mengembangkan kemampuan bahasa inggris anak usia dini

advertisement
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS
ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL
MODIFIKATIF
Dian Surya Aprilyanti
Winti Ananthia
Pogram Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Kemampuan bahasa Inggris dapat dikembangkan sejak usia dini terutama dalam
perkembangan kosakata. Siswa-siswi Kelompok B usia 5-6 di TK Al-Biruni dan TK
Gunatria dipilih sebagai sampel penelitian bagian populasi dari TK se-Kecamatan Gedebage
Kota Bandung.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan
kosakata bahasa Inggris anak sebelum dan sesudah pembelajaran dan untuk mengetahui
perbedaan kemampuan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak usia dini baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol. Hasil observasi menunjukkan bahwa perkembangan
bahasa Inggris anak usia dini kelompok B di Kota Bandung masih dapat dikembangkan lebih
optimal dengan cara yang efektif dan menyenangkan. Peneliti memilih penerapan permainan
tradisional modifikatif untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak di TK AlBiruni sebagai kelas eksperimen. Sedangkan sebagai pembanding grammar translation
method diterapkan pada pembelajaran kelas kontrol di TK Gunatria. Teknik kuantitatif
dengan perhitungan statistik digunakan untuk analisis data penelitian. Perkembangan
kemampuan bahasa Inggris anak terlihat dari nilai rata-rata 2 5,95 untuk pretest dan 41,5
untuk posttest pada kelas eksperimen dengan penerapan permainan tradisional modifikatif.
Nilai rata-rata pada kelas kontrol 24,82 untuk pretest dan 35,77 untuk posttest dengan
menggunakan grammar translation method. Secara statistik nilai rata-rata posttest kelas
eksperimen adalah 41,5 sedangkan kelas kontrol adalah 35,77. Dengan demikian selisih ratarata nilai ekspermen dan kontrol adalah 5,73. Nilai t posttest dari kedua kelompok adalah
2,462 dan nilai signifikansi ≤ 0,05 dengan asumsi kedua kelompok berasal dari populasi
yang berdistribusi normal adalah 0,023. Nilai signifikansi 0,05, maka berdasarkan kriteria
pengambilan keputusan di atas, H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan permainan
tradisional modifikatif dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris anak usia
dini. Maka permainan tradisional modifikatif dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di
PAUD.
Kata kunci : Anak usia dini, Bahasa Inggris, Permainan tradisional modifikatif.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
DEVELOP ENGLISH LANGUAGE ABILITY IN EARLY
CHILDHOOD BY TRADITIONAL MODIFICATION GAMES
ABSTRACT
English ability can be developed since early childhood especially in vocabulary
development. Student of group B 5-6 years old in TK Al-Biruni and TK
Gunatria were chosen as research sample part of population from TK inKecamatan Gedebage Kota Bandung. The research purpose is to find out the
ability of children’s English vocabulary and to find out the increasing ability of
children’s English vocabulary before and after learning in experiment class as
well as control class. The observation result indicated that children’s English can
be optimally developed in effective and fun ways. The researcher chose
traditional modificative games to develop children’s English ability in TK AlBiruni Bandung as experiment class. Meanwhile as a comparison a grammar
translation method was applied in the control class at TK Gunatria. The
quantitative technique with statistics calculation was used the research analysis
of data. The development of children’s English can be seen from the mean value
25,95 for pretest and 41,5 for posttest in experiment class. Whereas the mean
value for the control class was 24,82 for pretest and 35,77 for posttest. In a
statistics manner mean value posttest experiment class is 41,5 while in control
class is 35,77. The defference of mean value experiment and control is 5,73. The
t value posttest of both groups was 2,462 and significance value with assumption
that the background of groups from normal distribution population is 0,023. This
significance value is smaller than 0,05 and based on criteria judgment
interpretation, Ho is prevented and Ha is accepted. The research conclusion that
the traditional modificative games can increase of English vocabulary in early
childhood. Therefore the traditional modificative games is applicable in early
childhood education.
Kata kunci : English Language, Early Childhood, Traditional Modification Games.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Fase pertumbuhan dan perkembangan kritis
serta strategis dalam membangun dan
menstimulasi proses pendidikan anak usia
dini yaitu terjadi pada rentang usia 0-6
tahun. Sujiono (dalam Rustini, 2014, hlm.
91) menyatakan bahwa anak usia dini
adalah anak usia 0-6 tahun yang mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang
pesat. Rentang usia kritis dan strategis ini
sering juga disebut “usia emas” atau golden
age. Pendidikan anak usia dini merupakan
tempat bagi anak membangun pondasi
awal, begitu pula bagi pendidik yang
membantu
dalam
mendorong
dan
menstimulasi dasar pertumbuhan dan
perkembangan anak. Usia ini sangat
menentukan
pertumbuhan
dan
perkembangan anak sampai dimasa yang
akan datang.
Pengoptimalsasi aspek perkembangan anak
merupakan hal yang dapat dilakukan
mengingat anak usia dini memiliki
kekhasan khusus yang tidak dimiliki orang
dewasa. Bredecam (dalam Rustini, 2013.
