bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dari para
pemilik sahamnya (Kotler dan Keller, 2007). Sedangkan menurut Fandy Tjiptono
(2006) pemasaran merupakan sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menetapkan harga dan mendistribusikan produk, jasa, dan gagasan
yang mampu memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan
organisasional.
Berdasarkan
definisi
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
pemasaran
merupakan suatu kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran (nilai) produk dengan yang
lain, dimana dalam pemasaran ini kegiatan bisnis dirancang untuk mendistribusikan
barang-barang dari produsen kepada konsumen untuk mencapai sasaran serta tujuan
organisasi.
17
18
2.1.2 Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
pelaksanaan dari aktivitas pemasaran. Dengan menerapkan ilmu manajemen
pemasaran, perusahaan dapat menentukan pasar yang dituju dan membina hubungan
baik dengan pasar sasaran tersebut. Pengertian manajemen pemasaran adalah seni dan
ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul (Kotler, 2007). Sedangkan pengertian manajemen pemasaran
lainnya adalah pelaksanaan tugas untuk mencapai pertukaran yang diharapkan
dengan pasar sasaran (Sunarto, 2006).
Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen pemasaran adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu
perusahaan atau organisasi memilih pasar sasaran yang sesuai, yang dapat
mendukung terciptanya tujuan perusahaan dan menjalin hubungan yang baik dengan
pasar sasaran tersebut.
2.1.3 Bauran Pemasaran
Dalam pemasaran terdapat strategi yang disebut Marketing Mix (Bauran
Pemasaran) mempunyai peranan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan di pasar. Kegiatan
pemasaran ditentukan oleh konsep yang disebut bauran pemasaran. Elemen-elemen
19
bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk
memuaskan pelanggan sasaran.
Berikut ini definisi bauran pemasaran (Marketing Mix) menurut Philip Kotler
dan Kevin Lane Keler (2007:23) menyatakan bahwa Bauran Pemasaran adalah
perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan
pemasarannya.
Sedangkan menurut Rambat Lupiyoadi (2006:70) menyatakan pengertian
Bauran pemasaran adalah alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu
program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi
pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah
suatu perangkat
alat
pemasaran yang dapat
dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan terhadap produknya dan perangkat-perangkat tersebut
akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan.
Unsur marketing menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006:70)
sering kali kita kenal dengan sebutan 4P. Pengertian unsur-unsur marketing mix dapat
diklasifikasikan menjadi 4P (Product, Price, Place, Promotion). Sedangkan bauran
pemasaran dalam bentuk jasa perlu ditambahkan 3P, sehingga bauran pemasaran
menjadi 7P (Product, Price, Place, Promotion, People, Physical Evidence, Process).
Adapun pengertian masing-masinng bauran pemasaran di atas adalah :
20
1. Produk (Product)
Produk merupakan penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang
mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemampuan produk.
2. Harga (Price)
Adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk mendapatkan
produk.
3. Tempat (Place)
Adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk agar
dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran.
4. Promosi (Promotion)
Adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan
keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.
5. Orang (People)
Adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam pengujian jasa dan
dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli, yang termasuk elemen ini
adalah personel perusahaan dan konsumen.
6. Bukti Fisik (Physical Evidence)
Adalah bukti fisik
jasa mencakup semua hal yang berwujud berkenaan
dengan suatu jasa seperti brosur, kartu bisnis, format laporan, dan peralatan.
7. Proses (Process)
Adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana
jasa disampaikan yang merupakan sistem pengujian atau operasi.
21
2.2
Ruang Lingkup Jasa
2.2.1 Pengertian Jasa
Pengertian pemasaran jasa yang baik perlu didukung pengertian jasa itu
sendiri, faktor-faktor pendukung pelaksanaan jasa dan strategi yang harus
diperhatikan oleh para penyedia jasa. Adapun definisi jasa menurut (Kotler dan
Keller, 2007) adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan suatu pihak
kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan sesuatu. Sedangkan menurut (Zeithaml, 2007) menyatakan jasa adalah
suatu kegiatan
ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan
dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan,
santai, sehat) bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki.
2.2.2 Karakteristik Jasa
Karakteristik jasa adalah suatu sifat dari jasa yang ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain dan berfungsi untuk membedakannya dengan produk barang.
Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dari barang, (Kotler,
2006) yaitu :
1. Tidak berwujud (Intangibility)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dilihat, dirasa,
didengar, diraba, atau dicium sebelum ada transaksi pembelian.
22
2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparebility)
Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber
itu merupakan orang atau mesin.
