Pengaruh pemberian infusa daun kecubung

advertisement
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN KECUBUNG (Datura metel. Linn)
TERHADAP PROFIL DARAH MERAH PADA ITIK LOKAL YANG MENGALAMI
TRANSPORTASI
THE EFFECT OF METEL (Datura metel. Linn) INFUSION ON RED BLOOD
PROFILE OF LOKAL DRAKELET EXPOSED BY TRANSPORTATION
Sandi Suryana*, Elvia Hernawan**, Dani Garnida**
Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016
**Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Jln. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun kecubung (Datura
metel. Linn) terhadap profil darah merah itik lokal jantan. Penelitian dilakukan di Peternakan
Itik Agus di Gunungmanik, Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang dan Laboratorium Biokimia
dan Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang
pada bulan Mei - Juni 2016. Bahan yang digunakan itik lokal jantan sebanyak 60 ekor
berumur 35 hari. Metode dalam pengamatan ini adalah metode eksperimental dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan pemberian infusa daun
kecubung (Datura metel. Linn) dalam air minum (R0=0%, R1=20%, R2=40%, R3=60%) dan
lima ulangan. Sampel darah diambil sebanyak 20 dari 60 ekor, masing-masing unit percobaan
diwakili 1 ekor. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa nilai rataan sel darah merah, kadar
hemoglobin dan nilai hematokrit berbeda nyata pengaruhnya (P<0,05). Kesimpulan
menunjukan pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn) dalam air minum sampai
tingkat 60 % pada itik jantan yang ditransportasikan, mampu mempertahankan jumlah sel
darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dalam rentang normal
Kata Kunci : Itik Lokal Jantan, Infusa Daun Kecubung, Profil Darah Merah
ABSTRACT
Research was conducted to determine the effect of metel (Datura metel. Linn) infusion in
rations to red blood profile local drakelet. The research was conducted at the Agus Duck Farm
at Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang and Biochemistry and Physiology Laboratory,
Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran, Sumedang on May - June 2016. The
material used are local drakelet as many as 60 units of 35 days old. The research applied an
experimental method with a Completely Randomized Design, which consists of four
treatments provision of metel (Datura metel. Linn) in ration (R0=0%, R1=20%, R2=40%,
R3=60%) and repeated five times. Blood samples were drawn as many as 20 of 60 units, each
experimental unit represented 1 unit. Statistical analysis showed that the average value of
erythrocyte, hemoglobin and hematocrit were significantly different (P<0.05). In conclusion
that the adding of metel (Datura metel. Linn) infusion until 60 % in local drakelet were
transported, could maintain red blood cell, hemoglobin and hematocrit in normal range..
Keywords: Local drakelet, Metel Infusion, Erythrocytes Profile
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
PENDAHULUAN
Kebutuhan protein hewani dan perkembangan industri kuliner menjadikan itik sebagai
sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di perkotaan. Transportasi itik dari
sentra ternak ke pusat konsumen seringkali menimbulkan stres yang berdampak negatif
ditandai dengan dehidrasi dan penyusutan bobot badan. kondisi tersebut secara ekonomis
merugikan bagi peternak.
Selama mengalami transportasi, itik mendapatkan berbagai stressor yang dimulai
sejak penanganan ternak di kandang hingga transportasi berlangsung yang berupa lama dan
jarak perjalanan, terbatasnya pakan, kelelahan, ketakutan, gelisah dan terkejut (Abbas, 2009).
Stressor yang diterima akan mengaktifkan mekanisme homeostasis yang mencakup
keseimbangan panas, pengaturan panas, tekanan darah, pernafasan dan aktifitas lainnya dalam
tubuh (Hafez, 1969 dalam Abbas, 2009).
Penanggulangan stres akan meningkatkan metabolisme yang pada gilirannya angka
kebutuhan oksigen meningkat, sementara pengangkut oksigen adalah hemoglobin yang
terdapat dalam sel darah merah. Proses homeostasis tubuh atas kondisi tersebut dituntut untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah agar bisa lebih banyak mengikat oksigen. Homeostasis
akan mengaktifkan limfe untuk mengeluarkan cadangan sel darah merah untuk menunjang
kelancaran metabolisme tubuh. Sementara itu beberapa indikator terjadinya stres secara
fisiologis juga dapat diamati melalui perubahan pada profil darah, yaitu jumlah sel darah
merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit.