Hlm. 92), menyatakan bahwa karakteristik
anak usia dini diantaranya adalah,
“a) bersifat unik, b) mengekspresikan
perilakunya secara relatif dan spontan, c)
bersifat aktif dan enerjik, d) egosentris, e)
memiliki rasa ingin tahu, f) eksploratif dan
berjiwa petualang, g) kaya dengan fantasi,
h) mudah frustasi, i) kurang pertimbangan
dalam bertindak, j) memiliki daya perhatian
yang pendek, k) masa belajar yang paling
potensial, l) semakin menunjukkan minat
terhadap teman”.
Dalam perkembangan bahasa Depdiknas,
(2005, hlm.13) menyatakan bahwa
kompetensi dasar berbahasa anak adalah
“anak
mampu
mendengarkan,
berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata dan mengenal simbilsimbol
yang
melambangkannya”.
Kompetensi dasar bahasa anak juga dapat
dikembangkan dalam pengenalan Bahasa
Inggris anak. Dalam Macintyre, (2005,
hlm. 65) menyatakan bahwa perkembangan
bahasa anak 5 tahun pada segi kata adalah
telah dapat menggunakan artikulasi jelas
dan penggabungan kata. Kosakata yang
digunakan untuk pengajaran bahasa anak
usia dini adalah kosakata dasar. Tarigan
(2011, hlm.3) menyatakan bahwa, kosakata
dasar merupakan kata-kata yang tidak
mudah berubah, yaitu istilah kekerabatan,
nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata
bilangan, kata kerja, kata keadaan dan kata
benda.
Bahasa Inggris memiliki potensi yang besar
untuk dapat di terapkan pada anak usia
dini. Hal ini karena menurut Cameron
(dalam Harun & Ananthia, 2013, hlm. 4)
menyatakan bahwa anak usia dini memiliki
kelebihan yang unik yaitu potensi besar
untuk belajar. Sehingga potensi belajar
anak usia dini dapat di manfaatkan untuk
mengoptimalkan pengembangan bahasa
Inggris anak. Dalam perkembangannya
bahasa Inggris bukanlah bahasa resmi yang
biasa digunakan masyarakat umum di
Indonesia.
Hal
ini
memperkecil
kesempatan untuk mendapatkan exposure
bahasa Inggris yang memadai untuk
mendukung pemerolehan kosa kata bahasa
Inggris baik di lingkungan rumah dan di
lingkungan masyarakat.
Hanya di sekolah anak dapat memperoleh
pembelajaran bahasa Inggris tersebut. Di
Sekolah
biasanya
kelompok
yang
memperoleh pembelajaran bahasa Inggris
memiliki kelas terpisah dengan kelompok
yang tidak memperoleh pembelajaran
bahasa Inggris. Kasus yang dijumpai
dilapangan anak yang memperoleh
pembelajaran bahasa Inggris dapat
mengerti kata yang diucapkan dalam
bahasa Inggris, namun tidak dapat
menjawab kembali dengan menggunakan
bahasa Inggris.
Sekolah
yang
menyelenggarakan
pembelajaran bahasa Inggris biasanya
menyebutnya
sebagai
pembelajaran
billingual. Hal tersebut berdasar pada
penggunaan 2 bahasa dalam pembelajaran
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Yip dan Matthews, (2007, hlm. 57)
menyatakan bahwa apapun metode yang
digunakan
untuk
perkembangan
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
pembelajaran billingual, penggunaan 2
bahasa yang berbanding sama harus
dilakukan untuk memperoleh target bahasa
yang sama. Penggunaan bahasa yang sama
sangat penting agar pemerolehan 2 bahasa
bagi anak dapat seimbang. Bernardini dan
Schlyter (dalam Cunningham, 2011, hlm.
170) menyatakan “express this theory in
their ‘Ivy Hypothesis’, where the idea is
that the dominant language is the wall
upon which the leaves of the weaker
language are supported”, pernyataan
tersebut berisi mengenai hipotesis Ivy yang
menyatakan bahwa penggunaan bahasa
yang tidak seimbang (dominan) dalam
pembelajaran bilingual dapat menjadi
benteng yang membiarkan salah satu
bahasa lain tidak di dukung dan menjadi
bahasa yang lebih lemah.
Sedangkan penggunaan bahasa Indonesia
atau bahasa formal yang lebih dominan
biasanya disebut juga terjemaah bahasa
asing atau juga disebut grammar
translation methode. Grammar translation
methode menurut Harun dan Ananthia
(2013,
hlm.57)
adalah
pendekatan
pembelajaran
bahasa
Inggris
yang
menekankan berbagai tugas yang harus di
kerjakan seputar penerapan aturan-aturan
dalam penggunaan bahasa Inggris. Hasil
dari diskusi yang dilakukan dalam Moon,
(2000, hlm. 63) mengenai kondisi untuk
pembelajaran bahasa Inggris, menyatakan
bahwa lebih baik menggunakan bahasa
Inggris dalam mengajar bahasa Inggris
karna hal tersebut memberikan anak
kesempatan untuk
lebih
eksposure
kemampuan bahasa Inggris anak. Senada
dengan hal tersebut penggunaan bahasa
formal saat anak salah mengucap dalam
bahasa Inggris akan membuat anak
bingung karena anak harus beralih bahasa
antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia
(dalam Moon, 2000, hlm.67).