3. Berubah-ubah (Variability)
Jasa sebenarnya sangat mudah berubah-ubah karena jasa ini sangat
bergantung pada siapa yang menyajikan, kapan dan dimana disajikan.
4. Daya tahan (Perishability)
Daya tahan suatu jasa tidak akan menjadi masalah jika permintaan selalu
ada dan mantap karena menghasilkan jasa di muka dengan mudah.
2.3
Jasa Pendidikan Tinggi
2.3.1 Pengertian Jasa Pendidikan
Menurut Fuad Ihsan dalam bukunya “Dasar-Dasar Kependidikan”
(2009:7),
pendidikan
dapat
diartikan
sebagai proses
dimana
seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di
masyarakat dimana dia hidup, proses sosial dimana ia dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya dari sekolah), sehingga ia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan
individu yang optimum.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan
pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk
mwujudkan keinginan, kebutuhan, dan keinginan individu sehingga tercapai pola
23
hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai
sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi kehidupan anak sekarang
yang sedang mengalami perkembangan menuju tingkat kedewasaannya.
Terdapat ciri-ciri atau unsur umum dalam pendidikan menurut Fuad Ihsan
(2009:6), yaitu :
a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang
kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk
kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, warga negara atau warga
masyarakat
b. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha
yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan
dan teknik penilaian yang sesuai.
c. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan non formal.
2.3.2 Jasa Pendidikan Tinggi
Menurut Rambat Lupioyadi dan A. Hamdani (2006:148) ditinjau dari sudut
lembaga pendidikan tinggi, karakteristik penting yang terdapat di dalamnya antara
lain bahwa :
a. Perguruan tinggi termasuk ke dalam jasa murni (pure services) dimana
pemberian jasa yang dilakukan didukung alat kerja atau sarana pendukung
semata, seperti ruangan kelas, kursi, meja, dan buku-buku.
24
b. Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran pengguna jasa (mahasiswa),
yang dalam hal ini pelanggan mendatangi lembaga pendidikan tersebut untuk
mendapatkan jasa yang diinginkan (meski dalam perkembangannya ada juga
yang menawarkan program kuliah jarak jauh (distance learning), universitas
terbuka, dll).
c. Penerima jasa adalah orang, jadi merupakan pemberian jasa yang berbasis
orang. Atau dalam jasa biasanya disebut dengan kontak tinggi. Pelanggan dan
penyedia jasa terus berinteraksi selama proses pemberian jasa berlangsung.
Dengan kata lain, untuk menerima jasa, pelanggan harus menjadi bagian dari
sistem jasa tersebut.
d. Hubungan dengan pelanggan adalah hubungan keanggotaan (member
relationship)dimana pelanggan telah menjadi anggota lembaga pendidikan
tersebut. Sistem pemberian jasanya secara terus menerus dan teratur sesuai
dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
2.4
Kualitas Jasa
2.4.1 Pengertian Kualitas dan Kualitas Jasa
Kualitas atau mutu produk perlu mendapat perhatian besar dari manajer,
sebab kualitas mempunyai hubungan langsung dengan kemampuan bersaing dan
tingkat keuntungan mempunyai hubungan langsung dengan kemampuan bersaing dan
tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kualitas yang rendah akan
menempatkan perusahaan pada posisi yang kurang menguntungkan. Apabila
25
pelanggan merasa kualitas dari suatu produk atau jasa tidak memuaskan, maka
kemungkinan besar ia tidak akan menggunakan produk atau jasa perusahaan lagi.
Sebuah
perusahaan
jasa
dapat
memenangkan
persaingan
dengan
menyampaikan secara konsisten layanan yang berkualitas tinggi dibandingkan para
pesaing dan yang lebih tinggi daripada harapan pelanggan.
Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono,
2006). Dengan kata lain, ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa,
yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau
dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa
yang dipersepsikan baik dan memuaskan (Tjiptono, 2006).
Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa
dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih
rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan
demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa
dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
Menurut Wyckof dalam Tjiptono (2006:59) menyatakan kualitas jasa adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
26
2.4.2 Faktor Utama Dalam Menentukan Kualitas Jasa
Harapan
maupun
penilaian
konsumen
terhadap
kinerja
perusahaan
menyangkut beberapa faktor penentu kualitas jasa.
Menurut Parasuraman yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2006:69) terdapat
5 faktor utama yang menentukan kualitas jasa yaitu :
1. Keandalan (reliability)
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan
yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan
harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk
semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi
yang tinggi.
2. Ketanggapan (responsiveness)
Yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang
cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi
yang jelas, tidak membiarkan pelanggan menunggu persepsi yang negatif
dalam kualitas pelayanan.
