E:\JURNAL MDVI\MDVI eds 3 thn 2

advertisement
Artikel Asli
PENGGUNAAN KLINDAMISIN ORAL PASIEN AKNE VULGARIS
SEDANG DI POLIKLINIK RSCM JAKARTA TAHUN 2009
Irma Bernadette Simbolon Sitohang, Wresti Indriatmi Makes
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Universitas Indonesia/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
ABSTRAK
Diagnosis dan penatalaksanaan akne vulgaris (AV) di poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FKUI/RSCM yang digunakan saat ini berdasarkan rekomendasi dari Regional Consensus
on Acne Management (2003) di Ho Chi Minh City. Tujuan penelitian adalah mengetahui lama
penggunaan antibiotik oral klindamisin 300 mg (1-2 x sehari) pada pasien akne vulgaris sedang
(AVS) yang memberikan perbaikan hasil terapi serta mengkaji data dasar pada daftar tilik pasien
tersebut di Poliklinik Divisi Dermatologi Kosmetik, Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
FKUI. Data diperoleh dari rekam medis pasien AVS lama dan baru yang berkunjung selama
tahun 2009. Informasi yang dicatat meliputi jumlah kunjungan serta data yang tercantum dalam
daftar tilik pasien AV yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, lama menderita akne sebelum berobat,
faktor stres, riwayat pengobatan, riwayat makanan, riwayat keluarga, dan frekuensi mencuci
wajah. Terdapat 493 kasus baru AVS, yang memiliki daftar tilik hanya 210 pasien, dan daftar tilik
yang terisi lengkap sejumlah 108. Pasien AVS pada studi ini diobati dengan antibiotik klindamisin
oral 300 mg dan asam retinoid atau tretinoin topikal 0,05% atau 0,1%. Kelompok usia terbanyak
yang mengalami AVS didapatkan pada kelompok usia 18 - 21 tahun. Sebanyak 37,04% pasien
telah menderita jerawat pada kurun waktu 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Sebagian besar
pasien (71,30%) terdapat riwayat AV dalam keluarga. Faktor stres dialami oleh 52 orang pasien
(48,15%). Pada penelitian ini sebagian besar pasien minum obat teratur (79,62%) dan mengalami
perbaikan lesi dari AVS menjadi AV ringan pada 6 minggu pertama, yaitu sebanyak 69 orang
(63,88%) sehingga antibiotik tidak dilanjutkan lagi.(MDVI 2011; 38/3:113 - 117)
Kata Kunci : Akne Vulgaris Sedang, lama penggunaan antibiotik oral, klindamisin
ABSTRACT
Korespondensi :
Jl. Diponegoro No. 71, Jakarta
Telp. 021-31935383
Email: [email protected]
113
The current diagnosis and management of acne vulgaris (AV) in Dermato-venereology
Clinic Faculty of Medicine University Indonesia/RSCM are based on recommendations from the
Regional Consensus on Acne Management (2003) in Ho Chi Minh City. The objective is to study
the duration of oral antibiotics clindamycin 300 mg (1-2 times/day) therapy in patients with
moderate acne vulgaris (MAV) that showed improvement in therapeutic outcome and to assess the
basic data of these patients from the checklist used by the Cosmetic Dermatology Division Clinic,
Department of Dermatology and Venereology, FKUI. Medical records of returning and new MAV
patients who visited during the year 2009 were collected. Data collected are the number of visits,
gender, age, occupation, duration of suffering from acne before treatment, presence or absence of
stress factors, medical history, food history, family history, and the frequency of face washing.
There were 493 new cases of MAV in 2009, and only 210 patients had checklists with 108 complete
checklists. MAV patients in this study were treated with oral antibiotics clindamycin 300 mg and
retinoic acid or tretinoin with a concentration of 0.05% or 0.1%. The most prevalent age group
suffering from MAV is the age group 18-21 years old. Most patients had been suffering from acne
for 6 months to 2 years period (37.04%). Most patients (71.30%) had a history of AV in the family.
Stress factors were experienced by 52 patients (48.15%). In this study most patients took medication
regularly (79.62%), and 69 patients (63.88%) experienced improved lesions from moderate AV to
mild AV in the first 6 weeks, and antibiotic therapy was discontinued.