Bahasa Inggris merupakan salah satu
potensi aspek bahasa yang dapat
dikembangkan
melalui
bermain.
Keberhasilan akademik seseorang memiliki
korelasi yang kuat dengan keberhasilannya
memperoleh pengetahun dari lingkungan
sekitar (Buzan, 2011, hlm.144). Bermain
adalah dunia anak menurut Montessori
(dalam Faizah, 2010, hlm.109). Dewey,
1961 (dalam Faizah hlm 111: 2010)
kegiatan bermain sama halnya dengan
kegiatan bekerja bagi anak. Selain bermain
bebas, anak-anak juga senang mengikuti
permainan, yaitu bermain dengan aturan
yang dapat memberi tantangan untuk anak.
Sejalan dengan hal tersebut Smith (2010,
hlm. 11) menyatakan bahwa “Games can
be distinguished from play by the presence
of external rules: that means, rules that are
established by convention, to a greater or
lesser extent codified, and that provide
constraints on what the game players can
do”. Berk (2006, hlm.6) anak usia 2-6
tahun tumbuh dan belajar dengan cepat
baik dalam keterampilan dan mengatur diri,
secara
psikologis
bermain
dapat
mendukung perkembangan psikologis dan
bahasa serta moral dan hubungan teman
sebaya. Salah satunya permaian yang dapat
dilakukan untuk menyampaikan materi
bahasa Inggris untuk anak usia dini adalah
melalui permainan tradisional.
Zaini (dalam Sutini, 2013, hlm.70)
menyatakan bahwa “permainan tradisional
diartikan
sebagai
satu
kegiatan
menyenangkan yang dilakukan menurut
tradisi, sehingga menimbulkan rasa puas
pada pelakunya”. Permainan tradisional di
Indonesia begitu banyak, inovatif, kreatif
dan variatif, terdapat ratusan jenis
permainan yang ada di Indonesia. Menurut
Dharmamulya, (dalam Putri, 2013, hlm.9),
jenis-jenis
permainan
tradisional
ditampilkan sesuai dengan katogerisasi
menurut permainanya. yaitu: bermain dan
bernyanyi dan atau dialog, bermain dan
olah pikir,
bermain
dengan adu
ketangkasan. Sedangkan dalam Husna
(2009), jenis permainan tradisional dibagi
menjadi permainan di luar rumah,
permainan di dalam rumah, permainan
rakyat 17 agustusan, dan permainan
pengundian. Silawati dan Ardiyanto (2014,
hlm. 2) bahwa “permainan tradisional
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
memiliki potensi yang besar untuk dapat
membangun strategi belajar anak termasuk
dalam membangun kemampuan bahasa
anak”.
Permainan Tradisional juga bersifat
fleksibel dimana kegiatannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Permainan tradisional modifikatif juga
dapat di sesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran. Senada dengan hal tersebut
Silawati dan Ardiyanto, (2014, hlm. 2)
menyatakan bahwa permianan tradisional
akan lebih efektif jika dimodifikasi untuk
lebih sesuai dengan keadaan saat ini,
modifikasi adalah proses, jalan atau upaya
membebaskan atau mengaktifkan budaya.
Selain itu Fad (2014, hlm.6) juga
menyatakan bahwa “diperlukan pula
regenerasi
dan
revisualisasi
pada
permainan tradisional karena pembaruan
membuatnya
menarik
dan
mudah
diterima”.Dalam penelitian ini permainan
tradisional yang digunakan dimodifikasi
agar dapat menjadi media dalam
menyampaikan kosakata bahasa Inggris.
Maka tujuan penulisan artikel ini
diantaranya.
1)
untuk
mengetahui
perkembangan penguasaan kosa kata
bahasa Inggris anak kelompok B taman
kanak-kanak Al-Biruni yang mendapatkan
pembelajaran bahasa Inggris melalui
pemainan tradisional modifikatif. 2) untuk
mengetahui perkembangan penguasaan
kosa kata bahasa Inggris anak kelompok B
taman kanak-kanak
Gunatria
yang
mendapatkan pembelajaran bahasa Inggris
melalui metode grammar translation
method. 3) untuk mengetahui perbedaan
hasil perkembangan penguasaan kosa kata
bahasa Inggris anak kelompok B yang
mendapat pembelajaran bahasa Inggris
melalui permainan tradisional modifikatif
dan metode grammar translation method.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuasi eksperimen . Penelitian ini
dilakukan dengan desain metode penelitian
quasi experimental (the matching) pretest-
posttest design. Metode kuantitatif dapat
menyediakan hasil berupa angka yang
menggunakan
statistik
yang
dapat
menjelaskan, menguji variabel penelitian
dan mencari generalisasi yang memiliki
nilai prediktif (Abidin, 2011, hlm.55).
Keunggulan metode quasi experimental
(the matching) pretest-posttest design
adalah peneliti dapat memilih tempat
penelitian yang akan dilibatkan untuk
penggunaan kelas eksperimen dan kontrol.
