1182 enerapan model pembelajaran pjbl

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PJBL BERBASIS LESSON STUDY
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL
BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
The Application of PJBL Learning Model based on Lesson Study to Improve Student’s
Critical Thinking Ability and Learning Result University of Muhammadiyah Malang
Dwi Setyawan
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang 65144, HP. 085649721048;
email: [email protected]
1)
Abstrak
Aspek yang ditingkatkan dalam diri peserta didik yakni proses pembelajaran dan
kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran yang ideal adalah pebelajaran yang berorientasi
pada pesrta didik (student centered). Adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian
besar potensi diri pesrta didik (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya akan merubah
hasil belajar kearah yang lebih baik. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu diterapkan
model pembelajaran Project-based Learning untuk meningkatkan kemampuan berfikir
kritis dan hasil belajar peserata didik. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) berbasis Lesson Study. Penelitian ini bertujuan; mengetahui perbedaan dan
menganalisis peningkatan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar mahasiswa setelah
diterapkan model pembelajaran PjBL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima
aspek kemampuan berpikir kritis; 1) mendifinisikan masalah 64%, 2) pemahaman tentang
kedalaman dan keluasan masalah 65%, 3) sikap terhadap sudut pandang yang berbeda
68%, 4) identifikasi konsep 66%, dan 5) merumuskan alternatif pemecahan masalah 57%
meningkat dan dikategori sedang atau mencapai kategori cukup, sedangkan hasil belajar
semua mahasiswa mengalami ketuntasan belajar.
Kata Kunci: PJBL, Kritis, Hasil, Lesson Study
Abstract
The aspects that must be improved in student‘s self are learning process and critical
thinking ability. The ideal learning is which oriented to student centered. The involvement
of the whole or most student‘s potential (physical and nonphysical) and their impression of
the lesson study would change result study become better. Based on these problems should
be apply PJBL learning model to improve student‘s critical thinking and student‘s learning
result. The kind of this research is classroom action research based on lesson study. This
study aims are to know the difference and to analyze the enchancement student‘s critical
thinking capability and student‘s learning result afterwards applied PJBL learning model.
This research result indicates that the fifth critical thinking ability are: 1) defining
problems 64%, 2) understanding of depth problems and expansion of problems 65%, 3)
attitude toward difference viewpoint 68%, 4) identification concept 66%, and 5) formulate
alternative problem solving 57%, all of the five points above increased and categorized as
moderate. Indeed, all of the student‘s learning result is completed.
Key words: PJBL, Critical, Result, Lesson Study
1182
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001),
dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh
atau sebagian besar potensi diri pesrta didik (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi
diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan datang (life skill). Salah satu masalah
yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah Seperti yang diutarakan Yusoff bin
Harun dalam Project-based Learning Handbook. Proses pembelajaran didalam kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi
yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya anak
didik pintar secara teoritis tetapi miskin secara aplikasi.
Lemahnya proses pembelajaran, dimana pesrta didik kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah usaha yang sengaja
dilakukan secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip logika serta mempertimbangkan
berbagai sudut pandang untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan
apakah informasi itu diterima, ditolak atau ditangguhkan penilaiannya. Selanjutnya
menurut Zubaidah dalam Hadi (2007).
Permasalahan yang timbul adalah pesrta didik tidak mampu menghubungkan apa
yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau
dimanfaatkan. Pesrta didik juga memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik
karena mereka diajar dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dengan metode ceramah.
Pembelajaran yang ideal adalah pebelajaran yang berorientasi pada pesrta didik (student
centered), pesrta didik akan berusaha mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan terlibat