(MDVI 2011; 38/3:113 - 117)
Keywords : Moderate acne vulgaris, duration oral antibiotoc theraphy, oral clyndamicin
Irma Bermadette, Wresti Indriatmi
PENDAHULUAN
Akne vulgaris (AV) termasuk penyakit yang dapat
sembuh sendiri (self-limited disease), merupakan
peradangan kronis folikel pilosebasea yang penyebabnya
multifaktor dengan manifestasi klinis berupa komedo, papul,
pustul, nodus, dan kista.1-3 Insidens AV umumnya dimulai
pada pubertas/prapubertas (12-15 tahun), mengenai hampir
semua remaja usia 13-19 tahun dengan puncak tingkat
keparahan pada 17-21 tahun. Akne vulgaris merupakan
penyakit terbanyak remaja usia 15-18 tahun. 4 Meskipun
penyebab AV masih belum diketahui, namun telah
dikemukakan beberapa etiologi yang diduga terlibat, terdiri
atas faktor intrinsik yaitu genetik, ras, hormonal, dan faktor
ekstrinsik misalnya stres, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik,
diet, dan obat-obatan.5
Tempat predileksi akne vulgaris paling sering di wajah
dan leher (99%), kemudian punggung (60%), dada (15%)
bahu, dan lengan atas. Kadang-kadang pasien mengeluh
gatal, nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu secara
estetis. Kulit pasien AV cenderung lebih berminyak atau
sebore, tetapi tidak semua orang dengan sebore disertai
AV.5 Efloresensi AV berupa: komedo terbuka dan tertutup,
papul, pustul, nodus, kista, jaringan parut, pigmentasi. 6
Komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white
head) merupakan lesi non-inflamasi. Sedangkan papul,
pustul, nodus, dan kista merupakan lesi inflamasi.1
Diagnosis AV ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis.7 Klasifikasi atau gradasi AV yang dipakai
saat ini terdiri atas gradasi ringan, sedang, dan berat,
merupakan klasifikasi menurut Lehmann dkk. (2002) yang
diadopsi dari 2nd Acne Round Table Meeting (South East
Asia), Regional Consensus on Acne Management, 13
Januari 2003 di Ho Chi Minh City Vietnam.8,9 Akne vulgaris
ringan terdiri atas komedo dengan jumlah <20, atau lesi
inflamasi < 15, atau total lesi < 30. Akne vulgaris sedang
adalah akne dengan lesi komedo 20-100 atau lesi inflamasi
berjumlah 15-50, atau total lesi 30-125. Sedangkan akne
vulgaris derajat berat terdapat kista > 5 atau komedo >100,
atau lesi inflamasi > 50, atau total lesi > 125.8
Penatalaksanaan AV di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin FKUI/RSCM yang digunakan saat ini
berdasarkan rekomendasi dari Regional Consensus on Acne
Management (2003) di Ho Chi Minh City. 9 Prinsip
penatalaksanaan AV memerlukan kerjasama antara dokter
dan pasien, berdasarkan penyebab/faktor-faktor pencetus,
patogenesis, keadaan klinis, gradasi akne, dan aspek
psikologis. Sebagian pasien AV memiliki rasa malu yang
berlebihan, rendah diri, perasaan cemas dan menyendiri,
sehingga memerlukan terapi lebih efektif.10
Sejak tahun 2006, Poliklinik Divisi Dermatologi Kosmetik
IKKK FKUI/RSCM menggunakan check list (daftar tilik)
untuk ditanyakan pada saat anamnesis kepada pasien AV
yang berkunjung ke poliklinik tersebut. (Gambar 1). Daftar
Penggunaan Klindamisin Oral pasien Akne Vulgaris Sedang
tilik berisi sederet pertanyaan yang berguna untuk
mendapatkan data dasar, misalnya lama mengalami AV,
pengobatan yang dilakukan, frekuensi mencuci wajah,
riwayat keluarga. Sehubungan dengan daftar tilik tersebut,
dilakukan penelitian untuk mengkaji data dasar yang
tercantum dalam daftar tilik dengan kejadian AVS dan lama
terapi antibiotik oral yaitu klindamisin yang memberikan
perbaikan dengan terapi lini pertama. Makalah ini bertujuan
melaporkan daftar tilik yang diduga berperan pada kejadian
AVS dan lama penggunaan antibiotik klindamisin oral (1-2 x
300 mg) yang memberikan perbaikan hasil terapi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai untuk mengetahui
daftar tilik yang berperan pada AVS dan lamanya
penggunaan antibiotik dengan perbaikan hasil terapi pada
pasien AVS di Divisi Dematologi Kosmetik Departemen
IKKK/FKUI RSCM tahun 2009 adalah penelitian
retrospektif.