Namun tentu karena siswa-siswi kedua
sekolah yang dilibatkan dalam penelitian
ini memiliki
karakteristik yang sama
(Abidin, 2011, hlm.119).
Desain metode penelitian ini dipilih karena
peneliti melibatkan 2 populasi dengan cara
dipilih yaitu TK Al-Biruni Kota Bandung
sebagai kelas eksperimen dan TK Gunatria
Kota Bandung sebagai kelas kontrol.
Berikut adalah diagram untuk metode
penelitian
quasi
experimental
(the
matching) only posttest design.
Treatment group O1 M
X1
O2
-----------------------------------------------Cotrol group
O1 M
X2
O2
Populasi penelitian ini adalah siwa/siswi
taman
kanak-kanak
di
Kecamatan
Gedebage Kota Bandung. Subjek sampel
penelitian dilakukan di TK Gunatria
Kecamatan Gedebage Kota Bandung dan
TK Al-Biruni Kecamatan Gedebage Kota
Bandung pada anak usia 5-6 tahun atau
kelompok TK B tahun ajaran 2015-2016.
Instrumen penelitian yang digunakan
adalah
instrumen
respon
performa.Indikator
penilaian
yang
digunakan diperoleh dari Depdiknas, 2007,
hlm.9. Intrumen penelitian ini digunakan
dalam kegiatan pretest dan post test. Untuk
mempermudah proses pengumpulan data,
peneliti menggunakan rubrik penilaian
pada kolom penilaian sesuai dengan
performa yang ditunjukkan anak.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Skor
No. Indikator
* ** *** ****
Menyebutkan
kata benda,
bagian
tanaman,
a.
warna
dan
macammacam buahbuahan.
Menunjuk/
mencocokkan
kosa
kata
dengan benda
sesuai kata
benda,
b.
bagian
tanaman,
warna
dan
macammacam buahbuahan.
Selain
itu
digunakan
instrumen
pengumpulan data lain seperti catatan
lapangan, observasi, alat bermain, kamera
foto.
Analisis data dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan bahasa Inggris
anak usia dini di taman kanak-kanak pada
kelas yang mendapatkan perlakuan
permainan tradisional modifikasi pada
pembelajaran bahasa Inggris (kelas
eksperimen) dan pada kelas kontrol yang
mendapatkan perlakuan pembelajaran
klasikal (grammar translation method).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari hasil penelitian
akan diolah dengan pemberian skor. Skor
ini didasarkan pada skala likert dengan
nilai minimal 1 dan nilai maksimal 4
(kriteria penilaian terlampiran). Data akan
dianalisis menggunakan uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji dua rerata, uji-t. Data
yang telah diperoleh berdasarkan hasil
penelitian akan diolah menggunakan SPSS
versi 17.0 for windows.
Uji normalitas adalah untuk melihat
normalitas data sebelum pengujian
hipotesis dilakukan (Sugiyono, 2012,
hlm.241). Uji homogenitas dilakukan
apabila populasi-populasi yang akan diuji
telah
terbukti
berdistribusi
normal
(Mulyati, 2011, hlm.126). Uji dua rerata
digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan yang signifikan dari
dua buah rata-rata sampel. Uji rerata
dengan uji t’ digunakan jika kedua data
berasal dari populasi normal namun
memiliki variansi yang berbeda (dalam
Mulyati. dkk, 2011, hlm. 147).
Bahasa Inggris yang bukan merupakan
bahasa resmi di Indonesia. Oleh karena itu
anak usia dini di Indonesia memiliki
kesulitan tersendiri dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa Inggris. Bahasa
Inggris tidak banyak digunakan dalam
interaksi di Indonesia. Sehingga dalam hal
ini, diperlukan cara yang cocok bagi anak
usia dini untuk dapat memperoleh bahasa
Inggris dalam pembelajaran. Pembelajaran
bahasa Inggris, biasanya disampaikan
dengan cara menerjemaahkan kembali
bahasa Inggris yang diucapkan atau
grammar translation method. Berdasarkan
penelitian
sebelumnya
mengenai
permainan
tradisional
yang
dapat
dimodifikasi, peneliti mencoba untuk dapat
menerapkan
permainan
tradisional
modifikatif
untuk
mengembangkan
kemampuan bahasa Inggris anak usia dini.
Oleh karena itu peneliti menggunakan
penerapan
permainan
tradisional
modifikatif pada kelas eksperimen dan
grammar translation method di kelas
kontrol.
Setelah analisis data pretest dilakukan di
kelas eksperimen dan di kelas kontrol,
diperoleh rata-rata skor pretest 25,95 di
kelas eksperimen sedangkan di kelas
kontrol diperoleh rata-rata 24,82. Selisih
rata-rata skor pretest di kelas eksperimen
dan di kelas kontrol adalah 1,13. Meskipun
demikian,
peneliti
tidak
langsung
mengasumsikan bahwa kemampuan kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
perbedaan, melainkan harus melalui
tahapan uji perbedaan dua rerata dengan
parametric test maupun nonparametric test
dengan taraf signifikansi 0,05. Sebelum
melakukan uji perbedaan dua rerata,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas sebagai uji perbedaan
dua rerata dengan parametric test atau
nonparametric test.
