BAB I - USU-IR - Universitas Sumatera Utara

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
ASPHYXIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DIRAWAT DI RSU DR PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2007
TESIS
Oleh
EVI DESFAUZA
047023006/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Studi
Konsentrasi
: FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
TERJADINYA ASPHYXIA NEONATORUM PADA
BAYI BARU LAHIR YANG DIRAWAT DI RSU DR
PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007
: Evi Desfauza
: 047023006
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
: Epidemiologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. dr Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K)
Ketua
( dr Yusniwarti Yusad, MSi )
Anggota
( dr Achsan Harahap, MPH )
Anggota
Ketua Program Studi
Direktur
(Dr. Drs Surya Utama, MS)
(Prof. Dr. Ir.T. Chairun Nisa B, MSc)
Tanggal lulus : 30 Oktober 2008
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
ASPHYXIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DIRAWAT DI RSU DR PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2007
T E SIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
EVI DESFAUZA
NIM. 047023006/AKK
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
ASPHYXIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR
YANG DIRAWAT DI RSU DR PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2007
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan ( M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Epidemiologi
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Suamtera Utara
Oleh
EVI DESFAUZA
047023006/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Telah diuji
Tanggal 30 Oktober 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
Anggota
: Prof Dr. dr Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K)
: 1. dr Achsan Haraahap, MPH
2. dr Yusniwarti Yusad, MSi
3. drh Rasmaliah, M.Kes
4. dr Fauzi, SKM
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRAK
Menurut WHO, setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, 4 juta bayi lahir
mati dan 4 juta lainnya meninggal dalam usia 30 hari. Sebanyak 3,6 juta (3%) dari
120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1juta bayi ini meninggal. Sebanyak
98 % dari kematian bayi terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Kematian
bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. Penyebab kematian
neonatal utama asfiksia neonatorum (27%) setelah BBLR (29%).
Untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terjadinya asfiksia neonatorum di
Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan telah dilakukan penelitian dengan rancangan
study case control terhadap ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Dr
Pirngadi Medan baik yang melahirkan asfiksia neonatorum (kasus) maupun yang
tidak asfiksia neonatorum (kontrol) periode 1 Januari – 31 Desember 2007 sebanyak
204 sampel.Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
6 faktor yang menentukan kejadian asfiksia neonatorumdi Rumah Sakit Umum Dr
Pirngadi Medan pada tingkat kepercayaan (CI) 95% diperoleh p. value faktor
Paritas 0,01, Hipertensi p value 0,019, Anemia p. value 0,00, penyakit preeklampsi
p.value 0,032, perdarahan ante partum p.value 0,33, berat badan lahir rendah p.value
0,00. Analisis regresi logistik mendapatkan 3 faktor memiliki pengaruh paling
dominan kejadian asfiksia neonatorum yaitu faktor anemia dengan nilai B Expected
paling besar 6,196 urutan kedua adalah BBLR dengan nilai B Expected 3,601 dan
urutan ketiga adalah paritas dengan nilai B Expected 2,320
Untuk mencegah kejadian asfiksia neonatorum dapat dilakukan beberapa
intervensi dengan pendekatan risiko yang menjadi faktor penentu terjadinya asfiksia
neonatorum. Pada petugas kesehatan terutama bidan untuk memperhatikan status
gizi ibu hamil, memberikan penyuluhan/konseling melalui pelayanan ante natal,
perbaikan gizi, keluarga berencana. Pada RSU Dr Pirngadi Medan para para
pengambil keputusan dapat berkoordinasi dengan dinas kesehatan dalam pelaksanaan
pelatihan manajemen asfiksia neonatorum
Kata kunci : Asfiksia Neonatorum
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRACT
According to WHO 120 million babies are born in the world every year. Four
million babies are Stillbirth and the other 4 million babies died when they were 30
days old. As much 3,6 million (3%) of the 120 million newly born babies experience
asphyxia and almost 1 million of them died. As much 98% of this newborn mortality
occurs in the developing countries. Newborn mortality, know as the phenomenon 2/3,
is very apprehensive. The main causal factor of neonatal mortality is asphyxia (27%)
after Low Birth Weight (29%).
To find out the influence risk factor the incident of asphyxia neonatorum in
dr Pirngadi General Hospital Medan, a study with case control study design was
conducted to the samples of 204 mothers delivering their babies either with asphyxia
neonatorum (case group) or without asphyxia neonatorum (control group) in this
hospital within the period of January 1 to December 31, 2007.the data obtained were
analyzed through univariate, bivariate and multivariate analysis.
The result of this study shows that there is a significant influence between the
6 factors determining the incident of asphyxia neonatorum ini dr Pirngadi General
Hospital Medan with level of confidence of 95% such as parity (p=0,10),
hypertension (p = 0,019), anemia (p=0,000), pre-eclampsia (p=0,032), ante partum
hemorrhage (p=0,33), and low birth weight (0=0,000). The result of Logistic
Regression Analysis found that 3 factors with the most dominant effect of asphyxia
neonatorum namely anemia with the highest B expected of 6,196, followed by the lower
weight with B expected of 3,601, and the third order is rarity with B expected of 2,320.
To prevent the incident of asphyxia neonatorum, several interventions can be
done through approaching the risk which become the factor determining the incident
of asphyxia neonatorum. The health workers, especially midwives, should pay
attention to the nutrient status of pregnant mothers, providing extention/counseling
through antenatal services, improving nutrient status, family planning, and the
decision maker in dr Pirngadi General Hospital Medan can coordinate with the
officials of Health Sercive in the implementation of training on asphyxia neonatorum
management.
Key words : Asphyxia Neonatorum
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Gerakan
Nasional Kehamilan yang aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi
Pembangunan Kesehatan Masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010, sebagai bagian
dari program Safe Motherhood yang bertujuan melindungi hak reproduksi dan hak
asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian
yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (Depkes 2001)
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi
lahir di dunia, secara global 4 juta (33 per seribu) bayi lahir mati (Stillbirth) dan 4
juta (33 per seribu) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut). kirakira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami asphyxia neonatorum, hampir 1
juta (27,78%) bayi ini meninggal. Sebanyak 98 % dari kematian bayi terjadi di
Negara-negara yang sedang berkembang (Kosim, MS.2005)
Menurut Kokom,K 2003 berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan dunia
(WHO) memperlihatkan bahwa kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal
dengan fenomena 2/3. Fenomena itu terdiri dari ; 2/3 kematian bayi (berusia 0-1
tahun) terjadi pada umur kurang dari
satu bulan (Neonatal), 2/3 kematian
neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian
pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama kelahiran
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Dibandingkan negara-negara ASEAN, berdasarkan hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia ( SDKI) 2002 – 2003, Indonesia merupakan negara dengan
angka kematian bayi (AKB) tertinggi 35 per seribu kelahiran hidup, dimana
Singapura AKB
3 per 1000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 8 per
1000
kelahiran hidup, Malaysia 10 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000
kelahiran hidup dan Thailan 20 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2005)
Menurut Sujudi (2003) berdasarkan hasil SDKI 2002- 2003 menunjukkan
angka kematian bayi (AKB) 35 bayi per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian
Neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan dari hasil SDKI tahun 1997, AKB
adalah 46 per 1.000 kelahiran hidup. Dan angka kematian neonatal adalah 25 per
1000 kelahiran hidup. (Kompas, 2003)
Di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu
sebanyak 100.454 (21,80 per seribu) meninggal sebelum berusia sebulan (neonatal).
Itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari
meninggal setiap
hari, atau
atau sekitar 184 neonatal dini
setiap satu jam ada delapan bayi neonatal dini
meninggal. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini
saja.
Angka
kematian
bayi
berumur
kurang
dari
setahun
pun
masih
tinggi.(Komalasari,K. 2003)
Meskipun telah terjadi penurunan kematian bayi dan anak yang signifikan,
namun kematian bayi baru lahir masih tinggi hal ini mungkin erat kaitannya
dengan komplikasi obstetric dan status kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
dan
persalinan, sebab
sebanyak
kematian
neonatal
utama asphyxia neonatorum
27 %, setelah BBLR sebanyak 29 %. (Depkes RI 2005).
Sesuai dengan sasaran Departemen Kesehatan
RPJMN
2009 untuk
mencapai umur harapan hidup dari 66,2 menjadi 70,6 tahun dan menurunkan angka
kematian bayi dari 35 per 1000 menjadi 26 per 1000 dengan penyebab kematian
bayi baru lahir BBLR (29% ) diharapkan terjadinya penurunan kematian 20– 40 %
dan
kematian yang disebabkan oleh asphyxia neonatorum (27%) diharapkan
penurunan kematian 20 – 30 %, maka perlu diperhatikan status gizi ibu, kehangatan
pada bayi , adanya tenaga kesehatan yang terampil
dapat memberikan resusitasi
pada bayi dengan asphyxia neonatorum.
Menurut data-data di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2004 bayi
baru lahir berjumlah 184 orang meninggal 9 orang ( 4,89 %) 1 bayi meninggal
dengan asphyxia neonatorum. Tahun 2005 bayi baru lahir berjumlah 215 meninggal
9 orang ( 4,19 % ) dimana 1 bayi meninggal dengan asphyxia neonatorum.
Di Rumah Sakit Dr Pirngadi Medan. Tahun 2005 bayi baru lahir berjumlah
754 orang, 27 bayi (3,58% ) meninggal dan tahun 2006 dari jumlah kelahiran
1.185 bayi, bayi dengan asphyxia neonatorum 205 meninggal sebelum usia 7 hari
sejumlah 134 (11,31 %), dimana asphyxia neonatorum merupakan penyebab
kematian bayi yang terbanyak yaitu 108 bayi (81%) dan tahun 2007 angka kelahiran
757, bayi lahir dengan asfiksia neonatorum sebanyak 234 (30,31 %) dan meninggal
sebelum usia 7 hari sebanyak 59 ( 77,94 per seribu) dan bayi meninggal dengan
asphyxia neonatorum sebanyak 20 bayi (34 %).
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Berdasarkan data-data tersebut diatas, tingginya AKB yang disebabkan oleh
asphyxia neonatorum di rumah sakit DR Pirngadi Medan melebihi dari angka
kematian nasional (27 %), maka penulis ingin melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum di Rumah Sakit Dr
Pirngadi Medan tahun 2007
1.2 Perumusan Masalah
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum
pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi kota Medan tahun 2007
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan factor yang paling
dominant terjadinya asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit
Umum Dr Pirngadi Medan tahun 2007
1.4 Hipotesa Penelitian
1.4.1 Ada pengaruh faktor ibu hamil terhadap kejadian asphyxia neonatorum
a Ada pengaruh umur ibu < 20 tahun dan ≥ 35 tahun terhadap kejadian
asphyxia neonatorum
b Ada pengaruh ibu dengan paritas 1 dan paritas 4 atau lebih terhadap kejadian
asphyxia neonatorum
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
c
Ada pengaruh penyakit hipertensi yang diderita ibu terhadap kejadian
asphyxia neonatorum
d
Ada pengaruh preeklamsi yang diderita ibu terhadap kejadian asphyxia
neonatorum
e
Ada pengaruh Anemia yang diderita
ibu terhadap kejadian asphyxia
neonatorum
f Ada pengaruh penyakit Diabetes Melitus yang diderita ibu terhadap kejadian
asphyxia neonatorum
1.4.2 Ada pengaruh kondisi bayi terhadap kejadian asphyxia neonatorum
a Ada pengaruh bayi berat badan lahir rendah terhadap kejadian asphyxia
neonatorum
b Ada pengaruh kehamilan ganda terhadap kejadian asphyxia neonatorum
1.4.3 Ada pengaruh faktor persalinan terhadap kejadian asphyxia neonatorum
a Ada pengaruh persalinan dengan tindakan
terhadap kejadian asphyxia
neonatorum
b Ada pengaruh persalinan lama terhadap kejadian asphyxia neonatorum
c Ada pengaruh ketuban pecah dini terhadap kejadian asphyxia neonatorum
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Menambah pengetahuan dan pengalamam bagi penulis dalam penerapan ilmu
yang didapat selama pendidikan khususnya metotodologi penelitian
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
1.5.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi petugas
kesehatan dalam memahami faktor yang mempengaruhi terjadinya asphyxia
neonatorum. Dapat digunakan untuk menyusun strategi pencegahan dan
penanggulangannya
1.5.3 Dapat digunakan sebagai informasi/masukan dalam menyusun perencanaan
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi asphyxia neonatorum.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Persalinan dan Kelahiran Normal
Perasalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 – 24 jam , tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin ( Saifuddin, A.B, 2000)
2.2 Asphyxia Neonatorum
2.2.1 Pengertian
Kejadian asphyxia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. (Aminullah,A, 2005 )
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah lahir.