aktif dalam mencari informasi (Permendiknas No. 22, Th. 2006). Pembelajaran berbasis
proyek atau Project Based Learning (PjBL) adalah suatu pembelajaran yang didesain
untuk persoalan-persoalan kompleks yang mana pesrta didik melakukan investigasi untuk
memahaminya, menekankan pembelajaran dengan aktivitas yang lama, tugas yang
diberikan pada pesrta didik bersifat multidisiplin, berorientasi pada produk (artefak).
Menurut Mahanal (2009) pembelajaran PjBL secara umum memiliki pedoman
langkah: Planning (perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi), dan Processing
(pengolahan). Pendekatan pembelajaran berbasis proyek didukung teori belajar
konstruktivistik. Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang
bersandar pada ide bahwa pesrta didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam
konteks pengalamannya sendiri. Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan
ide-ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu
bentuk pengalaman pemberdayaan individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat itu
membantu proses konstruksi pengetahuan (meaning-making process). Menurut pandangan
ini transaksi sosial memainkan peranan sangat penting dalam pembentukan kognisi
(Richmond & Striley, 1996).
Menurut Cabrera (1992), berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang dimiliki
individu untuk melihat dan memecahkan masalah yang ditandai dengan sifat-sifat dan
bakat kritis yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi imajinatif dan selalu tertantang
oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan mempunyai sifat yang tak kalah adalah
1183
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
selalu menghargai hak-hak orang lain, arahan bahkan bimbingan orang lain. Salah satu
pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui
pendekatan PjBL. Fokus dari PjBL terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti
dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan
kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara
otonom untuk mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mengkulminasikannya
dalam produk nyata. PjBL merupakan sebuah pembelajaran inovatif yang menekankan
belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang bertujuan melatih
pesrta didik dalam berpikir kritis, kreatif, rasional dan meningkatkan pemahaman materi
yang diajarkan serta memberi pengalaman nyata terhadap pesrta didik (Kamdi, 2008).
Proses negosiasi kognitif interpersonal sebagai bentuk dari pengajuan gagasan,
debat, dan menerima atau menolak selam proses interaksi dengan kawan sejawat
memungkinkan perluasan pengetahuan, keterampilan, memberi peluang pesrta didik
bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar sendiri dan puncaknya menghasilkan
produk karya pesrta didik bernilai serta realistik sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna dan berkesan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas mengenai ―Penerapan Model Pembelajaran PJBL Berbasis
Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang‖. Penelitian ini bertujuan; mengetahui
perbedaan dan menganalisis peningkatan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar
mahasiswa setelah diterapkan model pembelajaran PjBL.hasil penelitian ini diharapakan
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dalam kegiatan belajarmengajar,
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif dipilih untuk mendapatkan gambaran-gambaran mengenai tingkah
laku subjek penelitian selama proses pembelajaran dengan pemberian suatu tindakan. Jenis
penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau class action research
dipadu Lesson Study. Pada penelitian ini di masing-masing pertemuan baik untuk siklus I
maupun siklus II dilaksanakan dengan Lesson Study (LS) yaitu memenuhi 3 tahapan Plan,
Do, dan See.
Menurut Susilo (2013) kombinasi PTK dan LS sebagai sarana untuk
mengembangkan keprofesionalan pendidik karena melalui PTK pendidik dapat
memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas, sekaligus melalui LS pendidik dapat
mengamati bagaimana peserta didik belajar. Penelitian tindakan kelas berbasis Lesson
Study ini dilakukan melalui kolaborasi antara peneliti dan dosen. Peneliti terlibat langsung
dalam merencanakan tindakan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi. Peneliti
menggunakan 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun perpaduan antara PTK dan LS yang
telah dirancang terlihat seperti pada Tabel 1 sebagai berikut.
1184
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PTK
LS
Siklus I
 Perencanaan Plan I Awal
Siklus I (Plan
besar)
Kegiatan





