terbatas pada
tempat-tempat tertentu saja, atau bersifat fisik saja, melainkan juga yang
terwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku
di tempat yang bersangkutan. Dengan demikian latar dapat dibedakan
menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial (Nurgiyantoro, 2009:
217-219).
Peserta didik diminta untuk menemukan latar yang terdapat dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya. Latar tersebut tebagi menjadi latar
tempat, latar waktu, dan latar sosial. Berikut akan dianalisis ketiga latar
tersebut.
1.
Latar tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan
sosial masyarakat, nilai-nilai tingkah laku, suasana dan sebagainya yang
mungkin berpengaruh pada penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro,
2009: 227-228).
Peserta didik diminta untuk menemukan latar tempat yang terdapat
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya. Latar tempat terjadi di kos Taksu,
di rumah dan dikamar. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
a.
Di kos
(66) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua
datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya (Wijaya, 2011: 2)
b.
Di rumah
(67) Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada istri
saya apa yang sudah saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian.
Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak percaya dengan apa yang
saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya
melotot dan saya dibentak habis-habisan (Wijaya, 2011: 7)
c.
Di kamar
(68) Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. tetapi sudah terlambat.
Anak itu seperti sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya
kembali. Rumah kos itu sudah kosong. Dia pergi membawa semua
barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan pesan
kecil (Wijaya, 2011: 7)
(69) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik.
Tetapi ketika menoleh, itu bukan Taksu tetapi istri saya yang
menyusul karena merasa cemas (Wijaya, 2011: 7)
2.
Latar waktu
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro,
2009:231) latar waktu memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu
penulisan cerita dan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita.
Peserta didik diminta untuk menemukan latar waktu dalam cerpen
Guru karya Putu Wijaya. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen Guru
menunjukkan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan
dalam cerita. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut.
(70) “Pikirkan sekali lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu
menggeleng. “Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak.
Saya ingin jadi guru.” (Wijaya, 2011: 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
(71) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua
datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami
tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk
kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop
baru yang paling canggih, sebagai kejutan (Wijaya, 2011: 2)
(72) “Laptopnya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi!
Kasih dia waktu tiga bulan, supaya bisa lebih mendalam dalam
memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri, Taksu!”
(Wijaya, 2011: 3)
(73) Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak
menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak
merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan anak
(Wijaya, 2011: 4)
(74) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk
memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu
sebenarnya?” (Wijaya, 2011: 4)
(75) “Baik, kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu
mulai bulan depan kami stop. Kamu hidup saja sendirian. Supaya
kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana penderitaan hidup
kamu. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan.
Mudah-mudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan
yang benar. Tiga bulan lagi Bapak akan datang. Waktu itu pikiranmu
sudah pastikan berubah! Bangkit memang baru terjadi sesudah
sempat hancur!Tapi tak apa.” (Wijaya, 2011: 5)
(76) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya
membawa kunci mobil mewah. Tapi terlebih dulu saya mengajukan
pertanyaan yang sama (Wijaya, 2011: 5)
(77) “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! Kamu
jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat yang Bapak
berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu tidak mau
sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan
kurang ajar pada gutu-guru yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu
tidak sabar meskipun sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi,
tapi itulah orang-orang yang akan menyelamatkan hidup kamu.
Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel sampai kamu siap
(Wijaya, 2011: 6-7)
(78) Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua
persepsinya tentang hidup. Dengan tidak malu-malu lag, saya seret
nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang cantik itu, mau
menyeret anak saya ke masa depan yang gelep (Wijaya, 2011: 7)
(79) Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya
rontok. Taksu itu anak satu-satunya. Sebelas tahun kami
menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sana-kemari, sampai
berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua
kali mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami
pasrah tetapi tidak menyerah, akhirnya istri saya mengandung dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
lahirlah Taksu. anak yang sangat mahal, bagaimana mungkin saya
akan biarkan dia kabur? (Wijaya, 2011: 8)
(80) Tetapi itu sepuluh tahun yang lalu. Sekarang saya sudah tua. Waktu
telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya diluar
dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul
beban keluarga. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang
mengimpor barang-barang meah dan mengekspor barang-barang
kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara (Wijaya,
2011: 8-9).
3.
Latar Sosial
Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada
suatu tempat dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan
hidup, cara berpikir dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan
masyarakat yang kompleks (Nurgiyantoro, 2009: 233).
Peserta didik diminta menemukan latar sosial yang terdapat dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya. Latar sosial yang terdapat dalam cerpen
Guru menggambarkan bahwa Taksu sudah berhasil menjadi seorang guru
bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan menjadi guru bagi anak muda
lain. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut.
(81) Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu
rupa, sehingga semuanya diluar dugaan. Sekarang Taksu sudah
menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi salah
seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah
dan mengekspor barang-barang kerajianan serta ikan ke berbagai
wilayah mancanegara (Wijaya, 2011: 8-9)
(82) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga
bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan
guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos
kerja,” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris
causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi (Wijaya, 2011: 9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
e. Sudut Pandang
Peserta didik diminta untuk menemukan sudut pandang dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya. Sudut pandang adalah cara pengarang
menggambarkan tokoh, agar pembaca dapat memahami tokoh dalam
sebuah cerita. Peneliti memilih menggunakan teori yang dikemukakan
oleh Nurgiyantoro (2010: 249) sudut pandang dibedakan menjadi tiga,
yaitu sudut pandang “dia”, sudut pandang persona pertama “aku”, dan
sudut pandang campuran. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen
Guru karya Putu Wijaya adalah sudut pandang campuran dimana
pengarang dalam mengisahkan tokoh dengan menggunakan sudut pandang
persona ketiga “dia” dan sudut pandang persona aku secara bergantian.
Hal tersebut ditandai dalam kutipan sebagai berikut.
(83) Anak saya bercita-cita menjadi guru. tentu saja saya dan istri saya
jadi shok. Kami berdua tahu, macam masa depan seorang guru.
karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia
ngomong.
f. Gaya Bahasa
Peserta didik diminta untuk mengidentifikasi gaya berbahasa dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya. Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah
pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang
akan diungkapkan. Teknik itu sendiri dilain pihak merupakan suatu bentuk
pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti
yang dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro, 2011: 227).
Dilihat dari bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis cerita,
gaya bahasa dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya menggunakan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa yang khas
yang juga digunakan pengarang dalam menggungkapkan pikiran serta
memperlihatkan kepribadian pengarang. Tetapi kata yang dipilih oleh
pengarang ada yang mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang
dianggap berbeda tetapi dianggap sama. Hal tersebut dapat dibuktikan
dalam kutipan berikut ini.
(84) Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan
pun tidak ada yang mau beli.
g. Tema
Sudjiman memaparkan ada tiga langkah yang dapat diambil dalam
menemukan tema. Pertama, harus dilihat persoalan yang paling menonjol.
Kedua, secara kualitatif persoalan yang banyak menimbulkan konflik,
konflik yang melahirkan peristiwa. Ketiga, menentukan waktu penceritaan
yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh yang ada
dalam karya sastra. Ketiga, langkah tersebut digunakan secara berurutan
apabila menggunakan langkah-langkah pertama belum terjawab temanya,
maka langkah berikutnya yang diambil adalah cara kedua, demikian
seterusnya sampai tema yang dicari dapat ditemukan dengan tepat
(Sudjiman, 1998: 92).
Peserta didik diminta untuk menemukan tema dari langkah-langkah
yang sudah ada. Berikut ini akan dianalisis ketiga langkah-langkah
penentuan tema.
1) Persoalan yang Paling Menonjol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Persoalan yang paling menonjol yang terdapat dalam cerpen Guru
karya Putu Wijaya adalah tentang orang tua yang melarang anaknya
mempunyai cita-cita sebagai seorang guru. Tetapi anaknya yang bernama
Taksu ini mempunyai pendirian yang sangat kukuh ingin menjadi seorang
guru. Cita-cita yang sangat mulia ini tidak disetujui oleh kedua orang
tuanya, karena mereka menganggap menjadi seorang guru tidak memiliki
masa depan.
(85) Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya
jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru.
Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia
ngomong. “Kami dengar selentingan, kamu mau jadi guru, Taksu?
Betul?!” Taksu mengangguk. “Betul Pak,” Kami kaget. “Gila, masak
mau jadi g-u-r-u?” “Ya.” (Putu Wijaya, 2011: 1)
(86) Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami sama
sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami
tatap tajam-tajam, mata Taksu nampak tenang tak bersalah. Ia pasti
sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas
ia tidak mengetahui permasalahannya (Putu Wijaya, 2011: 1)
(87) “Taksu dengar baik-baik, Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah
itu terserah kamu! Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di
jalan kumuh desa. Kita hidup di kota. Dan ini era milenium ketiga
yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa
sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu
dilnya jadi guru karena terpaksa, karena mereka gagal meraih yang
lain. Mereka jadi guru asal tidak menganggur saja. Ngerti? Setiap
kali kalau ada kesempatan, mereka akan loncatmengambil yang lebih
menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan
bukan orang yang gagal, kenapa kamu jadi putus asa begitu?!” “Tapi
saya mau jadi guru.” (Putu Wijaya, 2011: 1)
(88) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu
seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai
besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya kejepit.
Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang
naik jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh.
Di desa juga guru hidupnya bukan dari ngajar tapi dari tani. Karena
profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai cita-cita, buat ongkos
jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi. Taksu. Masak jadi guru?
Itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak
kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah bertingkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak punya
masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih utak-atik
menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu
bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda, otak
kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba
kamu pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin!” (Putu Wijaya,
2011: 1-2)
(89) “Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat
sendiri, negara tidak pernah memberi gaji yang setimpal, karena
mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas karena dipuji.
Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji
sedikit saja sudah mau banting tulang, kerja rodi tidak peduli tidak
dibayar. Kamu tertipu Taksu! Puji-pujian itu dibuat supaya orangorang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi guru.
Padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlomba-lomba dikirim keluar
negeri biar sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi
jabatan bapaknya! Masak begitu saja kamu tidak nyahok?! (Putu
Wijaya, 2011: 3).
Berdasarkan kutipan di atas peristiwa yang paling menonjol dari cerpen
Guru yang telah dianalisis terdapat pada halaman 1-2. Setelah
menganalisis tema dengan langkah pertama berdasarkan persoalan yang
paling menonjol dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya maka dapat
disimpulkan bahwa tema dari Cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah
menceritakan tentang seorang anak yang bercita-cita menjadi seorang
guru. Anak ini bernama Taksu, cita-cita ia ini sangat mulia ingin menjadi
seorang guru. Tetapi cita-cita menjadi seorang guru tidak disetujui oleh
kedua orang tuanya. Orang tuanya mengganggap menjadi seorang guru
tidak ada masa depan. Hidupnya suram. Pekerjaan yang dilakukan tidak
sebanding dengan penghasilan yang didapat. Itulah sebabnya, orang tua
Taksu tidak memperbolehkan menjadi seorang guru. Tetapi Taksu tetap
pada pendiriannya yang sangat kokoh ingin menjadi seorang guru,
sehingga pada akhirnya Taksu membuktikan perubahan besar terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
dihidupnya. Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor
barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan
ke berbagai wilayah di mancanegara, dan ia menjadi seorang guru bagi
sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain
yang menjadi adik generasinya.
2) Persoalan yang Paling Banyak Menimbulkan Konflik
Persoalan yang paling banyak menimbulkan konflik dan peristiwa
yaitu keinginan Taksu yang bercita-cita menjadi seorang guru. Orang
tuanya pun tidak setuju dengan cita-cita Taksu. Mereka menganggap
bahwa menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di jalan kumuh di
desa.
(90) Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya
membawa kunci mobil mewah. Tapi ini terlebih dulu saya
mengajukan pertanyaan yang sama. “coba jawab untuk yang terakhir
kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?” “mau jadi guru.” saya tak
mampu lagi melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas
di atas meja meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka
saya. (wijaya, 2011: 5)
Berdasarkan kutipan di atas, persoalan yang paling menonjol adalah
pada bapak menanyakan pertanyaan terakhir kepada Taksu, ia mau jadi
apa sebenarnya? Kemudia taksu menjawab ia akan tetap ingin menjadi
guru. konflik pun terjadi antara bapak dengan Taksu. bapak memukul meja
dan gelas yang ada di atas meja melayang dan kopi yang ada di dalamnya
muncrat ke muka bapak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
3) Waktu Penceritaan Peristiwa atau Tokoh
Waktu penceritaan peristiwa yang meliputi antara orang tua dan anak.
Hal tersebut ditunjukkan dalam kutipan di bawah ini.
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya
jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru.
Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia
ngomong (Putu Wijaya, 2011: 1)
Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu mala petaka. Kami
sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika
kami tatap tajam, mata Taksu nampak tenang tak bermasalah. Ia
pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya.
Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya ( Putu Wijaya, 2011: 1)
Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami
tidak setuju. Istri saya menarik nafas dalam-dalam karena kecewa,
lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blak-blakan (Putu Wijaya,
2011: 1)
“Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru
itu seperti apa? Guru itu hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan
sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli. Hidupnya
kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada
guru yang naik Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam
gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya bukan dari mengajar tapi
dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai citacita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita harus tinggi. Taksu.
Masak jadi guru? Itu cita-cita sepele banget, itu namanya menghina
orang tua.masa kamu tidak tahu? Mana ada guru yang punya rumah
bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu
tidak punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur dia masih saja
otak-atik menyiapkan bahan pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa
kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu masih muda,
otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan.
Coba pikir lagi dengan tenang dengan otak dingin! (Putu Wijaya,
2011: 1-2)
“Sudah saya pikir masak-masak,” Saya terkejut. “Pikirkan sekali
lagi! Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu menggeleng. “Dikasih
waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru.”
“Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!” (Putu Wijaya, 2011:
2)
Kamis tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya sepanjang
perjalanan. Yang dijadikan bulan-bulanan, saya. Menurut dia,
sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu jadi cupet
pikirannya. “Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
seenak perutnya sekarang. Masak mau jadi guru. Itu kan bunuh
diri!” (Putu Wijaya, 2011: 2)
Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua
datang lagi mengunjungi Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami
tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya membawa kerupuk
kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah laptop
baru yang paling canggih, sebagai kejutan (Putu Wijaya, 2011: 2)
Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul.
Ketika kami tanyakan bagaimana hasil perenungannya selama dua
bulan. Taksu memberi jawaban yang sama. “Saya sudah bilang
saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak,” katanya sama sekali
tanpa rasa berdosa. Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan
dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak bisa lagi
mengekang merahnya. Taksu disemprotnya habis (Putu Wijaya,
2011: 2).
“Taksu! Kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh
puji-pujian orang-orang pada guru itu ya?!” damprat istri saya.
“Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan, guru itu
berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu
bahasa pemerintah! Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah
menyebabkan orang jadi pinter? Apa kamu tidak baca di koran,
banyak guru-guru yang brengsek dan bejat sekarang? Ah?” (Putu
Wijaya, 2011: 2-3)
“Kamu kan bukan jenis orang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang
apa gunanya puji-pujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret.
Yang konkret itu adalah duit. Taksu. Jangan kamu takut dituduh
meterialistis. Siapa bilang materialistik itu jelek. Itu kan kata
mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit
mereka lalu memaki-maki duit. Mana mungkin kamu bisa hidup
tanpa duit? Yang benar saja. Kita hidup perlu materi. Guru itu
pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan
hidup kamu untuk sesuatu yang tidak berguna? Paham?” (Putu
Wijaya, 2011: 3)
Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak
menghubungi kami. Saya jadi cemas. Ternyata anak memang tidak
merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta diperhatikan
anak (Putu Wijaya, 2011: 4)
Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali
ini saya datang dengan kunci mobil. Saya tarik deposito saya
dibank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu ingin
punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelekjeleknya kan mobil, dengan bonus janji, kalau memamng dia mau
mengubah cita-citanya, jangankan mobil mewah, segalanya akan
saya serahkan, nanti (Putu Wijaya, 2011: 4)
“Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk
memutuskan. Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa kamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
sebenarnya?” Taksu memandang saya. “Jadi guru. Kan sudah saya
bilang berkali-kali?” (Putu Wijaya, 2011: 4)
(104) “Bangsat! Kata saya kelepasan. “Siapa yang sudah mengotori
pikiran kamu dengan semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah
mengindoktrinasi kamu, Taksu?” taksu memandang saya tajam.
“Siapa Taksu?!” Taksu menunjuk. “Bapak sendiri, kan?” Saya
terkejut. “Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain
Taksu!kamu jangan ngacau! Kamu tidak bisa hidup dengan nasehat
yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas.
Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu
bahkan bandel dan kurang ajar pada guru-guru kamu yang datang
ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sadar meskipun sepatunya butut
dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan
menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu
tempel sampai kamu siap. Sebelum kamu siap, kamu harus
menghormati mereka, sebab dengan menghormati mereka, baru
ilmu itu bisa melekat. Tanpa ada ilmu kamu tidak akan bisa
bersaing di zaman global ini. Tahu? (Putu Wijaya, 2011: 6-7)
(105) “Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru.” Tangan saya
gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu.
Kertas yang nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti
dari kunci BMW yang harganya semiliyar dan sudah
menggosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu,
mencium bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau.
Apakah sudah takdir dari anak dan orang tua bentrok? Mau tak
mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah menyesatkan
pikiran Taksu. Kembali saya memaki-maki guru yang sudah
dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam
kenyataannya banyak sekali guru yang brengsek (Putu Wijaya,
2011: 8).
Dengan langkah ketiga dalam menentukan tema cerpen, maka
dapat disimpulkan bahwa tema yang menggambarkan waktu penceritaan
adalah ketika ayah dan ibu Taksu yang shok mendengar anaknya bercitacita menjadi seorang guru. Tetapi Taksu tetap teguh pada pendirian, bahwa
cita-cita menjadi seorang guru adalah impiannya. Berbagai cara telah
dilakukan orang tuanya untuk membujuk Taksu, tetapi usaha yang
dilakukan selalu saja gagal. Taksu tetap bercita-cita menjadi seorang guru.
Berdasarkan penentuan tema secara keseluruhan maka dapat disimpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
bahwa tema dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah “Tekat seorang
anak yang bercita-cita menjadi guru” karena tokoh utama dalam cerpen ini
yaitu “Taksu” mencerminkan orang yang memiliki tekat yang luar biasa
serta konsisten dengan cita-citanya. Banyak rintangan yang dihadapi
Taksu, dari mulai orang tuanya yang tidak setuju dengan cita-citanya
untuk menjadi seorang guru. Tetapi, Taksu memiliki tekat yang sangat luar
biasa untuk membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia benar-benar ingin
menjadi seorang guru. Maka dari itu tema dalam cerpen Guru ini
diklasifikasikan sebagai tema “Tekat” karena tema ini menggambarkan
tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi seorang guru. Tetapi ayah
dan ibunya tidak setuju anaknya memiliki cita-cita menjadi guru. Karena
kehidupan seorang guru tidak mempunyai masa depan. Berbagai cara telah
dilakukan orang tua Taksu supaya anaknya tidak menjadi guru. Namun
hasilnya sia-sia. Taksu pun tetap teguh pada keyakinannya untuk menjadi
seorang guru. Ia percaya suatu saat nanti akan membawa perubahan di
dalam hidupnya dan orang-orang sekitar.
g. Amanat
Peserta didik diminta untuk menyimpulkan amanat dalam cerpen
Guru karya Putu Wijaya. Amanat merupakan pesan yang ingin
disampaikan kepada pembaca melalui karyanya dan mengandung nilai
moral, makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca. Amanat
yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah jangan
memaksakan kehendak orang lain. Kita dapat mencontoh Taksu, walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Taksu tidak disetujui oleh orang tuanya menjadi guru, tetapi Taksu
mempunyai tekat untuk menjadi guru, sehingga ia dapat membuktikan bisa
menjadi guru untuk generasi muda bangsa dan negara. Kita juga tidak
boleh menjelekkan pekerjaan apapun itu, karena semua pekerjaan adalah
sama. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut ini.
(106) Guru itu tidak mempunyai masa depan. Dunianya suram.
Kutipan (106), menunjukkan bahwa pekerjaan guru dianggap tidak
mempunyai masa depan dan dunianya suram, padahal jika kita
mengerjakan segala sesuatu pekerjaan, jika kita kerjakan sungguh-sungguh
pasti kita mendapat hasil yang memuaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
4.3 Perencanaan Pembelajaran Unsur Intrinsik Cerpen “Guru” Karya Putu
Wijaya dengan Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan.
