i PENERAPAN TARGET COSTING DALAM UPAYA

advertisement
PENERAPAN TARGET COSTING DALAM UPAYA PENGURANGAN BIAYA
PRODUKSI UNTUK PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Usaha Dagang Eko Kusen)
Disusun oleh:
HERI SUPRIYADI
108082000175
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Heri Supriyadi
2. Tempat Tanggal Lahir
: Sukoharjo 11 Mei 1990
3. Alamat
: Jl. Aleraya, Kampung Setu RT 01 RW
02 No.27, Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan
II.
4. Telepon
: 085697301046
5. Email
: [email protected]
PENDIDIKAN
1. SD Kartika Putra II Rempoa Tahun 1996-2002
2. SMP N 178 Jakarta Tahun 2002-2005
3. SMA N 86 Jakarta Tahun 2005-2008
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2008-2013
III.
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara Departemen Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah jakarta, Periode 2010-2011.
2. Bendahara Departemen Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah jakarta, Periode 2011-2012.
vi
3. Biro Kontrol Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah jakarta, periode 2012-2013
IV.
SEMINAR DAN PELATIHAN
1. ESQ Basic Traininng, 3 dan 4 September 2008.
2. Seminar Multiculturalism in Religion, Democracy and Modernization, 4
Desember 2008.
3. Seminar nasional Peran Asuransi dalam Era Globalisasi, 20 Mei 2010
4. Seminar AISEC, 1 November 2012
5. Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi, 8 November 2012
V.
KEPANITIAAN
1. Divisi Perlengkapan Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater
Fakultas Ekonomi dan ilmu sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2009.
2. Koordinator Divisi
Perlengakapan,
Kepanitiaan
Futsal
High School
Competition 5th pada Tahun 2009.
3. Koordinator Divisi Keamanan Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan
Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2010.
vii
4. Asisten Pengawas Pemilu Lapangan dalam Kepanitiaan Pemilihan Umum
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah kota Tangerang Selatan Tahun
2011.
5. Mentor dalam Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater
Fakultas Ekonomi dan ilmu sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011.
6. Steering Committee dalam milad 10th Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
7. Mentor dalam Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater
Fakultas Ekonomi dan ilmu sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2012.
VI.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Supardi
2. Tempat Tanggal Lahir: Sukoharjo,
3. Ibu
: Daliyem
4. Tempat Tanggal Lahir: Sukoharjo,
5. Alamat
: Jl. Aleraya, Kampung Setu RT 01 RW 02 No.27,
Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan
6.
Telepon
7. Anak Ke /dari
: (021) 91124158
: 1 dari 2 bersaudara
viii
The Implementation of Target Costing Through Production Cost
Reduction Effort to Increase Company Profit
(Case Study On UD Eko Kusen)
Heri Supriyadi
ABSTRACT
This research is to support company to implement target costing
method as tool of management accounting in lower production cost. Target
costing method is a effective method to reduce production cost through
evaluation of the product value (value engineering) and to maintain customer
satisfaction. By redesigning cost, the company will reached the maximum
profit from the company’s product selling price per unit. Furthermore, the
company can make cost savings before the product is produced.
This research proves that the implementation of target costing is a
great alternative to maximize company’s target profit by savings production
cost within the process of design product.
Keywords: Target costing, Value Engineering, Cost of production, profit.
ix
Penerapan Target Costing dalam Upaya Pengurangan Biaya
Produksi untuk Peningkatan Laba Perusahaan
(Studi Kasus Pada Usaha Dagang Eko Kusen)
Heri Supriyadi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membantu perusahaan untuk menerapkan
metode target costing sebagai alat bantu akuntansi manajemen dalam
menekan biaya produksi. Metode target costing adalah metode yang efektif
dalam upaya pengurangan biaya produksi melalui pengevaluasian terhadap
nilai produk (value engineering) dalam mempertahankan kepuasan yang
diperoleh konsumen. Dengan mendesain ulang biaya-biaya, maka perusahaan
dapat meraih keuntungan atau laba maksimal dari harga jual per unit produk.
Lebih jauh lagi, perusahaan juga bisa melakukan penghematan biaya-biaya
sebelum produk akan diproduksi.
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan target costing
merupakan upaya alternatif yang baik untuk memaksimalkan laba yang
ditargetkan oleh perusahaan dengan cara menekan biaya-biaya produksi yang
terjadi selama proses desain produk.
Kata Kunci: Target costing, Value Engineering, Biaya produksi, Laba
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugerah, yang
telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing
umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan,
dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Ayahanda Supardi dan Ibunda Daliyem terkasih, yang selalu mencurahkan
perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju
hanya untuk ananda, semoga semakin hari ananda semakin mampu membuat
bangga ayah dan ibunda.
2. Keluarga besar Narsopawiro dan keluarga besar Sumitro yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis. Terima
kasih atas semua kasih sayang.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Rini, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan
xi
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah
Bapak berikan selama ini.
7. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang
Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang
skripsi.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Adik kandung Aditya Nugraha dan teman spesial dalam keseharian penulis
Rila Farilla Nofa, yang selama ini telah memberikan doa dan dukungan penuh
kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat kelas akuntansi e angkatan 2008, terima kasih atas dukungan
yang diberikan kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat kelas konsentrasi akuntansi manajemen 2008 terima kasih
atas dukungan yang diberikan kepada penulis.
12. Senior-senior terdekat, Ahmad Rifai, M. Alif Ridwan, Muhammad Husein,
H. Ulin Nuha, dan Ade Fauzan yang telah memberikan semangat, motivasi,
doa, dan arahan kepada penulis mulai dari pembuatan proposal sampai
terselesaikannya skripsi ini.
13. Junior-junior jurusan akuntansi, Adriansyah dkk. yang telah memberikan
bantuan dan semangat kepada penulis.
14. Rekan-rekan BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Lukman Hakim selaku
Ketua BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2012-2013 memberikan
bantuan dan semangat kepada penulis.
15. Seluruh Anggota BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2010-2013, dan
Seluruh Rekan Akuntansi 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
xii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan
bahkan
kritik
yang
membangun
dari
berbagai
pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ciputat, 3 Mei 2013
Heri Supriyadi
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………...
i
Lembar Pengesahan Skripsi ..........................................................................
ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ....................................................... iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...............................................
v
Daftar Riwayat Hidup.................................................................................... vi
Abstract ............................................................................................................ ix
Abstrak ............................................................................................................
x
Kata Pengantar ..............................................................................................
xi
Daftar Isi ......................................................................................................... xiv
Daftar Tabel .................................................................................................... xviii
Daftar Gambar ...............................................................................................
xx
Daftar Lampiran ............................................................................................ . xxi
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................
1
A. Latar Belakang…………………………………………………
1
B. Perumusan Masalah……………………………………………
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….....
6
1.
Tujuan Penelitian………………………………………….... 6
xiv
2.
BAB II
Manfaat Penelitian…………………………………….......... 6
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 8
A. Landasan Teori……………………………………………………. 8
1. Definisi Laba…………………………………………………. 8
2. Biaya………………………………………………………….. 10
a. Pengertian Biaya………………………………………….. 10
b. Klasifikasi Biaya…………………………………….……. 11
c. Biaya Produksi…………………………………………… 14
3. Metode Biaya Tradisional………..…………………………… 17
4. Definisi Target Costing……………………………..………… 18
a. Prinsip-prinsip Target Costing…………………………… 19
b. Penentuan Biaya Target untuk Penentuan Harga Target..... 22
B. Penelitian Terdahulu……………………………………………… 23
C. Kerangka Pemikiran…………………………………….………… 27
BAB III
METODE PENELITIAN……………………………………………. 29
A. Ruang Lingkup Penelitian…………….………………………….. 29
B. Jenis dan Sumber Data………….………………………………… 29
1. Jenis Data…………………….……………………………….. 29
2. Sumber Data………………………………………………….. 30
C. Teknik Analisis Data……………………………………………... 30
xv
1. Rekayasa Nilai (Value Engineering)………………………….. 32
2. Kaizen Costing……………………………………………….... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….. 33
A. Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………………... 33
1. Sejarah Perusahaan……………………………………………….. 33
2. Struktur Organisasi……………………………………………….. 39
B. Deskripsi Data………………………………………………………... 40
1. Biaya Bahan Baku Langsung ……………………………………. 40
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung………..………………………….. 43
3. Biaya Overhead Pabrik……….. ………………………………… 44
4. Biaya Pengiriman………………………………………………... 47
C. Hasil Penelitian......…………………………………………………... 53
1. Menentukan Harga Pasar………………………………………… 54
2. Target Laba………………………………………………………. 55
3. Mengahitung Target Biaya………………………………………. 55
4. Rekayasa Nilai (Value Engineering)……………………………... 59
D. Pembahasan……………………………………...…………………… 70
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI………………………………….. 74
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 74
B. Impilkasi…………………………………………………………….. 76
xvi
C. Keterbatasan………………………………………………………… 76
D. Saran………………………………………………………………… 77
Daftar Pustaka…………………………………………………………………… 78
Lampiran…………………………………………………………………………. 81
xvii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Sebelumnya…………………………………………..
24
4.1
Daftar Harga Kayu………………………………………………
40
4.2
Biaya Nahan Baku Kusen Gundul………………………………
41
4.3
Biaya Bahan Baku Kusen Kisi-kisi/Jalosi………………………
41
4.4
Biaya Bahan Baku Kusen Lengkung……………………………
42
4.5
Biaya Bahan Baku Kusen Gendong Lengkung Tiga Lubang…...
42
4.6
Biaya Bahan Baku Kusen Gendong Lengkung Kisi-kisi/Jalosi
Tiga Lubang……………………………………………………..
43
4.7
Biaya Tenaga Kerja…………………………………………………
44
4.8
Daftar Harga Biaya Bahan Baku Tidak Langsung…………………
44
4.9
Daftar Biaya Bahan Baku Tidak Langsung untuk Setiap Pembuatan
Satu Lubang Kusen ………………………………………………….
46
4.10
Biaya Listrik dan Telepon…………………………………………….
46
4.11
Biaya Pengiriman per Bulan…………………………………………
47
4.12
Daftar Produk dan Harga Kusen Balok 6x12……………………….
55
4.13
Daftar Harga Kayu per 3 Meter……………………………………..
60
4.14
Biaya Bahan Baku Kusen Gundul Menggunakan Alternatif A…
61
xviii
4.15
Biaya Bahan Baku Kusen Kisi-kisi / Jalosi Menggunakan
Alternatif A……………………………………………………..
62
4.16
Biaya Bahan Baku Kusen Lengkung Menggunakan Alternatif A
62
4.17
Biaya Bahan Baku Kusen Gendong Lengkung Tiga Lubang
Menggunakan Alternatif A……………………………………...
4.18
63
Biaya Bahan Baku Kusen Gendong Lengkung Kisi-kisi/Jalosi
Tiga Lubang Menggunakan Alternatif A……………………….
xix
63
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Penelitian……………………………………
27
4.1
Struktur Organisasi…………………………………………….
39
xx
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Keterangan
Halaman
1.
Data dari Perusahaan……………………………………….
79
2
Struktur dan Teknis Wawancara…………………………..
84
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan yang terjadi di semua lini usaha pada era perdagangan bebas
membawa berbagai macam dampak bagi perekonomian Indonesia. Adapun
dampak positifnya adalah memberikan peluang bagi Indonesia untuk
mengekspor produk yang semakin luas. Sedangkan dampak negatifnya adalah
persaingan yang terjadi bukan hanya antar pelaku bisnis domestik, tetapi
melibatkan pula pelaku bisnis dari luar negeri yang semakin bebas memasarkan
produk di Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, jenis-jenis produk
makin bertambah jumlahnya. Seiring dengan itu pula, persoalan yang dihadapi
perusahaan terutama perusahaan manufaktur akan semakin kompleks. Hal ini
menuntut manajemen perusahaan untuk menentukan suatu tindakan dengan
memilih berbagai alternatif dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan yang
sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satu tujuan yang
paling utama adalah optimalisasi laba atau keuntungan.
Perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak bertahan hidup
harus mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik.
1
Hasil produksi yang tinggi akan tercapai apabila perusahaan memiliki efisiensi
produksi yang tinggi. Akan tetapi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi
ini tidak mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal maupun eksternal perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain tenaga
kerja, bahan baku, mesin, metode produksi dan pasar.
Agar dapat bersaing dalam pasar saat ini, perusahaan harus dapat
menciptakan suatu produk baik barang maupun jasa yang harganya lebih rendah
atau harganya sama dengan harga yang ditawarkan para pesaingnya. Untuk dapat
memperoleh produk seperti itu, perusahaan harus berusaha mengurangi biaya
yang harus dikeluarkan pada proses porduksinya. Salah satu metode yang
digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang untuk lolos dari keterpurukan
