VERBA DALAM BAHASA MELAYU MANADO (Verbs

advertisement
SAWERIGADING
Volume 20
No. 2, Agustus 2014
Halaman 311—320
VERBA DALAM BAHASA MELAYU MANADO
(Verbs in Manado Malay)
Asri M. Nur Hidayah
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat
Jalan Sultan Alauddin Km 7/ Tala Salapang Makassar 90221
Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403
Pos-el: [email protected]
Diterima: 2 April 2014; Direvisi: 6 Juni 2014; Disetujui: 7 Juli 2014
Abstract
The research aims at describing verbs in Manado Malay. The data is obtained by the speaker, Bible Translation
of Manado Malay, Manado Malay dictionary, and popular song in Manado Malay language. The data is
collected by listening and noting technique. Analysis of data is done by structural analysis and qualitative
approach. The result of the research shows the forms of verbs, they are 1) basic verbs (free and bound basic
verbs), 2) derivational verbs (affixation, reduplication, combined verbs, compound verbs). The characteristic
of Manado Malay is suffix akang becomes -kan and -i in Indonesian language. Besides that, suffix akang
could become prefix me in Indonesian language with construction verbs + akang. Suffix akang could mean
pakaikan with construction noun + akang. The characteristic of verb that undergoes combining process with
repeated prefix (reduplication) + verb. The characteristic verb viewed by syntax behavior, verb always places
predicate function, viewed by noun accompaning, it is divided into intransitive (need object) and transitive (no
object) verbs. Based on semantic character, verbs are divided into active, passive, anti-active, anti-passive,
reciprocal, reflective, performative, constatative, locative, possesive, completive, deciderative, and directive.
Verbs undergo derivational (de-nominal, de-adjectival, and de-adverbial) and inflectional.
Keywords: verbs, feature, form, Manado Malay language
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan verba dalam bahasa Melayu Manado. Data diperoleh dari
penutur asli, terjemahan Al-kitab ke dalam bahasa Melayu Manado, kamus Melayu Manado, dan lagu popular
dalam bahasa Melayu Manado. Data dikumpulkan dengan teknik simak dan teknik catat. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis struktural dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini memperlihatkan
bentuk verba, yaitu 1) verba dasar (verba dasar bebas dan verba dasar terikat, 2) verba turunan (afiksasi,
reduplikasi,verba proses gabung, dan verba majemuk. Karakteristik verba bahasa Melayu Manado sufiks
akang menjadi sufiks kan dan i dalam bahasa Indonesia. Selain itu, sufiks akang dapat juga menjadi awalan
me dalam bahasa Indonesia dengan struktur verba + akang. Sufiks akang dapat bermakna pakaikan dengan
struktur nomina + akang. Karakteristik verba berproses gabung yang berulang prefiks (reduplikasi) + verba.
Ciri verba ditinjau dari perilaku sintaksis, verba selalu menduduki fungsi predikat, dilihat dari nomina yang
mendampinginya terbagi atas verba intransitif (tidak memerlukan objek) dan verba transitif (memerlukan
objek). Ditinjau dari perilaku semantik verba terbagi atas verba aktif, pasif, anti aktif, anti pasif, resiprokal,
reflektif, performatif, konstatatif, lokatif, posesif, kompletif, desideratif, dan direktif. Verba mengalami
derivasional (denominal, deadjektival, dan deadverbial) dan infleksional.
Kata kunci: verba, ciri, bentuk, bahasa Melayu Manado
311
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320
PENDAHULUAN
Bahasa Melayu Manado digunakan
berkomunikasi dalam hampir semua aktivitas
kehidupan di Sulawesi Utara. Bahasa Melayu
Manado sebagai bahasa perhubungan antaretnis
di Sulawesi Utara. Bahasa Melayu Manado
sebagai bahasa ibu bagi masyarakat Sulawesi
Utara. Kedudukan bahasa Melayu Manado
dikategorikan sebagai bahasa regional di
Sulawesi Utara sama seperti bahasa Melayu
Betawi di Jakarta (Rattu, 2002:1).
Pengaruh bahasa Melayu Manado sangat
kuat sehingga diperkirakan akan menyebabkan
bahasa daerah di Sulawesi Utara terancam
(Usup,1992:37). Hal ini memunculkan masalah
tersendiri mengenai bahasa daerah, khususnya
di Minahasa (Dani,1987:5) dan umumnya
di Sulawesi Utara. Pengelola pendidikan
atau pengajaran di Sulawesi Utara harus
memperhatikan hal ini. Mengapa demikian?
Hal ini disebabkan oleh bahasa Melayu Manado
kadang-kadang dalam situasi resmi (dunia
pendidikan) dan (apalagi) tidak resmi (di luar
sekolah) senantiasa tampak pengaruh bahasa ini
(Usup, 1992:38). Oleh karena itu, bahasa Melayu
Manado dapat menggeser bahasa daerah yang ada
dan memengaruhi bahasa Indonesia khususnya
dalam dunia pengajaran di Sulawesi Utara.