3. Jaminan (assurance)
Yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan
terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para
pelanggannya.
27
4. Empati (empathy)
Berarti perusahaan memahami masalah para pelangannya dan bertindak demi
kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada pada
pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Tangibles
Meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan bahan-bahan
komunikasi pemasaran (seperti kartu bisnis, kop surat, dan lain-lain).
Menurut Parasuraman yang diikuti oleh Fandy Tjiptono (2006:80) ada lima gap
yang menyebabkan kegagalan perusahaan dalam menyampaikan jasanya, kelima gap
tersebut adalah :
1. Gap antara harapan dan persepsi manajemen
Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat
merasakan atau memamahami apa yang diinginkan para pelanggan secara
tepat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa
seharusnya didesain, dan jasa-jasa pendukung/sekunder apa saja yang
diinginkan konsumen.
2. Gap antara persepsi manajemen terhadap konsumen dan spesifikasi kualitas
jasa
Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan
pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang
jelas. Hal ini bisa dikarenakan tiga faktor, yaitu :
28
-
Tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa.
-
Kekurangan sumber daya.
-
Atau karena adanya kelebihan permintaan.
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa
Ada beberapa penyebab terjadinya gap ini, misalnya :
-
Karyawan kurang terlatih (belum menguasai tugasnya).
-
Beban kerja melampaui batas.
-
Tidak dapat memenuhi standar kinerja.
-
Atau bahkan tidak mau memenuhi standar kinerja yang ditetapkan.
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal
Sering kali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau
janji yang dibuat oleh perusahaan, resiko yang dihadapi perusahaan adalah
janji yang diberikan ternyata tidak terpenuhi.
5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan
Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja/prestasi perusahaan
dengan cara yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas
jasa tersebut.
29
2.5
Motivasi Belajar
2.5.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti semua penggerak, alasan-alasan,
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu
(Purwanto, 199o). Pada dasarnya motivasi itu terjadi karena adanya keinginan untuk
merubah faktor-faktor yang belum terpenuhi (Schiffman, 2007). Motivasi adalah
salah satu fasilitas atau kecendrungan individu untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut
Mc.Clelland (1985) dalam (Riantani & Wiludjeng, 2008) menjelaskan bahwa :
“Motivation is an energy change witthin the person characterized by affective
arausal and anticipatory goal reaction”. (Motivasi merupakan suatu proses atau
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan atau reaksi untuk mencapai tujuan).
Sehingga motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri
seseorang yang mendorong dan merubah perilakunya kepada tujuan yang ingin
dicapainya.
Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan
perilaku seseorang, termasuk perilaku belajar. Ishak, hendri & Stanford (2003:12)
dalam (Riantani & Wiludjeng, 2008) mengemukakan :
30
“Motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan untuk
bekerja, yaitu suatu kondisi yang menggerakan manusia ke arah suatu
tujuan tertentu yang dapat dilihat dari sikapnya terhadap pekerjaan”.
2.5.2 Pengertian Belajar
Sukardi (1983) mengemukakan bahwa belajar sebagai kegiatan yang
disengaja untuk mengubah tingkah laku. Pegertian belajar menurut beberapa ahli
(Heri Triluqman BS, 2007) :
a. Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.
b. Kemble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak,
yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat.
c. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
d. Sdaffer, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap,
sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktik.
Sehingga Belajar dapat didefinisikan sebuah proses perubahan didalam
kepribadian yang ditampakan dalam bentuk peningkatan pengetahuan, sikap dan lain
lain. Proses belajar akan menghasilkan pada diri si belajar manakala dilakukan
dengan cara yang baik dan setiap orang mempunyai pola-pola tertentu dalam belajar.
31
2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Suryabrata (1989:1422), dalam Heri Triluqman BS (2007),
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu : faktor
dari dalam, faktor dari luar dan faktor instrumen.
1. Faktor yang berasal dari luar diri terdiri dari :
a. Faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat
yang dipakai belajar.
b. Faktor sosial seperti faktor seluruh anggota keluarga, teman sebaya,
teman lain sekelas, guru, kepala sekolah, dan anggota masyarakat
lainnya.
2. Faktor yang berasal dari dalam diri terdiri dari :
a. Faktor fisiologi seperti jasmani, kecerdasan, motivasi, emosi, dan
bakat individu.
b. Faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi,
ingatan, berpikir, dan motif, minat
3. Faktor instrumental yaitu faktor yang adanya dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan antara lain : kurikulum,
struktur program, sarana, dan prasarana, serta guru.