Plan II
Pertemuan II
(Plan kecil)
Plan III
Pertemuan III
(Plan kecil)


Tindakan
Observasi /
Pengamatan
Do I
Pertemuan I







Do II
Pertemuan II



Do III
Pertemuan III




Refleksi
See I
Pertemuan I
(See Kecil)


Identifikasi masalah dan penyebabnya
Membuat RPP
Membuat instrumen penelitian berupa lembar
observasi
Membuat rubrik penilaian dan angket
Menyiapkan perangkat evaluasi dan authentic
assesment.
Mempresentasikan perangkat yang telah dibuat
Revisi perangkat berdasarkan masukan tim
Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin
masih kurang atau perlu dimaksimalkan
berdasarkan masukan pada refleksi I.
Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin
masih kurang atau perlu dimaksimalkan
berdasarkan masukan pada refleksi II dan III
sebagai masukan untuk siklus II PTK dipadu LS.
Melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP
Mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima
tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran
Menggunakan instrumen penelitian untuk melihat
capaian tiap tindakan
Melanjutkan melaksanakan tindakan yang
tertuang dalam RPP
Melanjutkan mengamati aktivitas mahasiswa
dalam menerima tindakan dari peneliti selama
proses pembelajaran
Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian
untuk melihat capaian tiap tindakan
Melanjutkan melaksanakan tindakan yang
tertuang dalam RPP
Melanjutkan mengamati aktivitas mahasiswa
dalam menerima tindakan dari peneliti selama
proses pembelajaran
Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian
untuk melihat capaian tiap tindakan
Menganalisis hasil observasi melalui diskusi
balikan, dan instrumen yang terkumpul
Memberi umpan balik dari observer untuk
perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada
pertemuan berikutnya (pertemuan ke 2)
1185
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
See II
Pertemuan II
(See Kecil)

See III
Pertemuan III
(See Besar)

Siklus II
 Perencanaan Plan I Awal
Siklus II (Plan
besar)









Tindakan
Observasi /
Pengamatan
Plan II
Pertemuan II
(Plan kecil)
Plan III
Pertemuan III
(Plan kecil)
Do I
Pertemuan I







Do II
Pertemuan II



Do III
Pertemuan III


Menganalisis hasil observasi melalui diskusi
balikan, dan instrumen yang terkumpul
Memberi umpan balik dari observer untuk
perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada
pertemuan berikutnya (pertemuan ke 3)
Menganalisis hasil observasi melalui diskusi
balikan, dan instrumen yang terkumpul
Memberi umpan balik dari Observer untuk
perbaikan RPP dan peningkatan siklus
selanjutnya
Identifikasi masalah dan penyebabnya
berdasarkan catatan/masukan refleksi Siklus I
Membuat RPP
Membuat instrumen penelitian berupa lembar
observasi
Membuat rubrik penilaian dan angket
Menyiapkan perangkat evaluasi dan authentic
assesment.
Mempresentasikan perangkat yang telah dibuat
Revisi perangkat berdasarkan masukan tim
Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin
masih kurang atau perlu dimaksimalkan
berdasarkan masukan pada refleksi I.
Menyiapkan perangkat dan hal-hal yang mungkin
masih kurang atau perlu dimaksimalkan
berdasarkan masukan pada refleksi Idan II.
Melaksanakan tindakan yang tertuang dalam RPP
Mengamati aktivitas mahasiswa dalam menerima
tindakan dari peneliti selama proses pembelajaran
Menggunakan instrumen penelitian untuk melihat
capaian tiap tindakan
Melanjutkan melaksanakan tindakan yang
tertuang dalam RPP
Melanjutkan mengamati aktivitas mahasiswa
dalam menerima tindakan dari peneliti selama
proses pembelajaran
Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian
untuk melihat capaian tiap tindakan
Melanjutkan melaksanakan tindakan yang
tertuang dalam RPP
Melanjutkan mengamati aktivitas mahasiswa
1186
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016


Refleksi
See I
Pertemuan I
(See Kecil)

See II
Pertemuan II
(See Kecil)