Bahasa Melayu Manado secara selintas
memiliki kesamaan dengan bahasa Melayu di
kawasan timur Indonesia seperti bahasa Melayu
Papua, bahasa Melayu di Ambon, bahasa Melayu
di Ternate, dan bahasa Melayu di Nusa Tenggara
(Supardi, 193:2011). Sejalan dengan hal ini Alwi,
(2003:2) berpendapat bahwa jenis kreol bahasa
Melayu-Indonesia, yakni Melayu Indonesia yang
bercampur dengan bahasa setempat, didapati
di Jakarta dan sekitarnya, Manado, Ternate,
Ambon, Banda, Larantuka, dan Kupang.
Bahasa Melayu Manado atau dikenal
juga dengan bahasa Manado banyak mendapat
pengaruh Eropa, seperti bahasa Portugis,
Spanyol, Belanda, Prancis, Inggris, dan Jerman
dibandingkan bahasa Melayu lainnya di Indonesia
(Tambayong, 2007:ix), contoh kadera ‘kursi’
(Spanyol), gargantang ‘tenggorokan’, voor
312
‘untuk’ (Belanda), macis/matches ‘korek api’
(Inggris), hosa/husten ‘batuk, nafas terganggu’
(Jerman), fasung ‘cantik’, basombar ‘berteduh’
berasal dari sombre ‘teduh’ (Prancis). Kosakata ini
masih digunakan berkomunikasi oleh masyarakat
di Sulawesi Utara.
Kajian kategori kata dalam bahasa
Melayu Manado dapat digunakan sebagai bahan
pengembangan dan pembinaan bahasa itu sendiri.
Selain itu, kajian ini dapat juga digunakan
sebagai pengembangan pengajaran bahasa
pada umumnya dan linguistik nusantara pada
khususnya. Sehubungan dengan bahasa nasional,
bahasa Melayu Manado mempunyai potensi
yang cukup besar dalam memperkaya khazanah
kosakata bahasa nasional, karena bahasa nasional
diperkaya oleh bahasa daerah, bahasa regional,
dan bahasa asing (Halim, 2003:21)
Najoan dkk. (1981:4) mendeskripsikan
morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Manado,
yang bertujuan untuk mencari sifat atau ciri
morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Manado,
dan Rattu (2002) mendeskripsikan tata bahasa
Melayu Manado, tetapi tidak menyinggung
kategori kata. Hidayah (2013) menulis tentang
Pronomina dalam Bahasa Melayu Manado.
Sekaitan dengan hal ini, menurut Lasut (2007:80)
deskripsi tentang bahasa Melayu Manado masih
terbatas sehingga dibutuhkan lagi pendalaman dan
pengembangan dalam belbagai aspek kebahasaan.
Oleh karena itu, penelitian tentang bahasa Melayu
Manado perlu dilakukan untuk melengkapi
penelitian yang sudah ada. Hal ini diharapkan
dapat menambah deskripsi tentang bahasa Melayu
Manado umumnya dan khususnya kategori verba
bahasa Melayu Manado.
Darwis (2012:1) berpendapat bahwa studi
tentang kategori kata (kelas kata) selalu menjadi
bagian terpenting dalam kajian gramatika (tata
bahasa) suatu bahasa. Hal ini menjadi penting
karena kategori kata adalah bagian tata bahasa.
Oleh karena itu, penelitian tentang verba dalam
bahasa Melayu Manado perlu dilakukan untuk
melengkapi penelitian kategori kata yang sudah
ada dalam bahasa Melayu Manado.
Permasalahan dalam penelitian ini
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...
bagaimana verba (bentuk dan ciri) dalam bahasa
Melayu Manado. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan ciri dan bentuk verba bahasa
Melayu Manado. Manfaat penelitian ini untuk
menambah pendokumentasian bahasa Melayu
Manado dan penyusunan bahan ajar muatan lokal
pelajaran bahasa Melayu Manado di Sulawesi
Utara.
KERANGKA TEORI
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
menggunakan teori linguistik struktural yang
memandang bahasa itu sebagai unit-unit yang
tersusun atau suatu struktur (sehingga bahasa
mempunyai strukturnya sendiri). Linguistik
struktural berusaha mendeskripsikan suatu
bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang
dimiliki bahasa itu (Chaer, 2003:346). Lyons
(1971:51) mengatakan bahwa setiap bahasa
merupakan suatu sistem yang saling berhubungan
dan Bloomfield (1933:20) berpendapat bahwa
teori struktural memandang bahasa sebagai satu
kesatuan sistem yang memiliki sistem tersendiri.