32
2.5.4
Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai : (suciati, 2005:52)
“Ketekunan yang tidak mudah patah mencapai sukses, meskipun
dihadang banyak kesulitan”
Sumanto (1991) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan
untuk mencari ilmu pengetahuan dan menuntut ilmu. Menurut teori motivasi Uno
menjelaskan bahwa ndividu dikatakan memiliki motivasi belajar apabila individu
memliki adanya tujuan yang diharapkan dalam kegiatan belajarnya, selain itu adanya
sikap pantang menyerah dalam menyelesaikan tugasnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kesanggupan
untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk
memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu
dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangkai mencapai
tujuan.
2.5.5 Faktor-Faktor Motivasi Belajar
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan
oleh Keller (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran
yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran
ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang
mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan
harapan (expectacy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut
33
oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model
pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan
akronim ARCS (Keller, 1987)
Dalam proses belajar dan pembelajaran ke empat kondisi motivasional
tersebut sangat peting dipraktekan untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa
terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.
1. Attention (Perhatian)
Perhatian merupakan faktor indikator motivasi siswa. Sebaik apapun
persiapan mengajar dosen, bila mahasiswa tidak memberi perhatian, proses belajar
tidak akan berjalan. Mahasiswa yang memasuki ruangan kelas menjadi tidak
mempunyai perhatian terhadap apa yang akan diajarkan guru.
2. Relevance (Berhubungan)
Relevance dapat diartikan juga sebagai kesesuaian dan kegunaan. Relevansi
menunjukanadanya hubungan kebutuhandan kondisi peserta didik. Dalam aspek ini,
dosen dituntut untuk mengkaitkan pembelajaran dengan kebutuhan, minat dan
motivasi belajar siswa.
Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokan dalam tiga kategori yaitu motif
pribadi, motif instrmental dan motof kultural. Motif nilai pribadi (personal motif
value), menurut McClelland dalam Riantani & Wiludjeng (2008) mencakup tiga
hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (2) kebutuhan
untuk berkuasa (needs for power), dan (3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for
affilation).
34
Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam
mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan
lebih lanjut. Sedangkan nilai kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai
konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu peserta
didik, seperti orangtua, teman, dan sebagainya.
3. Confidence (Rasa Percaya Diri)
Berkenaan dengan aspek percaya diri, dosen dituntut untuk membantu
mahasiswa mengembangkan harapan keberhasilan dalam pembelajaran. Harapan ini
seringkali depengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat
memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan, dan selanjutnya pengalaman
sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
4. Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan mengasilkan kepuasan,
mahasiswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa, maka
akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Untuk
meningkatkan dan memelihara motivasi ahasiswa, dapat menggunakan pengutan
(reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
35
Menurut Sugiyato (1984) dalam Wongkeban (2008) yang dikutip Riantani
& Wiludjeng (2008) ada 3 faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu :
(1) tingkat kemampuan akademik, (2) fasilitas dan guru, dan (3) tingkat pendidikan
orangtua. Sedangkan Schiefelbein (1981) dalam Riantani & Wiludjeng (2008)
membagi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi 3 bagian
yaitu, (1)sumber dan proses sekolah, (2) kualitas guru, dan (3) karakteristik siswa.
Selanjutnya Suryabrata (1998) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak sekali dan terlalu banyak untuk dijelaskan satu-persatu, sehingga perlu
diklasifikasikan, pengklasifikasian faktor-faktor tersebut dibagi dalam dua golongan
yaitu : (1) faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang terdiri atas faktor sosial
dan faktor non sosial dan (2) faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa, yang
meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor-faktor non sosial adalah segala sesuatu disekitar individu dalam wujud
benda konkrit atau abstrak, misalnya saraa yang dipakai utuk belajar, kondisi cuaca,
sushu udara, dan sebagainya. Sedangkan faktor sosial adalah faktor manusia yang
sangat berperan dalam kegiatan belajar invidu, misalnya orangtua, lingkungan, guru
dan teman-teman.
2.5.6 Faktor-Faktor Yang Dapat Menurunkan Motivasi Belajar
Motivasi belajar berkaitan dengan psikologis peserta didik orang dewasa.
Terkadang, motivasi belajar dapat pula terpngaruh oleh beberapa sebab, berikut
dijabarkan berbagai faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik
orang dewasa (Riantani & Wiludjeng, 2008) mengutip dari (Admin, 2007)
36
1. Kehilangan harga diri
Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa
harga diri, peserta didik orang dewasa akan berlaku sangat emosional dan
pasti menurunkan motivasi belajarnya. Penting bagi tutor/guru untuk
menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar belakang dan tidak menyinggung
perasaan orang lain merupakan hal yang harus diperhatikan tutor/guru untuk
peserta didik orang dewasa.
