BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diare merupakan sindrome yang menyertai berbagai penyakit tertentu
atau akibat gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh adanya
gangguan gizi, alergi, kekurangan enzim pencernaan, gangguan mental, dan
kekhawatiran. Gangguan terjadinya diare sangat beragam dapat disebabkan
oleh pengaruh salah satu atau gabungan dari 3 mekanisme yang terdiri atas
proses osmotis, gangguan transport air elektrolit dan perubahan mortilitas usus.
Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat bercampur lendir dan darah.
Diare adalah infeksi saluran pencemaan yang disebabkan oleh berbagai
enterogen, termasuk bakteri, virus dan parasit. Diare pada dasarnya adalah
frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi
yang lebih encer. Diare adalah bertambahnya jumlah atau berkurangnya
konsistensi tinja yang dikeluarkan.
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
diare
adalah
suatu
kondisi
meningkatnya frekuensi BAB lebih dari 3x/ hari dengan konsistensi yang
encer (Ngastiyah 2005)
B. Anatomi fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
7
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi
untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Gambar 2.1
Anatomi sistem pencernaan (Sudoyo, 2006).
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
8
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari
berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan
rongga hidung, di depan ruas tulang belakang ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri
dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung,
9
bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian
inferior yaitu
bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media
disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah.
Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung.
Makanan
berjalan
melalui
kerongkongan
dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari
tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.
Lambung
berfungsi
sebagai
gudang
makanan,
yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
10
penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.
Setiap
kelainan
pada
lapisan
lendir
ini,
bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding
usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap
ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi
isi
usus)
dan
air
(yang
membantu
melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa.
11
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2) Usus Kosong
(Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2 sampai 8 meter, 1 sampai 2 meter adalah bagian usus
12
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
3) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit
basa) dan berfungsi
menyerap
vitamin B12
dan
garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
13
g. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung
pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
14
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus.
j.
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi
menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas yang
berfungsi
menghasilkan
hormon.
Pankreas
melepaskan
enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
15
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
k.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa di antaranya
berhubungan dengan pencernaan. Organ ini berperan penting dalam
metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang
kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang
lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut
dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi,
darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
l. Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
16
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7
sampai 10 cm dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna
jaringannya,
melainkan
karena
warna
cairan
empedu
yang
dikandungnya). Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting
yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan
dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin
(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol.
(Sudoyo, 2006).
C. Etiologi
1.
Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi internal sebagai
berikut :
1) Infeksi Virus
a) Retovirus
Retovirus merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi,
sering didahulu atau disertai dengan muntah. Biasanya timbul
sepanjang tahun terutama pada musim dingin.. Dapat
ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
17
c) Adenovirus
Sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada
saluran pencernaan/pernafasan.
2) Bakteri
a) Sigella
Semusim, puncaknya pada bulan Juli sampai September.
Insiden paling tinggi pada umur 1 sampai 5 tahun. Dapat
dihubungkan dengan kejang demam. Gejala muntah tidak
menonjol. Terdapat sel polos dalam feses dan sel batang
dalam darah.
b) Salmonella
Biasanya menyerang semua umur tetapi lebih tinggi di bawah
umur 1 tahun. Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang
sering muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin
ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol,
terdapat sel polos dalam feses, masa inkubasi 6 sampai 40
jam, lamanya 2 sampai 5 hari, organisme dapat ditemukan
pada feses selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik
yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat
terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
18
Biasanya bersifat invasit (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik yang lain. Gejala yang sering timbul kram
abdomen yang hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi.
e) Yersinia Enterecolitica
Gejala yang sering timbul adalah feses mukosa, sering
didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen
yang berat, diare selama 1 sampai 2 minggu, sering
menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Cacing (ascaris, tricurus, oyyuris, strongyloides, protozoa, jamur)
b. Infeksi Parenteral
Ialah infeksi di luar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA),
tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain.
2. Faktor Non Infeksi
a. Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa, maltosa,
dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
19
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu
c. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
besar).
d. Faktor Imun
Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri / flora usus dan
jamur terutama candida
(Mansyoer Arif 2000, Ngastiyah 2005)
D. Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,
virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan
dan faktor psikologis (Smaltzer, Suzanne 2001)
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman
yang masauk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung,
yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri
terlalu banyak maka ada yang beberapa lolos sampai ke duodenum dan
berkembang biak. Pada kabanyakan kasus gastroentritis, organ tubuh yang di
serang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim
yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran epitel, membran ini bakteri
mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-caran usus dibagian
20
kripta vili dan menghambat absorsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini
volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding
usus menggembung dan tegang dan sebagian dinding usus akan mengadakan
kontrksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar.
Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan
terjadi diare (Smaltzer, Suzanne 2001).
