1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal
penting yang erat kaitannya dengan hubungan diplomatik antara kedua negara.
Penetapan batas laut dalam hal ini diperlukan untuk menjamin kepastian hukum
tentang batas-batas suatu negara baik dalam konteks nasional ataupun internasional,
yang merupakan implementasi dari Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsabangsa (PBB) atau United Nation Convention of the Law of the Sea (UNCLOS) yang
disepakati sejak tahun 1982.
Dalam UNCLOS 1982 dijelaskan bahwa batas maksimal lebar jalur wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) sebuah negara adalah sejauh 200 mil laut ke arah laut dari
garis pangkal atau baseline (pasal 57 UNCLOS 1982). Apabila ternyata jarak antara
dua negara yang berhadapan kurang dari 400 mil maka penentuan batas wilayah ZEE
dilakukan dengan menarik sebuah garis tengah (median line) yang memiliki prinsip
kesamaan jarak (pasal 59 UNCLOS 1982).
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki luas wilayah perairan lebih besar
dari wilayah daratannya. Oleh sebab itu, potensi laut yang ada di Indonesia dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan bangsa.
Mengetahui hal itu, wilayah laut saat ini telah banyak ditempati, direncanakan, dan
bahkan diperebutkan oleh perorangan, institusi negeri maupun swasta.
Untuk menjaga keutuhan dan menjamin kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia diperlukan adanya ketegasan mengenai batas wilayah Indonesia khususnya
batas wilayah laut. Bagian terluar suatu negara umumnya berbatasan langsung
dengan wilayah di bawah otoritas negara lain, sehingga dalam upaya untuk penetuan
batas wilayah baik di darat maupun di laut dibutuhkan suatu kesepakatan antara
1
negara-negara yang berbatasan tersebut. Yang dalam prosesnya diperlukan suatu
dasar ketentuan-ketentuan hukum internasional.
Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia,
Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara
tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Timor
Leste, India, Thailand, Australia, dan Palau. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya
dengan masalah penegakan kedaulatan dan hukum di laut, pengelolaan sumber daya
alam serta pengembangan ekonomi kelautan suatu negara. Batas laut teritorial diukur
berdasarkan garis pangkal yang menghubungkan titik-titik dasar yang terletak di
pantai terluar dari pulau-pulau terluar wilayah NKRI.
Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention
on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982) menyatakan bahwa batas ZEE
Indonesia di segmen-segmen perairan yang berhadapan dengan negara lain dan
lebarnya kurang dari 400 mil laut, maka ZEE merupakan garis median. Jika mengacu
kepada konvensi tersebut, maka batas ZEE yang merupakan garis median pada
wilayah laut yang berhadapan dengan negara-negara tetangga yaitu :
1. Berhadapan dengan Malaysia dan Singapura di Selat Malaka;
2. Berhadapan dengan Malaysia di Laut Natuna sebelah barat dan timur;
3. Berhadapan dengan Vietnam di Laut Cina Selatan sebelah utara;
4. Berhadapan dengan Filipina di Laut Sulawesi hingga Laut Fillipina;
5. Berhadapan dengan Palau di Samudera Pasifik;
6. Berhadapan dengan Australia di Laut Arafura hingga Laut Timor;
7. Berhadapan dengan Pulau Christmas (Australia) di Samudera Hindia;
8. Berhadapan dengan Timor Leste di Selat Wetar;
9. Berhadapan dengan India di Laut Andaman.
Disamping itu tetap diperlukan suatu metode sebagai suatu solusi apabila perjanjian
batas secara kompromi sudah tidak dapat dicapai, supaya penetapan batas laut antara
kedua negara pantai tersebut dapat memenuhi prinsip keadilan dan dapat diterima
oleh kedua negara tersebut serta terhindar dari konflik-konflik yang tidak diinginkan
di masa mendatang.
2
Metode yang dimaksud adalah menggunakan konsep proporsionalitas (equity
principle). Penggunaan konsep proporsionalitas merupakan aplikasi praktis dari
penyelesaian secara adil (equitable solution) yang terdapat dalam UNCLOS 1982, di
samping prinsip ekuidistan atau sama jarak yang memang terdapat dalam UNCLOS
1982. Prinsip proporsionalitas akan memiliki peranan yang tidak kalah penting
dengan prinsip ekuidistan, karena metode ini benar-benar mempertimbangkan
karakteristik geografis dari kedua negara pantai, sehingga penarikan batasnya tidak
lagi sama jarak, melainkan sesuai dengan proporsi kondisi geografis yang ada dari
kedua negara pantai tersebut.
Hingga saat ini dalam Manual on the Technical Aspect of UNCLOS yang disingkat
TALOS 2006 (yang merupakan buku panduan yang disebarluaskan melalui Special
Publication No. 51 IHO / International Hydrographic Organisation), penggunaan
prinsip ekuidistan untuk kasus antar negara kepulauan tidak dijelaskan. Sedangkan
prinsip proporsionalitas tidak dijelaskan dalam UNCLOS 1982. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penetapan batas laut yang benar-benar adil serta sesuai dengan ketentuanketentuan hukum internasional, yang kemudian disepakati untuk dipergunakan secara
bersama-sama dalam kedaulatan negara yang bersangkutan.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan batas laut Zona Ekonomi Eksklusif
di Samudera Pasifik antara negara Indonesia dan negara Palau dengan menggunakan
metode ekuidistan dan prinsip proporsionalitas serta mengkaji proses penentuan
tersebut dengan menggunakan data-data yang berupa peta laut, hukum laut
internasional yang berlaku bagi kedua negara tersebut, dan literatur yang pernah
dibuat mengenai masalah ini.
1.3
Metodologi Penelitian
Metodologi penulisan yang akan dilaksanakan dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, identifikasi semua aspek
teknis dan hukum mengenai proses Penetapan Batas Laut antar negara kepulauan,
3
analisis, serta pembuatan kesimpulan dan saran. Studi literatur dilakukan dengan
menggunakan berbagai referensi yang ada, seperti buku-buku, berita-berita yang ada
di majalah, koran, internet, jurnal ilmiah, dan artikel. Secara umum metodologi
penelitian dijelaskan pada gambar 1.1 :
Gambar 1.1 Diagram metodologi penelitian
4
1.4
Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini akan mengikuti sistematika sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, metodologi yang
digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir ini.
BAB II
DASAR TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai prinsip dasar penentuan garis batas
laut dari garis pangkal yang ada beserta aspek tenis yang berupa teori
dan hukum yang melandasi penentuan tersebut.
BAB III
REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT
Bab ini menjelaskan bagaimana proses penarikan garis batas laut
berdasarkan aspek teknis dan hukum yang dimuat.
BAB IV
ANALISIS
Bab ini menjelaskan mengenai analisis hasil proses penentuan
penarikan garis batas laut yang dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang diambil oleh penulis
dari tugas akhir yang dikerjakan beserta saran-saran yang bersifat
membangun yang dapat diajukan.
5
Download