Data diperoleh secara retrospektif dari Poliklinik Divisi
Dermatologi Kosmetik Departemen IKKK RSCM dengan
mengumpulkan data rekam medis pasien AVS lama dan baru
yang berkunjung selama tahun 2009. Data yang dikumpulkan
selain jumlah kunjungan, juga meliputi data rekam medis
yang mencantumkan daftar tilik untuk pasien akne vulgaris
yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, lama mengalami akne
sebelum berobat, ada tidaknya faktor stres, riwayat
pengobatan, riwayat makanan, riwayat keluarga, dan
frekuensi mencuci wajah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kunjungan pasien AVS ke poliklinik Divisi Dermatologi
Kosmetik dalam tahun 2009 berjumlah 1011, sedangkan
jumlah pasien baru AVS tahun 2009 sebesar 501.11 Namun
data rekam medis yang dapat dikumpulkan hanya sebanyak
493 buah dan hal ini disebabkan karena sistem penyimpanan
data rekam medis yang masih kurang baik. Dari 493 kasus
baru AVS yang memiliki daftar tilik hanya sebanyak 210
pasien, dan yang terisi lengkap berjumlah 108. Faktor
penyebabnya adalah kelalaian petugas yang tidak mengisi
daftar tilik pada setiap data rekam medis pasien baru, atau
petugas tidak menuliskan jawaban. Pasien AVS pada studi
ini diobati dengan antibiotik klindamisin oral 300 mg, satu
sampai dua kali sehari, dan krim asam retinoid atau krim
tretinoin dengan konsentrasi 0,05% dilanjutkan dengan
konsentrasi 0,1%12 selama 3 bulan. Pasien secara rutin
kontrol saat 2 minggu pertama terapi,dilanjutkan minimal
setiap bulan dalam 2 bulan berturut-turut.
Pada tabel 1. terlihat data rekam medis yang memiliki
daftar tilik yang lengkap sejumlah 108 dengan sebagian besar
pasien berjenis kelamin perempuan (75,93%) dan 24,07%
berjenis kelamin laki-laki. Kelompok usia terbanyak yang
114
MDVI
Vol. 38 No. 3 Tahun 2011; 113 - 117
DAFTAR TILIK AKNE
IDENTITAS
Usia .......................................... tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Status
Sudah menikah
Belum
Pekerjaan
Pelajar
Karyawan
Status Obsgin
a.Mens terakhir.................................
Siklus menstruasi : Teratur
b.Riwayat KB:
Spiral
Steril
Hormonal
Kondom
c.Rencana menikah dalam waktu dekat:
Ya
Kalau Ya, kapan ..........................................................
d. Rencana mempunyai anak dalam waktu dekat:
Ya
Tidak
Janda/duda
Ibu rumah tangga
Tidak teratur
Kalender
Lain-lain
Tidak
ANAMNESIS
Sudah berapa lama menderita jerawat?
a. Riwayat pengobatan jerawat
Ya
Tidak
Jika ya, sebutkan jenis obat dan lamanya
Oral, nama ....................................................., lamanya ...................................................
Topikal, nama ................................................., lamanya ..................................................
b. Siapa yang mengobati?
Dokter spesialis
Dokter umum
Sendiri
Lain-lain
c. Hasil Pengobatan
ada perbaikan
tidak ada perbaikan
memburuk
Faktor predisposisi
a. Frekuensi cuci muka/hari ...............
b. Jenis pembersih yang digunakan ...............
c. Penggunaan kosmetik sehari-hari:
Susu pembersih
Bedak bubuk
Bedak kocok
d. Stress dan pola hidup tidak teratur:
Ya
e. Makanan:
tinggi lemak
tinggi kalori
f. Riwayat jerawat pada keluarga:
ya
Pelembab
Lain-lain
Tabir surya
Alas bedak
Bedak padat
Tidak
pedas
tidak
PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan: .............................. kg
Lokasi: ....................................................................................
Morfologi dan jumlah lesi untuk menentukan derajat akne (ringan,sedang, berat)
komedo, papul ..........................................................................................................
pustul, kista, nodus, abses.......................................................................................
jaringan parut hipotrofik, hipertrofik, keloid .....................................................................
