PDF (Bab I)

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bangsa-bangsa yang pada masa lalu dibangun sebagian besar akibat
penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan
identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif. Dan menurut
Collingwood pembentuk identitas nasional suatu bangsa tiada lain adalah
sejarah. Pengetahuan sejarah selain sangat fundamental dalam pembentukan
identitas nasional
juga
sumber inspirasi
yang sarat
makna
dalam
pengembangan kesadaran sejarah para generasi muda mengatakan bahwa
kesadaran sejarah merupakan orentasi intelektual dan sikap jiwa yang perlu
untuk memahami secara tepat faham kepribadian nasional. Lebih lanjut
dikatakan bahwa kesadaran sejarah akan mampu membimbing manusia
kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa memahami betapa
pentingnya kesadaran sejarah, maka pengembangan pendidikan sejarah
merupakan tuntutan untuk melahirkan generasi bijaksana yang mampu
menyelesaikan permasalahan bangsa dengan bijaksana.
Mempelajari sejarah tidak ada artinya bila tidak disertai pemahaman
akan nilai yang terkandung, fungsi dan manfaatnya. Melalui berbagai kajian
yang dalam terhadap berbagai pendapat dan pengalaman orang-orang
bijak di masa lalu, sekalipun nilai-nilai dalam sejarah itu hanya berupa
pengalaman-pengalaman manusia, tapi tidak bisa dibantah bahwasanya
manusia itu pada umumnya gemar menggunakan pengalaman-pengalaman itu
1
2
sebagai pedoman atau contoh untuk memperbaiki kehidupannya. Sedangkan
fungsi sejarah pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan pengertian
atau pemahaman yang mendalam dan lebih baik tentang masa lampau dan
juga masa sekarang dalam inter relasinya dengan masa datang. Sedangkan
kegunaan atau manfaat sejarah ada empat yakni yang bersifat edukatif yakni
bahwa pelajaran sejarah membawa kebijaksanaan dan kearifan; kedua, yang
bersifat inspiratif artinya memberi ilham; ketiga, bersifat instruktif, yaitu
membantu kegiatan menyampaikan pengetahuan atau ketrampilan, dan
keempat, bersifat rekreatif, yakni memberikan kesenangan estetis berupa
kisah-kisah nyata yang di alami manusia.
Pendidikan sejarah di era global dewasa ini menghadapi tantangan dan
dituntut kontribusinya untuk lebih menumbuhkan kesadaran sejarah, baik
pada posisinya sebagai anggota syarakat maupun warga negara, serta
mempertebal semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air tanpa
mengabaikan rasa kebersamaan dalam kehidupan antar bangsa di
dunia.
Pendidikan sejarah dapat meningkatkan kesadaran sejarah guna membangun
kepribadian dan sikap mental peserta didik, serta membangkitkan kesadaran
akan suatu dimensi yang paling mendasar dari keberadaan manusia, yakni
kontinuitas. Kontinuitas pada dasarnya adalah gerakan peralihan secara terus
menerus dari masa lampu ke masa kini dan masa depan.
Pendidikan sejarah dituntut pula untuk memperhatikan pengembangan
ketrampilan berfikir dalam proses pembelajarannya. Melalui pendidikan
sejarah peserta didik diajak menelaah keterkaitan kehidupan yang di alami
3
diri, masyarakat dan bangsanya, sehingga mereka tumbuh menjadi generasi
muda yang memiliki kesadaran sejarah, mendapatkan
inspirasi ataupun
hikmah dari kisah-kisah pahlawan, maupun tragedi nasional, yang pada
akhirnya mendorong terbentuknya
pola berfikir
ke arah berfikir secara
rasional kritis empiris, dan yang tidak kalah pentingnya ialah pembelajaran
sejarah yang mengembangkan sikap mau menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
Beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan memberikan
pendapat tentang fenomena pembelajaran sejarah yang terjadi di Indonesia
diantaranya masalah model pembelajaran sejarah, kurikulum sejarah, masalah
materi dan buku ajar atau buku teks, profesionalisme guru sejarah dan lain
sebagainya. Yang pertama adalah masalah model pembelajaran sejarah.