Setelah dilakukan uji normalitas, diperoleh
nilai signifikansi di kelas eksperimen
sebesar 0,2 dan nilai signifikansi di kelas
kontrol sebesar 0,2. Selanjutnya dilakukan
uji homogenitas di kelas eksperimen dan di
kelas kontrol lalu diperoleh nilai
signifikansi 0,202. Karena hasil tersebut
menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut
berdistribusi normal dan homogen, maka
pengujian
perbedaan
dua
rerata
menggunakan uji parametrik dengan uji t
untuk melihat adanya perbedaan atau tidak
terdapat perbedaan dari dua sampel bebas.
Hasil uji t pada pretest menunjukkan nilai
signifikansi 0,458. Berdasarkan hasil uji
perbedaan dua rerata dengan T- Test
Sampel Independent pada skor pretest yang
menghasilkan nilai uji perbedaan dua rerata
0,458 ≥ 0,05. sehingga dapat disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat
perbedaan
kemampuan bahasa Inggris yang signifikan
antara anak di kelas eksperimen maupun di
kelas kontrol.
Setelah dilakukan perlakuan baik di kelas
eksperimen dengan penerapan permainan
tradisional dan di kelas kontrol dengan
grammar translation method, lalu siswa
diberikan kegiatan posttest. Diperoleh ratarata skor posttest 41.5 di kelas eksperimen
dan 35,77 di kelas kontrol. Selisih rata-rata
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah 5,73. Meskipun terdapat perbedaan
rerata yang cukup tinggi, tetapi peneliti
belum bisa menyimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan, sebelum
dilakukan uji perbedaan dua rerata
berdasarkan tahapan yang sesuai untuk uji
perbedaan dua rerata dengan uji parametrik
atau nonparametrik sama seperti tahapan
uji perbedaan pada data pretest. Pada uji
normalitas posttest, dihasilkan perhitungan
normalitas pada kelas eksperimen sebesar
0.2 dan kelas kontrol sebesar 0.183.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas data
posttest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan hasil 0,953. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut kedua kelas
berdistribusi normal dan homogen. Maka
perhitungan dilanjutkan ke uji parametrik
dengan menggunakan uji t (T-Test Sampel
Independent) karena data tersebut berasal
dari sampel bebas. Hasil uji t pada posttest
adalah memiliki nilai signifikansi sebesar
0,023. Nilai signifikansi 0,023 ≤ 0,05
sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan bahasa Inggris anak yang
mendapat
perlakuan
menggunakan
penerapan
permainan
tradisional
modifikatif dan grammar translation
method. Berdasarkan penjelasan tersebut
maka hipotesis penelitian yang diterima
adalah Ha yaitu permainan tradisional
modifikatif
berpengaruh
terhadap
perkembangan kemampuan bahasa Inggris
anak usia dini, dengan kriteria uji hipotesis
yaitu, Ha : µ1 ≠ µ2.
Peningkatan perkembangan kemampuan
bahasa Inggris yang nampak pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol disebabkan
karena lingkungan belajar yang diciptakan
oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan Buzan (2011, hlm.144), bahwa
keberhasilan akademik seseorang memiliki
korelasi yang kuat dengan keberhasilannya
memperoleh pengetahuan dari lingkungan
sekitar. Sehingga baik di kelas eksperimen
dengan penerapan permainan tradisional
modofikatif maupun di kelas kontrol
dengan grammar translation method
mengalami
peningkatan
kemampuan
bahasa Inggris setelah dilakukan perlakuan.
Namun demikian anak-anak kelompok
eksperimen yang dikenai perlakuan
penerapan
permainan
tradisional
modifikatif,
mengalami
peningkatan
kemampuan bahasa Inggris yang lebih
signifikan. Hal ni senada dengan
pernyataan Moon, (2000, hlm. 63)
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
mengenai kondisi untuk pembelajaran
bahasa Inggris, menyatakan bahwa lebih
baik menggunakan bahasa Inggris dalam
mengajar bahasa Inggris karna hal tersebut
memberikan anak kesempatan untuk lebih
eksposure kemampuan bahasa Inggris
anak.
Peningkatan kemampuan bahasa Inggris
tersebut terjadi karena materi disampaikan
melalui
pola
permainan
yang
menyenangkan bagi anak. Permainan
tradisional tidak hanya menyampaikan
nilai-nilai budaya, namun juga merupakan
permainan yang dapat mengembangkan
berbagai aspek perkembangan salah
satunya adalah perkembangan bahasa anak.
Selain penelitian penerapan permainan
tradisional
modifikatif
untuk
mengembagkan kemampuan bahasa Inggris
anak usia dini, Danika (2014) juga
menggunakan
permainan
tradisional
khusunya sondah yang dimodifikasi untuk
mengembangkan moral anak usia dini.
Permainan tradisional digunakan dalam
mengembangkan
berbagai
aspek
perkembangan,
karena
permainan
tradisional memiliki pola permainan yang
dapat mengaktifkan fisik, motorik, bahasa,
moral, budaya pada anak.