Gambar 1.Daftar tilik untuk pasien akne vulgaris di Divisi Dermatologi Kosmetik, Departemen IKKK FKUI/RSCM
mengalami AVS didapatkan pada kelompok usia >17 - 21
tahun. Belum ada data usia terbanyak remaja dengan AVS,
namun beberapa laporan menyatakan bahwa AV merupakan
penyakit terbanyak yang diderita remaja pada rentang usia
15 - 18 tahun dengan puncak tingkat keparahan pada 17 - 21
tahun.4 Separuh pasien, 50% (54 pasien) berstatus pelajar,
sesuai dengan usia terbanyak adalah >17 - 21 tahun. Diikuti
dengan karyawan 39 pasien (36,11%). Sebagian besar pasien
88,89% (96 dari 108) berstatus belum menikah, hal ini
dimungkinkan karena sebagian besar masih berusia >17 21 tahun dengan jenis pekerjaan sebagai pelajar. Pasien
dengan status telah menikah hanya berjumlah 9 pasien (8,33%).
Pasien terbanyak mengalami jerawat pada kurun waktu
6 bulan sampai dengan 2 tahun (37,04%),yaitu sebanyak 40
dari 108 pasien. Tidak kurang dari 15-30% pasien akne yang
membutuhkan terapi sehubungan dengan kondisi derajat
115
keparahan akne yang dialaminya.13 Sebuah kepustakaan
menyatakan bahwa pasien laki-laki dengan AV cenderung
meminta pertolongan atau berobat bila kondisi AV yang
dialaminya sudah demikian parah. Hal yang menarik adalah
bahwa pasien AV akan datang berobat sehubungan dengan
gangguan psikososial yang dialaminya, misalnya karena rasa
malu, rendah diri, namun hal tersebut tidak selalu
berhubungan dengan tingkat keparahan AV .2,13
Frekuensi mencuci wajah 3 - 4 kali per hari merupakan
frekuensi terbanyak yang dilakukan pasien pada penelitian
ini (57,41%). Hal yang esensial dalam perawatan kulit wajah
adalah mencuci wajah, yang berfungsi mengangkat kotoran,
sebum, polutan lingkungan lainnya dan bakteri dari kulit.14
Frekuensi mencuci wajah yang direkomendasikan adalah 2
kali sehari.Sebuah studi yang membandingkan frekuensi
mencuci wajah sekali, dua kali dan empat kali sehari selama
Irma Bermadette, Wresti Indriatmi
Penggunaan Klindamisin Oral pasien Akne Vulgaris Sedang
Tabel 1. Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan
usia, status pernikahan, dan pekerjaan.
No
1.
2.
3.
4.
Kategori
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
a.12-17
b.>17-21
c.>21-25
d.>25
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tabel 2. Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan
lama mengalami jerawat, frekuensi cuci wajah, riwayat jerawat
pada keluarga, riwayat stres, dan riwayat makanan.
No Kategori
26
82
24,07
75,93
1.
24
41
23
20
22,22
37,96
21,30
18,52
2.
Status pernikahan
a.Sudah menikah
b.Belum menikah
c.Tidak ada data
9
96
3
8, 33
88, 89
2, 78
Pekerjaan
a.Pelajar
b.Mahasiswa
c.Karyawan
d.IRT
e.Lain-lain
f.Tidak ada data
54
6
39
2
3
4
50
5,56
36,11
1,85
2,78
3,70
3.
6 minggu menunjukkan bahwa semakin sering mencuci
wajah tidak menghasilkan perbaikan AV secara bermakna.
Namun bila hanya mencuci wajah 1 kali sehari akan
menyebabkan perburukan pada AV.15
Pada sebagian besar pasien (71,30%) terdapat riwayat
AV dalam keluarga, bervariasi antara ayah, ibu, kakak, atau
adik. Terdapat 24,07% pasien tanpa riwayat AV dalam
keluarga. Pada satu laporan penelitian ditemukan bahwa
kekerapan menderita AV dan derajat keparahan AV
diturunkan dalam keluarga.Variasi distribusi dan derajat
keparahan didapatkan pada kembar homozigot, dan hanya
54% ditemukan pada kembar heterozigot. Terdapat
hubungan genetik langsung antara gangguan hormon
androgen dan abnormalitas lipid.13
Faktor stres dialami oleh 52 orang pasien (48,15%),
sedang 44 orang pasien (40,74%) menyatakan tidak
mengalami stres. Lima orang (11,11%) tanpa keterangan.