See III
Pertemuan III
(See Besar)



dalam menerima tindakan dari peneliti selama
proses pembelajaran
Melanjutkan menggunakan instrumen penelitian
untuk melihat capaian tiap tindakan
Menganalisis hasil observasi melalui diskusi
balikan, dan instrumen yang terkumpul
Memberi umpan balik dari observer untuk
perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada
pertemuan berikutnya (pertemuan ke 2)
Menganalisis hasil observasi melalui diskusi
balikan, dan instrumen yang terkumpul
Memberi umpan balik dari observer untuk
perbaikan tindakan dan peningkatan kualitas pada
pertemuan berikutnya (pertemuan ke 3)
Menganalisis hasil observasi melalui diskusi
balikan, dan instrumen yang terkumpul
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar observasi, catatan lapangan, tes kemampuan berfikir kritis dan
hasil belajar diukur melalui tes yaitu tes akhir siklus I dan II. Analisis data dilakukan setiap
siklus pembelajaran berakhir. Data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut. 1) Tahap
pertama, mengelompokkan data yang terkumpul dari berbagai instrumen sesuai dengan
jenisnya, 2) Tahap kedua, menyajikan data secara deskriptif kualitatif, 3) Tahap ketiga
adalah inferensi, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel atau diagram, 4) Tahap
keempat adalah penarikan kesimpulan secara induktif, yaitu menafsirkan data yang sudah
dikelompokkan.
Data hasil belajar dari skor tes akhir siklus dan data yang berasal dari proses
kemampuan berfikir kritis mahasiswa merupakan data kuantitatif, sehingga teknik analisis
datanya adalah sebagai berikut. 1) Kemampuan Berfikir Kritis; Kemampuan berpikir kritis
dianalisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Caranya
dengan menganalisis penilaian, dilakukan dengan rubrik. Penilaian rubrik mempunyai
rentangan antara 1 untuk skor terendah dan 4 untuk skor tertinggi dalam setiap penjabaran
indikator. Langkah selanjutnya yaitu mengelompokkan skor ke dalam kategori
keterampilan berpikir kritis sesuai dengan penilaian rubrik. Hasilnya kemudian dianalisis
pada kategori mana yang paling banyak muncul pada setiap siklus. 2) Hasil Belajar; Data
hasil belajar yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai standar ketuntasan minimal
(SKM) yang berlaku di prodi pendidikan biologi UMM yaitu dengan nilai minimal
mencapai 55,0-59,9 dengan nilai huruf (C) sehingga mahasiswa dapat dikatakan tuntas
apabila memperoleh nilai ≥ 55,0-59,9. Selanjutnya seluruh mahasiswa dinyatakan telah
tuntas belajar secara klasikal apabila ketuntasan belajar mencapai 75% dari jumlah siswa
yang terdapat pada kelas tersebut. Ketuntasan belajar klasikal dapat diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
1187
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Ketuntasan Belajar Klasikal =
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Keterlaksanaan Tindakan pada Siklus I
Kemampuan Berpikir Kritis
Analisis dilakukan dengan menghitung skor masing-masing aspek yang diperoleh
mahasiswa, kemudian digunakan untuk melihat skor setiap aspek yang diperoleh
mahasiswa, kemudian digunakan untuk melihat persentase skor setiap aspek kemampuan
berpikir kritis mahasiswa secara klasikal. Setelah menghitung persentase skor kemampuan
berpikir kritis tersebut selanjutnya mengklasifikasikan skor tersebut ke dalam kategori:
kurang sekali, kurang, cukup, baik dan baik sekali. Pada akhir perhitungan, diperoleh
klasifikasi nilai secara klasikal untuk mengetahui kemampuan berpikir mahasiswa secara
keseluruhan. Data hasil kemampuan berpikir mahasiswa pada Siklus I dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Siklus I
Indikator
Kemmpaun
Skor (%)
Berpikir
I1
54
I2
55
I3
58
I4
55
I5
46
Keterangan:
I1 : Mendefinisikan masalah utama
I2 : Pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah
I3: Sikap terhadap sudut pandang yang berbeda
I4 : Identifikasi konsep
I5 :Merumuskan alternatif pemecahan masalah
Kriteria
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Hasil Belajar Mahasiswa Siklus I
Hasil belajar diperoleh melalui rerata Pengukuran hasil belajar siswa berdasarkan