2.2.2 Faktor Pencetus
a Hipoksia janin penyebab terjadinya asphyxia neonatorum adalah adanya
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga berdampak
persediaan O2 menurun, mengakibatkan tingginya CO2. Gangguan ini dapat
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
berlangsung secara kronis akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan,
atau secara akut karena adanya komplikasi dalam persalinan.
b Gangguan kronis pada ibu hamil tersebut, bisa akibat gizi ibu yang buruk,
penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung dan lain-lain. Pada
akhir-akhir ini, asphyxia neonatorum disebabkan oleh adanya gangguan oksigenisasi
serta kekurangan
zat-zat makanan yang diperoleh akibat terganggunya fungsi
plasenta. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat akut dan hampir
selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin akan berakhir dengan asphyxia
neonatorum pada bayi baru lahir. Sedangkan faktor dari pihak ibu adanya gangguan
his seperti hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
hipertensi pada eklamsia, gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.
(Aminullah,A, 2005 )
c Faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat akibat tekanan
tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesi/analgetika yang diberikan
ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika,
atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. (Aminullah,A, 2005 )
2.2.3 Gangguan Homeostatis
Perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan
dan
persalinan akan mempengaruhi oksigenisasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat
mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi sel ini dapat ringan dan
sementara atau menetap, tergantung dari perubahan homeostatis yang terdapat pada
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya
anoksia atau hipoksia yang diderita dan mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi
system kardiovaskuler. (Aminullah,A, 2005 )
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadi Asphyxia Neonatorum
Toweil (1966) menggolongkan penyebab asphyxia neonatorum terdiri dari :
(Depkes. 1996)
1 Faktor ibu
a Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau
anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya.
b Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Umur ibu tidak sacara langsung berpengaruh terhadap kejadian asphyxia
neonatorum, namun
demikian telah lama diketahui bahwa umur berpengaruh
terhadap proses reproduksi. Umur yang dianggap optimal untuk kehamilan adalah
antara 20 sampai 30 tahun. Sedangkan dibawah atau diatas usia tersebut akan
meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan (Martaadisoebrata,1992),
sementara itu Towell (1966) menjelaskan penyebab asphyxia neonatorum pada bayi
yang tergolong pada foktor ibu antara usia kurang dari 20 tahun dan usia lebih dari
35 tahun ( Jumiarni,dkk,1993)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan dari organ –
organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin
dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ
reproduksi
belum
sempurna secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi
seorang ibu. Dalam penelitian Zakaria di RSUP M.Jamil Padang tahun 1999 (dikutip
oleh Ahmad) menemukan kejadian asphyxia neonatorum sebesar 36,4 % pada ibu
yang melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan 26,3 % pada ibu dengan usia
lebih dari 34 tahun. Hasil penelitian Ahmad di RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung
tahun 2000 menemukan bayi yang lahir dengan asphyxia neonatorum 1,309 kali
pada ibu umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
c Paritas.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai dengan
ketiga. Kehamilan pertama dan kehamilan setelah ketiga mempunyai risiko yang
meningkat. Grande multi para adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan
kehamilan kelima atu lebih. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit,
seperti kelainan letak, perdarahan ante partum, perdarahan post partum, dan lail-lain
(Martaadisoebrata,1992). Primipara perlu disangsikan , bahwa kekakuan jaringan
panggul yang belum
pernah menghadapi kehamilan akan banyak
menentukan
kelancaran proses kehamilan. Belum dicobakannya kemampuan panggul tersebut,
mengharuskan penilaian yang cermat dari keseimbangan ukuran panggul dan kepala
janin (Tjipta G, D, 2002)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Grande multipara kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah
berulang kali diregangkan kehamilan, membatasi kemampuannya berkerut untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Disamping itu dinding rahim dan perut
sudah kendor, kekenyalannya sudah kurang hingga kekuatan mendesak kebawah
tidak seberapa banyak pula dijumpai tidak cukupnya tenaga untuk mengeluarkan
janin, yang dikenal dengan sebutan merits uteri. Keadaan ini akan lebih buruk lagi
pada kasus dengan jarak kehamilan yang singkat.(Sastrawinata S, 1983) Menurut
Sujudi, jarak kelahiran anak merupakan kunci kelangsungan hidup anak. Tingkat
kematian anak dilahirkan dengan jarak kelahiran dua tahun tiga kali lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan jarak kelahiran lebih empat
tahun (Kompas 2003).
Hasil penelitian Ahmad di RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2000
menemukan kejadian asphyxia neonatorum 1,480 kali pada ibu yang melahirkan
dengan paritas primipara dan grandemultipara dari pada ibu dengan multipara
d Penyakit yang Diderita Ibu
Penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin ;
hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus
dan lain-lain (Wiknjosastro H.
.dkk,2005 )
Hipertensi adalah tekanan darah lebih tinggi dari tekanan darah normal yang
berlangsung dalam jangka waktu yang lama Hipertensi pada kehamilan merupakan
penyebab utama morbioditas dan mortalitas pada ibu dan fetus. Klasifikasi hipertensi
pada kehamilan menurut The Seven Report ofthe Joint National Committee on
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure ( JNC VII)
dibagi atas 5 kategori yaitu (Zen U, 2008) :
1 Hipertensi kronik yaitu tekanan darah sistolik 140/90 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≤ 90 mmHg sebelum kehamilan atau
sebelum 20 minggu gestasi,
menetap sampai 12 minggu atau lebih post partum
2 Preeklamsi tekanan darah sistolik 140/90 mmHg atau tekanan darah diastolik ≤ 90
mmHg dengan proteinuria (300 mg/24 jam) setelah 20 minggu gestasi. Dapat
berkembang menjadi eklamsi ( kejang). Sering pada wanita nullipara, multipel
gestasi, wanita dengan riwayat preeklamsi, wanita dengan riwayat penyakit ginjal.
3 Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi adanya proteinuria muncul
setelah 20 minggu protein naik tiba-tiba 2 – 3 kali lipat, tekanan darah meningkat
tiba-tiba peninggian SGOT atau SGPT
4 Gestasional hipertensi yaitu hipertensi tanpa proteinuria timbul setelah 20
minggu gestasi
5. Transien hipertensi diagnosa restrospektif, Tekanan darah normal dalam 12
minggu postpartum, dapat berulang pada kehamilan. (Zen U, 2008)
Hipertensi dalam kehamilan dapat menimbulkan berkurangnya aliran darah
pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan
juga ke janin (Mochtar, 2004)
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan
air. Perubahan pada organ ibu yang
mengalami
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
preeklamsia dan eklamsia yaitu terjadinya aliran darah menurun ke plasenta dan
menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin
karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preekslamsia dan eklamsia
sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga
terjadi partus prematurus dan asphyxia neonatorum (Tanjung M,T, 2004.)
2 Faktor Plasenta
Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari ibu dalam bentuk
O2, asam amino, vitamin, mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa
metabolisme janin dan CO2
Gangguan pertukaran gas di plasenta yang akan menyebabkan asfiksia janin.
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta,
asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta (plasenta previa), solusio plasenta dsb.(Manuaba IBG, 2002)
a Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Insidensi plasenta
previa adalah 0,4% - 0,6 % , perdarahan dari plasenta previa menyebabkan kira-kira
20 % dari semua kasus perdarahan ante partum. Tujuh puluh persen pasien dengan
plasenta previa mengalami perdarahan pervaginam yang tidak nyeri dalam trimester
ketiga, 20 persen mengalami kontraksi yang disertai dengan perdarahan, dan 10
persen
memiliki diagnosa plasenta previa yang dilakukan tidak sengaja dengan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
ultrasonografi atau pemeriksaan saat janin telah cukup bulan. Penyulit pada ibu dapat
menimbulkan anemia sampai syok sedangkan pada pada janin dapat menimbulkan
asphyxia neonatorum sampai kematian janin dalam rahim ( Manuaba IBG,2002)
b Solutio Plasenta
Solution plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku
pada
kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr
(Saifuddin AB, 2001)
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara
plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan pada ibu dan janin.
Penyulit terhadap janin tergantung luasnya plasenta yang lepas dapat menimbulkan
asphyxia neonatorum ringan sampai kemaatiann janin dalam rahim (Manuaba
IBG,2002)
3 Faktor Neonatus
a Prematur
Bayi premature adalah bayi lahir dari kehamilan antara 28 minggu – 36
minggu. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat-alat tubuh belum
berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin buruk.
Karena masih belum berfungsinya organ-organ
tubuh secara sempurna seperti
system pernafasan maka terjadilah asfiksia ( Depkes,RI, 2002)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
b Kehamilan ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
ganda dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi pertumbuhan
janin kehamilan ganda tergantung dari factor plasenta apakah menjadi satu atau
bagaimana lokalisasi implementasi plasentanya.
Memperhatikan kedua faktor
tersebut, mungkin terdapat jantung salah satu janin lebih kuat dari yang lainnya,
sehingga janin mempunyai jantung yang lemah
kurang menyebabkan
pertumbuhan
mendapat nutrisi dan O2 yang
terhambat, terjadilah asphyxia neonatorum
sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba IBG, 2002 )
c Gangguan Tali Pusat
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung,
melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll. (Wiknjosastro
H,.dkk,2005 )
4 Faktor Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari uterus melalui vagina kedunia luar ( Wiknjosastro.dkk, 2002 )
Menurut Manuaba,IBG.1998, persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan
sendiri. Bentuk persalinan yang dapat menimbulkan asphyxia neonatorum adalah;
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
a Persalinan buatan/persalinan anjuran .
Persalinan dengan tindakan dapat menimbulkan asphyxia neonatorum yang
disebabkan oleh Tekanan langsung pada kepala ; .menekan pusat-pusat vital pada
medula oblongata, aspirasi air ketuban, mekonium, cairan lambung dan perdarahan
atau odema jaringan pusat saraf pusat (Manuaba,IBG, 1998)
Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin akan menimbulkan
kontraksi otot rahim
yang berlebihan mengganggu sirkulasi darah sehingga
menimbulkan asphyxia janin.
b Partus Lama
Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama masih merupakan masalah di Indonesia
Persalinaan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila persalinan
berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun pada
bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.Insident partus lama
menurut penelitian adalah 2,8 % - 4,9% (Mochtar, 2004)
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis asphyxia neonatorum tidak hanya ditegakkan setelah bayi lahir,
tetapi juga dapat ditegakkan sewaktu janin masih berada dalam rahim. Hal ini sesuai
dengan kenyataan bahwa umumnya asphyxia neonatorum yang terjadi pada bayi
biasanya
merupakan
kelanjutan
dari
anoksia/hipoksia
janin.
Diagnosis
anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tandaEvi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian, ( Depkes RI 2002 )
a Denyut jantung janin
Frekuensi denyut jantung janin normal antara 120 dan 160 denyutan semenit,
selama his frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan
semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 per menit di luar his, dan lebihlebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik
elektrokardiograf janin digunakan untuk terus-menerus mengawasi keadaan denyut
jantung dalam persalinan.
b Mekonium dalam air ketuban
Mekonium
pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
c Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pHnya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun
sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.
Diagnosis gawat-janin sangat penting untuk dapat menyelamatkan dan dengan
demikian membatasi morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain itu kelahiran bayi
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asphyxia
neonatorum.
d Penilaian dengan menggunakan APGAR
Tabel 2.1 Diagnosa asphyxia neonatorum pada Bayi Baru Lahir Ditegakkan
dengan Menetapkan Nilai Apgar Neonatus yang Diperkenalkan
Dr.Virginia Apgar Pada Tahun 1953
Tanda
Frekuensi
Jantung
Usaha bernafas
Tonus otot
Refleks
Warna kulit
0
Tidak ada
Nilai
1
Kurang dari 100/ menit
Tidak ada
Lambat, tidak teratur,
menangis lemah
Lumpuh
Ekstremitas
fleksi
sedikit
Tidak ada Gerakan sedikit
Biru pucat Tubuh
kemerahan,
ekstremitas biru
2
Lebih dari 100/menit
Ku3at, baik, menangis
kuat
Gerakan aktif
Batuk atau bersin
Tubuhdan
ekstremitas
kemerahan
Berdasarkan penilaian APGAR dapat diketahui derajat vitalitas bayi adalah
kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat
esensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan
refleks-refleks primitif seperti mengisap dan mencari puting susu, salah satu
menetapkan derajat vitalitas bayi lahir dengan Nilai APGAR (IDAI,1998)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Tabel. 2.2 Derajat Vitalitas Bayi Lahir Menurut Nilai APGAR
Klasifikasi
A
Asfiksia Ringan
/ tanpa asfiksia
B
Asfiksia Sedang
Nilai
APGAR
7 – 10
4
-6
C
Asfiksia Berat
0–3
D
FresStillbirth
(Bayi lahir mati)
0
Derajat Vitalitas
Tangisan kuat disertai gerakan aktif
- Pernafasan tidak teratur, megap-megap, atau
tidak ada pernafasan
- Denyut jantung lebih dari 100 kali per menit
- Tidak ada pernafasan
- Denyut janatung 100 kali per menit atau
kurang
- Tidak ada pernafasan
- Tidak ada denyut jantung
Penilaian Status Klinik digunakan penilaian Apgar untuk
menentukan
keadaan bayi pada menit ke 1 dan ke 5 sesudah lahir. Nilai pada menit pertama
untuk menentukan seberapa jauh diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan
dengan keadaan asidosis dan kelangsungan hidup. Nilai pada menit kelima untuk
menilai prognosis neurologik ( Marjono AB, 1992 )
2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi baru lahir, langkah yang perlu dilakukan adalah
(Saifuddin, at all, 2001);
1 Membersihkan jalan nafas yang dimulai dari saat bayi keluar dari jalan lahir
dengan menggunakan kasa steril untuk membersihkan jalan nafas dari cairan
ketuban. Selanjutnya pembersihan jalan nafas dengan menggunakan pengisap
lendir setelah tali pusat dipotong. Bila cairan ketuban tidak bercampur dengan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
mekoneum pengisap lendir cukup dari mulut dan hidung saja, tetapi bila terdapat
mekoneum diperlukan pengisapan langsung dari trachea.