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi stres pada ternak yang ditransportasikan,
salah satunya menggunakan obat penenang herbal, tanaman yang dikenal sebagai obat
penenang salah satunya adalah tanaman kecubung (Datura metel. Linn). Kecubung termasuk
tumbuhan perdu yang tersebar luas di daerah yang beriklim kering dan hidup di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 800 meter dari permukaan laut (dpl) (Dalimartha, 2000).
Tanaman kecubung (Datura metel. Linn) merupakan tanaman yang dikenal memiliki
khasiat obat, yaitu memberikan efek relaksasi karena mengandung senyawa alkaloid tropan
(Dharma, 1985). Senyawa tersebut merupakan golongan antikolinergik yang bekerja
menghambat golongan reseptor muskarinik dengan menyekat reseptor muskarini. Khususnya
menghambat fungsi muskarinik pada susunan syaraf parasimpatis sehingga efeknya
berlawanan dengan kolinergik. Kerja senyawa antikolinergik dapat memblok pengikatan
asetilkolin pada reseptor muskarinik sehingga memberikan dampak relaksasi tubuh (Robert
Naclerio, 2009).
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
Alkaloid tropan terbanyak dalam tumbuhan kecubung terdapat di dalam akar dan biji
dengan kadar antara 0,4-0,9%, sedangkan dalam daun dan bunga hanya 0,2-0,3%
(Sastrapradja, 1978). Di samping itu tanaman kecubung mengandung senyawa aktif
diantaranya flavonoid, saponin dan tanin (Idris, 2015), yang masing-masing memiliki fungsi
khusus yang dapat memberikan efek khusus sebagai zat yang mempengaruhi profil darah
merah,
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dan tingkat pemberian infusa
daun kecubung (Datura metel) dalam air minum terhadap profil darah merah itik lokal yang
mengalami transportasi yang mampu mempertahannya dalam rentang normal.
BAHAN DAN METODE
Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan yang berumur 35 hari berasal dari
Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang. Kisaran bobot badan itik 0,8-1,2 kg, koefisien
variasi 9,15%. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu R0 = 60 mL air
minum, R1 = 48 mL air minum + 12 mL (20%) infusa daun kecubung, R2 = 36 mL air minum
+ 24 mL (40%) infusa daun kecubung, dan R3 = 24 mL air minum + 36 mL (60%) infusa
daun kecubung. Masing-masing perlakuan diulang 5 kali, untuk melihat pengaruh perlakuan,
dilakukan uji sidik ragam dan uji lanjut yaitu uji jarak berganda Duncan.
Prosedur kerja yang telah dilakukan pada penelitian adalah sebagai berikut:
1)
Tahap Persiapan
Infusa daun kecubung dibuat sesuai dengan prosedur Badan POM RI (2010). Itik
jantan sebanyak 60 ekor diberi tanda gelang kaki, di tempatkan dalam kandang yang
telah disekat-sekat sesuai perlakuan. Itik tetap berada dalam kandang bersekat selama
2 hari dengan tujuan untuk beradaptasi dengan lingkungan (sosial) yang baru.
2)
Tahap Penelitian
Sebelum diberi perlakuan itik dipuasakan dari pakan dan minum selama 3 jam.
Infusa daun kecubung diberikan sesuai dengan perlakuan 1 jam sebelum
ditransportasikan.
Itik dimasukkan kedalam keramba sebanyak 12 sehingga satu
keramba diidi dengan 4 unit percobaan. Pukul 12.30 WIB, itik ditransportasikan
menggunakan mobil bak terbuka selama 3 jam dan rute transportasi dari
Gunungmanik, Tanjung Sari, Perjalanan berawal dari Sumedang menuju Kadipaten
Sumedang dan kembali ke Gunungmanik, Tanjung Sari, Sumedang dengan jarak
tempuh ± 106 km dan rata-rata kecepatan 35,33 km/jam.
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
3)
Tahap Pengambilan Darah
Sampel darah diambil dari setiap ulangan sebanyak satu ekor, sehingga jumlah sampel
sebanyak 20. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan menggunakan jarum dan
spuit ukuran 5 mL dari bagian vena pektoralis eksterna yang telah dibersihkan. Darah
dimasukkan ke dalam vacumtube EDTA dan disimpan dalam cooling box. Analisis
sampel darah meliputi jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit
dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Fisiologis Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran Sumedang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Sel Darah Merah
Sel darah merah berperan membawa oksigen dalam sirkulasi darah untuk dibawa
menuju sel dan jaringan. Jumlah sel darah merah mempengaruhi jumlah oksigen yang tersedia
untuk metabolisme sel. Selain itu jumlah sel darah merah dapat digunakan untuk menilai
kondisi kesehatan ternak.