setelah kalah perang dan dibom atom setelah perang dunia kedua adalah target
costing. Konsep target costing sangat sesuai sejalan dengan meningkatnya
persaingan serta tingkat penawaran yang jauh melampaui tingkat permintaan,
maka kekuatan pasar memberi pengaruh yang semakin besar terhadap tingkat
harga. Untuk itulah diperlukan target costing untuk dapat mencapai tujuan
perusahaan dalam rangka pengurangan biaya (cost reduction), yang pada
akhirnya akan membawa dampak terhadap tingkat harga yang kompetitif.
Sebagai salah satu manajemen inovasi, penerapan target costing dalam
suatu perusahaan juga harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
2
keberhasilan implementasi dari adanya inovasi tersebut. Pada saat target costing
mulai diambil dan diimplementasikan oleh operasi bisnis organisasi di dalam
lingkungan bisnis yang lain maka dapat diasumsikan bahwa suatu hal yang baru
tentang pendekatan tersebut dapat dipelajari dengan memperhatikan apa yang
sedang terjadi dengan konteks bisnis lainnya (Kusuma dan Ayu Noorida Soerono
: 2008).
Umumnya
perusahaan
beroperasi
dengan
mengembangkan
dan
memproduksi barang/jasa terlebih dahulu. Kemudian mulai menghitung biaya
yang dikeluarkan untuk jenis produksi tersebut dan menetapkan harga jual bagi
produknya, setelah itu produk siap dipasarkan. Namun dalam metode target
costing, proses yang terjadi justru sebaliknya. Setelah perusahaan mengetahui
harga yang akan dikenakan terhadap produknya, kemudian perusahaan mulai
mengembangkan produknya yang dapat dipasarkan secara menguntungkan pada
tingkat harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
UD Eko Kusen merupakan sebuah Usaha Kecil Menengah yang berawal
dari tahun 1996, kemudian pemilik Usaha Dagang tersebut yakni Bapak Sukarno
sejak pindah ke Petukangan Selatan dan mulai mendirikan usaha dan
mengontrak tempat untuk usaha. Tahun 2003, Pak Sukarno membeli tempat
usaha tersebut. Usaha Dagang Eko Kusen melayani pesanan pembuatan kusen
dan pintu, seperti kebanyakan usaha kecil menengah usaha tersebut masih
3
menggunakan metode biaya tradisional, sistem biaya ini menggunakan unit
volume related cost driver seperti jam kerja langsung, jam alat/mesin, dan biaya
material sesuai dengan volume produksi. Penggunaan dasar tunggal ini
mengakibatkan terjadinya distorsi dalam perhitungan biaya pokok produksi,
karena tidak semua sumber daya dalam proses produksi digunakan secara
proporsional (Sumarsid: 2011). Usaha tersebut mulai mengalami kendala pada
tahun 2008 ditandai dengan penurunan omset, biasanya omset Usaha Dagang
Eko Kusen tidak kurang dari Rp. 400.000.000 dalam periode satu tahun, tetapi di
tahun 2008 omset dari Usaha Dagang Eko Kusen mengalami penurunan hingga
menyentuh angka Rp 40.000.0001 dalam periode satu tahun yang diakibatkan
naiknya harga-harga bahan baku dan berkurangnya jumlah pesanan yang
diterima, sulitnya pangsa pasar tersebut disebabkan akibat banyaknya pesaing
usaha di bidang pembuatan kusen yang mulai menjamur di wilayah Usaha
Dagang Eko Kusen berdiri, hingga saat ini Usaha Dagang Eko Kusen mengalami
masalah dalam pemaksimalan laba pada produk kusen ukuran balok 6 x 12 cm,
keuntungan yang diharapkan dari penjualan per unit produk adalah 30% dari
harga jualnya, dengan semakin banyaknya pesaing usaha dibidang pembuatan
kusen semakin memperjelas kenyataan akan laba yang didapat oleh Usaha
Dagang Eko Kusen dari penjualan per unit produk masih belum stabil untuk
menjangkau 30% dari harga jual produk tersebut.
1
Hasil deskripsi wawancara penulis dengan Eko Wahyudi (narasumber) di kios Usaha Dagang Eko
Kusen pada tanggal 23 Desember 2012 Pukul 19:00.
4
Pada kasus ini, peneliti akan menerapkan metode target costing pada
Usaha Dagang Eko Kusen yang diprediksikan dapat menjadi metode yang tepat
untuk membantu mengatasi masalah dalam pemaksimalan laba yang sedang
dialami oleh Usaha Dagang Eko Kusen, dalam penggunaan metode target
costing akan ditekankan untuk meminimalisir atau mengurangi biaya produksi
pada tahap perencanaan dan desain produk. Melalui target costing dapat
diketahui berapa besar selisih biaya yang dianggarkan dengan biaya yang terjadi
yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai keuntungan. Metode apapun
yang digunakan, biaya selalu memegang peranan yang penting untuk
memperhitungkan dan memiliki pengaruh yang besar terhadap penjualan suatu
produk, dan sangat berkaitan dengan target laba yang ingin dicapai oleh suatu
perusahaan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas,
maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah dampak penerapan target costing terhadap usaha untuk
mengurangi biaya produksi pada perusahaan?
2.
Apakah target costing merupakan alternatif yang tepat agar
perusahaan dapat meningkatkan laba?
3.
Bagaimana dampak yang terjadi pada laba perusahaan setelah
menggunakan target costing?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dampak penerapan target costing terhadap
usaha untuk mengurangi biaya produksi pada perusahaan.
b. Untuk mengetahui target costing merupakan alternatif yang tepat
agar perusahaan dapat meningkatkan laba.
c. Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan
target costing.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
1)
Penerapan teori target costing dalam perancangan produk agar
menghasilkan biaya yang efisien.
2)
Memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perusahaan
dalam mengurangi biaya produksi selama proses produksinya
serta bermanfaat juga dalam memaksimalkan laba perusahaan.
3)
Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan
teori-teori yang telah dipelajari selama ini sehingga dapat
6
memperdalam pengetahuan tentang penelitian dan menambah
wawasan serta pemahaman yang lebih baik terhadap target
costing.
b.
Manfaat praktis
1)
Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi terhadap
pihak perusahaan mengenai konsep produksi yang efisien.
2)
Sebagai bahan informasi kepada akademisi dan masyarakat
mengenai konsep produksi yang tepat guna.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Laba
Laba yang berhasil dicapai oleh suatu perusahaan merupakan salah satu
ukuran kinerja dan menjadi pertimbangan oleh para investor atau kreditur dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan investasi atau untuk memberikan
tambahan kredit. Perusahaan yang melaporkan laba yang tinggi tentu akan
menggembirakan investor yang menanamkan modalnya karena ia akan
mendapatkan dividen atas tiap kepemilikan saham yang dimilikinya. Demikian
pula halnya dengan kreditur, ia akan merasa yakin bahwa ia akan menerima
pendapatan bunga dan pengembalian pokok pinjaman yang telah diberikan
kepada perusahaan (Riyatno: 2007).
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 (IAI: 2007),
laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu
perusahaan selama suatu perioda tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan,
terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang
sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa depan.
Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang diperoleh
perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah
8
untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba merupakan faktor yang
menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.
Menurut Juniarti dan Corolina (2005) Laba merupakan salah satu
informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat
penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Laba memiliki potensi
informasi yang sangat penting bagi pihak eksternal dan internal perusahaan.
Laba dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan serta
memberikan informasi yang berkaitan dengan kewajiban manajemen atas
tanggung jawabnya dalam pengelolaan sumber daya yang telah dipercayakan
kepadanya. Informasi laba diterbitkan oleh manajemen yang lebih mengetahui
kondisi di dalam perusahaan. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama
tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk membuat keputusan tentang sumber
ekonomi yang akan dikelola perusahaan di masa yang akan datang (Ariani:
2010).
Dari beberapa pengertian laba di atas dapat dijelaskan bahwa laba adalah
selisih lebih antara pendapatan dan biaya yang timbul dalam kegiatan utama atau
sampingan di perusahaan selama satu periode, karena laba pada suatu perusahaan
atau unit usaha dijadikan sebagai tujuan utama, maka laba merupakan alat yang
baik untuk mengukur prestasi dari pimpinan dan manajemen perusahaan, dengan
kata lain efektivitas dan efesiensi dari suatu usaha secara garis besar dapat dilihat
pada laba yang diraihnya.
9
2. Biaya
a. Pengertian Biaya
Akuntansi biaya mengatur sumber-sumber ekonomi yang digunakan
untuk menghasilkan produk atau jasa dengan satuan uang. Satuan pengukur yang
digunakan untuk menyatakan nilai uang dari berbagai sumber ekonomi yang
digunakan tersebut dikenal dengan istilah “cost”. Pemakaian istilah cost selalu
dikaitkan dengan objek atau tujuan dari sumber-sumber penggunaan ekonomi.
Cost atau biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan
satuan yang dilakukan untuk memperoleh aktiva dan dapat memberikan manfaat
ekonomis dimasa yang mendatang, dan dikelompokkan sebagai harta (Sugianto:
2007).
Menurut Mulyadi (2007) dalam arti luas biaya adalah
pengorbanan
sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit
diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang
disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan
bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk
memperoleh penghasilan.
10
Dari pengertian di atas, walaupun nampak ada perbedaan namun pada
dasarnya memiliki persamaan yaitu biaya adalah pengorbanan ekonomis, yang
diukur dengan nilai uang untuk memperoleh barang atau jasa.
b. Klasifikasi biaya
Biaya merupakan faktor yang berkaitan dengan aktivitas bisnis
perusahaan, selain itu biaya juga berkaitan dengan berbagai tipe bisnis, non
bisnis, mnufaktur, dan bidang usaha lainnya. Secara umum, jenis biaya yang
terjadi tergantung pada tipe organisasinya.
Menurut Mulyadi (2007) Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan
informasi yang akan digunakan untuk berbagai tujuan antara lain penentuan
harga pokok produk, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan. Untuk itu
diperlukan pengklasifikasian biaya yang harus disesuaikan dengan tujuan dari
informasi biaya yang akan disajikan. Oleh karena itu dalam pengklasifikasian
biaya tergantung untuk apa biaya tersebut diklasifikasikan, karena untuk tujuan
berbeda diperlukan cara pengklasifikasian biaya yang berbeda, sebab tidak ada
satu cara pengklasifikasian biaya yang dapat dipakai untuk semua tujuan
menyajikan informasi barang.
1)
Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran
Dalam cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua
11
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan
bakar.
2)
Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu
dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok:
a)
Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek
pengeluarannya, biaya produksi dapat dibagi menjadi: biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
b)
Biaya
Pemasaran
merupakan
biaya-biaya
yang
terjadi
untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c)
Biaya Administrasi dan Umum merupakan biaya-biaya yang terjadi
untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3)
Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
Dibiayai. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan:
a)
Biaya Langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab
satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
12
b)
Biaya Tidak Langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadinya
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak
langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah
biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
4)
Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam Hubungannya dengan
Perubahan Volume Kegiatan. Menurut cara penggolongan ini, biaya dapat
digolongkan menjadi empat, diantaranya:
a)
Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
b)
Biaya semi variabel, adalah biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Dalam biaya semi variable
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c)
Biaya semi tetap, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
d)
Biaya tetap, adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisar
volume kegiatan tertentu. Contohnya: biaya gaji direktur produksi.
5)
Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a)
Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya:
13
pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar
terhadap aktiva, biaya depresiasi, biaya amortisasi.
b)
Pengeluaran pendapatan, adalah biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Contohnya: biaya iklan, biaya tenaga kerja.
c. Biaya Produksi
Menurut Garrison, Noreen, Brewer. (2006) biaya produksi adalah biaya
produksi itu sendiri mencakup semua biaya yang terkait dengan pemerolehan
atau pembuatan suatu produk. Hansen dan Mowen (2006) juga menyatakan
bahwa biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan
barang dan penyediaan jasa.
Perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori
besar yakni:
1) Bahan langsung (direct material)
Garrison et al. (2006) menyatakan bahwa bahan langsung adalah bahan
yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Sesungguhnya bahan baku
berkaitan dengan semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan produk
jadi, dan produk jadi suatu perusahaan dapat menjadi bahan baku perusahaan
yang lainnya.
Hansen dan Mowen (2006) juga menyatakan bahwa biaya bahan
langsung ini dapat langsung dibebankan ke produk karena pengamatan fisik
14
dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk.
Pengertian lain yang dinyatakan oleh Blocher et al. (2008) tentang biaya bahan
baku langsung adalah bahan baku yang digunakan untuk memproduksi produk,
yaitu yang secara fisik menjadi bagian dari produk tersebut.
Biaya bahan langsung menurut Sidharta dan Yessica (2008) meliputi
semua bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi.
Biaya ini dapat dibebankan langsung ke produk karena kuantitas yang
dikonsumsi oleh setiap produk dapat diukur dengan pengamatan langsung.
2) Tenaga kerja langsung (direct labour)