Sebuah penelitian melaporkan bahwa stres diyakini oleh
pasien AV sebagai pencetus eksaserbasi akne.16
Sebanyak 72 orang pasien (66,7%) memiliki pola diet
tinggi lemak. Para peneliti masih terus melakukan penelitian
untuk mencari hubungan antara akne dan pola diet. Telah
dilakukan observasi pada orang Eskimo di pulau Okinawa
dan orang Cina untuk mengetahui perkembangan akne pada
perubahan pola diet mereka. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa pola diet pada akne masih kontroversial. Bahkan satu
studi melaporkan bahwa dugaan ada tidaknya lesi akne pada
satu populasi lebih dipengaruhi oleh latar belakang genetik
dibandingkan dengan efek nutrisi.13
Retinoid topikal dan antibiotik oral merupakan pilihan
terapi untuk AVS dan AVB atau akne persisten.1,10 Saat ini
4.
5.
Jumlah (orang)
Lama mengalami jerawat
a.0-6 bulan
b.6 bulan - 2 tahun
c.2 – 4 tahun
d.>4 tahun
e.Tidak ada data
Frekuensi cuci wajah
a.1 kali
b.2 kali
c.3-4 kali
d.5 kali
e.Tidak ada data
Riwayat jerawat pada keluarga
a.Riwayat (+) pada keluarga
b.Riwayat (-) pada keluarga
c.Tidak ada data
Riwayat stres
a.Stres (+)
b.Stress (-)
c.Tidak ada data
Riwayat makanan
a.Tinggi Lemak
b.Pedas
c.Tinggi kalori
d.Tidak ada data
Persentase (%)
23
40
20
23
2
21, 30
37, 04
18, 51
21, 30
1, 85
3
39
62
2
2
2, 78
36, 11
57, 41
1, 85
1, 85
77
26
5
71, 30
24, 07
4, 63
52
44
12
48, 15
40, 74
11, 11
72
18
3
15
66, 67
16, 67
2, 78
13, 88
dikembangkan alat pengukur berupa kuesioner yang dapat
membantu klinisi mengevaluasi kepatuhan pasien akne
dalam terapi antiakne baik oral maupun topikal.
Tabel 3. Jumlah dan persentase subyek penelitian berdasarkan
kepatuhan minum obat dan hasil pengobatan selama 6 minggu.
No Kategori
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. Kepatuhan minum obat
a.Minum obat teratur
b.Tidak minum obat teratur
c.Tidak ada data
86
17
5
79, 62
15, 74
4, 64
2. Hasil Pengobatan
a.Perbaikan (+)
b.Perbaikan (-)
c.Tidak ada data
69
20
19
63, 88
18, 52
17, 60
Kuesioner ini hanya memakan waktu kurang dari 1
menit dan dapat membantu dokter kulit dalam menatalaksana
pasien akne secara optimal serta memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang penyebab kegagalan terapi secara
individu. Kuesioner disebarkan pada 246 pasien akne yang
secara rutin kontrol ke dokter kulit. Dari data didapatkan, 91
orang (37%) menggunakan baik terapi oral maupun topikal,
84 orang (34%) mendapatkan isotretinoin oral,dan 71 orang
(29%) dengan terapi topikal.Kategori kepatuhan berobat
116
MDVI
yang baik didapatkan pada pasien dengan terapi topikal
(54%), terapi isotretinoin (95%) dan terapi kombinasi oral
dan topikal (81%).17 Pada tabel 3. pasien yang minum obat
secara teratur terdapat sebanyak 86 orang (79,2%), yang
tidak teratur 17 orang (15,7%). Hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya,bahwa kepatuhan minum obat oral
yang dikombinasi dengan topikal untuk terapi akne
memberikan hasil cukup baik.17
Durasi terapi antibiotik oral minimal selama 6 - 8 minggu,
maksimal 12 -18 minggu. Efek klinis yang diharapkan
membutuhkan waktu 4-8 minggu. Pada saat lesi baru tidak
ditemukan lagi,dosis antibiotik diturunkan secara
bertahap.10 Pada penelitian ini, pemberian klindamisin oral
300 mg, satu sampai dua kali sehari dan terapi topikal
tretinoin krim 0,05% kemudian dilanjutkan 0,1% selama 3
bulan memberikan perbaikan lesi menjadi AVR dalam 6
minggu pertama, pada sebagian besar pasien sebanyak 69
orang (63,88%), dan antibiotik tidak dilanjutkan lagi.