Rataan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit itik lokal
jantan yang diberi berbagai tingkat larutan daun kecubung (Datura metel. Linn) dalam air
minum dan ditransportasikan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan rataan jumlah sel
darah merah itik lokal dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu R2 (2,72), R0
(2,71), R3 (2,57), R1 (2,43) x (106/μL).
Tabel 1. Rataan Jumlah Jumlah Sel Darah Merah, Kadar Hemoglobin dan Nilai Hematokrit
Lokal Jantan
Perlakuan
R0
R1
R2
R3
6
Jumlah Sel Darah Merah (10 /μL)
2,71
2,43
2,72
2,57
Kadar Hemoglobin (g/dL)
9,2
8,7
9,7
8,8
Nilai Hematokrit (%)
35,9
32,3
36,6
32,5
Keterangan :
R0 = 60 mL air minum tanpa perlakuan
R1 = 48 mL air minum + 12 mL (20%) infusa daun kecubung
R2 = 36 mL air minum + 24 mL (40%) infusa daun kecubung
R3 = 24 mL air minum + 36 mL (60%) infusa daun kecubung
Rataan jumlah sel darah merah tertinggi terdapat pada perlakuan R3, yaitu pemberian
infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 40%, sedangkan rataan jumlah sel darah
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
merah paling rendah terdapat pada perlakuan R2, yaitu pemberian infusa daun kecubung
(Datura metel) dengan kadar 20%.
Ilustrasi 1. Rataan Jumlah Sel Darah Merah Itik Jantan yang Diberi Berbagai
Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum
Sebelum Transportasi
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemberian infusa daun kecubung (Datura
metel. Linn) berbeda nyata (P<0,05) pengaruhnya terhadap jumlah sel darah merah, untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji Jarak Berganda Duncan Jumlah Sel Darah Merah Itik Jantan yang Diberi Infusa
Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi
Perlakuan
Signifikansi (0,05)
Rataan (𝟏𝟎𝟔 /μL)
2,43
a
R1
2,57
ab
R3
2,71
b
R0
2,72
b
R2
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Jumlah sel darah merah pada perlakuan R0, menunjukkan angka yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Keadaan ini diduga karena ada desakan kebutuhan
oksigen saat awal transportasi sehingga dibutuhkan sejumlah sel darah merah untuk dapat
mengangkut kebutuhan oksigen. Pada kondisi seperti ini, limfa akan berkontraksi dan
memompakan cadangan sel darah merah ke dalam sirkulasi darah (Swenson, 1984;
Soeharsono, 2010).
Pemberian infusa daun kecubung menunjukkan bahwa perlakuan R2, memiliki jumlah
sel darah merah yang setara dengan perlakuan R0, sementara perlakuan R3 memiliki jumlah
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
sel darah merah lebih rendah dari R2, dan R1 memiliki jumlah sel darah merah paling rendah.
Kondisi tersebut diduga bahwa penggunaan kecubung dapat diidentikan dengan senyawa
alkaloid tropan. Tinggi rendahnya dosis pemberian akan memberikan respons yang berbeda.
Pada pemakaian dosis rendah atau alkaloid tropan rendah khususnya atropin berdampak
menurunkan kerja jantung (bradikardia), sementara penggunaan dosis tinggi akan
menampakkan kondisi yang berbalikan, yaitu meningkatkan kerja jantung (takikardia)
Dugaan fluktuasi jumlah sel darah merah bila dikaitkan dengan dosis, perlakuan R1
atau dosis 20 % mengandung alkaloid tropan rendah yang berarti kerja jantung melambat
yang dimungkinkan senyawa tropan berupa atropin dan skopolamin bekerja memblok
reseptor muskarinik sehingga kerja syaraf parasimpatis menurun. Pada perlakuan R2 atau
dosis 40%, jumlah sel darah merah relatif sama dengan perlakuan R0, tampaknya kerja
jantung meningkat mengaktifkan limfa sebagaimana pada perlakuan R0. Sementara pada
perlakuan R3 atau dosis 60% tampak jumlah sel darah merah menurun nyata dibandingkan
dengan R2. Dosis 60% pada perlakuan R3 adalah dosis tertinggi namun jumlah sel darah
merah menurun, keadaan ini ada kaitannya dengan senyawa lain yang terkandung dalam daun
kecubung, seperti saponin, tanin, flavonoid yang masing-masing diduga berpengaruh terhadap
jumlah sel darah merah. Semakin tinggi dosis infusa daun kecubung yang diberikan berarti
semakin meningkat kandungan senyawa-senyawa aktifnya, saponin memiliki sifat sebagai
deterjen yang berpeluang melisiskan sel darah merah (Francis dkk, 2002), tanin mempunyai
kemampuan mengikat protein (Cheeke, 1989) dan melapisi dinding usus halus akan
menghambat penyerapan protein yang menyebabkan terhambatnya pembuatan hormon
eritropotein dan mengurangi pembentukan sel darah merah. Walau di sisi lain kehadiran
flavonoid yang dapat berperan sebagai antioksidan khususnya menjaga membran sel dari
gangguan luar atau dampak dari stres oksidatif berupa radikal bebas atau Reactive Oxygen
Species (ROS) akibat meningkatnya metabolisme. Kerja senyawa aktif pada masing-masing
belum tampak berpengaruh pada perlakuan R1 dan R2. Fluktuasi jumlah sel darah merah
antar perlakuan dampak pemberian infusa kecubung walaupun nyata perubahannya, namun
masih dalam kisaran normal, yaitu 1,80-3,82 x 106 /μL (Mitruka dkk, 1977).