Sejalan dengan hal tersebut Brock, dan
Rankin (2008, hml. 3) menyatakan bahwa
anak memperoleh pemahaman mengenai
keistimewaan bahasa dan budaya serta
pengetahuan
dan
pemahaman
dari
lingkungan
sekitar
anak.
Upaya
mengenalkan bahasa Inggris bagi anak usia
dini melalui permainan tradisional adalah
dengan melakukan modifikasi
pada
permainan tradisonal yang digunakan.
Permainan tradisional yang digunakan
yaitu tetemute, sondah, dan papasaran
dimodifikasi sehingga mampu menjadi
media interaksi dalam pembelajaran serta
agar
dapat
disesuaikan
dengan
perkembangan anak dan kebutuhan
pembelajaran bahasa Inggris anak usia dini.
Silawati dan Ardiyanto, (2014, hlm. 2)
menyatakan bahwa permainan tradisional
akan lebih efektif jika dimodifikasi untuk
lebih sesuai dengan keadaan saat ini,
modifikasi adalah proses, jalan atau upaya
membebaskan atau mengaktifkan budaya.
Pada pelaksanaan pembelajaran bahasa
Inggris melalui permainan tradisional,
anak-anak sangat senang dan antusias. Hal
ini
karena
permainan
tradisional
merupakan salah satu permainan yang
jarang ditemui anak. Selain itu permainan
tradisional merupakan permainan turuntemurun yang ada di masyarakat. Sejalan
dengan hal tersebut, Wardani, (dalam Putri,
2013, hlm.9) menyatakan, “permainan
tradisional merupakan salah satu bentuk
budaya yang patut dilestarikan”. Selain itu
permainan tradisional modifikatif yang
digunakan
adalah
permainan
yang
mengaktifkan fisik dan psikis anak,
sehingga anak merasa senang. Dalam
permainan tradisional juga terdapat dialog,
nyanyian, dan tantangan. Seperti yang
dinyatakan oleh Dharmamulya, (dalam
Putri, 2013, hlm.9), jenis-jenis permainan
tradisional ditampilkan sesuai dengan
katogerisasi menurut permainanya. yaitu:
bermain dan bernyanyi dan atau dialog,
bermain dan olah pikir, bermain dengan
adu ketangkasan. Sehingga anak-anak
merasa mudah dalam mengikuti permainan
walaupun guru menggunakan bahasa
Inggris sepenuhnya dalam kegiatan
pembelajaran.
Meskipun anak merasa senang, tetap saja
dalam penggunaan bahasa Inggris dalam
seluruh kegiatan pembelajaran dapat
membuat anak kebingungan atau bertanyatanya apa yang dimaksud oleh guru. Dalam
hal ini peneliti sebagai guru mengupayakan
pemahaman anak dalam percakapan
dengan dibantu oleh bahasa tubuh
(gesture). Jika anak masih belum mengerti
maka guru mengupayakan lagi dengan hal
lain seperti menunjuk benda yang
dimaksud atau memberi contoh kepada
anak. Sehingga anak dapat mengerti apa
yang dimaksud oleh guru. Saat ada anak
yang mengerti dengan apa yang dimaksud
oleh guru, anak tersebut menejlaskan
sendiri kepada teman-temannya yang lain
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
tanpa diminta oleh guru. Dalam
mengenalkan
permainan
tradisional
memang tidak dapat dikenalkan sekali dan
sekaligus, maka guru mengenalkan
permainan tradisional tersebut pada saat
sebelumnya. Sehingga anak mengetahui
alur permainan, walaupun saat pelaksanaan
penelitian menggunakan bahasa Inggris
dalam seluruh kegiatan pembelajaran. hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Smith
(2010, hlm.12) menambahkan bahwa untuk
dapat memahami jalannya permainan, anak
membutuhkan waktu dan pengulangan
sebagai contoh adalah permulaan untuk
anak mengerti peraturan dalam permainan.
Namun terdapat pula kelebihan dari
penggunaan bahsa Inggris secara penuh
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu anakanak menjadi terbiasa mendengarkan
bahasa Inggris dan lebih cepat ingat karena
pengulangan terus menerus dalam bahasa
Inggris. Selain itu anak-anak di kelas
eksperimen lebih dapat menghargai
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
yang juga harus dipelajari. Hal ini karena
terdapat buku-buku cerita atau ensiklopedia
yang menggunakan bahasa Inggris
sehingga anak dapat melihat dan membaca
bagaimana pentingnya bahasa Inggris
dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Hal
ini
juga
berpengaruh
terhadap
perkembangan kemampuan bahasa Inggris
anak di kelas eksperimen yang mengalami
peningkatan yang cukup signifikan.
Artinya penggunaan bahasa Inggris telah
mengarah pada fungsi heuristik yang
menurut Halliday, 1973 (dalam Tarigan,
2011, hlm.8) fungsi heuristik yaitu
penggunaan bahasa untuk memperoleh
ilmu
pengetahuan dan
mengetahui
lingkungan anak dimasa yang akan datang.