Menurut Hamid Hasan (dalam Alfian, 2007) bahwa kenyataan yang
ada sekarang, pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk memungkinkan
anak melihat relevansinya dengan kehidupan masa kini dan masa depan.
Mulai dari jenjang SD hingga SMA, pembelajaran sejarah cenderung hanya
memanfaatkan fakta sejarah sebagai materi utama. Tidak aneh bila
pendidikan sejarah terasa kering, tidak menarik, dan tidak memberi
kesempatan kepada anak didik untuk belajar menggali makna dari sebuah
peristiwa sejarah.
Strategi pedagogis sejarah Indonesia sangat lemah. Pendidikan sejarah
di sekolah masih berkutat pada pendekatan chronicle dan cenderung
menuntut anak agar menghafal suatu peristiwa (Abdullah dalam Alfian, 2007:
2). Siswa tidak dibiasakan untuk mengartikan suatu peristiwa guna
4
memahami dinamika suatu perubahan. Sistem pembelajaran sejarah yang
dikembangkan sebenarnya tidak lepas dari pengaruh budaya yang telah
mengakar. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi
sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit
untuk dirubah.
Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai
pelaku sejarah pada zamannya menjadi terabaikan. Pengalaman-pengalaman
yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak
dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga menempatkan siswa sebagai
peserta pembelajaran sejarah yang pasif (Martanto, dkk, 2009:10). Dengan
kata lain, kekurangcermatan pemilihan strategi mengajar akan berakibat fatal
bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri.
Kedua adalah masalah kurikulum sejarah, karena kurikulum adalah
salah satu komponen yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Secara umum dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana
tertulis
dan
dilaksanakan
dalam
suatu
proses
pendidikan
guna
mengembangkan potensi peserta didik menjadi berkualitas. Dalam sebuah
kurikulum termuat berbagai komponen, seperti, tujuan, konten dan organisasi
konten, proses yang menggambarkan posisi peserta didik dalam belajar dan
asessmen hasil belajar. Selain komponen tersebut, kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis dapat pula berisikan sumber belajar dan peralatan belajar dan
evaluasi kurikulum atau program.
5
Sejak Indonesia merdeka, telah terjadi beberapa kali perubahan
kurikulum dan mata pelajaran sejarah berada didalamnya. Akan tetapi materimateri yang diberikan dalam kurikulum yang sering mendapat kritik dari
masyarakat maupun para pemerhati sejarah baik dari pemilihannya, teori
pengembangannya dan implimentasinya yang seringkali digunakan untuk
mendukung kekuasaan.
Kecenderungan pembelajaran yang kurang menarik merupakan salah
satu hal yang wajar di alami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari
siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam pengembangan ilmu.
Dalam hal ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat
besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien
bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran berbasis konvensional.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang
kondusif serta hubungan komunikasi antara guru, siswa dapat berjalan dengan
baik.
Berdasarkan pemahaman pentingnya mata pelajaran sejarah serta
kondisi pendidikan sejarah di lapangan tersebut di atas, maka diperlukan
pengkajian dan latihan penguasaan model-model pembelajaran bagi para
guru sejarah. Model-model pembelajaran yang di
kembangkan idealnya
adalah yang bisa meningkatkankan minat belajar dan menumbuhkan
kesadaran sejarah peserta didik dan sekaligus merasakan manfaat belajar
sejarah. Oleh karena itu model pembelajaran yang dikembangkan diarahkan
untuk menumbuhkan motivasi, minat, kreativitas melalui partisipasi aktif
6
yang pada akhirnya mendorong tumbuhnya kemampuan yang bersifat
inovatif dari para peserta didik.