gabungan pre-test, post-test, nilai desain proyek, nilai produk, yang dilaksanakan pada
Siklus I. Hasil belajar individu digunakan untuk mengetahui jumlah mahasiswa yang tuntas
belajar. Jumlah mahasiswa yang tuntas belajar tersebut digunakan untuk menentukan hasil
belajar secara klasikal. Adapun hasil belajar mahasiswa Siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.
1188
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Tabel 3. Hasil Belajar Mahasiswa Siklus I
Ketuntasan Belajar
Jumlah
Mahasiswa
Tuntas belajar
18
Tidak tuntas belajar
19
Keterlaksanaan Tindakan pada Siklus II
Kemampuan Berpikir Kritis
Jumlah
Mahasiswa
Keseluruhan
37
37
Persentase
ketuntasan
49 %
51 %
Tabel 5. Data Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Siklus II
Indikator
Kemmpaun
Skor (%)
Kriteria
Berpikir
I1
64
Sedang
I2
65
Sedang
I3
68
Sedang
I4
66
Sedang
I5
57
Kurang
Keterangan:
I1 : Mendefinisikan masalah utama
I2 : Pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah
I3: Sikap terhadap sudut pandang yang berbeda
I4 : Identifikasi konsep
I5 :Merumuskan alternatif pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
rerata persentase untuk indikator mendefinisikan masalah utama 64% (kategori sedang),
pemahaman tetang kedalaman dan keluasan masalah 65% (kategori sedang), sikap
terhadap sudut pandang yang berbeda 68% (kategori sedang), Identifikasi konsep 66%
(kategori sedang), dan merumuskan alternatif pemecahan masalah 57% (kategori kurang).
Kelima aspek atau indikator kemampuan berpikir kritis meningkat dikategori sedang atau
mencapai kategori Cukup.
Hasil Belajar Mahasiswa Siklus II
Tabel 6. Hasil Belajar Mahasiswa Siklus II
Ketuntasan Belajar
Jumlah
Jumlah
Persentase
Mahasiswa
Mahasiswa
ketuntasan
Keseluruhan
Tuntas belajar
37
37
100 %
Tidak tuntas belajar
0
37
0%
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa pada Siklus I
jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 18 mahasiswa, sedangkan siswa yang tidak
tuntas belajar sebanyak 19 mahasiswa. Persentase ketuntasan belajar mahasiswa secara
klasikal sebesar 49%. Berdasarkan persentase secara klasikal ini diketahui bahwa hasil
belajar sudah dapat dikatakan tuntas karena telah memenuhi standar KKM. Namun
1189
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
demikian, karena masih ada mahasiswa yang belum tuntas lebih dari jumlah keseluruhan
mahasiswa maka tentu hal ini harus menjadi perhatian dosen model.
PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil observasi awal didapatkan bahwa kemampuan berpikir
mahasiswa UMM. Kemampuan berpikir mahasiswa mengalami peningkatan pada Siklus I
dan Siklus II. Untuk lebih memudahkan dalam melihat peningkatan komponen atau aspek
kemampuan berpikir setiap siklusnya maka dapat digambarkan dalam diagram batang pada
Gambar 5.1 berikut.
Gambar 1. Peningkatan Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Per-Siklus
Gambar 1. dapat dikatakan bahwa semua aspek kemampuan berpikir kritis
mengalami peningkatan dan walaupun masih memenuhi kriteria cukup atau sedang pada
setiap siklus Siklus. Hal ini berarti bahwa penerapan pembelajaran PjBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.
Ketika seseorang memutuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun
memahami sesuatu, maka orang tersebut melakukan aktifikas berpikir. (Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2006). PjBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
melalui belajar kolaboratif peserta didik saling belajar yang nantinya akan meningkatkan
penguasaan konseptual maupun kecakapan teknikal, holistik dan interdisipliner, realistik,
berorientasi pada belajar aktif memecahkan masalah riil, yang memberi kontribusi pada
pengembangan kecakapan pemecahan masalah dan memberikan reinforcement intrinsik
(umpan balik internal) yang dapat menajamkan kemampuan berpikir kritis dengan
indikator yang lebih detail diantaranya mendefinisikan masalah utama, pemahaman tetang
kedalaman dan keluasan masalah, sikap terhadap sudut pandang yang berbeda, Identifikasi