2 Pemotongan tali pusat dilakukan dengan menggunakan pisau atau gunting yang
steril atau desinfektan tingkat tinggi ( DTT). Periksa tali pusat setiap 15 menit
untuk mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan, jangan mengoleskan salep
apapun atau zat lain ke tampuk tali pusat. Hindari pembungkusan tali pusat.
Tampuk tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan puput lebih cepat
dengan komplikasi yang lebih sedikit.
3 Selanjutnya upaya mencegah kehilangan panas dengan cara meletakkan bayi
dibawah alat pemancar panas, dan mengeringkan bayi dari air ketuban serta
menyingkirkan kain pengering yang basah, kemudian melakukan penentuan apgar
skor untuk menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya dan merupakan
penilaian kondisi bayi saat baru lahir (menit 1 dan ke 5).
Nilai Apgar 1 dan 5 menit yang rendah merupakan
indikator
untuk
identifikasi kebutuhan bayi akan resusitasi ( Cunningham, et all, 1995 ). Apabila nilai
apgar ,< 7 (4– 6)
masih diperlukan penilaian tambahan yaitu setiap 5 menit sampai
20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih.
Nilai pada menit pertama berguna untuk menentukan seberapa jauh
diperlukan tindakan resusitasi. Nilai ini berkaitan dengan keadaan asidosis dan
kelangsungan hidup.
Nilai pada menit kelima berguna untuk menilai prognosis
neurologik
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
2.2.7 Manajemen Asphyxia Neonatorum
Penilaian
Bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap
Langkah awal (dilakukan dalam 30 detik):
1. Jaga bayi hangat
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4. Keringkan dan rangsang taktil
5 Reposisi
6. Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur ..?
Ya
Tidak
Ventilasi
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik
4. Penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur ?
Tidak
Ya
Lanjutkan ventilasi, hentikan tiap 30 detik
Penilaian apakah bayi menangis atau
bernafas spontan dan teratur ?
Tidak
Ya
Setelah ventilasi selama 2 menit tidak
berhasil, siapkan rujukan.
Asuhan Pasca Resusitasi
1. Jaga bayi agar tetap hangat
2. lakukan pemantauan
3. konseling
4. pencatatan
Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa
bernafas hentikan ventilasi setelah 20 menit
Konseling dukungan emosional
Pencatatan bayi meninggal
Gambar 1 Alur Manajemen asphyxia neonatorum (kosim,M.S, dkk 2005)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
2.2.8 Batasan dalam Penilaian Apgar
a. Resusitasi segera dimulai bila diperlukan, dan tidak menunggu sampai ada
penilaian pada menit pertama.
b. Keputusan perlu-tidaknya resusitasi maupun penilaian respon resusitasi cukup
dengan menggunakan evaluasi frekuensi jantung, aktifitas respirasi dan tonus
neuromuscular, dari pada dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat
waktu.
2.2.9
Strategi Menurunkan Angka Kejadian dan Kematian Bayi dengan
asphyxia neonatorum
Pada tahun 2000 pemerintah Indonesia telah mencanangkan
Making
pregnancy Safer yang merupakan strategi sektor kesehatan secara terfokus. Fokus
strategi Making pregnancy Safer adalah untuk meningkatkan kemampuan sistim
kesehatan dalam menjamin penyediaan dan pemantapan pelayanan kesehatan yang
diajukan untuk menanggulangi penyebab utama kematian dan kesakitan ibu dan bayi
baru lahir.
Dalam pelaksanaan
making pregnancy safer Pemerintah Indonesia akan
memanfaatkan pengalaman Safe motherhood dengan memfokuskan pada intervensi
utama disektor kesehatan dan kegiatan yang berbasis masyarakat. Penekanan pada
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
tepat dan efektif. Dalam pengembangan intervensi dan kegiatan masyarakat
dilakukan pendekatan perencanaan yang sistematis dan terintegrasi dengan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
mengutamakan pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, badan donor, sektor
swasta dan masyarakat ( DepkesR.I, 2001)
Untuk dapat mencapai tujuan dan target making pregnancy safer ada empat
strategi utama yang konsisten dengan rencanan Indonesia sehat 2010 yaitu : (Depkes
R.I, 2001)
a Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
berkualitas yang cost effektif dan berdasarkan bukti-bukti.
b Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor
dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber daya
yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan Making
pregnancy safer.
c Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan
untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir.
d. Mendorong keterliban masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan
pelayan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
2.3 Landasan Teori
Bayi asphyxia neonatorum disebabkan oleh banyak factor (multi factorial) seperti
terlihat pada bagan berikut ini (kosim,M.S, dkk 2005 )
Keadaan ibu
• Preeklampsia dan eklampsia
• Pendarahan abnormal (plasensta
previa atau solusio plasenta
• Partus lama atau partus macet
• Demam selama persalinan
• Infeksi berat ( malaria, sifilis,
TBC, HIV)
Kehamilan Post matur ( sesudah 42
minggu)
Keadaan tali pusat:
Keadaan bayi :
- Lilitan tali pusat
- Bayi premature
- Talipusat pendek
- Persalinan
sulit
- Simpul talipusat
(letaksunsang, bayi
- Prolapsus tali pusat
kembar,
distosia
bahu,ekstraksi
vakum, forcep)
Kejadian asphyxia neonatorum
( Bayi tidak menangis, tidak bernafas
spontan atau megap-megap )
Manajemen asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir :
- Keringkan bayi dan bebaskan jalan nafas ( resusitasi )
- Berikan ventilasi
- Asuhan pasca resusitasi
Hidup
Meninggal
Gambar 2 Kerangka Teori
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
2.4 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Ibu :
1. Umur ibu
2. Paritas
3. Penyakit Ibu
Bayi asphyxia neonatorum
Faktor bayi :
1. Prematur
2. Gemelli
Bayi non asphyxia
neonatorum
Faktor Persalinan
1. Bentuk persalinan
2. Persalinan lama
3. Ketuban Pecah Dini
Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat
analitik observasional dengan desain case
sebagai kasus
adalah
ibu yang melahirkan bayi dengan asphyxia
neonatorum dan kontrol
adalah
ibu yang melahirkan bayi
control,
tanpa asphyxia
neonatorum, data diperoleh dari catatan rekam medik berasal dari status pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Umum DR Pirngadi Medan tahun 2007, kemudian secara
retrospektif
diteliti factor resiko sehingga dapat menjelaskan faktor–faktor yang
mempengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Kota Medan (mulai
bulan Maret s/d April 2008 dengan kriteria tingginya
kematian bayi baru
dilahirkan yang disebabkan oleh asphyxia neonatorum pada tahun 2005 sebanyak
27 bayi (35,8‰) dan tahun 2006 sebanyak 108 bayi (113 ‰) dan tahun 2007
sebanyak 59 bayi (77 ‰ )
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi
dalam
penelitian
ini semua data ibu-ibu yang melahirkan
bayi dan dirawat di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan periode Januari
2007 sampai 31 Desember 2007, kasus sebanyak 234 dan kontrol sebanyak 523
3.3.2 Sampel
a Kelompok Kasus ; data Ibu yang melahirkan bayi asphyxia neonatorum di Rumah
Sakit Umum Dr Pirngadi Kota Medan periode
Januari
sampai dengan 31
Desember 2007.
Kriteria inklusi kasus dari data Ibu yang melahirkan bayi asphyxia neonatorum
dan dirawat di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan, sedangkan kriteria
eksklusi pada kasus data ibu yang melahirkan bayi asphyxia neonatorum dan
dirawat di RSU DR Pirngadi Medan dengan catatan medik yang tidak lengkap
b Kelompok kontrol : data ibu yang melahirkan bayi non asphyxia neonatorum dan
dirawat di Rumah sakit umum Dr Pirngadi Medan periode Januari sampai
Desember 2007
3.3.3 Besar Sampel
Besarnya
sampel
dapat
dihitung
dengan
menggunakan
rumus
:
(Lameshow,et.al,1997)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
n=
{ Z1 – α/2 √ [ 2Po2 (1-Po2)] + Z 1-β √ [Pot (1-P1) + Po2 (1-Po2)] }2
( Pot- Po2
Keterangan:
n = besar sample
Z1 = tingkat kepercayaan
Po2 = prevalensi kejadian asphyxia neonatorum
Pot = kelompok terpapar
Besarnya sampel ditentukan dengan memperkirakan proporsi populasi terpapar
dengan menggunakan rumus ( Lameshow,et.al,1997 )
(OR) Po2
(OR) P2 + ( 1 – P2 )
Pot =
Diperkirakan prevalensi kejadian asphyxia neonatorum 15 % ( P02 = 15 %) dan
dengan rasio odds sebesar 2,5 % ( OR = 2,5 ) Dengan demikian maka proporsi
kelompok terpapar pada kasus (Pot) dapat dihitung sebagai berikut
Pot =
2.5( 0,15 )
2.5 (0,15) + ( 1 – 0,15 )
Pot =
0,38
0.38 + 0,85
0,38
= 1.23
= 0.309
P0t = 0.31
Hasil perhitungan Pot didapat = 0,31, dengan interval kepercayaan 95 % (α = 0,05 )
pada tingkat kemaknaan 80 %, maka besar sampel
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
n=
n=
n=
n=
{ Z1 – α/2 √ [ 2Po2 (1-Po2)] + Z 1-β √ [Pot (1-P1) + Po2 (1-Po2)] }2
( Pot- Po2 )
{ 1,96 √ [ 2. 0,15 X 0, 85 + 1,28 √ [0,31 ( 0,69 ) + 0,15 ( 0,85 )] }2
( 0,31 – 0,15 )2
{ 1,96 √ [ 0,26 + 1,28 √ [0,21 + 0,13] 2
0.03
( 0.999 + 0.745 )
=
0.03
3.041
n=
= 102
0.03
Jumlah kasus dan kontrol adalah 204 orang, dengan perbandingan 1 : 1.
Pemilihan sampel dengan cara mengumpulkan data ibu yang melahirkan di RSU Dr
Pirngadi Kota Medan periode 1 Januari sampai 31 Desember 2007 (757 orang),
kemudian dipisahkan antara ibu yang melahirkan bayi dengan asphyxia neonatorum
(kasus) sebanyak 234
bayi
dan tidak asfiksia
523 orang (kontrol). Untuk
pengambilan sampel kasus dan kontrol dengan cara pencuplikan sistematis (Murti B,
2003) populasi kasus diberi nomer kepada setiap individu 001 – 234 dan kontrol 001
– 523, dilakukan dengan pelemparan coin keluar koin dengan nomer ganjil, maka
diambil dengan nomor urut 1, 3 dan seterusnya sedangkan untuk kontrol dengan
kelipatan 5 yaitu 1, 6, 11 dan seterusnya sampai didapatkan jumlah sampel yang
dibutuhkan ditambah 10 sampel ( 10 %) dari jumlah sampel yang dibutuhkan untuk
cadangan seandainya data yang diinginkan tidak lengkap.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
3.4 Metode Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari catatan rekam medik yang ada di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi
Kota Medan, alat pengumpulan data yaitu dummy table.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari catatan medik ibu
melahirkan
rawat inap sebanyak 204 status ibu (kasus dan kontrol), baik yang
melahirkan bayi dengan asphyxia neonatorum maupun Non asphyxia neonatorum.