Biaya tenaga kerja langsung menurut Hansen dan Mowen (2006) adalah
tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi.
sedangkan menurut Garisson et al. (2006) Biaya tenaga kerja langsung (direct
labour) adalah biaya yang digunakan untuk biaya tenaga kerja dan dapat
ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Tenaga kerja langsung biasanya disebut
juga tenaga kerja manual (touch labour) karena tenaga kerja langsung melakukan
kerja tangan atas produk pada saat produksi.
3) Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead)
Biaya overhead pabrik menurut Sidharta dan Yessica (2008) merupakan
biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan semua
biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk.
15
Pengertian biaya overhead pabrik menurut Garrison et al. (2006) adalah
termasuk seluruh biaya yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga
kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga
kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan
penerangan, pajak properti, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas produksi.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen, Gary Cokins, dan Thomas W. Lin
(2008) biaya overhead pabrik adalah biaya tidak langsung untuk bahan baku,
tenaga kerja, dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung proses produksi
Menurut Setyaningrum dan Muhammad Fauzan (2008) biaya produksi
adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual. Dimana menurut pengeluarannya, secara garis besar biaya
produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead.
Menurut Mulyadi (2007) Terdapat dua macam metode pencatatan biaya
bahan baku yang dipakai dalam produksi, yaitu:
1)
Metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) adalah metode
dimana setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan.
2)
Metode persediaan fisik (physical inventory method) adalah metode dimana
hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat,
sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat
dalam kartu persediaan.
16
3. Metode Biaya Tradisional
Metode biaya tradisional merupakan biaya yang kerap kali digunakan
oleh setiap usaha kecil menengah ditengah keterbatasan pengetahuan dari
sumber daya manusia yang mengelola usaha tersebut mengenai metode-metode
biaya
yang
cocok
digunakan
untuk
menjalankan
aktifitas
produksi
perusahaannya. Umumnya pada akuntansi biaya tradisional perusahaan hanya
memperhitungkan biaya produksi ke dalam biaya produk saja, selain itu biaya
pemasaran serta administrasi dan umum tidak diperhitungkan ke dalam biaya
produk, namun diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan langsung dari
laba bruto untuk menghitung laba bersih usaha.
Menurut Sidharta dan Yessica (2008) perhitungan biaya produksi pada
metode biaya tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk.
Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke
produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak
yang sangat akurat.
Begitupula disebutkan bahwa pada sistem biaya tradisional, pemicu biaya
yang digunakan hanya didasarkan atas dasar unit saja atau disebut unit-level
activity drivers. Pemicu aktivitas dasar unit merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah.
Penggunaan pemicu biaya ini dalam membebankan biaya overhead terhadap
17
produk memberikan arti bahwa terjadinya biaya overhead mempunyai korelasi
yang sangat erat dengan jumlah unit yang diproduksi (Martusa dan Adie: 2011).
4. Definisi Target Costing
Menurut Wiguna dan Sormin (2007) target costing adalah Penentuan
biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan harga yang kompetitif,
sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan. suatu
ilmu yang memastikan kalau produk baru akan menguntungkan ketika
dikeluarkan. Terdapat tiga langkah utama, langkah pertama adalah memperoleh
harga jual produk yang ditargetkan dan profit margin yang ditargetkan sehingga
allowable cost dapat diperoleh. Tahap kedua adalah achievable product-level
target cost. Sedangkan tahap ketiga adalah menurunkan target cost pada produk
level ke level komponen sehingga harga pembelian komponen dapat diperoleh.
Dan juga merupakan suatu filosofi atau pendekatan harga dan manajemen biaya
selama masa hidup produk. Target cost ditentukan terlebih dahulu sebelum
menciptakan produk. Target cost berdasarkan pada prediksi harga produk dan
keuntungan yang diharapkan perusahaan.
Target costing digunakan selama tahap
perencanaan dan menuntun
dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk
yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba
18
yang dapat diterima serta dapat memberikan perkiraan harga pasar produk,
volume panjualan, dan tingkat fungsionalis.
a. Prinsip-Prinsip Target Costing
Menurut Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008) ada beberapa prinsip
yang harus tetap diperhatikan dalam mengimplementasikan metode target
costing sebagai pondasi utama atau sebagai karakteristik dari metode tersebut,
antara lain:
1)
Price Led Costing
Dalam prinsip ini sistem target costing menetapkan target biaya dengan
mengurangi required profit margin dari harga pasar yang diharapkan. Harga
pasar dikendalikan oleh situasi pasar dan target laba ditentukan persyaratan
keuangan dari suatu perusahaan dan industrinya. Price Led Costing mempunyai
dua sub-prinsip yang penting yaitu:
a)
Harga pasar mendefinisikan rencana produk dan laba. Rencana tersebut
harus sering dianalisis agar portofolio produk perusahaan memberikan
sumberdaya hanya kepada produk yang menghasilkan margin laba yang
konsisten dan dapat diandalkan.
b)
Proses target costing digerakkan oleh competitive intelligence dan
analisis yang aktif. Pemahaman tentang latar belakang harga pasar
digunakan untuk melindungi ancaman dan tantangan yang kompetitif.
Menurut Supriyatna (2010) bila menggunakan metode target costing
19
biaya produksi
yang seharusnya dipenuhi
bisa dilihat dengan
menggunakan formula berikut ini:
Formula:
TCi = Pi - Mi
Keterangan:
TCi = Target Cost (target biaya) per unit produk i
Pi
= harga jual per unit produk i
Mi = laba per unit produk i
2)
Focus on Customers
Sistem target costng digerakkan oleh pasar (market driven). Persyaratan
pelanggan atas kualitas, biaya dan waktu secara simultan diintegrasikan ke
dalam produk, keputusan proses, dana mengarahkan analisis biaya. Target
biaya tidak boleh dicapai dengan mengorbankan features yang diinginkan
pelanggan, menurunkan kinerja atau keandalan suatu produk atau dengan
menunda pengenalan produk di pasar (Kusuma dan Ayu Noorida Soerono:
2008).
3)
Focus on Design
Sistem target costing mempertimbangakan desain produk dan proses
sebagai kunci terhadap manajemen biaya. Perusahaan menghabiskan lebih
banyak waktu pada tahap desain dan mengurangi waktu sampai ke pasar (time
to market) dengan menghilangkan perubahan-perubahan yang mahal dan
menghabiskan banyak waktu yang diperlukan dikemudian hari. Sebaliknya
20
metode reduksi biaya tradisional memfokuskan pada skala ekonomi, kurva
pembelajaran, dan perbaikan hasil dalam mengelola biaya.
Menurut Wiguna dan Sormin (2007) empat sub-prinsip yang mencakup
implikasi dari orientasi desain ini adalah:
a)
Sistem target costing mengelola biaya sebelum biaya terjadi.
b)
Sistem target costing menyaring semua keputusan perekayasaan melalui
suatu customer value impact assesment sbelum diintegrasikan ke dalam
desain.
c)
Sistem target costing mendorong semua fungsi perusahaan yang
berpartisipasi untuk menguji desain, sehingga perubahan produk dan
perekayasaan dilakukan sebelum produk diproduksi.
d)
Target costing mendorong simultaneous engineering dari produk dan
proses daripada sequental engineerin. Hal ini mengurangi waktu
pengembangan dan biaya dengan memungkinkan masalah lebih cepat
diatasi dalam proses.
4)
Tim Cross-functional
Wiguna dan Sormin (2007) mengemukakan bahwa target costing
menggunakan tim produk dan proses, dengan anggota-anggota dari desain dan
perekayasaan manufacturing, produksi, penjualan dan pemasaran, pengadaan
material, akuntansi biaya, servis dan pendukung. Tim lintas fungsional ini juga
21
termasuk peserta dari luar, seperti pemasok, pelanggan, dealer, distributor, dan
penyedia servis.
5)
Pengurangan Biaya dalam Siklus Hidup (life Cycle)
Target costing mempertimbangkan seluruh biaya produk selama
hidupnya, seperti harga pembelian, biaya operasi, pemeliharaan dan reparasi,
serta biaya distribusi. Tujuan target costing adalah meminimalisir biaya daur
hidup (life cycle cost) baik untuk pelanggan maupun produsen.
6)
Value Chain Involvement (Keterlibatan Rantai Nilai)
Target costing melibatkan seluruh anggota rantai, seperti pemasok,
dealer, distributor, dan penyedia jasa dalam proses. Target costing
mengembangkan
usaha
reduksi
biaya
sepanjang rantai
nilai
dengan
mengembangkan hubungan jangka panjang kolaboratif dengan seluruh anggota
perusahaan yang diperluas. Target costing didasari hubungan jangka panjang
yang saling menguntungkan dengan pemasok dan anggota-anggota lain dari
rantai nilai seperti distributor (Wiguna dan Sormin: 2007).
b. Penentuan Biaya Target untuk Penentuan Harga Target
Harga target yang dihitung dengan menggunakan informasi dari
pelanggan dan pesaing menjadi dasar untuk menghitung biaya target. Biaya
target per unit adalah harga target dikurangi penghasilan operasi target per unit.
Penghasilan operasi target per unit adalah penghasilan operasi yang merupakan
sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit produk atau jasa yang dijual.
22
Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang per unit atas sebuah
produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu mencapai penghasilan
operasi target per unit saat menjual pada harga target, sebuah penentuan harga
berbasis pasar adalah penentuan harga target.
Menurut Hongren, Datar dan Foster (2008) harga target adalah perkiraan
harga untuk sebuah produk atau jasa yang bersedia dibayar calon pelanggan.
Perkiraan ini didasarkan pada pemahaman tentang nilai yang dipersepsi
pelanggan atas sebuah produk dan berapa pesaing akan memberi harga produk
yang bersaing itu. Organisasi penjualan dan pemasaran sebuah perusahaan
melalui kontak dan interaksi yang dekat dengan para pelanggan, biasanya
merupakan posisi terbaik untuk mengenali kebutuhan pelanggan dan nilai
pandangan mereka terhadap sebuah produk. Perusahaan juga melakukan
penelitian pasar tentang fitur produk yang diinginkan pelanggan dan harga yang
bersedia mereka bayar untuk fitur tersebut. Memahami apa yang dinilai
pelanggan merupakan sebuah aspek kunci yang berfokus pada pelanggan.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
23
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Metode Penelitian
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
1.
Mathius
Tandiontong,
dan
Natalia Fany
Anggraini
Peranan Target Costing Dalam
Pengendalian Biaya Produksi
(Studi Kasus CV Bandung
Mulia Konveksi)
(2011)
2.
Indra Lila
Kusuma
dan
Ayu Noorida
Soerono
(2008)
Target Costing : Alternatif
Terbaik Penentuan Cost
Menggunakan
metode
descriptive
analysis yang
mengulas dan
menjelaskan
bagaimana
konsep
dari
Target
Costing.
Menggunakan
metode
descriptive
analysis yang
mengulas dan
menjelaskan
bagaimana
konsep dari
Target Costing.
Perbedaan
Penulis
menerapkan
metode Target
Costing
pada
jenis
usaha
konveksi.
Perhitungan target costing ini
memberikan informasi kepada
manajemen untuk memutuskan
apakah akan meneruskan
memproduksi produk-produk
tersebut tetapi dengan
mengefisienkan biayanya atau
dengan cara lain yakni mengganti
produk tersebut dengan variasi jenis
produk baru (misalnya memproduksi
celana jeans).
Penulis
menerapkan
metode Target
Costing pada
perusahaan
teknologi yang
memproduksi
alat bantu
dengar.
Target Coting adalah alternatif
terbaik untuk menentukan cost
yang harus dikeluarkan
bedasarkan harga pasar kompetitif
guna memenangkan persaingan.
24
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
3.
Fenny Lestari
Wiguna,
Dan
Partogian Sormin
(2007)
Penerapan Target
Costing untuk
Meningkatkan
Keunggulan
Bersaing : Studi
Kasus pada PT
Smart Ledi
4.
Koscoy, Murat,
Kadir Gurdal,
dan Mehmet
Emin Karabayir
(2008)
Target Costingin
Turkish
Manufacturing
Enterprises
Tabel 2.1. (Lanjutan)
Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Metode
Penulis
Perhitungan
menerapkan
Target Costing
metode Target
Costing pada
perusahaan
produsen
shampoo dan
conditioner
yaitu PT Smart
Ledi
Metode
Perhitungan
Target Costing
Penulis hanya
mendeskripsikan
fakta-fakta dari
beberapa
perusahaan
manufaktur di
Turki yang
memakai
metode target
costing.
Hasil Penelitian
Target Costing membantu
perusahaan untuk melakukan
efisiensi atau cost reductions
disepanjang rantai nilai,yaitu
dengan pengelolaan value
enginering. Hasil penelitian
menunjukkan dapat diketahui
berbagai tindakan yang dapat
dilakukan untuk menekan biaya
setiap komponen produk yang
dihasilkan PT Smart Ledi.
Perusahaan-perusahaan yang
menerapkan target costing atau
memiliki proses yang sama
memiliki analisis pasar dan
sistem informasi pemasaran
yang luas.
25
No.
5.
Nama Peneliti
Sugianto
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Metode Penelitian
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Analisis Target Costing
Metode
Penulis
dalam Penentuan Biaya
Perhitungan
menerapkan
Produksi pada PT
Target Costing
metode Target
Bimoli di Kabupaten
Costing pada
Parigi Moutong
perusahaan
produsen minyak
goring yaitu PT
Bimoli di
kabupaten Parigi,
Moutong.
Hasil Penelitian
Target costing pada PT
Bimoli yang menghasilkan
produk minyak goreng
curah dapat berperan dalam
menentukan biaya produksi
tanpa mengurangi kualitas
produk, utamanya pada
biaya
tenaga
kerja
langsung,
mengalami
penurunan yang terdiri dari
gaji operator mesin, chief
supervisor, supervisor, dan
biaya lembur
26
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Hamid (2007) mendefinisikan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
“Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dariserangkaian masalah yang ditetapkan”.
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam
penelitian ini adalah penerapan metode target costing dapat menekan biaya
produksi dan memaksimalkan laba.
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian mengenai penerapan metode target costing dalam upaya
pengurangan biaya produksi untuk peningkatan laba perusahaan. Berikut
merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:
UD Eko Kusen yang tidak dapat memaksimalkan target labanya
sewaktu menggunakan konsep metode biaya tradisional.
Adanya konsep metode target costing yang telah sukses diterapkan di
beberapa perusahaan yang mengalami berbagai macam masalah
pemaksimalan laba
Bersambung pada halaman selanjutnya
27
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Adanya konsep metode target costing yang telah sukses diterapkan
di beberapa perusahaan yang mengalami berbagai macam masalah
pemaksimalan laba
Basis Teori
Variabel Independen
Target Costing (x)
Variabel Dependen
Desain ulang
pada biaya
Laba (y)
Metode Analisis:
Analisis Target Costing
Deskripsi dan pembahasan
Kesimpulan dan implikasi
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah peneliatian deskriptif yang
berupa studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan
mengenai bagaimana keadaan perusahaan tersebut sampai pada data-data yang
dibutuhkan untuk dapat menentukan harga jual produk dengan tepat dengan
rancangan penelitian yang digunakan dalam studi kasus. Pada umumnya
penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Adapun objek penelitian
adalah Penerapan Target Costing terhadap Peningkatan Laba Perusahaan.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang
berisikan informasi mengenai biaya-biaya dan proses produksi pada produk
selama tahun 2012 yang diperoleh dari informan yang mempunyai peran dalam
Usaha Dagang Eko Kusen, terutama data mengenai biaya-biaya utama dalam
kegiatan produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik.
29
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber data
internal yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang terdiri atas data
primer dan data sekunder.
a) Data Primer
Data ini didapat dari hasil wawancara langsung dengan pihak yang
bersangkutan dalam perusahaan, seperti pemilik usaha, penanggung jawab
produksi, dan bagian-bagian yang bersangkutan dengan produksi dan pemasaran,
sehingga dapat diperoleh keterangan yang dibutuhkan sehubungan dengan
masalah yang diteliti yakni prosedur proses produksi.
b)
Data Sekunder
Data ini diperoleh dari data yang sudah ada diperusahaan dalam bentuk
dokumen dan informasi lain terutama pada informasi biaya yang terjadi dalam
proses produksi yang dapat membantu dalam menentukan berapa besar biaya
yang dibutuhkan dalam pembuatan produk, antara lain adalah laporan biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif komparatif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan,
mengklasifikasikan, serta menginterpretasikan data hasil pengolahan untuk
30
menggambarkan hasil penelitian dan membandingkan perbandingan teknis (data
sekunder) dengan keadaan yang sebenarnya pada perusahaan untuk kemudian
mengambil kesimpulan.
Menurut Kusuma dan Ayu Noorida Soerono (2008) teknik analisis data
yang digunakan dalam menerapkan target costing terdiri atas lima langkah.
Berikut ini langkah-langkah yang digunakan dalam pengimplementasian dengan
metode target costing yaitu:
1.
Menentukan harga pasar,
2.
Menentukan laba yang diharapkan,
3.
Menghitung biaya target (target cost) pada harga pasar yang dikurangi
dengan laba yang diharapkan,
4.
Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk mengidentifikasi
cara yang dapat menurunkan biaya produk, dan / atau
5.
Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus
menurunkan biaya.
Berdasarkan tahapan-tahapan diatas, untuk mendapatkan hasil dari
penerapan metode target costing terdapat dua metode untuk mengendalikan
biaya-biaya pada perusahaan yaitu pada tahap keempat dan kelima. Untuk
kedua tahap tersebut tidak diharuskan untuk menjalankan keduanya dalam
satu perusahaan tergantung kebutuhan perusahaan, apakah perlu menerapkan
31
keduanya atau salah satu diantara dua metode pengendalian biaya tersebut.
Seperti yang diungkapkan Tandiontong dan Anggraini (2011):
“Tahapan terakhir adalah jika target cost tersebut tidak dapat dicapai
maka lakukan value engineering dan atau kaizen costing untuk menurunkan
biaya sehingga target cost dapat dicapai.”
Dari kedua metode pngendalian biaya tersebut berdasarkan objek
penelitian pada penelitian ini hanya metode rekayasa nilai (value engineering)
yang dapat diterapkan, dan tidak memungkinkan untuk menggunakan metode
kaizen costing karena struktur organisasi dan proses perencanaan desain
produk yang masih sederhana.
Rekayasa Nilai (Value Engineering)
Rekayasa nilai (value engineering) adalah evaluasi sistematis atas
desain engineering suatu proyek untuk mendapatkan nilai yang paling tinggi
bagi setiap uang yang dikeluarkan dan mengkaji dan memikirkan berbagai
komponen kegiatan dalam kaitannya antara biaya terhadap fungsinya dengan
tujuan untuk mendapatkan penurunan biaya proyek secara keseluruhan
(Labombang: 2007).
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan
Usaha Dagang Eko Kusen memproduksi beberapa jenis kusen dan
pintu, usaha di bidang mebel ini berawal pada tahun tahun 1996 ketika Bapak
Sukarno memiliki modal dan ingin mendirikan usaha kusen yang bertempat di
Swadarma Raya, Srengseng, Jakbar. Setelah itu Sukarno pindah ke
Petukangan Selatan dan mulai mendirikan usaha dengan mengontrak sebuah
lahan tempat usaha di daerah tersebut, hingga pada tahun 2003 Beliau
membeli tempat usaha tersebut.
Sukarno mendirikan usaha tersebut bertujuan untuk mencari laba dan
untuk meningkatkan taraf ekonomi dengan usaha nya sendiri. Sebagai pemilik
Sukarno sudah mempunyai pengalaman dibidang kusen sejak tahun 1980.
Sukarno mengasah kemampuannya dengan mempelajari teknik-teknik kusen
sendiri. Sukarno mempunyai keinginan untuk memperbesar usaha kusennya
dan berkeinginan juga agar hasil kusen yang telah dihasilkan bisa di ekspor
dan menghasilkan keuntungan yang besar.
33
Sejak Usaha Dagang Eko Kusen pindah tempat di Pesanggrahan,
Sukarno mengaku tingkat penjualannya tidak sebesar yang ia dapatkan sejak
berada di Srengseng, hal ini disebabkan karena belum banyak konsumen yang
mengetahui keberadaan tokonya yang baru dan mayoritas yang menjadi
pelanggannya adalah konsumen lama yang telah mengenalnya sewaktu
mendirikan usaha di Srengseng. Tetapi, karena di Pesanggrahan tempatnya
cukup strategis, pertumbuhan tingkat penjualan Usaha Dagang Eko Kusen
mengalami peningkatan. Bapak Sukarno selaku pemilik juga mempromosikan
kembali kepada para langganannya yang terdahulu agar tetap menggunakan
dan memberi produk hasil usahanya. Beliau meyakinkan konsumen lama
bahwa kualitas atas barang produksinya dapat tetap terjaga walapun sudah
berpindah lokasi usahanya. Usaha Dagang Eko Kusen pernah menerima
pesanan besar untuk kebutuhan supplier dalam pembangunan sebuah
perumahan.
Usaha kusen yang dimiliki Bapak Sukarno cukup berkembang terbukti
sekitar awal tahun 2003 beliau mampu membeli tempat usahanya tersebut,
karena pada awal pindah daerah Pesanggrahan, Bapak Sukarno masih
menyewa lahan tersebut sebagai tempat usahanya. Sukarno kemudian mulai
menata dan mengelola tempat usahanya lebih baik dari sebelumnya karena
tempat tersebut telah ia miliki sendiri. Tidak seperti sebelumnya saat pertama
34
berada di tempat usaha ini, Sukarno telah memiliki supplier yang secara terusmenerus selama periode tertentu menyuplai bahan baku untuk usahanya.
Periode awal usaha milik Bapak Sukarno di tempat tersebut
mengalami kendala terkait dengan SDM. Ketika pesanan tidak terlalu banyak,
Sukarno mampu mengatasi permintaan yang datang. Namun ketika pesanan
melimpah, Beliau kesulitan memenuhinya sehingga perlu menarik karyawan
yang dapat membantunya. Pekerja yang Beliau dapatkan pertama kali masih
memiliki
hubungan
kekerabatan
dengannya
dan
tentunya
sudah
berpengalaman dalam usaha kusen ini sehingga pemilik tidak perlu kesulitan
lagi dalam melatih pekerjanya. Namun pekerja tersebut tidak hanya bekerja di
tempat usaha yang ia miliki saja namun juga di tempat lain dengan jenis
usahanya yang sejenis.
Tempat usaha yang dimiliki Bapak Sukarno terbilang kecil jika
dibandingkan dengan usaha-usaha kusen lainnya yang rata-rata memiliki
gudang yang besar dan dapat menampung bahan baku serta persediaan dengan
skala besar. Namun lokasinya yang strategis berada di seberang jalan dapat
dengan mudah terlihat oleh konsumen sehingga mereka tidak kesulitan dalam
menemukan tempat usaha ini.
Sejak tahun 1996 hingga saat ini, pencatatan yang dimiliki Usaha
Dagang Eko Kusen masih terbilang sangat sederhana. Beliau hanya memiliki
catatan gaji pegawai dan catatan atas transaksi. Pak Sukarno hanya mencatat
35
sesederhana mungkin dan hanya dirinya sendiri yang mengetahui skema atas
pencatatan yang Beliau lakukan. Pada tahun 2009 mengenai pencatatan
keuangan telah dipercayakan kepada anaknya yang juga sedang menjalani
studi akuntansi. Untuk sistem pembayaran gaji yang diberikan kepada pekerja
bawahannya tidak dibayarkan per bulan atau pertahun seperti di bidang usaha
lain pada umumnya, tetapi gaji atau upah untuk pekerjanya dibayarkan per
periode tertentu dan jumlahnya adalah sebesar berapa banyak pegawai
tersebut menyelesaikan produk.
Usaha tersebut mulai mengalami kendala pada tahun 2008 ditandai
dengan penurunan omset,biasanya Usaha Dagang Eko Kusen beromset Rp.
400.000.000 dalam kurun waktu satu tahun, tetapi di tahun 2008 omset dari
Usaha Dagang Eko Kusen mengalami penurunan hingga mencapai angka Rp.
40.000.000 dalam kurun waktu satu tahun yang diakibatkan oleh naiknya
harga-harga bahan baku dan berkurangnya jumlah pesanan yang diterima,
sulitnya pangsa pasar tersebut ditandai dengan banyaknya pesaing usaha di
bidang jasa pembuatan kusen yang mulai menjamur di wilayah Usaha Dagang
Eko Kusen berdiri, hingga saat ini Usaha Dagang Eko Kusen mengalami
masalah dalam pemaksimalan laba, keuntungan yang diharapkan dari
penjualan per unit produk adalah 30% dari harga jualnya, kenyataannya laba
yang didapat dari penjualan per unit produk masih jarang yang menjangkau
30% dari harga jual produk tersebut.
36
Bahan baku utama yang digunakan oleh Usaha Dagang Eko Kusen
didapat dari sebuah toko SKM yang merupakan sebuah perusahaan supplier
kayu di wilayah Tomang, Tangerang. Usaha Dagang Eko Kusen rutin
melakukan pembelian kayu tiap dua bulan sekali. Sejak kepindahan lokasi
usahanya ke wilayah Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Usaha Dagang Eko
Kusen mempunyai jangkauan pasar yang bertambah besar, selain tetap
melayani customer yang telah menjadi pelanggan lamanya sewaktu masih
bertempat di Srengseng, kini Usaha Dagang Eko Kusen juga melayani
customer yang berada di wilayah Ciledug Raya hingga wilayah Bintaro.
Pada kasus ini, peneliti akan menerapkan metode target costing pada
Usaha Dagang Eko Kusen yang diprediksikan dapat menjadi metode yang
tepat untuk membantu mengatasi masalah dalam pemaksimalan laba yang
sedang dialami oleh Usaha Dagang Eko Kusen, dalam penggunaan metode
target costing akan ditekankan untuk meminimalisir atau mengurangi biaya
produksi pada tahap perencanaan dan desain produk. Melalui target costing
dapat diketahui berapa besar selisih biaya yang dianggarkan dengan biaya
yang terjadi yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai keuntungan.
Metode apapun yang digunakan, biaya selalu memegang peranan yang
penting untuk memperhitungkan dan memiliki pengaruh yang besar terhadap
penjualan suatu produk, dan sangat berkaitan dengan target laba yang ingin
dicapai oleh suatu perusahaan.
37
Proses produksi dimulai dari pagi hari dibuka pada pukul 09.00
sampai pukul 17.00, berbeda jika pesanan kusen yang dikerjakan harus
diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat. Proses produksi terus
dilakukan biasanya hingga malam hari atau lembur. Seiring berjalannya usaha
tersebut Usaha Dagang Eko Kusen terus melakukan perbaikan produk.
Pemilik terus mengupayakan perbaikan kualitas dengan mengontrol dan ikut
membantu dalam pembuatan barang-barang mebel tersebut agar dapat
mendapat kepercayaan lebih dari para pelanggan dan kepuasan pelanggan
tetap terjaga.
Proses produksi untuk membuat satu buah kusen membutuhkan waktu
6 ingga 8 jam, proses produksi yang dimulai pukul 09.00 dimulai dengan
proses pemotongan kayu untuk mendapatkan ukuran panjang dan lebar kusen
yang akan dibuat, tahap pemotongan kayu ini membutuhkan sekitar 1 jam.
Tahap selanjutnya setelah kayu melalui proses pemotongan, kayu akan
melalui proses pengeboran untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada saat
potongan-potongan kayu direkatkan, proses pengeboran ini membutuhkan
waktu sekitar 4 hingga 5 jam. Kayu yang sudah melewati proses pengeboran
akan melalui tahap selanjutnya yaitu proses pengamplasan yang bertujuan
untuk memperhalus permukaan kayu serta menghasilkan tekstur dasar pada
jenis kayu tersebut, pada tahap pengamplasan ini membutuhkan waktu sekitar
45 menit. Tahap berikutnya adalah tahap pembentukan desain kayu melewati
38
proses profil yang membutuhkan waktu 30 menit, kemudian masuk pada
tahap
finishing yaitu tahap perangkaian kayu membentuk sebuah kusen
dengan pengeleman dan pemakuan. Setelah mendapatkan hasil kusen yang
baik maka kusen siap dijual.
2. Struktur Organisasi
Usaha Dagang Eko Kusen belum membuat struktur organisasinya
secara formal. Karena karyawannya sendiri hanya berjumlah 3 orang yang
ditunjuk dan dipercaya oleh pemilik Usaha Dagang Eko Kusen untuk
mengembangkan Usaha Dagang Eko Kusen. Struktur dibawah ini merupakan
gambaran struktur organisasi yang dibuat berdasarkankan deskripsi dan
keterangan dari karyawan Usaha Dagang Eko Kusen:
OWNER
Sukarno
ADMINISTRASI
Eko Wahyudi
KARYAWAN
Suyatno
KARYAWAN
Yudi
KARYAWAN
Triyanto
(Sumber : deskripsi wawancara)
Gambar 4.1. Struktur Organisasi
39
B. Deskripsi Data
Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini salah satunya adalah data
mengenai biaya produksi dari Usaha Dagang Eko Kusen selama tahun 2012 yang
terdiri atas:
1. Biaya Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk membuat kusen antara
lain kayu balok, dempul, lem kayu, dan paku. Berikut ini adalah rincian atas
biaya-biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Usaha Dagang Eko Kusen:
Tabel 4.1. Daftar Harga Kayu Tahun 2012
Jenis Kayu
Harga kayu 6x12 per 4 meter
Kayu banjar
Rp. 230.000
Kayu Kamper
Rp. 170.000
Kayu Meranti
Rp. 125.000
Kayu Borneo
Rp. 85.000
(sumber: deskripsi wawancara)
Perhitungan biaya bahan baku yang digunakan pada produk kusen
dengan ukuran 6 x 12 sebagai berikut:
40