Kadar Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang mampu mengikat oksigen
untuk diangkut dari paru-paru ke seluruh tubuh untuk proses metabolisme sel di dalam
jaringan. Hemoglobin juga yang menjadikan sel darah merah berwarna merah. Tabel 1
menunjukkan rataan kadar hemoglobin dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
adalah R2 (9,7), R0 (9,2), R3 (8,8), R1 (8,7) x g/dL. Rataan kadar hemoglobin tertinggi
terdapat pada perlakuan R2, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan
kadar 40%, sedangkan rataan paling rendah terdapat pada perlakuan R1, yaitu pemberian
infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 20%.
Ilustrasi 2. Rataan Kadar Hemoglobin Itik Jantan yang Diberi Berbagai
Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum
Sebelum Transportasi
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemberian infusa daun kecubung (Datura
metel. Linn) berbeda nyata (P>0,05) pengaruhnya terhadap kadar hemoglobin itik jantan,
untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji Jarak Berganda Duncan Kadar Hemoglobin Itik Jantan yang Diberi Infusa Daun
Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi
Perlakuan
Rataan (g/dL)
Signifikansi (0,05)
8,7
a
R1
8,8
ab
R3
9,2
ab
R0
9,7
a
R2
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.
Perlakuan R0 menunjukkan kadar hemoglobin yang tinggi dibandingkan beberapa
perlakuan lain. Hal ini diduga akibat meningkatnya laju metabolisme sehingga kebutuhan
oksigen meningkat yang menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin (Swenson, 1984),
pada keadaan berikut limfa akan berkontraksi untuk memenuhi kebutuhan hemoglobin.
Kadar hemoglobin pada perlakuan R2 yang diberi infusa daun kecubung, menunjukkan kadar
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
hemoglobin yang lebih tinggi dibanding R0, sementara R3 dan R1 menunjukkan kadar
hemoglobin yang lebih rendah dibanding R0. Kondisi tersebut diduga karena tinggi
rendahnya dosis, alkaloid tropan seperti atropin pada dosis tinggi dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung (Ganiswarna, 1995) sedangkan pada dosis rendah menyebabkan
penurunan denyut jantung.
Dosis diduga berkaitan dengan tinggi rendahnya kadar hemoglobin, pada perlakuan
R1 atau dosis 20 %, alkaloid tropan yang rendah menyebabkan penurunan kerja jantung,
sedangkan pada perlakuan R2 diduga dosis tinggi sehingga menyebabkan kerja jantung
meningkat dan limpa berkontraksi. Perlakuan R3 dosis semakin tinggi, namun di sisi lain
senyawa lain dalam infusa daun kecubung juga meningkat dan diduga berpengaruh sehingga
kadar hemoglobin menurun, akibat sel darah merah menurun. Saponin diduga melisiskan sel
darah merah (Robinson, 1995), tanin diduga mengikat protein dan melapisi dinding usus
sehingga penyerapan protein terhambat dan mengakibatkan pembuatan hormon eritroprotein
berkurang. Di sisi lain terdapat flavonoid yang dapat meningkatkan jumlah sel darah merah
dan kadar hemoglobin (Unigwe dan Nwakpu, 2009) dengan bekerja sebagai antioksidan yang
melindungi dari radikal bebas dari hasil metabolisme, namun kerja flavonoid dirasa kurang
tampak pada perlakuan R3. Kerja senyawa aktif ini juga diduga belum tampak pada R1 dan
R2.