Sedangkan pada pembelajaran yang
dilakukan di kelas kontrol yaitu dengan
menggunakan grammar translation method,
perkembangan kemampuan bahasa Inggris
anak juga mengalami peningkatan namun
tidak signifikan. Hal ini terjadi karena
dalam pelaksanaan pembelajaran anakanak dibantu dengan bahasa Indonesia.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa anak
yang dibantu dengan penjelasan bahasa
Indonesia menambah kebingungan anak,
karena anak harus mencerna informasi
dalam dua bahasa sekaligus. Harun dan
Ananthia (2013, hlm.57) menyatakan
bahwa pendekatan ini menampilkan katakata secara lepas dan bentuk gramatika
terpisah. Dengan demikian anak-anak
mengira saat ditanya kosakata yang
menjadi target penelitian ia bisa menjawab
dengan bahasa Indonesia. Sehingga senada
dengan Moon, (2000, hlm.67) bahwa
penggunaan bahasa formal saat anak salah
mengucap dalam bahasa Inggris akan
membuat anak bingung karena anak harus
beralih bahasa antara bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia.
Anak-anak di kelas kontrol cenderung
merasa aneh saat mendapatkan kosakata
baru dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini
nyanyian yang diberikan dalam bahasa
Inggris di kelas kontrol cukup dapat
membantu meningkatkan antusias anak.
Selain itu penggunaan media, seperti
gambar pohon utuh, warna yang akan
dikenalkan, dan buah-buahan asli dapat
membantu pemahaman lebih cepat
terhadap target kosakata penelitian.
Sehingga meskipun tidak signifikan, kelas
kontrol juga mengalami peningkatan
kemampuan bahasa Inggris. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Moon (2000, Hlm.7)
menyatakan bahwa anak-anak tidak sabar
untuk mengeksplorasi lingkungan dan
berinteraksi dengan orang lain, yang mana
dapat membantu mereka membangun
pengetahuan mereka dalam kehidupan.
Pada penelitian ini kedua kelas baik
eksperimen maupun kontrol memiliki
kemampuan yang sama dalam penguasaan
bahasa Inggris. Hal ini karena anak usia
dini memilikii kemampuan berbahasa yang
sama sesuai tahapan usianya. Seperti
Indikator pengembangan kemampuan dasar
berbahasa anak usia 5-6 tahun salah
satunya adalah anak dapat menirukan
kembali 4-5 urutan kata (dalam Depdiknas,
2007, hlm.9). Sehingga data hasil
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
perhitungan pada pretest data berdistribusi
normal. Ditambah pemilihan target
kosakata yang bukan merupakan kosakata
umum yang dikenal anak. Sehingga pada
kegiatan pretest rata-rata anak-anak belum
banyak mengetahui target kosakata dalam
penelitian. Sedangkan pada hasil posttest
dapat
lebih
terlihat
keefektifan
pembelajaran di kelas eksperimen dan di
kelas kontrol. Kelemahan penelitian ini
adalah guru harus mempersiapkan media
yang dapat membantu pemahaman anak.
Dalam permaianan tradisional modifikatif,
guru harus merencanakan secara baik dan
teratur agar pembelajaran dapat memberi
hasil sesuai harapan.
Upaya menghindari bias yang dilakukan
peneliti
adalah
dengan
melakukan
observasi mengenai kosakata bahasa
Inggris yang telah diketahui oleh anak.
Sehingga baik di kelas eksperimen dan di
kelas kontrol, anak-anak belajar mengenai
kosakata baru. Hal ini memberikan hasil
yang
jelas
mengenai
peningkatan
kemampuan bahasa Inggris anak di kelas
eksperimen dengan penerapan permainan
tradisional dan di kelas kontrol dengan
grammar translation method.
Kemampuan bahasa Inggris anak usia dini
mengalami peningkatan setelah mendapat
perlakuan penerapan permainan tradisional
modifikatif. Hal ini ditandai dengan
peningkatan indikator penilaian seperti
anak mampu menyebutkan kosakata bahasa
Inggris dengan lafal yang jelas. Selain itu
terlihat peningkatan indikator penialian
anak mampu menunjuk benda sesuai
kosakata yang disebutkan. Secara statistik
diperoleh nilai rata-rata 25,95 untuk pretest
dan 41,5 untuk posttest pada kelas
eksperimen dengan penerapan permainan
tradisional modifikatif.
Kemampuan bahasa Inggris anak usia dini
di kelas kontrol dengan menggunakan
grammar
translation
method
juga
mengalami peningkatan, namun tidak
signifikan. Kemampuan bahasa Inggris
anak di kelas kontrol hanya sebagian kecil
yang mengalami peningkatan signifikan.
Untuk
sebagian
besar
anak
lain
peningkatan
yang
diperoleh
tidak
signifikan. Secara statistik diperoleh nilai
rata-rata 24,82 untuk pretest dan 35,77
untuk posttest pada kelas kontrol dengan
menggunakan grammar translation method
dalam pembelajaran.