Kusen Gundul per lubang:
Tabel 4.2. Biaya Bahan Baku Kusen Gundul
Jenis
kayu
Nilai satuan kayu
Jumlah kayu
Total nilai kayu
Banjar
Rp. 230.000
2
Rp. 460.000
Kamper
Rp. 170.000
2
Rp. 340.000
Meranti
Rp. 125.000
2
Rp. 250.000
Borneo
Rp. 85.000
2
Rp. 170.000
(sumber: hasil olahan penulis)

Kusen kisi-kisi per lubang:
Tabel 4.3. Biaya Bahan Baku Kusen Kisi-kisi
Jenis
kayu
Nilai satuan kayu
Jumlah kayu
Total nilai kayu
Banjar
Rp. 230.000
2
Rp. 460.000
Kamper
Rp. 170.000
2
Rp. 340.000
Meranti
Rp. 125.000
2
Rp. 250.000
Borneo
Rp. 85.000
2
Rp. 170.000
(sumber: hasil olahan penulis)
41

Kusen lengkung per lubang:
Tabel 4.4. Biaya Bahan Baku Kusen lengkung
Jenis
kayu
Nilai satuan kayu
Jumlah kayu
Total nilai kayu
Banjar
Rp. 230.000
2
Rp. 460.000
Kamper
Rp. 170.000
2
Rp. 340.000
Meranti
Rp. 125.000
2
Rp. 250.000
Borneo
Rp. 85.000
2
Rp. 170.000
(sumber: hasil olahan penulis)

Kusen gendong lengkung tiga lubang:
Tabel 4.5. Biaya Bahan Baku Kusen gendong lengkung tiga lubang
Jenis
kayu
Nilai satuan kayu
Jumlah kayu
Total nilai kayu
Banjar
Rp. 230.000
6
Rp. 1.380.000
Kamper
Rp. 170.000
6
Rp. 1.020.000
Meranti
Rp. 125.000
6
Rp. 750.000
Borneo
Rp. 85.000
6
Rp. 510.000
(sumber: hasil olahan penulis)
42

Kusen gendong lengkung kisi-kisi 3 lubang:
Tabel 4.6. Biaya Bahan Baku
Kusen Lengkung Kisi-kisi/Jalosi Tiga Lubang
Jenis
kayu
Nilai satuan kayu
Jumlah kayu
Total nilai kayu
Banjar
Rp. 230.000
7
Rp. 1.610.000
Kamper
Rp. 170.000
7
Rp. 1.190.000
Meranti
Rp. 125.000
7
Rp. 875.000
Borneo
Rp. 85.000
7
Rp. 595.000
(sumber: hasil olahan penulis)
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh Usaha Dagang Eko Kusen
tergantung jumlah kusen yang dikerjakan, satu orang akan dibayar Rp. 20.000
sampai Rp. 80.000 untuk pengerjaan per satu lubang kusen yang
terselesaikan. Metode penggajian tersebut dapat dikategorikan sebagai biaya
tenaga kerja variabel. Range biaya Rp. 20.000 sampai Rp. 80.000 per lubang
kusen tersebut disesuaikan pula dengan tingkat kerumitan model kusen yang
dikerjakannya. Rincian untuk tenaga kerja sebagai berikut:
43
Tabel 4.7. Biaya Tenaga Kerja
JENIS KUSEN
BIAYA
Kusen Gundul/Lubang
Rp.
20.000
Kusen Kisi-Kisi/Lubang
Rp.
30.000
Kusen Lengkung/Lubang
Rp.
40.000
Kusen gendong lengkung 3
lubang
Rp.
200.000
Kusen gendong lengkung kisikisi 3 lubang
Rp.
250.000
(sumber: deskripsi wawancara)
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead yang yang dikeluarkan Usaha Dagang Eko Kusen
antara lain biaya bahan baku tidak langsung, biaya listrik, telepon, biaya
angkut pengiriman serta biaya lain-lain. Khusus untuk biaya angkut
pengiriman dalam periode satu bulan produksi biasanya Usaha Dagang Eko
Kusen melakukan pengiriman sebanyak enam kali kirim. Perhitungan biayabiaya overhead pabrik dari Usaha Dagang Eko Kusen sebagai berikut:
Tabel 4.8. Daftar Harga Bahan Baku Tidak Langsung
Harga
Ketereangan
Lem Kayu
merk Firco 5 kg
Rp. 90.000
Digunakan untuk dua bulan
Dempul 5 kg
Rp. 105.000
Digunakan untuk dua bulan
Paku 7-10 cm 2 kg
Rp. 24.000
Digunakan untuk tiga bulan
(Sumber :Deskripsi wawancara)
44
keterangan:
a) Pembuatan satu lubang kusen memerlukan bahan baku dua buah kayu
ukuran per 4 meter,
b) Untuk perhitungan bahan baku lem kayu, paku, dan dempul
untuk
digunakan pada setiap lubangnya sebagai berikut:
-
Biaya untuk lem kayu 5 kg sebesar Rp. 90.000, dimana lem tersebut
habis pakai dalam waktu 2 bulan, untuk rata-rata setiap bulannya
Usaha Dagang Eko Kusen memproduksi 25 buah kusen, jadi:

5 kg = 5000 gram seharga Rp. 90.000,

90.000 : 2 = 45.000 yang diperlukan dalam 1 bulan,

45.000 : 25 = Rp. 1.800 biaya bahan baku lem kayu untuk
pembuatan satu buah lubang kusen.
-
Biaya untuk
dempul 5 kg seharga Rp. 105.000, dimana dempul
tersebut habis pakai dalam waktu 2 bulan, untuk rata-rata setiap
bulannya Usaha Dagang Eko Kusen memproduksi 25 buah kusen,
jadi:

5 kg = 5000 gram seharga Rp. 105.000,

Rp. 105.000 : 2 = Rp. 52.500 yang diperlukan dalam 1 bulan,

Rp. 52.500 : 25 = Rp. 2.100 biaya bahan baku dempul untuk
pembuatan satu buah lubang kusen.
45
-
Biaya untuk paku 7- 10 cm sejumlah 2 kg seharga Rp. 24.000, dimana
paku tersebut habis pakai dalam waktu 3 bulan, untuk rata-rata setiap
bulannya Usaha Dagang Eko Kusen memproduksi 25 buah kusen,
jadi:

total 2 kg = 2000 gram seharga Rp. 24.000

Rp. 24.000 : 3 = Rp. 8.000 yang diperlukan dalam 1 bulan,

Rp. 8.000 : 25 = Rp. 320 biaya bahan baku paku yang digunakan
untuk pembuatan satu buah lubang kusen.
Tabel 4.9. Daftar Biaya Bahan Baku Tidak Langsung untuk
Setiap Pembuatan Satu Lubang Kusen
Bahan Baku Tidak Langsung
Kusen
Tunggal
Kusen Gendong
Dempul
Rp. 2.100
Rp. 6.300
Lem Kayu
Rp. 1.800
Rp. 5.400
Paku
Rp . 320
Rp.
Total
Rp. 4.220
Rp. 12.660
960
(sumber: hasil olahan penulis)
Tabel 4.10. Biaya Listrik dan Telepon
Biaya per Bulan
Total produksi per bulan
Listrik
Rp. 200.000
25 unit
Telepon
Rp. 100.000
25 unit
(sumber: deskripsi wawancara dan hasil olahan penulis)
46
Biaya listrik dan telepon:
-
Biaya listrik pada Usaha Dagang Eko Kusen masih menyatu dengan
listrik rumah pribadi, tetapi untuk setiap bulannya Usaha Dagang Eko
Kusen membebankan biaya listrik tersebut pada produk kusen sebesar
Rp. 200.000 per bulan.
-
Biaya telepon per bulan Rp. 100.000
-
Rp. 200.000 + Rp. 100.000 = Rp. 300.000
-
Rp. 300.000 : 25 unit = Rp. Rp. 12.000/ unit
-
Maka biaya listrik dan telepon dibebankan Rp. 12.000 untuk tiap unit
produk.
4. Biaya Pengiriman
Tabel 4.11. Biaya Pengiriman per Bulan
Biaya pengiriman
Biaya satu kali
kirim
Jumlah
pengiriman per
bulan
Total biaya
Rp. 100.000
5
Rp. 500.000
(sumber: deskripsi wawancara)
Biaya angkut pengiriman:
-
Rp. 500.000 : 25 unit
= Rp. 20.000/unit
Maka biaya angkut pengiriman dibabankan Rp. 20.000 untuk tiap unit
produk.
47
Dari pendeskripsian data di atas maka biaya yang diperlukan untuk
membuat produk kusen jenis pertama yaitu kusen gundul diperlukan biaya
sebesar:
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
170.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
20.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
226.220
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
250.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
20.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
306.220
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
340.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
20.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
396.220
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
Biaya pengiriman
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
460.000
20.000
16.220
20.000
516.220
48
biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis kedua yaitu
kusen kisi-kisi/jalosi diperlukan biaya sebesar:
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
460.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
526.220
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
340.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
406.220
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
250.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
316.220
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
170.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
236.220
49
biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis ketiga yaitu
kusen lengkung diperlukan biaya sebesar:
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
460.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
536.220
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
340.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
416.220
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
250.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
326.220
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
170.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
16.220
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
246.220
50
biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis keempat yaitu
kusen gendong lengkung tiga lubang diperlukan biaya sebesar:
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
1.380.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
1.624.660
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
1.020.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
1.264.660
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
750.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp
20.000
Rp.
994.660
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
510.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp
20.000
Rp.
754.660
51
biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis kelima yaitu
kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang diperlukan biaya sebesar:

Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu banjar:

Biaya bahan baku langsung
Rp.
1.610.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp
20.000
Rp.
1.904.660
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu kamper:

Biaya bahan baku langsung
Rp.
1.190.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp
20.000
Rp.
1.484.660
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
875.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp
20.000
Rp.
1.169.660
52

Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
595.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
24.660
Biaya pengiriman
Rp
20.000
Rp.
889.660
C. Hasil Penelitian
Tahap-tahap
berikutnya
yaitu
bagaimana
menguraikan
proses
penerapan metode target costing pada Usaha Dagang Eko Kusen. Seperti
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penerapan metode target costing
dilakukan dengan lima tahapan yang terdiri atas:
1.
Menentukan harga pasar,
2.
Menentukan laba yang diharapkan,
3.
Menghitung biaya target (target cost) pada harga pasar yang dikurangi
dengan laba yang diharapkan,
4.
Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk mengidentifikasi
cara yang dapat menurunkan biaya produk,
5.
Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus
menurunkan biaya.
Berdasarkan
tahapan-tahapan
yang
harus
dilakukan
untuk
mendapatkan hasil dari penerapan metode target costing terdapat dua metode
untuk mengendalikan biaya-biaya pada perusahaan yaitu pada tahap keempat
53
dan kelima. Untuk kedua tahap tersebut tidak diharuskan untuk menjalankan
keduanya dalam satu perusahaan tergantung kebutuhan perusahaan, apakah
perlu menerapkan keduanya atau salah satu diantara dua metode pengendalian
biaya tersebut. Seperti yang diungkapkan Tandiontong dan Anggraini (2011):
“Tahapan terakhir adalah jika target cost tersebut tidak dapat dicapai
maka lakukan value engineering dan atau kaizen costing untuk menurunkan
biaya sehingga target cost dapat dicapai.”
Struktur organisasi pada Usaha Dagang Eko Kusen masih sangat
sederhana sehingga tidak memungkinkan untuk menerapkan kaizen costing,
maka setelah mendapatkan biaya yang ditatgetkan perusahaan kemudian
masuk ke tahap pengendalian biaya value engineering. Maka Usaha Dagang
Eko Kusen hanya perlu menjalankan sampai pada tahap keempat. Berikut
adalah langkah-langkah penerapan metode target costing target costing yang
dilakukan pada Usaha Dagang Eko Kusen:
1. Menentukan Harga Pasar
Saat ini Usaha Dagang Eko Kusen memiliki beberapa jenis produk
kusen yang dikerjakan, namun pada penelitian ini penulis memfokuskan pada
produk kusen non kayu jati dengan ukuran tebal kayu balok 6 x 12, karena
produk tersebut yang paling tinggi tingkat permintaannya tetapi produk
tersebut mengalami kendala dalam pemaksimalan laba. Kusen dengan kayu
balok 6 x 12 yang dikerjakan antara lain kusen gundul, kusen, kisi-kisi, dan
54
kusen lengkung. Harga kusen gundul juga berbeda menurut jenis bahan baku
kayu baloknya seperti yang tercantum dalam daftar harga berikut:
Tabel 4.12. Daftar Produk dan Harga Kusen balok 6 x 12
HARGA
NON KAYU JATI
JENIS KUSEN
KAYU JATI
Borneo
Meranti
Kamper
banjar
Kusen
Gundul/Lubang
Rp 250.000
Rp 320.000
Rp 500.000
Rp 700.000
Rp 1.550.000
Kusen KisiKisi/Lubang
Rp 300.000
Rp 330.000
Rp 530.000
Rp 700.000
Rp 1.650.000
Kusen Lengkung/
Lubang
Rp 300.000
Rp 350.000
Rp. 530.000
Rp 710.000
Rp 1.775.000
Rp. 1.020.000
Rp. 1.250.000
Rp. 1.650.000
Rp. 2.080.000
Rp. 4.900.000
Rp. 1.190.000
Rp. 1.520.000
Rp. 1.820.000
Rp. 2.250.000
Rp. 5.200.000
Kusen gendong
lengkung 3
lubang
Kusen gendong
lengkung kisikisi 3 lubang
(Sumber : deskripsi wawancara)
2. Target Laba
Target laba yang diharapkan dari Usaha Dagang Eko Kusen adalah
30% dari harga jual per unit produk, karena setelah semakin banyaknya
pengrajin kusen di sekitaran lokasi Usaha Dagang Eko Kusen keuntungan
yang didapat sulit untuk mencapai target laba yang diharapkan.
3.
Menghitung Target Biaya
Menurut Supriyatna (2010) bila menggunakan metode target costing
biaya produksi yang seharusnya dipenuhi bisa dilihat dengan menggunakan
formula berikut ini:
55
Formula: Biaya produksi = harga jual – keuntungan yang diinginkan
TCi
Keterangan:
= Pi - Mi
TCi = Target Cost (target biaya) per unit produk i
Pi
= harga jual per unit produk i
Mi = laba per unit produk i
- Untuk kusen gundul bahan kayu borneo sebesar:
TCi = Rp. 250.000 – (30% x Rp. 250.000)
TCi = Rp. 175.000
- Untuk kusen gundul bahan kayu meranti sebesar:
TCi = Rp. 320.000 – (30% x Rp. 320.000)
TCi = Rp. 240.000
- Untuk kusen gundul bahan kayu kamper sebesar:
TCi = Rp. 500.000 – (30% x Rp. 500.000)
TCi = Rp. 350.000
- Untuk kusen gundul bahan kayu banjar sebesar:
TCi = Rp. 700.000 – (30% x Rp. 700.000)
TCi = Rp. 490.000
- Untuk kusen kisi-kisi atau jalosi bahan kayu borneo sebesar:
TCi = Rp. 300.000 – (30% x Rp. 300.000)
TCi = Rp. 210.000
- Untuk kusen kisi-kisi atau jalosi bahan kayu meranti sebesar:
56
TCi = Rp. 330.000 – (30% x Rp. 330.000)
TCi = Rp. 231.000
- Untuk kusen kisi-kisi atau jalosi bahan kayu kamper sebesar:
TCi = Rp. 530.000 – (30% x Rp. 530.000)
TCi = Rp. 371.000
- Untuk kusen kisi-kisi atau jalosi bahan kayu banjar sebesar:
TCi = Rp. 700.000 – (30% x Rp. 700.000)
TCi = Rp. 490.000
- Untuk kusen lengkung bahan kayu borneo sebesar:
TCi = Rp. 300.000 – (30% x Rp. 300.000)
TCi = Rp. 210.000
- Untuk kusen lengkung bahan kayu meranti sebesar:
TCi = Rp. 350.000 – (30% x Rp. 350.000)
TCi = Rp. 245.000
- Untuk kusen lengkung bahan kayu kamper sebesar:
TCi = Rp. 530.000 – (30% x Rp. 530.000)
TCi = Rp. 371.000
- Untuk kusen lengkung bahan kayu banjar sebesar:
TCi = Rp. 710.000 – (30% x Rp. 710.000)
TCi = Rp. 497.000
57
-
Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu borneo
sebesar:
TCi = Rp. 1.020.000 – (30% x Rp. 1.020.000)
TCi = Rp. 714.000
-
Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu meranti
sebesar:
TCi = Rp. 1.250.000 – (30% x Rp. 1.250.000)
TCi = Rp. 875.000
-
Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu kamper
sebesar:
TCi = Rp. 1.650.000 – (30% x Rp. 1.650.000)
TCi = Rp. 1.155.000
-
Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu banjar
sebesar:
TCi = Rp. 2.080.000 – (30% x Rp. 2.080.000)
TCi = Rp. 1.456.000
-
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu borneo sebesar:
TCi = Rp. 1.190.000 – (30% x Rp. 1.190.000)
TCi = Rp. 833.000
58
-
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu meranti sebesar:
TCi = Rp. 1.520.000 – (30% x Rp. 1.520.000)
TCi = Rp. 1.064.000
-
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu kamper sebesar:
TCi = Rp. 1.820.000 – (30% x Rp. 1.820.000)
TCi = Rp. 1.274.000
-
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu banjar sebesar:
TCi = Rp. 2.250.000 – (30% x Rp. 2.250.000)
TCi = Rp. 1.575.000
4.
Rekayasa nilai (Value Engineering)
Untuk memenuhi target cost yang sesuai dengan laba yang
diharapkan oleh perusahaan, maka penulis memberikan alternatif sebagai
pertimbangan perusahaan dalam mengambil keputusan, alternatif sesuai
dengan menggunakan prinsip dari metode target Costing yaitu value
enginering.
Alternatif yang penulis berikan tetap mempertahankan kualitas kayu
dan mengganti lem kayu Firco dengan lem kualitas lebih rendah, mengganti
bahan baku kayu balok pembelian per kayu dengan panjang satuan 4 meter
59
menjadi yang berukuran satuan 3 meter, dengan asumsi penambahan satu
batang kayu untuk tiap pembuatan produk dikarenakan setelah pengecekan
fisik kayu setiap batangnya tidak ada yang benar-benar mencapai 4 meter, tiap
batang kayu yang dibeli dengan satuan per 4 meter ternyata panjang asli
fisiknya hanya mencapai 3,7 meter. Berikut adalah harga kayu balok dengan
ukuran panjang satuan per 3 meter:
Tabel 4.13. Daftar Harga Kayu Per 3 Meter
Jenis Kayu
Kayu Banjar
Harga Kayu 6x12 per 3 meter
Rp. 140.000
Kayu Kamper
Rp. 110.000
Kayu Meranti
Rp. 70.000
Kayu Borneo
Rp. 55.000
(Sumber: deskripsi wawancara)
Dalam pengerjaan kusen-kusen tersebut, jumlah kayu
yang
dipergunakan sebagai bahan baku juga sama, 2 batang kayu untuk
pengerjaan setiap lubang kusen tetapi berbeda dengan pembuatan kusen
gendong lengkung dan kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi yang
membutuhkan 7 dan 8 buah kayu dengan ukuran per 3 meter, tetapi pada
penggunaan bahan baku tidak langsung penggunaan untuk pembuatan
kusen perlubang dengan kusen gendong berbeda 1 : 3.
60
Bahan baku lem kayu merk Firco kemasan kaleng 5kg seharga Rp
90.000 bisa diganti pula dengan lem kayu merk Fox dengan kemasan
plastik per 1 kg seharga Rp. 7.000, pada bahan baku dempul
menggunakan kualitas yang lebih rendah dengan harga per 1 kg
Rp.15.000.
Dari alternatif ini maka akan terjadi perubahan pada biaya bahan
baku untuk pembuatan setiap jenis kusen. Biaya bahan baku yang
diperlukan setelah adanya perubahan dari alternatif A sebagai berikut:
 Kusen Gundul per lubang:
Tabel 4.14. Biaya Bahan Baku
Kusen Gundul Menggunakan Alternatif A
Jenis
kayu
Nilai
satuan
kayu
Jumlah
kayu
Total nilai
kayu
Dempul
Lem
Kayu
Paku
Total
Banjar
Rp. 140.000
2
Rp. 280.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 282.520
Kamper
Rp. 110.000
2
Rp. 220.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 222.520
Meranti
Rp. 70.000
2
Rp. 140.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 142.520
Borneo
Rp. 55.000
2
Rp. 110.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 112.520
(sumber: hasil olahan penulis)
61

Kusen kisi-kisi per lubang:
Tabel 4.15. Biaya Bahan Baku
Kusen Kisi-kisi/Jalosi Menggunakan Alternatif A
Jenis
kayu
Nilai
satuan
kayu
Jumlah
kayu
Total nilai
Lem
Dempul
kayu
Kayu
Paku
Total
Banjar
Rp. 140.000
2
Rp. 280.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 282.520
Kamper
Rp. 110.000
2
Rp. 220.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 222.520
Meranti
Rp. 70.000
2
Rp. 140.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 142.520
Borneo
Rp. 55.000
2
Rp. 110.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 112.520
(sumber: hasil olahan penulis)

Kusen lengkung per lubang:
Tabel 4.16. Biaya Bahan Baku
Kusen Lengkung Menggunakan Alternatif A
Jenis
kayu
Nilai
satuan
kayu
Jumlah
kayu
Total nilai
Lem
Dempul
kayu
Kayu
Paku
Total
Banjar
Rp. 140.000
2
Rp. 280.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 282.520
Kamper
Rp. 110.000
2
Rp. 220.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 222.520
Meranti
Rp. 70.000
2
Rp. 140.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 142.520
Borneo
Rp. 55.000
2
Rp. 110.000
Rp. 1.500
Rp. 700
Rp. 320
Rp. 112.520
(sumber: hasil olahan penulis)
62

Kusen gendong lengkung tiga lubang:
Tabel 4.17. Biaya Bahan Baku
Kusen Gendong Lengkung Menggunakan Alternatif A
Jenis
kayu
Nilai
satuan
kayu
Jumla Total
h kayu kayu
Banjar
Rp. 140.000
7
Kamper
Rp. 110.000
Meranti
Borneo
nilai
Dempul
Lem
Kayu
Paku
Total
Rp. 980.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp.
987.560
7
Rp. 770.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp.
777.560
Rp. 70.000
7
Rp. 490.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp.
497.560
Rp. 55.000
7
Rp. 385.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp.
392.560
(sumber: hasil olahan penulis)

Kusen gendong lengkung kisi-kisi 3 lubang:
Tabel 4.18. Biaya Bahan Baku
Kusen Gendong Lengkung
Kisi-kisi/Jalosi Menggunakan Alternatif A
Jenis
kayu
Nilai
satuan
kayu
Jumlah
kayu
Total
kayu
Banjar
Rp. 140.000
8
Kamper
Rp. 110.000
Meranti
Borneo
nilai
Dempul
Lem
Kayu
Paku
Total
Rp. 1.120.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp. 1.127.560
8
Rp.
880.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp. 887.560
Rp. 75.000
8
Rp.
600.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp.
607.560
Rp. 55.000
8
Rp.
440.000
Rp. 4.500
Rp. 2.100
Rp. 960
Rp.
447.560
(sumber: hasil olahan penulis)
63
Keterangan:
Untuk perhitungan bahan baku tidak langsung seperti lem kayu, paku, dan
dempul sebagai berikut:
- Biaya untuk lem kayu 1 kg sebesar Rp. 7.000, dalam waktu 2 bulan
menggunakan 5 kg lem kayu 5 x Rp. 7.000 = Rp. 35.000, untuk ratarata setiap bulannya Usaha Dagang Eko Kusen memproduksi 25 buah
kusen, jadi:

5 kg = 5000 gram seharga Rp. 35.000,

Rp. 35.000 : 2 = Rp. 27.500 yang diperlukan dalam 1 bulan,

Rp. 27.500 : 25 = Rp. 700 biaya bahan baku lem kayu untuk
pembuatan satu buah lubang kusen
-
Biaya untuk dempul kualitas kedua seharga Rp. 15.000/kg, dalam dua
bulan dempul yang dihabiskan sebanyak 5 kg seharga 5 x Rp. 15.000
= Rp. 75.000, untuk rata-rata setiap bulannya Usaha Dagang Eko
Kusen memproduksi 25 buah kusen, jadi:

5 kg = 5000 gram seharga Rp. 75.000,

Rp. 75.000 : 2 = Rp. 37.500 yang diperlukan dalam 1 bulan,

Rp. 37.500 : 25 = Rp. 1.500 biaya bahan baku dempul untuk
pembuatan satu buah lubang kusen.
64
Dengan demikian biaya-biaya yang terjadi bila perusahaan menggunakan
alternatif A adalah sebagai berikut:
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
110.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
20.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
164.520
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
140.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
20.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
194.520
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
220.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
20.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
274.520
 Untuk kusen gundul dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
280.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
20.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
334.520
65
Biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis kedua yaitu
kusen kisi-kisi/jalosi diperlukan biaya sebesar:
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
280.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
344.520
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
220.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
284.520
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
140.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
204.520
 Untuk kusen kisi-kisi/jalosi dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
110.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
30.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
174.520
66
Biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis ketiga yaitu
kusen lengkung diperlukan biaya sebesar:
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
280.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
354.520
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
220.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
404.520
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
140.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
214.520
 Untuk kusen lengkung dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
110.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
40.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
14.520
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
184.520
67
Biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis keempat yaitu
kusen gendong lengkung tiga lubang diperlukan biaya sebesar:
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu banjar:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
980.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
1.219.560
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu kamper:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
770.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
1.009.560
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
490.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
729.560
 Untuk kusen gendong lengkung tiga lubang dengan bahan kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
385.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
200.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
624.560
68
Biaya yang diperlukan untuk membuat produk kusen jenis kelima yaitu
kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang diperlukan biaya sebesar:

Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu banjar:

Biaya bahan baku langsung
Rp.
1.120.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
1.409.560
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu kamper:

Biaya bahan baku langsung
Rp.
880.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
1.169.560
Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu meranti:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
560.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
849.560
69