Pengambilan data berdasarkan pencuplikan sistematis mulai bulan Januari sampai
dengan Desember 2007, dalam pengumpulan data penulis dibantu oleh petugas rekam
medik.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Dependen :
a Asphyxia Neonatorum
Adalah riwayat bayi baru lahir pada menit pertama dan menit kelima setelah
lahir gagal bernafas secara spontan dengan nilai APGAR ≤ 6 sesuai dengan diagnosa
dokter/bidan
b Bayi lahir Non Asphyxia Neonatorum
adalah bayi lahir dengan tangisan kuat, bernafas baik dan gerakan aktif
dengan nilai APGAR ≥ 7 berat badan lahir ≥ 2500 gram
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
3.5.2 Variabel Independen
a Umur adalah Usia ibu saat melahirkan bayi
pada tahun 2007 dikategorikan
berdasarkan kelompok usia risiko tinggi ibu melahirkan yaitu antara usia kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
b Paritas adalah Jumlah anak yang dilahirkan ibu baik hidup maupun mati, lahir
tunggal maupun kembar yang ditagorikan berdasarkan jumlah kehamilan ibu yang
beresiko yaitu paritas ≤ 1 dan ≥4
c Penyakit ibu adalah penyakit yang diderita ibu pada saat hamil
yang dapat
mempengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum, terdiri dari :
1 Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan atau
tekanan diastolic ≥ 15 mmHg
2 Anemia yaitu ibu hamil dengan kadar HB < 11 gr %
3 Preekslampsi: adalah
terjadinya
penurunan
aliran
darah
ke plasenta
mengakibatkan kurangnya nutrisi sehingga terjadi gawat janin yang ditandai
dengan adanya protein urin, tekanan darah diatas 140/90 mmHg
4 Perdarahan ante partum yaitu perdarahan pervagina pada kehamilan
28
minggu atau lebih yang beresiko terjadinya asphyxia neonatorum disebabkan
plasenta previa dan solutio plasenta sesuai dengan catatan pada status pasien
d BBL adalah Berat badan bayi baru lahir yang yang kategorikan berdasarkan
kelompok resiko terjadinya asphyxia neonatorum pada Bayi baru lahir yaitu bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram dengan umur kehamilan kurang atau
lebih dari 37 minggu berdasarkan catatan medik
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
e Gemeli adalah Bayi lahir lebih dari 1
f Faktor persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang mempunyai
resiko terjadinya asphyxia neonatorum terdiri dari :
1 Persalinan tindakan : adalah riwayat kelahiran bayi yang dibantu tenaga dari
luar seperti vacum ekstraksi, forcep dan bedah Caesar berdasarkan catatan yang
terdapat pada status pasien.
2 Partus lama adalah riwayat proses kelahiran bayi berlangsung lebih dari 24
jam untuk primi para dan lebih dari 18 jam untuk multipara berdasarkan
diagnosa dokter yang tercatat pada status pasien
3 Ketuban pecah dini yaitu suatu keadaan dimana selaput ketuban pacah
sebelum terjadinya persalinan yang disebabkan oleh kurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri sesuai dengan catatan pada
status pasien
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen menggunakan skala pengukuran nominal,
dimana pengukurannya dilakukan dengan membagi 2 kategori ya yaitu bayi dengan
asphyxia neonatorum dan tidak yaitu bayi tidak asphyxia neonatorum. Penilaian
kategori berdasarkan diagnosa dokter pada status pasien
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Independen
Pengukuran variabel independen menggunakan skala ordinal dan nominal,
dimana pengukurannya dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori 1 yang mempunyai
risiko dengan kejadian asphyxia neonatorum dan kategori 2
kelompok risiko kejadian asphyxia neonatorum.
yang tidak masuk
Penilaian kategori tersebut
berdasarkan catatan yang ada pada status pasien sesuai dengan variabel yang diteliti,
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Dependen dan Variabel Independen
Variabel
I. Variabel Dependen
asphyxia neonatorum
II. Variabel Independen
A. Faktor Ibu
1.Umur
2. Paritas
3. Penyakit ibu
a. Hipertensi
b. anemia
c. preekslamsi
d. perdarahan ante partum
Kategori
1. Ya
2. Tidak
1.< 20 th />.35 th
2. 20 – 35 th
1. ≤1 dan ≥ 4
2. 2-3
2. Gemeli
Nominal
Ordinal
Ordinal
1. Ya
2. Tidak
Nominal
1. Ya
2. Tidak
Nominal
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
B. Faktor Bayi
1. Berat badan lahir
Skala Pengukuran
1.
2.
BBLR
BB normal
1. Ya
2. Tidak
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Lanjutan tabel 3.1
C. Faktor Persalinan
1. Bentuk persalinan
2. Partus Lama
3.. Ketuban pecah dini
1.
2.
1.
2.
Tindakan
Normal
Ya
Tidak
1. Ya
2. Tidak
Nominal
Nominal
Nominal
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Daftar isian yang telah diisi pada saat pengumpulan data dicek tentang
kelengkapan data, dalam pengumpulan data tidak dijumpai kekurangan maka tidak
dilakukan pendataan ulang, kemudian diedit dan diberi kode sebelum dimasukkan
dalam komputer.
3.7.2 Analisis Data
a Analisis Univariat
Analisa univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau
besarnya proporsi menurut
berbagai karakteristik variable yang diteliti baik
untuk variable
bebas maupun variable terikat.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
b Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan test kemaknaan berupa test
X2 (chi square) dengan derajat kepercayaan 95 %. Hasil perhitungan statistik dapat
menunjukkan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti
yaitu dengan melihat nilai p, Bila dari hasil perhitungan statistik nilai p < 0,05 maka
hasil perhitungan statistik bermakna yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan
antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Selain itu dilakukan juga perhitungan Odd Rasio (OR) untuk melihat estimasi
risiko terjadinya outcome, sebagai pengaruh adanya variabel independen. Yang
dimaksud OR adalah suatu perbandingan pajanan diantara kelompok kasus terhadap
pajanan pada kelompok kontrol (Basuki 1999). Perubahan satu unit variabel
independen akan menyebabkan perubahan sebesar nilai OR pada variabel dependen.
Estimasi confidence interval (CI) untuk OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan
95%. Interpretasinya adalah sebagai berikut :
Bila OR > 1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya outcome.
Bila OR = 1 berarti bukan sebagai faktor resiko dengan kejadian
Bila OR < 1 berarti sebagai faktor proteksi atau pelindung
Tabel 3.2 Dasar Perhitungan Studi Kasus Kontrol
Faktor Resiko
Faktor Resiko ( + )
Faktor Resiko ( - )
Kasus
A
C
Kontrol
B
D
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Rasio odds = Ψ =
A/C
B/D
=
AD
BC
c Analisis Multivariat
Analisa ini diperlukan untuk melihat hubungan antara satu variabel dependen
dengan seluruh variabel independen, sehingga dapat diketahui variabel independen
yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian asphyxia neonatorum dengan
menggunakan uji Regressi Logistik .
Uji Regressi Logistik dilakukan melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan
nilai p < 0,05 pada setiap variabel independen yang berpengaruh terjadinya asphyxia
neonatorum. Analisis secara simultan dari beberapa variabel faktor terhadap suatu
hasil dapat dilakukan dengan metode regressi logistik dengan rumus:
Y = B0 + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + ………… Bi Xi
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Dr Pirngadi Kota Medan
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Kota Medan yang
berlokasi di jalan Prof Haji Muhamad Yamin SH No. 47 Medan., merupakan rumah
sakit milik ’’Pemerintah Kota Medan “ Propinsi Sumatera Utara dengan status
Rumah Sakit Swadana sejak 11 Februari 1998. RSU Dr Pirngadi Kota Medan adalah
Rumah Sakit Pendidikan dengan kualifikasi kelas B yang terakreditasi dasar tanggal
14 April 2000
4.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 30 Tahun 2002 tanggal
06 September 2002 dan Keputusan Walikota 55 Tahun 2002 tanggal 06 September
2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi, Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr Pirngadi
Kota Medan adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang
Kepala, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan
upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya
rujukan, sesuai dengan peraturan perunadang-undangan yang berlaku.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr Pirngadi Kota Medan mempunyai
fungsi, sebagai berikut :
1 Menyelenggarakan pelayanan medis
2 Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
3 Menyelenggarakan asuhan keperawatan
4 Menyelengkaragakan pelayanan rujuakn
5 Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6 Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
7 Mengelola administrasi dan keuangan.
8 Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya
9 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah
Organisasi dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang membawahi 5 (lima)
Kepala Bidang, 1 (satu) Sekretaris, 20 ( dua puluh ) Kepala Sub Bagian/Sub Bidang
serta 20 (dua Puluh) Ketua Staf Medis Fungsional (SMF) dan 18 (delapan belas)
Kepala Instalasi
4.3 Visi dan Misi
4.3.1 Visi
Visi merupakan cara pandang jauh ke depan (gambaran menantang) yang berisi Cita
dan Citra yang ingin diwujudkan Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan dan dengan kata lain menggambarkan hendak menjadi apa organisasi di masa
depan. Penetapan Visi mana Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Medan sangat penting sebagai penentu arah pelaksanaan tugas yang diemban oleh
seluruh jajaran pimpinan dan karyawan. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar dan
nilai-nilai yang dianut seluruh pegawai Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr.
Pirngadi Kota Medan, dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sekitarnya, dan
keselarasannya dengan Visi Negara Republik Indonesia dan Visi Pemerintah Kota
Medan.
Visi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah
terwujudnya: “Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota
Medan MANTAP TAHUN 2010” ( Mandiri, Tanggap dan Profesional )
Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a Mandiri dalam pendanaan & pelaksanaan Pelayanan Kepada Masyarakat.
b Tanggap terhadap Tuntutan Masyarakat, Perobahan Pola Penyakit dan Kemajuan
IPTEK di bidang Kesehatan.
c Professional dalam Pelaksanaan Pelayanan sesuai Standard dan Etika
4.3.2 Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban dan dilaksanakan , sesuai dengan mandat
yang diberikan kepada organisasi, agar tujuan organisasi tercapai dan visi yang telah
ditetapkan berhasil diwujudkan. Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal keberadaan Badan
Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, mengatahui peran dan programprogram serta hasil yang akan diperoleh dimasa akan datang.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Misi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah :
1
Meningkatnya upaya Pelayanan
Medik, Non Medik dan Perawatan secara
Profesional.
1
Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan
pengembangan Iptek.
2
Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se Sumatera Utara
3
Meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang berkualitas,
transparan dan Akuntabel.
MOTTO “ Aegroti Salus Lex Suprema “ (Kepentingan Penderita adalah yang utama)
NORMA , sebagai pedoman & batasan berprilaku dan bertindak dalam tugas dan
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seluruh staf & karyawan RSU
Dr. Pirngadi Medan akan melaksanakan sesuai Norma.
1
Iman dan Taqwa
2
Kemanusiaan dan Kepedulian
3
Ramah dan Berbudi Luhur
4
Disiplin dan Bertanggung jawab
5
Bersih dan Sehat
6
Setia dan Taat
7
Terampil dan berprestasi.
8
Kebersamaan dan persaudaraan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Fasilitas Pelayanan