Dalam aliran ini, setiap bahasa memiliki struktur
yang mencakup struktur fonologi, morfologi,
dan sintaksis. Sejalan dengan ini, Kridalaksana
(2008:146) berpendapat bahwa linguistik
struktural adalah pendekatan dalam penyelidikan
bahasa yang menganggap bahasa sebagai sistem
yang bebas. Sistem dan struktur sebuah bahasa
merupakan wujud mendasar bagi sebuah bahasa
karena sesederhana apapun sebuah teks, akan
dapat ditemukan sistem yang mengatur polapola sturukturnya (Marnetti, 2011:90)
Morfem dan kategori kata bagian dari
morfologi. Analisis morfem berkaitan dengan
identifisikasi morfem yang mengacu kepada
pendapat Chaer (2008:13) bahwa morfem adalah
satuan gramatikal terkecil berarti “satuan” itu
tidak dapat dianalisis menjadi lebih kecil lagi.
Ramlan (1978:11) berpendapat bahwa morfem
adalah bentuk linguistik terkecil yang tidak
mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya.
Setiap bentuk tunggal, baik bentuk bebas
maupun bentuk terikat merupakan satu morfem.
Sejalan dengan hal ini, morfem menurut Verhaar
dalam Darwis (2012:9) ialah bagian atau unsur
gramatikal terkecil yang menyertai pembentukan
sebuah kata, misalnya fonem.
Morfem dibagi menjadi dua, yaitu morfem
bebas dan morfem terikat. Morfem bebas ialah
morfem yang bisa berdiri sendiri sebagai satu
kata, sedangkan morfem terikat ialah morfem
yang tidak terdapat sebagai kata, tetapi selalu
dirangkaikan dengan satu morfem lain atau
lebih menjadi satu kata. Misalnya bentuk jalang
‘jalan’ adalah morfem bebas, tetapi ba- dalam
kata bajalang ‘berjalan’ adalah morfem terikat.
Setiap kata dalam bahasa manapun
mengandung semantik yang secara universal
melekat pada kata tersebut (Sukayana, 2012:117),
seperti ciri-ciri semantik dan sintaksis verba. Ciriciri verba dapat diketahui dengan mengamati (1)
perilaku semantis, (2) perilaku sintaksis, dan
(3) bentuk morfologinya (Alwi, dkk. 2003:87).
Secara sintaksis sebuah satuan gramatikal dapat
diketahui berkategori verba dari perilakunya
dalam satuan yang lebih besar (Kridalaksana,
2005:51).
Verba adalah kelas kata yang biasanya
berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa;
verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,
aspek, persona atau jumlah. Sebagian besar verba
mewakili unsur semantik perbuatan, keadaan,
atau proses. Kelas kata ini dalam bahasa Indonesia
ditandai dengan kemungkinan untuk diawali
dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali
dengan kata sangat, lebih, misalnya datang, naik,
bekerja, dsb. (Kridalaksana, 2008:254).
Penelitian ini termasuk penelitian di bidang
morfologi. Morfologi berurusan dengan kategori
atau jenis kata tertentu. Pembentukan kata kerja
(verba) tentu berbeda dari pembentukan kata
benda (nomina), kata sifat (adjektiva), dan jenis
kata lain (Darwis, 2012:1)
METODE
Sumber data dalam penelitian
ini
berdasarkan sumber lisan dan tulisan. Sumber
lisan dijaring melalui informan dan sumber
tulisan dijaring melalui cerpen remaja berbahasa
Melayu Manado, lagu pop Melayu Manado,
313
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320
kamus Melayu Manado-Indonesia, dan Alkitab yang berbahasa Melayu Manado. Metode
penelitian ini menggunakan metode deskriptif,
yaitu menggambarkan data apa adanya. Metode
pengumpulan data digunakan adalah metode
simak yang dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa (Mahsun, 2012:92) dengan
teknik catat. Metode simak juga menyimak
pembicaraan informan. Selanjutnya, data dicatat
pada kartu-kartu data.
Analisis struktural ini bersifat deskriptif
sinkronis, yakni berusaha memberi gambaran
objektif tentang sturuktur bahasa yang dianalisis
sesuai dengan pemakaian yang sebenarnya
pada waktu sekarang. Penelitian ini tidak
bersifat diakronis, yakni meneliti perkembangan
pemakaian bahasa atau sejarah bahasa.
Data-data penelitian diambil/digunakan
yang sesuai dengan masalah penelitian. Lalu
data dianalisis dengan analisis struktural untuk
menentukan fungsi dalam kalimat. Data yang
diperoleh dihimpun dan dianalisis ke dalam suatu
kaidah seperti apa adanya pada bahasa tersebut.
PEMBAHASAN
Bentuk verba dalam bahasa Melayu
Manado ada dua, yaitu verba dasar bebas dan
verba dasar terikat dan verba turunan.