Langkah pertama, peserta didik mengembangkan pemikiran dalam memahami
dan menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan serta
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sangat berkaitan
dengan
metode
kontekstual,
karena
siswa
berperan
aktif
dalam
menghubungkan cerita pendek Guru dengan situasi atau keadaan sehari-hari.
Kedua, melaksanakan kegiatan inkuiri (siswa menemukan alur, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat dari cerpen Guru).
Ketiga, bertanya berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen Guru. Keempat,
diskusi kelompok mendiskusikan unsur alur, tokoh dan penokohan, sudut
pandang, gaya berbahasa, tema dan amanat. Kelima, pemodelan unsur
intrinsik cerpen yang sudah dianalisis. Keenam, refleksi setelah pembelajaran
akan selesai. Ketujuh, penilaian autentik, pada langkah ini guru melakukan
penilaian pembelajaran melalui analisis unsur intrinsik cerpen Guru karya
Putu Wijaya. Berikut ini akan dideskripsikan langkah-langkah pembelajaran
kontekstual. Berikut pembahasan langkah-langkah pendekatan kontekstual
yang digunakan untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu
Wijaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
1.
Mengembangkan pemikiran dalam memahami serta membuat sinopsis
dari cerpen Guru karya Putu Wijaya (Kontruktivisme)
Pada tahap awal ini, peserta didik mengembangkan pemikiran dalam
memahami dan menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri
pengetahuan serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal
ini sangat berkaitan dengan metode kontekstual, karena siswa berperan
aktif dalam menghubungkan cerita pendek Guru dengan situasi atau
keadaan sehari-hari. Siswa membaca secara bersama-sama cerpen Guru
karya Putu Wijaya dan memahami isi serta makna cerita. Setelah itu, siswa
membuat sinopsis dari cerpen Guru agar siswa mudah memahami isi cerita
dari cerpen tersebut. Berikut ini sinopsis cerpen Guru karya Putu Wijaya.
Cerita pendek Guru menceritakan tentang seorang yang bercita-cita
menjadi guru, tetapi banyak hambatan untuk meraih cita-cita yang ia
inginkan. Anak itu bernama Taksu. Ayah dan ibunya tidak setuju dengan
keinginan Taksu yang bercita-cita menjadi guru. Mereka menganggap
menjadi guru itu tidak mempunyai masa depan dan dunianya suram. Orang
tuanya pun membujuk untuk mengikuti nasihatnya. Segala cara dilakukan
orang tuanya supaya Taksu berubah pikiran. Tetapi Taksu tetap
mempertahankan cita-citanya menjadi guru. Kepribadian Taksu yang
kokoh seperti itu yang memicu semangatnya ingin tetap menjadi guru
walaupun, kedua orang tuanya tidak setuju. Perjuangan yang sangat sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
dilewati Taksu untuk membuktikan bahwa ia ingin tetap menjadi guru,
meskipun kedua orang tuanya tidak setuju.
10 tahun sudah berlalu. Kini Taksu menjadi tulang punggung keluarga
dan menjadi seorang pengusaha sukses serta guru bagi 10.000 pegawainya
dan guru bagi generasi muda. Akhirnya Taksu dapat membuktikan citacitanya kepada kedua orang tuanya dan ia mendapat gelar doctor honoris
causa.
2. Kegiatan Inkuiri
Setelah siswa memahami dan membuat sinopsis dari cerpen Guru,
langkah kedua, siswa melakukan kegiatan inkuiri yaitu menemukan unsur
intrinsik yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya.
3. Bertanya
Setelah siswa menganalisis unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan,
sudut pandang, amanat, dan gaya berbahasa dalam cerpen Guru Putu
Wijaya, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan bertanya peserta
didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang mereka miliki dan
dapat menambah pengetahuan yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Pertanyaan yang dapat ditanyakan berkaitan dengan unsur tema, alur, latar,
tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat, dan gaya berbahasa yang
dikaitkan di dalam kehidupan nyata. Guru juga memberikan pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
yang berkaitan dengan cerpen Guru, kemudian dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari supaya siswa lebih termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran.
Berikut ini contoh kutipan yang dapat direlevansikan dalam
kehidupan nyata peserta didik. Kutipan pada akhir cerita cerpen Guru
yang dapat di contoh oleh peserta didik, keinginan Taksu menjadi seorang
guru tidaklah mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapi, karena ayah
dan ibu Taksu sangat tidak setuju anaknya menjadi guru. Relevansinya di
dalam kehidupan nyata peserta didik bahwa cita-cita yang dimiliki harus
dapat kita raih untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang.
(107) Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu
rupa, sehingga semuanya di luar dugaan. Sekarang Taksu sudah
menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia menjadi
salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang
mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar
ke berbagai wilayah mancanegara (Putu Wijaya, 2011: 8-9)
(108) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga
bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan
guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos
kerja,” ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris
causa dari sebuah perguruan tinggi bergengsi (Putu Wijaya, 2011:
9)
Kutipan di atas, menunjukkan bahwa Taksu telah menggantikan beban
hidup kelurganya. Ia sekarang menjadi seorang pengusaha besar dan
menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya dan bagi
anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
2.
Diskusi kelompok (Masyarakat belajar)
Setelah menemukan konsep pembelajaran melalui bertanya, peserta
didik dibagi menjadi 3-4 orang di dalam kelompok. Di dalam diskusi
kelompok peserta didik mendiskusikan unsur tema, alur, latar, tokoh,
penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen Guru karya
Putu Wijaya. Diskusi kelompok ini dapat membantu peserta didik dalam
belajar menuangkan pikiran, ide dan gagasan yang dimiliki serta dapat
menambah wawasan.
Di dalam kelompok yang sudah selesai berdiskusi, perwakilan
kelompok menyampaikan ide dan gagasan tentang unsur tema, alur, latar,
tokoh, penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen
Guru karya Putu Wijaya serta dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata.
Setelah itu guru memberikan pernyataan atau kesimpulan dari cerpen
Guru karya Putu Wijaya yang dapat memotivasi peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran.
3.
Pemodelan
Pemodelan diberikan kepada peserta didik dapat mengerti apa yang
guru inginkan sehingga peserta didik dapat mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Guru memberikan pemodelan unsur intrinsik cerpen yang
sudah dianalisis. Melalui pemodelan ini, peserta didik dapat memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
langkah-langkah menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu
Wijaya yang sudah dianalisis.
Cerpen yang berikan kepada peserta didik dalam analisis unsur tema,
alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang, gaya berbahasa dan amanat
adalah cerpen Doktor karya Putu Wijaya. Secara ringkas cerita Doktor
adalah sebagai berikut
4. Refleksi
Setelah pembelajaran akan selesai untuk dapat menguji pemahaman
materi siswa, peserta didik hendaknya membuat catatan kecil mengenai
pemahaman materi unsur intrinsik yang sudah dibahas dan didiskusikan di
dalam kelompok. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengingat
kembali, mencerna, dan menghayati materi pembelajaran (learning to be).
Refleksi ini dapat berupa pengahayatan pengetahuan yang sudah diperoleh
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, baik dalam kekurangan dan
kelebihan yang diperoleh oleh masing-masing peserta didik.
Setelah melakukan pembelajaran di kelas siswa dapat memahami
unsur intrinsik karya sastra yaitu tema, alur, latar, tokoh, penokohan,
sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa. Dalam menentukan tema
terdapat 3 langkah, (1) mencari persoalan yang paling menonjol, (2)
persoalan yang menimbulkan konflik dan peristiwa, (3) persoalan yang
menggambarkan waktu penceritaan peristiwa dan tokoh-tokoh. Alur
terdiri dari tiga tahap yaitu (1) awal (paparan, rangsangan, gawatan), (2)
tengah (tikaian, rumitan, klimaks), (3) dan akhir (leraian, selesaian).
Latar dibedakan menjadi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Tokoh dibedakan menjadi tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan.
Fungsi penampilan tokoh dalam cerita terbagi atas 2 macam, yaitu
tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Penokohan, Sudut pandang, gaya
berbahasa dan amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Bagi guru refleksi berguna sebagai tolok ukur keberhasilan dalam
menggunakan metode kontekstual dan proses pembelajaran. Guru dapat
melakukan penilaian melalui analisis unsur tema, alur, latar, tokoh,
penokohan, sudut pandang, dan gaya bahasa.
5. Penilaian Autentik
Pada langkah terakhir ini, guru melakukan penilaian pembelajaran
melalui analisis unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Guru karya
Putu Wijaya. Guru dapat menilai peserta didik dalam bilang kognitif dari
tugas yang diberikan serta menilai keterampilan menulis. Hasil penilaian
ini sangat ditentukan oleh keseriusan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Dalam melakukan penilaian autentik, guru menyiapkan cerpen yang
berjudul Guru karya Putu Wijaya sebagai bahan penilaian. Cerpen ini
mengisahkan tentang tekat seorang anak yang bercita-cita menjadi guru
dan memiliki tekat yang sangat berani untuk mewujudkan mimpimimpinya. Namun, cita-citanya tidak disetujui oleh ayah dan ibunya.
4.4. Perencanaan Pembelajaran tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut
pandang, amanat dan gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya
Dalam kegiatan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyiapkan materi
pembelajaran.
Guru
juga
harus
menyiapkan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan melihat silabus. RPP sangat
mempunyai peranan penting dalam berlangsungnya pembelajaran, rpp ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
dibuat dengan tujuan supaya dapat tercapainya pembelajaran dengan baik.
Setelah menganalisis unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, sudut pandang
dan gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya, kemudian dilanjutkan
dengan membuat silabus serta RPP pembelajaran cerpen Guru karya Putu
Wijaya untuk pembelajaran siswa SMA kelas XII semester 1. Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut.
A. Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan
jangka pendek untuk memperkirakan dan memproyeksikan tentang apa
yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk
memperkirakan
tindakan
yang
akan
dilakukan
dalam
kegiatan
pembelajaran. Upaya tersebut perlu dilaksanakan untuk mengordinasikan
komponen-komponen pembelajaran, yakni kompetensi dasar, materi dasar,
indikator hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas (PBK). (Mulyasa,
2008: 154-155),
Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman
belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penyusunan
RPP ini, penulis menggunakan pendekatan kontekstual pada langkahlangkah kegiatan pembelajaran untuk siswa kelas XII Semester 1. Menurut
Depdiknas, Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa, dan motivasi siswa untuk membuat hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam pendekatan konteksktual terdapat 7 komponen. Penulis
mengimplementasikan
komponen
pendekatan
kontekstual
dalam
menyusun RPP yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
(1) Kontruktivisme, Siswa mempelajari definisi tema, alur, latar dan tokoh
dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa yang terdapat
dalam cerpen dan mengaitkan mempelajari definisi unsur intrinsik
kedalam kehidupan sehari-hari atau dunia nyata, (2) Inkuiri, siswa
menganalisis secara individu cerpen Guru untuk menemukan unsur tema,
alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya
berbahasa yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya, (3)
Bertanya, Siswa bertanya kepada guru berkaitan dengan unsur tema, alur,
latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa
dan mengaitkannya dengan pertanyaan mempelajari unsur intrinsik dengan
kehidupan sehari-hari.
(4) Masyarakat belajar, siswa mendiskusikan secara berkelompok hasil
analisis setiap individu mengenai unsur tema, alur, latar, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya berbahasa dalam cerpen
Guru karya Putu Wijaya, (5) Pemodelan, guru memberikan contoh
pemodelan cerpen Guru karya Putu Wijaya yang sudah dianalisis, (6)
refleksi, guru dan siswa melakukan refleksi terkait pembelajaran dengan
membuat ringkasan mengenai penguasaan materi, (7) Penilaian otentik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan post-tes berkaitan
dengan materi unsur tema, alur, latar dan tokoh dan penokohan, sudut
pandang, amanat dan gaya berbahasa yang sudah diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini akan dikaji dua hal, yaitu (1) simpulan dan (2) saran.
Simpulan berisi rangkuman atas keseluruhan penelitian ini, sedangkan
saran meliputi hal-hal yang kiranya perlu diperhatikan oleh (1) guru
bahasa Indonesia, (2) penelitian lain.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan oleh
peneliti dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran tokoh,
penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya bahasa
cerpen Guru karya Putu Wijaya. Hasil analisis unsur intrinsik cerpen Guru
sebagai berikut. Pertama, alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu
Wijaya adalah alur campuran, karena pada cerpen Guru menceritakan
peristiwa yang sudah lalu dan diceritakan kembali pada masa sekarang.
Kedua, tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah Taksu, Ayah
Taksu, Ibu. Tokoh utama dan tokoh sentral adalah Taksu dan Saya (Ayah
Taksu). Tokoh tambahan adalah Ibu, karena di setiap peristiwa atau
kejadian tokoh ibu sangat melengkapi bagian setiap cerita.
Ketiga, penokohan tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
adalah Taksu adalah tokoh protagonis. Taksu sebagai tokoh protagonis
karena ia baik, mempunyai pendirian yang teguh serta konsisten ingin
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
menjadi seorang guru. Pada akhir cerita Taksu menjadi tulang punggung
keluarga dan menjadi guru bagi 10.000 orang pegawainya. Tokoh ayah
sebagai tokoh antagonis karena ia bersikap keras kepada anaknya dan
memaksakan kehendaknya agar Taksu tidak boleh menjadi guru. Ayah
Taksu berpikir bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan, itulah
sebabnya ia tidak memperbolehkan anaknya menjadi guru. Tokoh ibu
sebagai tokoh antagonis karena ibu bersifat keras sama seperti ayah yang
memaksakan kehendaknya supaya anaknya tidak menjadi guru. Keempat,
latar dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya terbagi menjadi tiga unsur
yaitu, latat tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat terjadi di kos
Taksu, di rumah dan dikamar. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen
Guru menunjukkan pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan
dikisahkan dalam cerita. Latar sosial yang terdapat dalam cerpen Guru
menggambarkan bahwa Taksu sudah berhasil menjadi seorang guru bagi
sekitar 10.000 orang pegawainya dan menjadi guru bagi anak muda lain.
Kelima, sudut pandang dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah
sudut
pandang
campuran.
Pengarang
dalam
mengisahkan
tokoh
menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” dan sudut pandang
persona aku secara bergantian. Keenam, gaya berbahasa cerpen Guru
karya Putu Wijaya Wijaya menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa yang khas yang juga digunakan
pengarang
dalam
menggungkapkan
pikiran
serta
memperlihatkan
kepribadian pengarang. Tetapi kata yang dipilih oleh pengarang ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap berbeda
tetapi dianggap sama. Ketujuh, tema yang terdapat dalam cerpen Guru
karya Putu Wijaya adalah “Tekat” seorang anak yang bercita-cita menjadi
guru” karena tokoh utama dalam cerpen ini yaitu “Taksu” mencerminkan
orang yang memiliki tekat yang luar biasa serta konsisten dengan citacitanya. Banyak rintangan yang dihadapi Taksu, dari mulai orang tuanya
yang tidak setuju dengan cita-citanya untuk menjadi seorang guru. Tetapi,
Taksu memiliki tekat yang sangat luar biasa untuk membuktikan kepada
orang tuanya bahwa ia benar-benar ingin menjadi seorang guru.
Kedelapan, amanat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
adalah jangan memaksakan kehendak orang lain. Kita dapat mencontoh
Taksu, walaupun Taksu tidak disetujui oleh orang tuanya menjadi guru,
tetapi Taksu mempunyai tekat untuk menjadi guru, sehingga ia dapat
membuktikan bisa menjadi guru untuk generasi muda bangsa dan negara.
Pembelajaran cerpen dengan pendekatan kontekstual untuk siswa SMA
kelas XII Semester 1 dapat dilakukan melalui langkah-langkah
pembelajaran kontekstual. Langkah-langkah yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan tujuh langkah, yaitu (1) mengembangkan
pemikiran, dalam langkah ini siswa mengembangkan pemikiran dalam
memahami cerpen Guru karya Putu Wijaya yang sudah dibaca, setelah
mengembangkan pemikiran dan memahami cerpen Guru siswa membuat
sinopsip singkat dari cerpen tersebut. (2) kegiatan inkuiri, dalam langkah
ini siswa menemukan alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
bahasa, tema dan amanat dari cerpen Guru karya Putu Wijaya. (3)
bertanya, siswa bertanya berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen Guru. (4)
masyarakat
belajar,
pada
langkah
ini
siswa
diskusi
kelompok
mendiskusikan unsur alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya
bahasa, tema dan amanat. (5) pemodelan, pada langkah ini siswa diberikan
contoh model unsur intrinsik cerpen yang sudah dianalisis, contohnya
adalah cerpen Guru yang sudah dianalisis. (6) refleksi, setelah
pembelajaran akan selesai dilakukan refleksi pembelajaran. (7) penilaian.
pada langkah ini guru melakukan penilaian pembelajaran melalui analisis
unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya.
5.2 Saran
Saran yang diberikan ini ditujukan kepada guru mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas XII Semester 1 dan bagi peneliti selanjutnya yang relevan.
(1) Bagi guru diharapkan bahwa pendekatan kontekstual dapat dijadikan
sebagai salah satu pilihan alternatif pendekatan dalam mengajar sastra
termasuk cerpen. (2) Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan dan
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Cicik, Vitalis Novika. (2012). “Metode Kontekstual dalam Pembelajaran Tokoh
dan Penokohan Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia untuk Siswa
SMA Kelas XI Semester I”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP. Universitas
Sanata Dharma.
Djojosuroto, Kinayanti. (2006). Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Keraf, Gorys. (2008). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kurniawan, Heru. (2012). Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Moleong, Lexy. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Dharma.
Mulyasa, E. H. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa.
Muslich, Masnur. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala, Sekolah, dan Pengawas Sekolah.
Jakarta: Bumi Angkasa.
Muslich, Masnur. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Angkasa.
Nurdin, dkk. (2002). Intisari Bahasa Sastra Indonesia: Ringkasan Materi
Lengkap Disertai Contoh Soal Jawab dan Latihan. Bandung: Pustaka Setia.
Nurgiyantoro, Burhan. (2007). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. (2007). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rahmanto, B. (1998). Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rita, Theresia Listiana. (2004). “Unsur Intrinsik Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan,
dan Pertarungan Yang Remis” Karya A.S Laksana Dan Implementasinya
Dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk
Siswa Kelas XII Semester”. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP. Universitas
Sanata Dharma.
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Siswanto, Wahyudi. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Siswantoro. (2010). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Syamsuddin, Henry Guntur. 2009. Dasar-dasar Kurikulum Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana.
Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra, Teori dan
Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
Waluyo, J. Herman. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Wijaya, Putu. (2011). Cerpen Guru. Jakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
: SMA Stella Duce 3 Bantul
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: XII
Semester
: 1
Standar Kompetensi : Membaca
1. Memahami wacana sastra dan cerpen
Kompetensi
Materi
Dasar
Pembelajaran
7.2
1. Cerpen Guru
Menjelaskan karya Putu
unsur
Wijaya
intrinsik
2. Unsur-unsur
cerpen
intrinsik cerpen
(tema, alur, latar,
tokoh,
penokohan, sudut
pandang, daya
berbahasa dan
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Contoh soal
Alokasi
Pencapaian
1. Siswa membaca
cerpen Guru karya
Putu Wijaya
2. Siswa membuat
sinopsis cerpen
Guru karya Putu
Wijaya
3. Siswa membentuk
kelompok 4-5
orang setiap
kelompok
4. Siswa
mengidentifikasi
unsur tema, alur,
latar, tokoh,
1. Menjelaskan 8
unsur
intrinsik
2.Mengidentifkasi
8 unsur intrinsik
cerpen
Guru
karya Putu Wijaya
128
Sumber Belajar
Waktu
Jenis Tugas
Tugas
1. Jelaskan
8 4 x 45
unsur intrinsik!
kelompok dan
2. Identifkasilah 8
tugas individu
unsur intrinsik
cerpen
Guru
Bentuk
karya
Putu
Instrumen
Wijaya!