Untuk kusen gendong lengkung kisi-kisi/jalosi tiga lubang dengan bahan
kayu borneo:
Biaya bahan baku langsung
Rp.
490.000
Tenaga kerja langsung
Rp.
250.000
Biaya overhead pabrik
Rp.
19.560
Biaya pengiriman
Rp.
20.000
Rp.
729.560
D. Pembahasan
Hasil penelitian di atas dimana target costing merupakan alternatif yang
baik dalam upaya menurunkan atau menekan biaya sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Iyeh Supriyatna (2010), dimana penelitian
tersebut mengemukakan keberhasilan metode taget costing dalam upaya
penurunan biaya perusahaan dengan menggunakan analisis value engineering
atau rekayasa nilai produk pada tahap desain yang sangat menentukan karena
sebagian besar biaya produk ditentukan dan diantisipasi pada tahap desain. Dalam
penelitian tersebut membahas usaha-usaha penurunan biaya pada tahap produksi
di perusahaaan garmen yang dilakukan dengan menekan pemborosan-pemborosan
pada saat pengadaan barang, penyimpanan bahan, proses pemakaian bahan dan
penjahitan, dan pada proses pengemasan dan penyerahan produk ke pasar.
Hasil penelitian ini juga memberikan efek positif terhadap naiknya laba
yang diperoleh perusahaan sebagaimana diutarakan pada penelitian sebelumnya
70
yang dilakukan oleh Asry Ady Bakrie (2009), dimana target costing telah
menjadi suatu ukuran kesuksesan perusahaan, khususnya dalam menunjukkan
hasil
yang
dapat
digunakan
mempertanggungjawabkan
biaya
oleh
manajemen
perencanaan
dan
yang
berkaitan
perancangan
untuk
produk.
Penelitian tersebut juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan target
costing akan menjadi suatu sumber kekuatan baru bagi perusahaan dalam
memaksimalkan perolehan laba dalam jangka panjang.
Kalkulasi biaya-biaya pada sub-bab sebelumnya merupakan gambaran
atau deskripsi dari penerapan metode target costing sebagai alternatif yang
penulis rekomendasikan kepada perusahaan agar dapat menekan biaya
produksinya guna mendapatkan keuntungan sesuai dengan target laba yang
diinginkan perusahaan, jika perusahaan ingin mendapatkan keuntungan
maksimum perusahaan perlu mengaplikasikan metode tersebut, namun semua
keputusan adalah hak dari kepala perusahaan untuk menerapkan metode apa yang
harus digunakannya agar perusahaan dapat mendapatkan keuntungan yang
maksimal.
. Biaya target per unit adalah harga target dikurangi penghasilan operasi
target per unit. Penghasilan operasi target per unit adalah penghasilan operasi
yang merupakan sasaran yang ingin diperoleh perusahaan per unit produk atau
jasa yang dijual. Biaya target per unit adalah perkiraan biaya jangka panjang per
unit atas sebuah produk atau jasa yang membuat perusahaan mampu mencapai
71
penghasilan operasi target per unit saat menjual pada harga target, sebuah
penentuan harga berbasis pasar adalah penentuan harga target.
Pada rencana dan kebijakan perusahaan sebelumnya yang sifatnya masih
sederhana dan tidak terdapat perencanaan manajemen yang baik untuk
mengendalikan biaya yang seharusnya dikeluarkan perusahaan, perusahaan
perusahaan hanya terfokus pada penyediaan bahan baku utama berupa kayu yang
harus spelalu tersedia ketika perusahaan akan memproduksi produk kusen, tanpa
memberi rencana yang tepat bahwa dalam waktu kurun waktu tertentu perusahaan
harus memiliki berapa banyak persediaan bahan baku. Kejadian tersebut
menyebabkan tidak terkendalinya biaya-biaya yang seharusnya terjadi, sehingga
perusahaan sulit untuk merencanakan berapa banyak atau berapa jumlah
keuntungan yang seharusnya menjadi target perusahaan. Begitu pula dalam
menentukan harga jual atau dalam perhitungan biaya produksi, sebelumnya
perusahaan menerapkan kebijakan yang tergolong metode traditional cost.
Perusahaan hanya melihat biaya-biaya yang langsung terjadi ketika melakukan
aktifitas produksi, tanpa melihat faktor biaya lain seperti biaya overhead pabrik.
Harga produk yang terjadi pun hanya didapat dari pengakumulasian biaya-biaya
yang langsung terjadi dan harga ditentukan sesuai berkembangnya harga di
pasaran.
Berdasarkan Value Engineering yang merupakan alat dari metode target
costing pihak UD Eko Kusen dapat merencanakan bagaimana mendesain ulang
72
biaya sedemikian rupa mulai dari mengganti faktor-faktor yang mempengaruhi
tingginya biaya yang terjadi pada desain biaya produk sebelumnya. Harga target
yang dihitung dengan menggunakan informasi dari pelanggan dan pesaing
menjadi dasar untuk menghitung biaya target. Sehingga dapat dijadikan tolak
ukur dimana perusahaan dapat dengan mudah melihat sejauh mana perusahaan
menentukan standarisasi harga dan kualitas produk. Melalui pengendalian biaya,
penerapan target costing dilakukan dengan mengidentifikasi berapa harga yang
diinginkan pasar dan kemudian mendesain produk yang bersedia dibayar oleh
pasar tersebut. Dalam hal ini perusahaan menetapkan harga jual yang terbaru dan
masih berlaku pada pasar dari produk tersebut, maka dari itu dengan metode
target costing perusahaan akan dapat lebih mudah untuk mencapai laba yang
ditargetkan yaitu sebesar 30% dari setiap satu unit produk yang dipasarkan.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI,
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan perhitungan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan mengenai penerapan target costing, yang
menunjukkan bahwa penerapan target costing pada UKM Usaha Dagang
Eko Kusen lebih efisien jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh
perusahaan selama ini, dan juga merupakan alternatif yang baik bagi
perusahaan untuk menekan biaya produksinya, dimana dengan penerapan
target costing maka perusahaan dapat memperoleh penghematan biaya
sebesar 27% hingga 35% dari biaya yang dikeluarkan sebelum
menggunakan metode target costing.
2. Target costing merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan UD Eko
Kusen, dapat diketahui perbedaan jumlah total biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan sebelum dan setelah menggunakan metode target
costing. Biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelumnya untuk membuat
kusen gundul per lubang dari keempat jenis kayu memerlukan biaya Rp.
226.220 sampai Rp. 516.220 setelah menggunakan target costing menjadi
Rp. 164.520 sampai Rp. 334.520, untuk membuat kusen kisi-kisi/jalosi per
74
lubang dari keempat jenis kayu memerlukan biaya Rp. 236.220 sampai
Rp. 526.220 setelah menggunakan target costing menjadi Rp. 174.520
sampai Rp. 344.520, untuk membuat kusen lengkung per lubang dari
keempat jenis kayu memerlukan biaya Rp. 246.220 sampai Rp. 536.220
setelah menggunakan target costing menjadi Rp. 184.520 sampai Rp.
354.520, untuk membuat kusen gendong lengkung per tiga lubang dari
keempat jenis kayu memerlukan biaya
Rp. 754.660 sampai Rp.
1.624.660 setelah menggunakan target costing menjadi Rp. 624.560
sampai Rp. 1.219.560, untuk membuat kusen gundul per lubang dari
keempat jenis kayu memerlukan biaya Rp. 889.660 sampai Rp. 1.904.660
setelah menggunakan target costing menjadi Rp. 729.560 sampai Rp.
1.409.560.
3. Penerapan metode target costing memberikan dampak yang positif bagi
laba yang akan dihasilkan perusahaan dengan cara mengurangi biayabiaya yang terjadi dalam proses produksi, sehingga laba yang ditargetkan
perusahaan dapat tercapai yang semula pada produk kusen hanya
memperoleh laba antara 15% - 20% dalam penerapan metode target
costing untuk produk kusen dapat memperoleh laba hingga 35%.
75
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
pengembangan ilmu akuntansi manajemen khususnya dalam pembahasan
mengenai metode target costing, pemaksimalan laba ataupun penekanan biaya
produksi. Serta diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
tahap-tahap mengaplikasikan metode target costing untuk menekan biaya
produksi. Berdasarkan kesimpulan dapat diketahui dengan menggunakan
metode target costing perusahaan akan mendapatkan dampak positif dalam
hal pemaksimalan laba yang telah ditargetkan oleh perusahaan. Dari kalkulasi
yang telah dilakukan juga dapat diketahui bahwa target costing merupakan
alternatif yang baik bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan labanya.
C. Keterbatasan
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat masih terdapat
keterbatasan-keterbatasan antara lain menyangkut:
1. Dalam penentuan variabel dalam penelitian ini hampir sepenuhnya sama
dengan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, tanpa banyak
kesempatan untuk menelaah lebih seksama.
76
2. Keterbatasan waktu yang begitu singkat untuk melakukan penelitian ini
dan hanya menggunakan data perusahaan dalam kurun waktu satu tahun
saja.
D. Saran
Bagi
peneliti
berikutnya
penulis
menyarankan
untuk
lebih
memvariasikan variable-variabel yang dapat dihubungkan dengan penerapan
metode target costing dan juga menggunakan kedua metode pengendalian
biaya yang termasuk dalam teknik analisis target costing yaitu kaizen costing
dan value engineering, karena pada penelitian ini masih menggunakan
variable-variabel yang tidak jauh berbeda dari peneliti-peneliti sebelumnya
serta hanya menggunakan metode pengendalian biaya value engineering saja.
Serta mempersiapkan penelitian tersebut dengan seksama mulai dari lamanya
waktu penelitian hingga periode data yang diperoleh dari perusahaan agar
lebih mendapatkan hasil penelitian dari target costing secara lebih mendalam.
77
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Marisca Dwi. 2010. “Pengaruh Laba Kotor, Laba operasi, dan Laba
Bersih dalam Memprediksi Arus Kas di Masa Mendatang (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Amaliah, Tri Handayani. 2009. “Target Costing”. Jurnal Ichsan Gorontalo,
Vol.4 No.2 (Mei-Juli): 2350-2355.
Bakrie, Asry Ady. 2009. “Penerapan Target Costing pada Perusahaan
Otomotif”. Jurnal Ichsan Gorontalo, Vol.4 No.2 (Mei-Juli): 2350-2355.
Bangun, Primsa. (2004). “Total Cost Management melalui Target Costing dan
Kaizen Costing untuk Meningkatkan Efisiensi Perusahaan”. Jurnal
akuntansi. Vol 4 No.2 (Mei) : 85 - 92.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen, Gary Cokins, dan Thomas W. Lin. (2008).
“Cost Management”. Edisi Tiga. Terjemahan Tim Penerjemah Penerbit
Salemba, Salemba Empat, Jakarta.
Garrison et al. (2006). “Managerial Accounting”. Terjemahan Nuri Hinduan,
Salemba Empat, Jakarta.
Gusnardi. 2007. “Cost Planning :Target Costing dan Activity Based Costing”.
Wahana Akuntansi Jurnal Ilmiah. Vol.2 No.2 (Desember): 172-178.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (2006). “Managemet Accouting”.
Seventh Edition. Terjemahan Dewi Fitriasari, M.Si dan Deny Arnos
Kwary, M. Hum, Salemba Empat, Jakarta.
Indrajiwati, Aini. 2008. “Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode
Process Costing”. Jurnal Ichsan Gorontalo. Vol.3 No.1 (Februari-April):
1495-1508.
78
Juniarti dan Corolina. (2005). “Analisa Factor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap perataan laba (income smoothing) pada perusahaanperusahaan Go Publik”. Jurnal Akuntansi Keuangan Vol 7 No 2
(November): 148 - 162
Kocsoy, Murat, Kadir Gurdal, dan Mehmet Emin Karabayir. 2008. “Target
Costing in Turkish Manufacturing Enterprises. European Journal of
Social Sciences”. Vol 7 No 2 : 78 – 91.
Kusuma, Indra Lila dan Ayu Noorida Soerono. 2008. “Target Costing :
Alternatif Terbaik Penentuan Cost”. Vol 89 (Juni) : 47 – 54.
Labombang, Mastura. 2007. “ Penerapan Rekayasa Nilai (Value engineering)
pada Konstruksi Bangunan”. Jurnal SMARTek, Vol. 5, No. 3, Agustus:
147 – 156.
Mardiana. 2003. “Penerapan Target Costing dan Activity Based Costing untuk
Menentukan Harga Gaplek di Tingkat Petani (Studi Kasus di CV Perdana
Bhakti Desa Ghandang Kecamatan Maliku Kabupaten Kapuas
Kalimantan Tengah)”. Thesis. Program Studi Magister Manajemen
Agribisnis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Kabupaten
Bogor.
Martusa, Riki dan Agnes Fransisca Adie. 2011.” Peranan Activity-Based
Costing System dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain yang
sebenarnya untuk Penetapan Harga Jual (Studi Kasus pada PT Panca
Mitra Sandang Indah)”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi. No. 04 Tahun
ke-2 : Januari-April.
Mulyadi. 2005. “Akuntansi Biaya”. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
Jogjakarta.
PSAK No.25 (Revisi 2007), Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta: 2007.
Riyatno. 2007. “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Earnings
Response Coefficients”. Jurnal Keuangan dan Bisnis Vol. 5 No.2 (Oktober
2007): 148-162
Setyaningrum, Rina Moestika dan Muhammad Fauzan Hamidy. 2008. “Analisis
Biaya Produksi Dengan Pendekatan Theory of Constraint untuk
Meningkatkan Laba (Studi Kasus Pada PG. Krebet Baru Malang. Jurnal
Riset Ekonomi dan Bisnis)”. Vol 8 No 1 (Maret) : 26 - 36.
79