1. a) Verba dasar bebas ialah verba yang
berupa morfem dasar bebas, contoh
berikut ini:
makang ‘makan’, tasono ‘tidur’,urus
‘urus’, togor ‘tegur’, cari ‘cari’,lego
‘lempar’, rado ‘tarik dengan keras’,
ambe ‘ambil’, angka ‘angkat’, antar
‘membawa,menyetir’
b) Verba dasar terikat (ta ‘ter’, ba ‘ber’,
ma ‘me’) sebagai prefiks/awalan,
prefiks baku membentuk verba
resiprokal/berbalas-balasan,dan
(akang ‘kan’) sebagai sufiks/akhiran,
dan ka-an ‘ke-an’ sebagai konfiks
(gabungan awalan dan akhiran).
2. Verba turunan ialah verba yang telah
mengalami afiksasi, reduplikasi,
314
gabungan proses atau berupa paduan
leksem. Sebagai bentuk turunan
dapat ditemukan:
a) verba berafiks basosapu ‘menyapu’;
batangka ‘menangkap’, tadodeso
‘terjerat’, bamanjae ‘manjae’; batulis
‘menulis’ batanya ‘bertanya’, baurus
‘mengurus’, bacari ‘mencari’, baabu
‘berdebu’, baair ‘berair’, banging
‘berangin’; baantar ‘mengendarai’,
bagra ‘bergerak’, bahoba ‘mengintip’ manjae akang ‘jahitkan’; kadudukan ‘kedudukan’; kamasokan ‘kemasukan’.
Ba adalah prefiks dalam bahasa Melayu Manado
yang bermakna ‘ber- dan me-,’ dalam bahasa
Indonesia, contoh berikut ini.
Kita da bamanjae baju‘Saya menjahit baju’
Dia da basosapu ‘Dia menyapu’
Da orang batangka ikang ‘Ada orang menangkap ikan’
Ngoni cuma babahaga ‘Kamu hanya melihatorang lihat orang saja’
Prefiks/awalan ba dalam bahasa Melayu
Manado juga menjadi ber- dalam bahasa
Indonesia, contoh berikut ini.
Tu ayang ada batolor ‘Ayam bertelur’
Mari torang pi dudu di tampa baanging
‘Mari kita duduk di tempat yang berangin’
Sufiks ma dalam bahasa Melayu Manado
menjadi ‘me-’ dalam bahasa Indonesia, contoh
berikut ini, manimpang;mayimpang ‘menata’,
manabung ‘menabung’ , malawang ‘melawan’,
mangaku ‘mengaku’, manyanyi ‘menyanyi’,
manangis ‘menangis’, maraya ‘merayap’,
manganto ‘mengantuk’, mangamu ‘mengamuk’,
mangarti ‘mengerti’.
Sufiks/akhiran akang
dalam bahasa
Melayu Manado menjadi sufiks kan- dalam
bahasa Indonesia, contoh berikut ini.
Manjae akang baju pa dia ‘jahitkan baju dia’
Awalan ta dalam bahasa Melayu Manado
menjadi ter dalam bahasa Indonesia, contoh
berikut ini.
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...
Tu ikang so tatangka ‘ikan sudah tertangkap’
Tu babi so tadodeso ‘babi sudah terjerat’
Tu bola roda tatanang di pece ‘roda pedati itu
tertanam di lumpur’
Torang nyandaq taangka akang tu koi deri brat
skali
‘Kita tidak terangkat tempat tidur karena berat
sekali’
‘Tempat tidur tidak terangkat oleh kita karena
berat sekali’
Dasar (Verba Dasar) dan R (Reduplikasi)
c)Verba berproses gabung ialah verba yang
mengalami proses morfologis berupa
afiksasi dan reduplikasi : tabaku-bakutoki
‘tabrak-tabrakan’ ;babaaer ‘berair air’,
babaabu ‘berdebu-debu’, babaator ‘mengatur-atur’, babaiko ‘mengikut- ikut’,
babainjang ‘menginjak-injak sesuatu’;
babaitong ‘menghitung-hitung’.
Verba dalam suatu konstruksi biasa juga
diikuti sufiks akang. Sufiks/akhiran akang
dalam bahasa Melayu Manado menjadi sufiks
kan dalam bahasa Indonesia, contoh berikut ini.
Verba proses gabung dalam bahasa
Melayu Manado yang berulang adalah awalan
kata/prefiks, sedangkan dalam bahasa Indonesia
yang berulang kata dasarnya seperti pada contoh
babaator ‘mengatur-atur’ , contoh lain seperti
yang telah disebutkan di atas. Hal ini dapat
dirumuskan menjadi prefiks (direduplikasikan)
+ verba dasar, Prefiks (R) + D
Manjae akang baju pa dia ‘jahitkan baju dia’
Ngoni dengar akang ta pe mimpi ini ‘Kalian
dengarkan mimpi saya ini’
Sufiks akang pada contoh di bawah ini
dalam bahasa Melayu Manado menjadi sufik i
dalam bahasa Indonesia.