Kadar hemoglobin cenderung dipengaruhi oleh jumlah sel darah merah, jika sel darah
merah tinggi maka kadar hemoglobin tinggi, begitu juga sebaliknya (Schalm, 2010). Pada
setiap perlakuan, tinggi rendahnya kadar hemoglobin berbanding lurus dengan jumlah sel
darah merahnya. Hasil yang didapat menunjukkan terdapat perbedaan kadar hemoglobin,
namun perbedaan tersebut masih dalam batas normal, karena menurut Ismoyowati dkk,
(2011) kadar normal hemoglobin itik berkisar 8,02 – 9,24 g/dL dan Mitruka dkk, (1977)
berkisar antara 9-21 g/dL.
Nilai Hematokrit
Hematokrit merupakan fraksi darah yang terdiri atas sel-sel darah merah terhadap
volume darah. Angka hematokrit bervariasi bergantung pada tingkat kesehatan dan derajat
aktivitas tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Tabel 1 menunjukkan rataan nilai hematokrit dari
yang tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah R2 (36,6), R0 (35,9), R3 (32,5), R1
(32,3) %. Rataan nilai hematokrit tertinggi terdapat pada perlakuan R2, yaitu pemberian
infusa daun kecubung (Datura metel) dengan kadar 40%, sedangkan rataan paling rendah
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
terdapat pada perlakuan R1, yaitu pemberian infusa daun kecubung (Datura metel) dengan
kadar 20%.
Ilustrasi 3. Rataan Nilai Hematokrit Itik Jantan yang Diberi Berbagai
Tingkat Infusa Daun Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum
Sebelum Transportasi
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pemberian infusa daun kecubung (Datura
metel. Linn) berbeda nyata (P<0,05) pengaruhnya terhadap nilai hematokrit itik jantan, untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji Jarak Berganda Duncan Nilai Hematokrit Itik Jantan yang Diberi Infusa Daun
Kecubung (Datura metel. Linn) Dalam Air Minum Sebelum Transportasi
Perlakuan
Rataan (%)
Signifikansi (0,05)
32,3
a
R1
32,5
ab
R3
35,9
bc
R0
36,6
c
R2
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.
Hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai hematokrit
antar perlakuan R2 berbeda nyata terhadap R0, R3 dan R1. Perlakuan R0 berbeda nyata
terhadap R2, R3 dan R1. Perlakuan R3 berbeda nyata terhadap R2, R0 dan R1. Perlakuan R1
berbeda nyata terhdap perlakuan R2, R0 dan R3. Hasil tersebut diatas menunjukkan terdapat
perbedaan nilai hematokrit. Perbedaan nilai hematokrit dari antar perlakuan berada dalam
kisaran normal, Campbell (2012) menyatakan kisaran hematokrit pada unggas berkisar 35-55
%, pada itik di musim dingin berkisar 46-51 % sedangkan musim panas berkisar 34-44 %.
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
Nilai hematokrit dalam tubuh ternak dapat mengalami penurunan dan peningkatan
yang disebabkan oleh kondisi tubuh ternak (Davey dkk, 2000). Nilai hematokrit dipengaruhi
oleh jumlah sel dan ukuran sel. Volume sel mungkin mengalami perubahan akibat
peningkatan air plasma (hemodilution) atau penurunan air plasma (hemoconcentration) tanpa
mempengaruhi jumlah sel sepenuhnya (Sturkie dan Griminger, 1976). Nilai hematokrit
meningkat kemungkinan akibat dehidrasi yang terjadi ketika transportasi, sel darah merah
meningkat sedangkan plasma darah berkurang akibat laju pernafasan yang semakin tinggi
yang dikarenakan ternak berupaya membuang panas tubuhnya melalui laju pernafasan.
Hasil penelitian mempunyai hubungan satu sama lain, peningkatan jumlah sel darah
merah dan hemoglobin berbanding lurus dengan peningkatan nilai hematokrit pada perlakuan
R0, penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin berbanding lurus dengan penurunan
nilai hematokrit pada perlakuan R1, begitu juga dengan R2 dan R3 nilainya berbanding lurus
dengan dengan jumlah sel darah merah dan hemoglobin pada masing-masing perlakuan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Davey dkk, (2000) bahwa nilai hematokrit berkaitan erat dengan
jumlah sel darah merah dalam tubuh ternak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pemberian infusa daun kecubung (Datura metel. Linn)
dalam air minum sampai tingkat 60% pada itik jantan yang ditransportasikan, mampu
mempertahankan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dalam
rentang normal.