Tabel 4.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pelayanan
Spesialis/Klinik
Perawatan Rawat
Inap
1. Anak
2. Bedah
3. Kebidana & Kandungan
4. Penyakit Dalam
5. Gigi & Mulut
6. Syaraf
7. THT
8. Mata
9. Paru
10. Kulit & Kelamin
11. Jantung
12. Bedah Tulang
13. Alergi
14. Klinik Ketergantungan
obat
15. Klinik Menopause
16. Jiwa
17. Bedah Laser
18. Bedah Syaraf
4.5
Hasil
Analisis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Univariat,
Pelayanan Penunjang
Kelas III
Kelas II
Kelas I
Kelas Utama
VIP
ICU
ICCU
Unit Stroke
1. Laboratorium Patologi
Klinik
2. Laboratorium Patologi
Anatomi
3. Radio Diagnostik
4. Radiotherapi
5. CT-Scan
6. USG
7. Endoskopi,ECG
8. Echocardiografi
9. Treadmil, EEG, EMG
10. TUR , laparoskopi
11. Konsultasi Gizi
12. Farmasi
13. Hemodialisa
14. Kamar Bedah
15. Bronchoscopy
16. Fisioterapy.
Bivariat
Multivariat
dan
Faktor
yang
Mempengaruhi Terjadi Asphyxia Neonatorum
4.5.1 Analisis Univariat
Gambaran
dari faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya asphyxia
neonatorum akan dijabarkan pada tabel 4.2
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Asphyxia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Kota Medan Tahun 2007
Faktor Penyebab Asfiksia
N
Kasus
%
Kontrol
N
%
A Faktor Ibu
1 Umur ( th )
< 20 dan > 35
20 – 35
Total
2 Paritas
1 dan > 3
2–3
Total
3 Hipertensi ibu hamil
Ya
Tidak
Total
4 Anemia
Ya
Tidak
Total
5 Pre eklampsi
Ya
Tidak
Total
6 Perdarahan ante partum
Ya
Tidak
Total
B Faktor Bayi
1 Berat Badan Bayi Lahir
BBLR
BBN
Total
2 Gemeli
Ya
Tidak
Total
37
65
102
36,27
63,73
100,00
31
71
102
30,39
69,61
100,00
69
33
102
67,65
32,35
100,00
45
57
102
44,12
55,88
100,00
16
86
102
15,69
84,31
100,00
5
97
102
4,90
95,10
100,00
24
78
102
23,53
76,47
100,00
3
99
102
2,94
97,06
100,00
15
87
102
14,71
85,29
100,00
5
97
102
4,90
95,10
100,00
10
92
102
9,80
90,20
100,00
2
100
102
1,96
98,04
100,00
31
71
102
30,39
69,61
100,00
8
94
102
7,84
92,16
100,00
1
101
102
0.98
99,02
100,00
0
102
102
0,00
100,00
100,00
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Lanjutan tabel 4.2
C Faktor persalinan
1 Bentuk persalinan
Partus dengan Tindakan
Partus Spontan
Total
2. Persalinan Lama
Ya
nTidak
Total
3. KPD
Ya
Tidak
Total
58
44
102
56,86
43,14
100,00
49
53
102
48,04
51,96
100,00
5
97
102
4,90
95,10
100
3
99
102
2,94
97,06
100
3
99
2,94
97,06
2
100
1,96
98,04
102
100,00
102
100,00
Gambaran umur responden dapat dilihat pada tabel 4.1. kelompok kasus dan
kelompok kontrol, umur responden 20 – 35 tahun lebih banyak dibandingkan umur
responden < 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu pada kelompok kasus sebanyak
65 orang ( 63, 73 %) dan pada kelompok kontrol dan 71 orang ( 69,61 % )
Sebaran Responden menurut jumlah anak ( paritas ) dapat dilihat pada tabel
4.1. paritas ibu dalam penelitian ini dibagi atas dua kelompok yaitu ibu dengan
paritas 1 dan > 3 serta ibu dengan paritas 2 – 3, hasil penelitian terlihat bahwa
jumlah responden yang mempunyai paritas 1 dan > 3 lebih besar dari paritas 2-3
yaitu 69 responden (67.65 % ) pada kelompok kasus dan 45 responden ( 44,12 % )
pada kelompok kontrol.
Berdasarkan
riwayat
hipertensi
menunjukkan bahwa adanya riwayat
hipertensi pada saat hamil pada kelompok kasus sebanyak 16 responden (15,69 % ),
sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 5 responden ( 4,90 % )
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Berdasarkan riwayat anemia menunjukkan bahwa pada kelompok kasus
Responden yang mengalami anemia sebayak 24 responden ( 23,53 % ) yaitu
responden yang memiliki Hb < 11 gr % dan pada kelompok kontrol sebanyak 3
responden ( 2,94% ) dengan Hb < 11 gr %.
Perdasarkan preeklamsia pada ibu hamil, responden yang mengalami
preeklampsia dan eklamsia saat hamil dan melahirkan
yang menimbulkan bayi
asphyxia neonatorum sebanyak 15 responden ( 14,71% ) dan pada kelompok kasus,
dan sebanyak 5 responden ( 4,90 % ) pada kelompok kontrol.
Ibu yang mengalami perdarahan ante partum dapat menimbulkan bayi
asphyxia neonatorum sebanyak 10 responden ( 9,80 % ) pada kelompok kasus dan 2
responden ( 1,96 % ) pada kelompok kontrol.
Berdasarkan Berat badan lahir yang menimbulkan asphyxia neonatorum
pada kelompok kasus sebanyak 31 responden ( 30,39 % ) mengalami berat badan
lahir rendah (premature ) dan pada kelompok kontrol sebanyak 8 responden ( 7,84
%) Dan berdasarkan bayi gemeli yang dapat menimbulkan bayi asphyxia neonatorum
hanya 1 ( satu ) responden (0,98%), sedangkan pada kontrol tidak dijumpai.
Berdasarkan riwayat persalinan menunjukkan bahwa kelompok kasus
mengalami persalinan dengan tindakan sebanyak 58 responden ( 56,86 % ) terjadinya
asphyxia neonatorum dan pada kelompok kontrol sebanyak 49 responden (48,04),
dan berdasarkan komplikasi dalam persalinan 5 responden (4,90 %) pada kelompok
kasus yang mengalami persalinan lama sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 3
responden ( 2,94 % ) dan Berdasarkan ketuban pecah dini tidak banyak dijumpai
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
hanya 3 responden (2,94%) pada kelompok kasus dan 2 ((1,96% ) pada kelompok
kontrol.
4.5.2 Analisis Bivariat
1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Bayi Asphyxia Neonatorum
Hubungan umur ibu dengan kejadian asphyxia neonatorum dapat dilihat pada
tabel 4.3. dari hasil penelitian didapatkan ibu dengan umur < 20 tahun dan lebih dari
35 tahun mempunyai peluang terjadinya asphyxia neonatorum sebesar 37 responden
(54,40 % ) sedangkan ibu dengan umur 20–35 tahun mempunyai peluang 65
(47,80%)
Uji statistik chi-Square diperoleh nilai X2 = 0.794b dan nilai p. value adalah
0.458 berarti nilai p value > 0,05 menunjukkan tidak adanya hubungan yang
bermakna proporsi bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu dengan
umur < 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dibandingkan ibu yang yang berumur 20 –
35 tahun. Adapun besarnya beda dapat dilihat dari nilai OR yang besarnya 1,304
(0.727 – 2.338), artinya risiko terjadinya asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir
pada ibu hamil dengan umur < 20 tahun dan lebih dari 35 tahun 1,304 kali lebih
besar dibandingkan ibu yang dengan umur 20 tahun – 35 tahun
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Terhadap Kejadian
Asphyxia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSU Dr Pirngadi
Kota Medan Tahun 2007
Umur
Kasus
Kontrol
P
OR
Value ( 95% CI)
N
%
N
%
< 20 th atau > 35 th
37
54.40 31
45.60
0.458
20 – 35 th
65
47.80 71
52.20
1,304(0.727-2.338 )
Total
102
50
102
50
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
2 Hubungan Paritas Ibu terhadap Kejadian AsphyxiaNneonatorum
Paritas ibu diduga berkaitan erat dengan kejadian asphyxia neonatorum. Hasil
penelitian dijumpai bahwa ibu dengan paritas 1 atau > 3 mempunyai peluang
terjadinya asfiksia Neonatorum sebesar 69 (60,5 % ), sedangkan ibu dengan paritas
2-3 orang mempunyai peluang terjadinya asphyxia neonatorum sebanyak 33 (36,7 %)
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 = 11.453 dan nilai p. value adalah
0,01 berarti nilai p value < 0,05 menunjukkan adanya hubungan bermakna proporsi
bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu dengan paritas 1 dan > dari 3
dibandingkan ibu yang memounyai paritas 2-3. Adapun besarnya beda dapat dilihat
dari nilai OR yang besarnya 2,648 (1.498-4.683), artinya risiko terjadinya asphyxia
neonatorum pada bayi baru lahir ibu dengan paritas 1 dan lebih dari 3
2,648 kali
lebih besar dibandingkan ibu yang mempunyai paritas 2-3
Tabel 4.4
Distribusi Paritas Ibu Terhadap Kejadian Asphyxia Neonatorum
pada Bayi Baru Lahir di RSU Dr Pirngadi Medan Tahun 2007
Paritas
1 dan ≥ 4
2–3
Total
Kasus
N
%
69
60,5
33
36,7
102
Kontrol
N
%
45
39,5
57
63,3
102
P
OR
Value
( 95% CI)
0.01
2,648
(1,498-4,683)
3 Hubungan Hipertensi Pada Ibu Hamil dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Hubungan
neonatorum dapat
Hipertensi yang diderita
dilihat
pada
tabel
4.5 dari
ibu dengan kejadian asphyxia
hasil
penelitian
didapatkan
bahwa ibu yang mengalami hipertensi pada saat hamil berisiko terjadi asphyxia
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
neonatorum sebesar 86,7 %, sedangkan ibu yang tidak mengalami hipertensi selama
kehamilan mempunyai resiko terjadinya asphyxia neonatorum 47,1 %. Dengan
demikian ibu yang menderita hipertensi lebih banyak mengalami bayi asphyxia
neonatorum dibandingkan ibu tidak mengalami hipertensi. pada saat hamil
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X 8,707 dan nilai P. value adalah
0,005 berarti nilai value < 0,05 menunjukkan hubungan bermakna antara proporsi
bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami hipertensi
dibandingkan ibu yang tidak mengalami hipertensi. Adapun besarnya beda dapat
dilihat dari nilai OR yang besarnya 7,303 (1.604-33.254), artinya risiko terjadinya
asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami hipertensi 7,303 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak mengalami hipertensi
Tabel 4.5 Distribusi Hipertensi pada Ibu Hamil terhadap Kejadian Asphyxia
Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSU Dr.Pirngadi Kota Medan
Tahun 2007
Hipertensi
1. Ya
2. Tidak
Total
Kasus
N
%
13
86,7
89
47,8
102
Kontrol
N
%
2
13,3
100
52,9
102
P Value
0,005
OR
( 95% CI)
7,303 (1.60433,254
4 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Hubungan penyakit Anemia yang diderita ibu dengan kejadian asphyxia
neonatorum dapat dilihat pada tabel 4.6. dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu
yang mengalami Anemia
pada saat hamil berisiko terjadi asphyxia neonatorum
sebesar 88,9 %, sedangkan ibu yang tidak mengalami Anemia selama kehamilan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
mempunyai resiko terjadinya asphyxia neonatorum 44.1%. Dengan demikian ibu
yang menderita anemia lebih banyak mengalami bayi asphyxia neonatorum
dibandingkan ibu tidak mengalami Anemia. pada saat hamil
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 = 18.825 dan nilai p. value adalah
0,00 berarti nilai p value < 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
proporsi
bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami
anemia dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia. Adapun besarnya beda
dapat dilihat dari nilai OR yang besarnya 10,154 ( 2.949-34.960), artinya risiko
terjadinya asphyxia neonatorum pada
ibu yang mengalami anemia 10,154 kali
dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia
Tabel 4.6 Distribusi Anemia terhadap Kejadian Asphyxia Neonatorum pada
Bayi Baru Lahir di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2007
Anemia
1. Ya
2. Tidak
Total
Kasus
N
%
24
88,9
78
44,1
102
Kontrol
N
%
3
11,1
99
55,9
102
P Value
0,000
OR
( 95% CI)
10,154 ( 2,94934,960 )
5 Hubungan Preeklampsia terhadap AsphyxiaNeonatorum
Hubungan
penyakit preeklampsia yang diderita
ibu dengan kejadian
asphyxia neonatorum dapat dilihat pada table 4.7 dari hasil penelitian didapatkan
bahwa ibu yang mengalami preeklampsia pada saat hamil berisiko terjadi asphyxia
neonatorum sebesar 75. %, sedangkan ibu yang tidak mengalami preeklampsia
selama kehamilan mempunyai resiko terjadinya asphyxia neonatorum 47.3 %.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Dengan demikian ibu yang menderita preeklampsia lebih tinggi mengalami bayi
asphyxia neonatorum dibandingkan ibu tidak mengalami preeklampsia pada saat
hamil
Uji statistik chi-Square diperoleh nilai X2 = 5,543 dan nilai p. value adalah
0,032 berarti nilai p value < 0,05 menunjukkan adanya hubungan bermakna proporsi
bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami preeklampsia
dibandingkan ibu yang tidak mengalami preeklampsia. Adapun besarnya beda dapat
dilihat dari nilai OR yang besarnya 3,345 ( 1.167-9.584 ), artinya risiko terjadinya
asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami preeklampsia 3,345 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak mengalami Preeklampsia
Tabel 4.7 Distribusi Penyakit Preeklampsia pada Ibu terhadap Kejadian
Asphyxia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSU Dr. Pirngadi
Kota Medan Tahun 2007
Preeklampsi
1. Ya
2. Tidak
Total
N
15
87
102
Kasus
%
75.