Menit
1. Laptop,
LCD,
Proyektor
2. Buku
siswa
3. Cerpen
Guru
Jawaban
karya
singkat
Putu
Uraian
Wijaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
amanat)
penokohan, sudut
pandang, gaya
berbahasa dan
amanat
5. Siswa melaporkan
hasil analisis unsur
tema, alur, latar,
tokoh, penokohan,
sudut pandang,
gaya berbahasa dan
amanat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
: SMA Stella Duce Bantul
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: XII/1
Standar Kompetensi : 7. Memahami wacana puisi dan cerpen
Kompetensi Dasar
: 7.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit (2 x pertemuan)
A. Indikator
Afektif
1.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen Guru
1.2 Menunjukkan sikap disiplin dalam mengerjakan tugas unsur intrinsik dengan baik
Kognitif
2.1 Menjelaskan 8 unsur intrinsik
2.2 Mengidentifkasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya
Psikomotorik
3.1 Menyusun bahan presentasi
3.2 Mempresentasikan unsur intrinsik cerpen Guru di depan kelas
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
B. Tujuan Pembelajaran
1.
Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa menunjukkan sikap tanggung jawab dalam
mengerjakan tugas kelompok mengidentifikasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru
2.
Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa menunjukkan sikap disiplin dalam
mengerjakan tugas 8 unsur intrinsik cerpen Guru
3.
Setelah membaca berbagai pengertian cerpen, siswa dapat menjelaskan pengertian cerpen
dengan baik dan benar
4.
Setelah membaca pengertian cerpen, siswa dapat menyebutkan ciri-ciri cerpen dengan benar
5.
Setelah menyebutkan ciri-ciri cerpen, siswa menjelaskan pengetian unsur intrinsik cerpen
dengan benar
6.
Setelah menjelaskan pengertian unsur intrinsik cerpen, siswa menjelaskan 8 unsur intrinsik
cerpen dengan benar
7.
Setelah menjelaskan 8 unsur intrinsik cerpen, siswa dapat mengidentifikasi 8 unsur intrinsik
cerpen Guru karya Putu Wijaya dengan baik dan benar
8.
Setelah mengidentifikasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru, siswa dapat menyusun bahan
presentasi unsur intrinsik cerpen Guru di depan kelas
9.
Setelah siswa menyusun bahan presentasi unsur intrinsik cerpen Guru, siswa dapat
mempresentasikan unsur intrinsik cerpen Guru di depan kelas
Karakter siswa yang diharapkan:
-
Memiliki rasa hormat dan perhatian kepada guru (respect)
-
Memilki rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru
(responsibility)
-
Memiliki keberanian presentasi di depan kelas(courage)
C. Materi Pembelajaran
1.
Pengertian cerita pendek
2.
Ciri-ciri cerita pendek
3.
Cerpen Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
4.
Unsur intrinsik cerpen (tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya
berbahasa dan amanat)
D. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
1.
Pendekatan Kontekstual
2.
Metode:
a. Tanya jawab
b. Diskusi
c. Penugasan/latihan
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan
Kegiatan Awal
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
1. Guru memberi salam kepada siswa
10 Menit
2. Guru menyiapkan siswa untuk siap
belajar (berdoa)
Orientasi
3. Guru memusatkan perhatian siswa pada
materi
yang
akan
diajarkan
dan
memberikan ilustrasi mengenai unsur
intrinsik
Apersepsi
4. Guru memberikan gambaran atau contoh
kepada
siswa.
Kemudian
guru
memberikan ilustrasi kotak pensil, siswa
menyebutkan apa saja bagian dalam dan
bagian luar yang terdapat pada kotak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
pensil. Pada contoh kotak pensil, guru
mengaitkan
dengan
unsur
intrinsik
cerpen.
Motivasi
5. Guru memberi motivasi dan manfaat
mempelajari unsur intrinsik cerpen dan
manfaat dalam kehidupan nyata dan
kehidupan sehari-hari
Kegiatan Inti
70 Menit
1. Eksplorasi
a. Siswa mencatat materi yang diberikan
Guru
b. Siswa membaca dan memahami isi
cerpen Guru karya Putu Wijaya
c. Siswa menulis sinopsis Guru karya Putu
Wijaya
d. Siswa mempelajari definisi tema, alur,
latar dan tokoh dan penokohan, sudut
pandang, amanat dan gaya berbahasa
yang
terdapat
dalam
cerpen
dan
mengaitkan mempelajari definisi unsur
intrinsik kedalam kehidupan sehari-hari
atau dunia nyata
e. Kemudian siswa menganalisis
secara
individu cerpen Guru untuk menemukan
unsur tema, alur, latar dan tokoh dan
penokohan, sudut pandang, amanat dan
gaya berbahasa yang terdapat dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya
f. Siswa bertanya kepada guru berkaitan
dengan unsur tema, alur, latar dan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
dan penokohan, sudut pandang, amanat
dan gaya berbahasa dan mengaitkannya
dengan pertanyaan mempelajari unsur
intrinsik dengan kehidupan sehari-hari
2. Elaborasi
g. Setelah siswa menganalisis tema, alur,
latar,
tokoh
dan
penokohan,
sudut
pandang, amanat dan gaya berbahasa.
Guru
membentuk
beranggotakan
4-5
kelompok
yang
orang
setiap
kelompok
h. Siswa
mendiskusikan
berkelompok
hasil
analisis
secara
setiap
individu mengenai unsur tema, alur, latar
dan
tokoh
dan
penokohan,
sudut
pandang, amanat dan gaya berbahasa
dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya
i. Siswa
mendiskusikan
mempelajari
unsur
intrinsik
manfaat
yang
terdapat dalam cerpen Guru karya Putu
Wijaya serta mengaitkannya kedalam
kehidupan masing-masing siswa
j. Guru memberikan intruksi agar tugas
kelompok
dipresentasikan
pada
pertemuan selanjutnya
k. Guru memberikan contoh pemodelan
cerpen Guru karya Putu Wijaya yang
sebelumnya sudah dianalisis.
3. Konfirmasi
l. Guru memberikan umpan balik positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
dan penguatan dalam bentuk lisan dan
tulisan kepada siswa
m. Guru bertanya tentang materi yang
belum diketahui siswa
Kegiatan Akhir
10 menit
1. Kesimpulan
Guru dan siswa menyimpulkan materi
tentang mengidentifikasi unsur tema, alur,
latar dan tokoh, dan penokohan, sudut
pandang, amanat dan gaya berbahasa dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya
2. Refleksi
Guru dan siswa melakukan refleksi terkait
pembelajaran dengan membuat ringkasan
mengenai penguasaan materi
3. Evaluasi
Sebelum mengakhiri pembelajaran, Guru
memberikan
post-tes
berkaitan
dengan
materi unsur tema, alur, latar dan tokoh dan
penokohan, sudut pandang, amanat dan gaya
berbahasa yang sudah diberikan
4. Tindak Lanjut
Guru memberikan pekerjaan rumah (PR)
kepada
siswa
berkaitan
dengan
intrinsik yang sudah dipelajari
unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Pertemuan Kedua
Kegiatan
Kegiatan Awal
Deskripsi kegiatan
Alokasi Waktu
1. Guru memberi salam kepada siswa
10 menit
2. Guru menyiapkan siswa untuk siap belajar
(berdoa)
3. Guru
meminta
siswa
untuk
mengumpulkan tugas rumah yang telah
diberikan pada pertemuan pertama
Orientasi
4. Guru memusatkan perhatian siswa pada
materi
yang
akan
diajarkan
dan
memberikan ilustrasi menganai materi
lanjutan unsur intrinsik
Apersepsi
5. Guru
memberikan
penjelasan
tentang
gambaran awal mengenai unsur intrinsik
cerpen yang sudah dipelajari
Motivasi
6. Guru memberi motivasi gambaran manfaat
mempelajari unsur intrinsik cerpen
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
a. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai
materi sebelumnya yang telah dipelajari
agar pemahaman tentang unsur intrinsik
lebih baik
70 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
b. Guru memberikan intruksi agar peserta
didik duduk bersama kelompoknya dan
mempersiapkan
hasil
analisis
unsur
intrinsik dan dipresentasikan di depan
kelas
2. Elaborasi
c. Semua
kelompok
tugasnya
terkait
wajib
melaporkan
menganalisis
unsur
intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya
d. Guru memberikan intruksi agar peserta
didik yang lainnya menanggapi atau
memberi pertanyaan atas presentasi setiap
kelompok dan mengaitkan pertanyaan
dengan kehidupan sehari-hari
3. Konfirmasi
e. Guru memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan
kepada siswa
f. Guru bertanya tentang materi yang belum
diketahui siswa
Kegiatan Akhir
10 menit
1. Kesimpulan
Guru dan siswa menyimpulkan materi tentang
mengidentifikasi unsur intrinsik yang terdapat
dalam cerpen Guru dan guru memberikan
kesimpulan
intrinsik
dengan
dalam
mengaitkan
kehidupan
nyata
unsur
atau
kehidupan sehari-hari sehingga dapat berguna
dan bermanfaat untuk siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
2. Refleksi
Guru dan siswa melakukan refleksi terkait
pembelajaran dengan membuat ringkasan
mengenai penguasaan materi
3. Evaluasi
Sebelum mengakhiri pembelajaran, Guru
memberikan post-tes berkaitan dengan materi
unsur intrinsik cerpen
F. Media Pembelajaran
1. LKS
2. Rangkuman materi
3. Teks cerpen Guru karya Putu Wijaya
4. Alat: LCD, Power Point
G. Sumber Belajar
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Waluyo, Herman. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santoso. 2011. Sastra, Teori dan Implementasi.
Surakarta: Yuma Pustaka
Stanton, Robert. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
H. Penilaian
1. Aspek Kognitif
g.
Indikator
: 7.2.1 Siswa mampu mengidentifkasi unsur intrinsik cerpen
Guru karya Putu Wijaya
h.
Bentuk
: Uraian
i.
Jenis Tugas
: Individu
j.
Instrumen
: Soal Uraian
Kerjakan soal di bawah ini!
1. Jelaskan 8 unsur intrinsik! (skor 25)
2. Identifkasilah 8 unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya! (skor 25)
Rubrik Penilaian
No
Kriteria Penilaian
Skor
1.
Menjelaskan 8 unsur intrinsik
25
Menjelaskan 7 unsur intrinsik
23
Menjelaskan 6 unsur intrinsik
20
Menjelaskan 5 unsur intrinsik
18
Menjelakan 4 unsur intrinsik
16
Menjelaskan 3 unsur intrinsik
14
Menjelskan 2 unsur intrinsik
12
Menjelakan 1 unsur intrinsik
10
Mengidentifikasi 8 unsur intrinsik cerpen Guru
25
2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Mengidentifikasi 7 unsur intrinsik cerpen Guru
23
Mengidentifikasi 6 unsur intrinsik cerpen Guru
20
Mengidentifikasi 5 unsur intrinsik cerpen Guru
18
Mengidentifikasi 4 unsur intrinsik cerpen Guru
16
Mengidentifikasi 3 unsur intrinsik cerpen Guru
14
Mengidentifikasi 2 unsur intrinsik cerpen Guru
12
Mengidentifikasi 1 unsur intrinsik cerpen Guru
10
Pedoman Penilaian
Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek
Nilai = skor yang diperoleh x 100
Skor maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
2. Aspek Afektif
Mata Pelajaran
:...........................................
Kelas/Semester
:...........................................
Tahun Ajaran
:...........................................
Waktu Pengamatan
:...........................................
Karakter yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah menunjukkan tanggung
jawab dan disiplin dalam berinteraksi secara efektif dengan llingkungan sosial dan
jangkauan pergaulan.
Rubrik Penilaian
Selalu
Sering
Tampak
Indikator
Tampak
(4)
i.
Siswa mampu menunjukkan sikap
tanggung
jawab
dalam
mengidentifikasi unsur intrinsik
cerpen Guru
ii.
Siswa mampu menunjukkan sikap
disiplin dalam mengerjakan tugas
unsur intrinsik dengan baik
Pedoman Penilaian
Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek
Nilai = skor yang diperoleh x 100
Skor maksimal
Belum
(3)
(2)
(1)
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
3. Aspek Psikomotorik
Kriteria Penilaian
Deskripsi Pelaksanaan
Media
Presentasi
Kelengkapan Isi
Pemahaman
Skor
a. Media
yang a. Mempresentas
digunakan
ikan dengan
sangat
intonasi yang
menarik
sangat jelas
a. Kelengkapan isi
yang dipaparkan
sangat lengkap
a. Kemampuan
menanggapi
presentasi
kelompok lain
sangat baik
5
b. Media
yang b. Mempresentas
cukup
ikan dengan
menarik
intonasi cukup
jelas
b. Kelengkapan isi
yang dipaparkan
lengkap
b. Kemampuan
menanggapi
presentasi
kelompok lain
baik
3
c. Media
yang c. Mempresentas
digunakan
ikan dengan
kurang
intonasi yang
menarik
kurang jelas
c. Kelengkapan isi
yang dipaparkan
tidak lengkap
c. Kemampuan
menganggapi
presentasi
kelompok lain
cukup baik
Skor Maksimal
2
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Rubrik Penilaian
Nama
Media
Presentasi
Kelengkapan Isi
Pemahaman
Stefani
Lina
Dst
Pedoman Penilaian
Skor = jumlah pemerolehan angka seluruh aspek
Nilai = skor yang diperoleh x 100
Skor maksimal
Mengetahui
Yogyakarta,
2017
Kepala Sekolah
Guru Bahasa Indonesia
(........................)
(Wahyu Apriliani)
Total Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Materi Pembelajaran
1. Cerpen Guru karya Putu Wijaya
2. Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur utama pembangun cerpen. Unsur inilah yang menyebabkan
karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intrinsik tersebut meliputi: tokoh dan
penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang, amanat, serta gaya bahasa yang digunakan
pengarang. Dalam kegiatan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen seseorang pembaca
untuk dapat memahami karya sastra secara lebih mendalam haruslah secara urut
dipahami terlebih dahulu tokoh dan penokohan (perwatakan), alur peristiwa, dan latar
sebelum ia menafsirkan suatu tema
a. Tema
Menurut Nurgiyantoro (2005: 80) tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami
sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita
itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Bebagai unsur fiksi seperti alur, tokoh,
alat, sudut pandang, stile dan lain-lain berkaitan secar sinergis untuk bersama-sama
mendukung eksistensi tema
b. Alur
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk
mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu
cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat.
c. Latar
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk
mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu
cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Latar dapat dibedakan menjadi latar
tempat, latar waktu, dan latar sosial.
1. Latar tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial masyarakat, nilai-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
nilai, tingkah laku, suasana dan sebagainya yang mungkin berpengaruh pada
penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro, 2009: 227-228).
2. Latar waktu
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro, 2009: 231) latar waktu
memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu penulisan cerita dan urutan
waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita.
3. Latar sosial
Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat
dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan hidup, cara berpikir
dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan masyarakat yang kompleks
(Nurgiyantoro, 2009: 233).
d. Tokoh
Menurut Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis
tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan.
e. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013:
161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan
karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
f. Sudut Pandang
Menurut Booth dalam Nurgiyantoro (2010: 249) sudut pandang adalah sebagai teknik
yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna
artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.
g. Gaya Berbahasa
Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa
dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri dilain pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan
bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro 2010: 227).
h. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui karyanya
dan mengandung nilai moral, makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca
(Nurgiyantoto, 2010: 323). Amanat sering disebut moral. (Kenny dalam Nurgiyantoro,
2007:231)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Kunci Jawaban
1. 8 unsur intrinsik
a. Tema
Menurut Nurgiyantoro (2005: 80) tema adalah sebuah cerita yang dapat dipahami
sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita
itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu. Bebagai unsur fiksi seperti alur, tokoh,
alat, sudut pandang, stile dan lain-lain berkaitan secar sinergis untuk bersama-sama
mendukung eksistensi tema
b. Alur
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk
mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu
cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat.
c. Latar
Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra untuk
mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian dalam suatu
cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Latar dapat dibedakan menjadi latar
tempat, latar waktu, dan latar sosial.
1. Latar tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial masyarakat, nilainilai, tingkah laku, suasana dan sebagainya yang mungkin berpengaruh pada
penokohan dan pengalurannya (Nurgiyantoro, 2009: 227-228).
2. Latar waktu
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
dalam karya fiksi. Menurut Genette (via Nurgiyantoro, 2009: 231) latar waktu
memiliki makna ganda, yang mengacu pada waktu penulisan cerita dan urutan
waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita.
3. Latar sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat
dalam karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan hidup, cara berpikir
dan bersikap yang tercermin dalam kehidupan masyarakat yang kompleks
(Nurgiyantoro, 2009: 233).
d. Tokoh
Menurut Sudjiman via Budianta, dkk (2008: 86) tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Jenis
tokoh menurut peranannya terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan.
e. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013:
161). Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan
karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
f. Sudut Pandang
Menurut Booth dalam Nurgiyantoro (2010: 249) sudut pandang adalah sebagai teknik
yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna
artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.
g. Gaya Berbahasa
Gaya berbahasa pada hakikatnya adalah pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa
dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Teknik itu sendiri dilain pihak
merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu dapat dilihat pada bentuk ungkapan
bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah karya (Nurgiyantoro 2010: 227).
h. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui karyanya
dan mengandung nilai moral, makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan pembaca
(Nurgiyantoto, 2010: 323). Amanat sering disebut moral. Moral menurut Kenny
(dalam Nurgiyantoro, 2007:231)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
2. Unsur intrinsik cerpen Guru
Pertama, alur yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah alur
campuran, karena pada cerpen ini menceritakan peristiwa yang sudah lalu dan diceritakan
kembali pada masa sekarang. Kedua, tokoh dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah
Taksu, Ayah Taksu, Ibu. Tokoh utama dan tokoh sentralnya adalah Taksu dan Saya (Ayah
Taksu). tokoh tambahan adalah Ibu, karena di setiap peristiwa atau kejadian tokoh ibu sangat
melengkapi bagian setiap cerita. Ketiga, penokohan tokoh dalam cerpen Guru karya Putu
Wijaya adalah Taksu adalah tokoh protagonis. Taksu sebagai tokoh protagonis karena ia
baik, mempunyai pendirian yang teguh serta konsisten ingin menjadi seorang guru. Pada
akhir cerita Taksu menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi guru bagi 10.000 orang
pegawainya. Tokoh ayah sebagai tokoh antagonis karena ia bersikap keras kepada anaknya
dan memaksakan kehendaknya agar Taksu tidak boleh menjadi guru. ayah Taksu berpikir
bahwa menjadi guru tidak mempunyai masa depan, itulah sebabnya ia tidak memperbolehkan
anaknya menjadi guru. Tokoh ibu sebagai tokoh antagonis karena ibu sersifat keras sama
seperti ayah yang memaksakan kehendaknya supaya anaknya tidak menjadi guru.
Keempat, latar dalam cepen Guru karya Putu Wijaya terbagi menjadi tiga unsur yaitu,
latat tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat terjadi di kos Taksu, di rumah dan
dikamar. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen Guru menunjukkan pada waktu dan urutan
waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam cerita. Latar sosial yang terdapat dalam cerpen
Guru menggambarkan bahwa Taksu sudah berhasil menjadi seorang guru bagi sekitar 10.000
orang pegawainya dan menjadi guru bagi anak muda lain. Kelima, sudut pandang dalam
cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah sudut pandang campuran dimana pengarang dalam
mengisahkan tokoh menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia” dan sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
persona aku secara bergantian. Keenam, gaya berbahasa cerpen Guru karya Putu Wijaya
Wijaya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa
yang khas yang juga digunakan pengarang dalam menggungkapkan pikiran serta
memperlihatkan kepribadian pengarang. Tetapi kata yang dipilih oleh pengarang ada yang
mengandung asosiasi yaitu perbandingan dua hal yang dianggap berbeda tetapi dianggap
sama.
Ketujuh, tema yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu Wijaya adalah “Tekat
seorang anak yang bercita-cita menjadi guru” karena tokoh utama dalam cerpen ini yaitu
“Taksu” mencerminkan orang yang memiliki tekat yang luar biasa serta konsisten dengan
cita-citanya. Banyak rintangan yang dihadapi Taksu, dari mulai orang tuanya yang tidak
setuju dengan cita-citanya untuk menjadi seorang guru. Tetapi, Taksu memiliki tekat yang
sangat luar biasa untuk membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia benar-benar ingin
menjadi seorang guru. Kedelapan, amanat yang terdapat dalam cerpen Guru karya Putu
Wijaya adalah jangan memaksakan kehendak orang lain. Kita dapat mencontoh Taksu,
walaupun Taksu tidak disetujui oleh orang tuanya menjadi guru, tetapi Taksu mempunyai
tekad untuk menjadi guru, sehingga ia dapat membuktikan bisa menjadi guru untuk generasi
muda bangsa dan negara. Kita juga tidak boleh menjelekkan pekerjaan apapun itu, karena
semua pekerjaan adalah sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tteks Cerpen Guru karya Putu Wijaya
Guru
Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua
tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepatcepat ngajak dia ngomong.