1)Waktu mikrolet yang dorang ada nae akang so
sampe, Joice dan Tonce turung kong langsung
turus ka skola
(Ketika mikrolet yang mereka tumpangi
sudah sampai, Joice dan Tonce turun lalu
langsung ke sekolah)
Nomina yang diikuti oleh sufiks akang
dapat bermakna pakaikan, seperti contoh berikut
ini:
2) blangket akang ‘pakaikan selimut’
3) calana akang ‘pakaikan celana’
Contoh di bawah ini sufiks akang tidak
berarti akhiran i atau kan dalam bahasa Indonesia,
melainkan me.
Dorang pe onta-onta da muat akang damar,
balsem, deng geta pohong for mo beking minya
wangi (Onta-onta kita memuat damar, balsam,
dan getah pohon untuk membuat minyak wangi)
Konfiks (ka-...-kan) dalam bahasa Melayu
Manado ialah kadudukan ‘kedudukan’;
kahidopan ‘kehidupan’.
b) Verba reduplikasi: inga-inga ‘ingat-ingat’;;
lia-lia ‘lihat-lihat’; bise-bise ‘bisik-bisik’.
Verba reduplikasi dirumuskan D + R
ba ba
ba baba+ ator 
baba + aer 
baba
+ abu 
babaator
babaaer
babaabu
d)Verba majemuk: basuar lala ‘bekerja
keras’; baku ajar ‘saling mengenal’;angkaangka ‘sanjung’, contoh dalam kalimat
berikut ini.
1) Tape papa so basuar lala for torang
“Bapak saya sudah bekerja keras
untuk kami
pola verba majemuk contoh (1) berpola
V+A
2) Kita suka sklai angka-angka padia
Saya suka sekali (me)sanjung dia
Pola verba majemuk contoh (2) berpola
V+V
3) Deri so lama baku kanal, dorang so
bakuajar kalakuang
Karena sudah lama berkenalan, mereka
sudah saling mengenal kelakuan
Pola verba majemuk contoh (3) berpola
baku + V
Karakteristik verba bahasa Melayu Manado
sufiks akang menjadi sufiks -kan dan -i dalam
bahasa Indonesia. Selain itu, sufiks akang dapat
juga menjadi awalan me dalam bahasa Indonesia
315
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320
dengan struktur verba + akang. Sufiks akang
dapat bermakna pakaikan dengan struktur nomina
+ akang. Karakteristik verba berproses gabung
yang berulang prefiks (reduplikasi) + verba.
Ciri verba dapat dilihat berdasarkan
perilaku sintaksis dan semantik verba. Perilaku
sintaksis verba dalam bahasa Melayu Manado.
Verba berfungsi sebagai predikat dalam
kalimat berikut ini.
1) Dia slalu kase nasehat supaya Tonce
S
P
O
K
blajar bae-bae
(dia selalu memberi nasihat (menasihati)
supaya Tonce belajar dengan baik agar
menjadi orang pandai)
2) Ta pe gandum badiri tre ‘gandumku
S
P
berdiri lurus’
3) Dorang manyao pa dia ‘Mereka menyahut
S
P
K
kepada dia’
4) Torang se lego pa dia ka satu parigi kring
S
P
K
‘Kita lempar dia ke satu sumur kering’
5) Dorang trus rado tu de pe baju ‘Mereka
S
P
O
lalu (me)narik bajunya’
Dilihat dari nomina yang mendampinginya
dapat dibedakan atas verba intransitif ialah yaitu
verba yang menghindarkan objek dan verba
transitif ialah verba yang bisa mempunyai atau
harus mendampingi objek.
1.Verba intransitif
a) Yance so bakarja ‘Yance sudah bekerja’
b)Bibit pohon pala so tumbu ‘Bibit pohon
pala sudah tumbuh’
c) Aer so mandidi ‘Air sudah mendidih’
d) Orang Ismael badatang dari Gilead mo ka
Mesir
‘Orang Ismail berdatangan dari Gilead
akan ke Mesir’
2. Verba transitif terbagi atas:
a)verba monotransitif adalah verba yang
316
mempunyai satu objek, contoh berikut ini.
Kita momasa nasi ‘Saya memasak nasi’
S
O
Dia biasa baurus kambing ‘Dia biasa
S
O
mengembala kambing’
Yakub dapa kanal tu baju ‘Yakub
S
O
mengenal baju itu’
Papa batifar saguer ‘Ayah menyadap
S
O
sagu’
b. Verba bitransitif adalah verba yang
mempunyai dua objek, contoh berikut ini.