konsep, dan merumuskan alternatif pemecahan masalah.
Temuan penelitian ini didukung oleh pendapat Krajcik dkk., dalam SSME (2006)
bahwa PjBL memberi manfaat pada peserta didik dalam hal sebagai berikut: 1) membantu
peserta didik meningkatkan kemampuan mengintegrasikan pemahaman konten dan proses,
2) mendorong peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap belajarnya sehingga
menjadi pebelajar yang mandiri, 3) peserta didik belajar untuk bekerjasama untuk
memecahkan masalah, melalui sharing ide untuk menemukan jawaban dari suatu
1190
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
pertanyaan, 4) pembelajaran ini menghadapkan siswa untuk secara aktif dalam berbagai
tugas.
Lebih lanjut menurut Corebima (2011) sebagaimana yang telah dikemukakan,
pada PjBL pembelajaran dirancang agar pebelajar dapat melakukan penyelidikan atau
tugas lain secara mandiri dalam pola proyek. Pada pembelajaran semacam ini para
pebelajar memiliki keleluasaan merancang dan melaksanakan rencana pembelajarannya.
Dengan demikian para pebelajar terus menerus dituntut untuk berpikir tinggi termasuk
berpikir kreatif. Sehubungan dengan itu Karyana (2013) menjelaskan bahwa
mengembangkan kemampuan berpikir itu tidak dapat dilakukan hanya dengan melalui
metode ceramah atau penjelasan saja, akan tetapi harus banyak melatih dan mempraktekan
keterampilan berpikir melalui pembelajaran-pembelajaran aktif misalnya PjBL. Bersandar
pada alasan yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa kemampuan berpikir kritis peserta
didik sangat penting untuk dikembangkan. Oleh karena itu dosen hendaknya mengkaji dan
memperbaiki kembali praktik-praktik pengajaran yang selama ini dilaksanakan, yang
mungkin hanya sekadar rutinitas belaka.
Berdasarkan data hasil analisis dapat dikatakan bahwa hasil belajar mahasiswa
mengalami peningkatan jika kita membandingkan Siklus I dan Siklus II. Untuk lebih
memudahkan dalam melihat peningkatan hasil belajar mahasiswa setiap siklusnya maka
dapat digambarkan dalam diagram batang pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Peningkatan Persentase Hasil Belajar Mahasiswa Per Siklus
Gambar 2. dapat dikatakan bahwa semua mahasiswa mengalami ketuntasan belajar.
Hal ini berarti bahwa penerapan pembelajaran PjBL dapat meningkatkan hasil belajar
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Menurut Corebima (2011) sebagaimana
yang telah dikemukakan, pada PjBL pembelajaran dirancang agar pebelajar dapat
melakukan penyelidikan atau tugas lain secara mandiri dalam pola proyek. Pada
pembelajaran semacam ini para pebelajar memiliki keleluasaan merancang dan
melaksanakan rencana pembelajarannya. Dengan demikian para pebelajar terus menerus
dituntut untuk berpikir tinggi termasuk berpikir kreatif.
Kurniawan (2013) menjelaskan pula bahwa berdasarkan hasil analisis, ditemukan
hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
1191
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
keterampilan berpikir kritis dan sikap terkait sains antara peserta didik yang dibelajarkan
dengan model PjBL dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
langsung (F=52,811;p<0,05). Kedua, ada pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan
berpikir kritis antara peserta didik yang dibelajarkan dengan PjBL dengan peserta didik
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung (F=69,184; p<0,05). Ketiga,
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap sikap terkait sains antara peserta didik yang
dibelajarkan dengan PjBL dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran langsung (F=26,437; p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
direkomendasikan bahwa PjBL dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap terkait sains.
Sehubungan dengan itu Karyana (2013) menjelaskan bahwa mengembangkan
kemampuan berpikir itu tidak dapat dilakukan hanya dengan melalui metode ceramah atau
penjelasan saja, akan tetapi harus banyak melatih dan mempraktekan keterampilan berpikir
melalui pembelajaran-pembelajaran aktif misalnya PjBL. Hal ini juga didukung oleh