"Kami dengar selentingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!" Taksu mengangguk.
"Betul Pak." Kami kaget.
"Gila, masak kamu mau jadi g-u-r-u?"
"Ya."
Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa
yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu nampak tenang tak
bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak
mengetahui permasalahannya.
Kami bertambah khawatir, karena Taksu tidak takut bahwa kami tidak setuju. Istri saya
menarik nafas dalam-dalam karena kecewa, lalu begitu saja pergi. Saya mulai bicara blakblakan.
"Taksu, dengar baik-baik. Bapak hanya bicara satu kali saja. Setelah itu terserah kamu!
Menjadi guru itu bukan cita-cita. Itu spanduk di jalan kumuh di desa. Kita hidup di kota. Dan
ini era milenium ketiga yang diwarnai oleh globalisasi, alias persaingan bebas. Di masa
sekarang ini tidak ada orang yang mau jadi guru. Semua guru itu dilnya jadi guru karena
terpaksa, karena mereka gagal meraih yang lain. Mereka jadi guru asal tidak nganggur saja.
Ngerti? Setiap kali kalau ada kesempatan, mereka akan loncat ngambil yang lebih
menguntungkan. Ngapain jadi guru, mau mati berdiri? Kamu kan bukan orang yang gagal,
kenapa kamu jadi putus asa begitu?!"
"Tapi saya mau jadi guru."
"Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup guru itu seperti apa? Guru itu
hanya sepeda tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi rongsokan pun tidak ada yang mau beli.
Hidupnya kejepit. Tugas seabrek-abrek, tetapi duit nol besar. Lihat mana ada guru yang naik
Jaguar. Rumahnya saja rata-rata kontrakan dalam gang kumuh. Di desa juga guru hidupnya
bukan dari mengajar tapi dari tani. Karena profesi guru itu gersang, boro-boro sebagai citacita, buat ongkos jalan saja kurang. Cita-cita itu harus tinggi, Taksu. Masak jadi guru? Itu
cita-cita sepele banget, itu namanya menghina orang tua. Masak kamu tidak tahu? Mana ada
guru yang punya rumah bertingkat. Tidak ada guru yang punya deposito dollar. Guru itu tidak
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
punya masa depan. Dunianya suram. Kita tidur, dia masih saja utak-atik menyiapkan bahan
pelajaran atau memeriksa PR. Kenapa kamu bodoh sekali mau masuk neraka, padahal kamu
masih muda, otak kamu encer, dan biaya untuk sekolah sudah kami siapkan. Coba pikir lagi
dengan tenang dengan otak dingin!"
"Sudah saya pikir masak-masak." Saya terkejut.
"Pikirkan sekali lagi! Bapak kasi waktu satu bulan!"
Taksu menggeleng. "Dikasih waktu satu tahun pun hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi guru."
"Tidak! Kamu pikir saja dulu satu bulan lagi!"
Kami tinggalkan Taksu dengan hati panas. Istri saya ngomel sepanjang perjalanan. Yang
dijadikan bulan-bulanan, saya. Menurut dia, sayalah yang sudah salah didik, sehingga Taksu
jadi cupet pikirannya.
"Kau yang terlalu memanjakan dia, makanya dia seenak perutnya saja sekarang. Masak mau
jadi guru. Itu kan bunuh diri!”
Saya diam saja. Istri saya memang aneh. Apa saja yang tidak disukainya, semua dianggapnya
hasil perbuatan saya. Nasib suami memang rata-rata begitu. Di luar bisa galak melebihi
macan, berhadapan dengan istri, hancur.
Bukan hanya satu bulan, tetapi dua bulan kemudian, kami berdua datang lagi mengunjungi
Taksu di tempat kosnya. Sekali ini kami tidak muncul dengan tangan kosong. Istri saya
membawa krupuk kulit ikan kegemaran Taksu. Saya sendiri membawa sebuah lap top baru
yang paling canggih, sebagai kejutan.
Taksu senang sekali. Tapi kami sendiri kembali sangat terpukul. Ketika kami tanyakan
bagaimana hasil perenungannya selama dua bulan, Taksu memberi jawaban yang sama.
"Saya sudah bilang saya ingin jadi guru, kok ditanya lagi, Pak," katanya sama sekali tanpa
rasa berdosa.
Sekarang saya naik darah. Istri saya jangan dikata lagi. Langsung kencang mukanya. Ia tak
bisa lagi mengekang marahnya. Taksu disemprotnya habis.
"Taksu! Kamu mau jadi guru pasti karena kamu terpengaruh oleh puji-pujian orang-orang
pada guru itu ya?!" damprat istri saya. "Mentang-mentang mereka bilang, guru pahlawan,
guru itu berbakti kepada nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong semua! Itu bahasa pemerintah!
Apa kamu pikir betul guru itu yang sudah menyebabkan orang jadi pinter? Apa kamu tidak
baca di koran, banyak guru-guru yang brengsek dan bejat sekarang? Ah?"
Taksu tidak menjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
"Negara sengaja memuji-muji guru setinggi langit tetapi lihat sendiri, negara tidak pernah
memberi gaji yang setimpal, karena mereka yakin, banyak orang seperti kamu, sudah puas
karena dipuji. Mereka tahu kelemahan orang-orang seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit saja
sudah mau banting tulang, kerja rodi tidak peduli tidak dibayar. Kamu tertipu Taksu! Pujipujian itu dibuat supaya orang-orang yang lemah hati seperti kamu, masih tetap mau jadi
guru. Padahal anak-anak pejabat itu sendiri berlomba-lomba dikirim keluar negeri biar
sekolah setinggi langit, supaya nanti bisa mewarisi jabatan bapaknya! Masak begitu saja
kamu tidak nyahok?"
Taksu tetap tidak menjawab.
"Kamu kan bukan jenis orang yang suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang apa gunanya pujipujian, yang penting adalah sesuatu yang konkret. Yang konkret itu adalah duit, Taksu.
Jangan kamu takut dituduh materialistis. Siapa bilang meterialistik itu jelek. Itu kan kata
mereka yang tidak punya duit. Karena tidak mampu cari duit mereka lalu memaki-maki duit.
Mana mungkin kamu bisa hidup tanpa duit? Yang bener saja. Kita hidup perlu materi. Guru
itu pekerjaan yang anti pada materi, buat apa kamu menghabiskan hidup kamu untuk sesuatu
yang tidak berguna? Paham?"
Taksu mengangguk.
"Paham. Tapi apa salahnya jadi guru?"
Istri saya melotot tak percaya apa yang didengarnya. Akhirnya dia menyembur.
"Lap top-nya bawa pulang saja dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih dia waktu tiga bulan,
supaya bisa lebih mendalam dalam memutuskan sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu sendiri,
Taksu!"
Sebenarnya saya mau ikut bicara, tapi istri saya menarik saya pergi. Saya tidak mungkin
membantah. Di jalan istri saya berbisik.
"Sudah waktunya membuat shock therapy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia
memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu yang
menyebabkan kita terpaksa memperhatikannya. Dasar anak zaman sekarang, akal bulus!
Yang dia kepingin bukan lap top tapi mobil! Bapak harus kerja keras beliin dia mobil, supaya
mau mengikuti apa nasehat kita!"
Saya tidak setuju, saya punya pendapat lain. Tapi apa artinya bantahan seorang suami. Kalau
adik istri saya atau kakaknya, atau bapak-ibunya yang membantah, mungkin akan diturutinya.
Tapi kalau dari saya, jangan harap. Apa saja yang saya usulkan mesti dicurigainya ada
pamrih kepentingan keluarga saya. Istri memang selalu mengukur suami, dari perasaannya
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Tiga bulan kami tidak mengunjungi Taksu. Tapi Taksu juga tidak menghubungi kami. Saya
jadi cemas. Ternyata anak memang tidak merindukan orang tua, orang tua yang selalu minta
diperhatikan anak.
Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri saya, saya datang lagi. Sekali ini saya datang dengan
kunci mobil. Saya tarik deposito saya di bank dan mengambil kredit sebuah mobil. Mungkin
Taksu ingin punya mobil mewah, tapi saya hanya kuat beli murah. Tapi sejelek-jeleknya kan
mobil, dengan bonus janji, kalau memang dia mau mengubah cita-citanya, jangankan mobil
mewah, segalanya akan saya serahkan, nanti.
"Bagaimana Taksu," kata saya sambil menunjukkan kunci mobil itu. "Ini hadiah untuk kamu.
Tetapi kamu juga harus memberi hadiah buat Bapak."
Taksu melihat kunci itu dengan dingin.
"Hadiah apa, Pak?"
Saya tersenyum.
"Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup lama buat kamu untuk memutuskan. Jadi, singkat kata
saja, mau jadi apa kamu sebenarnya?"
Taksu memandang saya.
"Jadi guru. Kan sudah saya bilang berkali-kali?"
Kunci mobil yang sudah ada di tangannya saya rebut kembali.
"Mobil ini tidak pantas dipakai seorang guru. Kunci ini boleh kamu ambil sekarang juga,
kalau kamu berjanji bahwa kamu tidak akan mau jadi guru, sebab itu memalukan orang tua
kamu. Kamu ini investasi untuk masa depan kami, Taksu, mengerti? Kamu kami sekolahkan
supaya kamu meraih gelar, punya jabatan, dihormati orang, supaya kami juga ikut terhormat.
Supaya kamu berguna kepada bangsa dan punya duit untuk merawat kami orang tuamu kalau
kami sudah jompo nanti. Bercita-citalah yang bener. Mbok mau jadi presiden begitu! Masak
guru! Gila! Kalau kamu jadi guru, paling banter setelah menikah kamu akan kembali
menempel di rumah orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes. Itu
namanya kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau anakku terpuruk seperti itu!"
Lalu saya letakkan kembali kunci itu di depan hidungnya. Taksu berpikir. Kemudian saya
bersorak gegap gembira di dalam hati, karena ia memungut kunci itu lagi.
"Terima kasih, Pak. Bapak sudah memperhatikan saya. Dengan sesungguh-sungguhnya, saya
hormat atas perhatian Bapak."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Sembari berkata itu, Taksu menarik tangan saya, lalu di atas telapak tangan saya ditaruhnya
kembali kunci mobil itu.
"Saya ingin jadi guru. Maaf."
Kalau tidak menahan diri, pasti waktu itu juga Taksu saya tampar. Kebandelannya itu amat
menjengkelkan. Pesawat penerimanya sudah rusak. Untunglah iman saya cukup baik. Saya
tekan perasaan saya. Kunci kontak itu saya genggam dan masukkan ke kantung celana.
"Baik. Kalau memang begitu, uang sekolah dan uang makan kamu mulai bulan depan kami
stop. Kamu hidup saja sendirian. Supaya kamu bisa merasakan sendiri langsung bagaimana
penderitaan hidup ini. Tidak semudah yang kamu baca dalam teori dan slogan. Mudahmudahan penderitaan itu akan membimbing kamu ke jalan yang benar. Tiga bulan lagi Bapak
akan datang. Waktu itu pikiranmu sudah pasti akan berubah! Bangkit memang baru terjadi
sesudah sempat hancur! Tapi tak apa."
Tanpa banyak basa-basi lagi, saya pergi. Saya benar-benar naik pitam. Saya kira Taksu pasti
sudah dicocok hidungnya oleh seseorang. Tidak ada orang yang bisa melakukan itu, kecuali
Mina, pacarnya. Anak guru itulah yang saya anggap sudah kurang ajar menjerumuskan anak
saya supaya terkiblat pikirannya untuk menjadi guru. Sialan!
Tepat tiga bulan kemudian saya datang lagi. Sekali ini saya membawa kunci mobil mewah.
Tapi terlebih dulu saya mengajukan pertanyaan yang sama.
"Coba jawab untuk yang terakhir kalinya, mau jadi apa kamu sebenarnya?"
"Mau jadi guru."
Saya tak mampu melanjutkan. Tinju saya melayang ke atas meja. Gelas di atas meja
meloncat. Kopi yang ada di dalamnya muncrat ke muka saya.
"Tetapi kenapa? Kenapa? Apa informasi kami tidak cukup buat membuka mata dan pikiran
kamu yang sudah dicekoki oleh perempuan anak guru kere itu? Kenapa kamu mau jadi guru,
Taksu?!!!"
"Karena saya ingin jadi guru."
"Tidak! Kamu tidak boleh jadi guru!"
"Saya mau jadi guru."
"Aku bunuh kau, kalau kau masih saja tetap mau jadi guru."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Taksu menatap saya.
"Apa?"
"Kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau sekarang juga!!" teriak saya
kalap. Taksu balas memandang saya tajam.
"Bapak tidak akan bisa membunuh saya."
"Tidak? Kenapa tidak?"
"Sebab guru tidak bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja bisa busuk lalu lenyap. Tapi apa
yang diajarkannya tetap tertinggal abadi. Bahkan bertumbuh, berkembang dan memberi
inspirasi kepada generasi di masa yanag akan datang. Guru tidak bisa mati, Pak."
Saya tercengang.
"O… jadi narkoba itu yang sudah menyebabkan kamu mau jadi guru?"
"Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi guru, sebab saya tidak mau mati."
Saya bengong. Saya belum pernah dijawab tegas oleh anak saya. Saya jadi gugup.
"Bangsat!" kata saya kelepasan. "Siapa yang sudah mengotori pikiran kamu dengan
semboyan keblinger itu? Siapa yang sudah mengindoktrinasi kamu, Taksu?"
Taksu memandang kepada saya tajam.
"Siapa Taksu?!"
Taksu menunjuk.
"Bapak sendiri, kan?"
Saya terkejut.
"Itu kan 28 tahun yang lalu! Sekarang sudah lain Taksu! Kamu jangan ngacau! Kamu tidak
bisa hidup dengan nasehat yang Bapak berikan 30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu malas.
Kamu tidak mau sekolah, kamu hanya mau main-main, kamu bahkan bandel dan kurang ajar
pada guru-guru kamu yang datang ke sekolah naik ojek. Kamu tidak sadar meskipun
sepatunya butut dan mukanya layu kurang gizi, tapi itulah orang-orang yang akan
menyelamatkan hidup kamu. Itulah gudang ilmu yang harus kamu tempel sampai kamu siap.
Sebelum kamu siap, kamu harus menghormati mereka, sebab dengan menghormati mereka,
baru ilmu itu bisa melekat. Tanpa ada ilmu kamu tidak akan bisa bersaing di zaman global
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
ini. Tahu?"
Satu jam saya memberi Taksu kuliah. Saya telanjangi semua persepsinya tentang hidup.
Dengan tidak malu-malu lagi, saya seret nama pacarnya si Mina yang mentang-mentang
cantik itu, mau menyeret anak saya ke masa depan yang gelap.
"Tidak betul cinta itu buta!" bentak saya kalap. "Kalau cinta bener buta apa gunanya ada
bikini," lanjut saya mengutip iklan yang saya sering papas di jalan. "Kalau kamu menjadi
buta, itu namanya bukan cinta tetapi racun. Kamu sudah terkecoh, Taksu. Meskipun keluarga
pacarmu itu guru, tidak berarti kamu harus mengidolakan guru sebagai profesi kamu. Buat
apa? Justru kamu harus menyelamatkan keluarga guru itu dengan tidak perlu menjadi guru,
sebab mereka tidak perlu hidup hancur berantakan gara-gara bangga menjadi guru. Apa
artinya kebanggaan kalau hidup di dalam kenyataan lebih menghargai dasi, mobil, duit, dan
pangkat? Punya duit, pangkat dan harta benda itu bukan dosa, mengapa harus dilihat sebagai
dosa. Sebab itu semuanya hanya alat untuk bisa hidup lebih beradab. Kita bukan
menyembahnya, tidak pernah ada ajaran yang menyuruh kamu menyembah materi. Kita
hanya memanfaatkan materi itu untuk menambah hidup kita lebih manusiawi. Apa manusia
tidak boleh berbahagia? Apa kalau menderita sebagai guru, baru manusia itu menjadi
beradab? Itu salah kaprah! Ganti kepala kamu Taksu, sekarang juga! Ini!"
Saya gebrakkan kunci mobil BMW itu di depan matanya dengan sangat marah.
"Ini satu milyar tahu?!"
Sebelum dia sempat menjawab atau mengambil, kunci itu saya ambil kembali sambil siapsiap hendak pergi.
"Pulang sekarang dan minta maaf kepada ibu kamu, sebab kamu baru saja menghina kami!
Tinggalkan perempuan itu. Nanti kalau kamu sudah sukses kamu akan dapat 7 kali
perempuan yang lebih cantik dari si Mina dengan sangat gampang! Tidak perlu sampai
menukar nalar kamu!"
Tanpa menunggu jawaban, lalu saya pulang. Saya ceritakan pada istri saya apa yang sudah
saya lakukan. Saya kira saya akan dapat pujian. Tetapi ternyata istri saya bengong. Ia tak
percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dan ketika kesadarannya turun kembali, matanya
melotot dan saya dibentak habis-habisan.
"Bapak terlalu! Jangan perlakukan anakmu seperti itu!" teriak istri saya kalap.
Saya bingung.
"Ayo kembali! Serahkan kunci mobil itu pada Taksu! Kalau memang mau ngasih anak mobil,
kasih saja jangan pakai syarat segala, itu namanya dagang! Masak sama anak dagang. Dasar
mata duitan!"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Saya tambah bingung.
"Ayo cepet, nanti anak kamu kabur!"
Saya masih ingin membantah. Tapi mendengar kata kabur, hati saya rontok. Taksu itu anak
satu-satunya. Sebelas tahun kami menunggunya dengan cemas. Kami berobat ke sanakemari, sampai berkali-kali melakukan enseminasi buatan dan akhirnya sempat dua kali
mengikuti program bayi tabung. Semuanya gagal. Waktu kami pasrah tetapi tidak menyerah,
akhirnya istri saya mengandung dan lahirlah Taksu. Anak yang sangat mahal, bagaimana
mungkin saya akan biarkan dia kabur?
"Ayo cepat!" teriak sitri saya kalap.
Dengan panik saya kembali menjumpai Taksu. Tetapi sudah terlambat. Anak itu seperti
sudah tahu saja, bahwa ibunya akan menyuruh saya kembali. Rumah kost itu sudah kosong.
Dia pergi membawa semua barang-barangnya, yang tinggal hanya secarik kertas kecil dan
pesan kecil:
"Maaf, tolong relakan saya menjadi seorang guru."
Tangan saya gemetar memegang kertas yang disobek dari buku hariannya itu. Kertas yang
nilainya mungkin hanya seperak itu, jauh lebih berarti dari kunci BMW yang harganya
semilyar dan sudah mengosongkan deposito saya. Saya duduk di dalam kamar itu, mencium
bau Taksu yang masih ketinggalan. Pikiran saya kacau. Apakah sudah takdir dari anak dan
orang tua itu bentrok? Mau tak mau saya kembali memaki-maki Mina yang sudah
menyesatkan pikiran Taksu. Kembali saya memaki-maki guru yang sudah
dikultusindividukan sebagai pekerjaan yang mulia, padahal dalam kenyataannya banyak
sekali guru yang brengsek.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya seperti dipagut aliran listrik. Tetapi ketika menoleh, itu
bukan Taksu tetapi istri saya yang menyusul karena merasa cemas. Waktu ia mengetahui apa
yang terjadi, dia langsung marah dan kemudian menangis. Akhirnya saya lagi yang menjadi
sasaran. Untuk pertama kalinya saya berontak. Kalau tidak, istri saya akan seterusnya
menjadikan saya bal-balan. Saya jawab semua tuduhan istri saya. Dia tercengang sebab untuk
pertama kalinya saya membantah. Akhirnya di bekas kamar anak kami itu, kami bertengkar
keras.
Tetapi itu 10 tahun yang lalu.
Sekarang saya sudah tua. Waktu telah memproses segalanya begitu rupa, sehingga semuanya
di luar dugaan. Sekarang Taksu sudah menggantikan hidup saya memikul beban keluarga. Ia
menjadi salah seorang pengusaha besar yang mengimpor barang-barang mewah dan
mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar ke berbagai wilayah mancanegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
"Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya. Guru juga bagi anak-anak muda lain
yang menjadi adik generasinya. Bahkan guru bagi bangsa dan negara, karena jasa-jasanya
menularkan etos kerja," ucap promotor ketika Taksu mendapat gelar doktor honoris causa
dari sebuah pergurauan tinggi bergengsi.