Mama bakase adek
S
O1
adik kue’
Tanta manjae baju
S
O1
baju baru’
kukis ‘Ibu memberi
O2
baru ‘Bibi menjahit
O2
Ciri verba dapat dilihat dari perilaku
semantik. Perilaku semantik mengandung
makna inheren perbuatan yang merupakan
jawaban apa yang dilakukan subjek, contoh
badeka (mendekat), papancuri (mencuri), babli
‘membelikan’, bapukul ‘memukuli’, mandi
‘mandi’, mati ‘mati’, jatung ‘jatuh’, tabakar
‘terbakar’.
Verba juga mengandung makna inheren
proses. Verba proses menyatakan perubahan dari
suatu keadaan ke keadaan yang lain, contoh verba
jenis ini, yaitu jatung ‘jatuh’ ; tabakar ‘terbakar’;
baplote ‘meledak’. Baplote ‘meledak’ adalah
perubahan dari keadaan yang utuh menjadi tidak
utuh lagi. Verba yang mengandung makna ini
biasa juga merupakan jawaban apa yang terjadi
pada subjek?.
Berdasarkan hubungan verba dengan
nomina dapat bedakan sebagai berikut:
1.Verba aktif ialah verba yang subjeknya
berperan sebagai pelaku.
Tanta bajual baju di pasar 45 ‘Bibi menjual
S
baju di pasar 45’
Mama babli ikang ‘Ibu membeli ikan’
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...
S
Verba pasif ialah verba yang subjeknya
berperan sebagai penderita, sasaran, atau
hasil.
Baju ada jual tanta di pasar 45 ‘Baju dijual
S
tante di pasar 45’
Ikang ada bli mama ‘Ikan dibeli ibu’
S
Subjek pada kalimat di atas berperan
sebagai sasaran.
2.Verba anti-aktif (ergatif) ialah verba
pasif yang tidak dapat diubah menjadi
verba aktif, dan subjeknya merupakan
penanggap (yang merasakan, menderita,
dan mengalami), contoh berikut ini.
a) De pe kaki tasontong batu ‘Kakinya
terantuk batu’
sontong

tasontong
‘antuk’‘terantuk’
toki 
tatoki
‘bentur’‘terbentur’
Verba tasontong ‘terantuk’ ; tatoki
‘terbentur’ sudah mengalami proses
morfologi berupa afiksasi yang berbentuk
prefiks/awalan ta ‘ter’.
b) Kita kena marah tadi ‘Saya dimarahi tadi’
3.Verba anti-pasif ialah verba aktif yang
tidak dapat diubah menjadi verba pasif,
contoh berikut ini.
Petani batanam ubi ‘Petani bertanam
singkong; Petani menanam singkong’
4.
Verba resiprokal ialah verba yang
menyatakan perbuatan yang dilakukan
oleh dua pihak dan perbuatan tersebut
dilakukan dengan saling berbalasan. Istilah
lain juga sering digunakan ialah verba
kesalingan, dalam bahasa Melayu Manado
hal ini ditandai dengan kata baku.
baku + verba dasar, baku cucu ‘baku tikam’
baku ambe
‘berkelahi; bertengkar’
Baku bage
‘baku hantam’
Torang da baku dapa ‘Kami bertemu’
Dorang cuma baku-baku marah ‘Mereka
bermusuhan terus’
Torang da baku mara ‘Kami bermusuhan’
5. Verba refleksif ialah verba yang
menyatakan perbuatan yang mengenai
diri pelakunya sendiri 1) yang nominanya
(cermin) berpadu dengan prefiks ba,
contoh berikut ini, bacermin, dan verbanya
(cukur, pake, garo) berpadu dengan prefiks
itu, contoh berikut ini: bacukur ‘bercukur’;
pakean‘berpakaian rapi; ‘berdandan’;
bagaro ‘menggaruk’; verba dasar mandi,
barika ‘mandi, berbaring’; 2) yang
adjektiva (jao) menyatu dengan prefiks ba
menjadi bajao ‘menjauhkan diri’.
6.Verba performatif ialah verba dalam
kalimat
yang
secara
langsung
mengungkapkan pertuturan yang dibuat
pembicara ketika mengujarkan kalimat,
contoh berikut ini: bajanji ‘berjanji’.
a.
Oma bilang trima kasih ‘Nenek
mengucapkan terima kasih’
b.Dorang cumu pangana pe nama
‘Mereka menyebutkan namamu’
c. Kita bajanji padia mo datang lebe fruk’
‘Saya berjanji kepadanya akan datang
lebih awal’
7. Verba konstatatif ialah verba dalam kalimat
yang menyatakan atau mengandung
gambaran tentang suatu peristiwa, contoh
batulis ‘menulis’.
8.