2. Ketidaknyamanan fisik
Fisik
merupakan
aspek
fisiologis/penampakan
yang
penting
untuk
meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya selalu
memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman,
motivasi belajarnya pun akan menurun.
3. Frustasi
Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan
cepat frustasi. Peserta didik seperti ini tentu fokus utamanya menghadapi
problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi untuk terus belajar
akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya.
4. Teguran yang tidak dimengerti
Orang dewasa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan
pengalaman luas tapi juga prasangka yang besar pula. Jika tutor/guru menegur
dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang dewasa itu pun akan merasa
bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor
penurun motivasi belajarnya.
37
5. Menguji yang belum dibicarakan/diajarkan
Tutor/guru yang tidak memahami peserta didiknya dan mempunyai jam
terbang rendah, nampaknya kesulitan dan dapat saja ia lupa atau sengaja
untuk menampilkan soal-soal ujian yang sulit atau belum diajarkanya karena
berbagai sebab.
6. Materi terlalu sulit/mudah
Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan
pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak diperhatikan
tutor/guru sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi peserta
didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau
mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya
mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah.
7. Persaingan yang tidak sehat
Setiap peserta didik orang dewasa mempunyai perbedaan satu sama lainya.
Kadang-kadang dalam ujian ada saja yang berbuat curang. Peserta didik yang
berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat
nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi
nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun
bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.
8. Presentasi yang membosankan
Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat
menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi
menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak
38
belakang, peserta didik orang dewasa akan cepat bosan dan menurunkan
motivasinya untuk belajar.
9. Pelatih/fasilitator tidak menaruh minat
Tutor dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk
memperlihatkan minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak, peserta
didik orang dewasa akan berfikir bahwa materi tersebut tidak penting dan
membosankan. Hal itu akan sangat berdampak pada penurunan motivsi
belajar mereka.
10. Tidak mendapatkan umpan balik
Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen
komunikasi antar individu. Peserta didik orang dewasa dan tutor/guru
selayaknya mendapatkan umpan balik satu dan lainnya. Jika hal ini tidak
terjadi, peserta dan tutor/guru akan mengarah pada komunikasi searah saja.
2.5.7 Peran Pendidik Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar
Ada
beberapa strategi yang
bisa digunakan oleh pendidik untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa (Riantani & Wiludjeng, 2008)
mengutip dari (Sobry Sutikno, 2007) sebagai berikut :
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya
kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam
belajar.
39
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru
berusaha
mengadakan
persaingan
di
antara
siswanya
untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
40
2.6
Pengaruh antara Kualitas Jasa terhadap Motivasi Belajar
Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan adalah merupakan
tugas penting bagi perusahaan, untuk itu perusahaan yang menghasilkan produk atau
jasa yang ditujukan pada konsumen harus memiliki strategi yang jitu. Untuk itu
perusahaan harus memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
Konsumen dalam hal ini adalah mahasiswa yang semakin kritis terhadap
berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak perguruan tinggi. Dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen di perguruan tinggi, maka perguruan
tinggi selaku penyedia jasa di tuntut harus memahami perilaku mahasiswa agar
mahasiswa tersebut puas. Motivasi konsumen yang dilakukan oeh perusahaan sangat
erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen. Motivasi belajar suatu
mahasiswa akan timbul apabila mahasiswa puas terhadap pelayanan yang diberikan
oleh perguruan tinggi.
Artikel Pujadi (2007) mengemukakan terdapat hubungan yang signifikan
antara motivasi dengan faktor ekstrinsik seperti kualitas dosen, metode perkuliahan,
dan materi kuliah. Sehubungan dengan kualitas pelayanan yang diterima oleh
mahasiswa, hasil penelitian dari Badik (2006) mengindikasikan bahwa kualitas
layanan yang buruk dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang.
Apabila perguruan tinggi bisa memberikan kualitas pelayanan yang baik maka
konsumen pun akan merasa puas, dan mereka akan termotivasi terus untuk belajar
hingga memperoleh gelar yang diinginkan oleh mahasiswa. Apabila konsumen dalam
41
hal ini adalah mahasiswa merasa tidak puas terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan, maka mahasiswa akan enggan untuk belajar di perguruan tinggi tersebut
dan menghasilkan sarjana yang tidak berkualitas.
Download