Sumber: https:/wordpress.co.id/2011/cerpenguru/putuwijaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Data Penilaian Produk RPP Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1 Oleh Guru
Bahasa Indonesia
Nama Guru Penilai
: C. Suparjana, S.Pd.
Instrumen Penilaian Kegiatan Guru 1
No
I
Komponen Rencana Pembelajaran
Skor
Skor
(1-5)
Maksimal
1.
Perumusan tujuan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CTL
Kejelasan tujuan pembelajaran
5
2.
Ruang lingkup
4
3.
Kejelasan urutan tujuan pembelajaran
5
4.
Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar
5
II
Pemilihan dan pengorganisasian materi
cerpen
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
5
5.
6.
4
7.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik
Keruntutan dan sistematika materi
8.
Kesesuaian materi dengan alokasi waktu
4
III
Pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CTL
Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
9.
5
5
10.
Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan materi pembelajaran
5
11.
Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan karakteristik siswa
4
5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
5
IV
12.
13.
14.
15.
Metode pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL
Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
5
Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan materi pembelajaran
Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan karakteristik siswa
Kesesuaian strategi dan metode
pembelajaran dengan karakteristik siswa
5
4
5
5
V
Penilaian hasil belajar
16
Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan
pembelajaran
Kejelasan prosedur penilaian
3
Kejelasan instrumen (soal, kunci
jawaban/pedoman penskoran)
SKOR Total IPKG 1
4
5
81
25
17.
18.
4
Data Penilaian Produk RPP Untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1 Oleh Guru
Bahasa Indonesia
Nama Guru Penilai
: Maria Pudyastuti S.Pd.
Instrumen Penilaian Kegiatan Guru 1
No
I
Komponen Rencana Pembelajaran
Skor
Skor
(1-5)
Maksimal
1.
Perumusan
tujuan
pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan CTL
Kejelasan tujuan pembelajaran
4
2.
Ruang lingkup
5
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
3.
Kejelasan urutan tujuan pembelajaran
5
4.
Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar
5
II
Pemilihan dan pengorganisasian materi
cerpen
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
4
5.
6.
5
7.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik
Keruntutan dan sistematika materi
8.
Kesesuaian materi dengan alokasi waktu
4
III
Pemilihan
sumber
belajar/media
pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CTL
Kesesuaian
sumber
belajar/media
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
9.
5
4
10.
Kesesuaian
sumber
belajar/media
pembelajaran dengan materi pembelajaran
5
11.
Kesesuaian
sumber
belajar/media
pembelajaran dengan karakteristik siswa
Metode
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan CTL
Kesesuaian
strategi
dan
metode
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
5
Kesesuaian
strategi
dan
metode
pembelajaran dengan materi pembelajaran
Kesesuaian
strategi
dan
metode
pembelajaran dengan karakteristik siswa
Kesesuaian
strategi
dan
metode
pembelajaran dengan karakteristik siswa
5
IV
12.
13.
14.
15.
5
5
4
5
5
5
V
Penilaian hasil belajar
16
Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan
pembelajaran
Kejelasan prosedur penilaian
3
Kejelasan
instrumen
(soal,
jawaban/pedoman penskoran)
SKOR Total IPKG 1
4
5
80
25
17.
18.
kunci
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
1.1 Daftar Tabel Kisi-Kisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Instrumen Penilaian Kegiatan Guru 1
No
I
Komponen Rencana Pembelajaran
1.
Perumusan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL
Kejelasan tujuan pembelajaran
2.
Ruang lingkup
3.
Kejelasan urutan tujuan pembelajaran
4.
Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar
II
5.
Pemilihan dan pengorganisasian materi
cerpen
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
6.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik
7.
Keruntutan dan sistematika materi
8.
Kesesuaian materi dengan alokasi waktu
III
Pemilihan
sumber
belajar/media
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan CTL
Kesesuaian
sumber
belajar/media
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
9.
10.
Kesesuaian
sumber
belajar/media
pembelajaran dengan materi pembelajaran
11.
Kesesuaian
sumber
belajar/media
pembelajaran dengan karakteristik siswa
Metode
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan CTL
Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran
dengan tujuan pembelajaran
IV
12.
13.
14.
Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran
dengan materi pembelajaran
Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran
dengan karakteristik siswa
Skor
Skor
(1-5)
Maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
15.
V
16
17.
18.
Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran
dengan karakteristik siswa
Penilaian hasil belajar
Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan
pembelajaran
Kejelasan prosedur penilaian
Kejelasan
instrumen
(soal,
jawaban/pedoman penskoran)
SKOR Total IPKG 1
kunci
Setelah Bapak/Ibu memberikan penilaian di atas, maka Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) ini dinyatakan LAYAK/TIDAK LAYAK.
Catatan:
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
1.2 Rubrik Penilaian RPP Pembelajaran Sastra untuk SMA Kelas XII Semester 1.
1. Kejelasan Identitas RPP
No
Aspek yang Dinilai
1
Kejelasan identitas RPP mencakup 7 komponen, yaitu: 1. SK, KD,
dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi
pembelajaran, 4. Metode pembelajaran,
5. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, 6. Alat dan sumber belajar, 7. Evaluasi
pembelajaran.
2
Kejelasan identitas RPP mencakup 6 komponen, misalnya: 1. SK,
KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi
pembelajaran, 4. Metode pembelajaran,
5. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, 6. Alat dan sumber belajar.
3
Kejelasan identitas RPP mencakup 5 komponen, misalnya: 1. SK,
KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi
pembelajaran, 4. Metode pembelajaran,
5. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran.
4
Kejelasan identitas RPP mencakup 4 komponen, misalnya: 1. SK,
KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi
pembelajaran, 4. Metode pembelajaran.
5
Kejelasan identitas RPP mencakup 3 komponen, misalnya: 1. SK,
KD, dan indikator pencapaian, 2. Tujuan pembelajaran, 3. Materi
pembelajaran.
Skor
5
4
3
2
1
2. Ketepatan Standar Kompetensi (SK)
No
1
2
3
4
5
Aspek yang Dinilai
SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK berdasarkan
hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan,
keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran.
SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK berdasarkan
hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan, tetapi
tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran.
SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK tidak
berdasarkan hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran.
SK pembelajaran tidak sesuai dengan standar isi, urutan SK tidak
berdasarkan hierarki konsep disimplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran.
Tidak ada SK
Skor
5
4
3
2
1
3. Ketepatan Kompetensi Dasar (KD)
No
1
2
Aspek yang Dinilai
Skor
KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur, KD 5
ditulis lengkap dan penulisan kalimat sesuai dengan EYD.
KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur, KD 4
ditulis lengkap tetapi penulisan kalimat tidak sesuai dengan EYD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
3
4
5
KD dan SK berkaitan, KD sesuai dengan aspek yang diukur, KD 3
tidak ditulis lengkap, penulisan kalimat tidak sesuai dengan EYD.
KD dan SK berkaitan, KD tidak sesuai dengan aspek yang diukur, 2
KD tidak ditulis lengkap, penulisan kalimat tidak sesuai dengan
EYD.
KD dan SK tidak berkaitan, KD tidak sesuai dengan aspek yang 1
diukur, KD tidak ditulis lengkap, penulisan kalimat tidak sesuai
dengan EYD.
4. Ketepatan Indikator
No
1
2
3
4
5
Aspek yang Dinilai
Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja
oprasional, indikator sesuai dengan yang diukur, dan disusun
menggunakan bahasa baku.
Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja
oprasional, indikator sesuai dengan yang diukur, tetapi tidak
disusun menggunakan bahasa baku.
Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator dirumuskan dalam kata kerja
oprasional, tetapi indikator tidak sesuai dengan yang diukur,
dan tidak menggunakan bahasa baku.
Indikator sesuai dengan SK dan KD, indikator dikembangkan
lebih dari satu, indikator tidak dirumuskan dalam kata kerja
oprasional, indikator tidak sesuai dengan yang diukur, dan
disusun tidak menggunakan bahasa baku.
Indikator tidak sesuai dengan SK dan KD
Skor
5
4
3
2
1
5. Ketepatan Tujuan Pembelajaran
No
1
2
3
4
5
Aspek yang Dinilai
Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, terperinci fokus
dengan kompetensi yang akan dicapai.
Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, terperinci, tetapi
kurang fokus dengan kompetensi yang akan dicapai.
Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan jelas, tidak terperinci dan
tidak fokus dengan kompetensi yang akan dicapai.
Tujuan pembelajaran kurang jelas, tidak terperinci dan tidak fokus
dengan kompetensi yang akan dicapai.
Tidak ada tujuan pembelajaran
Skor
5
4
3
2
1
6. Ketepatan Materi Pembelajaran
No
1
Aspek yang Dinilai
Skor
Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, mencakup 6 5
pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi siswa; (3) struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
2
3
4
5
keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi; (5) relevansi dengan
kebutuhan siswa; (6) alokasi waktu.
Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, minimal
mencakup 5 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi
siswa; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi; (5)
relevansi dengan kebutuhan siswa.
Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, minimal
mencakup 4 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi
siswa; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi.
Materi pembelajaran disesuaikan dengan SK dan KD, minimal
mencakup 3 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi
siswa; (3) struktur keilmuan.
Materi pembelajaran kurang sesuaikan dengan SK dan KD, minimal
mencakup 2 pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual; (2) manfaat bagi
siswa.
4
3
2
1
7. Ketepatan Metode Pengajaran
No
1
2
3
4
5
Aspek yang Dinilai
Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, mengaktifkan siswa,
dan menggunakan metode yang bervariasi.
Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, mengaktifkan siswa,
tetapi tidak menggunakan metode yang bervariasi.
Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tingkat emosi, tidak dapat
mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan metode yang
bervariasi.
Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tingkat intelektual, tidak disesuaikan dengan tingkat
emosi, tidak dapat mengaktifkan siswa, dan tidak menggunakan
metode yang bervariasi.
Metode pengajaran sesuai dengan tingkat perkembangan fisik
peserta didik, tidak disesuaikan dengan tingkat intelektual, tidak
disesuaikan dengan tingkat emosi, tidak dapat mengaktifkan siswa,
dan tidak menggunakan metode yang bervariasi.
Skor
5
4
3
2
1
8. Ketepatan Kegiatan Pembelajaran
No
1
2
Aspek yang Dinilai
Skor
Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut, terperinci 5
sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah ditentukan.
Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut, kurang 4
terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
3
4
5
ditentukan.
Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, kurang runtut, 3
kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi yang
sudah ditentukan.
Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, kurang jelas, kurang 2
runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi
yang sudah ditentukan.
Kegiatan pembelajaran disusun kurang tepat, kurang jelas, kurang 1
runtut, kurang terperinci sesuai dengan alokasi waktu dan materi
yang sudah ditentukan.
9. Ketepatan Penilaian
No
1
2
3
4
5
Aspek yang Dinilai
Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 5 hal,
yaitu: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut, (5) sesuai dengan pengalaman belajar
yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 4 hal,
misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut.
Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 3 hal,
misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan.
Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 2 hal,
misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria.
Penilaian dilakukan berdasarkan indikator dan mencakup 1 hal,
misalnya: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi.
Skor
5
4
3
2
1
10. Ketepatan Sumber dan Media Pembelajaran
No
1
2
3
Aspek yang Dinilai
Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK,
KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sesuai dengan
karakteristik siswa, dan dapat mengaktifkan siswa.
Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK,
KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sesuai dengan
karakteristik siswa, tetapi tidak dapat mengaktifkan siswa.
Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK,
KD, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, tidak sesuai
Skor
5
4
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
4
5
dengan karakteristik siswa, dan tidak dapat mengaktifkan siswa.
Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK, 2
KD, indikator, tidak sesuai dengan materi pokok, kegiatan
pembelajaran, tidak sesuai dengan karakteristik siswa, dan tidak
dapat mengaktifkan siswa
Ketepatan sumber dan media pembelajaran dipilih berdasarkan SK, 1
KD, indikator, tidak sesuai dengan materi pokok, tidak sesuai
dengan kegiatan pembelajaran, tidak sesuai dengan karakteristik
siswa, dan tidak dapat mengaktifkan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Triangulasi Data
Berikut ini adalah hasil analisis data penelitian pembelajaran unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual untuk Siswa SMA Kelas XII Semester 1 yang perlu divalidasi oleh ahli pakar. Berillah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau
“tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya, serta berilah pada
kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis tersebut.
ALUR
No Unsur
1.
Alur
Tahapan
Awalan
Hasil Analisis
Keterangan Hasil Analisis
(1) Anak saya bercita-cita menjadi guru.
Tentu saja saya dan istri saya jadi
syok. Kami berdua tahu, macam masa
depan seorang guru. Karena itu,
sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat
ngajak dia ngomong. “Kami dengar
seletingan, kamu mau jadi guru,
Taksu? Betul?!” Taksu mengangguk.
“Betul Pak.” Kami kaget. “Gila,
masak kamu mau jadi g-u-r-u?” “Ya.”
Kutipan
(1),
penulis
menceritakan tentang anaknya
yang bernama Taksu yang ingin
bercita-cita menjadi seorang
guru. Tetapi tokoh saya yaitu
ayah Taksu dan Ibu nya sangat
terkejut mendengar cita-cita
anaknya yang ingin menjadi
guru.
√
Rangsangan (2) Saya dan istri saya pandangpandangan. Itu malapetaka. Kami
sama sekali tidak percaya apa yang
kami dengar. Apalagi ketika kami
tatap tajam-tajam, mata Taksu tampak
tenang tak bersalah. Ia pasti sama
sekali tidak menyadari apa yang
barusan diucapkannya. Jelas ia tidak
mengetahui permasalahannya.
Kutipan (2), ayah dan Ibu Taksu
sangat terkejut dan saling
pandang-pandangan mendengar
Taksu ingin menjadi guru.
mereka berpikir Taksu tidak
mengetahui permasalahan yang
dipikirkan oleh ayah dan ibu
Taksu.
√
Paparan
Setuju
Tidak
Setuju
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
(3) Kami bertambah khawatir, karena
Taksu tidak takut bahwa kami tidak
setuju. Istri saya menarik nafas dalamdalam karena kecewa, lalu begitu saja
pergi. Saya mulai bicara blak-blakan.
(4) “Taksu, dengar baik-baik. Bapak
hanya bicara satu kali saja. Setelah itu
terserah kamu! Kita hidup di kota.
Dan ini era milenium ketiga yang
diwarnai oleh globalisasi, alias
persaingan bebas. Di masa sekarang
ini tidak ada orang yang mau jadi
guru. Semua guru itu dilnya jadi guru
karena terpaksa, karena mereka gagal
meraih yang lain. Mereka jadi guru
asal tidak nganggur saja. Ngerti?
Setiap kali kalau ada kesempatan,
meraka akan loncat ngambil yang
lebih menguntungkan. Ngapain jadi
guru, mau mati berdiri? Kamu kan
bukan orang yang gagal, kenapa kamu
jadi putus asa begitu?!”
Gawatan
(5) “Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan
lain? Kamu tahu, hidup guru itu
seperti apa? Guru itu hanya sepeda
tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi
rongsokan pun tidak ada yang mau
beli. Hidupnya kejepit. Tugas
seabrek-abrek, tetapi duit nol besar.
Lihat mana ada guru yang naik
Jaguar. Rumahnya saja rata-rata
√
Kutipan
(3),
menceritakan
tentang ayah dan ibu yang
sedang khawatir karena anak
satu-satinya ingin menjadi guru.
√
Kutipan (4), ayah menasehati
Taksu
untuk
mengambil
keputusannya secara matang dan
dipikir terlebih dahulu.
Kutipan (5), ayah tidak setuju
jika anaknya Taksu menjadi
guru, karena ia menganggap
menjadi guru seperti sepeda tua,
titawar-tawar sebagai sepeda besi
rongsokan pun tidak ada yang
mau
beli.
Ayah
juga
menganggap bahwa profesi guru
itu sengsara dan cita-cita yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
kontrakan dalam gang kumuh. Di desa
juga guru hidupnya bukan mengajar
tapi dari tani. Karena profesi guru itu
gersang, boro-boro sebagai cita-cita,
buat ongkos jalan saja kurang. Citacita itu harus tinggi. Taksu, Masak
jadi guru? Itu kan cita-cita sepele
banget, itu namanya menghina orang
tua. Masak kamu tidak tahu? Mana
ada guru yang punya rumah
bertingkat. Tidak ada guru yang
punya deposito dollar. Guru itu tidak
punya masa depan. Dunianya suram.
Kita tidur, dia masih saja utak-atik
menyiapkan bahan pelajaran atau
memriksa PR.
(6) “Sudah saya pikir masak-masak.”
Saya terkejut. “Pikirlah sekali lagi!
Bapak kasih waktu satu bulan!” Taksu
menggeleng. “Dikasih waktu satu
tahun punhasilnya sama, Pak. Saya
ingin jadi guru.” Tidak! Kamu pikir
saja satu dua bulan lagi!”
(7) Kami tinggalkan Taksu dengan hati
panas. Istri saya ngomel sepanjang
perjalanan. Yang dijadikan bulanbulanan, saya. Menurut dia, sayalah
yang sudah salah didi, sehingga Taksu
jadi cupet pikirannya
(8) “Kau yang terlalu memanjakan dia,
makanya dia seenak perutnya saja
sekarang. Masak mau jadi guru. Itu
sangat sepele.
Kutipan (6), Taksu berkata
kepada Ayah bahwa ia sudah
berpikir ingin
tetap menjadi
guru, tetapi ayah memberikan
waktu satu bulan untuk Taksu
berpikir kembali dengan citacitanya.
Kutipan (7), ayah meninggalkan
Taksu dengan hati panas,
sedangkan Ibu marah-marah
sepanjang perjalanan pulang
√
Kutipan (8), menceritakan ibu
yang marah-marah dengan bapak
karena ia menganggap ayah
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Tahap
Tengah
Tikaian
kan bunuh diri!.” Saya diam saja. Istri
saya memang aneh. Apa saja yang
tidak disukainya, semua dianggapnya
hasil perbuatan saya. Nasib suami
memang rata-rata begitu. Di luar bisa
galak melebihi macan, berhadapan
dengan istri, hancur.
(9) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua
bulan kemudian, kami berdua datang
lagi mengunjungi Taksu di tempat
kosnya. Sekali ini kami tidak muncul
dengan tangan kosong. Istri saya
membawa
krupuk
kulit
ikan
kegemaran Taksu. Saya sendiri
membawa sebuah laptop baru yang
paling canggih, sebagai kejutan.
(10) Taksu senang sekali. Tapi kami
sendiri kembali sangat terpukul.
Ketika kami tanyakan bagaimana
hasil hasil perenungannya selama dua
bulan. Taksu memberi jawaban yang
sama
terlalu memanjakan anaknya
sehingga Taksu ingin bercita-cita
guru.
(11) “Saya sudah bilang saya ingin jadi
guru, kok ditanya lagi, Pak,” katanya
sama sekali tanpa rasa berdosa.
Sekarang saya naik darah. Istri saya
jangan dikata lagi. Langsung kencang
mukanya. Ia tak bisa lagi mengekang
marahnya. Taksu disemprot habis.
(12) “Taksu! kamu mau jadi guru pasti
karena kamu terpengaruh oleh puji-
Kutipan (9), bukan hanya satu
bulan, tetapi dua bulan ayah dan
ibu baru mengunjungi Taksu di
kosnya. Ibu membawa kerupuk
dan ayah membawa leptop
canggih untuh hadia kejutan
Taksu
√
Kutipan (10), Taksu sangat
senang sekali, tetapi ketika ayah
menanyakan Taksu ingin bercitacita menjadi apa. Jawabannya
tetep sama yaitu ingin menjadi
guru.
√
Kutipan (11), Taksu menjawab
tetap ingin menjadi guru,
seketika ayah dan ibu langsung
kaget mendengar perkataan
anaknya.
√
Kutipan (12), ibu berkata kepada
Taks, Taksu! kamu mau jadi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
pujian orang-orang pada guru itu ya?!
Damprat istri saya. “Mentangmentang mereka bilang,
guru
pahlawan, guru itu berbakti kepada
nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong
semua! Itu bahasa pemerintah! Apa
kamu pikir betul guru itu yang sudah
menyebabkan orang pinter? Apa
kamu tidak baca di koran, banyak
guru-guru yang berengsek atau bejat
sekarang?
Ah?”