Sekaran, Uma. 2009. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Edisi 4)”. Jakarta :
Salemba Empat.
Sidharta, Juaniva dan Yessica. 2008. “Perbandingan Penerapan Metode
Tradisional dengan Metode Activity Based Costing dalam Perhitungan
Biaya Produksi pada Perusahaan XYZ”. Buletin Ekonomi, Vol XII No.2
(September): 48-65.
Sugianto. 2007. “Analisis Target Costing Dalam Penentuan Biaya Produksi
Pada PT Bimoli di Kabupaten Parigi Moutong”. Jurnal Transaksi.
Desember : 478 - 495.
Sumarsid. 2011. “Pendekatan Metoda Activity Based Costing pada Perencanaan
Harga Pokok Produksi untuk Memperoleh keunggulan Bersaing”. Jurnal
Manajemen Keuangan dan Akuntansi, Vol.5 No.1 (Maret): 71-90.
Supriyatna, Iyeh. 2010. “Tinjauan Penerapan Target Costing dan Upaya Cost
Reduction pada Industri Garmen”. Jurnal Ekonomi, Keuangan,
Perbankan, dan Akuntansi, Vol.2 No.2 (November) : 291-311.
Tandiontong, Mathius dan Natalia Fany Anggraini. 2011. ”Peranan Target
Costing dalam Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus pada CV
Bandung Mulia)”. Jurnal Paramadina, Vol.1 No.3.
Utomo, Puji, SE..2007. “Penerapan Target Costing Berspirit Kaizen dalam
Ekonomi Mikro”. Jurnal Pesantren Ciganjur Edisi 4
Wibisono, Haris. Definisi, “Proses Pembebanan, dan Perilaku Biaya”. Artikel
Akuntansi Manajemen : 1- 4.
Wiguna, Fenny Lestari dan Partogian Sormin. 2007. “Penerapan Target Costing
Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing : Studi Kasus Pada PT Smart
Ledi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 1 no 1 (April) : 79 - 92.
Yuliastanti, Rika. 2009. “Penggunaan Target Costing dalam Rangka Penetapan
Harga Jual dan Sebagai Dasar Peningkatan Efisiensi Biaya Synthetic
Adhesive PT. X di Probolinggo”. Jurnal Media Mahardhika, Vol.7 No.3
Mei 2009.
80
LAMPIRAN I
DATA PERUSAHAAN
81
Biaya Listrik Tahun 2012
Januari
Rp.
195.000
Kapasitas
produksi/lubang
kusen terjual
22
Februari
Rp.
200.000
26
Maret
Rp.
190.000
24
April
Rp.
200.000
27
Mei
Rp.
195.000
24
Juni
Rp.
210.000
27
Juli
Rp.
200.000
27
Agustus
Rp.
190.000
24
September
Rp.
215.000
28
oktober
Rp.
200.000
25
November
Rp.
210.000
25
Desember
Rp.
200.000
23
Total
Rp.
2.405.000
302
Rata-rata
Rp.
200.416,67
25,167
Bulan
Biaya listrik
(sumber: data intern perusahaan tahun 2012)
82
Harga Jual Produk kusen balok 6 x 12 cm
HARGA
JENIS KUSEN
NON KAYU JATI
Borneo
Meranti
KAYU
Kamper
banjar
JATI
Kusen
Gundul/Lubang
Rp 250.000
Rp 320.000
Rp 500.000
Rp 700.000
Rp 1.550.000
Kusen KisiKisi/Lubang
Rp 300.000
Rp 330.000
Rp 530.000
Rp 700.000
Rp 1.650.000
Kusen
Lengkung/Lubang
Rp 300.000
Rp 350.000
Rp. 530.000
Rp 710.000
Rp 1.775.000
Rp. 1.020.000
Rp. 1.250.000
Rp. 1.650.000
Rp. 2.080.000
Rp. 4.900.000
Rp. 1.190.000
Rp. 1.520.000
Rp. 1.820.000
Rp. 2.250.000
Rp. 5.200.000
Kusen gendong
lengkung 3 lubang
Kusen gendong
lengkung kisi-kisi
3 lubang
(sumber: data intern perusahaan tahun 2012)
Daftar Harga Kayu balok 6 x 12 cm
Jenis Kayu
Harga kayu 6x12 per 4 meter
Kayu banjar
Rp. 230.000
Kayu Kamper
Rp. 170.000
Kayu Meranti
Rp. 125.000
Kayu Borneo
Rp. 85.000
(sumber: deskripsi wawancara)
83
Daftar Harga Dempul, Lem Kayu, dan Paku
Harga
Lem Kayu
merk Firco 5 kg
Rp. 90.000
Dempul 5 kg
Rp. 105.000
Paku 7-10 cm 2 kg
Rp. 24.000
ketereangan
Digunakan untuk dua
bulan
Digunakan untuk dua
bulan
Digunakan untuk tiga
bulan
(Sumber :Deskripsi wawancara)
Biaya Tenaga Kerja
JENIS KUSEN
BIAYA
Kusen Gundul/Lubang
Rp.
20.000
Kusen Kisi-Kisi/Lubang
Rp.
30.000
Kusen Lengkung/Lubang
Rp.
40.000
Kusen gendong lengkung 3 lubang
Rp.
200.000
Kusen gendong lengkung kisi-kisi 3
lubang
Rp.
250.000
(sumber: deskripsi wawancara)
Daftar Harga Bahan Baku Tidak Langsung
Harga
Lem Kayu
merk Firco 5 kg
Rp. 90.000
Dempul 5 kg
Rp. 105.000
Paku 7-10 cm 2 kg
Rp. 24.000
Ketereangan
Digunakan untuk dua
bulan
Digunakan untuk dua
bulan
Digunakan untuk tiga
bulan
(Sumber :Deskripsi wawancara)
84
Biaya Telepon tahun 2012
Bulan
Biaya
Januari
Rp.
95.000
Februari
Rp.
100.000
Maret
Rp.
90.000
April
Rp.
100.000
Mei
Rp.
95.000
Juni
Rp.
110.000
Juli
Rp.
100.000
Agustus
Rp.
90.000
September
Rp.
115.000
Oktober
Rp.
100.000
November
Rp.
110.000
Desember
Rp.
100.000
Total
Rp.
1.205.000
Rata-rata
Rp.
100.416,67
(sumber: deskripsi wawancara)
85
LAMPIRAN I I
STRUKTUR DAN TEKNIS
WAWANCARA
86
PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR
Judul Penelitian
: “Penerapan Target Costing Dalam Upaya Pengurangan
Biaya Produksi Untuk Peningkatan Laba Produksi (Studi
Kasus Pada Usaha Dagang Eko Kusen)”.
Tanggal Penelitian
: 23 Desember 2012 - 4 Februari 2013
A. Identitas Informan
Nama Informan
: Eko Wahyudi
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 22 tahun
B. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat
penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasiaan informan terjamin.
3. Melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu wawancara 20 menit
sampai 30 menit.
87
C. Pertanyaan Wawancara
Setelah
menyampaikan
maksud
dan
tujuan,
selanjutnya
peneliti
mewawancarai informan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Berapa omset yang didapatkan dari usaha dagang tersebut dalam jangka
waktu satu tahun?
2. Bagaimana dengan keadaan omset usaha anda pada lima tahun teakhir ini?
3. Apakah pernah mengalami penurunan omset di bulan atau tahun-tahun
sebelumnya?
4. Berapa prosentase keuntungan yang diinginkan dari penjualan produk
tersebut?
5. Metode apa yang biasa digunakan sebagai penentu biaya produksi untuk
menentukan harga jual? Metode traditional cost atau cost-plus pricing
ataukah metode biaya stndar? Atau . . . . . .
6. Berapa jumlah tenaga kerja langsung yang dimiliki usaha dagang anda?
7. Berapa jumlah jam kerja dalam sehari dan berapa jumlah hari kerja dalam
satu bulan untuk pekerja pabrik?
8. Mengenai biaya-biaya langsung:
88
a. Berapa total biaya bahan baku yang diperlukan dalam sebulan?
b. Berapa biaya gaji tenaga kerja langsungnya dan bagaimana sistem
penggajiannya?
9. Mengenai biaya overhead pabrik:
a. Berapa biaya sewa bangunan, listrik, air, dan telpon?
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan penjualan dan
biaya angkut pembelian?
10. Dari pengeluaran biaya-biaya tersebut, biaya apa saja yang bisa ditekan untuk
meminimalkan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas dari produk?
11. Dari manakah bahan baku tersebut didapat?
12. Seberapa luas jangkauan pasar dari Usaha Dagang Eko Kusen?
13. Bagaimana proses produksi untuk produk kusen tersebut?
D. Penutup
1. Menyimpulkan hasil wawancara
2. Menyampaikan terima kasih
3. Mengakhiri wawancara.
89
TEKNIS WAWANCARA
1.
Berapa omset yang didapatkan dari usaha dagang tersebut dalam
jangka waktu satu tahun?
Jawaban: Usaha kusen kami omset pertahunnya tidak kurang dari
Rp. 400.000.000
2. Bagaimana dengan keadaan omset usaha anda pada lima tahun teakhir?
/Apakah pernah mengalami penurunan omset di bulan atau tahun-tahun
sebelumnya?
Jawaban: Pada tahun 2008 memang pernah mengalami penurunan omset,
lumayan besar turunnya bisa mencapai Rp. 40.000.000 pada saat itu, banyak
factor juga sebabnya, mulai dari naiknya harga kayu, sepinya pembangunan
di daerah sini, dan makin banyaknya pesaing yang bermunculan di sekitaran
usaha kusen kami berdiri.
3. Produk jenis apa saja yang dihasilkan oleh UD Eko Kusen?
Jawaban: Kami memproduksi kusen, daun pintu, daun jendela, kusen yang
kami produksi ada dua macam, dengan ukuran balok 6 x 15 dan balok dengan
ukuran 6 x 12, maksud dari ukuran tersebut yaitu ukuran tebal kayu dalam
satuan senti meter (cm). Kusen yang paling tinggi permintaannya adalah
kusen dengan ukuran balok 6x12 sesuai dengan ukuran rumah standar pada
umumnya.
90
4. Berapa prosentase keuntungan yang diinginkan dari penjualan produk
tersebut?
Jawaban: Kalau bicara keuntungan tiap produk berbeda targetnya,
dikarenakan bedanya bahan baku dan tingkat kesulitannya. Tetapi produk
utama kami adalah kusen, dari produk kusen keuntungan yang kami inginkan
ya minimal 30% tapi kenyataannya keuntungan yang kami hasilkan belum
bisa sampai segitu.
5. Metode apa yang biasa digunakan sebagai penentu biaya produksi
untuk menentukan harga jual? Metode traditional cost ataukah metode
biaya stndar atau adakah metode lain?
Jawaban: bicara masalah metode, kami masih menggunakan hitunghitungan sederhana, menjumlah biaya dan menaikkan harga sesuai dengan
harga pasar sebagai nilai keuntungannya.
6. Berapa jumlah tenaga kerja langsung yang dimiliki usaha dagang anda?
Jawaban: Kami hanya memiliki tiga orang tenaga kerja yang langsung
membuat produknya.
7. Berapa jumlah jam kerja dalam sehari dan berapa jumlah hari kerja
dalam satu bulan untuk pekerja pabrik?
Jawaban: Jam kerja dimulai jam 9 pagi dan selsai jam 5 sore, dalam sebulan
ya sekitar 25 hari jumlah hari kerjanya.
91
8. Mengenai biaya-biaya langsung:
a.
Berapa harga bahan baku untuk produksi kusen?
Jawaban:
Harga Kayu balok 6 x 12 cm
Jenis Kayu
Harga kayu 6x12 per 4 meter
Kayu banjar
Rp. 230.000
Kayu Kamper
Rp. 170.000
Kayu Meranti
Rp. 125.000
Kayu Borneo
Rp. 85.000
(sumber: deskripsi wawancara)
Daftar Harga Dempul, Lem Kayu, dan Paku
Harga
Lem Kayu
merk Firco 5 kg
Rp. 90.000
Dempul 5 kg
Rp. 105.000
Paku 7-10 cm 2 kg
Rp. 24.000
ketereangan
Digunakan untuk dua
bulan
Digunakan untuk dua
bulan
Digunakan untuk tiga
bulan
(Sumber :Deskripsi wawancara)
92
b.
Berapa biaya gaji tenaga kerja langsungnya dan bagaimana sistem
penggajiannya?
Jawaban: Gaji yang kami bayarkan tergantung berapa banyak kusen
yang mereka hasilkan, hitungannya perlubang kusen Rp. 20.000 sampai
Rp. 80.000.
c.
Kenapa bisa terdapat range untuk penggajian tenaga kerja?
Jawaban: Perbedaan itu disebabkan oleh tingkat kesulitan dari masingmasing produk kusen.
Biaya Tenaga Kerja
JENIS KUSEN
BIAYA
Kusen Gundul/Lubang
Rp.
20.000
Kusen Kisi-Kisi/Lubang
Rp.
30.000
Kusen Lengkung/Lubang
Rp.
40.000
Kusen gendong lengkung 3 lubang
Rp.
200.000
Kusen gendong lengkung kisi-kisi 3
lubang
Rp.
250.000
(sumber: deskripsi wawancara)
93
9. Mengenai biaya overhead pabrik:
a. Berapa biaya sewa bangunan, listrik, air dan telpon?
Jawaban: Untuk bangunan kami tidak menyewa karena bangunan milik
kami. Untuk biaya listrik rata-rata perbulan kami alokasikan sebesar Rp.
200.000, karena bebannya juga memang tidak jauh dari Rp. 200.000 untuk
bulanan listrik, sumber air kami memakai mesin pompa, jadi ya sudah
termasuk dalam biaya untuk listrik. Untuk biaya telepon kami bebankan
Rp.100.000, karena rata-rata perbulan untuk biaya telepon tidak jauh dari
Rp. 100.000.
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan penjualan dan
biaya angkut pembelian?
Jawaban: Mobil angkut kirim milik pribadi, jadi tidak ada uang sewa
mobil dan yang mengantarkannya juga saya, jadi tidak ada gaji untuk
supir, hanya biaya untuk bahan bakar mobil saja setiap kirim barang bahan
bakar yang dibeli Rp. 100.000 sebulan bisa lima kali kirim.
10. Dari pengeluaran biaya-biaya tersebut, biaya apa saja yang bisa ditekan
untuk meminimalkan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas dari
produk?
Jawaban: Mungkin dari lem kayu dan dempulnya saja bisa diganti dengan
yang lebih murah. Kualitasnya tidak jauh berbeda, hanya saja kami sudah
cocok memakai merk tersebut.
94
11.
Dari manakah bahan baku tersebut didapat?
Jawaban: Bahan baku berupa kayu kami dapatkan dari salah satu toko
supplier kayu yang bernama SKM di wilayah Tomang, Jakarta Barat.
12.
Seberapa luas jangkauan pasar dari Usaha Dagang Eko Kusen?
Jawaban: Pasar dari usaha kami cukup luas selain ada dari pelanggan lama
saat usaha kami ini masih bertempat di Srengseng, dan ditambah pelanggan
kami di sini yang mencakup area Bintaro dan sekitar wilayah Ciledug
Raya.
13. Bagaimana proses produksi untuk produk kusen tersebut?
Jawaban: Proses produksi untuk membuat satu buah kusen membutuhkan
waktu 6 ingga 8 jam, proses produksi yang dimulai pukul 09.00 dimulai
dengan proses pemotongan kayu untuk mendapatkan ukuran panjang dan
lebar kusen yang akan dibuat, tahap pemotongan kayu ini membutuhkan
sekitar 1 jam. Tahap selanjutnya setelah kayu melalui proses pemotongan,
kayu akan melalui proses pengeboran untuk mendapatkan hasil yang
maksimal
pada
saat
potongan-potongan
kayu
direkatkan,
proses
pengeboran ini membutuhkan waktu sekitar 4 hingga 5 jam. Kayu yang
sudah melewati proses pengeboran akan melalui tahap selanjutnya yaitu
proses pengamplasan yang bertujuan untuk memperhalus permukaan kayu
95
serta menghasilkan tekstur dasar pada jenis kayu tersebut, pada tahap
pengamplasan ini membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Tahap berikutnya
adalah tahap pembentukan desain kayu melewati proses profil yang
membutuhkan waktu 30 menit, kemudian masuk pada tahap finishing yaitu
tahap perangkaian kayu membentuk sebuah kusen dengan pengeleman dan
pemakuan. Setelah mendapatkan hasil kusen yang baik maka kusen siap
dijual.
96
Download