47.3
Kontrol
n
%
5
25
97
52.7
102
P
Value
0.032
OR
( 95% CI)
3.345 (1.1679.584)
6 Hubungan Perdarahan Ante Partum terhadap Asphyxia Neonatorum
Hubungan
penyakit perdarahan ante partum
yang diderita
ibu dengan
kejadian asphyxia neonatorum dapat dilihat pada table 4.8 dari hasil penelitian
didapatkan bahwa ibu yang mengalami perdarahan ante partum
pada saat hamil
berisiko terjadi asphyxia neonatorum sebesar 83.3. %, sedangkan ibu yang tidak
mengalami perdarahan ante partum selama kehamilan mempunyai resiko terjadinya
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
asphyxia neonatorum 47.9 %. Dengan demikian ibu yang menderita perdarahan ante
partum lebih tinggi mengalami bayi asphyxia neonatorum dibandingkan ibu tidak
mengalami perdarahan ante partum pada saat hamil
Uji statistic Chi-Square diperoleh nilai X2 = 5.667 dan nilai p. value adalah
0,033 berarti nilai p value < 0,05 menunjukkan adanya hubungan bermakna proporsi
bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami perdarahan
ante partum
dibandingkan
ibu yang tidak mengalami perdarahan ante partum
Adapun besarnya beda dapat dilihat dari nilai OR yang besarnya
5,435 (1,16-
25,462), artinya risiko terjadinya asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami
perdarahan ante partum 5,435 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak
mengalami perdarahan ante partum
Tabel 4.8 Distribusi Perdarahan Ante Partum terhadap Kejadian Asphyxia
Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2007
Perdarahan Ante
Partum
1. Ya
2. Tidak
Total
Kasus
N
%
10
83,3
92
47,9
102
Kontrol
N
%
2
16,7
100
52,1
102
P
Value
0,033
OR
( 95% CI)
5,435
(1,16-25,462 )
7 Hubungan BBLR terhadap Asphyxia Neonatorum
Keadaan Berat Badan Lahir Rendah
pada bayi baru lahir dengan kejadian
asphyxia neonatorum dapat dilihat pada tabel 4.9. dari hasil penelitian didapatkan
bahwa bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram berisiko terjadi
asphyxia neonatorum sebesar 79,5. %, sedangkan
berat badan bayi normal
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
mempunyai resiko terjadinya asphyxia neonatorum 20,5 %. Dengan demikian bayi
berat lahir rendah lebih banyak mengalami bayi asphyxia neonatorum dibandingkan
bayi lahir dengan berat badan normal
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 = 16.770 dan nilai p. value adalah
0,00 berarti nilai p value < 0,05 menunjukkan adanya hubungan bermakna proporsi
bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada bayi lahir dengan berat badan lahir
rendah dibandingkan dari bayi lahir dengan berat badan normal Adapun besarnya
beda dapat dilihat dari nilai OR yang besarnya 5,130 (2,223-11,837), artinya risiko
terjadinya asphyxia neonatorum pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah
5,130 kali lebih besar dibandingkan bayi lahir dengan berat badan normal
Tabel 4.9 Distribusi BBLR terhadap Kejadian Asphyxia Neonatorum pada
Bayi Baru Lahir di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2007
BBL
1. BBLR
2. BBN
Total
8
Kasus
N
%
31
79,5
71
43,0
102
Kontrol
N
%
8
20,5
94
57,0
102
P Value
0.00
OR
( 95% CI)
5,130
(2.223-11.837)
Hubungan Gemeli terhadap Asphyxia Neonatorum
Keadaan gemeli pada bayi baru lahir dengan kejadian asphyxia neonatorum
dapat dilihat pada tabel 4.10. dari hasil penelitian didapatkan bahwa bayi yang lahir
dengan gemeli risiko terjadi asphyxia neonatorum sebesar 100 %, sedangkan bayi
tidak gemeli mempunyai resiko terjadinya asphyxia neonatorum 0%. Dengan
demikian bayi
gemeli
lebih banyak mengalami bayi asphyxia neonatorum
dibandingkan bayi tidak gemeli
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 = 1.005b dan nilai p. value adalah
1,000 berarti nilai p value > 0,05 menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna
proporsi bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada bayi lahr dengan gemeli
dibandingkan dengan tidak gemeli Adapun besarnya beda dapat dilihat dari nilai OR
yang besarnya 0,498 (433 – 571), artinya risiko terjadinya asphyxia neonatorum
pada bayi yang lahir dengan gemeli 0,498 kali ( tak terhingga ) dibandingkan bayi
lahir dengan tidak gemeli
Tabel 4.10 Distribusi Gemeli terhadap Kejadian Asphyxia Neonatorum pada
Bayi Baru Lahir di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2007
Gemeli
1. Ya
2. Tidak
Total
Kasus
N
%
1
100
101
49,8
102
50
Kontrol
N
%
0
0
102
50,2
102
50
P Value
1,000
OR
( 95% CI)
0,498
( 433 – 571 )
9 Hubungan Persalinan Tindakan terhadap Asphyxia Neonatorum
Proses persalinan tindakan dengan kejadian asphyxia neonatorum dapat
dilihat pada tabel 4.11. dari hasil analisis didapatkan bahwa ibu yang melahirkan
dengan tindakan berisiko mengalami asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir
sebesar 54,2.%, sedangkan ibu yang melahirkan spontan mempunyai resiko
terjadinya asphyxia neonatorum 45,4 %. Dengan demikian ibu yang melahirkan
dengan tindakan lebih tinggi mengalami bayi asphyxia neonatorum dibandingkan ibu
yang melahirkan secara spontan
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 = 0.207 dan nilai p. value adalah
0,262 berarti nilai p value > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi bayi
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang melahirkan dengan tindakan
dibandingkan dengan ibu melahirkan secara spontan Adapun besarnya beda dapat
dilihat dari nilai OR yang besarnya 1.426 (0.821-2.475) artinya ibu yang melahirkan
dengan tindakan tidak sebagai faktor risiko terjadinya asphyxia neonatorum.
Tabel 4.11 Distribusi Persalinan Tindakan terhadap Kejadian Asphyxia
Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2007
Cara persalinan
1. Tindakan
2. spontan
Total
Kasus
N
%
58
54,2
44
45,4
102
Kontrol
N
%
53
54,6
49
45,8
102
P
Value
0,262
OR
( 95% CI)
1,426
(0,821-2,475)
10 Hubungan Persalinan Lama terhadap Asphyxia Neonatorum
Proses persalinan lama dengan kejadian asphyxia neonatorum dapat dilihat
pada tabel
4.12. dari hasil analisis
didapatkan bahwa ibu yang
mengalami
persalinan lama beresiko mengalami asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir
sebesar 62,5. %, sedangkan ibu yang tidak mengalami persalinan lama mempunyai
resiko terjadinya asphyxia neonatorum 49,5 %. Dengan demikian ibu yang
mengalami persalinan lama
lebih tinggi mengalami bayi asphyxia neonatorum
dibandingkan ibu yang tidak mengalami persalinan lama
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 = 0,520 dan nilai p. value adalah
0,721 berarti nilai p value > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi bayi
yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami persalinan lama
dengan ibu yang tidak mengalami persalinan lama Adapun besarnya beda dapat
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
dilihat dari nilai OR yang besarnya 1,701( 0,396-7,313) artinya persalinan lama pada
ibu tidak sebagai faktor risiko terjadinya asphyxia neonatorum
Tabel 4.12 Distribusi Persalinan Lama terhadap Kejadian Asphyxia Neonatorum
pada Bayi Baru lahir di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2007
Persalinan
lama
1. Ya
2. Tidak
Total
N
5
97
102
Kasus
%
62,5
49,5
Kontrol
N
%
3
37,5
99
50,5
102
P
Value
0,721
OR
( 95% CI)
1,701
( 0,396-7,313)
11 Hubungan Ketuban Pecah Dini terhadap Asphyxia Neonatorum
Hubungan
Ketuban Pecah Dini pada ibu melahirkan dengan kejadian
asphyxia neonatorum dapat dilihat pada tabel 4.13. dari hasil penelitian didapatkan
bahwa ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini pada saat hamil berisiko terjadi
asphyxia neonatorum sebesar 60. %, sedangkan ibu yang tidak mengalami Ketuban
Pecah Dini pada saat melahirkan mempunyai resiko terjadinya asphyxia neonatorum
40 %. Dengan demikian ibu yang mengalami Ketuban Pecah Dini lebih tinggi
mendapatkan bayi asphyxia neonatorum dibandingkan ibu tidak mengalami Ketuban
Pecah Dini pada saat melahirkan
Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 = 0.205 dan nilai p. value adalah
1.000 berarti nilai p value > 0,05 menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna
proporsi
bayi yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami
ketuban pecah dini dibandingkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini
Adapun besarnya beda dapat dilihat dari nilai OR yang besarnya 1.515 (0.248-9.264)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
artinya ibu yang mengalami ketuban pecah dini tidak sebagai faktor risiko terjadinya
asphyxia neonatorum
Tabel 4.13 Distribusi Ketuban Pecah Dini terhadap Kejadian Asphyxia
Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSU Dr. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2007
Ketuban Pecah
Dini
1. Ya
2. Tidak
Total
Kasus
n
%
3
60
99
49,7
102
Kontrol
N
%
2
40
100 50,3
102
P
Value
1.000
OR
( 95% CI)
1.515
(0.248-9.264)
4.5.3. Model Faktor Penentu Kejadian Asphyxia Neonatorum
Untuk memperoleh jawaban faktor mana yang berpengaruh dengan kejadian
asphyxia neonatorum maka perlu dilakukan analisis multivariate. Tahapan analisis
multivariate meliputi pemilihan variable kandidat multivariat,
pembuatan model, analisis Interaksi
1 Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat
Dalam penelitian ini ada 11 variabel yang diduga berpengaruh dengan
kejadian asphyxia neonatorum, yaitu ; umur, paritas, hipertensi, anemia, preeklamsia,
perdarahan ante partum, BBLR.Gemeli, Ketuban Pecah Dini, Persalianan dengan
Tindakan, Persalinan lama Untuk membuat model multivariat kesebelas variabel
tersebut terlebih dahulu
dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen
menurut Mickey dan Greenland (1989), variabel yang pada saat dilakukan uji G
(Rasio Log-Likelihood) memiliki P< 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
substansi dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat.
Hasil analisis bivariat antara variabel Independen dengan Variabel dependen
disajikan dalam tabel 4.14 berikut ini
Tabel 4.14 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Paritas, Hipertensi, Anemia,
Preeklamsia, Perdarahan Ante Partum,
dan BBLR dengan
Kejadian Asphyxia Neonatorum
No
1.
2
3.
4.
5.
6.
7
8.
9.
10
11.
Variabel
Umur
Paritas
Hipertensi
Anemia
Pre eklampsia
Perdarahan Ante Partum
Ketuban Pecah Dini
BBLR
Gemeli
Persalinan dengan tindakan
Persalinan lama
Log-Likelihood
282,009
271,235
273,149
261,714
277,028
276,649
282,598
265,102
281,424
281,210
282,278
G
0,795
11,569
9,655
2,090
5,776
6,155
0,206
17,702
1,380
1,594
0,526
P. Value
0,373
0,001
0,002
0,000
0,016
0,013
0,650
0,000
0,240
0,207
0,468
Dari tabel diatas ternyata ada delapan variabel yang p valuenya < 0,25 yaitu
paritas, hipertensi, anemia, pre eklampsi, perdarahan ante partum, BBLR, Gemeli,
Persalinan dengan tindakan, serdangkan tiga variabel yaitu umur, ketuban pecah dini
dan persalinan lama yang p valuenya > 0,25, Dengan demikian variabel yang terus
masuk ke model multivariat
adalah
paritas, hipertensi, anemia, pre eklampsi,
perdarahan ante partum, BBLR, Gemeli, Persalinan dengan tindakan
2 Pembuatan Model Faktor Penentu Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Asphyxia Neonatorum dengan Analisis Multivariat
Analisis multivariate bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam
menentukan determinan faktor yang mempengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat di cobakan secara bersama-sama.
Model terbaik akan mempertimbangkan dua penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio
log-likelihood ( ≤ 0,05) dan nilai signifikansi p wald (p ≤ 0,05 ). Pemilihan model
dilakukan secara hirarki dengan cara semua variable Independen ( yang telah lulus
sensor) dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang p-waldnya tidak
signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari nilai p-wald yang
terbesar.
Hasil analisis model pertama hubungan kedelapan variabel independen yang
meliputi paritas, hipertensi, anemia, pre eklampsi, perdarahan ante partum, BBLR,
Gemeli, Persalinan dengan tindakan dengan kejadian asphyxia neonatorum, seperti
ditunjukkan pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistic antara Paritas, Hipertensi
Anemia, Preeklampsi, Perdarahan Ante Partum, BBLR, Gemeli,
Persalinan Tindakan dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Variabel
Paritas
Hipertensi
B
0,968
6,753
SE
0,323
16,054
Wald
8,857
0,177
Sig
0,003
0,674
B.Exp
2,632
856,565
Anemia
Pre eklampsia
Perdarahan
Ante Partum
BBLR
Gemeli
1,373
0,683
0,713
0,708
0,798
0,930
3,755
0,733
0,588
0,053
0,392
0,443
3,946
0,505
2,041
1,133
7,561
0,495
60,439
5,236
0,016
0,022
0,900
3,106
1921,646
95 % CI
1,392 – 4,980
0,000 –
4,OE+16
0,984 – 15,820
0,106 – 2,414
0,330 – 12,633
1,177 – 8,198
0,000 –
5,36E+54
0,891 – 3,252
Persalinan
5,32
0,330
2,592
0,107
1,702
dengan
tindakan
Constant
-1.205
.328
13.56
-2 Log Likelihood = 236.311
G = 46.493
P value = 0.000
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Dari tabel 4.15. terlihat bahwa signifikant log-likelihood < 0,05 (p=0,000).