Berangkat dari hal tersebut multimedia interaktif dalam kelas
dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses komunikasi di dalam
pembelajaran akan lebih bermakna (menarik minat siswa dan memberikan
kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang interaktif),
jika memanfaatkan berbagai media sebagai sarana
penunjang
kegiatan
pembelajaran. Dari segi pengertian, multimedia interaktif dapat di
artikan sebagai kombinasi berbagai unsur media yang terdiri dari teks,
grafis, foto, animasi, video, dan suara yang disajikan secara interaktif
dalam media pembelajaran.
SMA Negeri 1 Boja merupakan salah satu sekolah RSBI di Kabupaten
Kendal. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembelajaran sejarah, sekolah
menyediakan sarana prasarana pembelajaran berupa ruang multimedia yang
dapat digunakan sebagai tempat kegiatan belajar di sekolah selain di dalam
kelas. Hal tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh guru sejarah dalam
menunjang pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar, dan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran sejarah.
Penggunaan multimedia di era informasi merupakan kebutuhan mutlak
dan mempunyai beberapa keunggulan diantaranya lebih efisien, murah dan
dilakukan kapanpun serta informasinya sistematis. Pengajaran dapat berjalan
dengan baik apabila diimbangi dengan interaksi guru dan murid tidak semata
7
mata hanya mengandalkan keunggulan teknologi tetapi juga mengedepankan
kemasan yang mengkolaborasikan antara indera pandang, dengar dan bicara.
Para ahli memiliki pandangan bahwa kurang lebih 90% hasil belajar
seseorang diperoleh melalui indera pandang dan hanya sekitar 5% diperoleh
melalui indera dengar sedangkan 5% lainya melalui indera yang lain.
Sementara itu Dale memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui
indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengan sekitar 13% dan melalui
indera lainya adalah 12%. Berdasarkan atas data tersebut maka kami
beranggapan bahwa dengan multimedia dapat menciptakan hasil yang
maksimal bagi pembelajaran Sejarah.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji masalah pengelolaan pembelajaran sejarah berbasis multimedia di
SMA Negeri 1 Boja Kendal.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, fokus penelitian ini adalah
“bagaimana
karakteristik
pengelolaan
pembelajaran
sejarah
berbasis
multimedia di SMA Negeri 1 Boja Kendal?. Fokus dibagi menjadi tiga
subfokus.
1. Bagaimana karakteristik aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran
sejarah berbasis multimedia di SMA Negeri 1 Boja Kendal?
2. Bagaimana karakteristik materi pembelajaran sejarah berbasis multimedia
di SMA Negeri 1 Boja Kendal?
8
3. Bagaimana karakteristik aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
sejarah berbasis multimedia di SMA Negeri 1 Boja Kendal?
C. Tujuan Penelitian
Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.
1. Mendeskripsikan
karakteristik
aktivitas
mengajar
guru
dalam
pembelajaran sejarah berbasis multimedia di SMA Negeri 1 Boja Kendal.
2. Mendeskripsikan karakteristik materi pembelajaran sejarah berbasis
multimedia di SMA Negeri 1 Boja Kendal.
3. Mendeskripsikan karakteristik aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
sejarah berbasis multimedia di SMA Negeri 1 Boja Kendal.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan memiliki manfaat baik teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Membantu Guru untuk menyediakan informasi ilmiah mengenai
alternatif pembelajaran sejarah berbasis multimedia di SMA Negeri 1 Boja
Kendal.
2. Manfaat praktis
a. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat memberikan informasi dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran
sejarah dan pemanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
b. Bagi guru sejarah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
9
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah.
c. Bagi penelitian berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi untuk melakukan penelitian lain yang sejenis.
E. Daftar Istilah
1. Pengelolaan pembelajaran merupakan aktivitas dalam pembelajaran yang
terdiri dari penentuan tujuan-tujuan suatu pembelajaran dan sarana-sarana
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
2. Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang menelaah tentang
asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau
berdasarkan metode tertentu.
3. Multimedia adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Download