Diare
yang
disebabkan
karena
malabsorbsi
makanan
akan
menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus. meninggi sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsangh usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat mentebabkan diare
karena
akan
menyebabkan
mengganggu
hiperperistaltik
motilitas
usus.
sehingga
Membran
mengakibatkan
mukosa
usus
berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga
usus menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal itu,
nyeri perut / kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus
yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus
berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan
muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidaksimbangan asam
21
basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan
maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
(Smaltzer, Suzanne 2001)
E. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair dan
mungkin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama kain asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan
karena
lambung
tisut
meradang
atau
akibat
gangguan
keseimbangan asam basa elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elekrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi)
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:
1. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan
a. Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal.
b. TD normal, RR normal dan nadi normal, status normal
c. Turgor normal
d. Mukosa sedikit
22
e. Urin sedikit mengurang
2. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5 sampai 10% berat badan
a.
Haus meningkat
b.
Nadi cepat dan lemah
c.
Turgor menurun
d.
Membran mukosa kering
e.
Ubun-ubun normal
f.
Keluaran urin mengurang
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan
a.
Kesadaran menurun, lemas, taki kardi, ektremitas dingin
b.
Nadi cepat dan halus kadang tidak teraba, TD menurun
c.
Haus meningkat
d.
Keluaran urin tidak ada
e.
Ubun-ubun cekung.
(Ngastiyah, 2005).
F. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005) akibat diare, kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrogram)
23
4. Hipoglikemia
5. Intoksikasi sekunder akibat kesusahan vili mukosa usus dan defisiensi
enxim laktat
6. Kejang terjadi pada dehidrasi hipovolemik
7. Mal nutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
(Ngastiyah, 2005)
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengkontrolan dan
penyembuhan penyakit yang mendasari.
2. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
3. Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (lomotif) dan
loperamit
(Imodium)
untuk
menumnkan
motilitas
dari
sumber
non-infeksius.
4. Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk.
5. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk klien yang sangat
muda atau lansia.
(Whalley & Wong., 2002)
24
H. Pengkajian fokus
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan
Keluhan utama : feses cair, muntah, BB menurun, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering,
frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsisten cair.
3. Riwayat penyakit sekarang
Kapan klien datang, sudah berapa hari sakitnya, dan gejala apa yang
terjadi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita dan riwayat inflamasi.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit sama yang di derita klien
6. Riwayat tumbuh kembang.
a. Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 sampai 3 tahun berkisar antara 1,5 sampai
2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6 sampai 10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
- Kenaikan lingkar kepala : 12 cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 sampai 16 buah
- Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring.
25
b. Perkembangan
- Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai
menunjukkan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistik, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanya adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicara dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungannya interpersonal, bermain).
-
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt, perkembangan ketrampilan
motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemampuannya untuk mandiri (tak
tergantung). Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian,
BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut harapan
yang terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti
juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri
anak.
- Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul
dan mandiri : Umur 2 sampai 3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2. Meniru membuat garis lurus
3. Menyatakan keinginan
sedikitnya dengan dua kata
26
4. Melepaskan pakaian sendiri
 Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu,
kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah
menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolik (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2
dt, kemerahan pada daerah perianal.
27
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200 sampai 400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak yang sakit bisa
mengalami stres yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain,
terhadap
tindakan
invasife
respon
yang
ditunjukkan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
 Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
- Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolik ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun ) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumonia.
28
29
J.
Diagnosa Keperawatan
1. Dificit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi / BAB
sering
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
K. Fokus Intervensi
Diagnosa 1: Dificit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan defisit cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu
untuk memperbaiki defisit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluan
urine adekuat, tanda-tanda vita stabil, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
Rencana tindakan :
a. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta
tanda-tanda vital
Rasional
: Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan
30
cepat penyimpangan dari keadaan normalnya
b. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok
Rasional
: Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
syok yang dialami pasien.
c. Memberikan cairan intravascular sesuai program dokter
Rasional
: Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalamidefisit volume cairan dengan keadaan umum
yang buruk karena cairan langsung masuk ke dalam
pembuluh darah.
d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional
: Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.
e. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolumik (riwayat
muntah, diare, kehausan, turgor jelek)
Rasional
: Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan, jika
haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami
syok.
f. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
Rasional :
Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
Diagnosa 2 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ekskresi / BAB sering
Tujuan
: Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit
31
integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Intervensi :
1.
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
Rasional: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2.
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Rasional: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3.
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
Rasional: Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .
Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi
1.
Siapkan makanan dalam keadaan hangat
2.
Beri makan sedikit tapi sering
3.
Anjurkan pada orang tua klien untuk menghindari makanan yang berasa
asam dan merangsang.
4.
BAB tiap hari
32
5.
Beri nutrisi diet lunak
Rasional
1.
Makanan yang hangat dapat merangsang selera makan klien.
2.
Membantu mengurangi kerja lambung dan usus, peningkatan asupan
nutrisi.
3.
Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan
meningkatkan pH lambung.
4.
Penurunan berat badan akan menunjukkan klien masuk kategori
dehidrasi.
5.
Membantu mengurangi beban kerja lambung dan usus.
Diagnosa 4 : Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien
mampu beradaptasi
Kriteria hasil :
-
Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak
rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
Rasional: Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Rasional: mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan
Rasional: menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
33
kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Rasional: Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa
aman pada klien.
34
Download