Namun secara signifikan p valuenya > 0,05 yaitu hipertensi, preeklampsi, perdarahan
ante partum, gemeli, persalinan dengan tindakan. Dengan demikian perlu dilakukan
pengeluaran variabel dari model. Pengeluaran variabel dilakuakan secara bertahap
satu persatu dimulai dari variabel yang p valuenya tertinggi. Untuk hasil diatas
terlihat bahwa variabel gemeli mempunyai p value yang terbesar, sehingga proses
model selanjutnya dengan tidak mengikuti variabel gemeli, Hasil model tanpa model
variabel gemeli terlihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.16 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistic antara paritas, hipertensi,
Anemia, Preeklampsi, Perdarahan Ante Partum, BBLR, Persalinan
Tindakan dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Variable
Paritas
B
0,955
SE
0,325
Wald
8,647
Sig
0,003
B.Exp
2,600
Hipertensi
6,751
16,023
0,178
0,674
855,217
Anemia
1,354
0,709
3,640
0,056
3,871
Pre eklampsia
0,702
0,805
0,760
0,383
0,496
Perdarahan
Ante Partum
BBLR
0,941
0,904
1,084
0,298
2,564
1,163
0,496
5,486
0,019
3,199
Persalinan
0,504
0,327
2,367 0,124
dengan
tindakan
-2 Log Likelihood = 237.062
G = 45.742
1,655
95 % CI
1,375
4,915
0,000
3,7E+16
0,964
15,550
0,102
2,401
0,436
15,086
1,209
8,464
0,871
3,144
–
–
–
–
–
–
–
P value = 0.000
Dari hasil tabel 4.16. terlihat bahwa signifikant log-likelihood < 0,05 (p=0.000).
Namun secara signifikan p valuenya > 0.05 yaitu hipertensi, preeklampsi, perdarahan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
ante partum, persalinan dengan tindakan. Variabel tersebut dikeluarkan dari model.
sehingga proses model selanjutnya dengan tidak mengikuti variabel p value >0,5,
Hasil model tanpa model variabel hipertensi preeklampsi, perdarahan ante partum,
persalinan dengan tindakan.terlihat pada tabel 4.17
Tabel 4.17 Hasil Analisis Multivariate Regresi Logistic Antara Paritas, Anemia,
BBLR, dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Variable
B
S.E
Paritas
0,841
0,309
Anemia
1,824
0,658
BBLR
1,281
0,457
Constant
-963
.242
-2 Log Likelihood =245,369
Wald
Sig
7,415
0,006
7,687
0,006
7,843 0,005
12.760
G = 37,435
Exp(B)
2,320
6,196
3,601
95 % CI
1,266 – 4,251
1,707 – 22,493
1,469 – 8,827
P value = 0,000
Hasil analisis diatas ternyata semua variabel model ini mempunyai p value
(sig) dibawah 0,05 berarti
variabel paritas, variabel anemia dan variabel BBLR
berpengaruh secara signifikan dengan kejadian asphyxia neonatorum dan merupakan
model akhir factor penentu kejadian asphyxia neonatorum. Dari analisis ini dapat
disimpulkan bahwa dari 3 variabel yang masuk kedalam multivariate ternyata
variabel yang paling dominan berpengaruh dengan kejadian asphyxia neonatorum
adalah variabel anemia dimana nilan B Expectednya paling besar ( 6,196) urutan
kedua adalah BBLR (3,601) dan urutan ketiga adalah Paritas (2,320)
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
BAB 5
PEMBAHASAN
Angka kejadian (prevalensi) asphyxia neonatorum di RSU Dr Pirngadi Kota
Medan tahun 2007 sebesar
33.10 % angka ini melebihi prevalensi
asphyxia
neonatorum di Indonesia (27 % ). Hal ini perlu mendapat perhatian dari Rumah Sakit
Dr Pirngadi Kota Medan, khususnya bagi tenaga kesehatan
dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara memberikan pendidikan
kesehatan kepada ibu-ibu untuk mencegah terjadinya asfiksia noenatorum.
5.1 Pengaruh Umur Ibu dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Bila dilihat dari uji statistik nilai p value 0.458 ( >0,05), berarti secara
statistik tidak ada pengaruh yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian
asphyxia neonatorum, dengan demikian dalam penelitian
ini usia
ibu tidak
mempengaruhi kejadian asphyxia neonatorum. Hal ini tidak sesuai dengan hasil-hasil
penelitian atau teori terdahulu yang menyatakan bahwa usia ibu melahir
mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Zakaria (1999) yang dikutip oleh Ahmad menemukan
bahwa usia ibu kurang 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai hubungan
dengan kejadian asphyxia neonatorum
Hal ini mungkin sudah dipahaminya tentang usia reproduksi sehat pada
wanita usia 20 tahun – 35 tahun sehingga sudah jarang dijumpai ibu yang melahirkan
dibawah usia 20 tahun. Disamping itu perempuan sekarang lebih aktif bekerja untuk
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
memenuhi kebutuhan keluarga sehingga usia untuk melahirkanpun sudah dibatasi
menjadi lebih pendek, dimana pada penelitian ini jarang dijumpai ibu yang
melahirkan diatas 35 tahun.
5.2 Pengaruh Paritas dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan analisis bivariat dan multivariat didapatkan hasil Chi Square
p value 0,01 (<0,05) berarti adanya pengaruh yang signifikan antara paritas dengan
kejadian asphyxia neonatorum, penelitian ini berbeda dengan penelitian Ahmad dan
sesuai dengan penelitian Zakaria yang menemukan adanya hubungan antara
paritas dengan kejadian asfiksia. Menurut Sujudi, jarak kelahiran anak merupakan
kunci kelangsungan hidup anak.
Hasil analisis uji regresi logistic menunjukkan OR 2,648 berarti resiko
terjadinya asphyxia neonatorum pada responden dengan paritas 1 dan ≥ 4 sebesar
2,320 kali lebih besar dibanding responden dengan paritas 2 – 3. Kehamilan dan
persalinan yang dianggap aman adalah paritas 2 dan 3. Kehamilan dan persalinan
yang mempunyai resiko adalah anak pertama dan persalinan anak keempat atau lebih
karena
pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau cervik yang kaku
memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan
sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran
daya lentur
(elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga
nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut sudah
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
kendor, kekenyalan sudah kurang hingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa
sehingga dapat memperpanjang proses persalinan ( Sastrawinata S, 1983).
5.3 Pengaruh Hipertensi dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Dari hasil analisa data tabel 4.4. adanya pengaruh yang signifikan antara
penyakit hipertensi yang dialami saat hamil dengan kejadian asphyxia neonatorum.
Hasil Uji statistic chi-Square diperoleh nilai X2 8.707 dan nilai P. value nilai
p value < 0,05 menunjukkan hubungan bermakna antara proporsi
bayi yang
mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami hipertensi dibandingkan
ibu yang tidak mengalami hipertensi. Adapun besarnya beda dapat dilihat dari nilai
OR yang besarnya 7.303
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan Wiknjosastro ( 1999 ), penyakit
hipertensi yang diderita akan mempengaruhi janin karena dengan meningkatnya
tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya hambatan pada pembuluh darah perifer.
akan mengakibatkan sirkulasi utero-plasenta kurang baik, keadaan ini menimbulkan
gangguan lebih berat terhadap insufisiensi plasenta dan berpengaruh pada gangguan
pertumbuhan janin, gangguan pernafasan ( Zein, U, 2008).
5.4 Pengaruh Anemia dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan
tabel 4.5 menunjukkan faktor ibu hamil menurut anamia
pada kelompok kasus sebanyak 24 responden ( 88,9 % ) dan pada kelompok kontrol
sebanyak 3 responden (11,1%) Dari hasil uji statistik Chi Square didapatkan X2 =
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
18.825 dan nilai p. value adalah 0,00 berarti nilai p value < 0,05 yaitu adanya
hubungan yang signifikan
anemia pada ibu hamil dengan kejadian asphyxia
neonatorum, nilai OR = 10.154, artinya kejadian asphyxia neonatorum pada bayi
baru lahir 10.154 kali pada ibu yang anemia dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia. Penelitian sesuai dengan teori terdahulu yang menyatakan anemia yang
dialami ibu pada saat hamil akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya.
Anemia dalam kehamilan cukup tinggi berkisar antara 10 % dan 20 % karena
defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia
maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi dinegara-negara sedang
berkembang
Angka SKRT 1995 menunjukkan
bahwa sebagian ibu hamil di
Indonesia menderita anemia. Menurut hasil susenas 2001 angka anemia ibu hamil 42
% dan 24 % ibu hamil menderita kurang energi protein (KEP).
Anemia pada ibu hamil dapat didefenisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb
berada dibawah normal (11 gr %) Akibat Anemia dapat menimbulkan hipoksia dan
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran
oksigen ke plasenta dan juga ke janin menimbulkan gangguan pada pernafasan bayi.
5.5 Pengaruh Preeklampsia terhadap Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapat hasil Chi Square p value 0.032
(<0,05) yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara preeklamsia/eklamsia
dengan kejadiaan asphyxia neonatorum.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Hasil analisis uji regresi logistic menunjukkan nilai OR 3.345 (1.167-9.584 )
berarti risiko terjadinya asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami
preeklamsia/eklamsia dapat menimbulkan bayi asphyxia neonatorum sebesar 3.345
kali lebih besar dari ibu yang tidak mengalami preeklamsia/eklamsia.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian dan teori terdahulu yang menyatakan
preeklamsia pada ibu hamil
akan mempengaruhi janin yang dikandungnya.
Preeklamsia/eklamsia pada ibu hamil mempunyai pengaruh langsung terhadap
kualitas janin diperkirakan terjadi spasme pembuluh darah uterus dan plasenta yang
mengakibatkan janin kekurangan nutrisi sehngga terjadilah retardasi pertumbuhan
janin, hipoksia janin, sampai kematian janin. Resiko terjadinya asphyxia neonatorum
pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia
terutama
disebabkan
oleh gangguan
pertumbuhan janin dan hipoksia
5.6 Pengaruh Perdarahan Ante Partum dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan analisis bivariat didapat hasil Chi-Square diperoleh nilai X2 =
5.667 dan nilai p. value adalah 0,033 berarti nilai p value < 0,05 menunjukkan adanya
pengaruh
signifikan
perdarahan ante partum
dengan kejadian asphyxia
neonatorum, Penelitian ini sesuai dengan teori dan hasil penelitian yang dilakukan
Zakaria
(1999)
dalam penelitiannya menemukan
81,6 % kejadian asphyxia
neonatorum akibat dari perdarahan ante partum yang disebabkan plasenta previa dan
solutio plasenta, Pada study ini juga didapatkan hasil bahwa resiko asphyxia
neonatorum pada bayi baru lahir dengan perdarahan ante partum dengan nilai OR =
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
5.435 (1.16-25.462), artinya risiko terjadinya asphyxia neonatorum pada ibu yang
mengalami perdarahan ante partum 5.435 kali dibandingkan ibu yang tidak
mengalami perdarahan ante partum.
Perdarahan ante partum dapat disebabkan plasenta previa dan solution
plasenta, yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara otomatis
menyebabkan
penurunan PO2 turunnya
PO2 terjadi
perubahan metabolisme
sehingga pembakaran glukosa tidak sempurna dan meninggalkan hasil akhir asam
laktat dan asam piruvat. Timbunan asam laktat dan asam piruvat ini tidak dapat
dikeluarkan melalui plasenta menyebabkan turunnya pH darah janin sampai 7,20 –
7,15. Perdarahan yang mengganggu sirkulasi retroplasenter yang menimbulkan
asphyxia intrauterine ( Manuaba IAC. 2008)
5.7 Pengaruh BBLR terhadap Asphyxia Neonatorum
Hasil analisis
bivariat didapat hasil Chi-Square Berat Badan Lahir
Rendah pada bayi baru lahir dengan kejadian asphyxia neonatorum, diperoleh nilai
X2 = 16.770 dan nilai p. value 0,00 ( p value < 0,05) berarti terdapat pengaruh yang
signifikan antara BBLR dengan kejadian asphyxia neonatorum
Hasil uji regresi logistic menunjukkan OR 5,130 artinya resiko terjadinya
asphyxia neonatorum pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah 5,130
kali dibandingkan bayi lahir dengan berat badan normal. Penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Ahmad
yang menemukan tidak ada pengaruh
BBLR dengan kejadian asphyxia neonatorum. Dan sesuai dengan teori yang
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
terdahulu adanya pengaruhi berat badan lahir rendah dengan kejadian asphyxia
neonatorum
Berat badan bayi mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas bayi, berat
badan lahir rendah ( BBLR ) adalah berat bayi kurang dari 2500 gram, BBLR bisa
terjadi premature dan dismatur. Bayi premature organ-organ tubuh belum sempurna
sehingga mudah terjadi gangguan pernafasan dan asphyxia neonatorum. Dismatur
disebabkan oligohidramion, amnion kental, mekonium diaspirasi oleh janin.