Sebanyak 20 orang pasien (18,52%) tidak mengalami
perbaikan.
PENUTUP
Pasien AVS di Poliklinik IKKK FKUI/RSCM yang memiliki
kelengkapan daftar tilik akne dan memiliki riwayat kontrol
teratur selama 3 bulan berturut-turut dalam tahun 2009,
terkumpul sebanyak 108.Terapi yang diberikan adalah retinoid
topikal 0,05% sampai dengan 0,1% dan klindamisin oral 1-2
kali 300 mg. Sebagian besar mengalami perbaikan menjadi
AVR dalam 6 minggu.
Simpulan sementara yang dapat diambil pada penelitian
ini adalah bahwa penggunaan antibiotik pada pasien AVS
di RSCM memerlukan waktu 6 minggu, tidak perlu selama
penggunaan antibiotik yang direkomendasikan yaitu 6- 8
minggu sampai dengan 12-18 minggu. Namun perlu
penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak
dan desain penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne
vulgaris and acneiform eruptions. Dalam: Wolff K, Goldsmith
LA, Katz S. I , Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick's dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New
117
Vol. 38 No. 3 Tahun 2011; 113 - 117
York: McGraw Hill; 2008. h. 690-703.
2. Gollnick H, Finlay AY, Shear N. Global alliance to improve
outcomes in acne. Can we define acne as a chronic disease ? If
so, how and when ? Am J Clin Dermatol. 2008; 9: 279-84.
3. Odom RB, James WD, Berger TG. Acne. Dalam: Andrew's
diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-9. Philadelphia: WB. Saunders Co, 2000: h 284-306
4. Cunliffe WJ, Gollnick HPM. Clinical features of acne. Dalam:
Acne diagnosis and management. London: Martin Dunitz Ltd,
2001: h 49-67
5. Ebling FJG, Cunliffe WJ. Diseases of sebaceous glands. Dalam:
Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling textbook of dermatology. Edisi
ke-6. Oxford: Blackwell Science Ltd,1998: h. 1940-80
6. Thiboutot DM, Strauss JS. Diseases of sebaceous glands.
Dalam: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, et al., editors. Dermatology in general medicine. Edisi ke-6. New York: McGraw Hill; 2003. h. 672-87.
7. Feldman S, Careccia RE, Barham KL, Hancox J. Diagnosis and
treatment of acne. Am Fam Phys. 2004; 69: 2123-30.
8. Lehman HP, Robinson KA, Andrews JS, Holloway V, Goodman
SN. Acne therapy: A methodologic review. J Am Acad Dermatol.
2002; 47: 231-40.
9. Regional consensus on acne management, Ho Chi Minh City,
2003.
10. Gollnick H, Cunliffe W J, Berson D, Dreno B, Finlay A, Leyden JJ, et al. Management of acne: a report from a Global
Alliance to improve outcomes in acne. J Am Acad Dermatol.
2003; 49: S1-37.
11. Laporan morbiditas akne vulgaris poliklinik divisi Dermatologi
Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FKUI/RSCM tahun 2009 [unpublished].
12. Akne vulgaris. Dalam: Pedoman pelayanan medis Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Perjan RSCM, Jakarta,
2005:1-6 [unpublished].
13. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos
C, Cunliffe WJ, Rosenfield R. What is the pathogenesis of
acne?. Exp Dermatol. 2005; 14: 143-52.
14. Choi JM, Lew VK, Kimball AB. A single blinded, randomized,
contolled clinical trial evaluating the effect of face washing
acne vulgaris. Pediatr Dermatol. 2006; 23(5): 421-7.
15. Subramanyan K. Role of mild cleansing in the management of
patient skin. Dermatol Ther. 2004;17: 26-34
16. Fried RG, Wechsler A. Psychological problems in the acne
patient. Dermatol Ther. 2006; 19: 237-40
17. Thiboutot D, Gollnick H, Bettoli V, Dreno B, Kang S, Leyden
JJ, et al. New insights into the management of acne: an update
from the Global Alliance to improve outcomes in acne group.
J Am Acad Dermatol. 2009; 60: S1-50.
Download