beberapa penelitian bahwa penerapan PjBL dapat meningkatkan hasil belajar.
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan Model Pembelajaran PJBL Berbasis Lesson Study dapat Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Malang.
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut terutama untuk melihat kemampuan berpikir kritis
berdasarkan pengamatan langsung atau berdasarkan aktivitas yang dilakukan mahasiswa
selama proses pembelajaran (tidak hanya menggunakan rubrik yang diisi sendiri oleh
dosen atau observer) alternatif menggunakan soal esay atau angket yang juga diisi oleh
mahasiswa sehingga data lebih berimbang atau valid. Untuk mengurangi mahasiswa yang
bekerja sama pada waktu pre-test dan post-test, perlu adanya penambahan observer yang
bertugas sebagai pengawas pada waktu kegiatan pre-test dan post-test sehingga hasil yang
diperoleh lebih baik. Perlu adanya pengelolaan kelas yang lebih baik terutama dalam
mengatasi mahasiswa yang sering membuat ramai dan gaduh, sehingga pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumu Aksara.
Appellbaum, P. 2003. Mathematics Education Excerpt from The International
Encyclopedia of Critical Thinking. Arcadia University [Online]. (http://
www.Gargoyle.arcadia.edu/appellbaum/8points.htm, Diakses tanggal 2 Desember
2013).
Cabrera, G.A. 1992. A Framework for Evaluating the Teaching of Critical Thinking.
Dalam R.N. Cassel (ed). Education. 113 (1). 59-63.
Corebima, A.D. 2011. Berdayakan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Metakognitif
Selama Pembelajaran. Makalah Seminar. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.
1192
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Hadi, S. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran Cooperative Script Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis, Keterampilan Metakognitif, dan Kemampuan
Kognitif Biologi pada Siswa SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis
tidak diterbitkan. PPS UM.
Hamalik, Oemar. 2001. Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Kamdi, W. 2008. Project-Based Learning: Pendekatan Pembelajaran Inovatif. Makalah
disampaikan dalam Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Guru SMP dan SMA Kota
Tarakan, Tarakan. 31 Oktober s.d. 2 November.
Karyana, N. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penggunaan
Metode Studi Kasus. Bandung: Widyaiswara LPMP Jawa Barat.
Kurniawan, A. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Terkait Sains Siswa SMP (Studi Esperimen
di SMP Negeri 4 Singaraja). Laporan PTK. Singaraja: UNDHIKSA.
Mahanal, S. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai
dengan Indikator Biologi Berbasis Konstruktivistik untuk Memberdayakan Berpikir
Kritis dan Sikap Siswa SMA terhadap Ekosistem Sungai di Malang. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Mahanal, S. dan Wibowo, A. L. P. 2009.Penerapan Pembelajaran lingkungan Hidup
Berbasis Proyek untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis, Penguasaan
Konsep, dan Sikap Siswa (Studi di SMA Negeri 9 Malang).Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup dan Interkonferensi
BKPSL.Universitas Negeri Malang. 20—21 Juni 2009-07-15.
Mahanal, S., Darmawan, E., Corebima, A.D. & Zubaidah, S. 2009. Pengaruh
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Materi Ekosistem terhadap
Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. Laporan Penelitian. Malang:
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.
Richmond, G., & Striley, J. 1996. Making Meaning in Classrooms: Social Processes in
Small-Group Discourse and Scientific Knowledge Building. Journal of Research in
Science Teaching, 839—858.
Susilo, H. 2013. Lesson Study Sebagai Sarana Meningkatkan Kompetensi Pendidik.
Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya PLEASE 2013 di Sekolah Tinggi
Theologi Aletheia Jalan Argopuro 28-34 Lawang, tanggal 9 Juli 2013.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Undang- Undang RI no 20 th 2003.
http//:www.depdiknas.go.id
1193
Download