SARAN
Pemberian infusa daun kecubung untuk tujuan mengkondisikan ternak tetap dalam
keadaan tenang selama ditransportasi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penggunaan
dosis infusa daun kecubung antara 20-40% dan atau 60-80% untuk mendapatkan dosis yang
tepat tanpa berdampak negatif pada profil darah itik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang telah membantu
baik dalam bentuk materi maupun moril dalam proses penelitian serta kepada Dr. Ir. Hj. Elvia
Hernawan, MS. dosen pembimbing utama dan Ir. Dani Garnida, MS. dosen pembimbing
anggota, rekan-rekan satu tim penelitian M. Rasyid Dika dan Aldi Rinaldi yang telah bekerja
sama dalam pelaksanaan penelitian penulisan skripsi.
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. Hafil. 2009. Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Andalas University Press. Padang.
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Volume kelima. Direktorat Obat Asli
Indonesia. Jakarta.
Campbell, Terry W. 2012. Hematology of Birds in Veterinary Hematology and Clinical
Chemistry. Second Edition. Willey-Blackwell. USA.
Cheeke, P. R. 1989. Toxicants of Plants Origin. Volume IV. Phenolics. CRC Press.
Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya.
Jakarta.
Davey, C., Lill, A. dan Baldwin, J. 2000. Variation during breeding in parameters that
influence blood oxygen carrying capacity in shearwaters. Aust. J.Zool. 48, 347-356.
Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Francis, G, Z., Kerem, H., P. S. Makkar, and K. Beker. 2002. The Biological Action of
Saponin in Animal Sistem: a review. J. Brit Nut. 88: 587-605.
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Guyton, A. C dan Hall, J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Setiawan I, Tengadi KA,
Santoso A, penerjemah. EGC. Jakarta. Terjemahan dari: Textbook of Medical
Physiology.
Idris, Herwita. 2015. Tanaman Kecubung (Datura metel L.) Sebagai Bahan Baku Insektisida
Botanis Untuk Mengendalikan Hama Aspidomorpha milliaris F. Jurnal Littri 21 (1)
Maret 2015. Hal 41-46.
Ismoyowati, Suswoyo, Imam., dan Sulistyawati, Ibnu Hari. 2011. Perbedaan
Hematologis Itik Lokal yang Dipelihara secara Gembala dan Terkurung. Prosiding
Seminar Nasional “Prospek dan Potensi Sumberdaya Ternak Lokal dalam Menunjang
Ketahanan Pangan Hewani” ISBN 978-979- 9204-58-5.
Mitruka, B. M., Howard, M. R. dan Bharan V. V. 1977. Clinical Biochemical and
Hematological Reference Values in Normal Experimental Animals. Masso Pbl.
USA, Inc. New York.
Robert Naclerio, MD. 2009. Anticholinergic Drugs in Nonallergic Rhinitis. WAO
Journal 2009; 2:162–165.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6. Terjemahan: K.
Padmawinata. ITB-Press. Bandung.
Pengaruh Pemberian Infusa Daun Kecubung........................................................Sandi Suryana
Sastrapradja, S. 1978. Tumbuhan Obat. Proyek Sumber Daya Ekonomi Lembaga Biologi
Nasional LIPI. Bogor.
Schalm, O. W., Jain, N. C., dan Carrol, E. J. 2010. Veterinary Hematology. Ed ke-6.
Philadelphia: Lea & Febiger.
Soeharsono., Andriani, Lovita., Hernawan, Elvia., Kamil, Kurnia A., dan Mushawwir, Andi.
2010. Fisiologi Ternak (Fenomena, Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada
Hewan). Widya Padjajaran. Bandung.
Sturkie, P. D. 1976. Avian Phisiology. 3rd Edition. Spinger Verlag. New York.
Swenson, M. J. 1984. Physiology Properties and Cellular and Chemical Constituent of Blood.
In Swenson, M. J. (Ed). Duke’s Physiology of Domestic Animals. Cornell University
Press. Ithaca and London.
Unigwe, C. R. dan P. E. Nwakpu. 2009. Effect of Ingestion of Garcinia kola Seed on
Erythrocytes in Rabbits. Continental Journal. Veterinary Sciences 2009 (3): 7 – 10.
Download