Taksu
tidak
menjawab
(13) “Negara sengaja memuji-muji guru
setinggi langit tetapi lihat sendiri,
negara tidak pernah memberi gaji
yang setimpal, karena mereka yakin,
banyak orang seperti kamu, sudah
puas, karena dipuji. Mereka tahu
kelemahan orang-orang seperti kamu,
Taksu. Dipuji sedikit saja sudah mau
banting-tulang, kerja rodi tidak peduli
tidak dibayar.
(14) “Kamu kan bukan jenis orang yang
suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang
apa gunanya puji-pujian, yang penting
adalah sesuatu yang konkret. Yang
konkret itu adalah duit. Taksu. jangan
kamu takut dituduh materialis. Siapa
bilang materialis itu jelek. Itu kan kata
mereka yang tidak punya duit. Karena
tidak mampu cari duit mereka lalu
memaki-maki duit. Mana mungkin
guru karena terpengaruh pujipujian orang-orang kepada guru
itu ya? Ibu sampai heran kenapa
Taksu ingin banget menjadi
guru,
tetapi
Taksu
tidak
menjawab petanyaan Ibu.
Kutipan (13), ayah berkata
kepada Taksu “Negara sengaja
memuji-muji guru setinggi langit
tetapi lihat sendiri, negara tidak
pernah memberi gaji yang
setimpal, karena mereka yakin
banyak orang seperti kamu,
mudah puas karena dipuji, Taksu
tetap diam saja.
√
Kutipan (14), ayah berkata
kepada Taksu, kamu kan bukan
orang yang suka dipuji kan?
Ayah menasehati Taksu dengan
sungguh-sungguh
supaya
anaknya tidak mengambil jalan
yang salah.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
kamu bisa hidup tanpa duit? yang
benar saja. Kita hidup perlu materi.
Guru itu pekerjaan yang anti pada
materi, buat apa kamu menghabiskan
hidup kamu untuk sesuatu yang tidak
berguna? Paham?
(15) “Kamu kan bukan jenis orang yang
suka dipuji kan? Kamu sendiri bilang
apa gunanya puji-pujian, yang penting
adalah sesuatu yang konkret. Yang
konkret itu adalah duit. Taksu. jangan
kamu takut dituduh materialis. Siapa
bilang materialis itu jelek. Itu kan kata
mereka yang tidak punya duit. Karena
tidak mampu cari duit mereka lalu
memaki-maki duit. Mana mungkin
kamu bisa hidup tanpa duit? yang
benar saja. Kita hidup perlu materi.
Guru itu pekerjaan yang anti pada
materi, buat apa kamu menghabiskan
hidup kamu untuk sesuatu yang tidak
berguna? Paham?
(16) Sebenarnya saya mau bicara, tapi
istri saya menarik saya pergi. Saya
tidak mungkin membantah. Di jalan
istri saya berbisik. “Sudah waktunya
membuat shoch therepy pada Taksu,
sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia
memang
memerlukan
perhatian.
Karena itu dia berusaha melakukan
sesuatu yang menyebabkan kita
terpaksa memperhatikannya. Dasar
Kutipan (15), Taksu tetap ingin
menjadi guru dan apa yang tadi
sudah di naesehati ayah dan ibu
sia-sia, karena Taksu tetap ingin
menjadi guru.
√
Kutipan (16), ibu dan ayah
pulang dengan hati yang sangat
marah dan kesal denga Taksu,
dijalan ibu membisikkan sudah
waktunya
membuat
shock
therapy pada Taksu. taksu
memang memerlukan perhatian
yang lebih dari kita, itu sebabnya
ia berusaha melakaukan sesuatu
yang membuat kita terpaksa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Rumitan
anak zaman sekarang, akal bulus!
Yang dia kepingin bukan laptopnya
tapi mobil! Bapak harus kerja keras
beliin dia mobil, supaya mau
mengikuti apa nasihat kita!”
(17) Sebenarnya saya mau bicara, tapi
istri saya menarik saya pergi. Saya
tidak mungkin membantah. Di jalan
istri saya berbisik. “Sudah waktunya
membuat shoch therepy pada Taksu,
sebelum ia kejeblos terlalu dalam. Ia
memang
memerlukan
perhatian.
Karena itu dia berusaha melakukan
sesuatu yang menyebabkan kita
terpaksa memperhatikannya. Dasar
anak zaman sekarang, akal bulus!
Yang dia kepingin bukan laptopnya
tapi mobil! Bapak harus kerja keras
beliin dia mobil, supaya mau
mengikuti apa nasihat kita!”
(18) “Tiga bulan kami tidak mengunjungi
Taksu. Tapi Taksu juga tidak
menghubungi kami. Saya jadi cemas.
Ternyata
anak
memang
tidak
merindukan orang tua, orang tua yang
selalu minta diperhatikan anak
(19) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri
saya, saya datang lagi. Sekali ini saya
datang dengan kunci mobil. Saya tarik
deposito saya di bank dan mengambil
kredit sebuah mobil. Mungkin Taksu
ingin punya mobil mewah, tapi saya
memperhatikannya.
Kutipan (17), ayah tidak setuju
dengan pendapat ibu.
√
Kutipan (18), tiga bulan sudah
ayah dan ibu tidak mengunjungi
Taksu, ayah menjadi khawatir
dengan kondisi Taksu
√
Kutipan (19), tanpa diketahui
ibu, ayah pergi mengunjungi
Taksu dengan membawa hadiah
kunci mobil, supaya Taksu
mengubah cita-citanya yang
ingin menjadi guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
hanya kuat beli mobil murah. Tapi
sejelek-jeleknya kan mobil, dengan
bonus janji, kalau memang dia mau
mengubah cita-citanya, jangankan
mobil mewah, segalanya akan saya
serahkan, nanti
(20) “Bagaimana Taksu,” kata saya
sambil menunjukkan kunci mobil itu.
“ini hadiah untuk kamu. Tetapi kamu
juga harus memberi hadiah buat
Bapak.” Taksu melihat kunci itu
dengan dingin. “Hadiah apa Pak?”
Saya tersenyum
(21) “Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup
lama buat kamu untuk memutuskan.
Jadi, singkat kata saja, mau jadi apa
kamu
sebenarnya?”
Taksu
memandang saya. “Jadi guru. kan
sudah saya bilang berkali-kali?”
Kunci mobil yang sudah ada di
tangannya saya rebut kembali
(22) “Mobil ini tidak pantas dipakai
seorang guru.kunci ini boloeh kamu
ambil sekarang juga, kalau kamu
berjanji bahwa kamu tidak akan mau
jadi guru, sebab itu mamlukan orang
tua kamu. Kamu ini investasi untuk
masa depan kami. Taksu mengerti?
Kamu kami sekolahkan supaya
meraih
gelar,
punya
jabatan,
dihormati orang, supaya kami ikut
terhormat.
Kutipan (20), ayah bertanya
kepada
Taksu
dengan
menunjukkan
kunci
mobil
kepada Taksu.
√
Kutipan (21), bapak rasa tiga
bulan sudah waktu yang cukup
untuk kamu dapat mengubah
cita-citamu, tetapi Taksu tetap
menjawab ingin menjadi guru.
√
Kutipan (22), ayah berkata
kepada Taksu mobil ini tidak
pantas diberikan kepada seorang
guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
(23) Lalu saya letakkan kembali kunci itu
di depan dihidungkan. Taksu berpikir.
Kemudian saya bersorak gagap di
dalam hati, karena ia memungut kunci
itu lagi. “Terima kasih, Pak. Bapak
sudah memperhatikan saya. Dengan
sesunggu-sungguhnya, saya hormat
atas perhatian Bapak.” Sembari
berkata itu, Taksu menarik tangan
saya, lalu di atas telapak tangan saya
ditaruhnya kembali kunci itu
(24) “Saya ingin jadi guru, Maaf.” Kalau
tidak menahan diri, pasti waktu itu
juga
Taksu
saya
tampar.
Kebandelannya
itu
amat
menjengkelkan. Pesawat penerimanya
sudah rusak. Untunglah iman saya
sudah cukup baik. Saya tekan
perasaan saya. Kunci kontak itu saya
genggam dan masukkan ke kantung
celana
(25) “Baik. Kalau memang begitu, uang
sekolah dan uang makan kamu mulai
bulan depan kami stop. Kamu hidup
ajah sendirian. Supaya kamu bisa
merasakan
sendiri
langsung
bagaimana penderitaan hidup ini.
Tidak semudah yang kamu baca
dalam teori dan slogan. Mudahmudahan penderitaan itu akan
membimbing kamu ke jalan yang
benar. Tiga bulan lagi Bapak akan
Kutipan
(23),
lalu
ayah
meletakkan kunci mobil didepan
hidungnya Taksu. taksu berkata
kepada bapak terima kasih pak.
Bapak sudah memperhatikan
saya, dengan sengguh-sungguh
saya hormat kepada bapak, tetapi
sayang ingin menjadi guru Pak.
√
Kutipan (24), taksu berkata
kepada bapak ia ingin menjadi
guru dan bapak sangat kesal
mendengar perkataan Taksu.
√
Kutipan (25), bapak berkata
kepada Taksu uang sekolah dan
uang makanbapak berhentikan,
supaya kamu dapat berpikir
dengan matang. Tiga bulan lagi
bapak akan datang untuk
menemuimu.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Klimaks
datang. Waktu itu pikiranmu sudah
pasti akan berubah! Bangkit memang
baru terjadi sesudah sempat hancur!
Tapi tak apa.”
(26) Tanpa banyak basa-basi lagi, saya
pergi. Saya benar-benar naik pitam.
Saya kira Taksu pas sudah dicocok
hidungnya oleh seseorang. Tidak ada
yang bisa melakukan itu, kecuali
Mina, pacarnya. Anak guru itulah
yang saya anggap sudah kurang ajar
menjerumuskan anak saya supaya
terkiblat untuk menjadi guru. Sialan!
(27) Tepat tiga bulan kemudian saya
datang lagi. Sekali ini saya membawa
kunci mobil mewah. Tapi terlebih
dulu saya mengajukan pertanyaan
yang sama. “Coba jawab untuk
terakhir kalinya, mau jadi apa kamu
sebenarnya?”
(28) “Mau jadi guru.” Saya tak mampu
melanjutkan. Tinju saya melayang ke
atas meja. Gelas di atas meja
meloncat. Kopi yang ada di dalamnya
muncrat ke muka saya. “tetapi
kenapa? Kenapa? Apa informasi kami
tidak cukup buat membuka mata dan
pikiran kamu yang sudah dicekoki
oleh perempuan anak guru kere itu?
Kenapa kamu mau jadi guru,
Taksu?!!!”
(29) “Karena saya ingin jadi guru.”
Kutipan (26), bapak pergi
meninggalkan Taksu dengan hati
panas dan bapak berpikir bahwa
Mina
lah
yang
telah
menjerumuskan Taksu supa
Taksu menjadi guru.
√
Kutipan
(27),
tiga
bulan
kemudian
bapak
datang
memebawakan kunci mobil
mewah untuk Taksu dan
menanyakan
Taksu
untuk
menjawab terakhir kalinya ia
ingin menjadi apa.
Kutipan (28), Taksu menjawab
petanyaan bapak dengan lantang
ia ingin menjadi guru. seketika
bapak kaget dan gelas melayang
karena ditinju oleh bapak.
√
Kutipan (29), Taksu memberi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
“Tidak! Kamu tidak boleh jadi guru!”
“Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh
kau, kalau kau masih saja tetap mau
jadi guru.” Taksu menatap saya.
“Apa?” kalau kamu tetap saja mau
jadi guru, aku bunuh kau sekarang
juga!! Teriak kelap. Taksu balas
memandang saya tajam. “Bapak tidak
akan bisa membunuh saya.” “Tidak?
Kenapa tidak?” “Sebab guru tidak
bisa dibunuh. Jasadnya mungkin saja
bisa busuk layu lenyap. Tapi apa yang
diajarkannya tetap tertinggal abadi.
Bahkan bertumbuh, berkembang dan
memberi inspirasi kepada generasi di
masa yang akan datang. Guru tidak
bisa mati, Pak.”
(30) Saya tercengang. “O... jadi narkoba
itu yang sudah menyebabkan kamu
mau jadi guru?” “Ya! Itu sebabnya
saya ingin jadi guru, sebab saya tidak
mau mati.” Saya bengong. Saya
belum pernah di jawab tegas oleh
anak saya. Saya jadi gugup. “Bangsat!
Kata saya kelepasan. “ Siapa yang
sudah mengotori pikiran kamu dengan
semboyan keblinger itu? Siapa yang
sudah
mengindoktrinasi
kamu,
Taksu?” Taksu memandang kepada
saya tajam. “Siapa Taksu?!” Taksu
menunjuk. “Bapak sendiri, kan?”
Saya terkejut
alasan karena ia ingin menjadi
gurudan
bapak
tidak
memperbolehkan Taksu menjadi
guru, karena bapak berpikir
bahwa guru tidak mempunyai
masa depan. Bapak berkata
kepada Taksu aku bunuh kau
sekarang juga jika kamu ingin
menjadi guru, tetapi Taksu
menjawab bapak tidak bisa
membunuh guru, karena guru
tidak bisa mati.
Kutipan (30), bapak kaget
mendengar perkataan Taksu dan
pada saat itu ayah Taksu sangat
marah karena anaknya berani
kepada bapknya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
(31) “Itu kan 28 tahun yang lalu!
Sekarang sudah lain Taksu! kamu
jangan kacau! Kamu tidak bisa hidup
dengan nasehat yang Bapak berikan
30 tahun yang lalu! Waktu itu kamu
malas. Kamu tidak mau sekolah,
kamu hanya mau main-main, kamu
bahkan bandel dan kurang ajar pada
guru-guru kamu yang datang ke
sekolah naik ojek.
(32) Satu jam saya memberi Taksu
kuliah. Saya telanjangi semua
persepsinya tentang hidup. Dengan
tidak malu-malu lagi, saya seret nama
pacarnya si Mina yang mentangmentang cantik itu, mau menyeret
anak saya ke masa depan yang gelap
(33) “Tidak betul cinta itu buta!” bantak
saya kalap. “Kalau cinta bener buta
apa gunanya ada bikini,” lanjut saya
mengutip iklan yang saya sering papas
di jalan. “Kalau kamu menjadi buta,
itu namanya bukan cinta tetapi racun.
Kamu sudah terkecoh. Taksu,
meskipun keluarga pacarmu itu guru,
tidak
berarti
kamu
harus
mengidolakan guru sebagai profesi
kamu. Buat apa? Justru kamu harus
menyelamatkan keluarga itu dengan
tidak perlu perlu menjadi guru. apa
artinya kebanggan kalau hidup di
dalam kenyataan lebih menghargai
Kutipan (31), bapak sangat kaget
Taksu masih ingat nasihat bapak
30 tahun yang lalu, karena bapak
menasihati Taksu kamu harus
menghormati
gurumu
yang
datang kesekolah naik ojek,
kamu tidak sadar meskipun
sepatunya butut dan mukanya
layu kurang gizi, tapi itulah
orang-orang
yang
akan
menyelamatkan kamu.
Kutipan (32), sudah satu jam
bapak memberi Taksu nasihat
kepada Taksu, karena hati bapak
tidak mau bapaknya menjadi
guru.
√
Kutipan (33), taksu dinasihati
oleh bapak tentang cita-citanya
yang ingin menjadi guru. dan
baapak sangat tidak setuju
dengan hubungan Taksu dan
Mina.
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Tahap
akhir
Leraian
dasi, mobil, duit, dan pangkat? Punya
duit, pangkat dan harta benta itu
bukan dosa, mengapa harus dilihat
sebagai dosa. Sebab itu semuanya
hanya alat untuk bisa hidup lebih
beradab.
(34) Saya gebrak kunci mobil BMW itu
di depan matanya dengan sangat
marah. “Ini satu milyar tahu?!”
Sebelum dia sempat menjawab dan
mengambil. Kunci itu saya ambil
kembali sambil siap-siap hendak
pergi. “Pulang sekarang dan minta
maaf kepada ibu kamu, sebab kamu
baru saja menghina kami! Tinggalkan
perempuan itu. Nanti kalau kamu
sudah sukses kamu akan dapat 7 kali
perempuan yang lebih cantik dari si
Mina dengan sangat gampang! Tidak
perlu sampai menukar nalar kamu!”
(35) Tanpa menunggu jawaban, lalu saya
pulang. Saya ceritakan pada istri saya
yang sudah saya lakukan. Saya kira
saya akan dapat pujian. Tetapi
ternyata istri saya bengong. Ia tak
percaya dengan apa yang saya
ceritakan. Dan ketika kesadarannya
turun kembali, matanya melotot dan
saya dibentak habis-habisan
(36) “Bapak terlalu! Jangan perlakukan
anakmu seperti itu! Teriak istri saya
kalap. Saya bingung. “Ayo kembali!
Kutipan (34), bapak membanting
kunci mobil BMW di depan mata
Taksu karena sudah sangat
marah dan kesal melihat
anaknya. Bapak berkata kepada
Taksu kamu harus pulang dan
minta maaf kepada ibu mu dan
tinggalkan pacarmu. Nanti kalau
kamu sudah suskses kamu akan
mendapat yang lebih dari dia
√
Kutipan (35), ayah langsung
pulang
dan
langsung
menceritakan semua kepada ibu
apa yang terjadi. Ibu sangat
kaget mendengar cerita ayah dan
langsung memarahi ayah.
√
Kutipan (36), bapak keterlalauan
jangan memperlakukan Taksu
seperti itu, ayo cepat minta maaf
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Serahkan kunci mobil itu pada Taksu!
Kalau memang mau ngasih anak
mobil, kasih saja jangan pakai syarat
segala, itu namanya dagang! Masak
sama anak dagang. Dasar mata
duitan!”
(37) Saya tambah bingung. “Ayo cepat,
nanti anak kamu kabur!” Saya masih
ingin membantah. Tapi mendengar
kata kabur, hati saya rontok. Taksu itu
anak saya satu-satunya. Sebelas tahun
kami menunggunya dengan cemas.
Kami berobat ke sana-kemari, sampai
berkali-kali melakukan enseminasi
buatan dan akhirnya sempat dua kali
mengikuti program bayi tabung.
Semuanya gagal. Waktu kami pasrah
tetapi kami tidak menyerah, akhirnya
istri saya mengandung dan lahirlah
Taksu. anak yang sangat mahal,
bagaimana mungkin saya akan
biarkan dia kabur?
(38) “Ayo cepat! Teriak istri saya kalap.
Dengan
panik
saya
kembali
menjumpai Taksu. tetapi sudah
terlambat. Anak itu seperti sudah tahu
saja, bahwa ibunya akan menyuruh
saya kembali. Rumah kos itu sudah
kosong. Dia pergi membawa semua
barang-barangnya, yang tinggal hanya
secarik kertas kecil dan pesan kecil
(39) “Maaf, tolong relakan saya menjadi
dan serahkan kunci mobil itu
kepada Taksu, kalau memang
niat ingin mengasih mobil yang
kasih saja.
Kutipan (37), ibu berkata ayo
cepat nanti anakmu kabur,
mendengar kata kabur hati ayah
menajdi lemas dan langsung
buru-buru pergi ke kos Taksu
√
Kutipan (38), dengan panik ayah
langsung pergi menemui Taksu,
tetapi sudah terlambat Taksu pun
sudah membawa semua barangbarangnya.
√
Kutipan (39),
√
kertas
kosong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Selesaian
seorang guru.” Tangan saya gemetar
memegang kertas yang disobek dari
buku hariannya itu. Kertas yang
nilainya mungkin hanya seperak itu,
jauh lebih berarti dari kunci BMW
yang harganya semilyar adan sudah
mengosongkan deposito saya.
(40) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Saya
seperti dipagut aliran listrik. Tetapi
ketika menoleh, itu bukan Taksu
tetapi istri saya yang menyusul karena
merasa cemas. Waktu ia mengetahui
apa yang terjadi, dia langsung marah
dan kemudian menangis. Akhirnya
saya lagi yang menjadi sasaran. Untuk
pertama kalinya saya berontak. Kalau
tidak, istri saya akan seterusnya
menjadikan saya bal-balan. Saya
jawab semua tuduhan istri saya. Dia
tercengang sebab untuk pertama
kalinya saya membantah. Akhirnya di
bekas pintu kamar anak kami, kami
bertengkar keras
(41) Tetapi itu 10 tahun yang lalu.
Sekarang saya sudah tua. Waktu telah
memproses segalanya begitu rupa,
sehingga semuanya diluar dugaan.
Sekarang Taksu sudah menggantikan
hidup saya memikul beban keluarga.