Verba kontransitif ialah verba yang
memerlukan pendamping letak kanan
berupa sebuah klausa yang menjadi
pelengkapnya, contoh berikut ini.
Dia kira kita nyanda datang ‘Dia (me)
kira saya tidak akan datang’
Kita sangka dia muslim ‘Saya (me)sangka
dia muslim’
9.
Verba lokatif membutuhkan maujud
pendamping
letak
kanan
sebagai
keterangan tempat, contoh: taro, simpang,
batitip ‘menaruh,meyimpan, menitip’,
contoh dalam kalimat berikut ini.
Tonce taro depe buku di atas meja ‘Tonce
menaruh buku di atas meja’
Papa basimpang doi di Bank Sulut ‘Ayah
menyimpan uang di Bank Sulut’
Dorang batitip de pe oto di torang pe
317
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320
kintal
(Mereka menitip mobilnya di halaman
kami)
10.Verba posesif menyatakan makna
kepemilikan atas sesuatu, contoh berikut
ini.
Kita ada kukis for ngana “Saya ada kue
untukmu”
Dorang punya oto ada di bengkel “Mereka
punya mobil di bengkel”
11.Verba kompletif menyatakan perbuatan
yang telah selesai dilakukan. Verba ini
dalam bahasa Melayu di tandai dengan
prefiks ta ‘ter’
Tape baju so tasusun rapi di lamari
‘Bajuku sudah tersusun rapi di lemari’
Depe harta so habis tabage pa depe anakanak
“Hartanya sudah habis terbagi kepada
anak-anaknya”
Sarundajang tapilih ulang manjadi
Gubernur Sulawesi Utara
“Sarundayang terpilih kembali menjadi
Gubernur Sulawesi Utara
12.Verba desideratif ialah verba yang
mengandung atau yang menyatakan
makna menghendaki atau berhasrat atas
sesuatu, contoh berikut ini.
Torang mo doi “Kita mau uang”
Dia butuh ngana pe perhatian “Dia butuh
perhatianmu”
Kita perlu bantuan “Saya perlu bantuan”
13.Verba direktif memerlukan maujud
pengisi fungsi objek dan juga masih
membutuhkan maujud pengisi keterangan,
contoh berikut ini.
a)Papa kase akang oto for kita ‘Ayah
memberikan mobil untuk saya’
b) Tanta kirim akang baju for adek ‘Bibi
mengirimkan baju untuk adik’
Oto ‘mobil’ dan baju ‘baju’ sebagai objek
dan for kita ‘untuk saya’ dan for adek ‘untuk
adik’ sebagai keterangan.
Derivasional adalah perubahan kata yang
mengakibatkan perubahan kategori kata. Dalam
318
hal ini kategori nomina, adjektiva, dan adverbia
berubah menjadi kategori verba karena proses
afiksasi. 1) Verba denominal ialah perubahan
kategori kata nomina menjadi verba, seperti
contoh berikut ini; suar ‘keringat’; mimpi
‘mimpi’; tolor ‘telur’; angin ‘anging’ berkategori
nomina menjadi basuar ‘berkeringat’; bamimpi
‘bermimpi’; batolor’ bertelur’; baangin ‘berangin’ yang berkategori verba. Sufiks akang
menjadikan nomina menjadi verba, contoh: knop
‘kancing’; foto ‘foto’; knop akang ‘kancingkan’;
foto akang ‘fotokan’ 2) Verba deajektival ialah
perubahan kategori adjektiva menjadi kategori
verba, contoh berikut ini: jao ‘jauh’; itang
‘hitam’; kuning berkategori adjektiva menjadi
bajao ‘menjauhkan diri’; baitang ‘menghitam’;
bakuning ‘menguning’ berkategori verba. Sufiks
akang dapat juga membentuk verba, contoh: besar
akang ‘jadikan besar’; wora akang ‘longgarkan’;
los akang ‘jadikan lepas’; kacil akang ‘jadikan
kecil’. 3) Verba deadverbial ialah perubahan
kategori adverbia menjadi kategori verba, contoh
berikut ini: kurang ‘kurang’ berkategori adverbia
menjadi takurang ‘mengurang’ berkategori verba.
Perubahan kategori verba menjadi
kategori nomina, contoh: duduk, turung, turung,
maso, hidop, prenta menjadi ‘kadudukan,
katurunan, kamasokan (kerasukan), kaprentahan
(pemerintahan)
Infeleksional adalah perubahan kata yang
tidak mengakibatkan perubahan kelas kata,
contoh berikut ini:
pete: petik bapete: memetik
lur: intip balur: mengintip lucur: luncur
balucur: meluncur
talucur: jatuh dari pinggang karena longgar
misalnya celana
lolo: curi kecil-kecilan balolo: mencuri kecilkecilan
foro: eram baforo: mengeram bage ‘hantam’
; babage ‘menghantam’; baku bage ‘baku
hantam’
Asri M. Nur Hidayah: Verba dalam Bahasa ...