5.8 Pengaruh Gemeli dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapat hasil Chi Square p value 1,000
(>0,05) yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gemeli dengan
kejadian asphyxia neonatorum. Hal ini tidak sejalan dengan apa yang dikatakan
Toweil (1996) bahwa bayi lahir gemeli atau bayi lahir kembar akan mengalami
asphyxia neonatorum. Pada penelitian ini penulis menemukan 1 bayi gemeli dengan
kejadian asphyxia neonatorum sehingga tidak ditemukan pengaruh yang signifikan
antara gemeli dengan kejadian asphyxia neonatorum.
5.9 Pengaruh Persalinan Tindakan dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan analisis bivariat risiko terjadinya asphyxia neonatorum pada
persalinan dengan tindakan sebesar 54,2 %, dan ibu yang melahirkan secara spontan
berisiko terjadinya asphyxia neonatorum sebesar 45,4 % dari hasil chi-Square
didaptakan pvalue adalah 0,262 ( > 0,05) yang berarti tidak terdapat pengaruh yang
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
signifikan antara persalinan tindakan yang dialami ibu dengan kejadian asphyxia
neonatorum pada bayi baru lahir. Dengan demikian dalam penelitian ini persalinan
dengan tindakan tidak mempengaruhi kejadian asphyxia neonatorum. Hal ini tidak
sesuai dengan hasil-hasil penelitian atau teori terdahulu yang menyatakan bahwa
persalinan tindakan
mempengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum. Ahmad
melaporkan persalinan dengan tindakan 9,635 kali terpajan persalinan tindakan
dibandingkan dengan ibu melahirkan secara normal. Persalinan tindakan biasanya
dilakukan pada kasus persalinan lama. Dari hubungan persalinan lama dengan terjadi
asphyxia neonatorum sebesar 1,701 kali dengan p. value adalah 0,721
Hal ini mungkin karena adanya upaya-upaya untuk pencegahan asphyxia
neonatorum pada bayi baru lahir dengan mengurangi tekanan langsung pada kepala
;.menekan pusat-pusat vital pada medula oblongata, aspirasi air ketuban, mekonium,
cairan lambung dan perdarahan atau odema jaringan pusat saraf pusat dengan
melakukan tindakan pembedahan. Dalam penelitian ini dijumpai tindakan
pembedahan lebih banyak dilakukan dibandingkan dengan ekstraksi vakum dimana
pada pembedahan tidak memberikan anaestesi umum (anaestesi local) yang dapat
mempengaruhi pusat pernafasan pada bayi. Terjadinya asphyxia neonatorum pada
dengan tindakan pembedahan akibat dari faktor lain seperti perdarahan ante partum,
hipertensi dan preeklamsi, sedangkan pada kontrol dilakukan persalinan tindakan
atas indikasi panggul sempit, operasi yang berulang.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
5.10 Pengaruh Persalinan Lama terhadap Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan analisis Bivariat didapatkan hasil chi-Square p. value adalah
0,721 berarti nilai p value > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi bayi
yang mengalami asphyxia neonatorum pada ibu yang mengalami persalinan lama
dengan ibu yang tidak mengalami persalinan lama. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang dikemukanan Toweil (1966) dan (kosim,M.S, dkk 2005) dan juga penelitian ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilaporkan Ahmad (2000) bahwa ibu yang
mengalami persalinan lama 8,364 kali terjadi asphyxia neonatorum
Hal ini dimungkinkan karena adanya motto bahwa “ seorang parturien tidak
boleh melihat matahari terbit dua kali,’ artinya persalinan harus dapat diselesaikan
dalam waktu 24 jam. mungkin sudah diterapkan pemantauan persalinan dengan
menggunakan partograf dapat cepat dalam pengambilan keputusan Sehingga pasien
dapat dilakukan persalinan dengan tindakan. Dan sudah adanya pemahaman dari
pasien bahwa Melahirkan secara pembedahan bukan lagi hal yang menakutkan.
5.11 Pengaruh Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asphyxia Neonatorum
Berdasarkan analisis bivariat didapat hasil chi square p value 1,000 (>0,05)
berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ketuban pecah dini dengan
kejadian asphyxia neonatorum. Ketuban pecah dini akan menyebabkan kelahiran
bayi asphyxia neonatorum bila disertai dengan penyulit lainnya. Sementara pada
penelitian ini penulis tidak melihat pengaruh ketuban pecah dini dengan faktor
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
penyulit
lainnya sehingga tidak ditemukan
pengaruh
yang signifikan
antara
ketuban pecah dini dengan kejadian asphyxia neonatorum.
5.12. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari beberapa catatan medik
rawat inap ibu melahirkan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan periode 1
Januari – 31 Desember Tahun 2007, dan dari catatan rekam medik bayi yang lahir
dengan asphyxia neonatorum (Apgar Skor ≤ 6) dan bayi yang lahir tidak asphyxia
neonatorum (Apgar Skor ≥ 7 – 10) didapat dari catatan ibu. Oleh karena itu variabel
yang diteliti terbatas pada variabel yang tersedia sesuai data pada catatan rekam
medik di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil
beberapa kesimpulan mengenai faktor penyebab terjadinya asphyxia neonatorum di
RSU DR Pirngadi Medan Tahun 2007
Dari 11 variabel yang diteliti merupakan factor penyebab terjadinya asphyxia
neonatorum Setelah dianalisis secara bivariat variabel yang berhubungan secara
signifikan
hanya 6 variabel
yaitu
paritas ibu,
penyakit hipertensi, Anemia,
Preeklamsi, perdarahan ante partum, berat badan lahir rendah.
Setelah dilakukan uji multivariat didapat 3 variabel faktor penentu yang
merupakan model akhir dan secara statistik mempunyai pengaruh yang sangat
dominan dengan kejadian asphyxia neonatorum di RSU DR. Pirngadi Kota Medan
yaitu variabel anemia, BBLR dan Paritas
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas faktor yang sangat dominan berpengaruh
terjadinya asphyxia neonatorum yaitu anemia, BBLR dan paritas,
Untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil diharapkan pada petugas
kesehatan terutama bidan yang bertugas di puskesmas atau praktek swasta untuk
melakukan pemeriksaan Hb secara rutin pada ibu hamil agar cepat terdeteksi ibu
hamil dengan anemia dan memberikan penyuluhan/konseling tentang pencegahan
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
anemia gizi besi terhadap wanita usia subur dan ibu hamil meliputi makanan 4 sehat
5 sempurna dengan gizi yang seimbang untuk ibu hamil, cara memilih dan cara
pengolahan makanan melalui kegiatan sabar ibu (sarana belajar ibu)
pemberian
suplemen tablet besi, cara penyimpanan dan cara konsumsinya,
Untuk mengurangi kejadian kelahiran BBLR dan paritas yang berisiko maka
diharapkan pada bidan untuk menganjurkan pada ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan minimal 4 kali selama hamil atau sesuai dengan keadaan ibu/kondisi ibu
hamil dan mengatur jarak kelahiran minimal 3 tahun menerapkan keluarga kecil
sehat dan sejahtera dengan mengikuti program keluarga berencana
Unutuk mengurangi angka kematian pada bayi baru lahir yang disebabkan
oleh asphyxia neonatorum diharapkan pada Rumah Sakit DR Pirngadi Medan para
pengambil keputusan agar dapat memberikan kesempatan pada tenaga kesehatan
yang bertugas di puskesmas atau bidan praktek swasta yang berhubungan dengan
penanganan kejadian asphyxia neonatorum untuk melakukan pelatihan berkelanjutan
tentang manajemen asphyxia neonatorum pada bayi baru lahir, mengingat jumlah
persalinan lebih banyak diluar rumah sakit.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad., 2002. Laporan Penelitian Hubungan Persalinan Lama Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr Adjidarmo
Rangkasbitung Tahun 2000.
Aminullah, A., 2005 Ilmu Kebidanan, YBPSB, Jakarta
Basuki, B., 1999. Aplikasi Metode Kasus-kontrol. FK-UI Jakarta
Budiarto,E., Anggraeni,D. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Cunningham., Donald.M, Gant., 2000. Obstetri Williams ( Terjemahan Joko Suyono,
Andry Hartono, Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI., 2002. Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.
-------------., 2005 Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak HSP – Health
Services Program. Depkes Jakarta.
-------------., 2001,. Rencana Strategis Nasional Making Pregnabcy Safer ( MPS) di
Indonesia, Depkes, Jakarta.
Dinkes Propsu., 2006, Profil Kesehasatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005.
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.
Hacker., Neville F., 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi Alih Bahasa dr Edi
Nugroho. Hipokrates. Jakarta.
IDAI., 1998. Buku Pedoman Pendidikan Medik Pediatrik Terpadu (PMPT)
Manajemen Neonatus Sakit Umur Kurang 1 Minggu, PMPT IDAI
Jumiarni. Mulyati,S., Pipih., 1993,. Asuhan Kesehatan
Keluarga Pusdikanakes Depkes Ri Jakarta.
anak Dalam Konteks
Komalasari,K., Setiap Jam Delapan Bayi Meninggal,http://www.rajaraja.com/newsdetail.php tanggal/Jam Posting : 23 May 2003 – 14:24:41.
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Kompas., Senin 22 Desember 2003. Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Bayi di
Indonesia Masih Tinggi, Design By KCM.
Kosim,M.S., 2005. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan, diperbanyak
oleh dinas kesehatan Propinsi Sumatera Utara Sub dinas Kesehatan Keluarga
Kusharisupeni., Endang, I., 2000. Determinan dan Prediktor Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR): Telaah Literatur.
Lemesho,S., Hosmer Jr.D.W.,Klar.J., Lwanga.S.K., 1997. Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan ,Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Lubis S., 2007. Profil Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan
Tahun 2006
Manuaba, IBG.,1998. Ilmu Kebidanan,penyakit kandungan, & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC
-----------------., 2002. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi Edisi 2, Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Marjono, AB 1992., Resusitasi dan Perawatan Intensif Neonatus, FKUI Jakarta
Martaadisoebrata,D., 1992. Obstetri Sosial Bagian dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran , Bandung
Mochtar., R..2004. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilit I
Edisi 2, EGC, Jakarta.
Murti,B., 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi Gajah Mada University
Press
Saifuddin, A.B., 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal , Edisi 1, Cetakan 2, JNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Sastrawinata, S., 1983. Obstetri Fisiologi Bagian Obstetri & Ginekologi FK
Universitas Padjadjaran Bandung
Suradi,R., Siahaan,C.M.,Boedjang,R.F., Setyaningsih,I., Soedibjo,S., 2002. Penelitian
Kasus Kontrol, Sagung Seto Jakarta
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Tanjung MT., 2004. Preeklampsia Studi Tentang Hubungannya dengan Faktor
Fibrinolosis Ibu dan Gas Darah Tali Pusat, penerbit Pustaka Bangsa Press.
Tjipta, G.D., 2002. Makalah Bayi Resiko Tinggi seminar sehari pada Akademi
Kebidanan Medan
Utama, S., 2007. Panduan Penulisan Proposal Penelitian & Tesis. Program Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara Medan
Wiknjosastro,H., 1999. Ilmu Kandungan, YBPSB, Jakarta
--------------------, 2005. Ilmu Kebidanan , Edisi Ketiga Cetakan ketujuh Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirihardjo, Jakarta
Zein U., 2008 Penyakit-penyakit yang mempengaruhi Kehamilan dan Persalinan
USU Press
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
5.12. Penatalaksanaan
Untuk mencegah kejadian asfiksia neonatorum dengan cara meningkatkan
pelayanan dan pendidikan memberikan harapan yang besar dalam memperbaiki hasil
kehamilan dan menurunkan angka kematian. Sesuai dengan teori 11 faktor risiko
terjadinya asfiksia neonatorum, berdasarkan dari hasil penelitian ini didapat 3 faktor
yang paling dominan berpengaruh terjadinya asfiksia neonatorum
Pirngadi Medan dapat dilakukan berbagai upaya
di RSU Dr
untuk mengatasi faktor risiko
terajdinya asfiksia neonatorum.
5.12.1. Anemia Ibu
Untuk mencegah anemia pada ibu hamil dilakukan upaya penanggulangan
gizi mikro
Evi Desfauza : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Yang
Dirawat Di Rsu Dr Pirngadi Medan Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
Download