Terdapat perbedaan kemampuan bahasa
Inggris anak usia dini di kelas eksperimen
dengan penerapan permainan tradisional
modifikatif dengan kelas kontrol dengan
menggunakan
grammar
translation
method. Perkembangan kemampuan bahasa
Inggris dengan penerapan permainan
tradisional
lebih
baik
dari
pada
pembelajaran dengan grammar translation
method. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian yang menunjukkan kemampuan
bahasa Inggris di kelas eksperimen dengan
penerapan tradisional modifikatif lebih
meningkat signifikan dibandingkan dengan
kemampuan bahasa Inggris di kelas kontrol
dengan grammar translation method. Nilai
rata-rata yang diperoleh pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol juga
memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Terdapat perbedaan kemampuan bahasa
Inggris anak usia dini di kelas eksperimen
dengan penerapan permainan tradisional
modifikatif dengan kelas kontrol dengan
menggunakan
grammar
translation
method. Perkembangan kemampuan bahasa
Inggris dengan penerapan permainan
tradisional
lebih
baik
dari
pada
pembelajaran dengan grammar translation
method. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengujian yang menunjukkan kemampuan
bahasa Inggris di kelas eksperimen dengan
penerapan tradisional modifikatif lebih
meningkat signifikan dibandingkan dengan
kemampuan bahasa Inggris di kelas kontrol
dengan grammar translation method. Nilai
rata-rata yang diperoleh pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol juga
memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Walaupun untuk membuktikan lebih jauh
secara statistik, peneliti menggunakan
tahapan perhitungan statistika yang
menampakkan hasil jelas.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Secara statistik nilai rata-rata posttest kelas
eksperimen adalah 41,5, sedangkan kelas
kontrol adalah 35,77. Dengan demikian
selisih rata-rata nilai ekspermen dan
kontrol adalah 5,73. Nilai t posttest dari
kedua kelompok adalah 2,462 dan nilai
signifikansi
dengan
asumsi
kedua
kelompok berasal dari populasi yang
berdistribusi normal adalah 0,023. Nilai
signifikansi ini lebih kecil dari 0,05,
sehingga berdasarkan kriteria pengambilan
keputusan di atas, H0 ditolak dan Ha
diterima.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa rata-rata populasi
kedua kelompok pada posttest adalah
berbeda atau penerapan permainan
tradisional
modifikatif
berpengaruh
terhadap
perkembangan
kemampuan
bahasa Inggris anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan
dalam gamitan pendidikan dasar dan
PAUD. Bandung: Rizqi Press.
Berk, L. E. (2006). Child Developement.
Boston: Pearson.
Buzan, T. (2011). Brain child cara pintar
membuat anak pintar. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Cunningham, U. (2011). Growing up with
two languages a practical guide for the
bilingual family. USA dan Canada:
Routledge.
Depdiknas. (2005). Kurikulum 2004
standar kompetensi taman kanak-kanak
dan
raudlatul
athfal.
Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. (2007). Pedoman pembelajaran
bidang pengembangan berbahasa di
taman
kanak-kanak.
Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Fad, A. (2014). Kumpulan permainan anak
tradisional Indonesia. Jakarta; Cerdas
Interaktif (Penebar swadaya group).
Cunningham, U. (2011). Growing up with
two languages a practical guide for the
bilingual family. USA dan Canada:
Routledge.
Depdiknas. (2005). Kurikulum 2004
standar kompetensi taman kanak-kanak
dan
raudlatul
athfal.
Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Fad, A. (2014). Kumpulan permainan anak
tradisional Indonesia. Jakarta; Cerdas
Interaktif (Penebar swadaya group).
Faizah, D. (2010). Keindahan belajar
dalam perspektif pedagogi. (edisi
kedua). Jakarta: Unggul Permana
Selaras.
Harun, A. C. & Ananthia, W. (2013).
Pengajaran bahasa inggris untuk anak
usia dini. Bandung: Dian Cipta.
Husna, A. (2009). 100+Permainan
Tradisional Indonesia untuk Kreativitas,
Ketangkasan,
dan
Keakraban.
Yogyakarta: Andi Offset.
Macintyre, C. 2005, Identifying additional
learning needs in the early years.
London: Routledge.
Moon, J. (2000). Children Learning
English. Kota London: Macmillan
Heinemann.
Mulyati, T.,et al. (2011). Statistika terapan
untuk penelitian pendidikan dasar dan
PAUD. Bandung: Rizqi Press.
Putri, N. (2013). Efektivitas permainan
tradisional Jawa dalam meningkatkan
penyesuaian sosial pada anak usia 4-5
tahun di kecamatan suruh. Pendidikan
Anak Usia Dini Vol 2. Universitas
Negeri Semarang: Semarang.
Jurnal Pendidikan, Volume, Nomor Edisi, Juni 2015
Rustini, T. (2014). Ilmu pengetahuan sosial
untuk anak usia dini. Bandung; UPI
Press.
Silawati. & Ardiyanto. (2014). Sundanese
traditional
playings
as
learning
strategies in developing children’s
language skills. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini. The six UPI UPSI
conference, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Smith, K. P. (2010). Children play
understanding children’s world. USA:
John Wiley dan Sons.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian
pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutini, A. (2013). Meningkatkan
keterampilan motorik anak usia dini
melalui permainan tradisional. Jurnal
pendidikan anak usia dini. Volume 4.
Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Cibiru.
Tarigan. (2011). Pengajaran kosa kata.
Bandung: Angkasa.
Yip, V. & Matthews, S. (2007). The
bilingual child early development and
language contact. UK: Cambridge
University Press.
Download