PENUTUP
Penelitian ini mendeskripsikan verba dalam
bahasa Melayu Manado ditinjau dari segi bentuk
dan ciri. Bentuk verba terdiri atas: 1. verba dasar,
a) verba dasar bebas, b) verba dasar terikat , 2.
verba turunan ialah verba yang telah mengalami
afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa
paduan leksem, dan verba majemuk.
Karakteristik verba bahasa Melayu
Manado sufiks akang menjadi sufiks kan dan i
dalam bahasa Indonesia. Selain itu, sufiks akang
dapat juga menjadi awalan me dalam bahasa
Indonesia dengan struktur verba + akang. Sufiks
akang dapat bermakna pakaikan dengan struktur
nomina + akang. Karakteristik verba berproses
gabung yang berulang prefiks dengan struktur
prefiks (reduplikasi) + verba.
Ciri verba dapat dilihat dari perilaku
sintaksis dan perilaku semantik. Perilaku
sintaksis verba menunjukkan bahwa verba selalu
menjadi predikat, dilihat berdasarkan nomina
yang mendampinginya ialah verba intransitif
(verba yang tidak memerlukan objek) dan verba
transitif (verba yang memerlukan objek). Perilaku
semantik verba terbagi ke dalam 1) verba aktif, 2)
verba pasif, 3) verba anti aktif (ergatif), 4) verba
anti pasif, 5) verba resiprokal, 6) verba reflektif,
7) verba performatif, 8) verba konstatatif, 9) verba
lokatif, 10) verba posesif, 11) verba kompletif, 12)
verba desideratif, 13) verba direktif.
Derivasional adalah perubahan kata
yang mengakibatkan perubahan kategori kata.
Dalam hal ini kategori nomina, adjektiva, dan
adverbia berubah menjadi kategori verba karena
proses afiksasi, disebut 1) verba denominal,
2) verba deajektival, 3) verba deadverbial.
Infleksional perubahan kategori kata yang tidak
mengakibatkan perubahan kelas kata.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Bloomfield. Leonard. 1933. Language. New
York: Hendri Holt & Co
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta
Darwis, Muhammad. 2012. Morfologi Bahasa
Indonesia Bidang Verba. Makassar: CV
Menara Intan.
-------2008. Morfologi Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta: .... Rineka
Cipta.
Halim, Amran.2003. Politik Bahasa Nasional.
Jakarta: Balai Pustaka
Hidayah, Asri M. Nur. 2013. Pronomina dalam
Bahasa Melayu Manado. Sawerigading.
Jurnal Bahasa dan Sastra. Edisi April
2013.Balai Bahasa Provinsi Sulawesi
Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat.
Dani, Akun. J. 1987. Kajian Geografi Dialek di
Minahasa Timur Laut. Disertasi. Jakarta:
Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata
dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
------- 2008.
Kamus
Linguistik.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Lasut, Conny. 2007. Partikel dalam Bahasa
Melayu Manado. Majalah Interlingua.
Vol. 1. April.www google. Diakses 4
November 2013
Lyons, Jhon. 1971. Introduction To Theoritical
Linguistich. Cambridge: University Press
Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa
Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya.
Edisi Revisi. Depok: Raja Grafindo
Perkasa
Marnetti. 2011. Nomina Isiolek Rantau Sialang.
Madah Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra.
Volume 2 Nomor 1. Edisi April. Riau:
Balai Bahasa Provinsi Riau.
Najoan dkk. 1981. Morfologi dan Sintaksis
Bahasa Melayu Manado. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rattu. A.B.G. 2002. Tata Bahasa Melayu
Manado. Laporan Penelitian. Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Manado. Tidak diterbitkan
Ramlan, M. 1978. Morfologi: Suatu Tinjauan
319
Sawerigading, Vol. 20, No. 2, Agustus 2014: 311—320
Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyo
Sukayana, I Nengah. 2012. “Penurunan Nomina
Dan Makna Afiks-Afiks Pembentukannya
Dalam Bahasa Bali”. Kandai. Jurnal
Bahasa dan Sastra. Edisi November.
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Supardi. 2011. Afiksasi dalam bahasa Melayu
Papua. Metalingua. Jurnal Bahasa dan
Sastra. Volume 9 Nomor 2. Bandung:
320
Balai Bahasa Bandung.
Tambayong, Yapi. 2007. Kamus Bahasa dan
Budaya Manado.Gramedia: Jakarta
Usup, H. T.dkk. 1992. Kaji Banding Leksikal
Bahasa Melayu Manado dan Bahasa
Indonesia Analisis Konstratif dan
Kontribusinya dalam pengajaran Bahasa
Indonesia. Laporan penelitian. FPBS IKIP
Manado. Tidak diterbitkan.
Download