Ia, menjadi salah seorang pengusaha
besar yang mengimpor barang-barang
mewah dan mengekspor barang-
isinya “Maaf tolong relakan saya
menjadi guru”
Kutipan (40), ibu tiba-tiba
menyusul ayahkarena merasa
cemas, setelah mengetahui apa
yang terjadi ibu langsung marah
dan menangis.
√
Kutipan (41), tetapi cerita ini
sudah 10 tahun berlalu, segala
proses telah dilewati dan
akhirnya Taksu sudah menjadi
tulang punggung keluarga dan ia
menjadi salah seorang pengusaha
besar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
barang kerajinan serta ikan segar ke
berbagai wilayah mancanegara
(42) “Ia seorang guru bagi sekitar 10.000
orang pegawainya. Guru juga bagia
anak-anak muda lain yang menjadi
generasinya. Bahkan guru bagi bangsa
dan negara, karena jasa-jasanya
menular etos kerja.” ucap promotor
ketika Taksu mendapat gelar doktor
honoris causa dari sebuah perguruan
tinggi bergengsi.
Kutipan (42), kini Taksu menjadi
seorang guru bagi sekitar 10.000
orang pegawainya dan guru juga
bagi anak-anak muda.
√
TOKOH
No
Unsur
Hasil Analisis
Keterangan Hasil analisis
2.
Taksu
Taksu
(Taksu disebut sebgai tokoh protagonis
karena di setiap kejadian atau peristiwa
menceritakan tentang keinginan Taksu
yang ingin menjadi guru).
Sifat
Taksu
berdasarkan
penampilannya adalah tokoh
protagonis. Taksu sebagai tokoh
protagonis karena ia baik,
mempunyai pendirian yang teguh
serta konsisten ingin menjadi
seorang guru. Pada akhir cerita
Taksu menjadi tulang punggung
keluarga dan menjadi guru bagi
10.000 orang pegawainya.
Ayah
(ayah Taksu disebut tokoh sentral karena Sifat ayah Taksu berdasarkan
tokoh ayah ini yang menceritakan penampilannya adalah tokoh
kejadian dan peristiwa dari aal sampai antagonis. Tokoh ayah sebagai
Setuju
√
√
Tidak
Setuju
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
akhir cerita. Bahkan ayah tidak setuju tokoh antagonis karena ia
jika anaknya menjadi guru)
bersikap keras kepada anaknya
dan memaksakan kehendaknya
agar Taksu tidak boleh menjadi
guru. ayah Taksu berpikir bahwa
menjadi guru tidak mempunyai
masa depan, itulah sebabnya ia
tidak memperbolehkan anaknya
menjadi guru.
Ibu
(Ibu sebagai tokoh tambahan dalam Sifat
ibu
berdasarkan
cerita)
penampilannya adalah tokoh
antagonis. Tokoh ibu sebagai
tokoh antagonis karena ibu
sersifat keras sama seperti ayah
yang memaksakan kehendaknya
supaya anaknya tidak menjadi
guru.
√
PENOKOHAN
No
Unsur
Hasil Analisis
3.
Penokohan Ayah Taksu (43) Anak saya bercita-cita menjadi guru
Karakteristik
bercita-cita menjadi guru. tentu saja
melalui
saya dan istri saya jadi shok. Kami
dialog
berdua tahu, macam apa masa depan
seorang guru. karena itu, sebelum
terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak
Keterangan Hasil Analisis
Kutipan (43), menggambarkan
bahwa ayah Taksu memiliki
karakter yang sangat keras
kepada anaknya. Ayah Taksu
mendengar kabar bahwa Taksu
ingin menjadi guru sangat kaget.
Setuju
√
Tidak
Setuju
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
dia ngomong. “Kami dengar
seletingan, kamu mau jadi guru,
Taksu? Betul?! Taksu mengangguk.
“Betul Pak.” Kami kaget. “Gila
masak kamu mau jadi g-u-r-u?”
“Ya.”
(44) “Taksu dengar baik-baik. Bapak
hanya bicara satu kali saja. Setelah
itu terserah kamu! Menjadi guru itu
bukan cita-cita. Itu spanduk dijalan
kumuh di desa. Kita hidup di kota.
Dan ini era milenium ketiga yang
diwarnai oleh globalisasi, alias
persaingan bebas. Di masa sekarang
ini tidak ada orang yang mau jadi
guru. semua guru itu dilnya jadi
guru karena terpaksa, karena mereka
gagal meraih yang lain. Mereka jadi
guru asal tidak nganggur saja.
Ngerti? Setiap kali kalau ada
kesempatan, mereka akan loncat
ngambil yang lebih menguntungkan.
Ngapain jadi guru, mau mati
berdiri? Kamu kan bukan orang
yang gagal, kenapa kamu jadi putus
asa begitu?!”
(45) Kenapa? Apa nggak ada pekerjaan
lain? Kamu tahu, hidup guru itu
seperti apa? Guru itu hanya sepeda
tua. Ditawar-tawarkan sebagai besi
rongsokan pun tidak ada yang mau
beli. Hidupnya kejepit. Tugas
Ia tidak percaya bahwa anaknya
bercita-cita menjadi guru.
Kutipan (44) menggambarkan
karakter ayah Taksu yang
memaksakan
kehendaknya
sendiri. Di dalam kutipan ini
ayah Taksu sedang menasehati
anaknya supaya tidak menjadi
guru. ia memberi arahan kepada
Taksu agar anaknya tahu betul
jika nantinya hidup guru seperti
orang-orang yang berada di
jalan kumuh desa.
\
√
Kutipan (45) menggambarkan
karakter ayah Taksu yang sangat
keras terhadap anaknya. Ia
mengatakan bahwa jadi guru
tidak mempunyai masa depan.
Terlihat sekali bahwa ayah
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
seabrek-abrek, tetapi duit nol besar.
Lihat mana ada guru yang naik
Jaguar. Rumahnya saja rata-rata
kontrakan dalam gang kumuh. Di
desa juga guru hidupnya bukan dari
mengajar tapi dari tani. Karena
profesi guru itu gersang, boro-boro
sebagai cita-cita, buat ongkos jalan
saja kurang. Cita-cita itu harus
tinggi, Taksu. Masak jadi guru? itu
cita-cita sepele banget, itu namanya
menghina orang tua. Masak kamu
tidak tahu? Mana ada mana ada guru
punya rumah bertingakat. Tidak ada
guru yang punya deposito dollar.
Guru itu tidak punya masa depan.
Dunianya suram. Kita tidur, dia
masih saja utak-atik menyiapkan
bahan pelajaran atau memeriksa PR.
Kenapa kamu bodoh sekali mau
masuk neraka, padahal kamu masih
muda, otak kamu encer, dan biaya
untuk sekolah sudah kami siapkan.
Coba pikir lagi dengan tenang
dengan otak dingin!”
(46) Kami tinggalkan Taksu dengan hati
Lokasi dan
panas. Istri saya ngomel sepajang
situasi
perjalanan. Yang dijadikan bulanpercakapan
bulanan, saya. Menurut dia, sayalah
yang sudah salah didik, sehingga
Taksu jadi cupet pikirannya
(47) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua
Taksu sangat tidak setuju jika
Taksu ingin menjadi guru.
Kutipan (46), menggambarkan
lokasinya
sedang
dalam
perjalanan. Ayah Taksu berpikir
bahwa ia lah yang salah
mendidik anaknya sehingga
anaknya
ingin
bercita-cita
menjadi guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Kutipan (47), menggambarkan
lokasi percakapan di kos tempat
Taksu tinggal. Ayah dan ibu
Taksu mengunjungi anaknya
dengan membawa oleh-oleh
berupa kerupuk kulit ikan
kegemaran Taksu dan laptop
canggih.
Kutipan (48), menggambarkan
lokasi percakapan di kamar kos
Taksu.
ayahnya
kembali
mengunjungi
Taksu
dan
memberikan
sebuah
hadia
berupa mobil, agar Taksu ingin
mengubah cita-citanya.
√
Kutipan (49), menggambarkan
lokasi percakapan di dalam
kamar kos Taksu. ketika terjadi
pertengkarang dengan ayah
Taksu,
Taksu
pergi
dan
membawa
semua
barangbarangnya dan yang tinggal
hanya secarik kertas dan sebuah
pesan.
√
(50) Kau yang terlalu memanjakan dia, Kutipan (50), menggambarkan
makanya dia seenak perutnya saja tokoh Ibu yang pemarah. Karena
√
bulan kemudian, kami berdua datang
lagi mengunjungi Taksu di tempat
kosnya. Sekali ini kami tidak
muncul dengan tangan kosong. Istri
saya membawa kerupuk kulit ikan
kegemaran Taksu saya sendiri
membawa sebuah laptop yang
paling canggih, sebagai kejutan
(48) Akhirnya, tanpa diketahui oleh istri
saya, saya datang lagi. Sekali ini
saya datang dengan kunci mobil.
Saya tarik deposito saya di bank dan
mengambil kredit sebuah mobil.
Mungkin Taksu ingin punya mobil
mewah, tapi saya hanya kuat beli
murah. Tapi sejelek-jeleknya kan
mobil, dengan bonus janji, kalau
memang dia mau mengubah citacitanya, jangankan mobil mewah,
segalanya akan saya serahkan, nanti
(49) Dengan panik
saya
kembali
menjumpai Taksu. tetapi sudah
terlambat. Anak itu seperti sudah
tahu saja, bahwa ibunya akan
menyuruh saya kembali. Rumah kos
itu sudah kosong. Dia pergi
membawa semua barang-barangnya,
yang tinggal hanya secarik kertas
kecil dan pesan kecil
Jati
diri
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
tokoh yang
dituju oleh
penutur
Kualitas
mental
tokoh
Nada, suara,
tekanan,
dialeg
sekarang. Masak mau jadi guru. Itu ibu tidak setuju jika Taksu ingin
kan bunuh diri!”
menjadi guru. oleh karena itu,
ayahlah yang menjadi sasaran
kemarahan.
(51) Tiga bulan Bapak rasa sudah cukup
lama buat kamu memutuskan. Jadi,
singkat kata saja, kamu mau jadi apa
sebenarnya?” Taksu memandang
saya. “Jadi guru. Kan sudah saya
bilang berkali-kali?
Kutipan (51), menunjukkan
karakter Ayah yang sangat
keras,
memaksakan
kehendaknya supaya Taksu
tidak menjadi guru. Karena ayah
Taksu
beranggapan
bahwa
menjadi guru tidak mempunyai
masa depan.
√
(52) “Mobil ini tidak pantas dipakai
seorang guru. kunci ini boleh kamu
ambil sekarang juga, kalau kamu
berjanji bahwa kamu tidak akan mau
jadi guru, sebab itu memalukan
orang tua kamu. Kamu ini investasi
untuk masa depan kami, Taksu,
mengerti? Kamu kami sekolahkan
supaya kamu meraih gelar, punya
jabatan, dihormati orang tua, supaya
kami juga ikut terhormat. Supaya
kamu berguna kepada bangsa dan
punya
duit
untuk
merawat
kamiorang tuamu kalau kami sudah
jompo nanti. Bercita-citalah yang
bener. Mbok mau jadi presiden
begitu! Masak guru! Gila! Kalau
kamu jadi guru, palingbanter setelah
Kutipan (52), menunjukkan
karakter ayah yang sangat
pemarah dan keras pada Taksu.
di dalam kutipan tersebut
terdapat mbok mau jadi presiden
begitu! Masak mau jadi guru!
Gila!
Kutipan
tersebut
menandakan bahwa ayah Taksu
tidak setuju anaknya bercita-cita
menjadi guru.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
menikah kamu akan kembali
menempel di rumah orang tuamu
dan menyusu sehingga semua
warisan habis ludes. Itu namanya
kerdil pikiran. Tidak! Aku tidak mau
anakku terpuruk seperti itu!”
(53) “Coba jawab untuk terakhir kalinya,
Karakteristik
mau jadi apa kamu sebenarnya?”
melalui
“Mau jadi guru.” Saya tak mampu
tindakan
melanjutkan. Tinju saya melayang
tokoh
ke atas meja. Gelas di atas meja
meloncat. Kopi yang ada di
dalamnya muncrat ke muda saya
Kutipan (53), menunjukkan
karakteristik melalui tindakan
tokoh ayah adalah melalui
tindakan ayah sangat kesal
kepada Taksu, karena kekesalan
itulah ayah memukul meja dan
menumpahkan kopi. Ayah kesal
karena tekad Taksu ingin
menjadi guru sangat teguh.
Taksu
Karakteristik (54) “Saya sudah bilang saya ingin jadi Kutipan (54), menggambarkan
melalui
guru, kok ditanya lagi, Pak.” karakter Taksu teguh pada
dialog
Katanya sama sekali tanpa berdosa. pendiriannya. Taksu memiliki
tekad yang kuat untuk menjadi
seorang guru, tetapi ayah dan
ibu Taksu tidak setuju anaknya
menjadi guru.
Lokasi dan (55) “Bagaimana Taksu,” kata saya
situasi
sambil menunjukkan kunci mobil
percakapan
itu. “Ini hadiah untuk kamu. Tetapi
kamu juga harus memberi hadiah
Kutipan (55), menggambarkan
lokasi percakapan di kamar kos
Taksu. Taksu yang pada waktu
itu dikunjungi oleh ayahnya dan
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
buat Bapak.” Taksu melihat kunci
mobil itu dengan dingin. “Hadiah
apa Pak?” Saya tersenyum. “Tiga
bulan Bapak rasa sudah cukup lama
buat kamu untuk memutuskan. Jadi,
singkat kata saja, mau jadi apa kamu
sebenarnya?”
diberi hadiah oleh dengan syarat
Taksu tidak boleh menjadi guru.
Tetapi Taksu dengan tegas
menjawab bahwa ia ingin
menjadi guru.
Jati
diri (56) “Yang benar saja. Kita hidup perlu
tokoh yang
materi. Guru itu pekerjaan yang anti
dituju
pada materi, buat apa kamu
menghabiskan hidup kamu untuk
sesuatu yang tidak berguna? Paham?
Taksu mengangguk. “Paham. Tapi
apa salahnya jadi guru?”
Kutipan (56), mengambarkan
karakter Taksu yang teguh pada
pendiriannya. Taksu bertanya
kepada ayahnya apa salahnya
menjadi
seorang
guru.
Meskipun, orang tua Taksu
tidak setuju, ia akan tetap
bercita-cita menjadi guru.
√
Kualitas
(57) “Saya mau jadi guru.” “Aku bunuh
mental para
kau, kalau kau masih saja tetap mau
tokoh
jadi guru.” Taksu menatap saya.
“Apa?” “Kalau kamu tetap saja mau
jadi guru, aku bunuh kau sekarang
juga!!” teriak saya kalap. Taksu
balas memandang saya tajam.
“Bapak tidak akan bisa membunuh
saya.”
Kutipan (57), menunjukkan
karakter Taksu yang berani
mengambil keputusan ingin
menjadi guru. Bahkan Taksu
berani membantah ayahnya
demi
cita-citanya.
Ia
mengatakan bahwa Bapak tidak
akan dapat membunuh saya
demi cita-citanya menjadi guru.
√
Nada, suara, (58) “Sebab guru tidak bisa dibunuh.
tekanan,
Jasadnya mungkin saja bisa busuk
dialeg
lalu lenyap. Tapi apa yang diajarkan
tetap tertinggal abadi. Bahkan
Kutipan (58),
karakter Taksu
berani, tegas,
pendirian. Taksu
√
menunjukkan
yang sangat
dan teguh
menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
bertumbuh,
berkembang
dan
memberi inspirasi kepada generasi
di masa yang akan datang. Guru
tidak bisa mati, Pak.”
Karakteristik (59) “Ya! Itu sebabnya saya ingin jadi
melalui
guru, sebab saya tidak mau mati.”
tindakan
Saya bengong. Saya belum pernah
tokoh
dijawab tegas oleh anak saya. Saya
jadi gugup. “Bangsat! Kata saya
kelepasan. “Siapa yang sudah
mengotori pikiran kamu dengan
semboyan keblinger itu? Siapa yang
sudah mengindoktrinasikan kamu,
Taksu?” Taksu memandang kepada
saya tajam. “Siapa Taksu?!” “Bapak
sendiri, kan?”
kepada ayahnya bahwa menjadi
seorang guru tidak bisa dibunuh.
Jasadnya mungkin bisa busuk
lalu lenyap. Tapi apa yang
diajarkan tetap tertinggal abadi.
Kutipan (59), memiliki karakter
tindakan yang sangat keras dan
selalu mengikuti apa yang orang
tuanya lakukan. Sehingga Taksu
menunjuk ayahnya sendiri yang
meberinya
contoh
untuk
menghormati jasa seorang guru.
√
Ibu
(60) Kau terlalu memanjakan dia,
Karakteristik
makanya dia seenak perutnya
melalui
sekarang. Masak mau jadi guru. Itu
dialog
kan bunuh diri!
Kutipan (60), menggambarkan
karakter ibu yang pemarah dan
tidak sabar. Tokoh ibu marah
karena, ayah Taksu terlalu
memanjakan anaknya, sehingga
anaknya
sekarang
menjadi
seenaknya sendiri.
√
Lokasi dan (61) “Laptopnya bawa pulang saja dulu,
situasi
Pak. Biar Taksu mikir lagi! Kasih
percakapan
dia waktu tiga bulan, supaya bisa
lebih mendalam dalam memutuskan
sesuatu. Ingat, ini soal hidup matimu
sendiri, Taksu!”
Kutipan (61), lokasi dalam
percakapan di kamar kos Taksu.
Ibu menyuruh Bapak supaya
membawa pulang lagi laptopnya
dan
membuat
Taksu
memutuskan
sesuatu
tidak
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Jati
diri (62) “Sudah waktunya membuat shock
tokoh yang
therapy pada Taksu, sebelum ia
dituju
kejeblos terlalu dalam. Ia memang
memang memerlukan perhatian.
Karena itu dia berusaha melakukan
sesuatu yang menyebabkan kita
terpaksa memperhatikannya. Dasar
anak
zaman
sekarang,
akal
bulus!Yang dia kepingin bukan
laptop tapi mobil! Bapak harus kerja
keras beliin dia mobil, supaya mau
mengikuti apa nasehat kita!”
terburu-buru.
Kutipan (62), menggambarkan
karakter ibu yang sangat sabar
dan
kadang-kadang
jika
kemauannya tidak terpenuhi ibu
sangat pemarah. Makanya ibu
kaget
anaknya
bercita-cita
menjadi guru.
Kualitas
(63) “Bapak terlalu! Jangan perlakukan Kutipan
(63),
menunjukan
mental para
anakmu seperti itu!” Teriak saya karakter ibu yang sayang pada
tokoh
kalap
anaknya. Ibu tidak mau sesuatu
yang tidak baik terjadi pada
anaknya, meskipun ia sangat
tidak setuju jika Taksu ingin
menjadi guru.
Nada,
tekanan,
suara, dialeg
(64) “Ayo kembali! Serahkan kunci
mobil itu pada Taksu! Kalau
memang mau ngasih anak mobil,
kasih saja jangan pakai syarat
segala, itu namanya dagang! Masak
sama anak dagang. Dasar mata
duitan!”
Karakteristik (65) “Ayo
cepet,
nanti
anak
Kutipan (64), menunjukkan
karakter Ibu yang peduli dan
sayang pada Taksu, ia tidak
menyaka
Bapak
akan
melakukan perbuatan seperti itu
pada anaknya sendiri. Ibu marah
sekali kepada Bapak dan
perkataan yang dikatakan sangat
keras.
kamu Kutipan (65), menunjukkan
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
melalui
tindakan
kabur!”
bahwa tindakan yang dilakukan
ibu sangat peduli terdapap
anaknya. Ia menyuruh Bapak
untuk kembali ke kos Taksu
supaya tidak terjadi apa-apa
dengannya.
LATAR
No
Unsur
4.
Latar
Hasil Analisis
Keterangan Hasil Analisis
1. Latar Tempat
(66) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua Tempat terjadinya di kos
bulan kemudian, kami berdua
datang lagi mengunjungi Taksu di
tempat kosnya
(67) Tanpa menunggu jawaban, lalu Tempat terjadinya di rumah
saya pulang. Saya ceritakan pada
istri saya apa yang sudah saya
lakukan. Saya kira saya akan dapat
pujian. Tetapi ternyata istri saya
bengong. Ia tak percaya dengan
apa yang saya ceritakan. Dan
ketika
kesadarannya
turun
kembali, matanya melotot dan
saya dibentak habis-habisan
(68) Dengan panik saya kembali Tempat terjadinya di kamar
menjumpai Taksu. tetapi sudah
terlambat. Anak itu seperti sudah
tahu saja, bahwa ibunya akan
menyuruh saya kembali. Rumah
Setuju
√
√
√
Tidak
Setuju
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
kos itu sudah kosong. Dia pergi
membawa
semua
barangbarangnya, yang tinggal hanya
secarik kertas kecil dan pesan kecil
(69) Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Tempat terjadinya di kamar
Saya seperti dipagut aliran listrik.
Tetapi ketika menoleh, itu bukan
Taksu tetapi istri saya yang
menyusul karena merasa cemas
2. Latar Waktu
(70) “Pikirkan sekali lagi! Bapak kasih
waktu
satu
bulan!”
Taksu
menggeleng. “Dikasih waktu satu
tahun pun hasilnya sama, Pak.
Saya ingin jadi guru.”
(71) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua
bulan kemudian, kami berdua
datang lagi mengunjungi Taksu di
tempat kosnya. Sekali ini kami
tidak muncul dengan tangan
kosong. Istri saya membawa
kerukup kulit ikan kegemaran
Taksu. Saya sendiri membawa
sebuah laptop baru yang paling
canggih, sebagai kejutan
(72) “Laptopnya bawa pulang saja
dulu, Pak. Biar Taksu mikir lagi!
Kasih dia waktu tiga bulan, supaya
bisa lebih mendalam dalam
memutuskan sesuatu. Ingat, ini
soal hidup matimu sendiri,
√
Waktu terjadinya satu bulan
√
Bukannya hanya satu bulan
tetapi dua bulan kemudian
√
Ayah dan ibu memberi waktu
tiga bulan untuk Taksu berpikir
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
(73)
(74)
(75)
(76)
Taksu!”
Tiga
bulan
kami
tidak
mengunjungi Taksu. tapi Taksu
juga tidak menghububungi kami.
Saya jadi cemas. Ternyata anak
memang tidak merindukan orang
tua, orang tua yang selalu minta
diperhatikan anak
“Tiga bulan Bapak rasa sudah
cukup lama buat kamu untuk
memutuskan. Jadi, singkat kata
saja, mau jadi apa kamu
sebenarnya?”
“Baik, kalau memang begitu, uang
sekolah dan uang makan kamu
mulai bulan depan kami stop.
Kamu hidup saja sendirian.
Supaya kamu bisa merasakan
sendiri
langsung
bagaimana
penderitaan hidup kamu. Tidak
semudah yang kamu baca dalam
teori dan slogan. Mudah-mudahan
penderitaan itu akan membimbing
kamu ke jalan yang benar. Tiga
bulan lagi Bapak akan datang.
Waktu itu pikiranmu sudah
pastiakan
berubah!
Bangkit
memang baru terjadi sesudah
sempat hancur!Tapi tak apa.”
Tepat tiga bulan kemudian saya
datang lagi. Sekali ini saya
membawa kunci mobil mewah.
tidak
√
Tiga bulan waktu yang diberikan
Taksu untuk berpikir
√
Uang sekolah dan uang jajan di
stop mulai bulan depan
√
Tiga bulan ayah Taksu baru
mengunjungi ayahnya
√
Tiga bulan kemudian
mengunjungi Taksu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Tapi
terlebih
dulu
saya
mengajukan pertanyaan yang sama
(77) “Itu kan 28 tahun yang lalu!
Sekarang sudah lain Taksu! Kamu
jangan ngacau! Kamu tidak bisa
hidup dengan nasehat yang Bapak
berikan 30 tahun yang lalu! Waktu
itu kamu malas. Kamu tidak mau
sekolah, kamu hanya mau mainmain, kamu bahkan bandel dan
kurang ajar pada gutu-guru yang
datang ke sekolah naik ojek. Kamu
tidak sabar meskipun sepatunya
butut dan mukanya layu kurang
gizi, tapi itulah orang-orang yang
akan menyelamatkan hidup kamu.
Itulah gudang ilmu yang harus
kamu tempel samapai kamu siap
(78) Satu jam saya memberi Taksu
kuliah. Saya telanjangi semua
persepsinya tentang hidup. Dengan
tidak malu-malu lag, saya seret
nama pacarnya si Mina yang
mentang-mentang cantik itu, mau
menyeret anak saya ke masa depan
yang gelep
(79) Saya masih ingin membantah.
Tapi mendengar kata kabur, hati
saya rontok. Taksu itu anak satusatunya. Sebelas tahun kami
menunggunya dengan cemas.
Kami berobat ke sana-kemari,
28 tahun yang lalu dan 30 tahun
yang lalu
√
1 jam bapak menasehati Taksu
√
Sebelas tahun yang lalu bapak
menantikan punya anak hingga
segalanya telah dilakukan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
sampai berkali-kali melakukan
enseminasi buatan dan akhirnya
sempat dua kali mengikuti
program bayi tabung. Semuanya
gagal. Waktu kami pasrah tetapi
tidak menyerah, akhirnya istri saya
mengandung dan lahirlah Taksu.
anak
yang
sangat
mahal,
bagaimana mungkin saya akan
biarkan dia kabur?
(80) Tetapi itu sepuluh tahun yang lalu. Bapak menceritakan 10 tahun
Sekarang saya sudah tua. Waktu yang lalau pada saat Taksu ingin
telah memproses segalanya begitu menjadi guru
rupa, sehingga semuanya diluar
dugaan. Sekarang Taksu sudah
menggantikan hidup saya memikul
beban keluarga. Ia menjadi salah
seorang pengusaha besar yang
mengimpor barang-barang meah
dan mengekspor barang-barang
kerajinan serta ikan segar ke
berbagai wilayah mancanegara
3. Latar Sosial
(81) Sekarang saya sudah tua. Waktu
telah memproses segalanya begitu
rupa, sehingga semuanya diluar
dugaan. Sekarang Taksu sudah
menggantikan hidup saya memikul
beban keluarga. Ia menjadi salah
seorang pengusaha besar yang
mengimpor barang-barang mewah
Latar sosialnya adalah Taksu
menjadi
tulang
punggung
keluarga dan menggantikan
memikul beban hidup keluarga.
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
dan mengekspor barang-barang
kerajianan serta ikan ke berbagai
wilayah mancanegara.
(82) “Ia seorang guru bagi sekitar
10.000 orang pegawainya. Guru
juga bagi anak-anak muda lain
yang menjadi adik generasinya.
Bahkan guru bagi bangsa dan
negara,
karena
jasa-jasanya
menularkan etos kerja,” ucap
promotor ketika Taksu mendapat
gelar doktor honoris causa dari
sebuah perguruan tinggi bergengsi
Latar sosialnya adalah Taksu
menjadi guru bagi sekitar 10.000
orang pegawainya dan guru bagi
anak-anak muda yang menjadi
adik generasinya
√
SUDUT PANDANG
No
Unsur
Hasil Analisis
Keterangan Hasil Analisis
5.
Sudut
Pandang
(83) Anak saya bercita-cita menjadi
guru. tentu saja saya dan istri saya
jadi shok. Kami berdua tahu,
macam masa depan seorang guru.
karena itu, sebelum terlalu jauh,
kami cepat-cepat ngajak dia
ngomong.
Sudut pandang yang digunakan
dalam cerpen Guru karya Putu
Wijaya adalah sudut pandang
campuran dimana pengarang
dalam mengisahkan tokoh
dengan menggunakan sudut
pandang persona ketiga “dia”
dan sutu pandang persona aku
secara bergantian
Setuju
√
Tidak
Setuju
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
GAYA BAHASA
No
Unsur
Hasil Analisis
Keterangan Hasil Analisis
6.
Gaya
Bahasa
(84) Guru itu hanya sepeda tua. Dilihat dari bahasa yang
Ditawar-tawarkan sebagai besi digunakan pengarang dalam
rongsokan pun tidak ada yang menulis cerita, gaya bahasa
mau beli.
dalam cerpen Guru karya Putu
Wijaya menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah
dipahami oleh pembaca. Bahasa
yang khas yang juga digunakan
pengarang dalam
menggungkapkan pikiran serta
memperlihatkan kepribadian
pengarang. Tetapi kata yang
dipilih oleh pengarang ada yang
mengandung asosiasi yaitu
perbandingan dua hal yang
dianggap berbeda tetapi
dianggap sama.
Setuju
Tidak
Setuju
Keterangan
Tidak
Setuju
Keterangan
√
TEMA
No
Unsur
Hasil Analisis
7.
Tema
(85) Anak saya bercita-cita menjadi
guru. Tentu saja saya dan istri saya
jadi shok. Kami berdua tahu,
macam apa masa depan seorang
guru. Karena itu, sebelum terlalu
Keterangan Hasil Analisis
Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
jauh, kami cepat-cepat ngajak dia
ngomong. “Kami dengar
selentingan, kamu mau jadi guru,
Taksu? Betul?!” Taksu
mengangguk. “Betul Pak,” Kami
kaget. “Gila, masak mau jadi g-u-ru?” “Ya”.
(86) Saya dan istri saya pandangpandangan. Itu malapetaka. Kami
sama sekali tidak percaya apa yang
kami dengar. Apalagi ketika kami
tatap tajam-tajam, mata Taksu
nampak tenang tak bersalah. Ia
pasti sama sekali tidak menyadari
apa yang barusan diucapkannya.
Jelas ia tidak mengetahui
permasalahannya
(87) “Taksu dengar baik-baik, Bapak
hanya bicara satu kali saja. Setelah
itu terserah kamu! Menjadi guru itu
bukan cita-cita. Itu spanduk di
jalan kumuh desa. Kita hidup di
kota. Dan ini era milenium ketiga
yang diwarnai oleh globalisasi,
alias persaingan bebas. Di masa
sekarang ini tidak ada orang yang
mau jadi guru. Semua guru itu
dilnya jadi guru karena terpaksa,
karena mereka gagal meraih yang
lain. Mereka jadi guru asal tidak
menganggur saja. Ngerti? Setiap
kali kalau ada kesempatan, mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
akan loncatmengambil yang lebih
menguntungkan. Ngapain jadi
guru, mau mati berdiri? Kamu kan
bukan orang yang gagal, kenapa
kamu jadi putus asa begitu?!”
“Tapi saya mau jadi guru.”
(88) “Kenapa? Apa nggak ada
pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup
guru itu seperti apa? Guru itu
hanya sepeda tua. Ditawartawarkan sebagai besi rongsokan
pun tidak ada yang mau beli.
Hidupnya kejepit. Tugas seabrekabrek, tetapi duit nol besar. Lihat
mana ada guru yang naik jaguar.
Rumahnya saja rata-rata kontrakan
dalam gang kumuh. Di desa juga
guru hidupnya bukan dari ngajar
tapi dari tani. Karena profesi guru
itu gersang, boro-boro sebagai citacita, buat ongkos jalan saja kurang.
Cita-cita itu harus tinggi. Taksu.
Masak jadi guru? Itu cita-cita
sepele banget, itu namanya
menhina orang tua. Masak kamu
tidak tahu? Mana ada guru yang
punya rumah bertingkat. Tidak ada
guru yang punya deposito dollar.
Guru itu tidak punya masa depan.
Dunianya suram. Kita tidur, dia
masih utak-atik menyiapkan bahan
pelajaran atau memeriksa PR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
Kenapa kamu bodoh sekali mau
masuk neraka, padahal kamu masih
muda, otak kamu encer, dan biaya
untuk sekolah sudah kami siapkan.
Coba kamu pikir lagi dengan
tenang dengan otak dingin!”
(89) “Negara sengaja memuji-muji guru
setinggi langit tetapi lihat sendiri,
negara tidak pernah memberi gaji
yang setimpal, karena mereka
yakin, banyak orang seperti kamu,
sudah puas karena dipuji. Mereka
tahu kelemahan orang-orang
seperti kamu, Taksu. Dipuji sedikit
saja sudah mau banting tulang,
kerja rodi tidak peduli tidak
dibayar. Kamu tertipu Taksu! Pujipujian itu dibuat supaya orangorang yang lemah hati seperti
kamu, masih tetap mau jadi guru.
Padahal anak-anak pejabat itu
sendiri berlomba-lomba dikirim
keluar negeri biar sekolah setinggi
langit, supaya nanti bisa mewarisi
jabatan bapaknya! Masak begitu
saja kamu tidak nyahok?!
(90) Tepat tiga bulan kemudian saya
datang lagi. Sekali ini saya
membawa kunci mobil mewah.
Tapi ini terlebih dulu saya
mengajukan pertanyaan yang sama.
“coba jawab untuk yang terakhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
kalinya, mau jadi apa kamu
sebenarnya?” “mau jadi guru.”
saya tak mampu lagi melanjutkan.
Tinju saya melayang ke atas meja.
Gelas di atas meja meloncat. Kopi
yang ada di dalamnya muncrat ke
muka saya.
(91) Anak saya bercita-cita menjadi
guru. Tentu saja saya dan istri saya
jadi shok. Kami berdua tahu,
macam apa masa depan seorang
guru. Karena itu, sebelum terlalu
jauh, kami cepat-cepat ngajak dia
ngomong.
(92) Saya dan istri saya pandangpandangan. Itu mala petaka. Kami
sama sekali tidak percaya apa yang
kami dengar. Apalagi ketika kami
tatap tajam, mata Taksu nampak
tenang tak bermasalah. Ia pasti
sama sekali tidak menyadari apa
yang barusan diucapkannya. Jelas
ia tidak mengetahui
permasalahannya.
(93) Kami bertambah khawatir, karena
Taksu tidak takut bahwa kami tidak
setuju. Istri saya menarik nafas
dalam-dalam karena kecewa, lalu
begitu saja pergi. Saya mulai bicara
blak-blakan.
(94) “Kenapa? Apa nggak ada
pekerjaan lain? Kamu tahu, hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
guru itu seperti apa? Guru itu
hanya sepeda tua. Ditawartawarkan sebagai besi rongsokan
pun tidak ada yang mau beli.
Hidupnya kejepit. Tugas seabrekabrek, tetapi duit nol besar. Lihat
mana ada guru yang naik Jaguar.
Rumahnya saja rata-rata kontrakan
dalam gang kumuh. Di desa juga
guru hidupnya bukan dari mengajar
tapi dari tani.
(95) masak,” Saya terkejut. “Pikirkan
sekali lagi! Bapak kasih waktu satu
bulan!” Taksu menggeleng.
“Dikasih waktu satu tahun pun
hasilnya sama, Pak. Saya ingin jadi
guru.” “Tidak! Kamu pikir saja
dulu satu bulan lagi!”
(96) Kamis tinggalkan Taksu dengan
hati panas. Istri saya sepanjang
perjalanan. Yang dijadikan bulanbulanan, saya. Menurut dia,
sayalah yang sudah salah didik,
sehingga Taksu jadi cupet
pikirannya. “Kau yang terlalu
memanjakan dia, makanya dia
seenak perutnya sekarang. Masak
mau jadi guru. Itu kan bunuh diri!”
(97) Bukan hanya satu bulan, tetapi dua
bulan kemudia, kami berdua datang
lagi mengunjungi Taksu di tempat
kosnya. Sekali ini kami tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
muncul dengan tangan kosong. Istri
saya membawa kerupuk kulit ikan
kegemaran Taksu. Saya sendiri
membawa sebuah laptop baru yang
paling canggih, sebagai kejutan
(98) Taksu senang sekali. Tapi kami
sendiri kembali sangat terpukul.
Ketika kami tanyakan bagaimana
hasil perenungannya selama dua
bulan. Taksu memberi jawaban
yang sama. “Saya sudah bilang
saya ingin jadi guru, kok ditanya
lagi, Pak,” katanya sama sekali
tanpa rasa berdosa. Sekarang saya
naik darah. Istri saya jangan dikata
lagi. Langsung kencang mukanya.
Ia tak bisa lagi mengekang
merahnya. Taksu disemprotnya
habis.
(99) “Taksu! Kamu mau jadi guru pasti
karena kamu terpengaruh oleh pujipujian orang-orang pada guru itu
ya?!” damprat istri say. “Mentangmentang mereka bilang, guru
pahlawan, guru itu berbakti kepada
nusa dan bangsa. Ahh! Itu bohong
semua! Itu bahasa pemerintah! Apa
kamu pikir betul guru itu yang
sudah menyebabkan orang jadi
pinter? Apa kamu tidak baca di
koran, banyak guru-guru yang
brengsek dan bejat sekarang? Ah?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
(100) “Kamu kan bukan jenis orang
suka dipuji kan? Kamu sendiri
bilang apa gunanya puji-pujian,
yang penting adalah sesuatu yang
konkret. Yang konkret itu adalah
duit. Taksu. Jangan kamu takut
dituduh meterialistis. Siapa bilang
materialistik itu jelek. Itu kan kata
mereka yang tidak punya duit.
Karena tidak mampu cari duit
mereka lalu memaki-maki duit.
Mana mungkin kamu bisa hidup
tanpa duit? Yang benar saja. Kita
hidup perlu materi. Guru itu
pekerjaan yang anti pada materi,
buat apa kamu menghabiskan
hidup kamu untuk sesuatu yang
tidak berguna? Paham?”
(101) Tiga bulan kami tidak
mengunjungi Taksu. Tapi Taksu
juga tidak menghubungi kami.
Saya jadi cemas. Ternyata anak
memang tidak merindukan orang
tua, orang tua yang selalu minta
diperhatikan anak
(102) Akhirnya, tanpa diketahui oleh
istri saya, saya datang lagi. Sekali
ini saya datang dengan kunci
mobil. Saya tarik deposito saya
dibank dan mengambil kredit
sebuah mobil. Mungkin Taksu
ingin punya mobil mewah, tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
saya hanya kuat beli murah. Tapi
sejelek-jeleknya kan mobil, dengan
bonus janji, kalau memamng dia
mau mengubah cita-citanya,
jangankan mobil mewah, segalanya
akan saya serahkan, nanti
(103) “Tiga bulan Bapak rasa sudah
cukup lama buat kamu untuk
memutuskan. Jadi, singkat kata
saja, mau jadi apa kamu
sebenarnya?” Taksu memandang
saya. “Jadi guru. Kan sudah saya
bilang berkali-kali?”
(104) “Bangsat! Kata saya kelepasan.
“Siapa yang sudah mengotori
pikiran kamu dengan semboyan
keblinger itu? Siapa yang sudah
mengindoktrinasi kamu, Taksu?”
taksu memandang saya tajam.
“Siapa Taksu?!” Taksu menunjuk.
“Bapak sendiri, kan?” Saya
terkejut. “Itu kan 28 tahun yang
lalu! Sekarang sudah lain
Taksu!kamu jangan ngacau! Kamu
tidak bisa hidup dengan nasehat
yang Bapak berikan 30 tahun yang
lalu! Waktu itu kamu malas. Kamu
tidak mau sekolah, kamu hanya
mau main-main, kamu bahkan
bandel dan kurang ajar pada guruguru kamu yang datang ke sekolah
naik ojek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
(105) “Maaf, tolong relakan saya
menjadi seorang guru.” Tangan
saya gemetar memegang kertas
yang disobek dari buku hariannya
itu. Kertas yang nilainya mungkin
hanya seperak itu, jauh lebih
berarti dari kunci BMW yang
harganya semiliyar dan sudah
menggosongkan deposito saya.
Saya duduk di dalam kamar itu,
mencium bau Taksu yang masih
ketinggalan. Pikiran saya kacau.
Apakah sudah takdir dari anak dan
orang tua bentrok? Mau tak mau
saya kembali memaki-maki Mina
yang sudah menyesatkan pikiran
Taksu. Kembali saya memaki-maki
guru yang sudah
dikultusindividukan sebagai
pekerjaan yang mulia, padahal
dalam kenyataannya banyak sekali
guru yang brengsek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA
Wahyu Apriliani lahir di Sleman, 28 April 1995.
Anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Andreas dan Sagirah. Menempuh pendidikan
Sekolah Dasar pada tahun 2001-2007 di Sekolah
Dasar Kristen Kesuma Bangsa Tangerang, tahun
2007-2010 menjadi siswa di SMP Kristen Mawar
Saron Tangerang, dan melanjutkan pendidikan
menengah atas di SMA Katolik Pangudi Ludur Sedayu tahun 2010-2013. Penulis
tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta sejak tahun 2013. Masa Pendidikan di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri penulis pada tahun 2017 dengan membuat
skripsi yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Guru Karya Putu Wijaya
dan Perencanaan Pembelajarannya dengan Pendekatan Kontekstual untuk Siswa
SMA Kelas XII Semester 1”.
211
Download